Anda di halaman 1dari 17

BAB III

SISTEM UNINTERRUPTIBLE POWER SYSTEM

3.1 Teori Umum Uninterruptible Power Supply


Disadari atau tidak adalah bagian penting paling utama dalam pengoperasian
alat-alat listrik, sebagai sumber daya listrik. Oleh karena itu aspek kualitas listrik
secara langsung atau tidak mempengaruhi kinerja / performa peralatan listrik.
Khusus untuk peralatan digital, kualitas listrik yang jelek memberikan dampak
yang lebih serius, tidak saja terhenti operasi kerja atau kerusakan hardware, tetapi
dapat menimbulkan kesalahan operasi atau kesalahan data digital.
Disisi lain peningkatan kinerja clock komputer yang masuk tataran Giga
Hertz, menuntut penurunan tingkatan DC yang lebih rendah (3 Volt), semakin
menuntut kualitas tinggi DC secara langsung atau AC secara tidak langsung.
Dengan demikian, aspek listrik untuk dunia komputer tidak dapat ditangani secara
pasial kualitasnya, haruslah secara menyeluruh.
Setiap jenis gangguan listrik memberikan dampak yang berbeda terhadapap
hardware maupun operasi peralatan maupun digital seperti komputer, yang mana
tentunya bergantung langsung pada magnitude dan frekuensi gangguan itu sendiri.
Pengetahuan umum tentang gangguan listrik umumnya bersifat kasat mata, seperti
terputusnya aliran listrik, lampu yang redup atau menurunnya kinerja alat karena
tegangan turun, serta peralatan yang “terbakar” karena adanya spike tinggi. Untuk
peralatan digital berbasis mikroprosesor kecepatan tinggi dan memory DRAM,
gangguan listrik yang mempengaruhi umumnya termasuk jauh dari pengamatan
mata. Contohnya terputusnya listrik sementara (Instantaneous Interruption)
kurang dari 1 gelombang mili detik, tidak kasat mata tetapi dapat mempengaruhi
operasi komputer seperti hang, data eror atau data lost. Hal ini tentunya dapat di
pengaruhi juga oleh kondisi dari DC power supply yang dapat dipergunakan
dalam komputer, khususnya capasitor. Demikian juga gangguan listrik spike atau
transient sulit terdeteksi secara kasat mata. Hal inilah yang menciptakan tentang
pemilihan perlindungan gangguan-gangguan listrik, apalagi menyangkut

15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16

perlindungan terhadap komputasi data yang terintegrasi dalam bentuk LAN dan
WAN.
UPS adalah alat yang berfungsi sebagai buffer antara power supply dengan
peralatan elektronik yang digunakan seperti komputer, printer, modem, maupun
peralatan yang besar. Bila ada gangguan, atau dengan kata lain supply daya
terputus, maka UPS akan segra bekerja dalam waktu sesingkat mungkin sehingga
peralatan elektronik yang kita miliki tidak mengalami kerusakan. Dalam hal ini
UPS berfungsi sebagai daya baru (backup dari supply daya utama).
Dalam penentuan pemakaian UPS kita perlu melakukan analisa yang
mendalam. Faktor yang sangat perlu di perhatikan adalah peralatan / beban yang
akan diproteksi dan kegunaannya. Daya listrik yang dibutuhkan oleh suatu
peralatan yang sensitiv sangat bervariasi bergantung dengan konfigurasi dari
peralatan / beban. Daya listrik yang dibutuhkan oleh suatu peralatan sangat
bergantung dari jumlah dan jenis dari peralatan pendudukung.
Pemilihan jenis UPS akan lebih sederhana, bila jumlah daya yang digunakan
suatu peralatan selalu tetap. Tetapi persoalannya suatu peralatan yang biasanya
digunakan akan mengalami perubahan daya, tergantung dari jumlah penggunaan
saat itu. Hal ini terjadi pada jenis peralatan lainnya.

