A. PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan insektisida dan akarsida alami adalah semua bahan
aktif insektisida dan akarisida yang diambil dari alam, bukan merupakan hasil
sintesa di laboratorium. Ketika insektisida alami diproduksi secara komersial,
peranan industri terbatas pada riset dan pengembangan, pemurnian bahan aktif dan
formulasi, sehingga senyawa tersebut dapat digunakan secara praktis di lapangan.
Dalam aartikel ini kami membagi insektisida alami kedalam beberapa kategori
sebagai berikut:
1. Insektisida nabati (insektisida botani), yakni bahan aktif insektisida yang
diekstrak dari tumbuhan, seperti azadiraktin, nikotin, rotenon, dan
seterusnya.
2. Insektisida mikrobiologi (insektisida biologi), adalah mikroorganisme
seperti jamur, virus, nematoda, dan sebagainya, yang umumnya
menyebabkan penyakit pada serangga hama tertentu.
1
3. Insektisida alami yang bukan termasuk ke dalam kategori 1, 2 dan 4.
Contoh dari kategori ini adalah tanah diatomeae, bubuk karbon, dan
sebagainya.
4. Insektisida yang berasal dari fermentasi mikroorganisme, seperti
antibiotika, makrolida, dan sebagainya. Alasan mengapa kelompok
antibiotika dan/atau makrolida kami masukkan ke dalam kelompok
insektisida alami adalah kenyataan bahwa senyawa kimia ini tidak
dibuat/disintesa di laboratorium, tetapi dihasilkan secara alami dari
fermentasi mikrobiologi.
B. INSEKTISIDA NABATI
Sejak lama diketahui bahwa beberapa ekstrak tumbuhan bersifat racun bagi
serangga tertentu. Penggunaan ekstrak tumbuhan sebagai insektisida telah
diketahui sejak abad 18, di antaranya daun tembakau (1763), bubuk piretrum dari
bunga Chrysantemum (1840), dan akar tuba (Derris eliptica).
Daftar tumbuhan yang berpotensi dimanfaatkan sebagai pestisida botani
diberikan dalam tabel 1.
Tabel 01: Beberapa jenis tumbuhan yang telah diteliti manfaatnya sebagai
pestisida botani
No Nama Umum Nama Ilmiah Bagian tanaman Penggunaan
2
Insektisida
12 Jarak Ricinus communis Biji, daun Rodentisida
Insektisida
Nematisida
13 Jarak pagar Jathropa curcas Biji Insektisida
14 Jeringau Acarus calamus Rimpang Insektisida
Fungisida
15 Kecubung Datura sp. Biji, daun Insektisida
16 Kembang Gloriosa superba Akar Insektisida
sungsang
17 Kipahit Tithonia sp. Daun Repelen
18 Kunyit Curcuma domestica Rimpang Nematisida
Rodentisida
19 Lada Piper nigrum Buah, biji Insektisida
Nematisida
Fungisida
20 Legundi Vitex trifolia Daun Insektisida
21 Lempuyang Zingiber Americans Rimpang Insektisida
emprit
22 Lempuyang Zingiber zerumbet Rimpang Insektisida
gajah
23 Lerak Sapindus rarak Buah, biji Piscisida
Insektisida
24 Mahoni Swietenia macroplylla Biji Insektisida
25 Jambu mete Anacardium Kulit biji Insektisida
occidentale Nematisida
Fungisida
Bakterisida
26 Mimba Azadirachta indica Biji Insektisida
Nematisida
27 Nangka Artocarpus Daun Nematisida
heterophylus
28 Nilam Pogostemon cablin Daun Insektisida
Repelen
29 Patah tulang Euphorbia turricalli Daun Molluskisida
30 Pepaya Carica papaya Akar, daun Nematisida
31 Picung Pangium edule Buah Insektisida
32 Piretrum Chrysantemum spp. Bunga Insektisida
33 Saga Abrus pecatorius Biji Insektisida
34 Secang Caesalpinia sappan Daun, bunga, biji Insektisida
35 Selasih Ocimum sp. Daun Atraktan
36 Sembung Blumea balsamifera Daun Molluskisida
37 Senggugu Clerodendron seratum Daun Rodentisida
38 Sereh dapur Andropogon nardus Daun Insektisida
Fungisida
39 Sirih Piper bettle Daun Bakterisida
Fungisida
40 Sirsak Annona reticulate Daun, biji Insektisida
41 Srikaya Annona squamosa Biji Insektisida
Nematisida
42 Tefrosia Tephrosia vogelii Daun Molluskisida
43 Tembakau Nicotiana tabacum Daun Insektisida
Fungisida
Nematisida
44 Tembelekan Lantana camara Bunga, daun Insektisida
3
45 Akar tuba Derris elliptica Akar Piscisida
Insektisida
Novizan (2002): Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan
Berikut adalah beberapa insektisida nabati yang telah dapat dimurnikan bahan
aktifnya, dan diproduksi secara komersial, meskipun banyak di antaranya yang
belum dipasarkan di Indonesia.
Azadiraktin (azadirachtin)
Ekstrak biji mimba (Azadirachta indica) sejak lama diketahui mempunyai efek
insektisida. Azadiraktin (AZA) adalah senyawa kimia utama dari ekstraksi atas biji-
biji mimba (neem). Disamping azadiraktin, ekstrak biji mimba juga mengandung
senyawa limonoid lainnya, seperti nimbolid, nimbin dan salanin. Ekstrak biji mimba,
atau “neememulsion” mengandung 25% (berat/berat) azadiraktin, 30-50% senyawa
limonoid lainnya, 25% asam lemak dan 7% ester gliserol.
