Internal Audit - Sejarah, Perkembangan, Dan Gambaran Umum
Internal Audit - Sejarah, Perkembangan, Dan Gambaran Umum
INTERNAL AUDITING
“Audit Internal: Sejarah, Perkembangan, dan Gambaran Umum”
Disusun Oleh
Kelompok 4:
Ferdy Wahyudi YD
Angga Dilla Pratama
Lilik Alfia
Dinda Anggraini
Kelas: R-011
UNIVERSITAS JAMBI
Penulis
i
DAFTAR ISI
3.1. Kesimpulan................................................................................................................. 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pengelolaan perusahaan. Selain itu, internal audit harus memberikan masukan sebagai upaya
pencapaian strategi bisnis perusahaan, mengevaluasi pengelolaan risiko usaha dan
memberikan rekomendasi perbaikan atas prosedur dan pengendalian terhadap proses-proses
bisnis perusahaan serta evaluasi kecukupan indikator kinerja perusahaan dari segi efisiensi
dan efektivitas.
Aktivitas internal audit juga perlu menyadari bahwa tata kelola bukanlah merupakan
himpunan proses dan struktur yang berdiri sendiri, terpisah dari sistem lainnya. Tata kelola
juga memiliki keterkaitan dengan manajemen risiko dan juga pengendalian internal.
Aktivitas tata kelola yang efektif memperimbangkan risiko pada saat menyusun strategi.
Sebaliknya manajemen risiko didasarkan pada tata kelola yang efektif. Sementara itu,
pengendalian dan risiko juga saling terkait, mengingat pengendalian merupakan “setiap
tindakan yang diambil oleh manajemen, dewan komisaris, dan pihak-pihak lain untuk
mengelola risisko dang meningkatkan kemungkinan bahwa sasaran yang ditetapkan akan
dapat dicapai.”
1.2.Perumusan Masalah
Atas dasar penentuan latar belakang dan identidikasi masalah diatas, maka dapat
diambil perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa definisi audit internal?
2. Bagaimana sejarah dan perkembangan audit internal dari waktu ke waktu?
3. Apa tujuan dilakukannya audit internal?
4. Praktik audit apa saja yang dilakukan dalam audit internal?
5. Apa perbedaan antara auditor internal dengan auditor eksternal?
6. Standar apa yang digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan praktik audit internal?
7. Kode etik apa yang harus dipatuhi oleh seorang auditor internal?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Audit Internal
Sawyer, Dittenhofer, and Scheiner (2009) dalam bukunya yang berjudul “Audit
Internal Sawyer” mengemukakan bahwa audit internal adalah:
Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan
auditor internal terhadap operasi dan pengendalian yang berbeda-beda dalam
organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan operasi telah
akurat dan dapat diandalkan; (2) risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi
dan diminimalisasi; (3) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal
yang bisa diterima telah diikuti; (4) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi;
(5) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis; dan (6) tujuan
organisasi telah dicapai secara efektif-semua dilakukan dengan tujuan untuk
dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam
menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.
Tetapi dengan makin berkembangnya bisnis dan teknologi, definisi tersebut di atas
tidak lagi cukup mengantisipasi kebutuhan stakeholders sehingga Institute of Internal
Auditors pada bulan Juni 1999 melakukan redefinisi Internal Auditing dengan perubahan
yang cukup substansial.
Redefinisi internal auditing yang telah ditetapkan oleh IIA’S Board of Directors
adalah sebagai berikut:
“Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting activity
designed to add value and improve an organizations/operations. It help an
organization accomplish its objectives by bringing systematis, diciplined approach
to evaluate and improve the effectiveness of risk meanagement, control and
governance processes.
Lalu kemudian definisi internal audit di atas diadopsi oleh Konsorsium organisasi
profesi Auditor Internal di Indonesia menjadi sebagai berikut:
Audit internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan
obyektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan
kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai
tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi
dan meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian, dan proses
governance.
3
2.2. Sejarah dan Perkembangan Audit Internal
Audit internal telah berkembang dari sekadar profesi yang hanya memfokuskan
diri pada masalah-masalah teknik akuntansi menjadi profesi yang memiliki orientasi
memberikan jasa bernilai tambah bagi manajemen.
