Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Harga diri rendah adalah kondisi seseorang yang menilai keberadaan
dirinya lebih rendah dibandingkan orang lain yang berpikir tentang hal
negative diri sendiri sebagai individu yang gagal, tidak mampu dan tidak
berpretasi (Keliat, 2015).
Harga diri rendah dapat dibagi menjadi dua yaitu, harga diri rendah
situasional dan harga diri rendah kronik. Harga diri rendah situasional adalah
keadaan dimana individu yang sebelumnya memiliki harga diri positif
mengalami perasaan negative mengenai diri dalam berespon terhadap suatu
kejadian. Apabila dari harga diri rendah situasional tidak ditangani segera,
maka lama kelamaan dapat menjadi harga diri rendah kronik.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa definisi dari harga diri rendah situasional?
1.2.2 Apa saja komponen konsep diri?
1.2.3 Apa saja rentang respon konsep diri?
1.2.4 Apa saja faktor penyebab harga diri rendah situasional?
1.2.5 Apa saja tanda dan gejala harga diri rendah situasional?

1.3 Tujuan Umum


Mengetahui dan memahami konsep teori Harga Diri Rendah Situasional.

1.4 Tujuan Khusus


1.4.1 Untuk mengetahui definisi harga diri rendah situasional.
1.4.2 Untuk mengetahui komponen konsep diri.
1.4.3 Untuk mengetahui rentang respon konsep diri.
1.4.4 Untuk mengetahui faktor penyebab harga diri rendah situasional.

1
2

1.4.5 Untuk mengetahui tanda dan gejala harga diri rendah situasional.

1.5 Manfaat Penulisan


1.5.1 Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan sebagai bahan masukan dan
evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan praktik layanan
keperawatan dalam Harga Diri Rendah Situasional.
1.5.2 Bagi Pembaca
Menambah ilmu dan literasi perbendaharaan kata tentang Harga Diri
Rendah Situasional.
1.5.3 Bagi STIKes Yatsi Tangerang
Makalah ini dapat dipakai untuk sebagai salah satu bahan bacaan
kepustakaan. Sebagai masukan dalam kegiatan proses belajar
mengajar tentang Harga Diri Rendah Situasional.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Harga Diri Rendah


Harga diri (self esteem) merupakan salah satu komponen dari konsep
diri. Harga diri merupakan penilaian pribadi berdasarkan seberapa baik
prilaku sesuai dengan ideal diri (Stuart, 2015). Harga diri rendah adalah
keadaan dimana individu mengalami/beresiko mengalami evaluasi diri
negatif tentang kemampuan diri (Carpemito, 2015). Gangguan harga diri
dapat dijabarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, serta merasa gagal mencapai keinginan.
(Dalami dkk, 2014).
Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional dan kronis. Harga diri
rendah stuasional pengembangan persepsi negatif tentang dirinya sendiri
pada suatu kejadian (NANDA 2016). Harga diri rendah situasional adalah
perasaan diri/ evaluasi diri negatif yang berkembang sebagai respon
terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri seseorang yang
sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif (Suliswati, 2015). Sedangkan
harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri atau perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif dan di pertahankan dalam waktu yang lama
(NANDA 2016).
Harga diri rendah situasional terjadi bila seseorang mengalami trauma
yang terjadi secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan, cerai,
putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi,
misalnya korban pemerkosaan, dituduh KKN, dipenjara secara tiba-tiba
(Dalami dkk, 2016). Bila harga diri rendah situasional tidak diatasi dapat
menyebabkan harga diri rendah kronis.