Gambar 3.1. bentuk fisik UPS AEG

http://digilib.mercubuana.ac.id/
17

Adapun komponen utama pada UPS adalah:

3.1.1 Rectifier / Charger

Gambar 3.2. Rectifier / Charger

Bagian ini merupakan rangkaian yang dipakai untuk penyearahan dan


pengisian baterai. Rangkaian blok rectifier-charger ini akan mensupply daya
yang dibutuhkan oleh inverter dalam kondisi beban penuh dan pada saat itu
juga dapat mempertahankan muatan di dalam baterai. Selain itu blok ini
harus mempunyai kemampuan mengalirkan daya output sebesar 125-130%.
Karakteristik baterai juga diperhitungkan dalam design rangkaian
chargernya karena jika sebuah baterai disi ulang dengan arus yang melebihi
batasan kemampuannya akan dapat memperpendek umur baterai tersebut.
Biasanya untuk arus pengisian sebuah baterai pada UPS ini sebesar 80%
dari kondisi arus yang dikeluarkan oleh baterai pada saat beban penuh.
Batasannya sebuah sistem UPS yang baik menurut standar NEMA (National
Manufacturer Assocation) adalah dapat memberikan daya 100% terus-
menerus (continous load) dan 2 jam pada beban 125% tanpa terjadi
penurunan kinerja (kerusakan). Baterai masih dapat dikategorikan sebagai
kondisi laya pakai apabila masih mampu memberikan daya 100% selama 1
jam jika lama pengisian selama 8 jam (ditentukan oleh manufaktur baterai).

http://digilib.mercubuana.ac.id/
18

Untuk kapasitas kecil, khususnya pada UPS phase tunggal pada


normalnya akan bekerja pada jembatan penuh rectifier. Untuk kapasitas
yang lebih besar 3 phase dan lebih tinggi sistem akan menggunakan SCR
dan Try==yristor.
Untuk sistem 3 phase rectifier dapat mengontrol perbaikan 12 pulsa
penuh atau dengan mengendalikan 6 pulsa penuh. Perbedaan antara kedua
sistem diatas terletak pada perbaikan dan jumlah arus harmonik yang
terbentuk. Pada rectifier 12 pulsa biasanya lebih tinggi antara harmonik
yang ke 11 dan 13 sementara rectifier 6 pulsa bekerja pada tingkat harmonik
yang ke 5 dan 7.

3.1.2 Battery

Gambar 3.3. Battery

Baterai adalah alat listrik-kimiawi yang menyimpan energi dan


mengeluarkannya dalam bentuk listrik. Baterai terdiri dari tiga komponen
penting, yaitu:
1. Batang karbon sebagai anoda (Kutub Positif baterai)
2. Seng (Zn) sebagai katoda (kutub negatif baterai)
3. Pasta sebagai elektrolit (penghantar)
Baterai yang biasa dijual (disposable / sekali pakai) mempunyai 1,5
volt. Baterai ada yang berbentuk tabung atau kotak. Ada juga yang
dinamakan rechargeable battery, yaitu baterai yang dapat disi ulang, seperti
yang biasa terdapat pada telepone genggam. Baterai sekali pakai disebut

http://digilib.mercubuana.ac.id/
19

juga dengan baterai primer, sedangkan baterai isi ulang disebut dengan
baterai sekunder.
Baik baterai primer maupun baterai sekunder, keduaduanya bersifat
merubah energi kimia menjadi energi listrik. Baterai primer hanya bisa
dipakai sekali, karena menggunakan reaksi kimia yang bersifat yang tidak
bisa dibalik (irrevesible reaction). Sedangkan baterai sekunder dapat diisi
ulang karena reaksi kimianya bersifa bisa dibaik (reversible reaction).
Jenis baterainya yang digunakan UPS umumnya berjenis lead0acid
atau jenis nikel-cadmium. Baterai ini umumnya mampu menjadi sumber
tegangancadangan dan untuk lamanya waktu untuk memback-up tergantung
dari jumlah baterai yang digunakan dan biasanya antara 5 sampai 60 menit.
Prinsip kerja baterai yang digunakan pada UPS yaitu ketika terjadi
gangguan pada sumber utama atau PLN rectifier mati maka otomatis baterai
akan mensuply energi ke inverter, di inverter diubah menjadi arus listrik AC
setelah itu disupply ke beban tanpa adanya waktu jeda.

