Downloadfile-2
Downloadfile-2
Skenario Ke-2
Nama Kelompok : 5A
Telah disetujui
Pada tanggal : 24 Mei 2019
Disusun oleh
Kelompok PBL 5A
1. Irfan Noval Permana
2. Doni
3. Faris Renata
4. Jhihan
5. Mila Wulan Sari Putri
6. Nisa Puji Lestari
7. Nita Nurjanah
8. Selia Salsabila
9. Siti Mutiah Tuljanah
Tutor :
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa
karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas laporan
PBL ini.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr.
Tissaa Oktavira Permatasari,,MmedEd selaku pembimbing yang telah memberikan
pengarahan kepada penulis dan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian tugas laporan PBL ini.
Semoga laporan ini dapat memberikan kontribusi kepada mahasiswa
fakultas kedokteran sebagai bekal kedepanya. Dan tentunya laporan ini masih
sangat jauh dari sempurna. Untuk Dosen pembimbing penulis mengharapkan kritik
dan masukan yang membangun.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
1
Skenario 2
BAB
Terus – Menerus
Step 2
1) Bagaimana proses pencernaan makanan?
2) Apa saja gerakan yg dapat terjadi pada gastrointestinal track?
3) Bagaimana hubungan saraf pada gastrointestinal track?
4) Mengapa stress menyebabkan peningkatan frekuensi BAB?
Step 3
1) 2 proses : mastikasi (pengunyahan) dan menelan (degultasi)
6 proses : injesti, sekresi, pencampuran dan dorongan, pencernaan,
penyerapan, defekasi
2) Gerakan propulsif adalah gerakan yang menyebabkan makanan menuju
saluran cerna.
Gerakan mencampur
3) Sistem saraf enterik ada 2 : plexus mientericus dan plexus meissner
4) Karena stress memicu peningkatan saraf parasimpatis
Step 4
2
1) Mastikasi
Adanya bolus makanan dalam mulut
Kontraksi rebora
Pengasupan gigi geligi rahang turun kebawah dan kembali secara berulang
Menelan ( degultasi )
Volunter
Makanan ditekan secara sadar ke posterior dalam faring
kebelakang lidah kebelakang palatum molle
Pharyngeal
Bersifat involunter membawa jalan makanan melalui faring ke
esofagus
Esofageal
Fase involunter lain yang mengangkut dari faring ke lambung
Peristaltik primer
Adalah kelanjutan dari gelombang peristaltik
dari faring +/- 5-8 detik
Peristaltik sekunder
Adalah saat gerakan primer gagal
Duodenum
Vesica fellea
4
2) Gerakan propulsif
Peristaltik
Gerakan mencampur
Ialah beda dimasing masing saluran :
Pada beberapa tempat kontraksi peristaltik menyebabkan pencampuran
Gerakan pencampuran dinamakan kontraksi kontriktis intermital lokal
Proses terjadi 5-30 detik setelah itu ke usus lain
3) Disatui di no.1
5
Mind Map
GASTROINTESTINAL HUBUNGAN
TRACK SARAF
Gerakan GIT
Proses
pencernaan
makanan
Propulsif Mencampur
Step 5
1. Bagaimana proses pencernaan makanan ?
Step 6
BELAJAR MANDIRI!!!
6
a. Mulut
Gigi sudah dirancang dengan sangat tepat untuk mengunyah. Gigi
geligi anterior (insisivi) bekerja sebagai pemotong yang kuat dan gigi
geligi posterior (molar) sebagai penggiling makanan. Semua otoo
rahang yang bekerja bersama-sama dapat menghasilkan kekuatan gigit
sebesar 55 pon pada insisivus dan 200 pon pada molar.1 Matikasi
merupakan motilitas mulut yang melibatkan pengirisan, penggilingan,
dan pencampuran makanan oleh gigi.2 Fungsi mengunyah adalah:
1. Untuk menggiling dan memecahkan makanan menjadi potongan-
patongan yang lebih kecil sehingga makanan mudah ditelan dan
untuk meningkatkan luas permukaan makanan yang akan terkena
enzim.
