Oleh :
Ir. Farry Firman Hidayat,MSIE ( Ketua)
Ainul Haq,ST.,MMSI (Anggota)
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknologi Industri
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa , yang telah memberi rahmat-Nya,
sehingga Modul Pengembangan Analisis Perancangan Kerja Menggunakan Software Catia
dapat diselesaikan.
Pembuatan modul pengembangan ini merupakan salah satu program insentiff staff
PH_I untuk tahun anggaran 2009 di Jurusan Teknik Industri Universitas Gunadarma. Pada
kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih kepada Ibu Rektor Universitas
Gunadarma Prof. Dr. E. S. Margianti, SE., MM., beserta seluruh pimpinan Universitas
Gunadarma, Program Hibah Kompetisi (PHK-I) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional, yang telah mendanai proses pembuatan modul ini dan
semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penyusun percaya, bahwa modul ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan modul
pengembangan ini di masa yang akan datang.
Bab Halaman
KATAPENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................ 2
3. ERGONOMI .............................................................................................. 49
3.1 Tujuan Ergonomi ....................................................................................... 51
3.2 Antropometri .............................................................................................. 52
3.3 Pertimbangan Antropometri dalam Design ............................................... 54
3.4 Jenis Pengukuran Antropometri ................................................................. 56
3.5 Data Antropometri ..................................................................................... 57
3.6 Antropometri Pada Posisi Duduk............................................................... 58
3.7 Beberapa Sumber Variabilitas ................................................................... 58
3.8 Pengukuran Dimensi Tubuh ...................................................................... 61
3.9 Penggunaan Data Antropometri ................................................................. 62
3.10 Kenyamanan dan Ketidaknyamanan Duduk ............................................ 63
3.11 Kolumna Vertebralis ............................................................................... 65
3.12 Sikap Dusuk ............................................................................................ 67
3.13 Kelainan Tulang Karena Kebiasaan Posisi Duduk yang Salah ............... 68
3.14 Pendekatan-Pendekatan Untuk Perancangan Kursi ................................. 70
3.15 Kriteria Kursi yang Ideal ......................................................................... 71
3.16 Kenyamanan dan Ketidaknyamanan Duduk ............................................ 75
3.17 Tipe Kendaraan Roda Empat Jenis Mobil ............................................... 76
3.18 Penyebab Kecelakaan dalam Pengendara Mobil ..................................... 77
3.19 Jok Pengemudi Tipe Minibus .................................................................. 78
3.20 Dinamika Posisi Duduk ........................................................................... 79
3.21 Pertimbangan Antropometri Perancangan Tempat Duduk ...................... 82
3.22 Tinggi Tempat Duduk .............................................................................. 83
3.23 Kedalaman Tempat Duduk ...................................................................... 85
3.24 Sikap Mengemudi .................................................................................... 88
3.25 Desain Tempat Duduk ............................................................................. 88
3.26 Perencanaan Produk ................................................................................. 90
3.27 Konsep Persentil ...................................................................................... 91
3.28 Teknik Penarikan Sampel dan Penentuan Ukuran Sampel ...................... 92
3.29 Kuesioner Nordic Body Map ................................................................... 93
3.30 Validitas dan Reliabilitas ......................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
Perkembangan komputer yang pesat dewasa ini telah mendukung beberapa tahapan
pengembangan produk dari pembuatan konsep, disain, manufaktur dan analisis.
Perencanaan atau pendisainan suatu produk membutuhkan suatu alat bantu yaitu perangkat
lunak disain. Namun sering kali perangkat lunak tersebut tidak digunakan dengan maksimal,
karena kurangnya kemampuan disainer menguasai keunggulan-keunggulan yang ada dalam
perangkat lunak. Hal tersebut bertentangan dengan prinsip-prinsip Sustainable Product
Development. Dari sebagaian perangkat lunak, untuk pemodelan solid ada beberapa yang
sudah mengaplikasikan model parametrik. Model parametrik mempunyai konsep merancang
atau mengembangkan suatu produk dengan mengendalikan parameter-parameter yang
terdapat pada model.
Perangkat lunak Catia V5R18 sebagai salah satu perangkat lunak model solid yang memiliki
kemampuan parametrik diaplikasikan dalam perencanaan desain produk. Dengan adanya
perangkat lunak Catia diharapkan perencanaan variasi desain produk dapat dilakukan dengan
hanya menggambar model dasarnya saja dan mengatur parameter-parameter yang ada,
sehingga waktu pengerjaan dapat dipersingkat sesuai dengan prinsip-prinsip Sustainable
Product Development. Catia relatif mudah digunakan (user friendly), berorientasi kepada
proses (process centric) dan handal dalam membuat desain dengan geometri yang kompleks.
Catia banyak digunakan dalam dunia industri terutama di sektor penerbangan, otomotif,
mesin industri, listrik, elektronik, kapal, pabrik desain, dan barang konsumen.
Selain mendukung dalam pembuatan konsep, disain, dan manufaktur, Catia juga
memiliki kemampuan analisis ergonomi. Catia dapat memaksimalkan kenyamanan,
keamanan, dan kinerja manusia melalui penerapan ergonomi berupa pengevaluasian semua
elemen manusia dalam interaksinya dengan workcell. Dengan demikian bisa memperkirakan
secara akurat kinerja manusia, memastikan sesuai dengan standar dan memaksimalkan
kinerja.
1.2 Tujuan
3. Memperkuat kompetensi Jurusan Teknik Industri di bidang disain dan analisis ergonomi
Langkah yang harus dilakukan untuk membuka program Catia adalah sebagai berikut.
1. Pilih Start-All Program_Catia V5R18, lalu muncul tampilan seperti gambar 2.1
2. Seterusnya masuk ke tampilan part design untuk menggambar objek 3D dengan cara:
Pilih File-New (muncul kotak dialog New gambar 2.2) – pilih Part –OK, maka akan
Pilih Tools-Options (muncul kotak dialog options) – Pilih Parameters and Measures –
4. Part design adalah suatu tampilan untuk menggambar objek 3D solid setelah dibuat
5. Toolbar yang digunakan untuk keluar dari tampilan part design adalah toolbar sketch,
dan toolbar yang digunakan untuk keluar dari tampilan sketcher adalah toolbar exit
workbeanch.
2.2 Sketcher
2.2.1 Toolbar Profile
Toolbar profile digunakan untuk menggambarkan skets dalam bentuk garis dan busur yang
saling berhubungan
Langkah penggambaran:
1. Pilih/klik toolbal profil
2. Pilih DP1, (Tempat memulai penggambaran yang diinginkan)
3. Pilih DP2, pilih three point arc , pilih DP3, DP4, dan DP1
a. Toolbar rectangle
Toolbar rectangle digunakan untuk menggambar skets empat persegi panjang.
Langkah pengaambaran:
1. Pilih toolbar rectangle
2. Pilih DP1 dan DP2
b. Tool oriented rectangle
Toolbar ini digunakan untuk menggambar persegi yang saling tegak tegak lurus dan
parallel
Langkah penggambaran:
1. Pilih toolbar oriented rectangle
2. Pilih DP1, DP2 dan DP3
c. Toolbar parallelogram
Toolbar ini digunakan untuk menggambar persegi empat yang saling parallel antara
dua sisi yang saling berhadapan
Langkah penggambaran:
1. Pilih toolbar parallelogram
2. Pilih DP1, DP2 dan DP3
d. Toolbar elongated hole
Toolbar ini digunakan untuk menggambar dua garis sejajar dan sekaligus dua busur
setengah lingkaran seperti gambar toolbar –nya.
Langkah penggambaran:
1. Pilih toolbar elongated hole
2. Pilih DP1 (sebagai pusat busur 1), DP2 (sebagai pusat busur 2), dan DP3 (sebagai
jari-jari busur)
Langkah penggambaran:
1. Pilih toolbar hexagon
2. Pilih DP1 (sebagai pusat hexagon), DP2 (sebagai jarak dari pusat garis hexagon)
h. Toolbar centered rectangle
Toolbar ini digunakan untuk menggambar objek berbentuk persegi empat dengan
menentukan titik pusat persegi dan salah satu titik sudut persegi.
Langkah penggambaran:
1. Pilih toolbar centered rectangle
2. Pilih DP1 (sebagai pusat rectangle), DP2 (sebagai sudut rectangle)
g. Toolbar Arc
Toolbar ini digunakan untuk menggambar busur dengan cara menentukan 3 buah titik
dimana titik pertama sebagai pusat busur, titik kedua sebagai pembatas awal busur
dan titik ketiga sebagai pembatas akhir busur.