Azadiraktin bekerja sebagai antagonis ecdyson (ecdyson adalah hormon yang
bertanggung-jawab atas proses pergantian kulit serangga), sehingga ecdyson tidak
bekerja dengan baik dan serangga hama yang terpapar akan tergganggu proses
ganti kulitnya, sehinnga mati. Oleh karena itu azadiraktin dapat diklasifikasikan
sebagai penghambat pertumbuhan serangga (insect growth regulator : IGR)
Azadiraktin digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama dari genus-
genus yang berbeda. Efektif untuk mengendalikan kutu kebul (Bemisia spp.), thrips,
pengorok daun, aphids, larva Lepidoptera (ulat), kutu sisik, kumbang dan kutu
dompolan, pada sayuran (tomat, kubis, kentang), kapas, teh, tembakau, kopi, dan
tanaman hias.
LD50 (tikus) >5000 mg/kg, dermal (kelinci) >2000 mg/kg bb. Tidak menyebabkan
iritasi pada kulit, tapi sedikit pada mata (kelinci). Klasifikasi toksisitas EPA
(formulasi) kelas IV.
Azadiraktin dipasarkan di Indonesia dengan nama-nama dagang Natural 9
WSC, Nimbo 0,6 AS dan Nospoil 8 EC, dan didaftarkan (dalam hal ini Nimbo)
4
untuk mengendalikan kutu daun Myzus persicae dan ulat grayak Spodoptera litura
pada tanaman cabai (Anonim, 2006).
Azadiraktin-dihidro (dihydroazadirachtin)
Insektisida dihidroazadiraktin (DAZA) adalah bentuk terreduksi dari azadiraktin
alami. Sifat-sifatnya mirip dengan azadiraktin, demikian halnya dengan cara kerja
(mode of action) dan hama sasarannya.
LD50 (tikus) >5000 mg/kg, dermal (kelinci) >2000 mg/kg bb.
Eugenol (4-allyl-2-methoxyphenol)
Eugenol (minyak cengkih) diekstrak dari berbagai jenis tanaman, termasuk
cengkih, bersifat sebagai insektisida. Cengkih mengandung antara 14-20% minyak
cengkih.
Digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis serangga hama, termasuk kutu
tanaman (aphids), ulat grayak, kumbang, ulat tanah, belalang, tungau, dsb., pada
tanaman sayuran dan buah-buahan.
Kapsaisin (Capsaicin)
Kapsaisin adalah senyawa kimia yang terdapat pada tanaman Solanaceae dari
genus Capsicum (berbagai macam cabai), dan merupakan senyawa kimia yang
5
bertanggung-jawab atas rasa pedas pada cabai. Senyawa ini merupakan pengusir
serangga dan tungau, serta mempunyai efek sebagai insektisida. Juga dikatakan
dapat mengurangi transpirasi tumbuhan.
Produk komersial dengan nama dagang Armorex mengandung campuran
ekstrak cabai (kapsaisin) dengan mustard oil (allyl isothiocyanate) digunakan
dengan cara dikocorkan (soil drench) sebelum tanam, dan dapat mengendalikan
berbagai jenis cendawan tular tanah (termasuk Pythium, Rhizoctonia, Phytophthora,
Pyrenochaeta, Sclerotium, Armillaria dan Plasmodiophora), serangga tanah seperti
ulat potong (Agrotis), lundi (uret, larva kumbang), molluska, nematoda (Tylenchus,
Pratylenchus, Xiphinema, dsb.), serta sejumlah gulma.
Kapsaisin dikatakan dapat mengganggu metabolisme serangga dan bekerja
pada susunan syaraf sentral serangga.
Karanjin
Insektisida dan akarisida karanjin diekstrak dari biji tumbuhan Derris indica
(Pongamia pinnata). Bentuk WP didapat dengan menggiling biji hingga menjadi
tepung. Digunakan untuk mengendalikan tungau, kutu sisik, serangga pengunyah
dan penusuk-pengisap, serta beberapa jenis jamur. Terutama efektif untuk
mengendalikan kutu kebul (whiteefly) thrips, pengorok daun, aphids, ulat, kutu sisik
dan kutu dompolan pada berbagai jenis tanaman termasuk sayuran, kapas, teh,
tembakau, dan tanaman hias.
Karanjin bekerja dengan berbagai macam cara. Karanjin adalah penghalau
serangga (insect repellent), antifeedant (menghilangkan nafsu makan serangga),
menekan kegiatan hormon ecdyson (hormon yang mengatur pergantian kulit
serangga), karenanya bertindak sebagai insect growth regulator (IGR). Dikatakan
pula bahwa karanjin mampu menghambat sitokrom P450 pada serangga dan
tungau yang peka. Digunakan dengan cara disemprotkan.
Tidak ada bukti adanya efek alergi dan efek negatif lainnya, baik pada produsen,
formulator maupun pengguna.
6
sayuran, tanaman hias, buah-buahan, jagung, bit gula, kedelai, dan sebagainya.
Digunakan dengan cara disemprotkan atau dialirkan lewat saluran irigasi.
Nikotin
Nikotin adalah senyawa bioaktif kimia utama dari tanaman tembakau (Nicotiana
tabacum, N. glauca dan N. rustica) serta beberapa tumbuhan dari familia
Lycopodiaceae, Crassulaceae, Leguminosae, Chenopodiaceae dan Compositae.
Nikotin sejak lama digunakan sebagai insektisida. Rata-rata kandungan nikotin pada
N. tabacum dan N. rustica adalah 2% hingga 6% berat kering. Dahulu nikotin
diproduksi dalam bentuk ekstrak dari daun tembakau, tetapi kini dibuat dan dijual
dalam bentuk nikotin teknis atau nikotin sulfat.
Nikotin adalag racun non-sistemik, terutama aktif dalam fase uapnya, tetapi juga
memiliki sedikit efek sebagai racun kontak dan racun perut. Bekerja pada syaraf
serangga dengan memblok reseptor (penerima) kholinergik asetilkholin. Merupakan
insektisida yang sangat toksik, berspektrum sangat luas, digunakan untuk
mengendalikan berbagai jenis serangga hama, termasuk aphids, thrips dan kutu
kebul; pada berbagai tanaman.
