Anda di halaman 1dari 7

PENCEGAHAN KEJADIAN DEKUBITUS DENGAN PENGGUNAAN HEEL RING

PADA PASIEN YANG TERPASANG TRAKSI SKELETAL

Asri Fatonah*, Sriyono*, dan Deni Yasmara*


*Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ners, Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
**Staf Pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
E-mail: asri.fatonah@yahoo.com

ABSTRAK

Dekubitus pada area kaki merupakan dampak dari pemasangan traksi pada pasien dengan cedera
muskuloskeletal, karena posisi elevasi dan tekanan yang lama membuat aliran sirkulasi vaskuler
kurang baik, salah satu usahanya penggunaan heel ring harapannya dapat mengurangi tekanan dan
tahanan yang statis tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan
heel ring terhadap kejadian dekubitus pada pasien yang terpasang skeletal traksi di Ruang Rawat Inap
Bedah Flamboyan Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Rancangan penelitian ini
adalah pra eksperimental dengan teknik one group pra-post test design, populasinya pasien yang
terpasang skeletal traksi Bohler Braun Frame, jumlah sampel 14 pasien yang memenuhi kriteria
inklusi penelitian, variable bebas heel ring dan variable terikat kejadian dekubitus, pengumpulan data
dengan lembar observasi dekubitus dan analisis data dengan Wilcoxon Signed Rank Test dengan
signifikansi <0,05. Hasil penelitian ini hamper setengahnya (31,71%) terjadi dekubitus derajat 1
sebelum penggunaan heel ring, seluruhnya (100%) tidak terjadi dekubitus sesudah penggunaan heel
ring. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan heel ring terhadap
kejadian dekubitus (p=0,025). Dapat disimpulkan heel ring dapat mencegah terjadinya dekubitus di
tumit pasien yang terpasang skeletal traksi. Hasil penelitian ini dapat sebagai bahan referensi dalam
pembuatan standar prosedur tetap khususnya bagi pelayanan pada pasien yang terpasang skeletal
traksi.

Kata kunci: Heel ring, dekubitus, skeletal traksi

ABSTRACT

Introduction: The decubitus on the heel area can impact to the used of traction skeletal in patients
with musculoskeletal injuries. The position of prolong elevation and pressure make poor vascular
circulation flow. The used of heel ring can reduce the pressure and the static resistency. The purpose
of this study was to determine the effect of the heel ring on the incidence of decubitus in patients with
sceleton traction installed in the Bedah Flamboyan Ward, Dr. Soetomo hospital, Surabaya. Methods:
A pre experimental with one group pre-post test design was used in this study. The population in this
study were patients with sceleton traction installed of bohler braun frame. There were 14 samples who
met to the inclusion criteria. The independent variable was heel ring and dependent variable was
incidence of decubitus. Data was collected using observation sheet of incidence of decubitus then
analyzed using with Wilcoxon Signed Rank Test with significance level <0.05. Results: Almost half
(35.71%) encounter level 1of decubitus before use the heel ring, and 100% no incidence of decubitus
after use the heel ring. The result showed that there was an effect after the use of heel ring to the
38
incidence of decubitus with p=0.025. Conclusion: The heel ring can be prevent decubitus in patients
with traction sceleton. The result of this study can be a reference for standardize operating procedure
especiality for the patients traction skeleton.