Langkah penggambaran:
1. Pilih toolbar arc
2. Pilih DP1 (sebagai pusat busur) dan DP2 (sebagai batas awal busur) dan DP3
(sebagai batas akhir busur).
2.2.4 Toolbar Spline
Toolbar ini digunakan untuk menggambar kurva sembarang dengan cara menentukan
beberapa atau banyak titik.
Langkah penggambaran:
1. Pilih toolbar spline
2. Pilih DP1, DP2, DP3, DP4 dan untuk memutuskan kurva lakukan dua kali
pengklikan.
2.2.5 Toolbar Conic
Pada toolbar conic terdapat 4 buah toolbar yaitu ellipse, parabola, hyperbola dan conic.
a. Toolbar ellipse
Toolbar ini digunakan untuk menggambar ellipse dengan cara menentukan titik pusat
ellipse, menenukan titik sumbu mayor (sumbu panjang) dan titik sumbu minor
(sumbu pendek).
Langkah penggambaran:
1. Pilih toolbar ellipse
2. Pilih DP1 (titik pusat ellips), DP2 (titik sumbu mayor/minor), dan DP3 (titik yang
mempunyai jarak terhadap titik focus ellips)
b. Toolbar parabola
Toolbar ini digunakan untuk menggambar parabola dengan cara menentukan titik
focus, titik puncak, titik batas awal parabola dan titik batas akhi parabola.
Langkah penggambaran:
1. Pilih toolbar parabola
2. Pilih DP1 (titik fokus parabola), dan DP2 (titik puncak parabola), DP3 (titik batas
awal parabola), dan DP4 (titik batas akhir parabola)
c. Toolbar hyperbola
Toolbar ini digunakan untuk menggambar hiperbola dengan cara menentukan titik
fokus, titik pusat, titik sebagai garis aimtot, titik sebagai batas awal hiperbola dan titik
sebagai batas akhir hiperbola.
Langkah penggambaran:
1. Pilih toolbar hyperbola
2. Pilih DP1 (titik fokus hiperbola), DP2 (titik pusat hiperbola), DP3 (titik sebagai
garis asimtot), DP4 (titik sebagai batas awal hiperbola), dan DP5 (titik sebagai
batas akhir hiperbola)
d. Conic
Toolbar ini digunakan untuk menggambar conic dengan cara menentukan dua titik
singgung pada objek.
Langkah penggambaran:
1. Pilih toolbar
2. Pilih DP1 (titik singgung 1), DP2 (titik singgung 2), DP3 (titik yang dilalui conic)
Langkah penggambaran:
1. Pilih toolbar trim
2. Pilih DP1 (bagian objek yang dipertahankan) tarik sampai batasan yang
diinginkan (sampai DP2 misalnya), maka bagian yang tidak dipilih akan terhapus.
d. Toolbar break
Toolbar ini digunakan untuk memotong/memisah bagian objek menjadi 2 bagian
dengan cara mengklik posisi objek dan memilih pembatasnya.
Langkah pemakaian:
1. Pilih toolbar break
2. Pilih DP1 (objek yang hendak di break), dan DP2 (titik pembatas garis yang
dipotong/dipisah) maka garis sekarang menjadi dua buah dan saling berimpit.
e. Toolbar quick trim
Toolbar ini digunakan untuk memotong bagian objek dengan cepat sampai batas yang
ada.
Langkah pemakaian:
1. Pilih toolbar quick trim
2. Pilih DP1 (bagaian objek yang dibuang/dipotong)
f. Toolbar closed
Toolbar ini digunakan untuk menggambar objek (busur) menjadi objek tertutup
Langkah penggambaran:
1. Pilih toolbar closed
2. Pilih DP1 (busur yang hendak dijadikan lingkaran)
g. Toolbar complement
Toolbar ini digunakan untuk menggambar pasangan busur yang ada dengan
meniadakan busur sebelumya
Langkah penggambaran:
1. Pilih toolbar complement
2. Pilih DP1 (busur yang hendak digambar komplemennya)
h. Toolbar mirror
Toolbar ini digunakan untuk mencerminkan objek yang ada terhadap garis cermin
yang dipilih.
Langkah penggambaran:
1. Pilih toolbar mirror
2. Pilih DP1 (bagian objek yang hendak dicerminkan), DP2 (sebagai garis cermin)
i. Toolbar symetri
Toolbar ini digunakan untuk menggambar objek simetri terhadap objek pertama
(tetapi objek yang pertama hilang)
Langkah penggambaran:
1. Pilih toolbar symetri
2. Pilih DP1 (bagian objek yang hendak disimetrikan), DP2 (sebagai sumbu simetri)
j. Toolbar translate
Toolbar ini digunakan untuk memperbanyak objek dalam arah yang diinginkan
(translasi) sekaligus menentukan jarak antara masing-masing objek tersebut.
Langkah penggambaran:
1. Pilih toolbar translate , muncul kotak dialog Translation definition
2. Pada instance(s): isi 4 (memperbanyak objek sebanyak 4 kali)
3. Pilih DP1 (objek yang hendak diperbanyak), pilih DP2 (sebagai titik awal
perbanyakan (base point).
4. Pada value: isi 70 (jarak antar objek 70 satuan), lalu pilih OK
5. Pilih DP3 (sebagai arah perbanyakan objek)
k. Toolbar rotate
Toolbar ini digunakan untuk memperbanyak objek dalam arah melingkar
Langkah penggambaran:
1. Pilih toolbar rotate , muncul kotak dialog Rotation definition.
2. Pada instance(s): isi 6 (objek diperbanyak menjadi 6)
3. Pilih DP1 (objek yang hendak diperbanyak), pilih DP2 (sebagai titik pusat
perputaran perbanyakan objek)
4. Pada value: isi 60 (sudut antara masing-masing objek), lalu pilih OK.
l. Toolbar scale
Toolbar ini digunakan untuk memperbesar atau memperkecil objek
Langkah penggambaran:
1. Pilih toolbar scale , muncul kotak dialog scale definition
2. Pilih DP1 (objek yang hendak diperkecil), pilih DP2 (sebagai titik pusat
perkecilan objek)
3. Pada value: isi 0.5 (perkecilan objek setengah kali), lalu pilih OK
m. Toolbar offset
Toolbar ini digunakan untuk menggambar objek yang sejajar dengan objek yang
dipilih (jika garis) dan jaraknya dapat ditentukan
Langkah penggambaran:
1. Pilih toolbar offset
2. Pilih DP1 (objek yang hendak di-offset), pilih DP2 (tempat peletakan hasil offset)
kemudian akan muncul kotak dialog constraint definition dengan cara meng-klik
2 kali teks ukuran dan ganti dengan 140 lalu OK.
Beberapa perintah lainnya adalah sebagai berikut:
1. Toolbar constraints defined in dialog box
Toolbar ini digunakan untuk menggambar objek-objek agar saling berhubungan satu
dengan yang lainnya dan sesuai dengan yang diinginkan.
III. ERGONOMI
Perubahan waktu walaupun secara perlahan lahan, telah merubah manusia dari
keadaan primitif menjadi manusia yang berbudaya. Kejadian ini antara lain terlihat
pada perubahan rancangan peralatan peralatan yang dipakai, yaitu mulai dari batu yang
tidak berbentuk menjadi batu yang mulai berbentuk dengan meruncingkan beberapa
bagian dari batu tersebut. Perubahan pada alat sederhana ini, menunjukkan bahwa
manusia telah sejak awal kebudayaannya berusaha memperbaiki alat alat yang
dipakainya untuk memudahkan pemakaiannya. Kemudian di abad ke 20, manusia mulai
mensistemasikan cara cara perbaikan tersebut dan secara khusus mengembangkannya.
Usaha usaha ini berkembang terus dan sekarang dikenal sebagai salah satu cabang ilmu
yang disebut ergonomi (Sutalaksana, 1979).
Ergonomi menurut Sutalaksana (1979) ialah suatu cabang ilmu yang sistematis
untuk memanfaatkan informasi informasi mengenai sifat, kemampuan dan
keterbatasan manusia untuk merancang suatu sitem kerja sehingga manusia dapat
hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan
melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan nyaman. Istilah Ergonomi berasal dari
bahasa latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang artinya hukum alam
(Nurmianto, 2003; Wignjosoebroto, 2003). Ergonomi dapat pula didefinisikan sebagai
studi tentang aspek aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara
anatomi, fisiologi, psikologi, teknik, manajemen dan desain/perancangan (Nurmianto, 2003).