LD50 oral pada tikus antara 50-60 mg/kg, LD50 dermal (kelinci) 50 mg/kg. Mudah
diabsorbsi oleh kulit, beracun bagi manusia bila berkontak dengan kulit. Merupakan
racun inhalasi yang sangat toksik. Klasifikasi toksisitas WHO (bahan aktif) kelas Ib,
dan EPA (formulasi) kelas I.
Piretrum
Bubuk piretrum, yakni tepung yang diperoleh dari bunga semacam krisan, telah
digunakan sebagai insektisida di berbagai belahan bumi sejak jaman purba.
Tanaman ini mungkin berasal dari Cina, yang selanjutnya menyebar ke barat lewat
jalur sutera ke Persia pada abad pertengahan. Bubuk piretrum kemudian dikenal
pula sebagai Persian Insect Powder. Selanjutnya tanaman ini menyebar ke pesisir
laut Adriatik di Dalmatia (bagian dari Kroasia).
Piretrum diperoleh dari bunga tumbuhan semacam krisan, yakni Chrysantemum
cinerariaefolium (Pyrethrum cinerariaefolium, Tanacetum cinereriaefolium). Ekstrak
ini selanjutnya dimurnikan menggunakan metanol.
Ekstrak piretrum terdiri atas 3 kelompok senyawa, yang keseluruhannya terdiri
atas 6 senyawa bioaktif yakni piretrin (piretrin I dan II), jasmolin (jasmolin I dan II)
dan sinerin (sinerin I dan II).
7
Rotenon
Rotenon merupakan senyawa kimia bersifat insektisida yang diekstrak dari
tanaman akar tuba (Derris eliptica & Derris maccensis), Lonchocarpus sp., dan
Tephrosia sp. Sejak lama perasan akar tuba digunakan untuk meracuni ikan.
Rotenon efektif untuk mengendalikan berbagai serangga hama, termasuk
aphids, thrips, tungau, semut merah, dan sebagainya. Bila diaplikasikan ke air
mampu mengendalikan larva nyamuk. Juga digunakan untuk mengendalikan ekto-
parasit ternak (bidang peternakan) dan di bidang perikanan digunakan untuk
mengendalikan ikan buas. Di bidang pertanian digunakan pada tanaman hias dan
sayuran.
Rotenon bekerja sebagai penghambat transport elektron pada respirasi
serangga sasaran (pada lokasi I). Bersifat non-sistemik, racun kontak dan racun
lambung.
LD50 oral (tikus putih) 132-1500 mg/kg, mencit putih 350 mg/kg. LD50 dermal
(kelinci) >5000 mg/kg bb. Kelas toksisitas WHO (bahan aktif) kelas II, EPA
(formulasi) kelas I dan III. Perkiraan dosis mematikan untuk manusia antara 300-
500 mg/kg. Sangat beracun bila terhisap dibandingkan dengan bila termakan.
Rotenon beracun bagi ikan, dan sangat beracun bagi babi.
Ryania
Ryania diekstrak dari tumbuhan Ryania speciosa, dan digunakan sebagai
insektisida untuk mengendalikan serangga Cydia pomonella, penggerek batang
jagung Ostrinia nubilalis serta thrips pada jeruk. LD50 oral (tikus) 1200 mg/kg bb.
Sabadila
Sabadila diekstrak dari biji Schoenocaulon officinale dan mengandung bahan
aktif veratrin yang merupakan campuran 2 : 1 dari sevadin, veratridin dan komponen
minor lainnya. Sabadila merupakan insektisida kontak dan selektif untuk untuk
mengendalikan thrips pada jeruk dan advokat.
Sitronela
Sitronela diakstrak dari tanaman sereh wangi, dan telah digunakan sebagai
pengusir (insect repellent) nyamuk, dsb., sejak 1901. Kecuyali mengandung
8
sitronela, ektrak tanaman ini juga mengandung senyawa-senyawa minor lainnya,
seperti alpha-sitronela, sitronelol dan alpha-sitronelol.
C. INSEKTISIDA MIKROBIOLOGI
a. Jamur
Beauveria spp.
Hirsutela thompsonii (akarisida)
Lagenidium giganteum
Lecanicillium lecanii (dahulu Verticillium lecanii)
Metarhizium spp
Paecilomyces fumosoroseus (+ akarisida)
b. Bakteri
Bacillus spp.
Paenobaccilus popilliae (dahulu Bacillus popilliae)
Serratia entomophila
c. Nematoda
Heterorhabditis spp.
Steinernematidae spp.
d. Protozoa: Microsporidium
Nosema locustae
9
Vairimorpha necatrix
e. Virus
Granulosis virus (GV)
Nucleopolyhedro virus (Nuclear Polyhedrosis Virus, NPV)
Tidak seperti patogen serangga lainnya ( misalnya bakteri dan virus) yang
umumnya harus di makan dan dicerna agar dapat menginfeksi inangnya, jamur
dapat menginfeksi inangnya (dalam hal ini serangga hama) dengan cara penetrasi
langsung. Apabila spora jamur menempel pada kulit serangga, dan apabila kondisi
mendukung, maka spora akan berkecambah, menembus kutikula serangga dan
masuk kedalam tubuh serangga. Dalam tubuh serangga jamur akan berkembang
membentuk hifa dan miselium hingga memenuhi bagian dalam tubuh serangga,
hingga serangga akhirnya mati. Jamur kemudian hidup sebagai saprofit dan
menyerap hara dari tubuh serangga yang sudah mati. Tubuh buah jamur kemudian
muncul dari bangkai serangga inang, menghasilkan spora, dan siap disebarkan
untuk menginfeksi serangga lainnya.