3.1.3 Inverter

Gambar 3.4. Inverter

http://digilib.mercubuana.ac.id/
20

Kualitas inverter merupakan penentu dari kualitas daya yang


dihasilkan oleh suatu sistem UPS. Inverter berfungsi merubah tegangan DC
dari rangkaian rectifier-charger menjadi AC yang berupa sinya sinus setelah
melalui pembentukan gelombang dan rangkaian filter. Tegangan output
dihasilkan harus stabil bila amplitudo tegangan maupun frekuensinya,
distorsi yang rendah, tidak terdapat tengan transien. Selain itu, sistem
inverter perlu adanya rangkaian umpan-balik (feedback) dan rangkaian
regulator untuk menjaga agar didapat tegangan konstan.

3.1.4 Saklar Pemindah (Transfer Switches)


Saklar pemindah dibedakan menjadi dua jenis, yaitu elektromekanikal
dan statistik. Saklar elektromekanikal menggunakan relay relay yang salah
satu terminal mendapatkan supply tegangan dan yang lainnya dari sistem
UPS. Sistem saklar statis menggunakan komponen semikonduktor, seperti
SCR. Penggunaan SCR akan lebih baik karena operasi pemindahan yang
dilakukan dengan SCR hanya membutuhkan waktu 3 sampai 4 ms,
sedangkan pada saklar elektromekanikal sekitar 50 sampai 100 ms.
Penggunaan UPS dilakukan dengan cara menghubungkan AC input UPS ke
sumber PLN dan output UPS ke beban. Kebanyakan UPS digunakan
mensuplai komputer karena apabila sumber PLN tiba-tiba padam, maka data
yang sedang diproses tidak hilang tetap masih di back-up oleh UPS
sehingga masih ada waktu untuk menyimpan data.

3.2 Macam macam UPS


Macam-macam UPS berdasarkan cara kerjanya adalah:
a . Standby UPS
Standby UPS umumnya digunakan pada personal komuter (PC) blok
diagram daat dilihat pada gambar di bawah, sebuah saklar (transfer Switch)
digunakan untuk memilih tegangan input AC dari sumber utama dan baterai /
inverter sebagai back-up jika sumber utama terjadi gangguan. Jika gangguan

http://digilib.mercubuana.ac.id/
21

terjadi transfer swtich akan bekerja emilih tegangan sumber yang akan masuk
kebeban.

Gambar 3.5. Standby UPS

b . Line Interactive UPS


UPS jenis ini digunakan pada server dimana baterai / inverter selalu
terhubung dengan output UPS, inverter akan bekerja terbalik selama arus
sumber normal yaitu sebagai pengisi baterai. Jika terjadi gangguan transfer
switch akan terbuka dan arus akan mengalir dari baterai ke output UPS,
dengan terdapatnya inverter yang terhubung pada output ini biasanya menjadi
sebuah filter tambahan pada UPS tersebut.

Gambar 3.6. Line Interactive UPS

http://digilib.mercubuana.ac.id/
22

c . Standby Ferro
UPS tipe ini memiliki 3-15 KVA dan memiliki transformator dengan 3
buah lilitan, salah satuprimernya terhubung dengan sumber utama dan yang
satunya terhubung kebeban. Jika terjadi gangguan pada sumber utama
transfer switch akan terbuka dan baterai menggantikan sumber utama. Dan
selama sumber utama yang mensuplai tidak terjadi gangguan, inverter
(baterai) akan standby. Penerapan inverter ini biasanya pada modem
komputer server yang membutuhkan input berupa gelombang sinusoidal
murni.

Gambar 3.7. Standby Ferro UPS

d . Double Conversion On-Line UPS


UPS dengan rating diatas 10 KVA ini menggunakan rangkaian inverter
sebagai sumber utamanya dimana sumber AC pada jala-jala diserahkan
dengan rectifier dan kemudian diubah kembali menjadi tegangan AC oleh
inverter. Pada UPS ini tidak digunakan transfer switch karena baterai akan
langsung menjadi sumber utama jika terjadi gangguan dan tidak memerlukan
waktu untuk transfer dari sumber utama ke sumber cadangan (baterai)

http://digilib.mercubuana.ac.id/
23

Gambar 3.8. Double Conversion On-LineUPS

e. Delta Convension On-Line UPS


Delta convension memiliki rating kerja 5 KVA-16 MW. Pada UPS ini
digunakan sebuah transformator yang terminal inputnya terhubung delta (∆).
Prinsip kerjanya sama dengan double coversion online yaitu menggunakan
rangkaian inverter sebagai sumber utama dan rangkaian rectifier sebagai
penyearah dan pengisi ulang baterai yang akan berfungsi sebagai tenaga
cadangan dari UPS tersebut.

