RESPONSI Nevus Becker
RESPONSI Nevus Becker
Pembimbing :
dr. Dian Ardiana, Sp.KK
Penyusun :
Ratna Sari Eka Putri
2017.04.200.326
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. MF
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 28 tahun
Alamat : Bondowoso
Pekerjaan : TNI
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Tanggal Pemeriksaan : 21 Mei 2019
II. ANAMNESA
1. Keluhan Utama :
Benjolan warna hitam dan gatal pada pipi kanan.
2. Keluhan tambahan :
_
6. Riwayat Psikososial
Pasien sering terpapar sinar matahari
Pasien mandi teratur 2x sehari memakai sabun mandi dan
menggunakan air PDAM
Pasien memakai handuk sendiri tidak bergantian dengan
anggota keluarga yang lain
Lingkungan tempat tinggal pasien cukup bersih dan padat
penduduk
2
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
GCS : 456
Status Gizi : Baik
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit, regular
Laju respirasi : 19 kali/menit, regular
Suhu Axillar : 36,8 0C
Status Generalis
Kepala : Dalam batas normal
Leher : Dalam batas normal
Thorax : Dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
Ekstremitas : Dalam batas normal
Status Dermatologi
3
Efloresensi : tampak papul multiple dengan hiperpigmentasi
bergerombol batas jelas pada pipi kanan.
IV. RESUME
Anamnesa
Laki-laki, 28 tahun
Keluhan timbulnya benjolan warna hitam dan gatal pada pipi
kanan sejak usia 13 tahun.
Awalnya bintil kecil hitam dan gatal, kemudian digaruk keluar
darah, dan benjolannya semakin melebar.
Gatal-gatalnya diperparah bila pasien berkeringat dan
berkurang bila pasien tidak berkeringat.
RPD : -
RPK : -
R.Psikososial : Sering terpapar sinar matahari
Demam (-), Nyeri (-)
Pemeriksaan Fisik
Status generalis : Dalam batas normal.
Efloresensi tampak papul multiple dengan hiperpigmentasi
bergerombol batas jelas pada pipi kanan.
DIAGNOSA KERJA
Nevus Sebaseus
V. DIAGNOSA BANDING
Nevus Epidermal
VI. PENATALAKSANAAN
1. Planning Diagnosis
Histopatologi
4
2. Planning Terapi
Non medikamentosa:
Elektro Cauter
Lebih mengurangi untuk tidak sering terpapar sinar
matahari
Menjaga kebersihan
Tidak menggaruk luka
Medikamentosa:
Sistemik
Antibiotik : Cefixime 2 x 200 mg/hari selama 7-14 hari
Anti nyeri : Asam mefenamat 500 mg prn
Topikal
Fuladic cream 2% 4 x 1 selama 7 hari
3. Monitoring
Keluhan penderita berkurang, tetap atau makin
memberat.
Ada tidaknya perluasan lesi di bagian tubuh lain.
Komplikasi yang dapat muncul
4. Edukasi
Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga
pasien tentang penyakitnya dan cara pengobatan.
Menjelaskan kepada pasien untuk minum obat dengan
teratur dan kontrol.
Memberitahukan agar penderita tidak menggaruk lesi
kulit jika terasa gatal, karena dengan garukan tersebut
malah dapat memperdalam lesi sehingga timbul sikatrik/
jaringan parut.
5
Menyarankan agar penderita makan makanan yang
seimbang untuk meningkatkan daya tahan tubuh
sehingga proses penyembuhan dapat lebih cepat.
Menghindari konsumsi makanan yang dapat memicu
alergi seperti ikan, telur dan ayam.
VII. PROGNOSIS
Baik.
