Oleh:
Shofura Tsabita - 15215015
ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK PROFESI
di
WU Tower Nabati
Oleh:
disetujui oleh:
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kekuatan
dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan kerja praktek di PT. Kieber
Propetindo (Nutriland) dalam kurun waktu sembilan minggu sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Program Studi Arsitektur ITB.
Selama sembilan minggu menjalankan kerja praktek di PT. Kieber Propetindo
(Nutriland), penulis banyak mendapatkan pengalaman baru di dunia kerja. Untuk
itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr.Ir. Lily Tambunan, MT. selaku Dosen mata kuliah AR 4052 Praktek Profesi
Arsitek yang telah memberikan bimbingan dan pengarahannya yang sangat
bermanfaat bagi kami.
2. Bagus Krido Utama selaku Civil and Architect Site Supervisor di PT Kieber
Propetindo (Nutriland) yang telah memberikan bimbingan, arahan dan ilmu,
baik dalam segi arsitektural dan struktural pada saat melakukan kerja praktik.
3. Budi Lesmana selaku Project Manager atas kesempatan yang diberikan kepada
praktikan untuk menimba ilmu dan pengalaman di proyek ini.
4. PT Tatamulia Nusantara Indah, PT Manikam Adiguna Kencana dan PT Intinusa
Teknik Sejahtera yang telah memberikan ilmu dan pengalaman tambahan pada
saat praktikan melakukan kerja praktik.
5. Serta Pihak – pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung selama proses kerja
praktek dan dalam terselesaikannya laporan kerja praktek ini.
Semoga pengalaman yang telah penulis dapatkan dalam proses kerja praktek ini
dapat memberikan pembelajaran yang baik bagi penulis maupun bagi siapapun
yang membaca laporan ini.
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................. 4
BAB III.............................................................................................................. 13
vi
BAB IV ............................................................................................................. 53
PENUTUP ......................................................................................................... 53
4.1 Kesimpulan.......................................................................................... 53
vii
DAFTAR GAMBAR
BAB II
BAB III
viii
Gambar 3. 16 Lubang Pintu STP yang Terlambat dalam Perencanaan ................ 24
Gambar 3. 17 Peninggian Lantai pada GF .......................................................... 25
Gambar 3. 18 Pembuatan Island Pejalan Kaki .................................................... 25
Gambar 3. 19 Proses Peninggian Lantai Basement ............................................. 26
Gambar 3. 20 Pemasangan Mock Up Keramik Roman Abu-Abu 40x40cm......... 27
Gambar 3. 21 Injeksi Water Proofing pada Lantai Basement .............................. 27
Gambar 3. 22 Pengetesan Water Proofing pada Planter Box .............................. 28
Gambar 3. 23 Pengerjaan Finishing Acian Balokan yang Tidak Rapih ............... 29
Gambar 3. 24 Kondisi Plafond Basement yang bocor akibat uji coba water proofing
dari lantai GF ..................................................................................................... 29
Gambar 3. 25 Perbaikan Kerangka Plafond setelah Pemasangan Ducting ........... 30
Gambar 3. 26 Letak Saluran Air yang Lebih Rendah Daripada Plafond .............. 31
Gambar 3. 27 Proses Galian dan Timbunan Tapak ............................................. 32
Gambar 3. 28 Proses Pekerjaan Makadam, Sirtu dan Paving. ............................. 33
Gambar 3. 29 Sketsa Penempatan Lokasi Titik-Titik Sumur Resapan ................. 34
Gambar 3. 30 Proses Pembuatan Sumur Resapan ............................................... 34
Gambar 3. 31 Proses Pembuatan Bak Penampungan Air Hujan .......................... 35
Gambar 3. 32 Diagram Penyaluran Air .............................................................. 36