2. Untuk mencampur makanan dengan liur.
3. Untuk merangsang kuncup kecap. Dan secara refleks
meningkatkan sekresi liur, lambung, pankreas, dan empedu untuk
7
Saliva
Sekresi liur, yang dinamai salivasi, dikendalikan oleh sistem saraf
otonom. Jumlah liur yang dikeluarkan s tetapi rerata 1000-1500 mL (1-
1,6 qt). Dalam keadaan normal stimulasi parasimpatis menyebabkan
sekresi kontinu liur dalam jumlah sedang sehingga membran mukosa
tetap lembap dan melumasi per gerakan lidah dan bibir sewaktu
berbicara. Liur kemudian ditelan dan membantu melembapkan
esofagus. Akhirnya, sebagian besar komponen liur diserap kembali,
mencegah kehilangan cairan. Stimulasi simpatis mendominasi sewaktu
stres sehingga mulut menjadi kering. Jika tubuh mengalami dehidrasi,
kelenjar liur menghentikan pengeluaran liur untuk menghemat air;
kekeringan mulut yang timbul berperan menim- bulkan rasa haus.
Minum tidak saja memulihkan homeostasis air tubuh tetapi juga
melembapkan mulut.3
Keberadaan dan rasa makanan juga merupakan perangsang kuat
sekresi kelenjar liur. Bahan kimia dalam makanan merangsang reseptor
di papil pengecap di lidah, dan impuls disalurkan dari papil pengecap ke
dua nukleus salivarius di batang otak (nukleus salivatorius superior dan
inferior). Impuls parasimpatis yang kembali di serat-serat nervus tasialis
(VII) dan glosofaringeus (IX) merangsang sekresi liur. Liur terus
dikeluarkan dalam jumlah besar selama beberapa waktu setelah
makanan itelan; aliran liur ini membilas mulut dan melarutkan serta
menyan bahan-bahan kimia iritan yang tersisa misalnya salsa yang lezat
(tetapi pedas!). Mencium, melihat, mendengarkan, atau memikirkan
tentang makanan juga dapat merangsang pengeluaran liur. 3
9
Komposisi dan fungsi air liur, saliva mengandung 99,5 % air dan
0,5% zat terlarut secara kimiawi. Diantara zat terlarut terdapat ion,
termasuk antara lain Ca2+, Na+, Cl-, HCO3-, PO43-. Juga terdapat
beberapa gas sterlarut dan berbagai bahan organic, termasuk urea dan
asam urat, mucus, immunoglobulin A, enzim bakteriolitik lisozim, dan
amylase liur, suatu enzim pencernaan. 3
Tidak semua kelenjar liur memasok bahan yang sama. Kelenjar
parotis mengeluarkan cairan encer (serosa) yang mengandung amilase
liur. Karena kelenjar submandibularis mengandung sel-sel yang mirip
dengan yang terdapat di kelenjar parotis, plus beberapa sel mukosa,
mereka mengeluarkan cairan yang mengandung amilase, tetapi diper
kental oleh mukus. Kelenjar sublingualis mengandung terutama sel
mukosa sehingga mengeluarkan cairan yang jauh lebih kental dan hanya
mengandung sejumlah kecil amilase liur. 3
Air dalam liur merupakan medium untuk melarutkan makanan
sehingga makanan dapat dirasakan oleh reseptor gustatorik sehingga
reaksi pencernaan dapat dimulai. Ion klorida dalam liur mengaktifkan
amilase liur, suatu enzim yang memulai penguraian tepung di mulut
menjadi maltosa, maltotriosa, dan a-dekstrin. Ion bikarbonat dan fosfat
menjadi penyangga untuk makanan bersifat asam yang masuk ke dalam
mulut sehingga liur hanya sedikit asam (pH 6,35-6,85). Kelenjar liur
(seperti kelenjar keringat di kulit) membantu mengeluarkan molekul ab
adanya urea dan asam urat ukus melumasi makanan sehingga makanan
dapat mudah sisa dari tubuh , yang menjadi penyeb dalam liur. M diolah
di dalam mulut, dibentuk menjadi bola, dan ditelan. 3
Immunoglobulin A (IgA) mencagah mikroba melekat sehingga
11
Disgutisi (menelan)
Dimulai ketika suatu bolus, atau gumpalan makanan yang telah
dikunyah atau encer, secara sengaja didorong oleh lidah ke belakang
mulut dan menuju faring. Tekanan bolus merangsang reseptor-reseptor
tekanan faring, yang mengirim impuls ateren ke pusat menelan yang
terletak di medula batang otak. Pusat menelan kemudian secara refleks
mengaktifkan otot-otot yang terlibat dalam proses menelan dalam
urutan yang sesuai. Menelan adalah refleks yang paling rumit di tubuh.
