Anda di halaman 1dari 4

Nama Kelompok 4:

1. Nur Alinda Nila Sari 2016710066


2. Holis Tiawati 2016710044
3. Hilda Musaad 2016710076

KASUS I

AMBON, KOMPAS.com — Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Meikyal


Ponto mengatakan, keracunan makanan diduga menjadi penyebab 158 warga di
Desa Selamon, Kecamatan Pulau Banda, Kabupaten Maluku Tengah, terserang
penyakit diare.

Ponto mengatakan, dari laporan yang diterima, sebelum ratusan warga tersebut
terkena diare, mereka sempat mengonsumsi hidangan dalam sebuah acara pesta
di desa mereka. Setelah itu banyak dari warga terserang diare. “Jadi sebelumnya
ada acara pesta di desa. Saat ini kami sedang berusaha untuk mendapatkan
sampel makanan yang dikonsumsi warga di sana,” ujarnya. Ponto membantah
diare di Desa Selamon disebabkan oleh wabah. “Jadi tidak ada wabah diare di
sana. Yang ada warga mengonsumsi makanan yang berbahaya," ujarnya.

Saat ini ratusan warga yang terkena diare telah dipulangkan ke rumah masing-
masing. Camat Banda Kadir Sarlian mengatakan, dugaan kuat ratusan warga
desa terserang diare karena mngonsumsi makanan dari acara pesta yang dihadiri
warga. ”Itu karena mereka mengonsumsi hidangan di acara pesta. Dari situ
mereka terkena diare,” ujarnya. Sebelumnya diberitakan, 158 warga Desa
Selamon dirawat setelah terserang diare sejak Minggu malam. Dari ratusan
warga yang terkena diare, 23 warga dirawat intensif lantaran kondisi mereka
yang lemah.

https://regional.kompas.com/read/2019/02/25/15343201/158-warga-maluku-
tengah-terkena-diare-karena-keracunan-makanan-pesta
Pertanyaan

1. Sebagai seorang ahli epidemiologi, apa tindakan yang akan Anda lakukan jika kasus
tersebut terjadi di wilayah Anda?
2. Lakukan tahap-investigasi wabah 1,2,3,4,5 berdasarkan buku!
3. Apakah kejadian tersebut bisa dinyatakan KLB atau Tidak? Kenapa?

Jawaban
1. Tindakan yang dapat dilakukan sebagai seorang ahli epidemiologi ketika terjadinya
KLB di suatu wilayah adalah dengan:
a. Mempersiapkan APD untuk di lapangan agar mengurangi risiko terjadinya
penularan kasus dari KLB
b. Melakukan investigasi langsung pada tempat kejadian kasus
c. Melakukan koordinasi dengan pelayanan kesehatan primer setempat untuk
memastikan adanya kejadian kasus dengan angka serangan tinggi yang signifikan
d. Melakukan kerjasama dengan tim medis terhadap hasil pemeriksaan laboratorium
akibat diare yang menyerang warga diduga karena keracunan makanan
e. Melakukan identifikasi sumber penularannya dengan cepat
f. Melakukan upaya-upaya penanggulangan terhadap kasus KLB yang terjadi

2. a) Tahap 1: Persiapan lapangan


- Persiapan investigasi: investigator harus mempersiapkan pengetahuan terkait
kasus yang terjadi di Desa Selamon, Kabupaten Maluku Tengah, teknik
pengumpulan data saat di lapangan, keterampilan analisis data, persediaan
kelengkapan kuesioner, alat tes laboratorium, alat uji sampel makanan yang
diduga sebagai sumber penularan, persediaan obat-obatan
- Persiapan administrasi: membuat surat perizinan turun langsung ke lapangan
kepada Kepala Desa Selamon, pembagian tugas untuk di lapangan, persiapan
APD untuk di lapangan seperti masker, sarung tangan, dan sebagainya.
- Persiapan konsultasi: tim investigator sudah harus tahu perannya saat di
lapangan untuk menyelidiki kasus diare yang diduga karena keracunan makanan
pada acara pesta tersebut

b) Tahap 2: Memastikan adanya wabah


Diketahui kasus diare terjadi setelah warga mengkonsumsi makanan dalam sebuah
acara pesta di hari Minggu malam, yang diduga karena keracunan makanan.
Insiden KLB keracunan makanan ini menyerang 158 warga dan 23 warga dirawat
secara intensif karena kondisi lemah mengalami dehidrasi. Pada hari Senin dini
hari, pasien bertambah menjadi 162 orang. Kasus ini tidak biasanya terjadi dan
menyerang hingga ratusan warga dengan penyebab yang sama dan tempat yang
sama dalam satu waktu. Berdasarkan informasi yang ada dapat diketahui bahwa
memang kejadian merupakan KLB keracunan makanan

c) Tahap 3: Memverifikasi diagnosis


Tim kesehatan melakukan pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan feses
pada warga yang terserang diare. Selain itu, dinas kesehatan juga melakukan uji
sampel makanan yang dikonsumsi oleh warga tersebut yang diduga menjadi
sumber penularan dari terjadinya KLB keracunan makanan.