Gambar 3.9. Delta Conversion On-Line UPS

http://digilib.mercubuana.ac.id/
24

3.3 Faktor Peralatan


Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan dari UPS, saat
dihubungkan dengan beban yaitu:

a. Kebutuhan daya
Kebutuhan daya untuk suatu proyek harus diketahui dengan jelas dan
harus dilakukan identifikasi terhadap kebutuhan beban kritis. Pertimbangan
pertama besarnya daya UPS yang dipilih harus diperhitungkan terhadap
keadaan beban kritis dan kemungkinan untuk mengembang lebih lanjut. Hal
kedua yang harus diperhatikan adalah pengaruh dari adanya petir, sistem
pengaturan udara / AC dan sistem pengaman / alarm. Meskipun bebrapa
peralatan tersebut biasanya mempunyai keterbatasan operasi terhadap
tegangan listrik yang berubah-ubah. Kebutuhan daya dinyatakan sebagai
KVA atau KW, untuk itu menentukan besarnya daya yang dibutuhkan
seharusnya dilakukan pengukuran beban secara nyata (langsung). Bila
pengukuran beban nyata tidak dapat dilakukan, maka penting untuk
menggunakan nilai acuan daya rata-rata yang dapat dilihat dari label
peralatan, saat nilai tersebut biasanya sudah termasuk batas amannya.
Kebanyakan suatu peralatan mempunyai faktor perbedaan (diversity factor),
menyebabkan semua peralatan yang berdiri sendiri tidak dapat dioperasikan
UPS secara bersamaan. Bila nilai yang tertulis berhubungan dengan faktor
perbedaan 100%, dengan semua peralatan berjalan secara bersamaa, akan
menyebabkan penentuan kapasitas UPS menjadi lebih besar. Dengan
demikian efesiensi sistem secara keseluruhan akan turun dan biaya
operasional meningkat, dibandingkan dengan pemakaian kapasitas UPS yang
bebannya diukur secara nyata.

b Power Faktor
Terdapat dua alasan mengapa power faktor sangat penting dalam
penentuan faktor beban dapat merugikan secara langsung operasi dari UPS.
Pertama, biasanya besarnya kapasitas dari suatu alat, misalnya generator,

http://digilib.mercubuana.ac.id/
25

trafo, kabel distribusi, dan sirkuit breaker dinyataan dalam KVA atau KW.
Kedua, regulasi UPS dapat dirugikan oleh power faktor dari 1 ke arah
lagging, dan tidak dapat berfungsi pada power faktor leading, sehingga power
faktor beban dapat merugikan secara langsung operasi dari UPS. Dengan
demikian banyaknya pabrik pembuat komputer yang menggunakan frekuensi
tinggi switching power supply menjadi lebih effisien, lebih kecil dan lebih
murah. Sehingga kemampuan UPS untuk menangani power faktor sangat
penting.

c. Konfigurasi Beban
Pada penggunaan 3 phase, sangatlah penting untuk mengetahui jenis
pengabelan bebannya yaitu hubungan delta atau wye atau kemungkinan
perpaduan dari keduanya. Pengetahuan ini sangat penting karena ada
beberapa UPS yang tidak dapat menangani beban dengan hubungan delta
karena alasan, termasuk didalamnya power factor yang dihasilkan oleh UPS.
Pada kasus ini, pabrik perlu untuk menyediakan sebuah trafo isolasi dari
delta ke wye. Penambahan trafo ini akan mengurangi effesiensi dan regulasi
tegangan system secara keseluruhan.

