KEPERAWATAN KELUARGA
Disusun Oleh :
UMAMI BUDIARTI
1811040039
2019
DAFTAR ISI
Halaman
a. Pengkajian .................................................................................................
h. Lampiran ....................................................................................................
H. Lampiran .................................................................................................
LAPORAN PENDAHULUAN KUNJUNGAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN PRA SEKOLAH
KELUARGA Bpk.E DESA SEMPOR LOR RT 2 RW 3 KECAMATAN
KALOGONDANG KABUPATEN PURBALINGGA
Disusun Oleh :
UMAMI BUDIARTI
1811040039
2019
LAPORAN PENDAHULUAN KUNJUNGAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
DENGAN PRA SEKOLAH
Kunjungan ke :I
Hari / Tanggal : Minggu, 4 Agustus 2019
I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
1. Karakteristik Keluarga
Salah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga karena
keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang merupakan klien
keperawatan atau si penerima asuhan keperawatan. Keluarga memiliki peran
yang sangat penting dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota
keluarga yang sakit.
Keluarga juga menempati posisi di antara individu dan masyarakat,
sehingga dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat
dapat mendapatkan keuntungan dua sekaligus yaitu memenuhi kebutuhan
individu dan memenuhi kebutuhan masyarakat dimana keluarga itu berada.
Keluarga sebagai sistem sosial merupakan kelompok terkecil dari masyarakat,
terdiri dari dua orang atau lebih yang tergabung dalam hubungan darah,
pekawinan dan saling ketergantungan yang mempunyai hubungan untuk
menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional serta sosial setiap anggota,. Didalam menentukan masalah
pada suatu keluarga maka diperlukan beberapa unsur yang sangat terkait dalam
melakukan proses keperawatan. Unsur-unsur yang dimaksudkan dalam proses
keperawatan ini meliputi pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Setiap tahap-tahap dari proses
keperawatan sangatlah penting dalam membantu mengatasi masalah kesehatan
keluarga secara akurat.
Pengkajian merupakan tahapan awal dalam sebuah asuhan keperawatan
keluarga. Pada hari pertama dilakukan kunjungan ke keluarga Tn.E pada hari
Minggu, 4 Agustus 2019 adalah membina hubungan saling percaya dengan
seluruh anggota keluarga Tn.E dan wawancara dengan anggota keluarga untuk
memudahkan saat dalam mengumpulkan data secara akurat baik yang adaptif
maupun yang maladaptive, sehingga dengan hasil pendataan yang akurat mampu
memudahkan dalam menentukan masalah yang ada dalam diri klien/anggota
keluarga.
Jenis Imunisasi
No Nama Usia Hubu Pendi Pekerja
Kelam Hepati Camp
ngan dikan an BC Polio DPT
in tis ak
G
1 Bpk. E 29 L Suami SMK Kary
tahun awan √ √ √ √ √
Swas
ta
2,5
4. An.I tahun L Anak - - √ √ √ √ √
b. Evaluasi proses
i. Pelaksanaan sesuai waktu dan strategi pelaksanaan
ii. Keluarga aktif dalam kegiatan menunjukkan sikap terbuka dan bisa
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh mahasiswa
c. Evaluasi hasil
i. Terkumpul data umum, riwayat dan tahap perkembangan, lingkungan,
struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping keluarga,
pemeriksaan fisik dan harapan keluarga
ii. Teridentifikasi masalah kesehatan
iii. Teridentifikasi pengetahuan keluarga tentang kesehatan
LAPORAN PENDAHULUAN KUNJUNGAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
DENGAN PRA SEKOLAH
Kunjungan ke : II
Hari / Tanggal : Senin, 5 Agustus 2019
I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
1. Karakteristik keluarga
Dari hasil pengkajian hari pertama, yaitu pada hari Minggu, 4 Agustus
2019 didapatkan hasil pengkajian meliputi: Data umum, riwayat dan tahap
perkembangan, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, dan stress
dan koping keluarga Bpk.E. Hasil pengakajian menyebutkan bahwa Bpk.E
sebagai kepala keluarga bekerja sebagai Karyawan Swasta. Adapun hasil
pemeriksaan fisik keluarga Bpk.E adalah sebagai berikut :
No Pemeriksaan Bpk. E Ibu. Y An. H An. I
Fisik
1 Kepala Bentuk messosepal, tidak Bentuk messosepal, tidak Bentuk messosepal, rambut Bentuk messosepal, rambut
terdapat lesi/jejas terdapat lesi/jejas tipis dan sedikit tipis dan sedikit
2 Mata Bentuk simetris, pupil Bentuk simetris, pupil Bentuk simetris, pupil Bentuk simetris, pupil
anisokor, sklera anikterik, anisokor, sklera anikterik, anisokor,sklera anikterik, anisokor,sklera anikterik,
konjungtiva ananemis konjungtiva ananemis konjungtiva ananemis konjungtiva ananemis
3 Hidung Bentuk simetris, tidak Bentuk simetris,tidak Bentuk simetris,tidak Bentuk simetris,tidak
terdapat polip terdapat polip terdapat polip terdapat polip
4 Telinga Bentuk simetris, tidak Bentuk simetris,tidak Bentuk simetris,tidak Bentuk simetris,tidak
terdapat serumen terdapat serumen terdapat serumen terdapat serumen
5 Mulut Mulut tampak bersih, tidak Mulut tampak bersih, tidak Mulut tampak bersih, Mulut tampak bersih, tidak
ada stomatitis, gigi masih ada stomatitis, gigi masih tidak ada stomatitis, gigi ada stomatitis, gigi masih
utuh, terdapat karies gigi, utuh, terdapat karies gigi, masih utuh, terdapat utuh, terdapat karies gigi,
kemampuan mengecap dan kemampuan mengecap dan karies gigi, kemampuan kemampuan mengecap
menghisap : normal, bibir menghisap: normal, bibir mengecapdan menghisap: danmenghisap : normal,
lembab lembab normal, bibir lembab bibir lembab
6 Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran Tidak adapembesaran Tidak adapembesaran
kelenjar thyroid, tidak ada kelenjar thyroid, tidak ada kelenjar thyroid, tidak ada kelenjar thyroid, tidak ada
gangguan menelan gangguan menelan gangguan menelan gangguan menelan
7 Dada - Paru-paru - Paru-paru - Paru-paru - Paru-paru
Inspeksi:simetris, tidak Inspeksi:simetris, tidak Inspeksi:simetris, tidak Inspeksi:simetris, tidak
terjadi retraksidinding dada terjadi retraksidinding dada terjadi retraksidinding terjadi retraksidinding dada
Auskultasi: bunyi dasar Auskultasi: bunyi dasar dada Auskultasi: bunyi dasar
inspirasi naik dan inspirasi naik dan Auskultasi: bunyidasar inspirasi naik dan
ekspirasi turun. ekspirasi turun. inspirasi naik dan ekspirasi turun.