Gambar 3. 33 Proses Pemasangan Corner Guard pada Kolom ........................... 37
Gambar 3. 34 Posisi Ducting yang Terlalu Rendah Pada basement ..................... 38
Gambar 3. 35 Jalur Koridor yang Belum Ada Perencenaan Lampu .................... 39
Gambar 3. 36 Kesalahan Posisi Coring Menyebabkan Jalur Kabel Tidak Rapih dan
Sulit Diarahkan .................................................................................................. 40
Gambar 3. 37 Jalur Floor Drain pada lantai 11 yang Tidak Tersambung ke Roof
Top .................................................................................................................... 41
Gambar 3. 38 Sisi A,B,C,D pada pemasangan Fasad .......................................... 42
Gambar 3. 39 Fasad sisi A pada Minggu-1 dan pada Minggu-9 .......................... 43
Gambar 3. 40 Fasad sisi B pada Minggu-1 dan pada Minggu-5 .......................... 43
Gambar 3. 41 Suasana Rapat Mingguan ............................................................. 44
Gambar 3. 42 Grafik Progress Lapangan TATA ................................................. 45
Gambar 3. 43 Grafik Progress Lapangan ITS ..................................................... 46
Gambar 3. 44 Grafik Progress Lapangan Manikam ............................................ 47
ix
Gambar 3. 45 Suasana Engineering Meeting pekan ke-4 .................................... 49
Gambar 3. 46 Gambar 3D Atap yang Dibahas .................................................... 49
Gambar 3. 47 Gambar 3D Lobby yang Dibahas ................................................. 50
Gambar 3. 46 Grafik Perbedaan Kurva S............................................................ 51
Gambar 3. 49 Jayafurring Sistem Untuk Pemasangan Plafond ............................ 52
DAFTAR TABEL
BAB II
x
BAB I
PENDAHULUAN
Mata kuliah AR 4052 Praktek Profesi Arsitek merupakan mata kuliah yang
wajib diambil oleh mahasiswa tingkat sarjana Program Studi Arsitektur di Institut
Teknologi Bandung. Mata kuliah ini mewajibkan mahasiswa untuk terlibat
langsung untuk melakukan praktik profesi di dunia kerja. Diharapkan mahasiswa
dapat mempraktekan teori perkuliahan serta mendapatkan pembelajaran dari
praktisi profesi secara langsung.
Dalam memenuhi persyaratan mata kuliah Praktek Profesi Arsitek,
praktikan memilih proyek WU Nabati Tower dibawah PT. Kieber Propetindo
(Nutriland) sebagai tempat untuk melakukan kerja praktik. PT. Kieber Propetindo
(Nutriland) adalah sebuah anak perusahaan dari PT Kaldu Sari Nabati Indonesia
yang memiliki lingkup kerja di bidang properti, berupa bangunan kantor, pabrik,
gudang dan juga outlet restoran siap saja Richeese Nabati Factory.
Melalui pengalaman bekerja sebagai asisten Civil and Architect Site
Supervisor di proyek WU Nabati Tower, praktikan ingin lebih dalam mempelajari
mengenai manajemen konstruksi di lapangan. Selain itu, selama melakukan kerja
praktik di proyek WU Nabati Tower praktikan ingin mengenal dan mendalami
sistem kerja sebuah perusahaan besar multidisiplin yang banyak berhubungan
langsung derngan berbagai instansi yang terlibat dalam suatu proyek.
1
b. Mempelajari cara manajemen konstruksi untuk melakukan pengawasan,
pemeriksaan dan penentuan solusi dari permasalahan yang ditemukan di
lapangan.
c. Mempelajari cara kerja manajemen konstruksi dalam mengendalikan waktu
dan biaya pada suatu proyek
2
Berikut disertakan tabel yang menggambarkan pekerjaan yang dilakukan
oleh praktikan selama menjalani masa kuliah Praktik.
4 Pemeriksaan landscape
6 Pemeriksaan MEP
7 Pemeriksaan Fasad
3
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
4
Gambar 2. 1 Logo PT Kieber Propetindo (Nutriland)
(Sumber : Nabati Group Company Profile, 2019)
5
Praktikan melakukan kerja praktik bersama dengan beberapa mahasiswa dari
Universitas lain di Bandung.