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nevus sebaseus merupakan lesi hamartoma berbatas tegas yang
terutama terdiri atas kelenjar sebasea.(1,2) Nevus sebaseus pertama kali
dijelaskan oleh Jadassohn tahun 1895 sehingga disebut juga nevus
sebaceous of Jadassohn (nevus organoid).(2,3)
Nevus sebaseus dapat ditemukan pada 3 di antara 1.000
neonatus.(1,4) Sebanyak 2/3 kasus nevus sebaseus ditemukan saat lahir,
sisanya muncul saat bayi atau pada awal masa kanak-kanak. Insidens
nevus sebaseus pada laki-laki dan perempuan dilaporkan sama. (1,3,5)
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Nevus sebaseus merupakan lesi hamartoma berbatas tegas yang
terutama terdiri atas kelenjar sebasea.(1,2) Nevus sebaseus pertama kali
dijabarkan oleh Jadassohn tahun 1895 sehingga disebut juga nevus
sebaceous of Jadassohn (nevus organoid).(2,3)
2.2 Etiologi
2.3 Epidemiologi
8
2.5 DIAGNOSIS
2.5.1 Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan terdapat bercak sampai plak
orange kecokatan tidak gatal atau nyeri berbatas tegas dan tidak
berambut di kulit kepala.(7)
9
Gambar 2.2 Plak coklat (7)
10
Gambar 2.4 Papillomatosis ringan dengan kekuatan tinggi.(7)
2.6 Patogenesis
Baru-baru ini, telah ditunjukkan nevus sebaceous disebabkan
oleh mutasi mosaik pasca zygotic di HRAS dan KHAS gen. (7) Sepertinya,
nevus sebaceous berkembang dari sel germinal epitel utama berpotensi
majemuk yang memiliki potensi untuk menjadi berbeda dari berbagai
neoplasma. Penghapusan pada gen supresor tumor PTCH pada
kromosom 9p22.3 dapat menjelaskan potensi neoplastik hamartoma. Ada
peningkatan ekspresi reseptor androgen pada nevus sebaceous. (8)
2.7 Patofisiologi
Dalam nevus sebaceus, mutasi somatik postzygotic dapat
menghasilkan berbagai ekspresi klinis mosaik. Mutasi pada sel
pluripotensial dapat menyebabkan hamartoma dengan banyak jalur sel.
Pertumbuhan lesi pada masa remaja adalah karena peningkatan produksi
androgen pada saat pubertas dan pengaruhnya pada elemen
pilosebaceous dan apocrine.(8)
11
2.8 Diagnosis Banding(7)
1) Keratosis seboroik
Lokasi : Kulit Kepala, punggung , dada, wajah
Subjek : terasa gatal
Efloresensi: plak berwarna coklat muda sampai hitam, berbatas
tegas, dengan permukaan seperti beludru sampai verukosa
halus. Diameter lesi bervariasi dari 1 mm sampai beberapa
sentimeter, jarang lebih dari 3 cm.(7)
12
c) Tipe hiperkeratotik terlihat eksofilik dengan berbagai tingkat
hiperkeratotis, papilomatosis dan akantosis. Terdapat sel
basaloid dan sel skuamosa.
d) Tipe clonal mempunyai sarang sel basaloid intraepidermal.
e) Pada tipe irritated, terdapat infiltrat sel yang mengalami inflamasi
berat, dengan gambaran likenoid pada dermis bagian atas. Sel
apoptotik terdapat pada dasar lesi yang menggambarkan adanya
regresi imunologi pada keratosis seboroik. Kerdapat infiltrat sel
yang mengalami inflamasi berat tanpa likenoid. Jarang
terdapat netrofil yang berlebihan dalam infiltrat. Pada
pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop elektron
menunjukkan bahwa sel basaloid yang kecil berhubungan
dengan sel pada lapisan sel basal epidermis. Kelompok -
kelompok melanosom yang sering membatasi membran dapat
ditemukan di antara sel.
13
Gambar 2.8 Keratosis seboroik Gambar 2.9 Keratosis seboroik
(papiloma sel basal) menunjukkan klonal menunjukkan sarang-
epidermis dengan papillamatous sarang sel keratinosit dan
akantosis yang terdiri dari sel beberapa melanosit.
basaloid.
2) Epidermal Nevi
Lokasi : kepala, leher, wajah, badan, mengikuti Blaschko’s lines
Subjek : Tidak terasa gatal dan tidak nyeri
Efloresensi : plak linear, yang mungkin bilateral atau terdistribusi
pada sebagian besar tubuh warna sama dengan kulit atau
coklat keabuan, batas jelas, berbentuk papul verukosa. (7)
Histopatologi
Secara histopatologi dikenal nevus junctional, nevus compound
dan nevus dermal. Seperempat sampai sepertiga kasus
melanoma maligna dikatakan berasal dari nevus pigmentosus.
Tipe nevus penting diketahui untuk menentukan prognosis. Dari
ketiga tipe nevus, dikatakan bahwa nevus junctional lebih
mempunyai potensi untuk menjadi ganas.