Palpasi : tidak ada massa Palpasi : tidak ada massa ekspirasi turun. Palpasi : tidak ada massa
Perkusi : resonan Perkusi : resonan Palpasi : tidak ada massa Perkusi : resonan
- Jantung - Jantung Perkusi : resonan - Jantung
Inspeksi:simetris, tidak Inspeksi:simetris, tidak - Jantung Inspeksi:simetris, tidak
ada jejas ada jejas Inspeksi:simetris, tidak ada jejas
Auskultasi : bunyi jantung Auskultasi : bunyi jantung ada jejas Auskultasi : bunyi jantung
lup dup lup dup Auskultasi : bunyi jantung lup dup
Palpasi: tidak ada tanda Palpasi: tidak ada tanda lup dup Palpasi: tidak ada tanda
krepitasi krepitasi Palpasi: tidak ada tanda krepitasi
Perkusi : sonor Perkusi : sonor krepitasi Perkusi : sonor
Perkusi : sonor
8 Abdomen Inspeksi: tidak ada acites, Inspeksi: tidak ada bekas Abdomen tampak bulat dan Abdomen tampak bulat dan
tidak ada bekas luka, tidak luka jahitan caesar,tidak bergerak bersamaan bergerak bersamaan dengan
teraba adanya massa ada stretmach dengan gerakan dada saat gerakan dada saat bernapas,
Auskultasi: bising usus 11 Auskultasi: bising usus 12 bernapas, tidak ada bekas tidak ada bekas luka
kali/menit kali/menit luka
Perkusi: bunyi Perkusi: bunyi perut
perut terdengar timpani.
terdengar timpani. Palpasi: tidak terdapat nyeri
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan dan juga nyeri lepas.
tekan dan juga nyeri lepas.
9 Ekstremitas Tidak ada oedema, Tidak ada oedema, Tidakada oedema, Tidak ada oedema,
kekuatan otot kekuatan otot kekuatan otot kekuatan otot
5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5
Tidak terdapat reflex Tidak terdapat reflex Tidak terdapat reflex Tidak terdapat reflex
patologis pada ekstremitas patologis pada ekstremitas patologis pada ekstremitas patologis pada ekstremitas
atas dan bawah atas dan bawah atas dan bawah atas dan bawah
10 Tanda-tanda Vital TD : 120/90 mmHg TD : 110/80 mmHg TD : - TD : -
N : 85x/mnt N : 82x/mnt N : 95x/mnt N : 110x/mnt
Pengkajian mengenai imunisasi sudah terkaji, An.H berusia 4,5 tahun dengan Berat Badan 15 Kg. Ibu.Y mengatakan
mengetahui tentang ASI eksklusif. Dan kedua anaknya mendapatkan ASI Ekslusif.
b. Data yang perlu dikaji lebih lanjut
a. Pengetahuan keluarga Speech Delay
b. Kemampuan untuk mencegah Speech Delay
c. Kemampuan untuk mengatasi Speech Delay
II. Proses Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan keluarga
1. Risiko Keterlambatan Perkembangan (00112)
2. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan (00099)
b. Tujuan Umum
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan terkumpul data tentang keluarga
Bpk. E dan masalah yang mungkin ada dalam keluarga.
c. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit didapatkan :
a. Hubungan saling percaya antara mahasiswa dan keluarga Bpk. E
b. Terkumpul data umum, riwayat dan tahap perkembangan, lingkungan,
struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping keluarga.
c. Teridentifikasi masalah kesehatan
Kunjungan ke : III
Hari / Tanggal : Rabu, 7 Agustus 2019
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Berdasarkan pertemuan sebelumnya pada keluarga Bapak E didapatkan data bahwa
Ibu Y mengatakan bahwa annakya An. H mengalami Speech Delay sampai sekarang
umur 4,5 tahun. Pola asuh Ibu Y tidak terfokuskan pada An. H saja karena An. H
mempunyai seorang adik yang baru berumur 2,5 tahun.. Mahasiswa telah
melaksanakan intervensi mengenalkan masalah (TUK 1) mengenai Speech Delay.
Untuk mengetahui sejauhmana pencapaian TUK 1 tersebut, diberikan beberapa
pertanyaan. Mahasiswa menjelaskan kembali materi yang belum dimengerti.
B. Data yang perlu dikaji lebih lanjut
1. Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan dalam pemeliharaan
kesehatan
2. Kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga
Kunjungan ke : IV
Hari / Tanggal : Selasa, 13 Agustus 2019
I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Berdasarkan pertemuan sebelumnya pada keluarga Bapak E didapatkan data bahwa
keluarga bapak E telah mengerti tentang masalah Speech Delay dan cara
penangananya, Bapak E dan Ibu Y selama ini hanya mengasuh anaknya dengan
keluarga inti. Ditambah lagi dengan kesibukan pekerjaan Bapak E dari pagi sampai
sore hari Ibu Y seorang diri merawat anak-anaknya sehingga Ibu Y kewalahan
mengurus An. H. Mahasiswa telah melaksanakan intervensi mengenalkan masalah
(TUK 1) sampai cara merawat anggota keluarga (TUK 3) mengenai Speech Delay.
Untuk mengetahui sejauhmana pencapaian TUK-TUK tersebut, mahasiswa
memberikan beberapa pertanyaan mengenai materi yang telah disampaikan.
Mahasiswa menjelaskan kembali materi yang belum dimengerti.
b. Data yang perlu dikaji lebih lanjut
- Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
- Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
II. Proses Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan keluarga
a. Risiko Keterlambatan Perkembangan (00112)
b. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan (00099)
Kunjungan ke :V
Hari / Tanggal : Rabu, 14 Agustus 2019
A. Pendahuluan
1) Latar Belakang
Berdasarkan pertemuan sebelumnya pada keluarga Bapak E didapatkan data bahwa
keluarga bapak E telah mengerti mengenai cara penangan masalah Speech Delay.
Mahasiswa telah melaksanakan intervensi mengenalkan masalah (TUK 1) sampai
pemanfaatan fasilitas kesehatan (TUK 5) mengenai masalah ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan. Untuk mengetahui sejauhmana pencapaian TUK-TUK
tersebut, mahasiswa memberikan beberapa pertanyaan mengenai materi yang telah
disampaikan. Mahasiswa menjelaskan kembali materi yang belum dimengerti.
2) Data yang perlu dikaji lebih lanjut
a) Usaha untuk menangani anak dengan Speech Delay
B. Proses Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan keluarga
a. Risiko Keterlambatan Perkembangan (00112)
b. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan (00099)
D. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Alat bantu/media disiapkan
b. Kontrak dengan keluarga tepat dan sesuai dengan rencana
2. Evaluasi hasil
a. Mahasiswa mengevaluasi kemampuan keluarga dalam mengenal speech
delay
c. Mahasiswa mengevaluasi kemampuan keluarga memutuskan masalah
kesehatan
d. Mahasiswa mengevaluasi kemampuan keluarga merawat kesehatan anggota
keluarga.
3. Evaluasi proses
a. Keluarga mampu mengenal penanganan speech delay
b. Keluarga mampu memutuskan masalah kesehatan anggota keluarga
c. Keluarga mampu merawat kesehatan anggota keluarga
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN TAHAP
PERKEMBANGAN PRA SEKOLAH PADA KELUARGA Bpk.E
DESA SEMPOR LOR RT 2 RW 3 KECAMATAN
KALOGONDANG KABUPATEN PURBALINGGA
Disusun Oleh :
UMAMI BUDIARTI
1811040039
2019
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN TAHAP
PERKEMBANGAN PRA SEKOLAH PADA KELUARGA Bpk.E
DESA SEMPOR LOR RT 2 RW 3 KECAMATAN
KALOGONDANG KABUPATEN PURBALINGGA
I. PENGKAJIAN
a. DataUmum
1. Nama KK : Bpk.E
2. Usia : 29 tahun
3. Pendidikan : SMK
4. Pekerjaan : Karyawan Swasta
Jenis Imunisasi
No Nama Usia Hubu Pendi Pekerja
Kelam Hepati Camp
ngan dikan an BCG Polio DPT
in tis ak
1 Bpk. E 29 L Suami SMK Kar
tahun yaw √ √ √ √ √
an
Swa
sta
IRT
2 Ibu.Y 29 P Istri SMK √ √ √ √ √
Tahu
n
3 An. H 4,5 L Anak PAUD -
tahun √ √ √ √ √
2,5
4. An.I tahun L Anak - - √ √ √ √ √
7. Genogram
Keterangan :
: Laki–laki : GarisPerkawinan
8. Tipekeluarga
Keluarga Bpk.E adalah keluarga dengan tipe keluarga inti, dimana
didalamnya ada suami, istri, dan anak.