Menurut Wignjosoebroto (2003) ergonomi didefinisikan sebagai perancangan manusia-
mesin berhadapan sehingga pekerja dan mesin (atau produk lainnya) bisa berfungsi
lebih efektif dan efesien sebagai sistem manusia- mesin yang terpadu. Dengan demikian
ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam
kaitannya dengan pekerjaannya. Maksud dan tujuan disiplin ergonomi adalah
mendapatkan suatu pengetahuan yang utuh tentang permasalahan-permasalahan interaksi
manusia dengan teknologi dan produk-produknya, sehingga dimungkinkan adanya suatu
rancangan system manusia-manusia (teknologi) yang optimal (Wignjosoebroto, 2003).
Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efesiensi, kesehatan dan kenyamanan
manusia di tempat kerja, di rumah dan tempat rekreasi (Nurmianto, 2003). Disiplin ilmu
ergonomi banyak diaplikasikan dalam berbagai proses perancangan produk ataupun
operasi kerja sehari-hari (Wignjosoebroto, 2003). Penerapan faktor ergonomi lainnya
yang tidak kalah pentingnya adalah untuk desain dan evaluasi produk. Produk-produk
yang didesain atau dievaluasi haruslah dapat dengan mudah diterapkan (dimengerti dan
digunakan) pada sejumlah populasi masyarakat tertentu tanpa mengakibatkan bahaya
resiko dalam penggunaannya (Nurmianto, 2003).
Maksud dan tujuan disiplin ergonomi adalah mendapatkan suatu pengetahuan yang
(teknologi) yang optimal (Wignjosoebroto, 2003: 55). Ergonomi berkenaan pula dengan
optimasi, efesiensi, kesehatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah dan tempat
produk (man-made objects) ataupun operasi kerja sehari-hari (Wignjosoebroto, 2003: 55).
Penerapan faktor ergonomi lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah untuk desain dan
evaluasi produk. Produk-produk yang didesain atau dievaluasi haruslah dapat dengan mudah
diterapkan (dimengerti dan digunakan) pada sejumlah populasi masyarakat tertentu tanpa
3.2 Antropometri
Istilah antropometri berasal dari kata anthro yang berarti manusia dan metri
yang berarti ukuran. Secara definitif anthropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi
yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia (Wignjosoebroto, 2003).
Anthropometri menyelidiki manusia dari segi keadaan dan ciri-ciri fisiknya
(Sutalaksana, 1979). Menurut Stevenson (1989) dan Nurmianto (1991) anthropometri
dapat juga diartikan sebagai salah satu kumpulan data numerik yang berhubun gan den
gan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari
data tersebut untuk penanganan masalah design (Nurmianto, 2003).
Anthropometri secara luas akan dipergunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan
ergonomis yang memerlukan interaksi manusia. Data anthropometri yang berhasil diperoleh
akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal perancangan areal kerja, perancangan
Data anthropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara
lain dalam hal perancangan areal kerja, perancangan peralatan kerja, perancangan
produk-pr oduk konsumtif, perancan gan lingkungan kerja fisik (Wignjosoebroto, 2003).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data anthropometri akan men entukan
bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat berkaitan dengan produk yang dirancang dan
manusia yang akan mengoperasikan/menggunakan produk (Wignjosoebroto, 2003).
Sehingga dapat memperoleh kepuasan hasil perancangan berupa kenyamanan maupun
kesehatan yang ditinjau dari sudut pandang ilmu anatomi, fisiologi, psikologi,
kesehatan dan keselamatan kerja, per ancan gan dan manajemen. Untuk mendapatkan
suatu perancangan yang optimum dari suatu ruan g dan fasilitas akomodasi maka hal-
hal yang harus dip erhatikan adalah faktor-faktor dimensi tubuh manusia baik dalam
posisi statis maupun dalam posisi dinamis (Nurmianto, 2003).
Keadaan dan ciri fisik manusia dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga berbeda
satu dengan lainnya maka terdapat tiga prinsip dalam pemakaian data anthropometri
(Sutalaksana, 1979 ; Wignjosoebroto, 2003) :
1. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim. Prinsip ini
digunakan dengan harapan agar fasilitas yang dirancan g dapat dipakai dengan enak
dan nyaman oleh sebagian besar oran g-o rang yang memakainya (biasanya minimal
oleh 95% pemakai). (Wignjosoebroto, 2003) menguraikan rancangan produk yang
dibuat agar bisa memenuhi 2 sasaran produk, yaitu :
a. Sesuai untuk ukuran tu buh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim dalam arti
terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya.
b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari
populasi yang ada).
Agar bisa memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran diaplikasikan ditetapkan
dengan cara :
a. Untuk dimensi minimum yang harus diterapkan dari suatu rancangan produk
umumnya didasarkan pada nilai persentil yang terbesar seperti 90, 95 dan 99
persentil.
2. Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan diantar a rentang ukuran tertentu.
Prinsip ini digu nakan untuk merancang suatu fasilitas agar bisa dipakai dengan
enak dan nyaman oleh semua orang yang mungkin memerlukannya. Dalam hal ini
rancan gan bisa dirubah-rubah ukurannya sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh
setiap orang yang memiliki berbagai macam uku ran tubuh. Data anthropometri
yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang nilai 5 sampai dengan 95 persentil.
3. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata. Prinsip ini digunakan apabila
perancangan berdasarkan nilai ekstrim tidak mungkin dilaksanakan dan tidak layak
jika menggunakan prinsip perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan. Prinsip
berdasarkan harga ekstrim tidak mun gk in dilaksanakan apabila hanya sebagian
kecil dari populasi yang merasa enak dan nayaman ketika menggunakan suatu fasilitas.
Sedangkan fasilitas yang dirancang berdasarkan perancangan yang bisa disesuaikan,
dikatakan tidak layak karena mahal biayan ya. Masalah pokok yang dialami justru
sedikit sekali manusia yang berbeda dalam ukuran rata-rata.
Dalam menentukan ukuran stasiun kerja, alat kerja dan produk pendukung lainnya, data
antropometri tenaga kerja memegang peranan penting. Menurut sutarman (1972), bahwa
dengan mengetahui ukuran antropometri tenaga kerja akan dapat dibuat suatu disain alat-alat
kerja yang sepadan bagi tenaga kerja yang akan menggunakan, dengan harapan dapat
menciptakan kenyamanan, kesehatan, keselamatan dan estetika kerja. Lebih lanjut MacLeod
(1995) menjelaskan bahwa faktor manusia harus selalu diperhitungkan dalam setiap desain
produk dan stasiun kerja. Hal tersebut didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagai
berikut:
1. Manusia adalah berbeda satu sama lainnya. Setiap manusia mempunyai bentuk dan
ukuran tubuh yang berbeda-beda seperti tinggi-pendek, tua-muda, kurus-gemuk,normal-
cacat dan lain-lain.
2. Manusia mempunyai keterbatasan. Manusia sering mempunyai keterbatasan baik fisik
maupun mental.
3. Manusia selalu mempunyai harapan tertentu dan prediksi terhadap apa yang ada
disekitarnya.
Dengan demikian maka dalam setiap desain peralatan dan stasiun kerja, keterbatasan
manusia harus selalu diperhitungkan, di samping kemampuan dan kebolehannya. Mengingat
bahwa manusia berbeda satu dengan lainnya, maka aplikasi data antropometri dalam desain
produk dapat meliputi: desain untuk orang ekstrim (data terkecil atau terbesar); desain untuk
orang per orang, desain untuk kisaran yang dapat diatur (adjustable range) dengan
menggunakan persentil-5 dan persentil-95 dari polulasi dan desain untuk ukuran rata-rata
dengan menggunakan data persentil-50 (Sanders & McCormick, 1987). Namun demikian
dalam pengumpulan data antropometri yang akan digunakan intuk mendesain suatu produk,
harus memperhitungkan varibilitas populasi pemakai seperti variabilitas ukuran tubuh secara
umum, variasi jenis kelamin, variasi umur dan variasi rasa tau etnik.
Di samping pertimbangan variabilitas populasi, ternyata ukuran tubuh manusia dari waktu
ke waktu terus mengalami perkembangan. Faktor yang mempengaruhi antara lain perbaikan
tingkat kemakmuran yang menyebabkan peningkatan status gizi masyarakat.
Posisi Duduk:
1. Tinggi kepala
2. Tinggi mata
3. Tinggi bahu
4. Tinggi siku
5. Tinggi pinggang
6. Tinggi tulang pinggul
7. Panjang butoock-lutut
8. Panjang buttock-popliteal (lekuk lutut)
9. Tinggi telapak kaki-lutut
10. Tinggi telapak kaki-popliteal (lekuk lutut)
11. Panjang kaki (tungkai-ujung jari kaki)
12. Telapak paha
13. dan lain-lain
Manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran
tubuhnya (Wignjosoebroto, 2003: 61). Perbedaan antara satu populasi dengan populasi yang
lain dikarenakan oleh faktor-faktor sebagai berikut (Nurmianto, 2003: 48) :
1. Jenis kelamin.
Faktor jenis kelamin menyebabkan dimensi ukuran tubuh laki-laki dianggap lebih
panjang daripada dimensi segman badan perempuan.
Posisi tubuh (posture) akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh. Oleh sebab itu, posisi
tubuh standar harus diterapkan untuk survei pengukuran. Dalam kaitan dengan posisi tubuh
dikenal 2 cara pengukuran yaitu (Wignjosoebroto, 2003: 62) :
1. Pengukuran dimensi struktur tubuh (structural body dimension)
Pengukuran dimensi tubuh dalam berbagai posisi standar dan tidak bergerak/keadaan
diam (tetap tegap sempurna). Istilah pengukuran tubuh dengan cara ini dikenal dengan
“static anthropometry”.
2. Pengukuran dimensi fungsional tubuh (functional body dimension)
Pengukuran yang dilakukan pada posisi tubuh pada saat berfungsi melakukan gerakan-
gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang harus diselesaikan. Hal pokok
yang ditekankan dalam pengukuran dimensi fungsional tubuh adalah mendapatkan
ukuran tubuh yang nantinya kan berkaitan erat dengan gerakan-gerakan nyata yang
diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Dimensi fungsional tubuh
diukur pada saat posisi tubuh dalam keadaan melakukan gerakan-gerakan kerja atau
dalam posisi yang “dinamis”. Cara pengukuran semacam ini akan menghasilkan data
“dynamic anthropometry”. Cara pengukuran seperti ini, akan banyak diaplikasikan
dalam perancangan fasilitas ataupun ruang kerja.
Data anthropometri diperlukan supaya rancangan suatu produk bisa sesuai dengan
orang yang akan mengoperasikannya. Masalahnya, ukuran individu akan bervariasi satu
dengan populasi yang menjadi target sasaran produk. Sehingga untuk mengatasi masalah
adanya variasi ukuran, sebenarnya akan lebih mudah diatasi bila mampu merancang suatu
produk yang memiliki fleksibilitas dan sifat “mampu suai” (adjustable) dengan suatu
Penerapan data anthropometri dapat dilakukan jika tersedia nilai rata-rata (mean) dan
standar deviasi dari suatu distribusi normal. Sedangkan persentile adalah suatu nilai yang
menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama
dengan atau lebih rendah dari dimensi tersebut. Besarnya nilai persentile dapat ditentukan
Percentile Calculation
1st X-2,325σX
2,5st X-1,960σX
5th X-1,645σX
10th X-1,280σX
50th X
90th X+1,280σX
95th X+1,645σX
97,5th X+1,960σX
99th X+2,325σX
Kolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah sebuah struktur lentur yang
dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra atau ruas tulang belakang. Di antara tiap
dua ruas pada tulang belakang terdapat bantalan tulang rawan. Panjang rangkaian tulang
belakang pada orang dewasa dapat mencapai 57 sampai 67 centimeter. Seluruhnya terdapat
33 ruas tulang, 24 buah diantaranya adalah tulang-tulang terpisah dan 9 ruas sisanya
bergabung membentuk 2 tulang (Pearce, 2002: 56).
Menurut Syaifuddin (1997) fungsi ruas tulang belakang adalah :
1. Menahan kepala dan alat-alat tubuh yang lain.
2. Melindungi alat halus yang ada didalamnya (sumsum belakang).
3. Tempat melekatnya tulang iga dan tulang panggul.
4. Menentukan sikap tubuh
Kolumna vertebralis dikelompokkan dan dinamai sesuai dengan daerah yang
ditempatinya. Kolumna vertebralis (tulang belakang) terdiri atas 33 ruas tulang pendek. Ke-
33 ruas tulang pendek itu terbagi atas lima bagian, yaitu (Prawirohartono, 2003: 97 ;Pearce,
2003; Syaifuddin, 1997) :
1. Vertebra servikalis atau ruas tulang bagian leher yang membentuk derah tengkuk,
berjumlah 7 ruas, mempunyai badan ruas kecil dan lubang ruasnya besar. Tulang (ruas)
pertama vertebra servikalis disebut tulang atlas yang memungkinkan kepala
mengangguk, sedangkan tulang (ruas) kedua disebut prosesus odontoid (aksis) atau
tulang pemutar yang memungkinkan kepala berputar ke kiri dan ke kanan.
2. Vertebra torakalis atau tulang punggung membentuk bagian belakang torax atau dada,
berjumlah 12 ruas. Pada sisi kiri dan kanan dari tiap-tiap ruas tulang punggung melekat
12 pasang tulang rusuk.
3. Vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang membentuk daerah lumbal atau tulang
pinggang, berjumlah 5 ruas.
4. Vertebra sakralis atau ruas tulang kelangkang membentuk sakrum atau tulang
kelangkang, berjumlah 5 ruas. Ruas-ruasnya menjadi satu, sehingga menyerupai sebuah
tulang.
5. Vertebra kosigeus/koksigialis atau tulang tungging (ekor) membentuk tulang tungging
(ekor), berjumlah 4 ruas. Keempat ruas tulang ekor bergabung menjadi satu dan
melengkung ke arah dalam atau depan. Ruas-ruasnya kecil dan menjadi sebuah tulang
yang disebut os koksigialis. Dapat bergerak sedikit karena membentuk persendian
dengan sakrum.
Tulang belakang manusia yang berfungsi sebagai tiang badan memiliki bentuk yang
tidak lurus sekali, tetapi mempunyai kelengkungan sehingga sesuai untuk menopang berat
badan (Prawirohartono, 2003: 97). Lengkung kolumna vertebralis seperti pada gambar 2.3
memperlihatkan 4 kurva (lengkung). Lengkung vertikal, daerah leher melengkung ke depan,
daerah torakal melengkung ke belakang, daerah lumbal melengkung ke depan dan daerah
pelvis melngkung ke belakang. Kolumna vertebralis yang berfungsi sebagai penopang badan
yang kokoh sekaligus bekerja sebagai penyangga dengan perantaraan tulang rawan cakram
intervertebralis yang lengkungannya memberikan fleksibilitas memungkinkan membengkok
tanpa patah. Cakram ini juga berguna untuk menyerap goncangan yang terjadi bila
menggerakkan badan seperti waktu berlari dan meloncat dengan demikian otak dan sumsum
balakng terlindung terhadap goncangan. Kolumna vertebralis juga menopang berat badan
permukaan berkaitan dengan otot membentuk tapal batas posterior yang kukuh untuk rongga-
rongga badan dan kaitan pada iga (Syaifuddin, 1997: 22).
Banyak manusia karena ketidaknyamanan dalam duduk menderita penyakit pada tulang
belakang terutama pada area punggung bagian bawah dan area leher, hal ini menjadi
perhatian para ahli psiologi dan orthopedi (Kroemer, 2001: 343)
Kebiasaan sikap duduk yang salah dapat menimbulkan gangguan pada bentuk lengkung
kolumna vertebralis (tulang belakang). Kelainan pada lengkung kolumna vertebralis dapat
dibedakan menjadi 3 macam, yaitu (Prawirohartono, 2003: 105, Pearce, 2002: 65) :
1. Lordosis, yaitu lengkung lumbal (tulang pinggang) yang berlebihan (terlalu bengkok ke
depan). Pelvis terangkat ke depan, otot perut longgar dan ketegangan diletakkan pada
ligamen di depan ujung pinggang.
2. Kifosis, yaitu lengkung torakal (tulang punggung) yang berlebihan (terlalu bengkok ke
belakang) sehingga bongkok. Bongkok diakibatkan karena kurang luasnya dada, sering
bersamaan dengan penyakit dada (bronkhitis), kepala yang terlalu menunduk ke depan
dan dada yang ceper.
3. Skoliosis, yaitu tulang punggung yang bengkok ke samping kiri atau kanan.
Perubahan bentuk (deformitos) tulang belakang yang menyebabkan kelainan kifosis dan
lordosis juga mengakibatkan telapak kaki ceper, karena menyebabkan melemahnya otot-
otot (Pearce, 2002: 65). Kelainan bentuk tulang dapat dilihat dengan bantuan sinar X atau
sinar rontgen (Prawirohartono, 2003: 105). Gambar 3.4 kelainan kolumna vertebralis
(tulang belakang).
Pendekatan untuk perancangan kursi dengan merancang penyangga lumbar pada posisi
duduk. Pendekatan ini menekankan ketentuan dari sandaran punggung yang dapat disetel
untuk menyangga daerah lumbar atau daerah yang lebih rendah dari tulang belakang. Hal ini
dapat mengurangi usaha otot yang diperlukan untuk menjaga suatu sikap duduk yang kaku
dan tegang, ini juga dapat mengurangi kecenderungan tulang belakang ke arah bentuk kifosis.
Persyaratan adanya bantalan punggung akan bermanfaat untuk mengatasi sakit punggung.
Sandaran punggung dan ruas tulang belakang bagian bawah (lumbar) pada tempat duduk di
kantor cenderung mengarah ke bawah dan tidak ideal untuk bersandar. Sebenarnya, jika
sandaran-sandaran tersebut tidak cukup kuat maka kursi tersebut akan berbahaya. Gradjean
(1987) menganjurkan sebuah kursi dengan bagian belakang yang tinggi untuk sandaran ke
belakang yang aman, yang juga menggambarkan adanya penopang (lumbar) yang tidak bisa
disetel (Nurmianto, 2003: 111).
Perancangan tempat duduk yang miring ke depan. Pendekatan ini dianjurkan oleh A.C
Mandal (The seated man homosendens), Applied Ergonomics, 1981, V12, P19), dan
didasarkan pada keinginan untuk tidak membungkuk sesering mungkin. Pada umumnya,
permukaan tempat duduk dimiringkan 50 ke arah belakang untuk mengurangi kemungkinan
operator meluncur ke depan. Mandal (1981) memperkirakan kemiringan bangku ke depan
sampai dengan 150, dari permukaan, kemudian 200 dari tekukan lumbar. Mandal juga
memperkirakan bahwa kemiringan puncak belakang meja sekitar 50. Kemudian cara untuk
mengurangi pembengkokan adalah dengan mengurangi kebutuhan untuk bersandar ke depan.
Mandal juga menerangkan bahwa sikap duduk yng tegang tidak konsisten dengan membaca
dan menulis karena tulisannya telalu jauh. Memiringkan dan membuat meja lebih tinggi akan
sangat membantu jika tujuan utama dari meja adalah untuk membaca dan menulis
(Nurmianto, 2003: 112).
Perancangan sudut sandaran kursi sampai suatu posisi “semi-reclining”. Hal ini akan
mengurangi reaksi pada berat badan bagian atas sepanjang punggung, dan sepanjang tulang
belakang. Suatu sandaran punggung yang sesuai untuk kursi panjang (kursi malas) dan akan
lebih penting lagi untuk tempat duduk kendaraan adalah sama sudut 1100. E. Gradjean (1987)
memberikan suatu sudut yang sejenis untuk kursi panjang (kursi malas) (Nurmianto, 2003:
114).
Mobil (singkatan dari otomobil) yang berasal dari bahasa Yunani yaitu autos yang
berarti sendiri dan movere yang berarti bergerak. Maka Mobil merupakankendaraan beroda
empat atau lebih yang membawa mesin sendiri sehingga dapat bergerak atau berjalan dengan
proses pengoperasian yang disebut dengan menyetir.
Adapun jenis-jenis mobil antara lain yaitu bus, van, dan truk. Penemuan mobil
pertama kali yaitu di negara Prancis. penemuan tersebut diteruskan ke Britania,dimana
Richard Trevithick menjalankan gerobak uap di tahun 1801 yang dianggap aneh pada
awalnya. Namun penemuan dalam dekade setelahnya seperti rem tangan, transmisi multi
kecepatan, peningkatan kecepatan, dan setir membuat penemuan tersebut menjadi sukses.
Sekarang ini Amerika memiliki jenis mobil yang paling banyak dibandingkan dari negara
lainya. Tetapi Jepang merupakan pemimpin dalam pembuatan mobil tetapi penduduk Jepang
sedikit yang mempunyai mobil yang diakibatkan karena tempat parkir yang jarang dan harga
bahan bakar yang mahal.(Wikipedia Indonesia, 2008).
Type mobil yang ada pada saat ini, antara lain yaitu City Car (mobil kota), APV (All Purpose
Vehicle), SUV (Sport Utility Vehicle), Sedan, MPV (Multi Purpose Vehicle), dan Minibus.
Type Minibus merupakan type mobil dengan dimensi dan ukuran yang berkapasitas besar
sehingga dapat mengangkut penumpang hingga 9-11 orang dan dapat mengangkut muatan
hingga seberat 1,1 ton.
Menurut perkiraan WHO, setiap tahun lebih dari sejuta orang tewas dansekitar 50 juta
orang terluka dalam kecelakaan mobil. Penyebab utama dalam kecelakaan tersebut adalah
pengemudi mabuk atau dalam pengaruh obat, tidak perhatian, terlalu lelah, bahaya di jalan
seperti lubang, pengemudi teledor, jalanan licin. Mobil memiliki dua masalah keamanan
dasar yaitu pengemudi yang sering kali berbuat kesalahan dan ban yang kehilangan gesekan
ketika pengereman.
Kecelakaan dalam mengendarai mobil tidak dapat dihilangkan tetapi kecelakaan
tersebut dapat dihindarkan. Faktor-faktor yang dapat menghindarkan diri dari kecelakaan
adalah posisi mengemudi, jarak pandang dan kenyamanan kursi. Posisi duduk dapat
mempengaruhi jarak pandang maupun kenyamanan. Semakin baik jarak pandang, semakin
baik tingkat kewaspadaannya terhadap mobil-mobil lain dan situasi di sekitarnya.
Kenyamanan kursi juga berperan penting, karena kursi yang tidak nyaman menurunkan
konsentrasi bagi pengemudi. (Wikipedia Indonesia, 2008).
Berikut ini adalah sikap mengemudi yang baik untuk mencegah terjadinya
kecelakaan bagi pengemudi mobil, (www.oto.co.id) antara lain:
1. Selalu mengenakan sabuk pengaman secara benar. Hal ini selalu disepelekan
oleh pengemudi dan penumpang. Tidak ada salahnya jika mulai dibiasakan
mengenakan sabuk pengaman saat melaju di jalanan untuk menstabilkan posisi
pengemudi jika terjadinya benturan.
2. Arahkan pandangan secara menyeluruh. Sehingga setiap ada perubahan yang
terjadi di jalan dapat terlihat dengan jelas.
3. Ketika kendaraan melalui persimpangan, pindahkan arah pandang, sehingga
mengetahui aktivitas setiap pengguna jalan yang dapat mempengaruhi situasi di
persimpangan.
4. Konsentrasi dan tenang saat mengemudi, jangan lakukan aktivitas yang
mengganggu konsentrasi mengemudi dan jangan terpengaruh emosi untuk
menyalip mobil lain secara kasar.
5. Cek kaca spion apakah dapat melihat keadaan arus lalu lintas.
6. Mengemudi di jalur kiri, dan melewati di jalur kanan. Gunakan jalur paling
kanan untuk melewati mobil lain. Bila tidak berusaha melewati mobil lain atau
tidak bisa melewati mobil yang ingin anda lewati dalam kurang dari satu menit,
kembali ke jalur kiri dan biarkan kendaraan lain lewat.
7. Belajar menghentikan mobil secara cepat.
8. erilah jarak antara kendaraan anda dengan mobil lain.
9. Beri kesempatan pada mobil emergency seperti ambulans, mobil polisi atau
kendaraan lain yang memberikan signal flashing, berilah kesempatan dengan
mengambil jalur kiri dan ketika parker carilah tempat yang aman.
Desain jok yang kurang tepat dapat menyebabkan cidera atau gangguan pada
penggunanya. Hal ini dikarenakan adanya peredaran darah pada waktu duduk, otot, dan
jaringan saraf berada dalam keadaan tegang sehingga dapat
menimbulkan rasa ketidaknyamanan dalam mengendarai mobil. Duduk merupakan pekerjaan
yang paling berat bagi otot dari kerangka tubuh tengkuk dan bahu, karena dituntut untuk
lebih lama bekerja tanpa harus bergerak.
Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan, ditemukan bahwa jok pengemudi
mobil type minibus jenis mobil Gx menggunakan jok pengemudi yang
tidak ergonomis dalam hal ini dimensi jok mobil tidak sesuai dengan penggunanya, dan
ketidaknyamanan duduk yang dirasakan penggunanya yang menyebabkan adanya keluhan
seperti ketidaktebalan bahan yang digunakan dan ketidakleluasaan pergerakan tubuh
sehingga timbulnya rasa nyeri atau sakit pada bagian tubuh tertentu. Gambar 3.5
memperlihatkan bentuk jok pengemudi yang digunakan pada type minibus mobil Gx.
Gambar 3.5 Contoh Jok Pengemudi Mobil Type Minibus Jenis Mobil Gx
(Sumber : Dokumentasi Pribadi : 2008)
Hal ini tentu akan mempengaruhi posisi tubuh pengemudi yang dapat
mempengaruhi kondisi tubuh dan konsentrasi pengemudinya.
Jenis kursi yang tidak ergonomis dapat mempercepat timbulnya proses
kelelahan. Desain kursi yang dirancang dengan baik akan berpengaruh besar terhadap
kenyamanan penggunanya.
Kursi dan sandaran punggung juga harus dilapisi dengan material yang
cukup lunak (Nurmianto, 2003), dalam hal ini bertujuan untuk memberikan
kenyamanan yang lebih baik dan membantu meredam getaran atau goncangan
kendaraan kepada tubuh pengemudi.
Sebagai akibatnya, kedalaman landasan tempat duduk yang terlalu sempit akan
menyebabkan berkurangnya penopangan pada bagian bawah paha. Secara antropometri,
jarak dari pantat ke lipatan dalam lutut (jarak horisontal dari permukaan paling
belakang p antat hingga bagian belakang dari kaki bagian bawah) merupakan contoh
pengukuran yang diperlihatkan pada tabel 3.1 merupakan pedoman penentuan kedalaman
tempat duduk yang tepat.
Tabel 3.1 Contoh Nilai Pengukuran Antropometri Tempat Duduk
(Sumber : Fanero, J ulius, da n Martin, Zelnik. Dimensi Manusia dan Ruang Interior,
1979)
Pria Wanita
Persentil Persentil
5 95 5 95
Pengukuran in cm in cm in cm in cm
A.Tinggi lipatan dalam 15,5 39,4 19,3 49,0 14,0 35,5 17,5 44,5
lutut
B.Jarak pantat lipatan 17,3 43,9 21,6 54,9 17,0 43,2 21,0 53,3
dalam lutut
C.Tinggi siku posisi 7,4 18,8 11,6 29,5 7,1 18,0 11,0 27,9
istirahat
D.Tinggi bahu 21,0 53,3 25,0 63,5 18,0 45,7 25,0 63,5
E.Tinggi duduk normal 31,6 80,3 36,6 93,0 29,6 75,2 34,7 88,1
F.Rentang antar siku 13,7 34,8 19,9 50,5 12,3 31,2 19,3 49,0
G.Rentang panggul 12,2 31,0 15,9 40,4 12,3 31,2 17,1 43,4
H.Rentang bahu 17,0 43,2 19,0 48,3 13,0 33,0 19,0 48,3
I.Tinggi lubur Lihat catatan
2. Posisi dalam mengemudi kurang nyaman apabila dibandingkan dengan posisi kerja
duduk yang lain, terutama dalam hal ini derajat kelengkungan kurva tulang
belakang.
3. Punggung pengemudi akan terkena tekanan, getaran dan benturan selama kegiatan
mengemudi berlangsung.
4. Mengemudi juga melibatkan konsentrasi penuh untuk periode waktu yang cukup
lama serta melibatkan pula ketegangan bagi sebagian besar orang.
3.25 Desain Tempat Duduk
Standar perhitungan material mengenai dimensi tempat duduk dan komponen-
komponen penyusunn ya yang sesuai dengan penggunanya merupakan syarat mutlak
untuk ken yamanan den gan posisi yang baik, walaupun hal tersebut tidak menjadi
jaminan (Pheasant, 1991). Adapun kriteria standar tempat duduk yang baik adalah
sebagai berikut :
1. Tinggi tempat duduk
Ketinggian suatu tempat duduk hendaknya tidak melampaui tinggi lipat lutut
(popliteal) pen ggunanya. Hal tersebut agar dapat bertujuan men ghindari tekanan
yang berlebihan pada permukaan paha b agian bawah. Tekanan yang terjadi dapat
menghambat aliran darah yan g menuju ke kaki bagian b awah (sanders, 1991).
2. Kedalaman tempat duduk
Kedalaman tempat dud uk (depan-belakang) haruslah sesuai dengan dimensi panjang
antara lipat lutut dan bokong (Nurmianto, 2003).
3. Lebar tempat duduk
Lebar tempat duduk harus sesuai dengan lebar pinggul penggunanya, minimal
memenuhi lebar pinggul persentil 5 populasi penggunan ya (Nurmianto, 2003).
4. Sandaran punggung
Sandaran punggung adalah penting untuk menahan beban punggung kearah belakang
dan sandaran punggung ini harus d irancang sesuai dengan bentuk punggung
manusia (Nur mianto, 2003). Sandar an punggung dapat dikatagorikan ke dalam 3
bagian, yaitu : bagian bawah untuk menyokong bagian lumbar, bagian tengah untuk
menyokong bagian yang berkenaan dengan dada, dan bagian atas untuk menyokong
bagian kepala dan leher (Pheasant, 1991). Lebar sandaran punggung seh arusnya
sama den gan lebar punggung dari persentil 5 populasi penggunanya, dimana lebar
sandaran punggung ini akan mempengaruhi kebebasan gerak siku (Nurmianto, 2003).
5. Sudut sandaran tempat duduk
Sudut tempat duduk antara permukaan alas duduk dan sand aran pun ggu ng
yang baik adalah sesuai dengan sudut antara trunk dan paha. Hal ini akan menjaga
bentuk lordosis dari lumbar. Sudut sandaran tempat duduk yang digunakan pada kursi
pengemudi kendaraan umumnya antara 100 0 - 110 0 yang diukur dari permukaan alas
duduk (Pheasant, 1991). Akan tetapi apabila ruang kemudi tidak memungkinkan, sudut
sandaran tempat duduk dapat diatur sebesar 90 0 dengan tujuan agar pengemudi duduk
tegak dapat mempertahankan bentuk lordosis lumbar.
6. Bahan material
Tempat duduk dan sandaran punggung harus dilapisi dengan material yang
cukup lunak (Nurmianto, 2003).
2. Turunan dari platform produk yang telah ada : Pro yek-proyek ini
memperpanjang platform produk supaya lebih baik dalam memasuki pasar yang telah
dikenal dengan satu atau lebih produk baru.
3. Peningkatan perbaikan untuk produk yang telah ada : Proyek-pro yek ini
mungkin hanya melibatk an penambahan atau modifikasi beberapa detil produk dari
produk yan g telah ada dalam ran gk a menjaga lini produk yang ada pesaingnya.
4. Pada dasarnya produk baru : Proyek-proyek ini melibatkan produk yan g sangat berbeda
atau teknologi produksi dan mungkin membantu untuk memasuki pasar yang belum
dkenal dan baru.
3.27 Konsep Persentil
Pemakain distribusi normal akan sangat umum diterapkan untuk penetapan data
antropometri. Karena secara statistic ukuran tubuh manusia pada suatu populasi tertentu
akan terkosentrasi pada suatu nilai tengah dan suatu bagian kecil dari harga ekstrim
akan berada di k edua sisi kurva distribusi.
Persentil didefinisikan sebagai suatu nilai yang menunjukkan prosentase tertentu
dari orang yang memiliki ukuran pada atau dibawah nilai tersebut. (wignjosoebroto,
2003). Sebagai contoh persentil 95 akan menunjukkan 95% populasi akan berada atau
dibawah ukuran tersebut sedangkan 5 persentil akan berada pada atau dibawah ukuran
tersebut. Dalam antropometri persentil 95 akan menggambarkan ukuran-ukuran orang
yang bertubuh besar dan persentil 5 akan menggambarkan ukuran tubuh kecil.
Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data
antropometr i yang diperlihatkan pada tabel II.2 berikut ini :
Tabel 3.2 Macam Persentil dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Normal
Sumber : Wignjosoebroto, 2003
Persentil Perhitungan
Persentil Perhitungan
1
2,5
5
10
50
90
95
97.5
99
Dimana :
n = jumlah sampel
z = nilai yang diperoleh dari tabel z pada level of confidence (tingkat kepercayaan
tertentu) tertentu.
s = Standar deviasi dari populasi
E = error of estimate. Kesalahan yang dapat ditoleransi dalam level of confidence
(tingkat kepercayaan tertentu)
4. 1 Human Builder
Produk human builder berfokus secara khusus dalam membuat dan memanipulasi
pencitraan manusia untuk " tingkatan pertama" analisis interaksi human-product.
Human Builder terdiri dari sejumlah alat untuk membuat, memanipulasi dan meneliti
bagaimana manikin ( yang didasarkan pada persentil 5 , persentil 95 dan persentil 50) dapat
saling berhubungan dengan suatu produk. Manikin kemudian bisa digunakan untuk menilai
pantas tidaknya dari suatu produk.
Input yang dimasukkan dalam human builder meliputi generasi manikin, spesifikasi jenis
kelamin , spesifikasi persentil, kebalikan teknik manipulasi kinematika dan, animasi,
monocular, binokuler dan ambinocular.
Pengaturan Umum 1
Pengaturan Umum 2
2. Pilih details
• Father product
• Manikin name
• Gender
• Percentile
3. Pilih petunjuk option & drag
Human posture analysis dilengkapi dengan kemudahan dalam hal penggunaannya (User-
friendly)
Multinormal adalah default dalam perhitungan interpolasi. Pada cara ini dapat
dilakukan modifikasi satu variabel dengan pertimbangan:
¾ Semua variabel berkorelasi
• None
Pemilihan mode ini dilakukan dengan asumsi semua batasan nilai variabel
dihilangkan. Jika tidak ada database yang khusus yang dapat digunakan, maka mode ini
dapat dipilih. Contoh: Jika tidak ada database yang tersedia untuk wanita hamil, dapat
dilakukan penghilangan batasan dari database yang akan digunakan.
Pembuatan Manikin
Jika manikin belum di buat, maka berikut ini adalah langkah-langkah untuk masuk ke
dalam Human Analysis Workbench.
Tetapi jika manikin sudah dibuat sebelumnya, maka langsung ke langkah 5.
3. Pada Start Menu, pilih Ergonomic Design & Analysis > Human Builder. Manikin
sekarang akan dibuat untuk melakukan analisis ergonomi.
6. Pilih tipe analisis yang akan digunakan pada Toolbar Ergonomic Tools.
• RULA analysis
• Lift / Lower analysis
• Push / Pull analysis
• Carry analysis
• Biomechanics Single Action Analysis
1. Rula Analysis
Rula merupakan alat yang berguna untuk mengevaluasi faktor-faktor resiko postur,
kontraksi otot statis, gerakan repetitif, dan gaya yang digunakan untuk suatu pekerjaan atau
aktivitas tertentu. Setiap faktor resiko tersebut memiliki kontribusinya masing-masing
terhadap suatu nilai yang dihitung. Nilai disini menunjukkan sejauh mana orang terpapar
faktor-faktor resiko di atas dan berdasarkan nilai tersebut, dapat disarankan tindakan yang
perlu diambil.
• Nilai 1 dan 2 : (Hijau) mengindikasikan postur kerja dianggap masih dapat diterima,
selama pekerja tidak berada terlalu lama atau beulang-ulang pada kondisi tersebut.
• Nilai 3 dan 4 : (Kuning) mengindikasikan diperlukan analisis lanjut dan perubahan
mungkin dibutuhkan.
• Nilai 5 dan 6 : (Oranye) mengindikasikan analisis lebih lanjut dan perubahan dibutuhkan
segera.
• Nilai 7: (Merah) mengindikasikan analisis lebih lanjut dan perubahan dibutuhkan sangat
segera.
1. Pilih Lift/Lower Analysis dari Toolbar Ergonomic Tools. Lift/Lower analisis akan
ditampilkan ketika manikin dipilih.
2. Pindahkan manikin yang akan dianalisis dan pilih tombol Final, pilih Record bar. Setelah
lift-lower analysis selesai, nilai dan rekomendasi akan ditampilkan.
Spesifikasi dan nilai sangat tergantung pada acuan yang dipilih.
Persamaan
Persamaan di bawah ini mengikuti bentuk Work Practices Guide Lifting Index (1981)
, yang terdiri atas konstanta beban dan beberapa faktor pengali. Faktor-faktor pengali
dinyatakan sebagai koefisien yang berfungsi mengurangi konstanta beban.
RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
LC = Load Constant
HM = Horizontal Multiplier
VM = Vertical Multiplier
DM = Distance Multiplier
AM = Asymmetric Multiplier
FM = Frequency Multiplier
CM = Coupling Multiplier
Menyatakan berat beban yang dapat diangkat oleh hampir semua pekerja sehat
selama rentang waktu yang cukup lama (sampai delapan jam), tanpa terjadinya peningkatan
resiko sakit punggung bawah yang berkaitan dengan pengangkatan.
Load Constant
Konstanta beban ini bernilai 51 lbs (23 kg). Besaran tersebut merupakan beban
maksimum yang direkomendasikan untuk pengangkatan pada lokasi standar, yaitu : posisi
diam pada 30 in (76 cm) dari lantai dan berjarak horizontal 10 in (25 cm) dari titik tengah
antara mata kaki, dan pada kondisi optimal , yaitu: posisi sagital, pengangkatan yang tidak
terus-menerus, pemegangan yang baik, dan pemindahan vertical kurang dari 10 in (25 cm).
Beban seberat konstanta beban dapat diangkat oleh 75 persen pekerja wanita dan 90 persen
pekerja pria pada kondisi ideal.
Horizontal Multiplier
Faktor pengali horisontal ditentukan dari jarak horisontal dari titik tengah antara mata
kaki dan titik hasil proyeksi titik tengah pengangan kedua tangan ke lantai. Faktor pengali
horisontal dinyatakan dalam rumus berikut:
Batas-batas yang ditentukan untuk jarak horisontal adalah 10 in (25 cm) dan 25 in (63 cm).
Sebagian besar objek yang dipegang lebih dekat daripada 10 in (25 cm) tidak dapat diangkat
tanpa terhalang oleh perut atau terjadinya pemanjangan bahu yang berlebihan. Objek pada
jarak lebih dari 25 in (63 cm) pada umunya tidak dapat diangkat tanpa terjadinya kehilangan
keseimbangan.
Vertical Multiplier
Faktor pengali vertikal ditentukan dari jarak vertikal dari lantai ke titik tengah antara
kedua pegangan tangan.
Batas –batas yang ditentukan untuk jarak vertikal adalah 0 (objek diangkat dari
permukaan lantai) sampai 70 in (175 cm) (batas atas jangkauan vertikal untuk mengangkat)
Distance Multiplier
Faktor pengali jarak ditentukan dari perpindahan vertikal kedua tangan, mulai dari
titik asal sampai ke ujung pengangkatan.
Tabel faktor pengali jarak berikut menunjukkan nilai-nilai yang diberikan untuk
berbagai jarak perpindahan vertikal. Batas-batas yang ditentukan untuk jarak perpindahan
vertikal adalah 0 sampai 70 in (175 cm).
Asymmetry Multiplier
AM = 1 – (.0032 x A)
Frequency Multiplier
Durasi pengangkatan digolongkan menjadi tiga, berdasarkan pada pola waktu kerja
dan waktu istirahatnya. Waktu istirahat didefenisikan sebagai lamanya waktu pengerjaan
aktivitas ringan setelah satu periode pengangkatan terus-menerus. Contoh aktivitas ringan
adalah duduk, mengawasi pekerjaan, dan pekerjaan merakit yang relative ringan.
• Sebuah pekerjaan digolongkan ke dalam durasi singkat apabila dilakukan selama satu jam
atau kurang, kemudian diikuti waktu istirahat selama 1.2 kali waktu kerja. Sebagai
contoh, pekerjaan mengangkat selama 45 menit perlu diikuti setidaknya 54 menit waktu
istirahat agar dapat digolongkan ke dalam durasi singkat.
• Sebuah pekerjaan digolongkan ke dalam durasi moderat apabila dilakukan selama satu
sampai dua jam, diikuti dengan waktu istirahat setidaknya 0.3 kali waktu kerja.
• Sebuah pekerjaan digolongkan ke dalam durasi panjang apabila dilakukan selama dua
sampai delapan jam, dengan kelonggaran waktu istirahat.
Coupling Multiplier
Cara alami tangan untuk memegang objek atau menggenggam dapat mempengaruhi
gaya maksimum yang dapat diberikan pekerja pada objek dan lokasi vertikal kedua tangan
pada saat dilakukannya pengangkatan. Persamaan NIOSH membagi pemegangan
berdasarkan kualitas pemegangan dan posisi vertikal beban.
Pemegangan yang “baik” akan meningkatkan batas berat beban yang masih mampu
diangkat, sementara pemegangan yang “buruk” akan menurunkan batas tersebut.
Pemegangan yang “baik” (good) berarti kontainer memiliki pegangan yang dirancang secara
optimal; “cukup” (fair) berarti pemegangan kurang optimal; “buruk” (poor) berarti container
berdimensi besar, sulit ditangani, atau memiliki sudut tajam.
Analisis ini membandingkan data aktual untuk pekerjaan push / pull sedemikian
sehingga dapat diperimbangkan apakah pekejaan tersebut aman dilakukan.
Ada tiga langkah pendefenisian tinggi vertikal tangan untuk aktivitas mendorong yaitu:
4. Carry analysis
Dalam analisis ini terdiri dari dua jarak vertikal lantai ke tangan untuk aktivitas
membawa barang, yaitu:
• Untuk pria: dari lantai sampai 31 inch, dari lantai sampai 44 inch
• Untuk wanita: dari lantai sampai 28 inch, dari lantai sampai 41 inch
4. Biomechanics Single Action Analysis
Cedera punggung bawah merupakan salah satu kecelakaan yang paling sering terjadi
dan paling mahal biayanya. Meski menyebabkan cedera tersebut bervariasi, karakteristik
umum yang muncul adalah adanya gaya yang besar di sepanjang punggung bawah (gaya
tekan dan gaya geser pada lempeng lumbar dan gaya tarik pada jaringan lumbar) ketika
melakukan tugas mengangkat, menurunkan, mendorong, atau menarik.
• L4-L5 Moment
• L4-L5 Compression
• L4-L5 Joint Shear
• Abdominal Force and Pressure
• Ground Reaction
Display L4-L5 Spine Limit tab
Reaction Forces and Moments menampilkan secara detail reaction force (N) dan
orthopedic moments (Nm) proximal dan distal segments.
Segments Position Tab menampilkan informasi (posisi, sudut, pusat gaya, panjang)
pada bagian tubuh.
Export Result
Gunakan tombol Export untuk menyimpan data biomechanical dalam file teks. Dalam
kotak Export results dialog, pilih tipe informasi yang ingin disimpan dan tekan OK.
Data biomechanical akan disimpan dalam bentuk file teks.
Jika manikin belum di buat, maka berikut ini adalah langkah-langkah dalam pembuatan
manikin.
Tetapi jika manikin sudah dibuat sebelumnya, maka langsung ke langkah 6.
2. Pilih Start > Ergonomic Design & Analysis > Human Builder untuk membuat manikin
baru.
5. Pada Optional Tab, pilih populasi, model, referensi, dan pilih apakah ada atau tidak
pengaturan referensi untuk lokasi petunjuk.
6. Pilih ikon yang dibutuhkan dari toolbar Manikin Workbench Accsess dari Human Builder
Workbench.
7. Pilih toolbar Opens the Human Posture Analysis Workbench dan pilih segmen yang
dibutuhkan.
8. Perangkat lunak akan merubah ke Human Posture Analysis Workbench.
9. Pilih manikin atau klik dua kali pada bagian yang akan dilakukan perubahan pada
workbench.
Posture editor adalah alat yang digunakan untuk menggerakkan bagian manikin pada
ke arah depan. Derajat kebebasan (DOF) adalah gerakan satu langkah dalam satu waktu.
Pada bagian ini dimungkinkan untuk memberikan nilai yang tertentu untuk masing derajat
kebebasan (DOF) dari setiap tulang sendi.
Pilih Posture Editor dan manikin. Posture Editor akan ditampilkan seperti pada
gambar di bawah ini.
Posture editor terdiri dari beberapa bagian:
• Segments
• Hand filter
• Slide
• Degree of Freedom
• Value
• Display
• Predefined Postures
Segments
Thoracic
Hand Filter
Ketika hanya bagian tangan yang akan dipilih, maka hanya tangan yang ditampilkan
dalam multi-list.
Ketika tangan dan jari dipilih, maka semua jari juga akan ditampilkan dalam multi-list.
Side
Ketika dilakukan pengeditan seperti pada bagian lengan, dapat dilakukan pemilihan
sisi yang akan digunakan untuk bekerja: kiri atau kanan.
Degree of Freedom
extension hyperextension
abduction Eversion, ulnar deviation, sagittal
elevation inversion, radial
adduction
deviation, depression
medial rotation Supination longitudinal
Nilai dalam DOF merepresentasikan sudut dan persentase dari total jangkauan
gerakan (%).
Value Percentage Slider
Persentase (%) geser adalah nilai persentase dari total jangkauan gerakan untuk
pemilihan DOF. Nilai ini dapat dengan langsung diubah dengan menggeser dan menekan
tombol mouse bagian kiri.
Value Spinner
Pada bagian ini dimungkinkan untuk memasukkan nilai tertentu melalui keyboard.
Pengguna juga dapat merubah nilai melalui menu spinner’s contextual.
Motion
Motion adalah arah dari pergerakan. Nol ( 0) derajat adalah titik netral.
Coupling
Jangkauan dari gerakan memiliki enam pasang bagian yang dapat digabungkan.
Bagian tersebut adalah: the claviculars, the arms, the forearms, the thinghs, the legs, dan the
angkles. Tetapi secara default, coupling adalah tidak aktif.
Display
Fungsi display memiliki dua pilihan, yaitu Angular Limitations dan Animate
Viewpoint.
Angular Limitations
Ada dua arah panah yang membatasi jangkauan gerakan ini, yang mana secara default
menggunakan persentil 50 dari seluruh populasi.
Ada enam pilihan postur yang tersedia pada saat seseorang melakukan suatu aktivitas,
yaitu: initial, stand, sit, span, dan kneel.
Initial
Stand
Sit
Span
Kneel
Berdasarkan total gaya tekan pada jajaran tulang belakang, gaya geser, momen pada lengan,
bahu, litut dan pergelangan kaki sebesar 481 pound, maka aktivitas akan memiliki resiko
minimal karena total gaya tekan masih dibawah ambang batas yang bernilai 770 pound.
DAFTAR PUSTAKA
Kroemer, K.H.E, H.B. Kroemer, dan K.E. Kroemer-Elbert. Ergonomics How to Design For
Easy And Efficiency. New Jersey: Prentice Hall. 2001.
McCormick, Ernest J. Human Factors In Engineering And Design. New Delhi: McGraw-Hill
Publishing Company Limited. 1979.
Nurmianto, Eko. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya Edisi Pertama. Surabaya: Guna
Widya. 2003.
Pearce, Evelyn. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama. 2002.
Pheasant, Stephen. Ergonomics. Work and Health. Houndmills: MacMillan Press. 1991.
Pinem, Mhd Daud. Catia. Surabaya: Kawan Pustaka. 2009.
Prawirohartono, Slamet, dan Kuncorowati. Biologi Untuk Kelas 2 SLTP Kurikulum 1994
Semester 1 dan Semester 2. Jakarta: Bumi Aksara. 2003.
Riduan, Teknik Penyusunan Angket, Jakarta, 2003.
Santoso, Gempur. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher.2004.
Sastrowinoto, Suyatno. Meningkatkan Produktivitas Dengan Ergonomi. Jakarta: PT. Pustaka
Binaman Pressindo. September. 1985.
Sutalaksana, Iftikar. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: Institut Teknologi Bandung.1979.
Syaifuddin. Anatomi dan Fisologi Untuk Siswa Perawat Edisi Kedua. Jakarta: Buku
Kedokteran. EGC. 1997.
Wignjosoebroto, Sritomo. Teknik Analisis Untuk Peningkatan Produktivitas Kerja Edisi
Pertama. Surabaya: Guna Widya. 2003.
Wikepedia Indonesia Indonesia.2008. Sejarah Mobil
www.oto.co.id