6
fasad adalah PT Manikam Adiguna Kencana (Manikam) dan kontraktor
Mechanical Electrical Plumbing adalah PT. Intinusa Teknik Sejahtera (ITS).
(Sumber : Wawancara dengan Civil and Architect Site Supervisor, tanggal 10 September
2019)
(Sumber : Wawancara dengan Civil and Architect Site Supervisor, tanggal 10 September
2019)
7
2.6 Pengalaman Perusahaan
Berikut adalah beberapa proyek yang telah diselesaikan oleh PT. Kieber
Propetindo (Nutriland) selama 5 tahun terakhir :
Office R&D Nabati merupakan salah satu kantor Nabati yang berlokasi di
Jalan Sukahaji Permai No.8, Sukarasa, Kota Bandung. Kantor ini selesai dibangun
pada tahun 2015. Bangunan ini memiliki luas 600m2 dilengkapi dengan ruang kerja,
ruang rapat, pantry dan ruang tamu.
8
b. Richeese Nabati Factory Outlet Tangerang
9
c. Cinema Theater
10
2.7 Fasilitas Perusahaan
11
Gambar 2. 10 Interior Kantor MK di proyek
12
BAB III
PROYEK YANG DIIKUTI PRAKTIKAN
13
Gambar 3. 2 Visualisasi Lobby Lantai GF
(Sumber : Dokumen Perusahaan, 2019)
14
Gambar 3. 5 Visualiasai Area Food Court
(Sumber : Dokumen Perusahaan, 2019)
(Sumber : Wawancara dengan Civil and Architect Site Supervisor, tanggal 30 September)
15
3.1.2 Pengalaman Praktikan dalam Proyek
Seminggu sekali setiap hari Selasa jam 10.00 WIB dalam durasi kurang
lebih 2 jam. Seluruh supervisor di lapangan dipimpin oleh pihak MK wajib
mengikuti inspeksi lapangan. Hal ini dilakukan untuk mengindetifikasi masalah
apa saja yang terjadi dilapangan dan hal-hal yang membutuhkan koordinasi oleh
pihak lain untuk menyelesaikan masalah tersebut. Praktikan bertugas untuk
membantu mengecek kualitas pekerjaan dan membuat laporan hasil inspeksi.
16
Sedangkan untuk permasalahan yang tidak dibutuhkan koordinasi dengan pihak
lain biasanya sudah diselesaikan diluar forum inspeksi mingguan.
Masalah yang muncul berbeda-beda akan tetapi terkadang masih masalah
yang sama terjadi di pekan-pekan sebelumnya, paling sering adalah masalah
logistik dan Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Hampir setiap
dilakukan inspeksi selalu bermasalah. Untuk bagian logistik adalah masalah
mengenai lokasi-lokasi barang dari pihak lain yang menganggu ruang bagi pihak
lain untuk bekerja, ataupun masalah logistik yang rusak dikarenakan ditaruh di
lokasi yang tidak seharusnya.
17
TATA. Sedangkan untuk masalah-masalah lainnya akan dibahas satu persatu
mulai dari pekerjaan kontraktor utama, MEP maupun fasad.
18
Gambar 3. 9 Pekerjaan Plesteran Aci Dinding yang Buruk
19
Pekerjaan Water Proofing
Dinding bagian basement tentunya harus tahan bocor. Dikarenakan
posisi basement lebih rendah daripada tinggi permukaan air tanah. Pada
plesteran acian basement ini juga dicampur dengan product mortar skincoat
yang dapat mengidentifikasi kebocoran pada dindingnya dengan cara
mengeluarkan warna putih ketika ada air yang masuk ke dalam plesteran
aci. Hal tersebut dikarenakan reaksi kimia antara product water proofing
integral crystalin yang diaplikasikan pada saat pengecoran dengan air. Maka
lebih mudah untuk mengetahui posisi-posisi yang bocor. Masalah pekerjaan
water proofing merupakan salah satu pekerjaan yang membutuhkan
keahlian tersendiri, sehingga dibutuhkan orang-orang yang memang ahli
dalam pengerjaan water proofing.
20
tanggal penemuan kebocoran, diperbaiki pada tanggal berapa dan siapa
penanggung jawab untuk pekerjaan tersebut.
21
Lalu, pemasangan napple/injector dibagian yang bocor lalu tinggal
injeksikan waterproof ke area yang bocor.
22
Gambar 3. 15 Pipa Air Sprinkler yang Posisinya Terlalu Rendah
23
Gambar 3. 16 Lubang Pintu STP yang Terlambat dalam Perencanaan
24
Gambar 3. 17 Peninggian Lantai pada GF
25
Gambar 3. 19 Proses Peninggian Lantai Basement
26
Gambar 3. 20 Pemasangan Mock Up Keramik Roman Abu-Abu 40x40cm
27
Akan tetapi untuk lokasi lantai GF, hanya pada bagian planter box dan
toilet yang dilakukan uji coba water proofing. Proses awalnya bagian beton
yang ingin dikerjakan harus dilapisi oleh screed setelah itu dilapisi oleh
membran water proofing yang biasanya dibakar terlebih dahulu agar bisa
menempel satu sama lain. Setelah itu direndam air. Proses perendaman air
memakan waktu 2x24 jam. Sejauh pengamatan praktikan masih terdapat
kebocoran dibeberapa titik, terutama pada posisi planter box. Akan tetapi
treatment untuk bagian ini hanya menggunakan coating saja tidak sampai
melakukan injeksi.
28
Gambar 3. 23 Pengerjaan Finishing Acian Balokan yang Tidak Rapih
29
Gambar 3. 25 Perbaikan Kerangka Plafond setelah Pemasangan Ducting
Pada pekerjaan plafon terdapat masalah pada elevasi antara plafon dan
MEP. Ada beberapa titik yang membuat MEP berada lebih rendah daripada
plafon berada. Hal ini disebabkan oleh gambar perancangan yang tidak
sesuai dengan kondisi aktual. Maka dibutuhkan adanya kompromi antara
pihak arsitek dan juga MEP. Masalah ini termasuk masalah besar
dikarenakan untuk membongkar ulang MEP sangat sulit sedangkan jika
melakukan penurunan plafond lagi akan menyebabkan langit-langit sangat
rendah. Solusi awal yang ditawarkan adalah membuat belokan pada plafond
agar menutupi akan tetapi sampai praktikan menyelesaikan kerja praktik di
proyek, solusi nyata untuk masalah tersebut masih belum ada.
30
Gambar 3. 26 Letak Saluran Air yang Lebih Rendah Daripada Plafond
31
Gambar 3. 27 Proses Galian dan Timbunan Tapak
32
Gambar 3. 28 Proses Pekerjaan Makadam, Sirtu dan Paving.
33
Gambar 3. 29 Sketsa Penempatan Lokasi Titik-Titik Sumur Resapan
(Sumber : Dokumen Hasil Rapat Minggu ke-4, 2019)
Sistemnya adalah air hujan yang jatuh di atap bangunan akan terkumpul
di talang air dan dialirkan turun kebawah dengan pipa menuju bak
penampungan air hujan. Jika air penuh maka air akan dimasukkan ke dalam
sumur-sumur resapan. Sedangkan air kotor akan dialirkan menuju sump pit
(terdapat 4 sump pit di basement) baru setelah itu diolah di STP. Air olahan
34
STP ini akan digunakan sebagai air operasional, seperti menyiram tanaman
ataupun air flush toilet.