Audit internal modern menyediakan jasa-jasa yang mencakup pemeriksaan dan
penilaian atas kontrol, kinerja, risiko, dan tata kelola (governance) perusahaan publik
maupun privat. Dulunya auditor internal pernah dianggap sebagai “lawan” pihak
manajemen, sekarang auditor internal mencoba menjalin kerja sama yang produktif
dengan klien melalui aktivitas-aktivitas yang memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
Karena pergeseran pandangan atas fungsi audit internal ini baru terjadi akhir-akhir ini saja,
maka audit internal yang memiliki aspek kerja yang lebih luas ini sering disebut sebagai
audit internal modern.
Sejarah audit internal menunjukkan bahwa profesi ini telah berkembang secara
sistematik, mengikuti perubahan yang terjadi di dunia usaha. Setidaknya ilmu dan profesi
audit internal telah dimulai pada 3.500 SM. Catatan sejarah mengenai peradaban
Mesopotamia menunjukkan adanya tanda-tanda kecil yang dibuat di samping angka-angka
transaksi-transaksi keuangan. Kontrol internal, sistem verifikasi, dan konsep pembagian
tugas kemungkinan telah dilakukan pada masa-masa itu.
Sejarah mencatat bahwa masyarakat Mesir, Cina, Persia, dan Yahudi pada abad-abad
permulaan juga menerapkan sistem yang sama. Orang-orang Yunani sangat
mementingkan kontrol atas transaksi-transaksi keuangan. Catatan sejarah tentang
masyarakat Yunani menunjukkan diperlukannya prosedur otorisasi dan verifikasi.
Kerajaan Romawi kuno menerapkan “sistem dengan laporan”. Seorang karyawan akan
membandingkan catatannya dengan karyawan lain.
Ketika Kerajaan Romawi jatuh, sistem moneter dan kontrol internal pun ikut hancur.
Baru pada akhir abad pertengahan para penguasa meminta bukti penerimaan yang menjadi
hak mereka. Para raja dan hakim menerapkan audit awal, yang kemudian diikuti oleh abdi
negara yang ditunjuk selanjutnya.
Perdagangan Italia yang ekspansif pada abad ke-13 membutuhkan pencatatan yang
lebih rumit sehingga lahirlah sistem pembukuan berpasangan (double-entry), yakni setiap
transaksi dicatat baik pada sisi debit maupun kredit.
Audit sebagaimana yang dikenal sekarang, dimulai ketika terjadi revolusi industri di
Inggris. Perusahaan-perusahaan mempekerjakan akuntan untuk memeriksa catatan
keuangannya. Lebih dari sekadar “mendengarkan”, verifikasi audit kemudian berkembang
4
menjadi verifikasi catatan tertulis dan perbandingan angka-angka yang tertera pada jurnal
dengan bahan bukti dokumennya.
Audit, bersamaan dengan investasi yang dilakukan orang-orang Inggris pada
perusahaan-perusahaan Amerika Serikat, dan mereka menginginkan adanya verifikasi
independen atas investasi mereka. Auditor-auditor Inggris membawa metode dan prosedur
audit yang kemudian diadaptasi Kolonial Inggris demi kepentingan mereka sendiri.
Munculnya Undang-undang Perusahaan Inggris menyebabkan pentingnya
pertanggungjawaban kepada investor. Amerika Serikat tidak memiliki undang-undang
seperti ini , sehingga audit merupakan pengganti yang memenuhi kebutuhan para
pengusaha.
Setelah Perang Dunia I, perekonomian Amerika Serikat mengalami peningkatan.
Banyak perusahaan mempublikasikan laporan keuangan yang diaudit meskipun tidak
disyaratkan. Namun pada umumnya audit lebih ditujukan untuk kepentingan para bankir
yang mencurigai pelaporan di neraca yang kelihatannya terlalu optimis, sehingga
memerlukan verifikasi yang independen dan dapat dipercaya.