d) Tahap 4a: Membuat definisi kasus


Definisi yang dikembangkan Direktorat Surveilan dan Penyuluhan
Keamanan Pangan, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
(BPOM-RI) tentang KLB Keracunan Pangan adalah suatu kejadian dimana
terdapat dua orang atau lebih yang menderita sakit dengan gejala yang sama atau
hampir sama setelah mengonsumsi pangan, dan berdasarkan analisis epidemiologi,
pangan tersebut terbukti sebagai sumber penularan. Salah satu agent penyebab
KLB Keracunan Pangan adalah keberadaan bakteri pathogen yang berlebihan
dalam pangan. Senyawa kimia, seperti logam berat, nitrit, toksin jamur dan residu
pestisida juga merupakan penyebab KLB Keracunan Pangan. Sedangkan World
Health Organization (WHO) mendefinisikan Kejadian Luar Biasa (KLB)
keracunan pangan atau dikenal dengan istilah “foodborne disease outbreak”
sebagai suatu kejadian dimana terdapat dua orang atau lebih yang menderita sakit
setelah mengkonsumsi pangan yang secara epidemiologi terbukti sebagai sumber
penularan.
Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan suatu kejadian/kasus yang
menunjukkan peningkatan kejadian secara luar biasa didalam suatu kelompok.
Kejadian Luar Biasa ini bisa di akibatkan dari kontaminasi suatu bahan kimia dan
atau disebabkan oleh mikroorganisme. Tanda-tanda klinik keracunan pangan
dibagi atas enam kategori seperti : pertama, gejala pada saluran gastrointestinal
atas berupa mual dan muntah; kedua, gejala pada saluran gastrointestinal bawah
seperti kejang perut dan diare; ketiga, gejala infeksi umum seperti demam,
menggigil, rasa tidak enak, letih, dan pembengkakan kelenjar limfe; keempat,
gejala alergik misalnya wajah memerah, dan gatal-gatal; kelima, gejala neurologik
misalnya gangguan penglihatan, perasaan melayang, dan paralisis; dan keenam,
gejala sakit tenggorokan dan pernafasan

Tahap 4b: Menemukan dan menghitung kasus


Investigator melakuan identifikasi kasus berupa identitas kasus dan
kakateristik demografis (nama, umur, jenis kelamin, dll), karakteristik klinis
(riwayat penyakit, keluhan dan tanda sakit yang dialami, serta hasil lab), dan
karakteristik penyebab penyakit (dalam kasus diketahui bahwa adanya klb
keracunan makanan) maka investigator dapat melakukan uji sampel makanan.
Petugas dapat mengambil contoh makanan/minuman yang diduga sebagai
penyebab keracunan.
Adapun sumber informasi kasus yang terjadi di desa selamon bisa didapatkan
dari warga, puskesmas, RSUD, dll. Informasi/laporan yang diterima kemudian
harus segera diolah untuk perhitungan kasus.
e) Tahap 5: Epidemiologi deskriptif berdasarkan waktu, tempat, orang
- Deskriptif berdasarkan waktu
Kasus terjadi pada hari Minggu malam tanggal 24 Februari 2019 hingga dini hari
Selasa tanggal 25 Februari 2019.
- Deskriptif berdasarkan tempat
Kasus terjadi dalam sebuah acara pesta di Desa Selamon, Kecamatan Pulau
Banda, Kabupaten Maluku Tengah
- Deskriptif berdasarkan orang
Kasus klb ini menyerang anak-anak, orang dewasa, paruhbaya dan lanjut usia,
karena mengkonsumsi makanan atau minuman yang tidak layak

3. Ya
Kasus diare pada kejadian tersebut disebabkan oleh keracunan makanan dengan
menunjukan jumlah kasus yang tidak biasa (banyak) dalam waktu yang singkat.
Diketahui kasus tersebut terjadi setelah mengkonsumsi makanan saat menghadiri
acara pada hari Minggu, 24 Februari 2019, dalam jangka waktu 1x24 jam setelah
keracunan makanan (25 Februari 2019) sebanyak 158 warga dilaporkan menderita
diare, bahkan sebanyak 23 warga dirawat intensif. Selain itu pada tanggal 26 Februari
terjadi peningkatan kasus menjadi 162 warga. Kasus diare juga terjadi di satu wilayah
saja yaitu di Desa Selamon, sehingga kejadian tersebut bisa ditetapkan sebagai KLB
keracunan makanan

Anda mungkin juga menyukai