9. Latar belakangbudaya
Keluarga Bpk.E dan Ibu.Y berasal dari suku Jawa.Keluarga Bpk.E tidak
menganut kebudayaan yang dianggap sebagai mitos.Jika ada masalah
kesehatan, keluarga Bpk.E lebih mempercayakan pelayanan kesehatan ke
dokter, bidan atau puskesmas terdekat.Dalam berkomunikasi sehari- hari
Bpk.E dan Ibu.Y menggunakan bahasa jawa.
10. Agama
Keluarga Bpk.E beragama islam, kegiatan beribadah dilakukan dirumah dan
Ibu.Y tidak mengikuti pengajian. Keluarga Bpk.E tidak memiliki
kepercayaan tersendiri berkaitan agama degan kesehatan.
C. DataLingkungan
1. Karakteristik rumah
WC
DAPUR
KMR
R.KELUARGA
KMR
R.TAMU KMR
Rumah yang ditempati oleh Bpk.E merupakan rumah permanen dan milik
sendiri dengan luas 9x6m², yang terdiri dari 3 kamar tidur,ruang tamu, ruang
keluarga,kamar mandi dan dapur. Lantainya terbuat dari keramik,atapnya dari
genting. Keadaan rumah cukup bersih dan kurang rapi.Rumah memiliki
jamban.Air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari berasal dari PAM.
Ventilasi ada, penerangan rumah menggunakan listrik.Untuk tempat
pembuangan sampah dibuang di belakang rumah dengan membuat lubang
sampah, kemudian dibakar.
Hasil penilaian rumah sehat = 1.100 ( rumah sehat). Standar rumah sehat
1068-1200
E. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
Keluarga Bpk.E mengatakan bahwa antar anggota keluarga
berkomunikasi dengan baik. Semua saling menyayangi, menghormati dan
saling menghargai seperti antara suami dan istri, serta orang tua.Jika
orangtua membutuhkan bantuan secara finansial Ibu.Y tidak enggan untuk
membantu.
d) Memelihara lingkungan
Lingkungan di dalam rumah Ibu.Y bersih apabila lantai rumah
terlihat kotor langsung dibersihkan dan jika ada barang berantakan
kemudian dirapikan.
e) Menggunakan sumber/fasilitas kesehatan
Apabila ada anggota keluarga yang sakit, Ibu.Y langsung
membawanya ke bides/puskesmas.
3) Fungsi Reproduksi
Keluarga Bpk.E mempunyai 2 orang anak yang masih berusia 2,5
tahun 4,5 tahun. Ibu.Y mengatakan tidak berencana untuk menambah anak
dalam dekat ini. Tetapi jika dikasih lagi akan disyukuri. Bpk.E dan Ibu.Y
tidak memiliki permasalahan dalam system reproduksi.
4) Fungsi ekonomi
Bpk.E bekerja sebagai karyawan swasta sedangkan Ibu.Y bekerja
sebagai Ibu Rumah Tangga. Dengan penghasilan ± Rp 2,5 juta Ibu.Y
dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari sandang, papan, pangan, dan
kebutuhan anaknya yang berumur 2,5 tahun 4,5 tahun.
F. Stress dan KopingKeluarga
1) Stressor jangka pendek dan panjang
a) Stressor jangka pendek
Ibu.Y mengatakan tidak ada masalah yang sangat serius, hanya
jika terdapat anggota keluarga yang tiba-tiba sakit.
b) Stressor jangka panjang
Ibu.Y mengatakan selama ini tidak ada masalah yang berat
dalam keluarganya, paling hanya masalah terkait ekonomi keluarga,
itu juga dianggap wajar karena setiap keluarga pasti mempunyai
masalah yang berkaitan dengan ekonomi.
2) Kemampuan keluarga berespon terhadapsituasi/stressor
Apabila ada masalah keluarga maka Bpk. E dan Ibu.Y selalu
membahas dan menyelesaikan masalah tersebut secara bersama.-sama
3) Strategi koping yang digunakan
Keluarga Bpk.E dalam menghadapi permasalahan selalu
mendiskusikannya dengan Ibu. Y terlebih dahulu sebelum mengambil
keputusan.
4) Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga Bpk.E apabila ada masalah dalam keluarga tidak
menggunakan kekerasan, tetapi akan dibicarakan dengan baik-baik dan
berkumpul bersama untuk mencari permecahan masalahnya.
G. PemeriksaanFisik
No Pemeriksaan Bpk. E Ibu. Y An. H An. I
Fisik
1 Kepala Bentuk messosepal, tidak Bentuk messosepal, tidak Bentuk messosepal, rambut Bentuk messosepal, rambut
terdapat lesi/jejas terdapat lesi/jejas tipis dansedikit tipis dansedikit
2 Mata Bentuk simetris, pupil Bentuk simetris, pupil Bentuk simetris, pupil Bentuk simetris, pupil
anisokor, sklera anikterik, anisokor, sklera anikterik, anisokor,sklera anikterik, anisokor,sklera anikterik,
konjungtiva ananemis konjungtiva ananemis konjungtiva ananemis konjungtiva ananemis
3 Hidung Bentuk simetris, tidak Bentuk Bentuk simetris,tidak Bentuk simetris,tidak
terdapat polip simetris,tidakter terdapat polip terdapat polip
dapat polip
4 Telinga Bentuk simetris, tidak Bentuk simetris,tidak Bentuk simetris,tidak Bentuk simetris,tidak
terdapat serumen terdapat serumen terdapat serumen terdapat serumen
5 Mulut Mulut tampak bersih, tidak Mulut tampak bersih, tidak Mulut tampak bersih, Mulut tampak bersih, tidak
ada stomatitis, gigi masih ada stomatitis, gigi masih tidak ada stomatitis, gigi ada stomatitis, gigi masih
utuh, terdapat karies gigi, utuh, terdapat karies gigi, masih utuh, terdapat utuh, terdapat karies gigi,
kemampuan mengecap dan kemampuan mengecap dan karies gigi, kemampuan kemampuan mengecap
menghisap : normal, bibir menghisap: normal, bibir mengecapdan menghisap: danmenghisap : normal,
lembab lembab normal, bibir lembab bibir lembab
6 Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran Tidak adapembesaran Tidak adapembesaran
kelenjar thyroid, tidak ada kelenjar thyroid, tidak ada kelenjar thyroid, tidak ada kelenjar thyroid, tidak ada
gangguan menelan gangguan menelan gangguan menelan gangguan menelan
7 Dada - Paru-paru - Paru-paru - Paru-paru - Paru-paru
Inspeksi:simetris, tidak Inspeksi:simetris, tidak Inspeksi:simetris, tidak Inspeksi:simetris, tidak
terjadi retraksidinding dada terjadi retraksidinding dada terjadi retraksidinding terjadi retraksidinding dada
Auskultasi: bunyi dasar Auskultasi: bunyi dasar dada Auskultasi: bunyi dasar
inspirasi naik dan inspirasi naik dan Auskultasi: bunyidasar inspirasi naik dan
ekspirasi turun. ekspirasi turun. inspirasi naik dan ekspirasi turun.
Palpasi : tidak ada massa Palpasi : tidak ada massa ekspirasi turun. Palpasi : tidak ada massa
Perkusi : resonan Perkusi : resonan Palpasi : tidak ada massa Perkusi : resonan
- Jantung - Jantung Perkusi : resonan - Jantung
Inspeksi:simetris, tidak Inspeksi:simetris, tidak - Jantung Inspeksi:simetris, tidak
ada jejas ada jejas Inspeksi:simetris, tidak ada jejas
Auskultasi : bunyi jantung Auskultasi : bunyi jantung ada jejas Auskultasi : bunyi jantung
lup dup lup dup Auskultasi : bunyi jantung lup dup
Palpasi: tidak ada tanda Palpasi: tidak ada tanda lup dup Palpasi: tidak ada tanda
krepitasi krepitasi Palpasi: tidak ada tanda krepitasi
Perkusi : sonor Perkusi : sonor krepitasi Perkusi : sonor
Perkusi : sonor
8 Abdomen Inspeksi: tidak ada acites, Inspeksi: tidak ada bekas Abdomen tampak bulat dan Abdomen tampak bulat dan
tidak ada bekas luka, tidak luka jahitan caesar,tidak bergerak bersamaan bergerak bersamaan dengan
teraba adanya massa ada stretmach dengan gerakan dada saat gerakan dada saat bernapas,
Auskultasi: bising usus 11 Auskultasi: bising usus 12 bernapas, tidak ada bekas tidak ada bekas luka
kali/menit kali/menit luka
Perkusi: bunyi Perkusi: bunyi perut
perut terdengar timpani.
terdengartimpani. Palpasi: tidak terdapat nyeri
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan dan juga nyeri lepas.
tekan dan juga nyeri lepas.
9 Ekstremitas Tidak ada oedema, Tidak ada oedema, Tidakada oedema, Tidak ada oedema,
kekuatan otot kekuatan otot kekuatan otot kekuatan otot
5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5
Tidak terdapat reflex Tidak terdapat reflex Tidak terdapat reflex Tidak terdapat reflex
patologis pada ekstremitas patologis pada ekstremitas patologis pada ekstremitas patologis pada ekstremitas
atas dan bawah atas dan bawah atas dan bawah atas dan bawah
10 Tanda-tanda Vital TD : 120/90 mmHg TD : 110/80 mmHg TD : - TD : -
I. ANALISA DATA
No Data Masalah keperawatan
1 DS : Domain 13 :
Pertumbuhan/Perkembangan
- Ibu. Y mengatakan An. H belum bisa berbicara
Kelas 2 : Perkembangan
dengan Lancar
Risiko Keterlambatan Perkembangan
- Ibu. Y mengatakan keterlambatan berbicara
(00112)
pada An. H adalah factor keturunan dari
Sumber : (NANDA International
ayahnya
Nursing Diagnoses : Definitions and
- Ibu. Y mengatakan saat An. H rewel Ibu. Y Classification 2018-2020. Hal 459)
selalu memberikan gadget untuk menenangkan
An. H
DO :
- An. H hiperaktif
Kelas Q : Peningkatan
Komunikasi
Level 3 : Intervensi
4976 Peningkatan Komunikasi :
Kurang bicara
Kelas P : Terapi Kognisi
Level 3 : Intervensi
4720 Stimulasi kognitif
TUK 2: Setelah 2. Keluarga mampu 2.Keluarga mampu
dilakukan tindakan memutuskan memutuskan
intervensi Level 1
keperawatan keluarga Level 1 Domain III : Perilaku
dapat mengambil Domain VI : Kesehatan Perawatan dukungan fungsi
keputusan Keluarga psikososial dan perubahan gaya
Level 2 hidup
Kelas DD-Pengasuhan Level 2
Outcome yang Kelas R : bantuan koping
menggambarkan Perilaku Intervensi untuk membantu diri
Orangtua yang mendukung sendiri membangun kekuatan,
Pertumbuhan dan beradaptasi dengan perubahan
Perkembangan Optimum fungsi, atau mencapai fungsi yang
anak lebih tinggi.
Level 3 Level 3 : Intervensi
Hasil : 5250: Dukungan pengambilan
(2906) : Kinerja keputusan:
Pengasuhan : Usia 1. Identifikasi keputusan yang
Pra Sekolah telah diambil.
2. Identifikasi keuntungan dan
kerugian dari keputusan yang
diambil.
Oleh
UMAMI BUDIARTI
1811040039
2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN
SPEECH DELAY
A. Definisi
Keterlambatan (speech delay) bicara dan berbahasa pada anak, menggambarkan
kemampuan (skill) anak yang berkembang, tetapi pada tingkat yang lebih lambat dari
anak-anak sebayanya sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak. Masalah
keterlambatan bicara dan berbahasa ini, bisa ringan, sedang, atau berat.
Menurut Hurlock (1978), dikatakan terlambat bicara apabila tingkat perkembangan
bicara berada di bawah tingkat kualitas perkembangan bicara anak yang umurnya sama
yang dapat diketahui dari ketepatan penggunaan kata. Apabila pada saat teman sebaya
mereka berbicara dengan menggunakan kata-kata, sedangkan si anak terus
menggunakan isyarat dan gaya bicara bayi maka anak yang demikian dianggap orang
lain terlalu muda untuk diajak bermain.
Sedangkan dalam Papalia (2004) menjelaskan bahwa anak yang terlambat bicara
adalah anak yang pada usia 2 tahun memliki kecenderungan salah dalam menyebutkan
kata, kemudian memiliki perbendaharaan kata yang buruk pada usia 3 tahun, atau juga
memiliki kesulitan dalam menamai objek pada usia 5 tahun. Dan anak yang seperti itu,
nantinya mempunyai kecenderungan tidak mampu dalam hal membaca. “children who
show an unusual tendency to mispronounce words at age 2, who have poor vocabulary
at age 3, or who have trouble naming objects at 5 are apt to have reading disabilities
later on”
B. Etiologi
1. Faktor genetik
Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan
patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Seperti sindrom Down, sindrom
Turner yang disebabkan oleh kelainan kromosom.
2. Faktor lingkungan
3. Sosial ekonomi kurang
Anak dengan keluarga sosial ekonomi kurang akan mengalami keterlambatan dalam
berbahasa karena fasilitas berbahasa dan pendidikan yang rendah pulan dari orang tua.
4. Faktor psikososial, antara lain: stimulasi, motivasi belajar, hukuman yang wajar,
kelompok sebaya, stres, sekolah, cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi anak-orang
tua.
5. Faktor keluarga dan adat istiadat, antara lain: pekerjaan/ pendapatan keluarga,
pendidikan ayah/ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah
tangga, kepribadian ayah/ibu, adat-istiadat, norma-norma, agama, urbanisasi,
kehidupan politik dalam masyarakat yang mempengaruhi prioritas kepentingan anak,
angaran, dan lain-lain (Soetjiningsih, 1998).
D. Patofisiologi
Proses produksi berlokasi pada area yang sama pada otak. Struktur untuk pesan yang
masuk ini diatur pada area Wernicke, pesan diteruskan melalui fasikulus arkuatum ke
area Broca untuk penguraian dan koordinasi verbalisasi pesan tersebut. Signal
kemudian melewati korteks motorik yang mengaktifkan otot-otot respirasi, fonasi,
resonansi dan artikulasi. Ini merupakan proses aktif pemilihan lambang dan formulasi
pesan. Proses enkode dimulai dengan enkode semantik yang dilanjutkan dengan enkode
gramatika dan berakhir pada enkode fonologi. Keseluruhan proses enkode ini terjadi di
otak/pusat pembicara.
Di antara proses dekode dan enkode terdapat proses transmisi, yaitu pemindahan atau
penyampaian kode atau disebut kode bahasa. Transmisi ini terjadi antara mulut
pembicara dan telinga pendengar. Proses decode-encode diatas disimpulkan sebagai
proses komunikasi. Dalam proses perkembangan bahasa, kemampuan menggunakan
bahasa reseptif dan ekspresif harus berkembang dengan baik.
E. Komplikasi
1. Gangguan bahasa ekspresif
2. Gangguan bahasa reseptif ekspresif
3. Gangguan phonological
4. Gagap
F. Pemeriksaan Penunjang
1. TES BERA (Brainstem Evoked Response Auditory) atau ABR (Auditory Brainstem
Response)
Menguji kinerja seluruh alat pendengaran dari gendang telinga (telinga luar) sampai
ke otak. Cara kerjanya dengan memberikan bunyik klik pada frekuensi yang
berbeda–beda pada tingkat kekerasan yang berbeda–beda pula responnya ditangkap
langsung oleh sensor di otak. Tesnya tidak menyakitkan (un-invasive), tidak perlu
respon aktif dari pasien dan hasilnya menyeluruh. Tes ini adalah tes paling umum
dalam mendeteksi gangguan pendengaran.
2. TES OAE (Oto Acoustic Emission)
Menguji kinerja alat pendengaran dari gendang sampai rumah siput tetapi terutama
rumah siput. Cara kerjanya dengan memberikan nada murni ke telinga dan
menangkap responnya melalui perubahan tekanan di saluran telinga. Tesnya juga
tidak menyakitkan dan tidak memerlukan respon aktif dari pasien serta obyektif.
Biasanya digunakan untuk mendeteksi gangguan pendengaran khususnya akibat
gangguan di telinga tengah karena OME, OMA atau sensorinerual hearing loss
(SNHL) yaitu kerusakan sel saraf di rumah siput.
3. Tes Tympanometri
Menguji kinerja alat pendengaran dari gendang sampai telinga tengah (tulang
sanggurdi). Caranya mirip dengan OAE tapi responnya dari defleksi (perubahan
gerak) gendang telinga. Tesnya juga tidak menyakitkan, obyektif dan tidak perlu
respon aktif dari pasien. Biasanya digunakan untuk mengeliminasi kemungkinan
gangguan telinga tengah jika hasil OAE menunjukkan respon negatif.
4. Tes Audiometri
5. Pemeriksaan audiometri memerlukan : audiometer, ruang kedap suara, dan pasien
yang kooperatif. Pemeriksaan standar yang adalah :
a. Audiometri nada murni, Audiometri tutur
Audiometri nada murni adalah tes dasar untuk mengetahui ada tidaknya
gangguan pendengaran. Selama tes, orang yang dites akan mendengar nada
murni yang diberikan pada frekwensi yang berbeda melalui sebuah headphone
atau ear phone. Intensitas nada berangsur-angsur dikurangi sampai ambang
dengar, titik dimana suara terkecil yang dapat didengar akan diketahui. Hasilnya
ditunjukkan dalam desibel (dB) dan dimasukkan ke bentuk audiogram.
Caranya dengan memberikan nada murni baik melalui earphone (direct to ear)
ataupun speaker (free field test) dan meminta respon balik dari pasien apakah
bunyi terdengar atau tidak. Tesnya tidak menyakitkan namun agak subyektif dan
memerlukan respon aktif dari pasien. Cukup sulit dilakukan khususnya untuk
anak-anak.
Pemeriksaan ini menghasilkan grafik nilai ambang pendengaran pasien pada
stimulus nada murni. Nilai ambang diukur dengan frekwensi yang berbeda-beda.
Secara kasar bahwa pendengaran yang normal grafik berada diatas. Grafiknya
terdiri dari skala desibel. Suara dipresentasikan dengan earphone (air
conduction) dan skull vibrator (bone conduction).
Bila terjadi air bone gap maka mengindikasikan adanya CHL. Turunnya nilai
ambang pendengaran oleh bone conduction menggambarkan SNHL.
Untuk anak–anak biasanya dilakukan “Play Audiometri” yaitu uji pendengaran
dengan bermain dan diperlukan audiologist yang berpengalaman untuk
mendapatkan hasil yang baik. Biasanya untuk menguji kemajuan/kemunduran
fungsi pendengaran terutama pada pasien gangguan pendengaran. Sedangkan
pada audiometric tutur dites seberapa banyak kemampuan mengerti percakapan
pada intensitas yang berbeda. Tes terdiri dari sejumlah kata-kata tertentu yang
diberikan melalui headphone atau pengeras suara free field. Kata-kata tersebut
harus diulangi oleh orang yang dites. Setelah selesai, persentase berapa kata
yang dapat diulang dengan benar dapat diketahui.
G. Penatalaksanaan
1. Terapi :
a. Terapi wicara
b. Terapi okupasi
2. Edukasi
a. Motivasi keluarga untuk menstimulasi bahasa, bicara secara intensif
b. Secara teratur membawa anak untuk mengikuti terapi
c. Konseling
H. Pathway
Gangguan bicara
Resiko ketergantungan
K. Perencanaan
Diagnosa
No. Intervensi Rasional
keperawatan
1. Gangguan 1. Lakukan latihan
1. Latihan bicara yang sesuai
komunikasi komunikasi dengan dengan perkembangan anak
verbal memperhatikan akan menghindari ekploatasi
Sehubungan perkembangan mental anak yang berakibat penekanan
dengan 2. Lakukan komunikasi fungsi mental anak.
kurangnya secara komprehensif baik
2. Komunikasi yang
stimulasi bahasa verbal maupun non verbal. komprehensif akan
memperbanyak jumlah
stimulasi yang diterima anak
sehingga akan memperkuat
memori anak terhadap suatu
kata.
3. Berbicara sambil bermain
3. Bermain akan menigkatkan
dengan alat untuk daya tarik anak sehingga
mempercepat persepsi anak frekwensi dan durasi latihan
tentang suatu hal. bisa lebih lama
4. Berikan lebih banyak kata
4. Anak lebih suka
meskipun anak belum mendengarkan kata-akat dari
mampu mengucapkan pada mengucapkan karena
dengan benar. biasanya kesulitan dalam
mengucapkan.
5. Lakukan sekrening lanjutan
5. Untuk mengetahui jenis dan
dengan mengggunakan beratnya gangguan serta
Denver Speech Test. keterlambatan dalam
berbicara pada anak.
2. Gangguan 1. Lakukan latihan
1. Agar stimulasi tetap diterima
komunikasi komunikasi, dan stimulasi anak sesuai dengan
verbal dini dengan benda-benda perlembangan mental anak
Sehubungan atau dengan menggunakan yang didasarkan atas
dengan bahasa isyarat serta kemampuan penerimaan
gangguan biasakan anak melihat anak terhadap informasi
pendengaran artikulasi orang tua dalam yang diberikan
berbicara.
2. Perhatikan kebersihan
2. Ganguan pendengaran sering
telinga anak disebabkan oleh adanya
hambatan pendengaran
akibat adanya kotoran
3. Kolaborasi dengan ditelinga.
rehabilitasi untuk
3. Alat bantu dengar
penggunaan alat bantu diharapkan mampu
dengar mengatasi hambatan
pendengaran pada telinga
anak.
3. Gangguan 1. Gunakan bahasa yang
1. Untuk memudahkan pema-
komunikasi sederhana dan umum haman menghindari stress
Sehubungan digunakan dalam dan kebingungan anak yang
dengan komunikasi sehar-hari. akibat bahasa yang berubah-
hambatan bahasa ubah.
2. Gunakan verifikasi bahasa
2. Difersifikasi bahasa dapat
sesuai dengan tingkat diberikan jika kemampuan
kematangan dan mental anak sudah matang
pengetahuan anak. seperti setelah umur 9
tahun, karena perkembangan
selsel otak anak sudah mulai
maksimal.
4. Gangguan 1. Stimulasi bahasa dan latihn
1. Untuk mengindari keter-
komunikasi bicara tetap dilakukan lambatan perkembangan
Sehubungan sesuai dengan mental, bahasa maupun
dengan perkembangan mentak bicara ketika alat artikulasi
kerusakan fungsi anak. sudah bisa diperbaiki.
alat-alat tikulasi 2. Perbaikan alat-alat artikulasi
2. Kolaborasi: dengan ahli hanya bisa dilakukan secara
bedah untuk perbaikan alat- optimal dengan
alat artikulasi. pembedahan.
Carpenito, L.D (2009), Nursing Diagnois; Application to Clinical Practice, 7th. Edition,
Lippincott, Philadelpia, New York.
th
Kozier Barbara et.al (2012), Fundamental Of Nursing ; Concept, Process and Practice , 5
Edition, Addison Wesley Nursing, Cuming Publishing, New York
th
Whaley and Wong (1996), Nursing Care of Infants and Children, 5 Edition, Mosby Year
Book, Philadelpia.
Whaley and Wong (1997), Pediatric Nursing; Clinical Manual, Mosby Year Book,
Philadelpia.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Disusun Oleh :
UMAMI BUDIARTI
1811040039
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Penyuluh
Peserta
9. Tujuan instruksional
a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit peserta mampu mengetahui dan
memahami tentang Keterlambatan Bicara (Speech Delay)
b. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, peserta dapat:
5. Mengetahui dan memahami pengertian Keterlambatan Bicara (Speech Delay)
6. Mengetahui dan memahami penyebab Keterlambatan Bicara (Speech Delay)
7. Mengetahui dan memahami tanda dan gejala Keterlambatan Bicara (Speech
Delay)
8. Mengetahui dan memahami pencegahan Keterlambatan Bicara (Speech Delay)
9. Mengetahui dan memahami pengobatan Keterlambatan Bicara (Speech Delay)
10. Sub Pokok Bahasan
1) Pengertian Keterlambatan Bicara (Speech Delay)
2) Penyebab Keterlambatan Bicara (Speech Delay)
3) Tanda dan gejala Keterlambatan Bicara (Speech Delay)
4) Pencegahan Keterlambatan Bicara (Speech Delay)
5) Pengobatan Keterlambatan Bicara (Speech Delay)
11. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Waktu Kegiatan Perawat Kegiatan Klien Metode Media
Pendahuluan 5 menit 1. Memberi salam v. Menjawab Ceramah -
2. Memperkenalkan diri salam dan
3. Menjelaskan tujuan w. Mendengarkan Tanya
penyuluhan dan pokok dan Jawab
materi yang akan memperhatikan
disampaikan x. Menjawab
4. Menggali pengetahuan pertanyaan
pasien tentang penanganan
difteri dirumah
Penyajian 15 menit Menjelaskan materi 3. Mendengarkan Ceramah Lembar
penyuluhan dan dan Balik
memperhatikan Tanya Leaflet
4. Menganjukan Jawab
pertanyaan
Penutup 10 menit 1. Penegasan materi 1. Menjawab Tanya
2. Meminta peserta untuk pertanyaan yang Jawab
menjelaskan kembali diberikan oleh
materi yang telah penyuluh
disampaikan dengan 2. Membalas
singkat menggunakan salam
bahasa peserta sendiri
3. Memberikan pertanyaan
kepada peserta tentang
materi yang telah
disampaikan
4. Menutup acara dan
mengucapkan salam
12. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
- Penyuluhan menggunakan Lembar Balik dan Leaflet.
- Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Rumah Bapak E
- Pengorganisasian dan persiapan kegiatan penyuluhan dilakukan pada hari
sebelumnya.
b. Evaluasi proses
- Penyaji mampu menguasai materi penyuluhan yang diberikan.
- Penyaji mampu menyampaikan materi dengan baik.
- Peserta mendengarkan ceramah dengan baik dan sangat berkonsentrasi terhadap
materi yang disampaikan oleh pemberi penyuluhan.
- Peserta antusias untuk bertanya dalam kegiatan penyuluhan dan menerima
penjelasan dari penyaji.
- Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan penyuluhan selesai
dilaksanakan.
c. Evaluasi hasil
Pre penyuluhan
Ibu Y mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh penyaji sebelum penyaji
menyampaikan materi penyuluhan.
Post penyuluhan
Kriteria keberhasilan:
Peserta mampu menjawab pertanyaan dari penyaji yang meliputi:
- Pengertian Keterlambatan Bicara (Speech Delay)
- Penyebab Keterlambatan Bicara (Speech Delay)
- Tanda dan gejala Keterlambatan Bicara (Speech Delay)
- Pencegahan Keterlambatan Bicara (Speech Delay)
- Komplikasi Keterlambatan Bicara (Speech Delay)
- Pengobatan Keterlambatan Bicara (Speech Delay)
13. Media
Lembar Balik dan Leaflet.
14. Materi
(terlampir)
MATERI PENYULUHAN
A. PENGERTIAN
Keterlambatan dalam berbicara adalah suatu kecenderungan dimana anak sulit dalam
mengekspresikan keinginan atau perasaan pada orang lain seperti, tidak mampu dalam
berbicara secara jelas, dan kurangnya penguasaan kosa kata yang membuat anak tersebut
berbeda dengan anak lain sesusianya. Menurut Hurlock (1978:194-196) bahwa“apabila
tingkat perkembangan bicara berada dibawah tingkat kualitas perkembangan bicara anak
yang umurnya sama yang dapat diketahui dari ketepatan kata, maka hubungan sosial anak
akan terhambat sama halnya apabila keterampilan bermain mereka dibawah keterampilan
bermain teman sebayanya”. Maksudnya ialah apabila perkembangan bahasa anak berbeda
dengan tingkat perkembangan bahasa anak lain seusianya maka anak akan mengalami
hambatan dalam interaksi sosialnya.
B. PENYEBAB
Anak yang terlambat berbicara disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Menurut Rumini dan Siti Sundari (2004:43-44) memaparkan sembilan faktor yang
mempengaruhi perkembangan bicara anak diantaranya: kecerdasan, jenis disiplin, posisi
urutan anak, besarnya keluarga, status ekonomi sosial, ras, berbahasa dua, suara yang
sangat gaduh, dan gaya bicara. Ditambahkan menurut Hurlock (1978:186187) faktor yang
melatarbelakangi anak speech delay yaitu: anak kembar an jenis kelamin. Sedangkan
Yusuf (2010:2) menambahkan satu faktor lagi yaitu faktor kesehatan.
Selain itu, perlu dicari penyebab lain dari keterlambatan bicara pada si kecil.
Keterlambatan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti:
1) Gangguan pendengaran
Anak yang mengalami gangguan pendengaran kurang mendengar pembicaraan
disekitarnya. Gangguan pendengaran selalu harus dipikirkan bila ada keterlambatan
bicara. Terdapat beberapa penyebab gangguan pendengaran, bisa karena
infeksi,trauma atau kelainan bawaan. Kelainan bawaan biasanya karena kelainan
genetik, infeksi ibu saat hamil, obat-obatan yang dikonsumsi ibu saat hamil, atau bila
terdapat keluarga yang memiliki riwayat ketulian.
2) Gangguan otak seperti pada retardasi mental
Retardasi mental adalah kurangnya kepandaian seorang anak dibandingkan anak lain
seusianya. Retardasi mental merupakan penyebab terbanyak dari gangguan bahasa.
Pada kasus retardasi mental, keterlambatan bahasa disertai keterlambatan dalam
bidang pemecahan masalah visuo-motor.
3) Deprivasi lingkungan
Dalam keadaan ini anak tidak mendapat rangsang yang cukup dari lingkungannya.
Bilamana anak yang kurang mendapat stimulasi tersebut juga mengalami kurang
makan atau child abuse, maka kelainan berbahasa dapt lebih berat karena
penyebabnya bukan deprivasi semata-mata tetapi juga kelainan saraf karena anak
kurang gizi atau penelantaran anak.
4) Autisme
Gangguan bicara dan bahasa yang berat dapat disebabkan karena autism. Autism
adalah gangguan perkembangan perpasif pada anak yang ditandai dengan adanya
gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, prilaku, komunikasi dan
interaksi sosial
5) Kelainan organ bicara
Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan mandibula (rahang
bawah), kelainan bibir sumbing (palatoschizis/ cleft palate), deviasi septum nasi,
adenoid atau kelainan laring.
6) Lingkungan yang sepi
Bicara adalah bagian tingkah laku, jadi keterampilannya melalui meniru. Bila
stimulasi bicara sejak awal kurang, tidak ada yang ditiru maka akan menghambat
kemampuan bicara dan bahasa pada anak.
7) Tehnik pengajaran yang salah
Cara dan komunikasi yang salah pada anak sering menyebabkan keterlambatan
perkembangan bicara dan bahasa pada anak, karena perkembangan mereka terjadi
karena proses meniru dan pembelajaran dari lingkungan.
8) Sikap orang tua atau orang lain di lingkungan rumah yang tidak menyenangkan
Bicara bisa mengekspresikan kemarahan, ketegangan, kekacauan dan
ketidaksenangan seseorang, sehingga anak akan menghindari untuk berbicara lebih
banyak untuk menjauhi kondisi yang tidak menyenangkan tersebut.
9) Harapan orang tua yang berlebihan
Sikap orang tua yang mempunyai harapan dan keinginan yang berlebihan terhadap
anaknya, dengan memberikan latihan dan pendidikan yang berlebihan dengan
anaknya menjadi superior. Anak akan mengalami tekanan yang justru akan
menghambat kemampuan bicaranya.
Disusun Oleh :
Umami Budiarti
1811040039
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum kita bisa melihat bahwa kemampuan berbicara (communicative
competence) seorang anak dengan anak yang lain berbeda-beda. Ada anak yang
perkembangan berbicaranya lebih cepat dan ada juga yang mengalami
keterlambatan (Spielvolge, 2008). Apabila seorang anak mampu memproduksi
bunyi atau suara yang sesuai dengan tingkat usianya, maka ia dikatakan
mempunyai kemampuan berbicara yang baik, sebaliknya jika terdapat gangguan
pada fase ini yang berhubungan dengan kesulitan dalam produksi bunyi atau suara
yang spesifik untuk berbicara atau adanya gangguan dalam kualitas suara atau
ganguan artikulasi (Fieldmen, 2005).
Keterlambatan bicara (speech delay) adalah salah satu penyebab gangguan
perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Gangguan ini semakin
hari tampaknya semakin meningkat pesat. Tiga tahun pertama kehidupan
merupakan periode kritis kehidupan anak.4,5 Bila gangguan bicara dan bahasa
tidak diterapi dengan tepat akan terjadi gangguan kemampuan membaca,
kemampuan verbal, perilaku, penyesuaian psikososial, dan kemampuan akademis
yang buruk. Identifikasi dan intervensi secara dini diperlukan untuk mencegah
terjadinya gangguan dan hambatan tersebut.2,6,7 Oleh karena itu, periode yang
tepat untuk melakukan deteksi dini ialah usia 1-3 tahun.
Keterlambatan berbicara (speech delayed) merupakan satu diantara banyak
hambatann yang banyak ditemui dalam pertumbuhan anak. Hambatan ini kian
meningkat setiap harinya dengan data kejadian dalam hambatan berbicara dan
berbahasa sekitar 5-15% pada anak belum sekolah (Madyawati, 2016:90).
Dibeberapa negara, masalah keterlambatan bicara memiliki persentasi yang cukup
tinggi, namun penanganan serta penelitian mendalam mengenai masalah belum
mendalam, sehinga mengingatkan gangguan speech delayed masih dalam situasi
yang masih belum tertangani dengan baik, bisa jadi sebagai orang tua yang
mempunyai anak dengan masalah keterlambatan bicara ini mengalami berbagai
kesulitan mengasuh anaknya, begitu juga guru mendidiknya.
Faktor lain penyebab keterlambatan berbicara anak dapat juga disebabkan oleh
faktor di luar organ tubuh seperti lingkungan yang kurang mendapatkan stimulasi
yang cukup atau pemakaian dua bahasa. Namun, apabila penyebabnya faktor
lingkungan biasanya keterlambatan yang terjadi tidak terlalu berat Judarwanto
(2006). Keterlambatan berbicara pada anak adalah salah satu kelainan yang sering
dialami oleh anak-anak. Sastra (2010) menyatakan bahwa keterlambatan bicara
terjadi pada 1 dari 12 atau 5-8% dari anak-anak prasekolah. Hal ini mencakup
gangguan berbicara 3% dan gagap 1%. Pada penelitian lain, Soetjiningsih (1994)
manyatakan bahwa keterlambatan bicara 0,9 % pada anak dibawah umur 5 tahun
dan 1,94% pada anak usia 5-14 tahun.
Penyebab utama speech delayed, yaitu kurangnya stimulasi atau rangsangan
berbicara dan komunikasi. Adapun faktor lainnya yang menyebabkan
keterlambatan berbicara pada anak yaitu jarangnya terjadi komunikasi, faktor
hiburan dan lingkungan seperti menonton televisi, gadget, pola asuh, pertemanan,
penggunaan bahasa bilingual, gangguan perkembangan otak, gangguan pada
pendengaran. Dampak yang ditimbulkan dari keterlambatan bicara pada anak
dapat sangat berdampak untuk masa depan, menurut Prof. Charles Nyiokiektjien
mengatakan tentang bagaimana risiko anak-anak terlambat berbicara bahwa anak-
anak yang terlambat bicara mempunyai risiko jauh lebih besar mengalami masalah
kejiwaan dan gangguan perilaku. Jadi jangan main-main jika mendapati anak kita
yang terlambat bicara (Van Tieal, 2016:152).
Bentuk dari kecemasan orangtua dalam meghadapi anak terlambat bicara
berupa kekhawatiran atas masa depan anak, biaya finansisal yang harus
dikeluarkan dan kerepotan – kerepotan dari dampak yang ditimbulkan akan
menjadi beban yang dipikul oleh orangtua. Pemahaman orangtua yang belum
mengetahui mengenai keterlambatan bicara pada anak ini juga yang menimbulkan
tingkat kecemasan orangtua meningkat. Namun jika orangtua melakukan deteksi
sedari dini kelainan atau gangguan terlambat bicara, maka semakin baik pula
untuk pemulihannya dan penanganannya. Semakin cepat diketahui penyebab,
gejala, maka sedari dini menyadari dan menstimulus anak. Dan para orangtua
sebagai figur utama diharapkan mengetahui tentang fase tumbuh kembang anak,
sehingga dapat mendampingi dan mengurangi resiko terhambatnya tumbuh
kembang anak. Dengan cara memberikan edukasi atau pembekalan pengetahuan
untuk orangtua tentang speech delayed utamnya. Kemudian untuk penangan anak
yang terdeteksi mengalami keterlambatan bicara, ada beberapa cara penangananya
salah satunya yaitu dengan terapi wicara yang bisa di lakukan atau terapi kecil
yang bisa dilakukan di rumah, namun yang paling utama adalah peranan orangtua
untuk meluangkan waktu agar sikecil bisa bicara dengan mengajaknya dan
memberikan rangsangan stimulus untuk meningkatkan kemampuan bicara anak.
Semakin cepat diketahui penyebab, gejala, maka sedari dini menyadari dan
menstimulus anak. Dan para orangtua sebagai figur utama diharapkan mengetahui
tentang fase tumbuh kembang anak, sehingga dapat mendampingi dan mengurangi
resiko terhambatnya tumbuh kembang anak. Dengan cara memberikan edukasi
atau pembekalan pengetahuan untuk orangtua tentang speech delayed utamnya.
Kemudian untuk penangan anak yang terdeteksi mengalami keterlambatan bicara,
ada beberapa cara penangananya salah satunya yaitu dengan terapi “Mobile
Application” yang bisa di lakukan atau terapi kecil yang bisa dilakukan di rumah,
namun yang paling utama adalah peranan orangtua untuk meluangkan waktu agar
sikecil bisa bicara dengan mengajaknya dan memberikan rangsangan stimulus
untuk meningkatkan kemampuan bicara anak.
B. Tujuan .
Untuk membandingkan isi jurnal dengan realita klinis.
BAB II
RESUME & KRITIK JURNAL
A. Resume Jurnal
1. Judul Jurnal Penelitian
“The Use Of Mobile Application To Support Speech Delay Children In Malaysia:
A Preliminary Study”
2. Nama Peneliti
Rhine Mariam Mohamad
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Malaysia
4. Tujuan Peneliti
Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi penggunaan aplikasi mobile untuk
mendukung anak-anak dengan keterlambatan bicara dalam masyarakat
Malaysia
5. Pendahuluan (Introduction)
Secara umum, seorang anak dianggap memiliki keterlambatan bicara jika
perkembangan bicara anak jauh di bawah norma untuk anak-anak pada usia yang
sama (Leung & Kao, 1999). Ada berbagai penyebab keterlambatan bicara yang
mungkin termasuk keterbelakangan mental, pendengaran loss, pematangan delay,
ekspresif bahasa kekacauan, dua bahasa, perampasan psikososial, autisme, sifat
bisu elektif, afasia reseptif dan cerebral palsy. Dalam penelitian ini, konsentrasi
diberikan kepada kasus sederhana keterlambatan perkembangan bicara. Sederhana
perkembangan keterlambatan bicara seperti yang didefinisikan oleh McRae &
Vickar (1991) adalah jenis keterlambatan bicara yang tidak ada hubungannya
dengan penyebab seperti yang dinyatakan oleh Leung & Kao (1999). Biasanya,
untuk anak-anak dengan keterlambatan perkembangan sederhana, penyebab tidak
diketahui, namun pidato minimal atau mungkin tidak ada pidato sama sekali.
6. Metode (Method)
Desain penelitian dari penelitian ini adalah kualitatif dan berdasarkan metodologi
studi kasus.Metode penelitian meliputi observasi penggunaan kebutuhan khusus
anak-anak dari aplikasi mobile serta wawancara dengan orang tua. NVivo akan
digunakan untuk menganalisis data. Penelitian ini menggunakan pendekatan dua-
cabang untuk berkontribusi pada tubuh pengetahuan di bidang mobile learning
dan pendidikan kebutuhan khusus di sekolah-sekolah Malaysia.
7. Hasil (Result)
Berkenaan dengan wawancara dengan orang tua, orang tua responden
menyebutkan bahwa responden mulai menunjukkan minat belajar setelah
ditampilkan bagian interaktif dalam aplikasi. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan
pembelajaran melalui aplikasi mobile adalah teknik yang efektif untuk mengajar
anak-anak dengan kebutuhan khusus. Wawancara di bawah ini menunjukkan
bahwa aplikasi mobile adalah alat belajar yang cocok untuk digunakan oleh anak-
anak keterlambatan bicara.
8. Analisa (Analysis)
Introduction
Methods
Result
Analisis data Pengumpulan data meliputi pengamatan
selama penggunaan aplikasi mobile serta
wawancara dengan orang
tua. NVivo digunakan untuk
menganalisis data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini.
Danubianu, M., Tobolcea, I., & Pentiuc, SG, 2009, Advanced Technology dalam
Pidato Disorder Terapi Rumania Bahasa. Jurnal komputasi. Keller, JM, dan Suzuki, K., 1988,
Penggunaan Model Motivasi ARCS di Courseware Desain. Dalam DH Jonassen (ed.),
Instructional Desain untuk Microcomputer Courseware. Hillsdale,NJ: Erlbaum.
Leung, AKC & Pion Kao, C., 1999, Evaluasi dan Manajemen Anak dengan Pidato
Penundaan. American Family Physician. [Online] Tanggal akses: 23/5/2016.
http://www.aafp.org/afp/990600ap/3121.html
Mcrae, KM Dan Vickar, E., 1991, Simple Developmental Pidato Penundaan: Sebuah
Follow-Up Study. Perkembangan Kedokteran & Anak Neurology, 33, 868- 874
Mohd Yusof, A., Sarojini Daniel, EG, Low, WY & Abdul Aziz, K., 2014, persepsi
guru edutainment mobile untuk kebutuhan khusus peserta didik: kasus Malaysia,
International Journal of Pendidikan Inklusif, DOI: 10,1080 / 13603116.2014.885595
Mohamad, M. & Phung, LF, 2015, Ray of Hope: Sebuah Tinjauan Ponsel Assistive
Technology untuk Pendidikan Khusus Perlu di Malaysia. Makalah yang disajikan pada 8 th
Woo, PJ, & Teoh, HJ, 2007, Sebuah penyelidikan dari masalah kognitif dan perilaku
pada anak-anak dengan gangguan hiperaktif defisit perhatian dan keterlambatan bicara.
Malaysia Journal of Psychiatry.
LAPORAN RESUME KELUARGA
TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA LANSIA
PADA KELUARGA Bpk. K DI DESA SEMPOR LOR RT 02 RW 01 KECAMATAN
KALIGONDANG KABUPATEN PURBALINGGA
Disusun oleh:
UMAMI BUDIARTI
1811040039
No Nama Penampilan Status Kesehatan Saat ini Riwayat Penyakit/Alergi Analisis Masalah
Umum Kesehatan Individu
1. Tn. K Baik Tidak mengalami masalah Tidak ada riwayat Tn K. mengatakan pada
kesehatan. penyakit menular / saat sakit memeriksakan
keturunan yang lainnya ke tenaga kesehatan
dan tidak ada alergi baik
makanan/minuman
2. Ny. R Baik Ny. R mengalami penyakit Tidak ada riwayat Ny. R mengatakan sedang
hipertensi kurang lebih selama penyakit menular / menjalani pengobatan
5 tahun dan sekarang ini keturunan yang lainnya untuk penyakit hipertensi
menjalani pengobatan dengan dan tidak ada alergi baik
meminum obat amlodiphine makanan/minuman
setiap hari untuk mengontrol
tekanan darah.
TUK 4 :
a. Mendiskusikan dengan keluarga tentang
menciptakan atau memodifikasi lingkungan
yang aman apabila ada anggota keluarga yang
menderita hipertensi.
b. Menganjurkan keluarga untuk memotivasi
anggota keluarga yang menderita hipertensi
agar mengubah pola hidup menjadi sehat agar
tidak bertambah bahaya.
TUK 5 :
1. Menjelaskan kepada keluarga tentang fasilitas
kesehatan yang dapat digunakan dan
manfaatnya
2. Mengajarkan kepada keluarga untuk
menggunakan fasilitas kesehatan jika terjadi
sesuatu pada anggota keluarga.
DOKUMENTASI