Tanaka dan Kaya (1993) telah mendata jamur penyebab penyakit serangga
(entomopatogen) yang terdapat dalam 8 kelas, 13 ordo dan 57 genus. Banyak
diantaranya yang bersifat sangat spesifik (hanya menginfeksi serangga tertentu).
10
Diaplikasikan dengan disemprotkan pada kanopi tanaman. Dapat diaplikasikan
bersama insektisida lain, dengan tambahan ajuvant dan sebagainya. Jangan
digunakan bersama fungisida, dan tunggu hingga 48 jam sebelum menggunakan
fungisida. Tidak kompatibel dengan oksidator yang kuat, asam, basa dan jangan
dicampur dengan air yang mengandung klorin.
Tidak menyebabkan infeksi pada tikus sesudah perlakuan 21 hari. Oral LD50
pada tikus >18 X 108 cfu/kg, dermal (tikus) >2000 mg/kg. Menyebabkan iritasi pada
mata, kulit dan sistim pernafasan.
Produk berbasis Beauveria bassiana yang telah diproduksi secara komersial
terdiri atas isolat-isolat berikut.
Gambar 01:: Wereng coklat dan walangsangit terinfeksi jamur Beauveria bassania
(dari Shepard, dkk; IRRI)
11
- B. bassiana isolat stanes
Isolat ini digunakan untuk mengendalikan penggerek buah kopi, lundi (uret),
penngerek buah kapas, ulat potong (cutworm), wereng batang coklat dan ulat
kubis, pada tanaman teh, kopi, kapas, tomat, okra, terung dan
- B. bassiana isolat GHA
Isolat GHA terutama efektif untuk mengendalikan kutu kebul (whitefly),
thrips, aphids, serta kutu dompolan, pada tanaman sayuran dan tanaman hias..
12
mengendalikan uret Hoplochelus marginalis pada tanaman tebu. Diaplikasikan
di tanah saat tanam pada alur-alur tanaman, atau pada pangkal ratun tebu.
13
selanjutnya berkembang dalam tubuh jentik-jentik nyamuk dan khirnya
menyebabkan kematian.
14
Insektisida biologi Metarhizium anisopliae dahulu dikenal dengan nama
Penicillium anisopliae dan Entomophthora anisopliae. Jamur yang umum terdapat
pada serangga yang mati, dan produk komersial diisolasi dai wereng batang padi
(Nilaparvata lugens). Ada produk yang khusus untuk mengendalikan rayap, ada
pula yang diregistrasi untuk wereng padi (Nilaparvata lugens) dan hama lain dari
ordo Coleoptera dan Lepidoptera, ada pula yang khusus untuk mengendalikan
kecoa.
M. anisopliae merupakan entomopatogen yang efektif, menyerang serangga
sasaran dengan cara menembus kutikula serangga, dan hifa jamur kemudian
berkembang dalam tubuh serangga, yang menyebabkan sakit dan kematian.
Setelah diaplikasikan, jamur akan menginvasi serangga sasaran dalam 2 hari, dan
akan mati dalam 7 – 10 hari. Serangga yang mati akan tetap melekat pada
tanaman, dan spora yang diproduksi oleh jamur akan menambah dan
mempertahankan adanya inokulan yang cukup bagi serangga hama yang datang
kemudian.
Produk untuk bidang pertanian diaplikasikan dengan cara disemprotkan.
Sedangkan untuk mengendalikan rayap diaplikasikan pada lubang-lubang rayap
atau jalur yang dilalui rayap. Gunakan produk berbasis M. anisopliae secara single,
tidak kompatibel dengan fungisida, oksidator yang kuat, asam, basa dan air yang
mengandung klorin.Tidak nampak adanya reaksi alergik atau masalah kesehatan
lainnya pada mereka yang terlibat dalam penelitian, produksi serta pengguna H.
thompsoni.
Beberapa varitas dan isolat M. anisopliae juga telah diisolasi dan
dikembangkan, serta diguanakan untuk mengendalikan hama yang berbeda, seperti
dibawah ini.
15
- M. anisopliae isolat ICIPE 30
Isolat jamur M. anisopliae khusus untuk mengendalikan rayap dari genus
Macrotermes, Microtermes dan Odontotermes, pada pertanaman jagung, ubi
kayu, jeruk, kopi, agroforestry, dan sayuran yang diserang rayap. Juga
digunakan untuk melindungi bangunan, dsb. dari serangan rayap.
Gambar 02: Hama dari Ordo Coleoptera terinfeksi jamur Metarhizium anisopliae
(dari Shepard, dkk. IRRI)
16
aphids, thrips dan tungau (spider mites). Isolat Apopka 97 (PFR 97) dari jamur ini
telah diproduksi secara komersial, dan direkomendasikan untuk digunakan pada
tanaman hias serta tanaman pangan, baik di dalam rumah kaca atau di lapangan.
Gambar 03: Wereng coklat terinfeksi jamur Metarhizium flavoviridae (dari Shepard,
dkk; IRRI)
17
untuk mengendalikan larva Culex spp. B. sphaericus bertindak sebagai racun perut,
dan saat sporulasi bakteri menghasilkan kristal protein. Setelah termakan, dalam
usus serangga kristal protein yang merupakan pro-toksin ini akan dirubah menjadi
racun (toksin) oleh enzym protease. Toksin ini selanjutnya akan terikat pada sel-sel
usus tengah (midgut) pada lokasi spesifik dimana mereka aktif sebagai racun, dan
akhirnya mematikan serangga dengan menghancurkan selaput usus.
Diaplikasikan ke dalam air dimana larva nyamuk hidup. Kompatibel dengan
insektisida lain, jangan diaplikasikan bersama fungisida berbasis tempaga atau
algisida. Tidak kompatibel dengan oksidator yang kuat, asam, basa, dan jangan
dicampur dengan air yang mengandung klorin.