2.2 Etiologi
1. Faktor predisposisi
a). Faktor yang mempengaruhi harga diri

3
4

Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis,


kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, dan idealdiri yang tidak
realistis.
b) Faktor yang mempengaruhi peran.
Dimasyarakat umumnya peran seseorang disesuai dengan jenis
kelaminnya. Misalnya seseorang wanita dianggap kurang mampu,
kurang mandiri, kurang obyektif dan rasional sedangkan pria
dianggap kurang sensitif, kurang hangat, kurang ekspresif
dibandimg wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau
pria berperan tidak sesuai lazimnya maka dapat menimbulkan
konflik diri maupun hubungan sosial. Misal: seorang istri yang
berperan sebagai kepala rumah tangga atau seorang suami yang
mengerjakan pekerjaan rumah, akan menimbulkan masalah. Konflik
peran dan peran tidak sesuai muncul dari faktor biologis dan harapan
masyarakat terhadap wanita atau pria. Peran yang berlebihan muncul
pada wanita yang mempunyai sejumlah peran.
c) Faktor yang mempengaruhi identitas diri
Meliputi ketidakpercayaan, tekanan dari teman sebaya dan
perubahan struktur sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anak
akan menyebabkan anak menjadi kurang percaya diri, ragu dalam
mengambil keputusan dan dihantui rasa bersalah ketika akan
melakukan sesuatu. Kontrol orang tua yang berat pada anak remaja
akan menimbilkan perasaan benci pada orang tua. Teman sebaya
merupakan faktor lain yang berpengaruh pada identitas. Remaja
ingin diterima, dibutuhkan, dan diakui oleh kelompoknya.
d) Faktor biologis
Adanya kondisi sakit fisik secara yang dapat mempengaruhi kerja
hormon secara umum, yang dapat pula berdampak pada
keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin yang
menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada
5

pasien depresi kecenderungan harga diri rendah kronis semakin


besar karena klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan
tidak berdaya.

2. Faktor presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi yang
dihadapi individu dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas stresor
dapat mempengaruhi komponen. Stresor yang dapat mempengaruhi
gambaran diri adalah hilangnya bagian tubuh, tindakan operasi, proses
patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh
kembang, prosedur tindakan dan pengobatan. Sedangkan stresor yang
dapat mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan
kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti, pola asuh
yang tidak tepat misalnya selalu dituntut, dituruti, persaingan dengan
sodara, kesalahan dan kegagalan berulang, citacita tidak terpenuhi dan
kegagalan bertanggung jawab sendiri. Stresor pencetus dapat berasal dari
sumber internal atau eksternal:
a) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan pristiwa yang mengancam kehidupan.
b) Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi.

Ada tiga jenis transisi peran:


1) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang
berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-
norma budaya, nilai-nilai, serta tekanan untuk menyesuaikan diri.
2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3) Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat
ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian
6

tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan, atau fungsi tubuh,


perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal.
Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri
yaitu gambaran diri, identitas diri, peran dan harga diri.

2.3 Tanda dan Gejala


a) Mengejek dan mengkritik diri.
b) Merasa bermasalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiric.
Mengalami gejala fisik, misal : tekanan darah tinggi, gangguan
pengunaan zat.
c) Menunda keputusan.
d) Sulit bergaul.
e) Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas.
f) Menarik diri dari realitas, cemas, panik, cemburu, curiga, halusinasi.
g) Merusak diri : harga diri rendah menyokong klien untuk mengakhiri hidup.
h) Merusak atau melukai orang lain.
i) Perasaan tidak mampu.
j) Pandangan hidup yang pesimitis.
k) Tidak menerima pujian.
l) Penurunan produktivitas.
m) Penolakan terhadap kemampuan diri.
n) Kurang memperhatikan perawatan diri.
o) Berpakaian tidak rapi.
p) Berkurang selera makan.
q) Tidak berani menatap lawan bicara.
r) Lebih banyak menunduk.
s) Bicara lambat dengan nada suara lemah.