d. Jumlah Phase
Suatu beban kritis biasanya merupakan gabungan dari beberapa beban
tanggal dan mungkin juga merupakan gabungan dari beban 1 phase dan 3
phase atau merupakan beban 1 phase dan 3 phase seluruhnya. Suatu beban 3
ohase tidak dapat diberi masukan dari UPS 1 phase, tetapi dapat terjadi suatu
beban 1 phase diberi masukan dari UPS 3 phase. Suatu beban besar (>
10KVA) biasanya merupakan kumpulan dari beban 1 phase atau suatu
kombinasi dari beban 1 phase dan 3 phase. Bila beban besar tersebut
merupakan beban 3 phase maka tidak akan ada masalah saat pemasangannya,
tetapi bila beban yang dipasang 1 phase, maka akan sangat penting untuk
mengetahui kemampuan UPS dalam menangani beban tak seimbang. Sebagai

http://digilib.mercubuana.ac.id/
26

tambahan dengan menggunakan UPS system 3 phase pada beban besa akan
lebih efesien daripada penggunaan 1 phase.

e. Regulator Tegangan
Regulator tegangan merupakan penyimpangan terhadap nilai tegangan
nominalnya, dinyatakan dalam persen (%). Pada UPS, regulasi ini diukur
terhadap masukan AC, masukan DC, daya beban, power faktor, dan suhu
sekitarnya. Kebanyakan masalah dengan regulasi terjadi kerena faktor dari
luar UPS, yaitu pengaruh dari penggunaan panel distribusi, misalnya lamanya
penggunaan dari panel tersebut, koneksi kabel yang jelek, penggunaan
diameter kabel yang tidak sesuai, dan pengaruh dari ketidakseimbangan
beban yang dipasang.

f. Pergeseran Phase
Besarnya sudut antar phase pada sistem 3 phase adalah 1200 elektrik.
Biasanya simpangan dari pergeseran dari pergeseran phase ini sebesari ± 10
atau 20 terhadap nilai nominalnya. Metode pengaturan tegangan Line-line
pada keluaran inverter akan menjadikan sudut antar phase lebih stabil pada
1200. Perbaikan terhadap pergeseran phase sangat penting terhadap beban 3
phase, yang akan mempengaruhi masukan AC dan DC, daya beban dan
power faktor dan kondisi beban tak seimbang. Kesalahan ini dapat
menyebabkan terjadinya sirkulasi arus yang sangat besar meningkatkan rugi-
rugi inti (core losses) pada trafo 3 phase dan motor.

g. Stabilitas Frekuensi
Variasi frekuensi dapat menimbulkan masalah secara langsung pada beban
kritis. Stabilitas frekuensi merupakan simpangan dari nilai frekuensi
nominalnya, dinyatakan dalam persen (%). Kebanyakan sistem UPS 3 phase
menggunakan osilator kristal untuk mengatur frekuensi keluaran dengan
tepat. Umumnya UPS mempunyai untuk melakukan sinkronisasi frekuensi
keluaran dan phase saat keadaan bypass. Pentingnya kemampuan tersebut,

http://digilib.mercubuana.ac.id/
27

yang pertama adalah saat beban harus dipindah ke posisi bypass maka efek
dari pemindahan tersebut dapat dianggap tidak ada (sangat kecil
kemampuannya) bila tegangan dari inverter se-phase dengan tegangan
sumber saat bypass. Kedua, karena suatu komputer biasanya mempunyai
rangkaian sistem pulsa (clock circuit), yang mana terutama digunakan untuk
pencuplikan. Sebab bila terjadi pergeseran yang meskipun akan menyebabkan
kesalahan total untuk jangka waktu yang lama.

h. Slew Rate
Didefinisikan sebagai kecepatan tanpa frekuensi, dalam Hz/sec, terutama
penting untuk pengerjaan instalasi motor, seperti disk drive pada computer.
Sebab suatu kecepatan motor sebanding dengan besarnya frekuensi,
perubahan yang mendadak pada frekuensi akan menyebabkan motor tak-
tekendali sementara sampai dicapai keadaan kecepatan normalnya sesuai
dengan perubahan frekuensi. Kebanyakan beban kritis dapat mentoleransi
slew rate maksimum sebesar 0,5 Hz/sec.