Perkembangan audit internal selanjutnya bisa dikatakan bersumber dari
meningkatnya kompleksitas operasi perusahaan dan pemerintahan. Pertumbuhan
perusahaan membatasi kemampuan manajer untuk mengawasi masalah operasional
sehingga menjadikan audit internal sebuah fungsi yang semakin penting.
5
lingkungan kerja dan sekeliling, pengendalian terhadap bahaya, risiko yang diambil
perusahaan.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu disusun suatu internal audit program yang
teratur dan efektif, audit program tersebut harus selalu ditingkatkan dari waktu ke waktu.
6
yang diperlukan manajer secara efektif, dan bertindak sebagai penilai independen untuk
menelaah operasional perusahaan dengan mengukur dan mengevaluasi kecukupan kontrol
serta efisiensi dan efektivitas kinerja perusahaan.
7
Dalam tabel dibawah ini dapat dilihat perbandingan karakteristik antara auditor
internal dan eksternal.
Auditor Internal Auditor Eksternal
Merupakan karyawan perusahaan, atau Merupakan orang yang independen di luar
bisa saja merupakan entitas independen. perusahaan.
Melayani kebutuhan organisasi, meskipun Melayani pihak ketiga yang memerlukan
fungsinya harus dikelola perusahaan. informasi keuangan yang dapat
diandalkan.
Fokus pada kejadian-kejadian di masa Fokus pada ketepatan dan kemudahan
depan dengan mengevaluasi kontrol yang pemahaman dari kejadian-kejadian masa
dirancang untuk meyakinkan pencapaian lalu yang dinyatakan dalam laporan
tujuan organisasi. keuangan.
Langsung berkaitan dengan pencegahan Sekali-sekali memerhatikan pencegahan
kecurangan dalam segala bentuknya atau dan pendeteksian kecurangan secara
perluasan dalam setiap aktivitas yang umum, namun akan memberikan perhatian
ditelaah. lebih bila kecurangan tersebut akan
memengaruhi laporan keuangan secara
material.
Independen terhadap aktivitas yang Independen terhadap manajemen dan
diaudit, tetapi siap sedia untuk dewan direktur baik dalam kenyataan
menanggapi kebutuhan dan keiniginan maupun secara mental
dari semua tingkatan manajemen.
Menelaah aktivitas secara terus-menerus. Menelaah catatan-catatan yang
mendukung laporan keuangan secara
periodik-biasanya sekali setahun.
Sumber: Sawyer et al. (2009)
Auditor internal memiliki peranan penting dalam semua hal yang berkaitan dengan
pengelolaan perusahaan dan risiko-risiko dalam menjalankan usaha. Auditor internal harus
melakukan kontrol di bidang akuntansi. Sedangkan auditor eksternal bertujuan untuk
menetukan kewajaran atas penyajian laporan keuangan perusahaan apakah telah sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (Generally Accepted Accounting
Principles-GAAP) dan diterapkan secara konsisten. Maka dari itu auditor internal dan
eksternal harus berkoordinasi. Teknik-teknik yang digunakan dalam audit keuangan, baik
yang dilakukan auditor eksternal maupun internal bisa jadi serupa, namun tujuan dan hasil
yang diharapkan bisa berbeda. Mereka mencerminkan dua profesi yang berlainan yang
harus saling menghargai satu sama lain dan memanfaatkan kelebihan masing-masing.
Dilihat dari tanggung jawabnya, perbedaan karakteristik auditor internal dengan auditor
eksternal dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
8
Keterangan Auditor Internal Auditor Eksternal
Pemberi Kerja Perusahaan dan unit-unit Kantor Akuntan Publik
pemerintah.