2.4 Terapi Somatik


Menurut Riyadi, & Purwanto, (2017) Terapi somatik adalah terapi yang
7

diberikan kepada klien dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif


menjadi perilaku yang adaptif dengan melakukan tindakan dalam bentuk
perlakuan fisik. Terapi somatik telah banyak dilakukan pada klien dengan
gangguan jiwa seperti terapi somatik restrain, seklusi, elekrokonvulsi, dan
foto terapi.
1. ECT (Electro Convulsif Therapie)
Suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan menimbulkan
kejang pada penderita baik tonik maupun klonik. Indikasi ECT yaitu :
a. Klien depresi pada psikosa manik depresi, klien skizofrenia stupor
kotatonik dan gaduh gelisah katatonik
b. Klien dengan penyakit depresi mayor yang tidak berespon terhadap
antidependen atau yang tidak dapat minum obat.
c. Klien dengan gangguan bipolar yang tidak berespon terhadap obat.
d. Klien bunuh diri akut yang cukup lama tidak menerima pengobatan
untuk mencapai efek terapeutik. Sedangkan kontra indikasi ECT yaitu:
1) Peningkatan tekanan intra cranial (karena tumor otak, infeksi SPP).
2) Keguguran pada kehamilan gangguan sistem muskuloskeletal,
osteoartritis berat, osteoporosis, fraktur karena kejang grandma.
3) Gangguan kardiovaskuler, infrak miokardium, anggia, hipertensi,
aritmia, dan aneurisma.
4) Gangguan sistem pernafasan, asma bronkial.
5) Keadaan lemah.

2. Foto Terapi atau Sinar


Terapi somatik pilihan. Terapi ini diberiakan dengan memaparkan klien
pada sinar terang (5-20 kali lebih terang dari sinar ruangan). Klien disuruh
duduk dengan mata terbuka 1,5 meter, didepan klien diletakan lampu
flouresen spectrum luas setinggi mata. Waktu dan dosis terapi ini
bervariasi pada tiap individu. Beberapa klien berespons jika terapi
diberikan pagi hari, sementara klien ini lebih bereaksi kalau dilakukan
terapi pada waktu sore hari. Semakin sinar terang, semakin efektif terapi
8

perunit waktu. Terapi sinar berlangsung dalam waktu yang tidak lama .
Namun cepat menimbulkan efek terapi. Kebanyakan klien merasa
sembuh 3-5 hari tetapi klien dapat kembali kambuh jika terapi dihentikan.
Terapi ini dapat menurunkan 75% gejala depresi yang dialami klien
depresi minum dingin atau gangguan afektif
musiman. Efek samping yang terjadi setelah dilakukan terapi dapat
berupa nyeri kepala, insomnia, kelelahan, mual, mata kering, keluar
sekresi dari hidung dan rasa lelah pada mata.

3. Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk pertahan koping jangka pendek atau jangka
panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi
diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan ( Stuart &
Gail, 2017 ).
a. Pertahanan jangka pendek mencakup berikut ini :
1) Aktifitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis indentitas
diri (misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton televisi
secara obsesif )
2) Aktifitas yang memberikan identitas pengganti sementara (
misalnya, ikut serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok,
gerakan atau genk )
3) Aktifitas sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri
yang tidak menentu ( misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi
akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas )
4) Aktifitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat
identitas diluar dari hidup yang tidak bermakna saat ini ( misalnya,
penyalahgunaan obat )

b. Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini :


9

1) Penutupan identitas-adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh


orang terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau
potensi diri individu.
2) Identitas negatif, asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai
dan harapan yang diterima masyarakat.

4. Sumber Koping
Semua orang tanpa memperhatikan gangguan prilakunya, mempunyai
beberapa bidang kelebihan personal yang meliputi : Aktifitas olah raga
dan aktifitas diluar rumah, hobi dan kerajinan tangan, seni yang ekspresif,
kesehatan dan perwatan diri, pendidikan atau pelatihan, pekerjaan, vokasi
atau posisi, bakat tertentu, kecerdasan, imajinasi dan kreatifitas,
hubungan interpersonal. ( Stuart & Gail,2016 ).