i. Ketidakseimbangan Beban
Dalam banyak instalasi yang membutuhkan daya masukan 3 phase,
sedikitnya 75% dari daya beban dapat merupakan peralatan 1 phase.
Meskipun kemampuan untuk menangani beban tak seimbang sampai 20%
sudah cukup, tetapi sebenarnya kemampuan ini masih dapat ditingkatkan
dengan mudah. Sebagai contoh, pada sistem UPS 15 KVA, pada phase A di
bebani sebesar 38A, phase B dibebani sebsesar 40A, dan phase C dibebani
sebesar 42A, sistem masih dapat disebut setimbang bila sebuah beban dilepas
dari phase A sehingga beban menjadi berkurang 33A, maka UPS mengalami
ketidakseimbangan beban, karena melebihi dari batas 20%. Saat terjadi
pembebanan lebih yang tidak setimbang UPS sebagai komponen yang
mengalami tekanan, regulasi menjadi makin jelek dan distorsi makin besar.
Masalah dengan beban tak setimbang ini biasanya hanya terjadi pada desain

http://digilib.mercubuana.ac.id/
28

inverter ferroresonant dan olektronik yang hanya dapat mentoleransi terhadap


ketidaksetimbangan yang cukup kecil.

j. Kemampuan untuk Memfilter dan Distorsi


Setiap beban mempunyai batas toleransi noise dan harmonisa. THD (Total
Harmonic Distortion), merupakan ukuran kualitas dari suatu gelombang yang
akan diterapkan pada beban. UPS seharusnya menghasilkan gelombang
keluaran yang berkualitas terhadap noise dan distorsi dari tegangan AC
masukan. Sebenarnya suatu tegangan AC bebas dari noise dan hanya
mempunyai sedikit distorsi, tetapi dengan pengaruh adanya petir atau
penurunan tegangan secara mendadak dapat menyebabkan masalah pada
gelombang. Hal ini dapat diketahui dengan timbulnya noise dari suatu
peralatan las pada suatu jaringan listrik, dari adanya motor yang sangat besar
yang terdapat dekat dengan sistem, atau karena sistem dekat dengan suatu
sumber daya yang ber-noise. UPS harus dapat memfilter semua gangguan
masukan tersebut dimisalkan pada beban kritis. Tetapi terdapat oise yang
tidak dapat difilter dengan baik oleh UPS, karena noise ini dihasilkan oleh
beban kritis itu sendiri, sehingga keluaran dari UPS terganggu. Pada keadaan
ini suatu filter tambahan diperlukan untuk melindungi dari kesalahan terhadap
pen-trigeran atau pemicuan dari rangkaian UPS dan melindungi beban lain
yang tersambung dengan keluaran dari UPS. Sekarang makin banyak suatu
UPS dirancang dengan suatu rangkaian filter yang baik didalamnya, sehingga
tidak memerlukan suatu filter luar.

k. Kemampuan Untuk Menangani Airan Arus Mendadak


Banyak jenis beban, seperti lampu pijar dan beberapa jenis motor listrik
akan membutukan 12 sampai 15 kali dari arus normal yang diperlukan untuk
memulai start-up. Pada lampu pijar arus tersebut diperlukan karena saat awal
filament lampu yang dingin memberikan resistansi yang kecil. Sedangkan
pada motor listrik, arus tersebut digunakan untuk motor supaya dapat mulai
berputar. Sebuah surge, yang terjadi pada ½ cycle terakhir dari beberapa