Keywords: Heel ring, decubitus, traction sceleton

PENDAHULUAN prosentase terjadinya dekubitus pada area tumit


tersebut dan bagaimana tindakan yang harus
Traksi merupakan tahanan yang dipakai dilakukan.
dengan berat atau alat lain untuk menangani Insiden dan prevalensi terjadinya
kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot dekubitus di Amerika tergolong masih cukup
artinya untuk menangani fraktur, dislokasi atau tinggi dan perlu mendapatkan perhatian dari
spasme otot dalam usaha untuk memperbaiki kalangan tenaga kesehatan khususnya perawat.
deformitas dan mempercepat penyembuhan, Secara umum hasil penelitian kejadian
sedangkan mekanisme traksi adalah adanya dekubitus cukup bervariasi, tapi secara umum
dorongan ke arah yang berlawanan yang dilaporkan bahwa 5-11% terjadi di tatanan
diperlukan untuk keefektifan traksi tersebut, perawatan akut, 15-25% di tatanan perawatan
salah satu traksi tersebut adalah traksi skeletal. jangka panjang dan 7-12% di tatanan perawatan
Traksi skeletal dapat dicapai melalui pin yang atau home care. Di RSUD Dr. Soetomo
dimasukkan kedalam tulang sebagai traksi Surabaya adalah Rumah Sakit tipe A atau
dapat bersifat menarik ekstermitas yang terkena sebagai Rumah Sakit rujukan utama Indonesia
fraktur, sehingga memungkinkan gerakan Timur belum ada data yang valid terjadinya
pasien dapat bergerak pada batas-batas tertentu kejadian dekubitus pada tumit. Berdasarkan
dan memungkinkan kemandirian pasien hasil studi penelitian awal yang dilakukan
maupun pelayanan baik medis maupun peneliti pada Bulan Juli 2014 sebanyak 14
keperawatan yang efektif dan tetap pasien yang terpasang traksi skeletal yang ada
dipertahankan (Smeltzer & Bare 2001). di Ruang Bedah Flamboyan RSUD Dr.
Salah satu dampak dari pemasangan Soetomo Surabaya, setelah hari ke-7 setelah
traksi skeletal tersebut adalah dekubitus, terpasang traksi skeletal didapatkan hasil 9
kejadian dekubitus tersebut merupakan masalah orang yang mengalami kemerahan pada daerah
yang sering terdapat pada area tulang yang sekitar tumit (calcaneal).
menonjol seperti tumit (calcaneal), yang Tanda-tanda awal dekubitus tersebut
disebabkan oleh tindakan medis konservatif terjadi karena adanya rasa takut pasien untuk
artinya tindakan sementara sebelum tindakan bergerak akibat kekurangtahuan pasien untuk
definitif atau operatif (Morison 2004) dengan beradaptasi pada kaki yang terpasang traksi
cara mengistirahatkan dulu area yang patah skeletal, pengetahuan perawat yang kurang
akibatnya terjadi hambatan proses aliran menguasai akan tindakan pencegahan dekubitus
vaskuler tidak dapat mengalir secara baik pada area tumit akibat sarana yang kurang
sampai ke area plantar (telapak kaki) oleh memadai sehingga perawat kurang berinovasi
karena posisi area tumit lebih tinggi daripada bagaimana meningkatkan kompetensi dalam
area femur, sehingga mengakibatkan pencegahan kejadian dekubitus atau akibat
berkurangnya asupan nutrisi dan oksigen pada personal hygiene yang kurang dan atau adanya
area tersebut, dengan tanda-tanda awal tampak tekanan yang tidak merata pada kulit sekitar
kemerahan pada area sekitar calcaneal apabila tumit (Suratun, et al. 2008).
terus berlanjut ada atau tanpa disertai adanya Faktor-faktor terjadinya dekubitus
rasa nyeri bahkan sampai timbul terjadi dapat disebabkan oleh adanya gangguan atau
perlukaan (Tedjo 2011). Sampai saat ini belum kerusakan pada anatomis dan fungsi kulit akibat
ada hasil penelitian yang pasti berapa dari tekanan eksternal (Potter & Perry 2006),

39
gangguan integritas kulit tersebut tidak saja jaringan pada tumit dapat tetap baik (Tedjo
merupakan akibat utama tekanan tekanan 2011)
tersebut, namun juga ada faktor-faktor Pencegahan lainnya yang dilakukan di
tambahan diantaranya: gaya gesek dan friksi, Ruang Bedah Flamboyan RSUD Dr. Soetomo
kelembaban, nutrisi yang buruk, anemia, Surabaya dengan memberikan bantal yang
infeksi, demam, gangguan sirkulasi perifer, terbuat dari kain yang dilipat sehingga tidak
obesitas, kakeksia dan usia. Semakin besar sesuai dengan bentuk anatomi tumit
tekanan dan durasinya, maka semakin besar mengakibatkan permukaan kulit pada area tumit
pula insiden terbentuknya luka pada kulit dan masih tampak kemerahan, untuk itu akan diteliti
jaringan subkutan tersebut walaupun kulit dan dengan menggunakan heel ring. Kelebihan heel
jaringan tersebut dapat mentoleransi beberapa ring yaitu mudah dibuat, murah, bisa
tekanan, tetapi pada tekanan eksternal terbesar dipergunakan lebih dari sekali, mudah cara
daripada tekanan dasar kapiler akan menggunakannya dan bentuknya mengikuti
menurunkan atau menghilangkan aliran darah anatomi tumit. Penelitian ini dilakukan untuk
kedalam jaringan sekitarnya. Jaringan ini mengetahui apakah ada pengaruh penggunaan
menjadi hipoksia sehingga terjadi cedera heel ring terhadap kejadian dekubitus pada
(Ningsih, Nurma & Lukman 2011) akibatnya pasien yang terpasang traksi skeletal di Ruang
timbul rasa tidak nyaman sampai terjadi Rawat Inap Bedah Flamboyan Instalasi Rawat
komplikasi yang lebih berat seperti: sepsis, Inap Bedah RSUD dr. Soetomo Surabaya
infeksi kronis, sellulitis, osteomyelitis, dan
meningkatkan prevalensi mortalitas pada pasien
lanjut usia (Sari & Yunita 2007). BAHAN DAN METODE
Pencegahan dekubitus seperti pasien
yang terpasang traksi skeletal merupakan Rancangan penelitian ini adalah pra
prioritas dalam perawatan pasien, salah satu eksperimental dengan teknik One-group pra-
upaya pencegahan diantaranya yang utama post test design. Populasi pada penelitian ini
adalah dengan pemasangan heel ring pada adalah pasien yang terpasang traksi skeletal di
tumit, pemasangan lift sling pada area regio Ruang Bedah Flamboyan Instalasi Rawat Inap
sacrum serta pemasangan ortho pillow pada Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Jumlah
area persyarafan pada pelipatan lutut (poplitea sampel pada penelitian ini sebanyak 14 pasien
nerve), disamping itu selalu melakukan latihan yang telah memenuhi kriteria inklusi penelitian
mobilisasi secara terbatas, sehingga diharapkan sesuai dengan teknik pengambilan consecutive
adanya risiko klinik dapat menurunkan keluhan sampling.
pasien (Eldawati 2011). Variabel bebas adalah heel ring dan
Pencegahan utama kejadian dekubitus variabel terikat adalah kejadian dekubitus. Alat
pada area tumit (calcaneal) dipasang heel ring dan bahan pada penelitian ini menggunakan alat
tersebut dapat terbuat dari bahan yang lembut bantu lapisan lembut yang dibentuk melingkar
(terbuat dari gell atau kapas yang dimodifikasi) seperti kue donat yang terbuat dari silikon (gel),
sehingga mengurangi adanya tekanan dalam dipasang di tumit pasien yang terpasang traksi
waktu yang lama dan menetap artinya proses skeletal sehingga tumit tidak mendapat tekanan
aliran vaskuler tidak ada hambatan yang besar. akibat proses immobilisasi. Uji statistik
Pasien juga dapat dilatih untuk menggerakkan menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test
engkel kaki secara periodik dan setiap hari dengan nilai signifikansi p≤0,05.
harus dilakukan sehingga dapat merangsang
aliran vaskuler untuk tetap memberikan asupan
nutrisi dan oksigen pada daerah tumit tersebut. HASIL PENELITIAN
Setiap hari petugas selalu melakukan pemijatan
secara periodik tumit tersebut sehingga dapat Ruang Rawat Inap Bedah Flamboyan
merangsang aliran vaskuler tetap baik dan RSUD Dr. Soetomo Surabaya merupakan
dengan pemijatan akan merangsang area bagian dari Instalasi Rawat Inap (Irna) Bedah
40
RSUD Dr. Soetomo Surabaya, Ruang Rawat Diagnosa Medis Jumlah Persentase
Inap Bedah Flamboyan RSUD Dr. Soetomo Fraktur shaft femur 7 50
Surabaya melayani perawatan pada pasien Fraktur trochanter
5 35,71
dengan kasus bedah multitrauma yang femur
akut/emergency baik perawatan konservatif Fraktur neck/collum
2 14,29
femur
maupun paska pembedahan.
Jumlah 14 100
Ruang Rawat Inap Bedah Flamboyan
RSUD Dr. Soetomo Surabaya mempunyai
Karakteristik pasien yang terpasang
kapasitas pelayanan khusus untuk kasus trauma
traksi skeletal berdasarkan diagnosa medis pada
orthopaedi sebanyak 14 tempat tidur, pelayanan
pengaruh penggunaan heel ring terhadap
pada keperawatan muskuloskeletal (orthopaedi)
kejadian dekubitus, didapatkan hasil
adalah pelayanan pasien kasus orthopaedi yang
setengahnya yaitu 7 pasien (50%) fraktur pada
memerlukan perawatan baik sebelum meupun
shaft femur dan sebagian kecil yaitu 2 pasien
sesudah pembedahan. Adapun tingkat
(14,29%) sudah fraktur pada neck/collum femur
ketergantungan pasien kasus trauma orthopaedi
(lihat tabel 2).
adalah kategori Partial Care, artinya sebagian
pasien bisa melayani diri sendiri dan sebagian
Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan
atau beberapa tindakan yang harus dibantu oleh
kejadian Dekubitus
perawat dan atau petugas di Ruang Rawat Inap
Sebelum Sesudah
Bedah Flamboyan tersebut. Kejadian Terpasang Heel Terpasang Heel
Jumlah tenaga perawat di Ruang Rawat Dekubitus Ring Ring
Inap Bedah Flamboyan RSUD Dr. Soetomo Jumlah % Jumlah %
Surabaya sebanyak 17 orang yag dibagi dalam Tidak ada
3 shift jaga: 7 orang jaga shift pagi, 5 orang 9 64,29 14 100
dekubitus
jaga shift sore dan 4 orang jaga shift malam. Dekubitus
5 35,71 0 0
Dengan melihat distribusi pembagian jaga derajat 1
tersebut sudah sesuai dengan tingkat Jumlah 14 100 14 100
ketergantungan dan tingkat kebutuhan
pelayanan partial care. Pada tabel 3 menunjukkan karakteristik
responden berdasarkan kejadian dekubitus
Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan sebelum penggunaan heel ring pada pasien
usia yang terpasang traksi skeletal, didapatkan hasil
Usia Jumlah Persentase sebagian besar yaitu 9 pasien (64,29%),
20-30 tahun 9 57,14 sedangkan kejadian dekubitus sesudah
31-40 tahun 1 7,14 penggunaan heel ring pada pasien yang
41-50 tahun 3 21,43 terpasang traksi skeletal didapatkan hasil
> 60 tahun 2 14,29 seluruhnya yaitu 14 pasien (100%) tidak terjadi
Jumlah 14 100 dekubitus.
Pada tabel 1 dapat dilihat karakteristik Tabel 4. Analisis pengaruh penggunaan heel
pasien yang terpasang traksi skeletal ring terhadap kejadian Dekubitus
berdasarkan umur pada pengaruh penggunaan Kejadian Dekubitus
heel ring terhadap kejadian dekubitus, Nomor Perawatan Sebelum Sesudah
didapatkan hasil sebagian besar yaitu 8 pasien Responden Hari Ke Terpasang Terpasang
(57,14%) berumur 20-30 tahun dan sebagian Heel Ring Heel Ring
1 10 0 0
kecil yaitu 1 pasien (07,14%) berumur 31-40 2 8 0 0
tahun. 3 8 1 0
4 8 0 0
Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan 5 12 1 0
6 10 0 0
usia diagnosa medis
7 8 1 0
41
8 8 1 0 jaringan sekitarnya jaringan tersebut menjadi
9 8 0 0 hipoksia sehingga terjadi iskemik, jika tekanan
10 8 0 0
11 8 0 0 tersebut lebih besar dari 32 mmHg dan tidak
12 8 1 0 dihilangkan dari tempat mengalami hipoksia
13 8 0 0 maka vaskuler kolaps dan trombus (Maklebust
14 8 0 0 dalam Potter & Perry 2006).
Analisis Wilcoxon Signed Rank Test
Masih terdapat kejadian dekubitus
statistik p=0,025
tersebut terjadi pada penelitian ini dapat
Keterangan:
disebabkan karena suatu kondisi kaki yang
0 = Tidak terjadi dekubitus
terpasang traksi skeletal dalam keadaan statis
1 = Dekubitus derajat 1
dan posisi lebih elevasi sehingga menyebabkan
Kejadian dekubitus sebelum dan
sirkulasi vaskuler perifer ke area tumit lebih
sesudah penggunaan heel ring, sebelum
lambat akibat dari posisi tersebut, situasi posisi
penggunaan heel ring sebagian besar yaitu 9
statis menambah risiko terjadinya tanda-tanda
pasien (64,29%) tidak terjadi dekubitus setelah
dekubitus dan pasien masih merasa takut untuk
8 dan 10 hari perawatan sedangkan sisanya
menggerakkan kaki yang terpasang traksi
yaitu 5 pasien (35,71%) terjadi dekubitus
skeletal tersebut.
setelah 8 dan 12 hari perawatan. Adapun
Terjadinya tanda dan kejadian
sesudah penggunaan heel ring didapatkan
dekubitus dapat dipengaruhi oleh beberapa
seluruhnya tidak terjadi dekubitus, dari hasil
faktor diantaranya umur, dimana pada hasil
tersebut menunjukkan penggunaan heel ring
penelitian ini yang terjadi dekubitus derajat 1
efektif mencegah terjadinya dekubitus.
dengan umur lebih dari 65 tahun sebanyak 2
Pada hasil tes uji statistik Wilcoxon
pasien dibandingkan yang berumur 20-40 tahun
Signed Rank Test didapatkan hasil uji beda
(1 pasien), hal ini menunjukkan umur dapat
p=0,025 yang menunjukkan makna bahwa
mempengaruhi terjadinya dekubitus akibat dari
terdapat pengaruh penggunaan heel ring
kurangnya pasien untuk beraktifitas secara
terhadap kejadian dekubitus pada pasien yang
terbatas disamping terjadinya penurunan fungsi
terpasang traksi skeletal di Ruang Rawat Inap
dari fisik pasien tersebut sesuai pendapat Kane
Bedah Flamboyan Instalasi Rawat Inap Bedah
et al. dalam Potter & Perry (2006).
RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Kondisi trauma (fraktur) juga
mempengaruhi, hal ini dapat ditunjukkan
dengan hasil pasien yang mengalami dekubitus
PEMBAHASAN
derajat 1 terjadi fraktur pada daerah collum
femuralis dan fraktur femuralis daerah distal,
Hasil penelitian tentang kejadian
dimana pada area tersebut memang rasa nyeri
dekubitus sebelum penggunaan heel ring
lebih banyak dibandingkan di daerah tengah
didapatkan hasil sebagian besar yaitu 9 pasien
dimana menurut anatomi syaraf perifer lebih
(64,29%) tidak terjadi dekubitus setelah 8-10
banyak. Perawatan pasien yang terpasang traksi
hari perawatan dan sisanya yaitu 5 pasien
skeletal sebaiknya disertai pendidikan
(35,71%) terjadi dekubitus derajat 1 setelah 8
kesehatan melatih mobilisasi dini secara
dan 12 hari perawatan.
terbatas secara bertahap dengan tetap
Menurut Stortts dalam Potter & Perry
memperhatikan reaksi nyeri pasien tersebut,
(2006) terjadinya dekubitus sebagai akibat hasil
kolaborasi medis dengan pemberian obat
dari hubungan antar waktu dengan tekanan,
analgesik sangat membantu mengurangi dan
semakin besar tekanan dan durasinya maka
menghilangkan rasa nyeri tersebut, di samping
semakin besar pula insidennya, kulit dan
itu pemberian alat atau media untuk
jaringan subkutan dapat mentolerir beberapa
mengurangi tekanan tersebut pada area tumit
tekanan namun pada tekanan eksternal terbesar
oleh perawat/petugas fisioterapi dan
dari area perifer akan menurunkan atau
memberikan pendidikan kesehatan (KIE)
menghilangkan aliran darah ke arah dalam
tentang maksud dan tujuan serta manfaat
42
penggunaan heel ring dapat merangsang Pauline (1996) adalah alat yang dipasang pada
sirkulasi vaskuler tetap lancar oleh karena bagian tumit pada pasien yang memerlukan
berkurangnya tekanan pada area tumit kaki. tindakan traksi skeletal baik karena konservatif
Hasil penelitian tentang kejadian maupun persiapan pembedahan dalam proses
dekubitus sesudah penggunaan heel ring imobilisasinya, heel ring dibuat menyerupai
didapatkan hasil seluruhnya yaitu 14 pasien cincin atau kue donnut yang berfungsi untuk
(100%) tidak terjadi dekubitus. Menurut mengurangi tekanan pada daerah tumit akibat
Maklebust dalam Potter & Perry (2006) tekanan yang statis tersebut.
mengatakan perubahan atau pencegahan Adanya penggunaan heel ring yang
dekubitus dapat terjadi apabila tekanan berpengaruh mengurangi bahkan mencegah
dihilangkan sebelum titik kritis maka sirkulasi terjadinya dekubitus tersebut, hal ini terjadi
vaskuler pada jaringan akan pulih kembali karena penggunaan heel ring dapat merangsang
melelui mekanisme fisiologis hiperemia rekatif, sirkulasi vaskuler perifer di daerah tumit lancar
karena kulit mempunyai kemampuan yang lebih tidak ada hambatan oleh karena di daerah tumit
besar untuk mentoleransi iskemia dari otot tersebut tidak tertekan akibat dari gaya statis.
karena dekubitus tersebut terjadi dimulai di Pencegahan dekubitus salah satu
tulang dengan iskemia otot yang berhubungan tekniknya adalah dengan penggunaan heel ring
dengan tekanan yang akhirnya melebar ke karena alat tersebut dapat berfungsi untuk
epidermis. mengurangi tekanan statis pada area tumit
Tidak adanya kejadian dekubitus akibat efek tekanan yang dapat meningkat oleh
tersebut, hal ini karena kondisi kaki (tumit) distribusi berat badan yang tidak merata, jika
yang terpasang traksi skeletal dan posisi lebih tekanan tidak merata pada tubuh maka gradien
elevasi berkurang tekanan statisnya, sehingga tekanan jaringan yang mendapat tekanan akan
sirkulasi vaskuler perifer ke area tumit lebih meningkat dan metabolisme sel kulit di titik
baik dan pasien sudah mau beraktifitas secara tekanan mengalami gangguan, namun
terbatas untuk menggerakkan kaki yang tergantung dari: intensitas tekanan yang
terpasang traksi skeletal tersebut. menutup vaskuler kapiler, durasi dan besarnya
Hasil yang baik tersebut dapat tekanan dan ambang batas toleransi tekanan
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya oleh tubuh (Kozier 2010).
peran perawat untuk memberikan pendidikan Hasil yang baik tersebut dapat
kesehatan (KIE) dan melatih secara rutin dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
dengan harapan pencegahan tersebut sehingga penggunaan heel ring yang baik (bahan gel),
menumbuhkan kepercayaan diri pasien untuk akan membuat nyaman bagi pasien untuk
berlatih. Perubahan penurunan kejadian bergerak dan beraktifitas. Penggunaan heel ring
dekubitus tersebut dapat terjadi oleh karena yang dapat berpengaruh penurunan dekubitus
adanya penurunan tekanan yang statis dari area tersebut terjadi karena berkurangnya tekanan
tumit, di samping itu juga setiap hari dilakukan yang statis pada daerah tumit sehingga sirkulasi
pemijatan secara periodik untuk merangsang vaskuler lebih baik dan asupan nutrisi ke sel
area tumit agar sirkulasi vaskuler tetap baik dan lebih lancar oleh karena tidak adanya iskemik
mencegah tekanan yang statis (Potter & Perry dan trombus pada area perifer. Dengan
2006) dan mengurangi risiko faktor-faktor berkurangnya kejadian dekubitus tersebut maka
lingkungan yang mempercepat terjadinya hari perawatan pasien dapat ditekan oleh karena
dekubitus seperti Ruangan panas, kelembaban tidak memerlukan perawatan dekubitus selain
linen tempat tidur yang berkerut. perawatan primernya, sehingga dapat
Hasil analisis statistik bahwa terdapat mengurangi ongkos/biaya seiring dengan
pengaruh penggunaan heel ring terhadap bertambahnya hari perawatan (Ronald &
kejadian dekubitus pada pasien yang terpasang Pauline 1996).
traksi skeletal di Ruang Rawat Inap Bedah
Flamboyan Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD
Dr. Soetomo Surabaya. Menurut Ronald & SIMPULAN DAN SARAN
43
Kemampuan Ambulasi Dini Pasien
Simpulan Pasca Operasi Fraktur Ekstremitas
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka Bawah RSUP Fatmawati, Jakarta,
dapat disimpulkan bahwa: 1) terjadi dekubitus Skripsi.
derajat 1 sebelum penggunaan heel ring pada Kozier 2010. Buku Ajar Fundamental
pasien yang terpasang traksi skeletal di Ruang Keperawatan: Konsep, Proses dan
Rawat Inap Bedah Flamboyan Instalasi Rawat Praktik. (Ed.7). Jakarta, Penerbit Buku
Inap Bedah RSUD dr. Soetomo Surabaya; 2) Kedokteran EGC.
tidak terjadi dekubitus sesudah penggunaan Morison, M.J. 2004. Manajemen Luka,Jakarta,
heel ring pada pasien yang terpasang traksi Penerbit Buku Kedokteran EGC.
skeletal di Ruang Rawat Inap Bedah Flamboyan Ningsih, Nurma & Lukman 2011. Asuhan
Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD dr. Soetomo Keperawatan pada Klien dengan
Surabaya; dan 3) Heel ring dapat mencegah Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
terjadinya dekubitus pada pasien yang Jakarta, Salemba Medika
terpasang traksi skeletal di Ruang Rawat Inap Potter & Perry 2006. Fundamental Of Nursing:
Bedah Flamboyan Instalasi Rawat Inap Bedah Fundamental Keperawatan (Ed.7).
RSUD dr. Soetomo Surabaya. Jakarta, Salemba Medika
Ronald & Pauline 1996. Rural Experience: The
Saran Functional Management Of Femoral
Peneliti menyarankan agar: 1) hasil Shaft Fracture. Pretoria, SA Family
penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu Practice
referensi dalam pembuatan Standar Prosedur Sari & Yunita 2007. Luka Tekan (Pressure
Tetap (SOP) khususnya bagi pelayanan Ulcer): Penyebab Dan Pencegahan.
keperawatan pada pasien yang terpasang traksi Purwokerto, Universitas Jenderal
skeletal; dan 2) perlunya KIE pada pasien dan Soedirman
keluarga untuk melatih dan memasang heel ring Smeltzer & Bare 2001. Buku Ajar Medikal
pada area tumit (mencegah dekubitus) sehingga Bedah (Ed.8), Jakarta, Penerbit Buku
dapat mengurangi hambatan atau tekanan yang Kedokteran EGC
statis yang memiliki risiko terjadinya hambatan Suratun, Heryati, Manurung & Raenah 2008.
sirkulasi vaskuler pada tumit tersebut. Seri Asuhan Keperawatan Klien
Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Jakarta, EGC.
KEPUSTAKAAN Tedjo, B.A. 2011. Facitis Plantaris.
http://www.alat.fisioterapi.web.id/2011/
Eldawati 2011. Pengaruh Latihan Kekuatan 03/ facitis-plantaris.html, diambil
Otot Pre Operasi Terhadap tanggal 20 November 2014.

44

Anda mungkin juga menyukai