35
Gambar 3. 32 Diagram Penyaluran Air
(Sumber : Hasil Analisis Praktikan, 2019)
36
Gambar 3. 33 Proses Pemasangan Corner Guard pada Kolom
37
Gambar 3. 34 Posisi Ducting yang Terlalu Rendah Pada basement
Bagian Electrical
Masalah pertama adalah pemasangan kabel data dan CCTV. Dari awal
perancangan belum ada detail untuk kabel-kabel tersebut. Jalur yang ada
hanya untuk kabel listrik, alarm dan speaker. Selain itu juga ada beberapa
titik di lantai GF (drop off, koridor dapur, ruang sampah dan depan kantor
temporer MK) yang bahkan sudah ditengah pengerjaan akan tetapi belum
38
adanya gambar rancangan untuk titik-titik lampu. Hal ini menyebabkan
pihak MEP tidak bisa melakukan pemasangan dan pihak kontraktor harus
menunggu lagi untuk pemasangan plafond. Dampaknya adalah
keterlambatan jadwal dan ketidakmaksimalan pemakaian tenaga kerja.
Masalah kedua adalah pada bagian coring untuk kabel. Semua jalur
elektrik terpusat di ruang genset di basement, maka dibutuhkan coring dari
basement ke luar. Akan tetapi, ketika melakukan proses grouting pun masih
terjadi kebocoran pada lubang. Hal ini wajar dikarenakan masih ada celah
tipis antara pipa dan dinding harus dikerjakan lagi pihak water proofing.
Permasalahannya bukan kebocorannya tapi dikesalahan pembuatan lubang
karena tidak ada perencanaan yang matang. Terdapat beberapa lubang yang
salah dibuat sehingga tidak terpakai dan sekali lagi hanya menambah
pekerjaan dan dana tambahan. Selain bocor juga terkadang ada penempatan
lubang yang tidak dipaksakan membuat tidak rapih.
39
Gambar 3. 36 Kesalahan Posisi Coring Menyebabkan Jalur Kabel
Tidak Rapih dan Sulit Diarahkan
40
Gambar 3. 37 Jalur Floor Drain pada lantai 11 yang Tidak
Tersambung ke Roof Top
Untuk masalah pada air kotor, permasalahannya mengenai jalur pipa dan
lokasi sump pit yang ternyata belum bisa meng-cover seluruh bagian. Jalur
pipa dari sump pit ke STP ternyata ada di posisi pejalan kaki, padahal
seharusnya pipa tidak boleh berada di jalur akses. Terakhir adalah posisi
floor drain untuk bagian ruang sampah yang ternyata cukup jauh untuk ke
sump pit terdekat.
41
hanya bisa mengikuti proses pemasangan kaca ber-frame. Cara
pemasangannya adalah pasang braket dulu, setelah itu pasang framenya
(Transom dan mullion), baru setelahnya pemasangan bracing. Lalu lakukan
pengecekan keakuratan jarak antar frame sesuai ketentuan, jarak antar
mullion 1280 cm dan jika digunakan waterpass tiap sisinya lurus.
C D
Enter ↑
42
selesai cepat. Sisi A yang merupakan sisi utama dan yang paling terlihat dari
bangunan harus dikerjakan paling akhir. Sehingga bisa dibilang pengerjaan
fasad sisi A juga merupakan final touch dari proyek ini. Seandainya sisi A
dikerjakan lebih dahulu, orang-orang akan berpendapat bahwa kerja proyek
ini lama, dikarenakan dari luar sudah terlihat selesai tapi tidak selesai-
selesai. Oleh karena itu, owner ingin membuat masyarakat berfikir bahwa
proyek ini selesai cepat.
43
b. Mengikuti rapat lapangan mingguan dan rapat lainnya.