http://digilib.mercubuana.ac.id/
29

cycle dapat menghasilkan efek seperti terjadi hubung singkat. Pada


spesifikasi UPS. Kemampuan UPS untuk dapat menangani hubung singkat
haruslah cukup untuk menampun aliran arus yang mendadak, terutama saat
sumber untuk bypass tidak ada. Saat terjadi aliran arus mendadak lebih besar
dari 125% dari arus normalnya, maka UPS akan beralih ke mode bypass
sampai keadaan arusnya kembali ke batas normal. Tanpa adanya sumber saat
bypass UPS akan terpaksa mati, kecuali UPS tersebut telah dirancang untuk
menangani beban hbung singkat atau beban berlebih (Over Load). Sebagai
contoh adalah motor listrik 3 phase yang besar, akan membutuhkan arus start-
up yang besarnya bisa mencapa beberapa kalo dari arus yang dihasilkan UPS.
Inverter didesain untuk bekerja pada hubung singkat, keluaran akan
menyediakan arus yang cukup, sehingga tegangan akan menurun secara
cepat. Bila besarnya arus ini dapat mengatasi besarnya rugi-rugi gesekan pada
motor, maka motor akan mulai berputar dengan lambat. Saat tegangan balik
EMF untuk perputaran motor naik, maka kebutuhan arusnya akan menurun.
Tegangan keluaran dari inverter akan naik terus sampai motor berputar pada
kecepadatan penuh saat tegangan dan arusnya telah mencapai nilai
mominalnya. Peralatan lain yang dihubungkan dengan keluaran dari inverter
akan mengalami tegagnan rendah (nol), sampai motor mecapai kecepatan
nominalnya. Secara umum, sumer bypass diadakan dan digunakan untuk
melakukan start secara otomatis pada beban yang berat, melalu static transfer
switch UPS. Bila UPS tidak dirancang untuk dapat mentoleransi keadaan
hubung singkat, maka akan dibutuhkan sekering atau circuit breaker untuk
mengamankan inverter.

l. Kemampuan Terhadap Beban Berlebihan


Hal ini tergantung dari instalasi, pengembangan, dan kebutuhan saat beban
puncak, sebuah UPS haruslah dapat menangani beban puncak sampai 100%
dari kapasitas. Kemampuan ini berhubungan erat dengan ukuran UPS dan
biaya akan dikeluarkan.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
30

m. Kemampuan Untuk Melakukan Bypass


Hal ini sangat bergantung pada jenis beban dan kondigurasinya,
kemanapun ini diperlukan untuk menangani saat terjadinya beban berlebih
atau kerusakan pada UPS, sehingga dapat mengambil daya dari jala-jala PLN,
UPS lain maupun generator. Sumber bypass haruslah disesuaikan dengan
daya dibebankan dan keluarannya haruslah diperbaiki sesuai dengan
parameter yang dibutuhkan oleh beban. Saat tegangan jala-jala PLN
digunakan, pengaturan regulasi tegangan diperukan. Sumber untuk bypass
seharusnya tidak tergantung dari sumber tegangan masukan yang digunakan
untuk baterai charger / rectifier pada UPS. Karena saat masukan tegangan AC
untuk rectifier mati, berarti secara otomatis sumber bypass juga tidak ada.

n. Waktu Pindah
Konfigurasi UPS dan cara kerja pemindahan haruslah memenuhi syarat
terhadap waktu pindah. Hal ini penting untuk mendukung beberapa faktor:
Jenis pemindahan yang diperlukan oleh beban (break-before-make
atau make-before-break). Konfigurasi terbaik yang dibutuhkan terbaik
dibutuhkan (forward atau reverse transfer), dan kecepatan pemindahan yang
diperbolehkan. Keputusan untuk menggunakan jenis transfer switch, elektro-
mekanik, solid-state, atau hybrid tergantung pada kemampuan beban. Hal ini
karena ada beberapa beban yang dapat menunggu interupsi 3 sampai 6 cycle,
sedangkan yang lain tidak dapat meskipun lebih dari ½ cycle. Kebanyakan
suatu komputer membutuhkan tegangan kontinu selama pemindahan (make-
before-break).

o. Reserve Time
Setiap beban kritis mempunyai periode nominal kebutuhan daya untuk
mengamankan dari kerusakan, setelah terjadi blackout atau brownout.
Besarnya waktu ini bervariasi mulai dari beberapa mikrodetik sampai dengan
beberapa menit. Pada sebuah sistem komputer, kebutuhan ini merupakan
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan perintah shutdown, biasanya

http://digilib.mercubuana.ac.id/
31

beberapa menit. Reserve time penting untuk mengamankan head dari disk
drive terhadap kerusakan, kehilangan memori, dan kehilangan data.
Kebanyakan baterai yang digunakan pada UPS dicadangkan selama 15 menit
sampai 30 menit sebagai reserve time (pada beban penuh, dengan penggunaan
generator sebagai pertimbangan bila listrik mati cukup lama.

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai