Anda di halaman 1dari 10

I.

PENDAHULUAN

Dengan adanya penggunaan pestisida sintetis yang berdampak


negatif terhadap lingkungan maka dikeluarkanlah instruksi presiden
No. 3/1986 dan kemudian dikukuhkan sebagai UU – RI No 12 tahun 1992
pasal 20 tentang sistem budidaya tanaman yaitu perlindungan tanaman
dilaksanakan dengan sistem pengendalian hama terpadu (PHT), dengan
tujuan mengurangi kuantum penggunaan pestisida sintetis dan salah satu
caranya dengan mengintroduksi pestisida alami yang mampu menandingi
keampuhan pestisida sintetis tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan dan masyarakat.

Tumbuhan banyak mengandung bahan kimia yang merupakan


produksi metabolit sekunder dan digunakan oleh tumbuhan sebagai alat
pertahanan dari serangan organisme pengganggu. Tumbuhan sebenarnya
kaya akan bahan bioaktif yang mengandung bahan pestisida, oleh karena itu
apabila kita dapat mengolahnya sebagai bahan pestisida maka akan sangat
membantu kita dalam mengembangkan pengendalian hama lingkungan.

II. PESTISIDA NABATI

A. Pengertian

Kini telah ditemukan pestisida nabati (Biopestisida), yakni pestisida


yang bahan aktifnya berasal dari tanaman. Pestisida nabati tersebut
mencakup bahan nabati yang mampu berfungsi sebagai zat pembunuh, zat
penolak, zat pengikat dan zat penghambat pertumbuhan organisme
pengganggu.

Secara umum pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang


bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Pestisida nabati relatif mudah dibuat
dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Oleh karena terbuat
dari bahan alami / nabati maka jenis pestisida ini mudah terurai di alam
sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan
ternak peliharaan karena residunya mudah hilang.

B. Kelebihan dan Kekurangan Pestisida Nabati


1. Kelebihan
 Bahan bakunya mudah dibuat
 Pembuatan ekstrak mudah, sederhana dan dalam waktu
yang tidak lama
 Selektif
 Bahan dapat digunakan dalam keadaan segar maupun
dalam keadaan kering
 Efek residunya singkat
 Budidayanya mudah
 Bersifat multiguna
2. Kelemahan
 Pestisida sintetis tetap lebih disukai dengan alasan mudah
didapat, praktis mengaflikasikannya dan relatif cepat terlihat
 Kurangnya rekomendasi atau dorongan dari pengambil
kebijaksanaan
 Tidak tersedianya bahan secara berkesinambungan dalam
jumlah yang memadai pada saat diperlukan
 Walaupun penggunaan pestisida nabati menimbulkan
residu lebih rendah pada bahan makanan dan lingkungan serta
dianggap lebih aman dari pada pestisida sintetis, tetapi frekwensi
penggunaannya menjadi tinggi.
III. TUMBUHAN PESTISIDA NABATI

A. Jenis tumbuhan
Beberapa jenis tumbuhan pestisida nabati yang terdapat di Indonesia
diantaranya seperti tabel berikut :
Tabel 1. Beberapa Jenis Tumbuhan Pestisida Nabati di Indonesia
Nama Bagian yang Organisme Penganggu
No Nama Ilmiah
Daerah digunakan Tanaman ( OPT )
1 Acalypha indica Rumput Daun, kulit
bolong
2 Acorus columus Delingo Herba
3 Allium cepa L Bawang umbi Alternaria,jamur, fusarium
merah
4 Allium sativum L Bawang Umbi Alternaria,jamur, fusarium
putih
5 Alpinia galanga Lengkuas Rimpang Fungisida, bakterisidfa
6 Andropogon nardus Serei wangi Daun Kutu aphis, tungau
7 Annona muricata Sirsak Daun, biji Ulat dan hama gudang
8 Annona reticulata Buah nona Kulit dan biji Ulat kubis
9 Annona squamosa Serikaya, Akar,buah,
delima minyak
10 Azadirachta indica Mimba Seluruh bagian Ulat tanah, belalang,ulat
tanaman grayak, kutu aphis
11 Bioscorea hiskida Gadung Umbi Kutu aphis, tikus,
insektisida
12 Bischofia jayanica Gintungan Daun
13 Chrysanthemum Piretrum Bunga Nyamuk, lalat, kutu busuk,
cinerariaefolium kecoa, semut, hama
gudang, hama sayuran
14 Cinnamomum Kayu manis Daun,kulit,buah
burmanii
15 Citrus aurantiom Jeruk Daun,
16 Citrus hystrix DC Jeruk purut Daun,kulit,buah
17 Cocos nucifera Kelapa Daging, minyak
18 Coleus sp Daun jintan Daun
19 Coriandum sativum Ketumbar Biji
20 Crotton tiglium Kamalakian Biji
21 Crynura sp Bluntas cina Daun
22 Cucumis sativus Mentimun Daun
23 Cucurbita moschata Labu besar Biji dan daun
24 Curcuma domestica Kunir Rimpang Bakteri fungisida
25 Cymbopogon sp Serei dapur Daun
26 Dahlia sp Dahlia Daun
27 Derris eliptica Akar tuba Akar Keong mas, hama gudang
28 Derris malaccensis Tuba laut Akar
Prain
29 Eclipta alba L. Massk Urang aring Akar dan tangkai
30 Eugenia syzigium L Cengkeh Daun,bunga Jamur patogen
31 Euonymus japonicus Kumbang Daun
32 Eupatorium Ayapana Daun
triplinerpe
33 Ficus carica Beringin Daun
34 Geranium sp Daun Daun
ambrei
35 Hedera nodosa Pepaya Daun
hutan
36 Impatiens sultani Pacar air Daun
37 Ipomea batatas Ubi jalar Daun
38 Kaemferia dalanga Kencur Rimpang Bakteri fungisida
39 Lansium Duku Kulit buah dan Ulat grayak
domestioum biji
40 Lonxhocarpus nicou Timbo,neku, Akar
cube
41 Lycopercicum Leunca Seluruh bagian
42 Mammea americana Mamey Aka, ubi, kulit
43 Melia axedarach Mindi Daun Ulat grayak, belalang,
tribolium, plutella
insektisida
44 Mundulae suberosa Mundula Kulin,akar,batang
45 Nerium olsander Jure Akar, kulit,
batang
46 Nicotiana tabacum Tembakau Daun Serangga berukuran kecil
47 Oxalis deppei Cilincing Daun
48 Pachyrrhyzus erosus Bengkuang Seluruh bagian Apis, ulat, kepok
49 Pangium edule Kepayang, Daun, dahang
picung
50 Pelargonium sp Keranyam Daun, batang
51 Peperomia sp Seladaan Daun
52 Piper nigrum Lada Biji Pusarium, helothis
53 Pogostemon cablin Nilam Daun
54 Punica granatum Delima Daun
55 Ricinus communis Jarak, kaliki Biji, batang Nyamuk, lalat dan
serangga
56 Rosa sp Mawar Daun
57 Sapindus rarak Rere, relek Daun
58 Solanum tuberosum Kentang Daun Insektisida kontak
59 Tephrosia vogelii Kacang Daun dan biji Ulat grayak,aphis,pritella
babi tikus
60 Tihonia dibersifolia Kipahit Daun Ulat grayak, hama
gudang, ulat daun kubis
61 Toona sureni Suren Kayu Insektisida
62 Zingiber officinale Jahe Rimpang Fungisida
Rox
Sumber : Kemala, S. Dan L. Mauludi . 1993. Dalam ; Duta Rimba, September 2001.
B. Pengembangan Pestisida Nabati
Pengembangan pestisida nabati sudah menyebarluas di beberapa
propinsi di Indonesia, diantaranya tersaji dalam tabel berikut.
Tabel 2. Kegiatan Pengembangan Pestisida Nabati

No Propinsi Kegiatan Hasil


1 Lampung Koleksi tanaman pestisida nabati di pot Terdapat tiga jenis tanaman
pestisida alami yang
sedang dipelihara : Mindi,
Gadung dan Brotowali
2 Bali Efikasi ekstrak daun Paitan titonia Sedang dalam pelaksanaan
tagetiflora terhadap Kepik penghisap
kakao Helopertis
3 Jawa Timur Inventarisasi ( eksplorasi ) pestisida Mimba, Paitan, Kencur,
nabati Kenikir, Tembelekan, Biji
Mente
4 Sulawesi Identifikasi tanaman, penyemprotan Tuba, sirih, mindi.
Tengah akar tuba, bahan mindi dan buah sirih
5 Maluku Inventarisasi dilakukan dengan cara Sedang berjalan
metode survey, wawancara, mencari
jenis tanaman dengan cara langsung,
membuat peta penyebaran.
6 Kalimantan Membuat ekstraksi tepung umbi gadung Untuk pengendalian uret
Selatan dan rendaman kulit batang keluak.
7 Kalimantan Inventarisasi tanaman, koleksi hidup Ekstrak tersebut di semprot
Barat cara generatif/vegetatif baik lapangan ke kutu, ulat api,
ataupun kebun, pembuatan ekstrak spodoptera.
akar tuba dengan konsentrasi 15
gram/Ltr air dan 25 gram/Ltr air.
Cara :
Tumbuk akar tuba dengan mortar
porselin, diekstrak, buat ekstrak sulur
brotowali dengan konsentrasi 15
gram/ltr air dan 25 gram/ltr air.
Blender sulur brotowali sebanyak 25
gram/ltr air dan tambahkan air
sebanyak 50 cc hasilnya diperas
dengan kain dan ditampung dalam
gelas beaker dan diencerkan.
8 Kalimantan Uji epikasi ekstrak akar tuba terhadap Ekstrak akar tuba 40 % dan
Timur Dasynus piperis dengan konsentrasi a. 50 % paling efektif untuk
20 %, b. 30 %, c. 40 %, d. 50 %, e. Dasynus piperis dengan
Kontrol, f. 20 %. Ekstrak brotowali, g. 30 kematian 92,5 % dan 100
%, h. 40 %, i. 50 %, y. Kontrol, %
disemprotkan ke Dasynus piperis
9 Jawa Barat  Survey pestisida nabati  Ditemukan
jenis mindi di Kab. Majalengka, tumbuhan mindi di Kab.
Purwakarta, subang dan Sumedang. Majalengka, Purwakarta,
Direncanakan akan dilaksanakan Subang dan Sumedang
pembibitan tumbuhan jenis mindi di  Larutan dan
laboratorium dan lapangan. suspensi daun mindi
 Uji coba pendahuluan bersifat sistemik dan
efektivitas pestisida nabati jenis dapat mematikan larva
mindi terhadap larva artona di lab artona, masih perlu
lapangan dilakukan uji ocba yang
 Pemeliharaan koleksi disempurnakan.
tanaman di rumah kaca  Tersedianya
koleksi tanaman sebagai
bahan uji coba.
10 Jawa Uji lab toksisitas rimpang kencur Sedang berjalan
Tengah terhadap hama stigma
11 Sulawesi Uji lapangan pengendalian Sedang berjalan
Tengah
12 Sulawesi Inventarisasi ( identifikasi ) pestisida Sedang berjalan
Utara nabati
13 Nusa Pengaruh tiga konsentrasi ekstrak biji Ekstrak biji mimba
Tenggara mimba terhadap mrtalitas Hellicoverpa mempunyai pengaruh
Barat armigera terhadap perkembangan
larva
14 Riau Uji pestisida alami terhadap penyakit Belum didapatkan
Colletotrichum sp. Pada kakao di
pembibitan
15 Sulawesi Inventarisasi pestisida nabati Tuba, Gadung, Langsat,
selatan Paitan, dan Legundi
Sumber : Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan. 1994.
Dalam : Duta Rimba. September 2001

IV. TEKNIK PEMBUATAN DAN APLIKASI

Berbeda dengan produk pestisida kimia yang sangat mudah diperoleh


dan praktis diaplikasikan, produk jadi biopestisida belum ada yang beredar di
pasaran. Sehingga dalam penggunaannya perlu menguasai teknik
pembuatan ramuan dan teknik pengaplikasiannya.