44
Rapat mingguan biasa membahas mengenai beberapa hal, yaitu
mengenai progress mingguan yang telah dicapai dan aktualisasinya
terhadap rencana awal, masalah yang terjadi di lapangan, dan
menyimpulkan bersama solusi dari permasalahan tersebut. Saat rapat
koordinasi sangat terlihat bahwa pihak MK disini sangat berperan untuk
menengahi apabila terjadi perselisihan dan sebagai pihak yang dapat
mengambil keputusan tertinggi dari suatu permasalahan. Dari rapat ini pula
praktikan paling mudah mendapatkan informasi aktual mengenai progress
pekerjaan dari masing-masing stakeholder serta praktikan bisa
menganalisasi kinerja dari setiap stakeholder. Berikut merupakan hasil yang
praktikan dapatkan dari hasil rapat mingguan.
45
lapangan yang lain ITS dan Manikam. Sesederhana pemasangan plafond,
jika pihak ITS belum menyelesaikan urusan MEP maka dari pihak TATA
akan sulit untuk melakukan penutupan plafond. Ditambah lagi dengan
kondisi musim hujan, sehingga beberapa kali pihak TATA melakukan
pekerjaan harus diberhentikan sesaat dan dibersihkan dahulu baru bisa
dikerjakan kembali.
80 90,21
60
43,6 43,6
37,82 37,82
40 30,63 31,44 31,93
20
24,9 27,5
15,11 16,39 18,35 18,35
0
2 3 4 5 6 8 9
Minggu Ke-
Rencana Actual
Untuk progress ITS adalah yang paling baik diantara yang lain, padahal
bagian MEP adalah salah satu bagian yang paling sering bermasalah ketika
di lapangan. Berarti dapat disimpulkan bahwa ITS memiliki sistem kerja
yang paling baik. Akan tetapi disatu sisi melihat grafik pada minggu ke-2,
sebelumnya ITS memasang target yang sangat tinggi dapat juga
disimpulkan bahwa mereka memang memaksa mengejar gap yang begitu
jauh pada minggu ke-2 dan mungkin minggu-minggu sebelumnya yang saat
praktikan belum hadir. Kondisi aktual dilapangan pun memang cenderung
memperlihatkan bahwa banyak hal yang masih perlu dilakukan ITS.
46
Progress Lapangan PT. MANIKAM
60 52,137
47
50 43,59
39,7 37,811 37,811 37,811
40 47,365 45
43,98
30 34,716 34,716 34,716
31,79
20
10
0
2 3 4 5 6 8 9
Minggu Ke-
Rencana Actual
47
proyek dan bisa menabung waktu juga jika seandainya ditengah-tengah
terjadi keterlambatan dan kembali mengejar di bagian akhir. Akan tetapi
jika di proses awal kondisi aktual selalu negative maka kita harus terus
bekerja keras untuk mengejar ketertinggalan agar kurva S nya memiliki
akhir yang sama.
Menurut pengamatan dari rapat memang kondisi tidak buruk tapi tidak
baik juga. Walaupun beberapa kali kondisi positif tapi keadaan lapangan
ternyata masih jauh dari yang diharapkan terbukti dari perubahaan master
schedule yang ditinjau oleh praktikan. Ada beberapa pekerjaan yang
menurut master schedule awal seharusnya sudah dilakukan diminggu X
akan tetapi ternyata dilapangan pada minggu X belum dikerjakan. Terlihat
juga dari intensitas rapat tiap minggunya yang semakin berlomba dengan
tanggal.
48
Gambar 3. 45 Suasana Engineering Meeting pekan ke-4
49
Lalu pada minggu ke-6 membahas mengenai posisi plafon di lobby
lantai GF yang sebelumnya sudah di bahas sebelumnya mengenai elevasi
MEP yang lebih rendah daripada elevasi plafond. Pada desain, tinggi bebas
adalah 3,4m sedangkan di lapangan jika menurukan plafon hanya menjadi
3 m. Pihak Arsitek tidak mau, karena menjadi terlalu rendah untuk lobby.
Maka dari itu diadakan engineering meeting. Solusi yang didapatkan ialah
dengan menurukan plafon dibagian tepi saja.
50
yang ditentukan langsung secara taktis dalam rapat tersebut. Saat mengikuti
rapat tersebut praktikan mengamati bahwa menjadi manajemen konstruksi
harus mempunyai skill negosiasi yang baik juga agar tujuan kita bisa
tercapai.