Pada proses menelan, terjadi pengaktifan berbagai respons yang sangat
terkoordinasi dalam suatu pola tuntas-atau-gagal spesifik dalam suatu
periode waktu. Menelan dimulai secara volunter, tetapi sekali dimulai
maka gerakan ini tidak dapat dihentikan. Mungkin Anda pernah Commented [TO1]: Dihubungkan dengan struktur epiglottis,
faring, dan esofagus
mengalaminya ketika sepotong besar permen secara tak-sengaja
terselip ke bagian belakang tenggorokan anda, memicu proses menelan
tanpa Anda inginkan. Berikutnya, kita akan membahas dua tahap
menelan: fase orofaririgeal dan fase esophageal.
a. Tahap orofaring terdiri dari pemindahan bolus dari rnulut melalui
faring untuk masuk ke esofagus. Ketika lidah mendorong bolus
ke faring, bolus makanan harus diarahkan ke dalam esofagus dan
dicegah untuk masuk ke dalam saluran napas seperti saluran
hidung dan trakea. Semua ini diatur oleh aktivitas-aktivitas
terkoordinasi berikut:
1. Posisi lidah yang menekan langit-langit keras menjaga agar
makanan tidak masuk kembali ke mulut sewaktu menelan.
2. Makanan dicegah masuk ke trakea terutama oleh elevasi
laring dan penutupan erat lipatan vokal di pintu masuk
laring, atau glottis. Bagian pertama trakea adalah Icrring,
atau kotak sunra, yang melaluinya lipatan vokal teregang.
12
paling lama terletak paling dekat dengan dinding luar lambung. Normalnya,
bila makanan meregangkan lambung, "refleks vasovagal" dari lambung ke
batang otak dan kemudian kembali ke lambung akan mengurangi tonus di
dalam otot dinding korpus lambung sehingga dinding menonjol keluar secara
progresif, menampung jumlah makanan yang makin lama makin banyak
sampai suatu batas saat lambung berelaksasi sempurna, yaitu 0,8 sampai 1,5
L.
Sekresi Lambung
Mukosa lambung mempunyai dua tipe kelenjar tubular. Kelenjar itu
adalah kelenjar oksintik (disebut juga kelenjar gastrik) dan kelenjar pilorus.
Kelenjar oksintik (pembentuk asam) menyekresi asam hidroklorida,
pepsinogen, faktor intrinsik, dan mukus. Kelenjar pilorus terutama
menyekresi mukus untuk melindungi mukosa pilorus dari asam lambung.
Kelenjar tersebut juga menyekresi hormon gastrin. Faktor-faktor dasar yang
merangsang sekresi lambung adalah Asetilkolin, Gastrin, dan Histamin.
Asetilkolin dilepaskan oleh adanya rangsangan parasimpatis merangsang
sekresi pepsinogen oleh sel-sel peptik, asam hidroklorida oleh sel-sel parietal,
dan mukus oleh sel-sel mukus. Sebagai pembanding keduanya gastrin dan
histamin secara kuat merangsang sekresi asam oleh sel-sel parietal tetapi
mempunyai sedikit efek terhadap sel-sel lain.
Absorbsi (menyerapan)
Makanan selanjutnya memasuki usus halus. Usus halus merupakan
tempat berlangsungnya pencernaan dan penyerapan. Usus halus di bagi
menjadi tiga segmen, yaitu:
21
c. Saraf ekstrinisik
25
d. Hormon pencernaan
Di dalam mukosa bagian-bagian tertentu saluran cerna
terdapat sel-sel kelenjar endokrin khusus yang mengeluarkan
hormon pencernaan yang dapat menimbulkan pengaruh
eksitatorik atau inhibitorik pada otot polos pencernaan dan sel-sel
kelenjar eksokrin. Perlu dicatat bahwa banyak hormon yang sama
ini dibebaskan dari neuron di otak, tempat mereka bekerja sebagai
neurotransmitter dan neuromadulator. Selama perkembangan
embrionik, Dinding saluran cerna Mengandung tiga jenis reseptor
sensorik yang berespons terhadap perubahan lokal di saluran
cerna:
a. kemoreseptar yang peka terhadap komponen kimiawi di
dalam lumen,
b. Mekenoreseptor (reseptor tekanan) yang peka terhadap
regangan atau tegangan di dinding, dan
c. osmoreseptor yang peka terhadap osmolaritas isi lumen.
bagian bawah pada saat yang tidak tepat sepanjang hari karena
tidak adanya pengontrolan secara sadar melalui kontraksi atau
relaksasi volunter sfingter ani eksternus.
