ELEKTRONIKA
Anggota Kelompok :
Burhanudin Fadhil Afif
Baghas Ajie P Rani Hikmawati
Bimo Setyo Yoga Prasetyo
Febi Arlita
Kelas : XI TEK 1
Pada SMPS ini, power factor correction diletakkan pada bagian output dari
rectifier dengan menggunakan Boost converter. Boost converter bekerja pada kondisi
tidak kontinyu, karena dalam kondisi tidak kontinyu tidak muncul arus balik (IRR)
pada komponen diode dari boost converter, sehinga diode yang lebih murah dapat
digunakan. Selain itu pada kondisi tidak kontinyu mengakibatkan rugi I2R rendah dan
ripple arus yang rendah mengakibatkan rugi inti di inductor rendah.
Boost converter ini dihubungkan seri dengan buck conveter untuk supply
beban 24 V/ 60 W. Boost converter sebagai power factor correction (PFC) di desain
menghasilkan tegangan output sebesar 50 V dan arus 3 A. Sedangkan buck converter
di desain menghasilkan tegangan keluran 24 V dengan arus 2,5 A.
Dari uraian prinsip prinsip kerjadalam SMPS seperti diatas, kita dapat membuat
diagram blok SMPS seperti dibawah ini:
E. Keuntungan SMPS
Power supply yang melakukan konversi daya melalui komponen-komponen
yang bersifat rendah rugi-daya-nya (low loss components) seperti kapasitor,
induktor, dan transformator dan yang memakai switch-switch yang selalu dalam
kondisi on atau off.
F. Penggunaan SMPS
Saat ini, SMPS sudah banyak digunakan dipiranti elektronik karena memiliki
sistem proteksi dan efisiensi yang baik.Contoh penggunaannya adalah digunakan
pada VCD Player, TV dan tape recorder bahkan pada handphone.
G. Kesimpulan
SMPS merupakan sebuah tipe atau jenis power supply yang sudah banyak
digunakan saat ini. Power supply jenis ini memiliki efisiensi sangat besar, hingga
91%. Pada dasarnya, power supply jenis ini emnggunakan komponen utama
berupa transformator switching dan rangkaian PWM serta terdapat rangkaian
protektor.
Uninterruptible Power Supply (UPS)
A. Pengertian UPS
UPS adalah singkatan dari Uninterruptible Power Supply sebagai alat
back up listrik ketika PC mati atau kehilangan energi dari sumber utamanya.
Didalam sebuah UPS terdapat Rectifier yang fungsinya untuk mengecharger
battery/accu UPS, besarnya tergantung dari type atau jenis UPS itu sendiri.
Didalam UPS juga terdapat inverter yang berfungsi untuk merubah arus accu
UPS menjadi arus listrik PLN. Didalam UPS juga terdapat battery/accu
berfungsi sebagai penampung sumber tenaga sehingga pada saat Listrik PLN
padam battery/accu sebagai penggantinya dengan waktu tertentu.
B. Fungsi UPS
Fungsi dasar UPS (Uninterruptible Power Supply) adalah menyediakan
suplai listrik sementara ke beban (PC) tanpa terputus pada saat main
powernya tidak bekerja agar seluruh proses dapat dihentikan dengan benar,
seluruh data dapat disimpan dengan aman, dan komputer dapat dimatikan
dengan benar. Jadi fungsi UPS itu bukan agar user tetap dapat bekerja.
1. UPS On-line
Pada UPS jenis ini terdapat 1 rectifier dan 1 inverter yang terpisah.
Dalam keadaan gangguan, suplai daya ke rectifier akan diblok sehingga akan
ada arus DC dari baterai ke inverter yang kemudian diubah menjadi AC.
UPS akan bekerja selalu dari inverter baik UPS bekerja dari sumber listrik
utama maupun sumber listrik utama mati (UPS bekerja dari battere).
Pada system online ini pada umumnya terdapat converter AC to DC sebagai
pengganti batere pada saat UPS bekerja dari sumber listrik utama. Jadi
perpindahan itu terjadi dari converter ke batere atau sebaliknya.
Inverternya tetap bekerja untuk mensupplay tegangan AC 220 pada output
UPS. Sehingga tidak ada transfer time pada saat perpindahan dari sumber
listik utama ke batere atau sebaliknya.
Sistem UPS ini masih menggunakan mesin diesel yang berfungsi sebagai
pembangkit tenaga listriknya. Apabila terjadi gangguan listrik maka secara otomatis
akan menyalakan mesin diesel tersebut kira-kira 15 detik setelah terjadi gangguang
listrik pertama kali. Dengan sistem seperti ini maka penggunaan listrik hanya
terganggu dalam beberapa detik saja.