90 93,1
83,4
80 82,8
71,9
70
60,6 69,5
60
50,2
56,3
50
42,5
40 36,3 44,6
30,9
36,5
30 25,5
29,8
20,4
20 15,8 24,9
12,6 20,5
10,1 17,2
10 7,3 14,1
4,8 11,4
1,3 2,7 9,3
6,9
0 4,8
1,3 2,7
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
MINGGU KE-
51
Seperti subkontraktor untuk segmen galian dan timbunan tanah bagian
landscape yang dikerjakan oleh PT. Hasil Sempurna. Untuk bagian plafond
dilakukan tender secara tertutup dan pemenangnya adalah material plafon
dari USG Boral yakni papan gypsum bernama Jayaboard. Rapat kali ini
diikuti oleh perwakilan dari kontraktor utama dan juga manajemen
konstruksi.
Pada rapat kali ini praktikan diajak untuk ikut serta melihat hasil
presentasi dari USG Boral. USG Boral membawa contoh produk yang
mereka miliki untuk ditinjau lebih jauh. Selain itu USG Boral juga
membahas mengenai teknis pemasangan dan material apa yang akan
digunakan. Pada awalnya dari pihak kontraktor akan menggunakan baja
hollow sebagai kerangka dari plafon itu sendiri, akan tetapi setelah
berdiskusi lebih jauh dengan pihak USG Boral ternyata lebih baik
menggunakan kerangka dari produk Jayaboard sendiri dikarenakan
sistemnya yang sudah lebih baik dan pemasangan yang lebih mudah.
52
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
53
master schedule yang dituangkan menjadi kurva S. Kurva S menjadi
patokan bagi pihak MK untuk mengawasi kondisi lapangan. Jika tidak
sesuai maka harus ada tindakan.
a. Berkas yang dimiliki oleh perusahaan kurang terarsip dengan baik terutama
untuk revisi-revisi gambar. Pihak kontraktor maupun perencana lebih
mempunyai revisi gambar yang disusun dengan baik. Sehingga ketika pihak
MK ingin melakukan pengawasan harus meminta gambar dari pihak
kontraktor/perencana dulu. Gambar di lapangan terkadang lebih terbaru
dibandingkan gambar yang dijadikan acuan oleh MK. Hal ini menyebabkan
agak sulit untuk melakukan pengawasan langsung secara mandiri oleh pihak
MK. Selain itu juga, terkadang pihak MK juga lupa bagian mana saja yang
sudah direvisi dari gambar-gambar sebelumnya. Sebaiknya pihak MK
membuat manajemen dokumen yang lebih baik.
b. Jadwal proyek, setiap ada deadline waktu terkadang hanya dibicarakan
dirapat dan ditulis di risalah. Akan tetapi tidak ada bantuan pengingat di
kantor, sehingga terkadang pihak-pihak yang sudah setuju akan pekerjaan
selesai di tanggal tersebut lupa hingga pihak yang lain protes akan
keterlambatan suatu pekerjaan. Sepertinya selain adanya master schedule
tetap dibutuhkan lini masa bersama mingguan dan ditempel di kantor agar
setiap orang mengingat akan kerjaannya tersebut.
54
detail desain yang menjelaskan hubungan material yang satu dengan
material yang lain. Hal ini menjadi sangat fatal ketika sudah ada di
lapangan.
c. Latihan memanajemen proyek. Pada pendidikan arsitektur ITB lebih
terfokus pada desain, tapi tidak menutup kemungkinan untuk belajar
manajemen juga. Dikarenakan kedepannya lulusan Arsiktektur tidak hanya
bekerja di biro akan tetapi bisa juga di perusahaan konsultan, kontraktor dan
lain sebagainya yang membutuhkan skill untuk memanajemen proyek
(dana, waktu, tenaga,dsb).
55