Reflex muntah
Muntah, atau emesis, ekspulsi paksa isi lambung keluar melalui
mulut, tidak terjadi karena peristalsis terbalik di lambung, seperti yang
mungkin telah diperkirakan. Sebenarnya lambung itu sendiri tidak
secara aktif berperan dalam muntah. Lambung, esofagus, dan sfingter-
sfingter terkaitnya semua melemas sewaktu muntah. Gaya utama
penyebab ekspulsi, yang mengejutkan, berasal dari kontraksi otot-otot
pernapasan yaitu, diafragrna (otot inspirasi utama) dan otot abdomen
(otot ekspirasi aktit). Tindakan kompleks muntah dikoordinasikan oleh
pusat muntah di medula batang otak. Muntah dimulai dengan inspirasi
dalam dan penutupan glotis. Kontraksi diafragma menekan ke bawah
ke lambung sementara secara bersamaan kontraksi otot-otot perut
menekan rongga abdomen, meningkatkan tekanan intra abdomen dan
memaksa visera abdomen bergerak ke atas. Sewaktu lambung yang
melemas terperas antara diafragma di atas dan rongga abdomen yang
mengecil di bawah, isi lambung terdorong ke atas melalui stingter-
sfingter dan esofagus yang melemas serta keluar melalui mulut. Glotis
34
Efek muntah
Pada muntah yang berlebihan, tubuh mengalami kehilangan
banyak cairan dan asam yang secara normal akan direabsorpsi.
Penurunan volume plasma yang terjadi dapat menyebabkan dehidrasi
dan masalah sirkulasi, dan kehilangan asam dari lambung dapat
menyeliabkan alkalosis metabolikenyebab muntah. [1]
dengan sistem ini. Salah satunya mempunyai badan sel sendiri dalam
sistem saraf enterik tetapi mengirimkan akson-aksonya melalui saraf
otonomik yang berakhir di ganglia simpatis prevertebral, yaitu di
ganglia seliaka, mesenterik dan hipogastrik. Jenis serabut saraf aferen
lain memiliki badan selnya di ganglia saraf kranialias. Serabut saraf ini
mengirimkan sinyal-sinyalnya langsung ke dalam medula spinalis atau
batang otak, berjalan di dalam traktus saraf yang sama bersama dengan
serabut saraf simpatis atau parasimpatis. Sebagai contoh, 80 persen
serabut saraf di dalam saraf vagus bersifat aferen bukan eferen.
Pengaruh anatomis sistem saraf enterik serta hubungannya
dengan sistem saraf simpatis dan parasimpatis mendukung tiga jenis
refleks gastrointestinal yang sangat berguna untuk pengaturan
gastrointestinal. Pengaturan tersebut adalah:
a. Refleks-refleks seluruhnya terjadi di dalam sistem saraf enterik.
Refleks-refleks tersebut meliputi refleks-refleks yang mengatur
sekresi gastrointestinal, peristaltik, kontraksi campuran, efek
penghambatan lokal. Refleks-refleks dari usus ke ganglia
simpatis prevertebral dan kemudian kembali ke traktus
gastrointestinal. Refleks-refleks ini mengirim sinyal untuk jarak
yang jauh dalam traktus gastrointestinal, seperti sinyal dari
lambung untuk menyebabkan pengosongan kolon (refleks
gastrokolik), sinyal dari kolon dan usus halus untuk menghambat
motilitas lambung dan sekresi lambung (refleks enterogastrik),
refleks-refleks dari kolon untuk menghambat pengosongan isi
ileum ke dalam kolon (refleks kolonoileal).
b. Refleks-refleks dari usus ke medula spinalis atau batang otak dan
kemudian kembali ke traktus gastrointestinal. Refleks-refleks ini
meliputi:
1. Refleks-refleks yang berasal dari lambung dan duodenum
ke batang otak dan kembali ke lambung melalui saraf vagus
untuk mengatur aktivitas motorik dan sekretorik lambung.
40
e. Sekresi Pankreas
Enzim-enzim pencernaan pankreas disekresi oleh asini
pankreas, dan sejumlah besar larutan natrium bikarbonat
disekresi oleh duktulus kecil dan duktus lebih besar yang berasal
dari asini. Produk kombinasi berupa enzim dan natrium
48
Usus besar
Panjang usus besar sekitar 1,5 meter dan terdiri dari sekum, apendiks, kolon
(asenden,transversum,desendens,dan sigmoid). Rektum dan anus. Sekum adalah
kantong yang menerima kimus dari ileum. kimus masuk ke kolon , yang naik ke
atas kemudian melintang rongga perut dan turun kebawah menuju anus. Empat
bagian kolon adalah kolon asenden, transversum, desendens dan sigmoid. Dua
sfingter mengendalikan isi usus melalui sekum dan kolon;yaitu katup ileosekal
yang menerima kimus dari ileum ke sekum. Commented [TO5]: Tidak boleh seperti ini, cari gambar nya dan
tulis sumbernya
Refleks Defekasi
Gerakan peristaltik mendorong bahan feses dari kolom sigmoid ke rektum.
Distensi dinding rektum yang terjadi sebagai berikut : reseptor mengirim impuls
melalui saraf sensorik ke medula spinalis sakralis. Impuls motorik dari medula
spinalis berjalan di sepanjang saraf parasimpatis kembali ke kolon desendens,kolon
sigmoid, rektum dan anus. Kontraksi otot rektum longitudinal yang terjadi
memperpendek rektum sehingga tekanan di dalam rektum meningkat. Tekanan ini,
60
bersama dengan kontraksi volunter diafragma dan otot abdomen, plus stimulasi
parasimpatis, membuka sfingter ani internus.
Sfingter ani eksternus berada di bawah kontrol kesadaran.jika secara sengaja
dilemaskan, terjadi defekasi dan tinja dikeluarkan melalui anus; jika secara di
konstrisikan, defekasi dapat ditunda. Kontraksi volunter diafragma dan otot
abdomen membantu defekasi dengan meningkatkan tekanan di dalam abdomen,
yang mendorong dinding kolon sigmoid dan rektum ke arah dalam. Jika tidak
terjadi defekasi, feses kembali ke kolon sigmoid sampai gelombang peristalsis
massal berikutnya merangsang reseptor regang, kembali menciptakan dorongan
untuk buang air besar. Frekuensi buang air besar seseorang dalam kurun waktu
tertentu bergantung pada banyak faktor misalnya diet, kesehatan dan stress. Kisaran
normal frekuensi buang air besar bervariasi dari dua atau tiga kali per hari hingga
tiga atau empat kali seminggu.
Defekasi Pada sebagian besar waktu, rektum tidak berisi feses. Hal ini
sebagian adalah akibat dari kenyataan bahwa terdapat sfingter fungsional yang
lemah sekitar 20 cm dari anus pada perbatasan antara kolon sigmoid dan
rektum. Di sini terdapat juga sebuah sudut tajam yang menambah resistansi
terhadap pengisian rektum. Bila gerakan massa mendorong feses masuk ke
dalam rektum, segera timbul keinginan untuk defekasi, termasuk refleks
kontraksi rektum dan relaksasi sfingter anus. Pendorongan massa feses yang
terus-menerus melalui anus dicegah oleh konstriksi tonik dari (1) sfingter ani
internus, penebalan otot polos sirkular sepanjang beberapa sentimeter yang
terletak tepat di sebelah dalam anus, dan (2) sfingter ani eksternus, yang
terdiri atas otot lurik volunter yang mengelilingi sfingter internus dan meluas
ke sebelah distal. Sfingter eksternus diatur oleh serat-serat saraf dalam nervus
pudendus, yang merupakan bagian sistem saraf somatis dan karena itu di
bawah pengaruh volunter, dalam keadaan sadar atau setidaknya dalam bawah
sadar; secara bawah sadar, sfingter eksternal biasanya secara terus-menerus
mengalami konstriksi kecuali bila ada impuls kesadaran yang menghambat
konstriksi. Refleks Defekasi. Biasanya, defekasi ditimbulkan oleh refleks
defekasi. Satu dari refleks-refleks ini adalah refleks intrinsik yang diperantarai
oleh sistem saraf enterik setempat di dalam dinding rektum. Hal ini dapat
61
Paulsen F, Waschke J. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Edisi ke-23. Jakarta: EGC;
2014.
Gerard J. Tortora dasar Anatomi dan fisiologi. Jilid 2. Edisi 13 Jakarta; EGC: 2014
Tortora GJ. Dasar Anatomi dan Fisiologi. Ed 13 Vol 2. Jakarta ; EGC. 2014