Sistem ini ternyata pada waktu itu masih belum mempunyai kinerja yang baik
sehingga dikembangkan lagi sehingga muncul istilah no-break flywheel. Pada
sistem ini, sebuah flywheel ini dihubungkan pada sebuah motor listrik dan
dihubungkan secara mekanikal dengan generator beban, dalam hal ini adalah mesin
diesel.
Ketika terjadi gangguan listrik maka inersia yang tersimpan pada flywheel
akan menyebabkan flywheel ini tetap berputar dan otomatis menyalakan mesin
diesel sampai suplai listriknya kembali normal. Dengan sistem seperti ini maka tidak
perlu waktu tenggang selama 15 detik untuk menunggu suplai tenaga kembali
normal karena suplai tenaga dijaga konstan oleh roda flywheel ini. Walaupun
demikian sistem seperti ini masih ada kekurangannya yaitu pada sistem pelumasan
pada sistem bearing roda flywheel.
Untuk mengatur agar kecepatan putar flywheel kontan pada saat terjadinya
gangguan listrik maka sebuah rangkaian yang dinamakan eddy current coupling
dipasangkan antara generator dan flywheel. Dengan adanya rangkaian ini maka
ketika kecepatan angular flywheel menurun maka nilai kopel yang ditimbulkan oleh
eddy current coupling ini akan meningkat sehingga menyebabkan keceptan putar
menyebabkan keceptan putar flywheel tetap konstan. Sehingga dengan kata lain
dengan adanya eddy current coupling ini menyebabkan tidak adanya pergeseran
frekuensi pada saat transisi ketika terjadi gangguan listrik.
C. Penggunaan PWM
Cara pengaturan kecepatan yang digunakan adalah dengan menggunakan
teknik PWM (Pulse Width Modulation), salah satu teknik untuk mengatur kecepatan
motor DC yang umum digunakan. Dengan menggunakan PWM kita dapat mengatur
kecepatan yang diinginkan dengan mudah. Teknik PWM untuk pengaturan kecepatan motor
adalah, pengaturan kecepatan motor dengan cara merubah-rubah besarnya duty cycle pulsa.
Pulsa yang yang berubah ubah duty cycle-nya inilah yang menentukan kecepatan motor.
Besarnya amplitudo dan frekuensi pulsa adalah tetap, sedangkan besarnya duty
cycle berubah-ubah sesuai dengan kecepatan yang diinginkan, semakin besar duty
cylce maka semakin cepat pula kecepatan motor, dan sebaliknya semakin kecilduty
cycle maka semakin pelan pula kecepatan motor.
2. Sedangkan saat kondisi saklar terbuka diode menjadi forward bias sehingga
ada aliran tegangan yang melalui
kapasitor.
Seperti halnya boost converter, sinyal duty cycle dapat dibuat dari rangkaian analog
dengan memanfaatkan komponen yang sederhana, yakni kapasitor dan transistor.
Besarnya duty cycle agar tegangan output sesuai yang diharapkan adalah sebagai
berikut:
Nilai induktansi yang dibutuhkan untuk membuat sebuah buck converter adalah
berdasarkan persamaan berikut:
C. Contoh Penggunaan Buck Converter
Contoh aplikasi dari Buck Konverter untuk charger pada solarcell. Dengan
tegangan solarcell 24Volt dan tegangan pengisian battery 12 Volt, maka
dibutuhkan tegangan pengisian sebesar 10-20% lebih besar yaitu 14Volt,
sedangkan disain arus pengisian 2 Ampere sehingga daya beban adalah 28W,
R=Vo/Io = 7ohm, dan frekuensi switching adalah 40Khz, rippel arus yang
diinginkan 10%, rippel tegangan yang diinginkan 4%, effesiensi yang diinginkan
85%, maka disain induktor, kapasitor dari buck konverter.
E. Kesimpulan
1. Converter yang dibuat dapat menghasilkan tegangan keluaran yang berkisar
pada 5volt dc, dengan error 0% s/d 6% pada kondisi tanpa beban, dan 2 s/d
18% pada kondisi dengan beban.
2. Nilai arus keluaran berkisar dari 140mA s/d 240mA, dengan boost converter
justru memiliki arus yang lebih besar, kecuali untuk masukan satu buah baterai.
3. Pada buck converter saat tegangan masukan turun, maka memungkinkan
perubahan kinerja dari buck menjadi boost converter dan arus justru lebih
besar.
4. Nilai efisiensi yang baik dimiliki masing-masing converter dengan masukan
yang kecil (satu baterai untuk boost converter, lima baterai untuk buck
converter), karena hampir seluruh daya masukan sama dengan daya keluaran.
A. Teori Boost Converter
Ketika MOSFET off dan dioda on, arus yang disimpan pada
pada sisi kiri ). Sehingga arus arus yang mengalir pda dioda dan
pada beban penjumlahan antara arus pada sumber dengan arus pada
F. Kurva