Anda di halaman 1dari 34

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Jenis Herba yang Berpotensi Sebagai Tanaman Hias

1. Herba 1

Gambar 3. Hasil Pengamatan Gambar 4. Nymphaea pubescens


Willd
Sachin M H (2015)

Berdasarkan hasil penelitian herba 1 mempunyai ciri-ciri perakaran

rimpang. Susunan daun tunggal, bentuk daun perisai, tepi daun berombak,

permukaan daun mengkilat, warna daun hijau kemerahan, tekstur seperti selaput,

pangkal daun berlekuk, ujung daun membulat, panjang daun 21 cm, lebar daun 16

cm, daun mengapung di permukaan air. Bunga tunggal, terletak di ujung batang,

mahkota bunga berjumlah 20 dengan warna putih, benang sari tak hingga, tangkai

sari dan kepala sari tak hingga, putik berjumlah 1 dan memiliki buah. Herba 1

40
41

merupakan tumbuhan yang berpotensi sebagai tanaman hias karena memiliki

bunga yang cantik dengan tenda bunga yang berwarna putih serta dapat

mengapung di permukaan air.

Menurut Steenis (2006) Nymphaea pubescens Willd merupakan

tumbuhan dengan ciri-ciri berakar rimpang di dalam tanah. Helaian daun lebar

bulat memanjang, berbentuk perisai, melekuk keluar bergigi tajam di bagian

bawah daun berwarna ungu tua. Bunga menutup pada siang hari, daun kelopak

melekat pada dasar bunga, daun mahkota berjumlah 13-28, bisa berwarna putih,

kadang-kadang ros atau merah, benang sari kurang dari 100, mahkota di pisah

oleh ruang yang kosong, tangkai sari lebar dan pipih, buah berupa spons yang

masak di dalam air. Ciri-ciri pada deskripsi diatas sesuai dengan hasil pengamatan

sehingga dapat dinyatakan bahwa herba 1 adalah Nymphaea pubescens Willd.

2. Herba 2

Gambar 6. Nymphaea nouchali Burm F


Gambar 5. Hasil Pengamatan Valke (2006)
42

Berdasarkan hasil penelitian herba 2 mempunyai ciri-ciri perakaran

rimpang dengan warna akar kecoklatan, bentuk batang bulat dengan warna hijau

kekuningan, susunan daun tunggal, bentuk daun bulat telur, tepi daun rata,

permukaan daun licin, berwarna hijau, tekstur agak tebal, pangkal daun bulat,

ujung daun membulat, panjang daun 19 cm, lebar daun 27,5 cm, macam

perbungaan tunggal dengan letak bunga di ujung batang, tenda bunga berjumlah

23 dengan keadaan tersusun berseling berwarna merah muda, benang sari dan

tangkai sari tak terhingga dan putik berjumlah 1. Herba 2 merupakan tumbuhan

yang berpotensi sebagai tanaman hias karena memiliki tenda bunga yang

berwarna merah muda sehingga terlihat menarik.

Menurut Steenis (2006) Nymphaea nouchali Burm F merupakan

tumbuhan dengan ciri-ciri berakar rimpang di dalam tanah. Helaian daun lebar

bulat memanjang, berbentuk perisai, melekuk keluar bergigi tajam di bagian

bawah daun berwarna ungu tua. Bunga menutup pada siang hari, daun kelopak

melekat pada dasar bunga, daun mahkota berjumlah 13-28, bisa berwarna putih,

kadang-kadang ros atau merah, benang sari kurang dari 100, mahkota di pisah

oleh ruang yang kosong, tangkai sari lebar dan pipih, buah berupa spons yang

masak di dalam air. Ciri-ciri pada deskripsi diatas sesuai dengan hasil pengamatan

sehingga dapat dinyatakan bahwa herba 2 adalah Nymphaea nouchali Burm F.


43

3. Herba 3

Gambar 7. Hasil Pengamatan Gambar 8. Ludwigia hyssopifolia


Sambandan, et. al. (2015)

Berdasarkan hasil penelitian herba 3 mempunyai perakaran tunggang

dengan warna kecoklatan, ciri khusus memiliki akar seperti gabus yang berwarna

putih sehingga dapat mengapung di permukaan air. Arah tumbuh batang tegak

lurus, benuk bulat, percabangan monopodial dengan warna hijau muda dan tinggi

batang 54-72 cm. Bentuk daun lanset dengan susunan daun tersebar, tepi daun

bergerigi, permukaan daun licin, warna daun hijau, tekstur seperti kertas, pangkal

daun runcing, ujung daun runcing, panjang daun 8 cm, lebar daun 1 cm , ciri

khusus diujung daun memiliki warna kemerahan. Macam perbungaan tunggal,

letak bunga di ketiak daun, jumlah mahkota 5 dengan warna kuning, keadaan

mahkota terlepas, kelopak berjumlah 4 dengan keadaan telepas, benang sari

berjumlah 7, tangkai sari berjumlah 2, kepala sari berjumlah 2 dan putik

berjumlah 1. Herba 3 merupakan tumbuhan yang berpotensi sebagai tanaman hias

karena bunga yang berwarna kuning.


44

Menurut Soerjani (1987) Ludwigia hyssopifolia merupakan tumbuhan

dengan ciri-ciri berhabitus herba dengan arah tumbuh tegak dengan tinggi 15-150

cm, susunan daun tersebar, bentuk memanjang atau lanset dengan panjang 1-10

cm. Mahkota berjumlah 4-5, berwarna kuning cerah, kelopak berjumlah 4, benang

sari banyak dan kepala sari 2. Ciri-ciri pada deskripsi diatas sesuai dengan hasil

pengamatan sehingga dapat dinyatakan bahwa herba 3 adalah Ludwigia

hyssopifolia.

4. Herba 4

Gambar 9. Hasil Pengamatan Gambar 10. Ludwigia adescendens (L.)


Hara
Rachma (2015)

Berdasarkan hasil penelitian herba 4 mempunyai perakaran serabut

dengan warna putih. Tumbuh merayap dengan panjang 40 cm, bentuk batang

bulat, warna hijau muda batang memiliki alat pengapung untuk dapat mengapung

diatas permukaan air. Susunan daun tersebar dengan bentuk daun bulat telur, tepi

rata, permukaan licin, berwana hijau, pangkal daun membulat, ujung daun
45

runcing, panjang daun 5 cm dan lebar 3 cm. Bunga majemuk, terletak diujung

batang, mahkota berjumlah 5 berwarna putih dan bagian dasar bunga brwarna

kuning, kelopak berjumlah 5 dan berbulu, benang sari berjumlah 10 berwarna

kuning, tangkai sari berjumlah 10, jumlah putik 1. Herba 4 merupakan tumbuhan

yang berpotensi sebagai tanaman hias karena bunga ini memiliki warna mahkota

yang cukup menarik mata yaitu mahkota berwarna putih dengan warna kuning

pada bagian dasar bunga.

Menurut Soerjani (1987) Ludwigia adescendens (L.) Hara merupakan

tumbuhan dengan ciri-ciri tumbuhan mengambang atau merayap dengan panjang

50 cm. Akar menggantung kebawah, panjang dan tipis berwarna putih dan kenyal.

Daun berbentuk bulat telur terbalik lonjong 0,5-7 cm dan lebar 0,7-4 cm,

berwarna hijau mengkilap, tangkai daun memanjang. Mahkota berjumlah 5

berwarna krim putih dan kuning gelap di dasar, Kelopak bunga berjumlah 5 dan

berbulu, benang sari berjumlah 10. Ciri-ciri pada deskripsi diatas sesuai dengan

hasil pengamatan sehingga dapat dinyatakan bahwa herba 4 adalah Ludwigia

adescendens (L.) Hara.


46

5. Herba 5

Gambar 12. Polygonum barbatum L


Gambar 11. Hasil Pengamatan
Burnawi dan Gatot Subroto (2010)

Berdasarkan hasil penelitian herba 5 mempunyai perakaran tunggang

berwarna coklat. Arah tumbuh batang tegak lurus, bentuk bulat beruas, tinggi 29

cm, warna hijau muda dan memiliki selaput bumbung. Susunan daun berseling,

bentuk daun lanset, tepi daun rata, warna hijau, tekstur seperti kertas, permukaan

daun kasap, pangkal dan ujung daun runcing. Panjang daun 7-11 cm, lebar 4 cm,

daun bertangkai pendek. Bunga majemuk dan letaknya terminal. Tenda bunga

berjumlah 5 berwana putih, kelopak berjumlah 5 berwarna coklat muda, benang

sari dan tangkai sari berjumlah 5, kepala sari berjumlah 2, tangkai putik berjumlah

1. Herba 5 merupakan tumbuhan yang berpotensi sebagai tanaman hias karena

merupakan bunga majemuk berbentuk bulir dengan tenda bunga yang berwarna

putih.

Menurut Steenis (2006) Polygonum barbatum L merupakan tumbuhan

dengan ciri-ciri herba menahun dengan tinggi 0,4-0,8 m, pada batang ada selaput

bumbung berambut. Daun bertangkai pendek, bentuk lanset memanjang atau


47

bentuk lanset, pangkal dan ujung daun runcing dengan noda coklat sekitar 1,5-3

cm. Berbunga 3-5 bunga, bunga berbentuk bulir semu silindris panjang 2-6 cm,

tenda bunga berjumlah 5, berwarna putih, putih kehijauan atau ros. Benang sari

berjumlah 4-9, tangkai putik kerapkali berjumlah 3. Ciri-ciri pada deskripsi diatas

sesuai dengan hasil pengamatan sehingga dapat dinyatakan bahwa herba 5 adalah

Polygonum barbatum L.

6. Herba 6

Gambar 14. Salvinia molesta D.S.


Gambar 13. Hasil Pengamatan Mitchell
Kesl dan Barry Rice (2010)

Berdasarkan hasil penelitian herba 6 mempunyai perakaran rhizoid

dengan warna coklat dengan ciri menjulur ke dalam air. Bentuk daun bulat, tepi

rata, permukaan berbulu halus dan rapat, warna hijau muda, tekstur berdaging dan

ujung daun membulat. Herba 6 merupakan tumbuhan yang berpotensi sebagai

tanaman hias dilihat dari segi daunnya karena tumbuhan ini memiliki daun yang

dapat mengapung mendatar diatas air dan memiliki rambut sangat rapat pada

pangkal daun.
48

Menurut Steenis (2006) Salvinia molesta D.S. Mitchell merupakan

tumbuhan dengan ciri-ciri yang akarnya berupa rhizoid, memiliki batang

bercabang sedikit atau tidak bercabang. Daun bersatu menjadi tiga karangan yang

rapat, dua daun dari tiap karangan mengapung, tangkai pendek dan berambut, tepi

rata dan daun yang ketiga menggantung di dalam air, dengan tajuk berbentuk

rambut dan juga berfungsi sebagai akar. Helaian daun berbentuk lonjong

memanjang dan ujung membulat dengan ukuran 5-7 mm, warna hijau muda. Ciri-

ciri pada deskripsi diatas sesuai dengan hasil pengamatan sehingga dapat

dinyatakan bahwa herba 6 adalah Salvinia molesta D.S. Mitchell.

7. Herba 7

Gambar 16. Pistia stratiotes L.


Gambar 15. Hasil Pengamatan Forest dan Kim Starr (2010)

Berdasarkan hasil penelitian herba 7 mempunyai perakaran serabut

dengan warna coklat kehitaman. Tinggi batang 0,4 cm, arah tumbuh tegak lurus,

bentuk bulat, warna coklat ciri kususnya batang sangat pendek. Susunan daun
49

berupa roset, daun tunggal, bentuk daun bulat, tepi daun rata, permukaan daun

berambut, warna daun hijau muda, berdaging, pangkal daun bulat, ujung daun

membulat panjang daun 3-5, lebar daun 2-4 cm. Herba 7 merupakan tumbuhan

yang berpotensi sebagai tanaman hias yang dilihat dari segi daun karena memiliki

ciri khusus pada pangkal daun terdapat berupa rambut sehingga daun tidak mudah

basah terkena air.

Menurut Steenis (2006) Pistia stratiotes L. merupakan tumbuhan dengan

ciri-ciri herba, tinggi 5-10 cm. Akar menggantung di air. Batang pendek dan tebal,

tegak lurus, dengan tunas menjalar. Daun berjejal rapat menjadi roset, berbentuk

taji sampai persegi tiga terbalik, ujung daun membulat lebar dan sedikit melekuk

ke dalam, dengan pangkal daun yang serupa spons dan berambut, kerapkali

keriting, bunga terdapat jantan dan betina hanya memiliki 1 benang sari, tangkai

sati berbetuk kerucut dan pendek, kepala putik lebar, buah buni berwarna merah

dengan musim pada bulan Maret-Agustus. Ciri-ciri pada deskripsi diatas sesuai

dengan hasil pengamatan sehingga dapat dinyatakan bahwa herba 7 adalah Pistia

stratiotes L.
50

8. Herba 8

Gambar 18. Eichhornia crassipes


Gambar 17. HasilPengamatan
(Mart.) Solms
Frates (2015)

Berdasarkan hasil penelitian herba 8 mempunyai akar serabut, warna

coklat dengan ciri khusus dapat mengapung di air. Batang tidak ada. Daun

tunggal, tersusun berjejal di atas akar (roset akar), warna hijau, panjang daun 7,4

cm, lebar daun 7,5 cm bentuk bulat telur, ujung meruncing, pangkal meruncing,

tepi rata, permukaan mengkilat dengan ciri khusus tangkai daun menggelembung

yang memiliki rongga udara. Bunga majemuk terletak di ujung tangkai berbentuk

bulir, mahkota berjumlah 5, mahkota daun tidak berlekatan, warna ungu muda,

benang sari berjumlah 6 dengan keadaan membengkok. Herba 8 merupakan

tumbuhan yang berpotensi sebagai tanaman hias karena bunganya menarik yang

berumpun.

Menurut steenis (2006) Eichhornia crassipes (Mart.) Solms merupakan

tumbuhan dengan ciri-ciri berhabitus herba yang mengapung, daun dalam roset,

helaian daun bulat telur, bunga berbentuk bulir, bertangkai panjang, berbunga 10-
51

35, tangkai dengan 2 daun pelindung dengan helaian kecil dan pelepah yang

berbentuk tabung. Poros bulir berbentuk persegi. Panjang tabung tenda 1,5-2 cm

dengan warna pangkal hijau dan ujung pucat, memiliki 6 tajuk panjang 2-3 cm

dengan noda di tengah-tengah warna kuning cerah, benang sari berjumlah 6

dengan keadaan membengkok. bakal buah beruang 3 dengan banyak biji. Ciri-ciri

pada deskripsi diatas sesuai dengan hasil pengamatan sehingga dapat dinyatakan

bahwa herba 8 adalah Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.

9. Herba 9

Gambar 20. Monochoria hastata (L.)


Gambar 19. Hasil Pengamatan Solms
Aloysius (2010)

Berdasarkan hasil penelitian herba 9 mempunyai akar rimpang dan

berwarna coklat. Batang membentuk pelepah, dengan arah tumbuh tegak lurus,

tinggi 40 cm berwarna hijau. Daun tunggal berbentuk bulat telur, pangkal daun

bertoreh dengan bangun jantung, ujung daun runcing, tepi daun rata berwarna

hijau, tekstur seperti kertas, permukaan daun mengkilat, panjang daun 23 cm dan

lebar 12 cm. Bunga majemuk, letak di ujung pelepah daun, tenda bunga berjumlah
52

6 berwarna biru terang, benang sari berjumlah 6 dan kepala sari berjumlah 5

berwarna kuning. Herba 9 merupakan tumbuhan yang berpotensi sebagai tanaman

hias karena mempunyai bunga yang berwarna biru terang.

Menurut Steenis (2006) Monochoria hastata (L.) Solms merupakan

tumbuhan dengan ciri-ciri berhabitus herba, akar rimpang dan pendek. Tinggi 30-

125 cm. Batang berdiri tegak membentuk pelepah. Helaian daun berbentuk bulat

telur memanjang sampai bulat telur melebar dan muncul di luar air. Pangkal

berbentuk jantung dan taju berbentuk membulat lebar. Bunga berada di dalam

pelepah daun yang duduk di ujung. Bunga berbentuk tandak atau bentuk payung,

tidak bertangkai berbunga 15-60 bunga. Tenda bunga berwarna biru ungu,

panjang taju 1-1,5 cm. Benang sari berjumlah 6, kepala sari berjumlah 5 berwrna

kuning dan 1 kepala sari lebih besar berwarna biru. Buah kotak, bulat memanjang

dan berkatup 3. Ciri-ciri pada deskripsi diatas sesuai dengan hasil pengamatan

sehingga dapat dinyatakan bahwa herba 9 adalah Monochoria hastata (L.) Solms.

10. Herba 10

Gambar 21. Hasil Pengamatan Gambar 22. Ipomea triloba L


Prabhugaonkar (2015)
53

Berdasarkan hasil penelitian herba 10 mempunyai perakaran tunggang,

warna putih kecoklatan. Arah tumbuh batang menjalar, bentuk bulat, warna hijau

dan panjang 89 cm. Susunan daun tersebar, daun tunggal, bentuk daun bulat telur,

tepi daun rata, permukaan licin, warna daun hijau, tekstur seperti kertas, pangkal

daun membulat dan ujung daun meruncing, panjang daun 8 cm dan lebar daun 6

cm. Bunga majemuk, letak bunga di ketiak daun, mahkota berjumlah 5 dengan

keadaan menyatu, berwarna merah muda, benang sari berjumlah 5 berwarna putih,

tangkai sari berjumlah 3, kepala sari berjumlah 2 dan putik berjumlah 1. Herba 10

merupakan tumbuhan yang berpotensi sebagai tanaman hias karena bentuk bunga

yang seperti lonceng dengan warna mahkota merah muda.

Menurut Soerjani (1987) Ipomea triloba L merupakan tumbuhan dengan

ciri-ciri herba melilit atau menjalar dengan panjang 1-3 m. Batang gundul atau

hampir jadi. Daun tersebar, bentuk bulat telur, panjang 6-12 cm dan lebar 5-10

cm. Tangkai daun berbentuk silinder dan ramping dengan panjang 3,5-12 cm.

Bunga terletak diketiak, tegak melekat pada batang yang kuat. Daun kelopak

berjumlah 5 dengan keadaan bengkok, berwarna hijau pucat, berbentuk lonjong

dengan rambut panjang. Mahkota bunga berbentuk lonceng berwarna merah

muda. Benang sari berjumlah 5 berwrna putih, berbulu di dasar bagian bawah dan

kepala sari berjumlah 2. Ciri-ciri pada deskripsi diatas sesuai dengan hasil

pengamatan sehingga dapat dinyatakan bahwa herba 10 adalah Ipomea triloba L.


54

11. Herba 11

Gambar 23. Hasil Pengamatan Gambar 24. Ottelia alismoides (L.) Pers
Koley (2013)

Berdasarkan hasil penelitian herba 11 mempunyai akar serabut, warna

coklat, tertancap di dalam tanah. Susunan daun berupa roset akar, bentuk bulat

telur, tepi daun bergelombang, permukaan daun licin, warna hijau muda, tekstur

tipis lunak, pangkal daun berlekuk, ujung daun tumpul, panjang 5 cm, lebar 3,5

cm, daun tenggelam di dalam air. Bunga tunggal, mahkota berjumlah 3, warna

putih dengan bagian dasar berwarna kuning, kelopak berjumlah 3, warna hijau

muda, benang sari berjumlah 7, warna kuning, putik 6, bunga tunggal berwarna

putih yang muncul dipermukaan air. Herba 11 merupakan tumbuhan yang

berpotensi sebagai tanaman hias karena memiliki keunikan tersendiri dimana

bunga tunggal berwarna putih yang muncul dipermukaan air.

Menurut Steenis (2006) Ottelia alismoides (L.) Pers merupakan

tumbuhan dengan ciri-ciri berakar di dalam tanah, panjang 0,1-0,7 m. Daun

dalam roset akar, bulat telur panjang 5 cm. Panjang tangkai daun 8-50 cm,
55

pangkal melebar menjadi pelepah, helaian daun berupa selaput, berbunga 1,

panjang 2,5-6 cm, biasanya 3-5 sayap membujur, dimana 2 yang lebar keriting,

bunga mengapung, kadang-kadang tenggelam. Daun kelopak sempit memanjang,

tidak rontok, panjang ±1,5 cm. Daun mahkota berwarna putih cerah dengan

pangkal kuning, bulat telur terbalik, benang sari 6-8, tangkai putik 5-10 berbelah,

belahannya kuning, buah tersembunyi dalam sarung. Ciri-ciri pada deskripsi

diatas sesuai dengan hasil pengamatan sehingga dapat dinyatakan bahwa herba

11 adalah Ottelia alismoides (L.) Pers.

12. Herba 12

Gambar 26. Sacciolepis interrupta


Gambar 25. Hasil Pengamatan (Willd.) Stapf.
Cook (2005)

Berdasarkan hasil penelitian herba 12 mempunyai susunan akar rhizoid

dengan warna coklat. Arah batang tegak lurus dengan tinggi 50 cm, bentuk batang

bulat berwarna hijau muda, batang berongga dan bertikoma. Susunan daun

berseling, bentuk daun pita, tepi daun rata, permukaan daun kasap, berwarna

hijau, tekstur perkamen, pangkal daun membulat, dan ujung daun meruncing,
56

panjang 11 cm dan lebar 4 cm. Bunga majemuk tak terbatas, berbentuk bulir,

benang sari berjumlah 3 dengan keadaan berbulu. Herba 12 merupakan tumbuhan

yang berpotensi sebagai tanaman hias karena bunga yang berbentuk bulir.

Menurut Soerjani (1987) Sacciolepis interrupta (Willd.) Stapf.

merupakan tumbuhan dengan ciri-ciri perakaran yang masih rhizoid, batang

tumbuh tegak dengan tinggi 50-100 cm, batang berongga berwrna merah sering

keunguan. Daun berwarna hijau kebiruan, permukaan kasar, panjang daun 10-13

cm, bagian belakang daun berbulu halus. Bunga berbentuk malai, benang sari

berjunlah 3 dan kepala sari berwrna ungu. Ciri-ciri pada deskripsi diatas sesuai

dengan hasil pengamatan sehingga dapat dinyatakan bahwa herba 12 adalah

Sacciolepis interrupta (Willd.) Stapf.

13. Herba 13

Gambar 27. Hasil Pengamatan Gambar 28. Nelumbo nucifera


Park dan Aquatic Gardens (2005)

Berdasarkan hasil penelitian herba 13 mempunyai akar rimpang tertanam

di dalam tanah. Arah tumbuh batang tegak lurus, warna hijau tua, tinggi 100 cm,
57

batang memiliki duri yang tumpul dan muncul jauh kepermukaan air. Daun

tunggal, bentuk bulat, tepi berombak, permukaan licin, warna hijau, tekstur tipis

seperti selaput, pangkal dan ujung daun bulat, panjang daun 26 cm dan lebar 43

cm, daun muncul jauh kepermukaan air dan permukaan daun mengandung lapisan

lilin. Macam perbungaan tunggal, letak bunga ujung batang, kelopak berjumlah 2,

mahkota berjumlah 15 warna merah jambu, benang sari banyak berwana kuning,

putik banyak berwarna kuning, buah ada. Herba 13 merupakan tumbuhan yang

berpotensi sebagai tanaman hias karena bunga berwarna merah jambu yang

berbunga tanpa mengenal musim dan tumbuh menyembul jauh diatas permukaan

air.

Menurut Steenis (2006) Nelumbo nucifera merupakan tumbuhan dengan

ciri-ciri memiliki akar rimpang. Daun kelopak dua, daun mahkota banyak, benang

sari sangat banyak, kepala sari kuning, dasar bunga berbentuk kerucut terbalik.

Bunga muncul jauh kepermukaan air. Bakal buah banyak, buah semu. Panjang

tangkai bunga 75-200 cm, panjang tangkai daun 75-150 cm. Tangkai daun dan

tangkai bunga terdapat jerawat. Menurut Redaksi Agromedia (2007) bentuk daun

bulat, tepi berlekuk, daun bagian atas berwarna hijau keabu-abuan dan bawahnya

berwarna lebih muda, permukaan daun licin, tekstur kenyal. Ciri-ciri pada

deskripsi diatas sesuai dengan hasil pengamatan sehingga dapat dinyatakan bahwa

herba 13 adalah Nelumbo nucifera.


58

14. Herba 14

Gambar 29. Hasil Pengamatan Gambar 30. Impatiens balsamina


Demerchant (2009)

Berdasarkan hasil penelititan herba 14 mempunyai akar tunggang dengan

warna kecoklatan. Arah tumbuh batang tegak lurus, berbentuk bulat, berwarna

hijau kekuningan, tinggi 1 m dengan percabangan simpodial. Daun tunggal,

bentuk lanset, permukaan daun kasap, warna daun hijau, tekstur seperti kertas,

tepi daun bergerigi, pangakal dan ujung daun runcing, panjang daun 7 cm dan

lebar 0,3 cm. Bunga majemuk, mahkota berjumlah 5 berwarna merah, kelopak

daun berjumlah 2, kepala sari berjumlah 5. Herba 14 merupakan tumbuhan yang

berpotensi sebagai tanaman hias karena memiliki mahkota yang unik dengan

warna yang menarik.

Menurut Steenis (2006) Impatiens balsamina merupakan tumbuhan

dengan ciri-ciri arah tumbuh batang tegak, tinggi 0,3-1 m. Bentuk daun lanset,

pangkal daun ujung daun runcing, tepi daun bergerigi tajam. Bunga terkumpul 1-

3, daun kelopak berjumlah 2, daun mahkota berjumlah 5, warna ada merah, ungu,

putih atau berwarna-warni, kepala sari bersatu dan kepala putik berjumlah 5. Buah
59

berbentuk telur eliptis. Ciri-ciri pada deskripsi diatas sesuai dengan hasil

pengamatan sehingga dapat dinyatakan bahwa herba 14 adalah Impatiens

balsamina.

15. Herba 15

Gambar 31. Hasil Pengamatan Gambar 32. Commelina nudiflora L


Bay dan NSW (2011)

Berdasarkan hasil penelitian herba 15 mempunyai perakaran serabut

yang berwarna coklat. Arah tumbuh batang menjalar, dengan tinggi 30 cm, warna

hijau muda. Daun tunggal, berbentuk lanset, tepi daun rata, permukaan daun licin,

warna daun hijau, pangkal daun dan ujung daun meruncing, tekstur seperti kertas,

panjang daun 3 cm dan lebar 0,5 cm. Bunga tunggal, letak bunga diketiak daun,

mahkota berjumlah 3 berwarna biru, kelopak berjumlah 3, benang sari berjumlah

5 berwarna kuning. Herba 15 merupakan tumbuhan yang berpotensi sebagai

tanaman hias karena memiliki bunga yang kecil dengan mahkota yang berwarna

biru.
60

Menurut Steenis (2006) Commelina nudiflora L merupakan tumbuhan

dengan ciri-ciri berhabitus herba. Arah tumbuh menjalar dengan tinggi 0,2-0,6 m.

Helaian daun duduk, bulat telur memanjang atau bentuk lanset, dengan pangkal

yang tidak sama sisi. Bunga terdiri sendiri, berupa cabang berseling, berbunga 1-3

bunga. Daun pelindung berbentuk jantung dengan tepi bebas dan ujung

meruncing, panjang 1-3 cm. Daun kelopak berjumlah 3, daun mahkota berjumlah

3 bebas. berwana biru cerah. Bakal buah beruang 3, buah berbentuk kotak,

memanjang, biji berjumlah 3-5 biji dan biji bertonjolan bentuk jala. Ciri-ciri pada

deskripsi diatas sesuai dengan hasil pengamatan sehingga dapat dinyatakan bahwa

herba 15 adalah Commelina nudiflora L.

16. Herba 16

Gambar 33. Hasil Pengamatan Gambar 34. Utricularia aurea Lour.


GBIF (2016)

Berdasarkan hasil penelitian herba 16 mempunyai perakaran masih

rhizoid Batang berwarna hijau dengan panjang 8 cm. Daun berbentuk seberkas

berwarna hijau. Bunga berbentuk tandan, terletak pada ujung batang. Mahkota
61

berjumlah 2 berwarna kuning, kelopak bunga berjumlah 2, benang sari berjumlah

2 yang melekat pada dasar bunga dan kepala sari berjumlah 2. Herba 16

Merupakan tumbuhan yang berpotensi sebagai tanaman hias karena dari segi

bunganya yang berwarna kuning menarik, dan dapat dijadikan tumbuhan hias di

dalam aquarium.

Menurut Soerjani (1987) Utricularia aurea Lour. Merupakan tumbuhan

dengan ciri-ciri mengambang bebas, perakaran rhizoid. Batang berwarna hijau

dengan panjang 12-50 cm. Daun muda berbentuk seberkas, berwarna hijau pucat.

Bunga tegak, berbentuk tandan berjumlah 2-8 bunga, kelopak berjumlah 2, bulat

telur dan tumpul, berwarna hijau, bergaris. Mahkota bunga berjumlah 2 berwarna

kuning. Benang sari berjumlah 2 melekat pada dasar mahkota bunga dengan

keadaan membungkuk. Kepala sari berjumlah 2. Buah berdaging, berwarna

kuning kecoklatan, sempit dan bersayap di sudut. Ciri-ciri pada deskripsi diatas

sesuai dengan hasil pengamatan sehingga dapat dinyatakan bahwa herba 16

adalah Utricularia aurea Lour.

17. Herba 17

Gambar 35. Hasil Pengamatan Gambar 36. Nymphoides indica (L.)


O.K
Nijssen (2012)
62

Berdasarkan hasil penelitian herba 17 mempunyai akar geragih dengan

warna coklat kekuningan. Arah tumbuh batang tegak dengan tinggi 30 cm, bentuk

batang bulat, dengan warna hijau kekuningan. Daun berbentuk roset akar,

berbentuk bulat, tepi daun rata, permukaan daun licin, warna hijau kekuningan,

tekstur berdaging, pangkal daun berbentuk jantung dan ujung daun membulat,

panjang daun 16 cm dan lebar daun 3,9 cm, permukaan daun ada kutikula dan

daun dapat mengapung di permukaan air. Bunga majemuk, mahkota berjumlah 5

berwarna putih, benang sari melekat pada dasar bunga yang berwarna kuning,

putik berjumlah 1. Herba 17 merupakan tumbuhan yang berpotensi sebagai

tanaman hias karena bunga yang berwana putih dan pada permukaan mahkota di

penuhi dengan bulu-bulu panjang, tegak dan berwarna putih sama dengan warna

mahkotanya.

Menurut Steenis (2006) Nymphoides indica (L.) O.K merupakan

tumbuhan dengan ciri-ciri perakaran geragih yang berakar di tanah. Tinggi 0,3-1

m. Batang bertangkai pendek berjumlah 1 yang terdapat seberkas bunga. Daun

roset akar yang tenggelam, helaian daun bulat memanjang sampai jorong

melintang, dengan pangkal berbentuk jantung, panjang 6-30 cm, bertepata, sangat

tebal, sisi bawah merah atau hijau dan dengan bintik cekung. Bunga dalam berkas

yang berbunga banyak, bertangkai, putik tidak sama, berbilang 5(6). Tangkai

bunga 4-12 cm. Tabung mahkota kuning sebelah dalam dengan 5 tonjolan yang

berambut kuning. Taju mahkota putih penuh bulu serupa umbai yang panjang.

Benang sari tertancap pada pangkal mahkota, kepala putik berjumlah 2. Bakal

buah berbentuk botol, beruang 1. Buah bulat memanjang, tidak membuka, biji
63

banyak. Ciri-ciri pada deskripsi diatas sesuai dengan hasil pengamatan sehingga

dapat dinyatakan bahwa herba 17 adalah Nymphoides indica (L.) O.K.

4.1.2 Jenis Herba yang Berpotensi Sebagai Tanaman Hias

Berdasarkan hasil penelitian di Rawa Tanpa Hutan Desa Hakurung

Dalam Kecamatan Daha Utara Kabupaten Hulu Sungai Selatan ditemukan 17

jenis herba yang berpotensi sebagai tanaman hias. Dari data tersebut dapat

diketahui herba yang berpotensi sebagai tanaman hias pada masing-masing

stasiun yaitu sebagai berikut:

Tabel 1. Jenis Herba yang Berpotensi Sebagai Tanaman Hias.

Jumlah yang Ditemukan


pada Stasiun
No Familia Nama Ilmiah Nama Daerah
I II III IV

46 11 19 56
1 Batang Tanding
Nymphaea pubescens Willd
Nymphaceae
18 4 24 43
2 Talipuk
Nymphaea nouchali Burm F
37 78 16 31
3 Ludwigia hyssopifolia Papisangan
Onagraceae
Ludwigia adescendens (L.) 69 41 30 59
4 Gagabusan
Hara
Babatung/Nasi- 76 67 54 52
5 Polygonaceae Polygonum barbatum L.
nasi
Kayambang/ 111 95 56 110
6 Salviniaceae Salvinia molesta D.S.
Mitchell Kayapu
134 78 54 114
7 Araceae Pistia stratiotes L. Kayapu

Eichhornia crassipes 40 64 8 30
8 Ilung
(Mart.) Solms
Pontederiaceae
Monochoria hastata (L.) 10 23 25 22
9 Eceng
Solms
59 36 35 21
10 Convolvulaceae Ipomoea triloba L Balaran
9 10 5 24
11 Hydrocharitaceae Ottelia alismoides (L.) Pers. Eceng
Sacciolepis interrupta Kumpai 31 8 13 12
12 Poaceae
(Willd.) Stapf. Minyak
Kambang 24 12 20 3
13 Nelumbonaceae Nelumbo nucifera
Palilak
16 42 9 34
14 Balsaminaceae Impatiens balsamina Pacar Air
64

Lanjutan Tabel 1.

Jumlah yang Ditemukan


pada Stasiun
Nama
No Familia Nama Ilmiah
Daerah
I II III IV

11 4 6 5
15 Commelinaceae Commelina nudiflora L. Rumput
18 12 20 5
16 Lentibulariaceae Utricularia aurea Lour. Ganggang
Tanding
Nymphoides indica (L.) 17 20 28 16
17 Gentianaceae Bidawang
O.K

Berdasarkan data Tabel 1 diketahui bahwa ditemukan 17 jenis Herba

yang Berpotensi sebagai Tanaman Hias dan 14 famili. Famili terbesar yang

ditemukan antara lain yaitu Nymphaceae, Onagraceae dan Hydrocharitaceae yang

memiliki lebih dari satu jenis herba yang Berpotensi sebagai Tanaman Hias.

4.1.3 Keanekaragaman Tumbuhan Herba yang Berpotensi Sebagai Tanaman

Hias

Penelitian ini dilakukan di kawasan Rawa Tanpa Hutan Desa Hakurung

Dalam Kecamatan Daha Utara Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dengan luas area

total seluas 125 x 125m x 4 stasiun (6,25 Ha) terhadap jenis tumbuhan herba yang

berpotensi sebagai tanaman hias diketahui keanekaragamannya seperti yang

tercantum pada Tabel 2 berikut:


65

Tabel 2. Nilai indeks keanekaragaman (H’) Tumbuhan Herba yang Berpotensi


Sebagai Tanaman Hias.

Jumlah
No Nama Ilmiah Nama Daerah Pi Ln Pi
Total
1 Nymphaea pubescens Willd Batang Tanding 132 -0,159
2 Nymphaea nouchali Burm F Talipuk 89 -0,122
3 Ludwigia hyssopifolia Papisangan 162 -0,181
4 Ludwigia adescendens (L.) Hara Gagabusan 199 -0,206
5 Polygonum barbatum L. Babatung/Nasi-nasi 249 -0,234
6 Salvinia molesta D.S. Mitchell Kayambang/ Kayapu 372 -0,288
7 Pistia stratiotes L. Kayapu 380 -0,291
8 Eichhornia crassipes (Mart.) Solms Ilung 142 -0,167
9 Monochoria hastata (L.) Solms Eceng 80 -0,113
10 Ipomoea triloba L Balaran 64 -0,096
11 Ottelia alisamoides (L.) Pers. Eceng 48 -0,078
12 Sacciolepis interrupta (Willd.) Stapf. Kumpai Minyak 151 -0,173
13 Nelumbo nucifera Kambang Palilak 87 -0,120
14 Impatiens balsamina Pacar air 101 -0,133
15 Commelina nudiflora L Rumput 26 -0,049
16 Utricularia aurea Lour. Ganggang 55 -0,086
17 Nymphoides indica (L.) O.K Tanding Bidawang 78 -0,111
2415 H’= 2,606

Jenis herba yang berpotensi sebagai tanaman hias dari Tabel 2 di dapat

17 jenis herba yang berpotensi sebagai tanaman hias dengan indeks

keanekaragaman H’= 2,606 yang menunjukkan bahwa keanekaragaman sedang.

Tabel 3. Hasil Pengukuran kisaran parameter lingkungan.

No Parameter Lingkungan Nama Alat Satuan Kisaran

1 Suhu Udara 34-39


Termometer °C
2 Suhu air 28-30
3 pH Air pH Meter - 7-7,3
4 Kelembaban Udara Higrometer % 54-70
5 Intensitas Cahaya Lux Meter Lux 11712-19270
6 Kecepatan Angin Anemometer m/s 0-1,4
7 Kecepatan Arus Bola Pimpong m/s 0,04-0,25

Berdasarkan hasil pengukuran parameter di seluruh stasiun di dapatkan

kisaran yaitu, suhu udara 34-39oC, suhu air 28-30oC, pH air 7-7,3, kelembaban
66

udara 55-70%, intensitas cahaya 11712-19270 Lux, kecepatan angin 0-1,4 m/s,

dan kecepatan arus 0,04-0,25 m/s.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Jenis Tumbuhan yang berpotensi sebagai tanaman hias di Rawa Tanpa
Hutan Desa Hakurung Dalam Kecamatan Daha Utara Kabupaten Hulu
Sungai Selatan.

Desa Hakurung Dalam merupakan daerah Rawa Tanpa Hutan yang di

dominasi oleh Herba. Rawa tanpa hutan merupakan rawa yang di dominasi oleh

rumput-rumputan dan herba akuatik (Nirarita, et. al.1996). Berdasarkan hasil

penelitian di daerah rawa tanpa hutan Desa Hakurung Dalam Kecamatan Daha

Utara Kabupaten hulu Sungai Selatan yang dilakukan menelusuri kawasan

penelitian rawa tanpa hutan yang dijadikan tempat penelitian didapatkan 17 jenis

tumbuhan herba yang berpotensi sebagai tanaman hias. Adapun tumbuhan herba

yang berpotensi sebagai tanaman hias yaitu : Nymphaea pubescens Willd,

Nymphaea nouchali Burm F, Ludwigia hyssopifolia, Ludwigia adescendens (L.)

Hara, Polygonum barbatum L., Salvinia molesta D.S. Mitchell, Pistia stratiotes

L., Eichhornia crassipes (Mart.) Solms, Monochoria hastata (L.) Solms, Ipomoea

triloba L, Ottelia alisamoides (L.) Pers., Sacciolepis interrupta (Willd.) Stapf.,

Nelumbo nucifera, Impatiens balsamina, Commelina nudiflora, Utricularia aurea

Lour, dan Nymphoides indica (L.) O.K. 17 jenis herba yang berpotensi sebagai

tanaman hias didapatkan jumlah total individu pada tiap jenis berbeda-beda

dengan indeks keanekaragaman H’= 2,606.


67

Berdasarkan data pengamatan pada tabel 1 famili terbesar yang

ditemukan antara lain Nymphaeaceae, Onagraceae dan Pontederiaceae, hal ini

dikarenakan terdapat 2 jenis pada masing-masing famili yang ditemukan

sedangkan pada famili yang lain hanya terdapat 1 jenis tumbuhan saja. Ketiga

famili tersebut habitatnya tumbuh di daerah rawa. Rawa merupakan air tergenang

dengan kecepatan arus yang kecil, hal ini dapat dilihat dari parameter lingkungan

kecepatan arus yang ukuran parameternya berkisar antara 0,04-0,25 m/s. Menururt

Steenis (2006) yang mengatakan bahwa famili Nymphaeaceae, Onagraceae dan

Pontederiaceae merupakan tumbuhan air yang berhabitat di rawa berupa herba.

Menurut Steenis (2006) ketiga famili terbesar ini memiliki bentuk dan

warna bunga yang berbeda. Karakter bunga pada famili Nymphaeaceae menutup

pada siang hari, daun kelopak melekat pada dasar bunga, daun mahkota berjumlah

13-28, bisa berwarna putih, kadang-kadang ros atau merah. Famili Pontederiaceae

memiliki bentuk bunga tandan atau bentuk payung dan berbentuk bulir dengan

tenda bunga yang berwarna biru ungu dengan noda di tengah-tengah berwarna

warna kuning cerah. Sedangkan menurut Soerjani (1987) famili Onagraceae

memiliki bunga yang berwarna kuning cerah dan krim putih dengan kuning gelap

pada dasar bunganya.

Ketiga famili terbesar yang tumbuh dominan di Rawa Desa Hakurung

Dalam jenis tumbuhan yang berbunga, hal ini dikarenakan bahwa jenis tanaman

hias dapat dilihat dari segi bunganya dimana ketiga famili ini memiliki daya tarik

berupa bunga yang dilihat dari bentuk dan warnanya. Menurut Ratnasati (2007)

daya tarik tanaman hias bunga terletak pada bentuk, warna dan aroma.
68

Jenis tumbuhan Salvinia molesta D.S. Mitchell dan Pistia stratiotes L

yang tumbuh di rawa dapat di kategorikan kedalam tumbuhan berpotensi tanaman

hias dilihat dari segi daun dimana kedua tumbuhan ini memiliki daya tarik dari

bentuk dan warna. Salvinia molesta D.S. Mitchell memiliki daun yang bersatu

menjadi karangan yang rapat, dua daun dari tiap karangan mengapung dan daun

ketiga dari karangan menggantung di dalam air dengan warna daun hijau muda.

Pistia stratiotes L memiliki daun yang berjejal rapat menjadi roset berbentuk taji

sampai persegi tiga terbalik, ujung daun membulat lebar dan sedikit melekuk

kedalam, dengan pangkal daun yang berupa spons dan berambut (Steenis, 2006).

Menurut Ratnasari (2007) tanaman hias daun yaitu tanaman hias yang memiliki

bentuk dan warna yang unik. Tanaman hias daun adalah tanaman yang memiliki

warna-warni daun yang indah dengan bentuk daun atau tajuk bervariasi, unik dan

eksotik (Endah, 2007) sedangkan menurut Hasim (2009) keindahan tanaman hias

daun relatif lebih lama dari tanaman hias bunga karena masa vegetatif umumnya

lebih lama dari daripada umur berbunga.

4.2.2 Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Herba yang berpotensi sebagai


tanaman hias di Rawa Tanpa Hutan Desa Hakurung Dalam
Kecamatan Daha Utara Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

Berdasarkan data pengamatan pada tabel 2 jumlah individu yang terbesar

pertama adalah jenis Pistia stratiotes L. dan jumlah terbesar kedua adalah jenis

Salvinia molesta D.S. Mitchell, hal ini dikarenakan jenis tumbuhan ini cocok di

habitat berupa rawa. Salvinia molesta D.S. Mitchell dan Pistia stratiotes L. dapat

tumbuh dengan banyak dikarenakan tumbuhan ini menyerap anorganik terlarut


69

sehingga lebih tumbuh dominan dari jenis tumbuhan yang lain. Menurut Ni’ma,

et. al. (2014) tanaman apu-apu (Pistia stratiotes L.) merupakan tanaman air yang

biasanya dianggap gulma oleh masyarakat. Namun, tumbuhan tersebut dapat

memberikan keuntungan bagi perairan yang tercemar. Tanaman apu-apu

merupakan jenis gulma air yang sangat cepat tumbuh dan mempunyai daya

adaptasi terhadap lingkungan baru. Tanaman penganggu ini dapat digunakan

untuk menyerap unsur-unsur toksik pada air limbah. Tumbuhan ini hidup dari

menyerap udara dan unsur hara yang terkandung dalam air namun tumbuhan ini

dinamakan floating plant karena akar tanaman tidak tertanam melainkan

mengapung di air (Haridjaja, et. al. 2009).

Besarnya jumlah individu pada jenis Pistia stratiotes L dikarenakan jenis

tumbuhan ini memiliki kemampuan untuk berkembangbiak pada daerah tersebut

dibandingkan jenis-jenis tumbuhan herba yang lainnya, tumbuhan ini dapat juga

terbawa oleh kerbau rawa yang melakukan aktivitas makan disekitar kalang

maupun yang jauh dari kalang. Menurut Rivers (2002) dalam Azim, et. al. (2014)

Pistia stratiotes L dapat bertahan hidup selama beberapa minggu ketika air surut.

Menurut Pieterse, et. al. (1981) dalam Neuenschwander, et. al. (2009) yang

mengatakan bahwa penyebaran tumbuhan Pistia stratiotes L dapat tersebar baik

melalui arus air atau melalui hewan.

Pertumbuhan tumbuhan ini sangat ditentukan oleh kondisi lingkungan

yang mendukung pertumbuhan dan perkembangannya. Pengukuran faktor

lingkungan menunjang keberadaan dan keanekaragaman jenis tumbuhan itu

sendiri. Faktor lingkungan berperan penting dalam keberlangsungan kehidupan


70

tumbuhan. Kelembaban dan suhu udara merupakan komponen iklim mikro yang

mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan. Pertumbuhan meningkat jika suhu

meningkat dan kelembaban menurun (Fitriany, et. al. 2013). Kelembaban dan

suhu udara di rawa tanpa hutan Desa Hakurung Dalam berkisar antara 34-39oC

dan 54-70%.

Suhu air juga mempengaruhi pertumbuhan Pistia stratiotes L, dimana

suhu yang tepat untuk pertumbuhan Pistia stratiotes L berkisar antara 22-30°C

(Johnson, 2006) sedangkan pengukuran suhu air pada saat penelitian berkisar

antara 28-30°C, Menurut Neuenschwander, et. al. (2009) benih Pistia stratiotes L

dapat berkecambah dengan mudah pada suhu hangat (>20oC) pada air dangakal di

bawah intensitas cahaya tinggi, biji tidak berkecambah pada suhu <20 oC, tapi

dapat bertahan hidup setidaknya selama dua bulan di air dingin dengan suhu 4oC

dan beberapa minggu di es -5oC, hal ini menujukkan bahwa suhu air di daerah

penelitian bukan merupakan faktor penghambat pertumbuhan Pistia stratiotes L.

Tingkat keasaman (pH) perairan juga mempengaruhi pertumbuhan dari

Pistia stratiotes L. Tumbuhan ini dapat tumbuh baik pada pH 4 dan tidak dapat

hidup pada pH 3 (Soerjani, 1987), Pistia stratiotes L dapat tumbuh optimal pada

pH 7 sedangkan air di rawa tanpa hutan Desa Hakurung Dalam berkisar antara

6,9-7,3. Tingkat keasaman (pH) air yang ada di tempat penelititan tidak

mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan ini sehingga jumlahnya sangat besar.

Salvinia molesta D.S. Mitchell merupakan jenis tumbuhan terbesar

kedua, hal ini dikarenakan jenis tumbuhan ini dapat tumbuh dan berkembangbiak

secara cepat dan di pengaruhi oleh kondisi lingkungan (abiotik). Suhu berperan
71

dalam perkembangan Salvinia molesta D.S. Mitchell baik itu suhu udara maupun

suhu air. Menurut Dono (2013) Salvinia molesta lebih menyukai daerah tropis,

sub-tropis atau hangat dan dapat tumbuh optimal pada suhu air antara 20-30°C.

Suhu air yang diukur pada derah rawa tanpa hutan Desa Hakurung Dalam berkisar

antara 28-30°C, Tunas mengalami kematian setelah terpapar selama lebih dari

dua jam untuk suhu di bawah -3°C atau di atas 43°C. Salvinia molesta mampu

mentolerir tingkat salinitas sepersepuluh bawah air laut, memungkinkan Salvinia

molesta untuk beradaptasi dengan berbagai lingkungan, hal ini yang menyebabkan

Salvinia molesta berjumlah banyak dan bukan merupakan faktor penghambat

pertumbuhannya.

Menurut Dono (2013) Salvinia molesta mengalami pertumbuhan terbaik

di badan air yang diam atau bergerak lambat. Kecepatan arus di daerah rawa tanpa

hutan berkisar antara 0,04-0,25 dimana kecepatan arus ini tergolong lambat. hal

ini bukan merupakan faktor yang menghambat tumbuhan tersebut. Menurut Sari

dan Usman (2012) kecepatan arus dapat dibedakan dalam 4 kategori yakni

kecepatan arus 0-0,25 m/s yang disebut arus lambat, kecepatan arus 0,25-0,50 m/s

yang disebut arus sedang, kecepatan arus 50 -1 m/s yang disebut arus cepat, dan

kecepatan arus diatas 1 m/s yang disebut arus sangat cepat.

Tingkat keasaman (pH) perairan juga memiliki pengaruh pada

pertumbuhan tanaman. Menurut Dono (2013) Salviania molesta dapat tumbuh

pada pH 6,0-7,5 sedangkan air di rawa tanpa hutan Desa Hakurung Dalam

berkisar antara 6,9-7,3. Menurut Barus (1999) dalam Luthfiana (2012) organisme

akuatik dapat hidup dalam suatu perairan nilai pH netral dengan kisaran toleransi
72

antara asam lemah dan basa lemah. pH yang ideal untuk organisme akuatik

berkisar antara nilai pH 7-8,5.

Menurut Odum (1998) mengemukakan bahwa kelembaban sejalan

dengan temperatur dan sinar matahari mempunyai peranan penting dalam

mengatur kegiatan-kegiatan organisme dan dalam membatasi penyebarannya.

Kelembaban udara di daerah penelitian desa Hakurung Dalam memiliki kisaran

54-70%.

Cahaya digunakan oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis. Semakin

baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhannya (Omon, 2007 dalam

Wijayanto & Nurunnajah, 2012) dalam (Fitriany, et. al. 2013). Berdasarkan

adaptasinya terhadap cahaya, ada tumbuhan yang memerlukan cahaya penuh, dan

tidak memerlukan cahaya penuh (Tjitrosomo, 1985) dalam (Fitriany, et. al. 2013).

Hasil penelitian di rawa tanpa hutan Desa Hakurung Dalam menunjukkan

intensitas cahaya berkisar antara 11712-19270 Lux.

Keberadaan kalang hadangan atau kandang kerbau rawa memiliki peran

penting juga selain faktor lingkungan yang lain. Aktvitas kerbau rawa yang

melakukan pembuangan sisa metabolisme berperan sebagai pupuk organik yang

larut didalam air, hal ini yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangbiakan

tumbuhan yang ada disekitarnya lebih cepat perkembangannya. Menurut Marlina,

et. al (2013) Limbah kerbau merupakan bahan organik yang mudah terurai. Pupuk

organik mengandung unsur hara lengkap untuk pertumbuhan tanaman yang terdiri

dari unsur hara makro dan mikro (Yohanes, 2013).


73

Jenis tumbuhan yang memiliki jumlah jenis terendah adalah Commelina

nudiflora L, dikarenakan tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang habitatnya

berada di tepi rawa, pada saat penelitian rawa yang berada di Desa Hakurung

Dalam mengalami pasang air yang dalam sehingga gundukan-gundukan tersebut

tenggelam, hal ini lah yang menyebabkan sedikitnya jumlah individu tumbuhan

jenis Commelina nudiflora L. Menurut Panda dan Misra (2011) dalam Swapna

(2011) menyatakan bahwa Commelina nudiflora L. tumbuh di tempat-tempat

teduh yang lembab dekat air dan rawa.

Anda mungkin juga menyukai