Tidak nampak adanya reaksi alergik atau masalah kesehatan lainnya pada
mereka yang terlibat dalam penelitian, produksi serta pengguna B. sphaericus. Oral
LD50 akut (tikus) >5000 mg/kg, dermal (kelinci) >2000 mg/kg, menyebabkan iritasi
mata dan iritasi kulit ringan pada kelinci.
18
spesifik yang berbeda, dan ini menjelaskan adanya selektivitas yang berbeda dari
beberapa isolat atau subspesies Bt.
Studi yang dilakukan secara luas pada pestisida berbasis Bacillus thuringiensis
menunjukkan bahwa B. thuringiensis dan isolat-isolatnya diklasifikasikan sebagai
non-toksik. LD50 oral tidak ada infeksi atau keracunan yang diamati pada tikus yang
diperlakukan dengan 4.7 X 1011 spora per kg produk. Dermal LD50 (tikus) >5000
mg.kg bb. Beberapa produk dapat mengakibatkan iritasi mata sementara (mungkin
karena bahan pembawanya). Klasifikasi EPA (formulasi) kelas III. Tidak nampak
adanya reaksi alergik atau masalah kesehatan lainnya pada mereka yang terlibat
dalam penelitian, produksi serta pengguna B. thuringiensis.
Dikenal adanya beberapa varitas atau subspecies Bt, masing-masing dengan
berbagai strain, isolat dan sebagainya. Beberapa diantaranya yang telah diproduksi
secara komersial adalah sebagai berikut.
Gambar 04: Kristal protein Bacillus thuringiensis morrisoni strain T08025 (dari
Wilkipedia)
19
Dahulu dikenal sebagai Bacillus thuringiensis subsp. tenebrionis atau
Bacillus thuringiensis subsp. san diego. Subspesies ini efektif untuk
mengendalikan Coleoptera, baik larva maupun serangga dewasa, terutama
kumbang kolorado (Leptinotarsa decemlineata) pada tanaman kentang dan
Solanaceae lainnya.
20
ada kekecualian, misalnya Anagrapha falfifera nucleopolyhedrovirus (AfNPV)
mampu mengendalikan lebih dari 30 spesies larva Lepidoptera yang berbeda.
Insektisida berbasis virus umumnya merupakan larvisida (hanya membunuh
larva serangga) racun lambung. Virus harus dimakan terlebih dahulu oleh serangga
hama, dan didalam sistim pencernaan serangga virus mulai berkembang dan
menyebabkan penyakit serta membunuh serangga hama. Kematian karena virus
patogen ini umumnya cukup lama, antara beberapa hari hingga dua minggu
sesudah aplikasi. Efikasi insektisida virus juga dipengaruhi oleh kondisi alam,
seperti suhu udara dan perkembangan larva serangga.
Insektisida berbasis virus diberi nama menurut serangga hama yang
diserangnya. Misalnya, Spodoptera exigua nocleopolyhedrovirus (SeNPV) adalah
virus yang menyerang, dan karenanya hanya digunakan untuk mengendalikan
Spodoptera exigua. Adoxophyes orana granulosis virus (AoGV) adalah virus yang
merupakan penyakit pada, dan karenanya hanya digunakan untuk mengendalikan
Adoxophyes orana.
Sejumlah virus yang merupakan penyakit bagi serangga hama telah berhasil
diisolasi, dikembangkan, dan diproduksi secara komersial, terutama dari kelompok
nucleopolyhedrovirus dan granulosis virus (keduanya adalah Baculovirus).
Beberapa diantaranya dicantumkan berikut ini.
21
Adoxophyes orana granulosis virus (AoGV)
Adoxophyaes orana granulosis virus (AoGV) adalah virus yang terdapat luas
secara alami sebagai penyakit (patogen) pada fruit tortrix moth (Adoxophyes orana).
Produk insektisida biologi komersial diisolasi dari A. orana yang terinfeksi. AoGV
digunakan hanya untuk mengendalikan fruit tortrix moth (Adoxopyes orana) pada
beberapa tanaman buah.
AoGV diaplikasikan dengan cara disemprotkan. Karena virus ini sangat efektif
untuk mengendalikan larva instar pertama, maka pengamatan saat penerbangan
dan masa bertelurnya serangga sangat penting. Penyemprotan sebaiknya dilakukan
saat serangga meletakkan telurnya. Aplikasi dilakukan secara merata pada
permukaan daun, dan gunakan air yang pH-nya antara 6-8. Jangan gunakan air
yang mengandung klorin untuk mencampurnya. Dapat digunakan bersama pestisida
lain yang tidak mengandung tembaga, serta tidak mempunyai efek repellent
terhadap Adoxophyes orana.
Tidak ada bukti bahwa AoGv berpengaruh terhadap organisme lain, kecuali
Adoxopyeas orana. AoGv tidak stabil pada pH yang ekstrim dan terhadap cahaya
ultra violet.
Tidak ada bukti bahwa virus ini menyebabkan keracunan akut, iritasi mata
maupun kulit. Tidak nampak adanya reaksi alergik atau masalah kesehatan lainnya
pada mereka yang terlibat dalam penelitian, produksi serta pengguna AoGV.
22
Tidak ada bukti bahwa CpGV menyebabkan keracunan baik akut maupun
kronis, dan tidak pula menyebabkan iritasi mata pada mamalia. Tidak nampak
adanya reaksi alergik atau masalah kesehatan lainnya pada mereka yang terlibat
dalam penelitian, produksi serta pengguna CpGV.
23
AfNVP lebih efektif mengendalikan larva yang baru menetas dari pada larva yang
sudah lanjut. Dapat dicampur dengan insektisida lain yang bukan repellent dari
serangga sasaran. Jangan dicampur dengan oksidator yang kuat, asam, basa atau
air yang mengandung klorin.
Virus ini spesifik menyerang invertebrata, tidak ada catatan bahwa virus ini
menginfeksi vertebrata. Virus tidak menginfeksi dan tidak berkembang biak pada
tubuh mamalia dan tidak aktif pada temperatur >32oC. Tidak ada bukti bahwa virus
ini menyebabkan keracunan akut, iritasi mata maupun kulit. Tidak nampak adanya
reaksi alergik atau masalah kesehatan lainnya pada mereka yang terlibat dalam
penelitian, produksi serta pengguna AfNPV.
24
armigera, pada berbagai jenis tanaman seprti kapas, sayuran (kubis, tomat, kapri)
dan tanaman hias (mawar). HaNPV juga mempunyai efek terhadap larva
Lepidoptera dari famili Noctuidae lainnya. Diaplikasikan dengan cara disemprotkan.
Dapat digunakan bersama insektisida lainnya, yang tidak bersifat mengusir
(repellent) Helicoverpa. Jangan digunakan bersama senyawa yang bersifat
oksidator yang kuat, asam, basa dan jangan dicampur air yang mengandung klorin.
Virus ini spesifik menyerang invertebrata, tidak ada catatan bahwa virus ini
menginfeksi vertebrata. Virus tidak menginfeksi dan tidak berkembang biak pada
tubuh mamalia dan tidak aktif pada temperatur >32oC. Tidak ada bukti bahwa virus
ini menyebabkan keracunan akut, iritasi mata maupun kulit. Tidak nampak adanya
reaksi alergik atau masalah kesehatan lainnya pada mereka yang terlibat dalam
penelitian, produksi serta pengguna HaNPV.
25
Tidak nampak adanya reaksi alergik atau masalah kesehatan lainnya pada
mereka yang terlibat dalam penelitian, produksi serta pengguna LdNPV.
Disimpulkan sebagai non-toksik terhadap mamalia.
26
Spodoptera exigua nucleopolyhedro virus (SeNPV)
Virus ini merupakan penyakit bagi Spodoptera exigua yang luas terdapat di alam
(juga di Indonesia). Diproduksi dari larva Spodoptera exigua yang terinfeksi virus
pada kondisi yang terkendali. Virus kemudian dipisahkan dari bangkai larva dengan
cara sentrifugal. Sebagai insektisida biologi, SeNPV khusus digunakan untuk
mengendalikan latva Spodoptera exigua (ulat bawang) pada berbagai tanaman,
seperti sayuran, kapas, tanaman hias, anggur dsb.
SeNPV kompatibel dengan kebanyakan pestisida lainnya yang bukan repellent
bagi Spodoptera exigua. Jangan digunakan bersama fungisida berbasis tembaga,
oksidator yang kuat, asam, basa dan air yang mengandung klorin.
Tidak ada kejadian bahwa SeNPV menyebabkan keracunan, infeksi atau iritasi
pada mamalia. Tidak ada respon alergi atau gangguan kesehatan lain yang
disebabkan oleh penggunaan SeNPV, baik pada petani, pekerja atau pekerja
pabrik.
Gambar 05: Gejala khas ulat (Spodoptera spp.) yang mati karena virus SeNPV (dari
Shepard, dkk.; IRRI)
27
litura yang terinfeksi virus pada kondisi yang terkendali. Virus kemudian dipisahkan
dari bangkai larva dengan cara sentrifugal. SlNPV khusus digunakan untuk
mengendalikan latva Spodoptera litura (ulat grayak) pada berbagai tanaman, seperti
sayuran, kapas, tanaman hias, anggur dsb.
SlNPV kompatibel dengan kebanyakan pestisida lainnya yang bukan repellent
bagi Spodoptera litura. Jangan digunakan bersama fungisida berbasis tembaga,
oksidator yang kuat, asam, basa dan air yang mengandung klorin.
Tidak ada kejadian bahwa SlNPV menyebabkan keracunan, infeksi atau iritasi
pada mamalia. Tidak ada respon alergi atau gangguan kesehatan lain yang
disebabkan oleh penggunaan SlNPV, baik pada petani, pekerja atau pekerja pabrik.
28
Nosema locustae dianggap sebagai tidak beracun terhadap mamalia. Tidak
menimbulkan iritasi, tidak terakumulasi dan tidak berkembang biak pada kelinci.
LD50 oral (tikus) >5000 mg/kg. Toksisitas formulasi EPA kelas IV.
29
makanan tidak tersedia, larva stadia 1 dan 2 akan berkembang dalam bangkai
serangga, dan ketika mencapai stadia 3 mereka akan keluar dari bangkai serangga
untuk mencari inang (serangga) baru.
Nematoda Heterorhabditis dan Steinernema merupakan parasit serangga yang
sangat agresif. Larva instar 3 dapat bergerak beberapa puluh cm untuk mencari
inang baru (Copping, 2001).
Telah diketahui ada 10 spesies Steinernema dan 3 spesies Heterorhabditis
dapat dimanfaatkan sebagai insektisida. Kedua genus ini mempunyai beberapa
kelebihan sehingga banyak dikembangkan sebagai insektisida biologi, yakni
(Habazar & Yaherwandi, 2006).
- Mempunyai kisaran inang yang cukup luas
- Mampu membunuh inang dalam waktu 48 jam
- Dapat dibiakkan dalam media buatan
- Tidak ada inang yang resisten terhadap nematoda ini
- Aman terhadap lingkungan.
30
Tidak ada laporan mengenai reaksi alergi atau reaksi negatif lainnya pada
orang-orang yang terlibat dalam riset, produksi dan penggunaan H. bacteriophora.
LD50 dermal (tikus) >2000 mg/kg bb.
31
Steinernema feltiae Filipjev
Dahulu dikenal sebagai Neoaplectana bibionis, N. Feltiae, N. Leucaniae,
Steinernema bibionis. Nematoda ini bersimbiose dengan bakteri Xenorhabdus
bovienii. Isolat UK 76 digunakan sebagai insektisida mikrobiologi untuk
mengendalikan beberapa spesies lalat (Bradysia spp., Lycoriella spp., Sciara spp.)
dan beberapa serangga tanah lainnya pada sayuran dan tanaman hias, strawberry,
serta budidaya jamur.
Diaplikasikan sebagai drenching secara merata pada tanah yang diperlakukan.
Tidak dapat hidup pada pupuk kandang. Perlu kelembapan tinggi dan temperatur
antara 10-30oC agar efektif. Tidak kompatibel dengan oksidator yang kuat, asam
dan basa.
Tidak ada laporan mengenai reaksi alergi atau reaksi negatif lainnya pada
orang-orang yang terlibat dalam riset, produksi dan penggunaan S. feltiae.
32
Steinernema riobrave Cabanillas, Pionar & Raulston
Nematoda ini hidup bersama bakteri Xenorhabdus spp., seagai insektisida
biologi digunakan untuk mengendalikan berbagai serangga tanah.
Kriolite (Cryolite)
Kriolit adalah mineral alami yang mengandung trisodium heksafluoroaluminat,
digunakan sebagai racun perut untuk mengendalikan serangga Lepidoptera dan
Coleoptera pada beberapa sayuran dan buah-buahan.
LD50 oral pada tikus >5000 mg/kg bb, LD50 dermal pada kelinci >2000 mg/kg bb.
Minyak bumi
Minyak bumi diambil dari alam, dan telah digunakan baik sebagai insektisida,
akarisida, herbisida dan ajuvant sejak lama. Produk minyak bumi yang telah
dimurnikan antara lain dikenal dengan nama Agricultural Mineral Oil atau Broad-
Range Petroleum Spray Oil dan Horticultural Mineral Oil atau Narrow-Range
Petroleum Oil.
Minyak bumi membunuh serangga dengan cara yang tidak spesifik, misalnya
menutup lobang pernafasan (spirakel) serangga, sehingga serangga mati lemas.
Minyak bumi yang diaplikasikan di air akan menghambat larva nyamuk mengambil
udara dari permukaan air, sehingga jentik-jentik nyamuk mati karena kekurangan
oksigen.
33
Tanah diatomae (diatomaceous earth)
Tanah diatomae terdapat dan ditambang dari alam. Tanah diatomae merupakan
timbunan fosil yang terdiri dari cangkang sejenis ganggang bersel satu
(Bacillariophyceae). Timbunan cangkang ini kemudia dihaluskan dan digunakan
sebagai – antara lain – insektisida. Cara kerja tanah diatomae juga tidak spesifik,
antara lain karena sangat higroskopis sehingga mampu menyerap cairan tubuh
serangga yang terpapar, dan serangga akhirnya matu karena dehidrasi (kekurangan
cairan tubuh).
E. MAKROLIDA
Sejarah makrolida diawali pada awal 1970-an, ketika perusahaan Sankyo dan
Merck berhasil mengisolasi milbemisin dan avermektin yang memiliki struktur mirip,
dan ternyata efektif digunakan sebagai insektisida. Keduanya merupakan hasil
fermentasi yang memanfaatkan Streptomyces yang berbeda.
34
Makrolida mudah didegradasi di lingkungan sehingga tidak berpotensi menjadi
pencemar lingkungan. Secara umum, penerimaan masyarakat terhadap senyawa
alami juga lebih baik dibandingkan dengan senyawa sintetik.
Abamektin (abamectin)
- Penjelasan singkat: Insektisida dan akarisida ini diisolasi dari fermentasi
bakteri Streptomyces avermitilis (Actinomycetes). Efeknya sebagai akarisida
dilaporkan oleh I. Putter dkk., pada tahun 1981, dan diintroduksikan oleh Merck
Sharp & Dohme Agvet (sekarang Syngenta). Abamektin tersusun atas
sedikitnya 80% avermektin B1a dan tidak lebih dari 20% avermektin B1b.
- Hama yang dapat dikendalikan: Digunakan untuk mengendalikan stadia motile
dari akarina, leaf miner (pengorok daun), serangga penusuk-pengisap, kumbang
colorado, dsb., pada tanaman hias, kapas, jeruk, sayuran, kentang, dan
sebagainya.
- Mode of action: Abamektin adalah racun syaraf yang bekerja dengan
menstimulasi produksi gamma-amino asam butirat (GABA: gamma-aminobutyric
acid, suatu penghambat neurotransmitter), menyebabkan serangga yang
terpapar mengalasi paralisis. Abamektin merupakan racun kontak dan racun
perut, sangat sedikit sifat sistemiknya, tetapi memiliki sifat translaminar.
35
- LD50 oral: Tikus 10 mg/kb bb (dalam minyak wijen) dan 221 mg/kg bb (dalam
air).
- LD50 dermal: >2000 mg/kg bb (kelinci).
- ADI: 0,002 mg/kg bb (JMPR).
- Kelas toksisitas: EPA (formulasi) kelas IV.
- Iritasi: Menyebabkan iritasi ringan pada mata, tetapi tidak pada kulit (kelinci).
- Lain-lain: Tidak bersifat mutagenik pada test Ames.
Emamektin (emamectin)
- Penjelasan singkat: Insektisida ini diisolasi dari fermentasi bakteri
Streptomyces avermitilis (Actinomycetes). Emamektin tersusun atas emamektin
B1a dan emamektin B1b, dan diproduksi dalam bentuk emamektin-benzoat.
- Hama yang dapat dikendalikan: Emamektin terutama sangat baik untuk
mengendalikan larva Lepidoptera, dengan efek tambahan terhadap thrips,
tungau dan pengorok daun, pada tanaman sayuran, jagung, teh, kapas, dan
kedelai. Juga direkomendasikan digunakan dengan cara injeksi pohon (pinus).