14
Pemeriksaan histopatologi selain memerlukan waktu, juga tidak
semua pasien setuju untuk dibiopsi. Pada keadaan biopsi tidak
dapat dilaksanakan, diperlukan suatu cara untuk lebih
mendekati diagnosis histopatologi berdasarkan hal tersebut
maka dikembangkan alat yang disebut surface microscopy
dengan menggunakan tehnik mikroskop epiluminesen. Tehnik
ini non invasive yang memungkinkan untuk melihat secara in
vivo gambar histomorfologi kulit dan memberikan harapan bagi
para klinis untuk membuat diagnosis kelainan pigmentasi kulit
secara lebih akurat. Apabila gambaran klinis nevus bisa
dipertajam dengan tehnik epiluminesen, maka banyak manfaat
yang akan didapat.
2.9 Penatalaksanaan
2.9.1 Non Farmakologi
Risiko keganasan rendah dan hampir selalu terjadi setelah pubertas.
Kecuali stigmatisasi, cacat, simtomatologi, atau tumor yang berkembang
di dalam lesi hadir, eksisi ditunda sampai dewasa ketika pasien dapat
berpartisipasi dalam keputusan. (9) Eksisi kulit full-thickness biasanya
diperlukan, dan destruksi topikal tidak dianjurkan karena dapat menutupi
perubahan ganas di bawah permukaan. Rekonstruksi primer biasanya
dimungkinkan. Sebuah studi 2007 oleh Barkham dkk menyimpulkan
bahwa eksisi profilaksis semua nevi sebaceous tidak dibenarkan, terutama
pada anak-anak muda, dan eksisi harus direkomendasikan hanya ketika
neoplasma jinak atau ganas secara klinis dicurigai atau untuk alasan
kosmetik. (10) Sebuah analisis retrospektif 2014 dari 707 kasus nevus
sebaceus yang didiagnosis di Akademi Ackerman of Dermatopathology
dari 1999 hingga 2012 menegaskan bahwa sebagian besar neoplasma
sekunder yang timbul dalam hubungannya dengan nevus sebaceus jinak.
Karena tidak ada tumor ganas yang terlihat pada anak-anak, penulis
percaya itu wajar untuk menunda manajemen bedah sampai remaja.
Karbon dioksida laser telah digunakan untuk mengobati pasien dengan
15
keterlibatan hidung; namun, risiko jangka panjang untuk mengembangkan
transformasi maligna pada setiap komponen kulit yang dalam harus
dipertimbangkan. (11)
2.9.2 Farmakologi
Terapi farmakologi diberikan setelah dilakukan tindakan eksisi, bisa
diberikan antibiotik, dan anti nyeri.(9)
2.9.3 Edukasi
2.10 Komplikasi
Pembesaran yang cepat dan terbatas, ulserasi, atau
pengembangan nodul eksofitik harus meningkatkan kecurigaan adanya
transformasi maligna, meskipun perkembangan tumor appendageal jinak
jauh lebih umum. Keganasan yang paling umum adalah karsinoma sel
basal, tetapi kejadian tumor ini telah ditaksir terlalu tinggi karena salah
tafsir area proliferasi basaloid sebagai karsinoma sel basal yang
sebenarnya. Tumor ganas lainnya yang dilaporkan termasuk eccrine,
squamous, sebaceous, dan apocrine carcinomas.(6)
2.11 Prognosis
Prognosis umumnya baik tetapi juga diperlukan terapi medis dari
nevus sebaceus soliter yang tepat karena dapat terjadi dari perubahan
jinak dalam beberapa kasus menjadi perubahan neoplastik yang ganas. (5)
16
BAB III
KESIMPULAN
17
dewasa ketika pasien dapat berpartisipasi dalam keputusan. (9) Eksisi kulit
full-thickness biasanya diperlukan, dan destruksi topikal tidak dianjurkan
karena dapat menutupi perubahan ganas di bawah permukaan.
Pembesaran yang cepat dan terbatas, ulserasi, atau pengembangan
nodul eksofitik harus meningkatkan kecurigaan adanya transformasi
maligna, meskipun perkembangan tumor appendageal jinak jauh lebih
umum.(6)
Pentingnya terapi medis dari nevus sebaceus soliter berhubungan
dengan deskripsi dari perubahan jinak dan, dalam beberapa kasus,
perubahan neoplastik yang ganas. Sementara transformasi maligna
dilaporkan pada seri yang lebih tua terjadi pada 10-15% lesi, penelitian
baru menunjukkan kejadian ini tentu kurang dari 1% dan hampir selalu
terjadi setelah pubertas.(5)
18
DAFTAR PUSTAKA
19
11. Idriss MH, Elston DM. Secondary neoplasms associated with nevus
sebaceus of Jadassohn: a study of 707 cases. J Am Acad Dermatol.
Feb2014. 70(2):332-7.
20