2.5 Penatalaksanan Medis


Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri rendah
kronis adalah :
a. System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien . dengan
harga diri rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa tidak
berguna atau gagal terus menerus.
1) Hipothalmus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena melihat
kondisi klien dengan harga diri rendah yang membutuhkan lebih banyak
motivasi dan dukungan dari perawat dalam melaksanakan tindakan yang
sudah dijadwalkan bersama-sama dengan perawat padahal klien
mengatakan bahwa membutuhkan latihan yang telah dijadwalkan
tersebut.
2) Thalamus, sistem pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk mengatur
arus informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk
mencegah berlebihan di korteks. Kemungkinan pada klien dengan harga
diri rendah apabila ada kerusakan pada thalamus ini maka arus informasi
sensori yang masuk tidak dapat dicegah atau dipilih sehingga menjadi
10

berlebihan yang mengakibatkan perasaan negatif yang ada selalu


mendominasi pikiran dari klien.
3) Amigdala yang berfungsi untuk emosi.

Adapun jenis alat untuk mengetahui gangguan struktur otak yang dapat
digunakan adalah:
1) Electroencephalogram (EEG), suatu pemeriksaan yang bertujuan
memberikan informasi penting tentang kerja dan fungsi otak.
2) CT Scan, untk mendapatkan gambaran otak tiga dimensi.
3) Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT), melihat
wilayah otak dan tanda-tanda abnormalitas pada otak dan
menggambarkan perubahan-perubahan aliran darah yang terjadi.
4) Magnetic Resonance Imaging (MRI), suatu tehnik radiologi dengan
menggunakan magnet, gelombang radio dan komputer untuk
mendapatkan gambaran struktur tubuh atau otak dan dapat mendeteksi
perubahan yang kecil sekalipun dalam struktur tubuh atau otak.

Beberapa prosedur menggunakan kontras gadolinium untuk


meningkatkan akurasi gambar. Selain gangguan pada struktur otak, apabila
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan alat-alat tertentu kemungkinan
akan ditemukan ketidakseimbangan neurotransmitter di otak seperti:
a. Acetylcholine (ACh), untuk pengaturan atensi dan mood, mengalami
penurunan.
b. Norepinephrine, mengatur fungsi kesiagaan, pusat perhatian dan
orientasi; mengatur fight-flight dan proses pembelajaran dan memori,
mengalami penurunan yang mengakibatkan kelemahan dan depresi.
c. Serotonin, mengatur status mood, mengalami penurunan yang
mengakibatkan klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan
tidak berdaya.
d. Glutamat, mengalami penurunan, terlihat dari kondisi klien yang kurang
energi, selalu terlihat mengantu. Selain itu berdasarkan diagnosa medis
11

klien yaitu skizofrenia yang sering mengindikasikan adanya penurunan


glutamat.

Adapun jenis alat untuk pengukuran neurotransmitter yang dapat


digunakan:
a. Positron Emission Tomography (PET), mengukur emisi atau pancaran
dari bahan kimia radioaktif yang diberi label dan telah disuntik kedalam
aliran darah untuk menghasilkan gambaran dua atau tiga dimensi
melalui distribusi dari bahan kimia tersebut didalam tubuh dan otak.
PET dapat memperlihatkan gambaran aliran darah, oksigen,
metabolisme glukosa dan konsentrasi obat dalam jaringan otak. Yang
merefleksikan aktivitas otak sehingga dapat dipelajari lebih lanjut
tentang fisiologi dan neuro-kimiawi
otak.
b. Transcranial Magnetic Stimulations (TMS), dikombinasikan dengan
MRI, para ahli dapat melihat dan mengetahui fungsi spesifik dari otak.
TMS dapat menggambarkan proses motorik dan visual dan dapat
menghubungkan antara kimiawi dan struktur otak dengan perilaku
manusia dan hubungannya dengan gangguan jiwa.