- Mode of action: Emamektin terutama adalah racun kontak, yang mempunyai
efek sebagai racun perut. Hanya memiliki sediukit efek sebagai racun sistemik
(diserap lewat akar tanaman), tetapi memiliki efek translaminar yang kuat.
Terhadap serangga bekerja sebagai racun syaraf, yang secara biokimia bekerja
dengan menstimulasi gamma amino asam butirat (GABA).
- LD50 oral: 70 mg/kg bb (tikus)
- LD50 dermal: >2000 mg/kg bb (tikus).
- NOEL: 0,2 mg/kg bb (anjing, 1 tahun).
- ADI: 0,0025 mg/kg bb.
- Kelas toksisitas: WHO (bahan aktif) kelas II, EPA (formulasi) kelas II.
36
- Iritasi: Menyebabkan iritasi berat pada mata dan kulit (kelinci).
Milbemektin (milbemectin)
- Penjelasan singkat: Insektisida dan akarisida ini dihasilkan dari fermentasi
bakteri (Actinomycetes) Streptomyces hygroscopius subsp. aureolacrimosus.
Milbemektin tersusun atas 2 jenis milbemisin yang homolog, yakni milbemisin A 3
(metil-milbemisin) dan milbemisin A4 (etil-milbemisin), dengan perbandingan 3 :
7.
- Hama yang dapat dikendalikan: Milbemektin merupakan insektisida dan
akarisida yang kuat, digunakan untuk mengendalikan tungau merah dan tungau
merah jambu pada jeruk, dan tungau-tungau lainnya termasuk spider mite. Juga
direkomendasikan untuk mengendalikan pengorok daun pada jeruk dan teh.
- Mode of action: Bekerja sebagai racun syaraf, yang merangsang produksi
gamma amino asam butirat (GABA), sehingga menghambat kerja
neurotransmiter. Milbemektin adalah racun kontak dan racun perut, semi
sistemik dengan efek translaminar.
- LD50 oral: 762 mg/kg bb (tikus jantan), 456 mg/kg bb (tikus betina).
- LD50 dermal: >5000 mg/kg bb (tikus).
- NOEL: 6,81 mg/kg (tikus jantan), 8,77 mg/kg (tikus betina).
- ADI: 0,03 mg/kg bb.
- Lain-lain: Non-mutagenik, non-karsinogenik, non-teratogenik.
Spinosad
- Penjelasan singkat: Insektisida spinosad komersial merupakan campuran dari
spinosin A dan spinosin B, yang diperoleh sebagai metabolit sekunder dari
fermentasi dari bakteri aerobik, gram-positif, Saccharopolyspora spinosa
(Actinomycetes).
37
- Hama yang dapat dikendalikan: Spinosad direkomendasikan untuk
mengendalikan larva Lepidoptera, pengorok daun, thrips, dan kumbang
pemakan daun, pada sayuran, jagung, kapas, anggur, tanaman hias. Juga
digunakan di bidang peternakan.
- Mode of action: Secara biokimia spinosad bekerja pada reseptor nikotinik
asetilkholin, tetapi pada lokasi yang berbeda dengan isteksida dari kelas
nikotinoid atau neonikotinoid. Spinosad juga mempengaruhi reseptor GABA,
tetapi peranannya belum jelas. Racun kontak dan racun perut.
- LD50 oral: 3783 mg/kg bb (tikus jantan), >5000 mg/kg bb (tikus betina).
- LD50 dermal: >2000 mg/kg bb (kelinci).
- NOEL: pada anjing, mencit dan tikus masing-masing adalah 5, 6-8 dan 10
mg/kg/hari (13 minggu).
- ADI: 0,02 mg/kg bb.
- Kelas toksisitas: WHO (bahan aktif) kelas U, EPA (formulasi) kelas IV.
- Irritasi: Tidak menyebabkan iritasi kulit, tetapi sedikit menyebabkan iritasi mata
(kelinci).
- Lain-lain: Tidak menampakkan efek neurotoksik, reproduktif atau mutagenik
pada anjing, mencit atau tikus.
Polinaktin (polynactins)
- Penjelasan singkat: Akarisida polinaktin, yang merupakan campuran dari
dinaktin, trinaktin dan tetranaktin, merupakan metabolit sekunder dari fermentasi
Streptomyces aureus isolat S-3466.
- Hama yang dapat dikendalikan: Sangat efektif, terutama pada kondisi basah,
untuk mengendalikan tungau (akarina) seperti Tetranychus cinnabarinus,
Tetranychus urticae dan Panonychus ulmi pada tanaman buah.
- Mode of action: Secara biokimia, polinaktin bekerja mempengaruhi
mitokondria. Air sangat penting untuk bekerjanya senyawa kimia ini.
- LD50 oral: Polinaktin umumnya dianggap tidak berbahaya bagi mamalia. LD50
oral untuk mencit adalah >15.000 mg/kg.
- LD50 dermal: >10.000 mg/kg bb (mencit).
- Kelas toksisitas: EPA (formulasi) kelas IV.
38
- Iritasi: Sedikit menimbulkan iritasi ringan pada kulit dan mata.
Daftar Pustaka
- Anonim (2006): Pestisida untuk Pertanian dan Kehutanan. Depatemen
Pertanian Republik Indonesia.
- Flint, Mary Louis dan Robert Bosch (1991): Pengendalian Hama Terpadu,
Sebuah Pengantar. Edisi terjemahan Indonesia, Kanisius, Yogyakarta.
- Habazar, Prof. Dr. Ir. Trimurti, dan Dr. Ir. Yaherwandi Msi (2006):
Pengendalian Hayati Hama dan Penyakit Tumbuhan. Andalas University
Press, Padang.
39
- Shepard, B.M.; dkk (1987): Friends of Rice Farmer. Helpful Insects,
Spiders, and Pathogen. International Rice Research Institute. Los Banos,
Laguna, the Philippines.
40