Teknik yang berkembang di masyarakat adalah cara-cara tradisional


yang berkembang dari mulut ke mulut. Teknik ini telah terbukti di berbagai
daerah. Berikut ini adalah beberapa teknik pembuatan pestisida nabati yang
dikumpulkan dari beberapa sumber.
1. Piretrum ( Chrysanthemum cinerariaefolium )
Tumbuhan ini mengandung piretroid yang berguna untuk membasmi
hama berupa ulat daun pada sayuran serta hama-hama gudang.
Cara pemanfaatannya cukup mudah yaitu daun digerus dan dicampur air
dengan perbandingan 1 : 10. Kalau menggunakan penyemprotan, larutan
tersebut disaring terlebih dahulu. Bisa juga diberikan dengan cara
dikuaskan atau disapukan pada tanaman yang terserang hama. Usahakan
aplikasi pestisida ini tidak tercuci air hujan.
2. Akar tuba ( Derris elliptica )
Akar tuba mengandung senyawa Rotenoida. Racun ini sangat baik untuk
membasmi hama keong emas ( Callosobruchus analis ), ulat-ulat di
hampir semua tanaman, dan hama gudang. Sifat racunnya tidak
membunuh tetapi mengganggu pertumbuhan hama. Organ pencernaan
menjadi kaku sehingga hama akan mati karena tidak bisa makan.
Cara penyiapan larutan adalah dengan menumbuk akar tuba sampai
halus. Campurkan air dengan konsentrasi 10 % ( 1 : 10 ). Semprot atau
sapukan larutan pada tanaman yang terserang hama.
Khusus untuk hama gudang, akar tuba ditumbuk halus dicampur terigu
dengan konsentrasi 5 %. Letakkan serbuk beracun di dekat karung hasil
panen yang disimpan. Bila bahan berupa biji-bijian, serbuk tersebut bisa
langsung dicampurkan tanpai air. Dengan kondisi seperti ini biji-bijian akan
mampu bertahan selama 6 bulan tanpa kerusakan akibat hama.
3. Sirsak ( Annona squamosa )
Biji sirsak mengandung senyawa golongan asetogenin. Racun ini efektif
membasmi hama gudang dan ulat.
Cara pemakaian bisa diekstrak dengan air atau dibuat tepung. Untuk
melarutkannya bisa dicampur dengan deterjen maksimal 1 %.
Penggunaannya dengan disemprotkan atau disapukan pada tanaman
yang terserang hama atau ulat.
4. Mimba ( Azadirachta spp. )
Tumbuhan ini berguna untuk mengendalikan hama belalang, aphis,
wereng hijau, kutu loncat, kepik, ulat sayuran dan lain-lain.
Cara membuat 10 liter larutan ekstrak biji mimba yaitu ; 0,5 kg biji mimba
kering digiling hingga halus lalu direndam dalam 10 ltr air selama 5 jam.
Paling baik lama perendaman sehari semalam.
Larutan mimba tersebut bisa langsung diaplikasikan. Bila disemprotkan
terlebih dahulu disaring agar butiran biji tidak menyumbat nozel. Bisa juga
dikuaskan atau disapukan pada tanaman yang terserang hama hingga
basah. Pengaruh racun akan berakhir dalam tempo 3 – 6 hari.
5. Virus SeNPV ( Spodoptera exigua Nuclear Polyhedrosis Virus )
Virus ini digunakan untuk mengendalikan hama ulat grayak ( Spodoptera
exigua ) yang biasa menyerang bawang merah.
Teknik pembuatannya :
Siapkan sejumlah kaleng bekas, lubangi bagian tengah tutupnya dan
lapisi dengan kain kasa sebagai ventilasi. Kumpulkan larva atau ulat yang
telah terinfeksi virus. Sepuluh ekor larva digerus dan dilarutkan dalam 1 ltr
air. Masukkan sejumlah daun bawang yang telah dicuci bersih ke dalam
wadah. Rendam daun bawang dengan larutan virus tadi sampai basah
dan merata. Kurang lebih satu menit diangkat dan dikeringanginkan 10
menit ditempat teduh.
Masukkan 5 – 10 helai daun bawang yang telah dikeringanginkan tadi
kedalam kaleng. Kumpulkan larva S. exigua sebanyak-banyaknya,
masukkan kedalam kaleng berisi daun, biarkan selama 24 jam. Pindahkan
larva ke wadah lain yang diberi daun segar dan bersih. Setelah 3 – 4 hari
larva akan menunjukkan tanda terinfeksi, seperti warna tubuh
kekuningan, agak mengkilap, biasanya berkumpul di pinggir wadah. Hal
demikian berarti larva yang mengandung virus siap dipanen. Untuk
diawetkan, ulat tersebut dimasukkan ke dalam botol tertutup. Simpan di
lemari pendingin.
Pengaplikasian :
Ambil 10 ekor ulat, gerus sampai hancur dan campurkan dengan sedikit
air. Saring dan buang partikel yang dapat menyumbat nozel. Larutkan
dalam 1 ltr air. Tambahkan bahan perekat sesuai dosis. Waktu
penyemprotan sore hari ( pukul 17.00 – 18.00 )

V. PENUTUP

Dengan semakin maraknya penelitian mengenai tumbuhan yang


mengandung biopestisida, diharapkan nantinya tercipta produk-produk
biopestisida yang memiliki kemampuan sebanding dengan pestisida kimia.
Sehingga produk ini dapat menjadi alternatif pilihan bagi petani dalam
meningkatkan produktifitas usaha taninya. Selain itu tingkat kerusakan
lingkungan yang sering dikeluhkan masyarakat, bisa dikurangi dengan
pemanfaatan produk yang ramah lingkungan.
Dukungan dari para penyuluh lapangan dalam mensosialisasikan
teknologi ini sangat diharapkan sekali terutama bagi para petani miskin di
pedesaan yang selama ini sangat terpukul dengan meningkatnya harga-
harga sarana produksi.
PESTISIDA NABATI MANFAAT DAN CARA
PEMBUATANNYA

OLEH

DARKUM,SST
NIP.19620131 198703 1 005

PENYULUH PERTANIAN KECAMATAN


SUMBANG

Anda mungkin juga menyukai