2.6 Komponen Konsep Diri


Konsep diri didefinisikan sebagi semua pikiran,keyakinan dan
kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan
memmengaruhi hubungan dengan orang lain. konsep diri tidak terbentuk waktu
lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya
sendiri,dengan orang terdekat, dan dengan realitas dunia. Menurut Stuart (2014)
konsep diri terdiri atas komponen – komponen berikut ini :

a. Citra tubuh OOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO


Kumpulan sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap
tubuhnya.termasuk persepsi serta perasaan masa lalu dan sekarang
12

tentang ukuran,fungsi,penampilan,dan potensi. Citra tubuh di


modifikasikan secara berkesinambungan dengan persepsi dan
pengalaman baru. OOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO

b. Ideal diri OOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO


Persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berprilaku terhadap
standa, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu.

c. Harga diri OOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO


penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. Harga
diri yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri
sendiri tanpa syarat,walaupun melakuakan kesalahan,kekalahan dan
kegagalan , tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga.

d. Performa Peran
Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan social
berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok social. Peran
yang ditetapkan adalah peran yang dijalani dan seseorang tidak
mempunyai pilihan. Peran yang di ambil adalah peran terpilih atau
dipilih oleh individu.

e. Identitas Pribadi
prinsip pengorganisasian kepribadian yang bertangguang jawab
terhadap kesatuan, kesinambungan,konsisten dan keunikan
individu.prinsip tersebut sama artinya dengan otonomi dan mencakup
persepsi seksualitas seseorang. Pembentukan identitas dimulai pada
masa bayi dan terus berlanjut sepanjang kehidupan,tetapi merupakan
tugas utama pada masa remaja.
13

2.7 Rentang Respon Konsep Diri


Adapun rentang respon gangguan konsep diri: harga diri rendah adalah
transisi antara respons konsep diri adaptif dan maladaptif. Penjabarannya adalah
sebagai berikut.
a. Aktualisasi diri adalah pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman yang sukses.
b. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam perwujudan dirinya.
c. Harga diri rendah adalah keadaan dimana individu mengalami atau berisiko
mengalami evaluasi diri negatif tentang kemampuan diri.
d. Kekacauan identitas adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-
aspek identitas masa anak-anak kedalam kematangan kepribadian pada
remaja yang harmonis.
e. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistik dan merasa asing
dengan diri sendiri, yang berhubungan dengan kecemasan, kesulitan
f. membedakan diri sendiri dari orang lain dan tubuhnya sendiri tidak nyata
dan asing baginya.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negative mengenai
diri dalam berespon terhadap suatu kejadian. Apabila dari harga diri rendah
situasional tidak ditangani segera, maka lama kelamaan dapat menjadi harga
diri rendah kronik. Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah:
a. Mengkritik diri sendiri.
b. Perasaan tidak mampu.
c. Pandangan hidup yang pesimis.
d. Penurunan produktivitas.
e. Penolakan terhadap kemampuan diri.
Selain tanda dan gejala tersebut, kita dapat juga mengamati penampilan
seseorang dengan harga diri rendah yang tampak kurang memerhatikan
perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani
menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk dan bicara lambat dengan nada
suara lemah.

4.2 Saran
a. Bagi Perawat
Dalam proses keperawatan hendaknya selalu menerapkan ilmu dan
kiat keperawatan sehingga pada saat menerapkan tindakan keperawatan
secara professional dan hendaknya meningkatkan komunikasi terapeutik
terhadap klien sehingga asuhan keperawatan dapat tercapai.
b. Bagi Keluarga
Bagi para anggota keluarga nya yang pernah megalami gangguan
kejiwaan khususnya harga diri rendah untuk selalu memberikan
pengawasan dan contoh secara rutin setelah dilakukan perawatan di rumah
sakit.
STRATEGI PELAKSANAAN
HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL

Nama Klie : Tn.T


Hari/Tanggal : Senin, 26 Agustus 2019
Pertemuan :I
Ruangan : Mawar
SP :I

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS :
Klien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh/ tidak tahu apa-
apa, mengkritik diri sendiri., klien mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri, klien mengungkapkan rasa bersalah terhadap sesuatu/ seseorang
DO :
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ mengahiri kehidupan, poduktifitas
menurun, cemas dan takut

2. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah situasional

3. Tujuan
1. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dengan aspek positif yang
dimiliki
2. Pasien dapat menilai kemampan yang dapat digunakan
3. Pasien dapat menetapkan kegiatan yang sesuai kemampuan
4. Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
5. Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah
dilatih
4. Tindakan Keperawatan
a. Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
b. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
c. Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
d. Melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal
pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.

B. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi, assalamualaikum………….. Boleh Saya kenalan dengan
Mas? Nama Saya………….. boleh panggil Saya……… Saya Mahasiswi
STIKes Yatsi Tangerang, Saya sedang praktik di sini dari pukul 08.00
WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB siang. Kalau boleh Saya tahu nama
Mas siapa dan senang dipanggil dengan sebutan apa?”

b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Mas hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada
keluhan tidak?”

c. Kontrak
“Bagaimana , kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan
yang pernah T lakukan?Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang
masih dapat T dilakukan di rumah sakit. Setelah kita nilai ,kita akan pilih
satu kegiatan untuk kita latih “
“Dimana kita duduk untuk bincang-bincang? bagaimana kalau di ruang
tamu Berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit saja?

2. Kerja
“ Mas ,apa saja kemampuan yang T miliki ? Bagus ,apa lagi? Saya buat
daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa Mas lakukan ?
Bagaimana dengan merapikan kamar? Menyapa? Mencuci piring
……….dst”.
“Wah ,bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang Mas miliki”.
“ Mas dari lima kegiatan kemampuan ini ,yang mana yang masih dapat
dikerjakan di rumah sakit ? Coba kita lihat ,yang pertama bisakah ,yang
kedua………sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan).Bagus
sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa kerjakan di rumah sakit ini.
“Sekarang ,coba Mas pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah
sakit ini”. “O yang nomor satu ,merapikan tempat tidur? Kalau
begitu,bagaimana kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur
Mas”.Mari kita lihat tempat tidur Mas ya. Coba lihat ,sudah rapikah tempat
tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur ,mari kita pindahkan dulu bantal
dan n selimutnya.bagus!Sekarang kita angkat spreinya dan kasurnya kita
balik.”Nah,sekarang kita pasang lagi spreinya ,kita mulai dari atas ya bagus!
Sekarang sebelah kaki ,tarik dan masukkan ,lalu sebelah pinggir masukkan
.Sekarang ambil bantal,rapikan dan letakkan di sebelah atas kepala. Mari kita
lipat selimut ,nah letakkan sebelah bawah kaki ,bagus!”
“Mas sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali .Coba perhatikan
bedakah dengan sebelum dirapikan ?Bagus”
“ Coba Mas lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau Mas
lakukan tanpa disuruh , tulis B(bantuan ) jika diingatkan bisa melakukan ,dan
T ( tidak) melakukan .

3. Terminasi :
a. Evaluasi
“Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapikan
tempat tidur ? iyaa?, Mas ternyata banyak memiliki kemampuan yang
dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya , merapikan tempat tidur
, yang sudah Mas praktekkan dengan baik sekali Coba ulangi bagaimana
cara merapikan tempat tidur tadi, Bagus sekali..

b.Rencana Tindak Lanjut


“Sekarang ,mari kita masukkan pada jadual harian . Mas,Mau berapa kali
sehari merapikan tempat tidur. Bagus ,dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa?
Lalu sehabis istirahat ,jam 16.00”
“ Coba Mas lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau Mas
lakukan tanpa disuruh , tulis B(bantuan ) jika diingatkan bisa melakukan
,dan T ( tidak) melakukan .

c. Kontrak yang Akan Datang


“Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Mas masih ingat
kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapikan
tempat tidur? Ya bagus,cuci piring …. Kalau begitu kita akan latihan
mencuci piring besok ya jam 08.00 pagi di dapur sehabis makan pagi
Sampai jumpa ya…Assalamu’alaikum
DAFTAR PUSTAKA
Ade Herman Surya.2015.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta:Nuha
Medika.
Budi Anna dan Akemat.2014.Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta : EGC
http://www.scribd.com/search/query=hdr+situasional
Diakses pada 26 Agustus pukul 14.00

Anda mungkin juga menyukai