Organisasi Nasional Konsorsium Profesi IAI Kompartemen Akuntan
Auditor Internal Publik
Gelar Sertifikasi Qualified Internal Auditor Bersertifikat Akuntan
(Certified Internal Auditor) Publik (Certified Public
Accountant)
Lisensi untuk Praktek Tidak ada Ada
Tanggung Jawab Utama Kepada dewan komisaris Kepada pihak ketiga
Ruang Lingkup Semua aktivitas dalam Terutama laporan
organisasi keuangan
9
Di Indonesia, konsorsium organisasi Profesi Auditor Internal yang terdiri atas Forum
Komunikasi Satuan atau Pengawas Intern BUMN/BUMD, Dewan Sertifikasi Qualified
Internal Auditor, Perhimpunan Auditor Internal Indonesia, dan Yayasan Pendidikan
Internal Auditor (YPIA) pada tanggal 24 Mei 2004 telah mengeluarkan Buku Standar
Profesi Audit Internal (SPAI). Berdasarkan buku tersebut, Standar Profesi Audit Internal
adalah sebagai berikut:
STANDAR PROFESI
STANDAR ATRIBUT
1000 Tujuan, Kewenangan, dan Tanggung Jawab
Tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab fungsi audit internal harus
dinyatakan secara formal dalam Charter Audit internal konsisten dengan
Standar Profesi Audit Internal (SPAI), dan mendapat persetujuan dari
Pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi.
1100 Independensi dan Objektivitas
Fungsi audit internal harus independen, dan auditor internal harus objektif
dalam melaksanakan pekerjaannya.
1110 Independensi Organisasi
Fungsi audit internal harus ditempatkan pada posisi yang
memungkinkan fungsi tersebut memenuhi tanggung jawabnya.
Independensi akan meningkat jika fungsi audit internal memiliki akses
komunikasi yang memadai terhadap Pimpinan dan Dewan Pengawas
Organisasi.
1120 Objektivitas Auditor Internal
Auditor internal harus memiliki sikap mental yang objektif, tidak
memihak dan menghindari kemungkinan timbulnya pertentangan
kepentingan (conflict of interest).
1130 Kendala terhadap Prinsip Independensi dan Objektifitas
Jika prinsip independensi dan objektifitas tidak dapat dicapai baik secara
fakta maupun dalam kesan, hal ini harus diungkapkan kepada pihak yang
berwenagn. Teknis dan rincian pengungkapan ini tergantung kepada
alasan tidak terpenuhinya prinsip independensi dan objektifitas tersebut.
1200 Keahlian dan Kecermatan Profesional
Penugasan harus dilaksanakan dengan memperhatikan keahlian dan
kecermatan profesional.
10
1210 Keahlian
Auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab
perorangan. Fungsi audit internal secara kolektif harus memiliki atau
memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang
dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawabnya.
1220 Kecermatan Profesional
Auditor internal harus menerapkan kecermatan dan keterampilan yang
layaknya dilakukan oleh seorang auditor internal yang pruden dan
kompeten.
1230 Pengembangan Profesional yang Berkelanjutan (PPL)
Auditor internal harus meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
kompetensinya melalui Pengembangan Profesional yang berkelanjutan.
1300 Program Jaminan dan Peningkatan Kualitas Fungsi Audit Internal
Penanggung jawab Fungsi Audit Internal harus mengembangkan dan
memelihara program jaminan dan peningkatan kualitas yang mencakup
seluruh aspek dari fungsi audit internal dan secara terus-menerus memonitor
efektivitasnya. Program ini mencakup penilaian kualitas internal dan eksternal
secara periodik serta pemantauan internal yang berkelanjutan. Program ini
harus dirancang untuk membantu fungsi audit internal dalam menambah nilai
dan meningkatkan operasi perusahaan serta memberikan jaminan bahwa
fungsi audit internal telah sesuai dengan Standar dan Kode Etik Audit Internal.
1310 Penilaian terhadap Program Jaminan dan Peningkatan Kualitas
Fungsi audit internal harus menyelenggrakan suatu proses untuk
memonitor dan menilai efektivitas Program Jaminan dan Peningkatan
Kualitas secara keseluruhan. Proses ini harus mencakup penilaian
(assesment) internal maupun eksternal.
1320 Pelaporan Program Jaminan dan Peningkatan Kualitas
Penanggung jawab fungsi audit internal harus melaporkan hasil reviu
dari pihak eksternal kepada Pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi.
1330 Pernyataan Kesesuaian dengan SPAI
Dalam laporan kegiatan periodiknya, auditor internal harus memuat
pernyataan bahwa aktivitasnya ‘dilaksanakan sesuai dengan Standar
11
Profesi Audit Internal’. Pernyataan ini harus didukung dengan hasil
penilaian program jaminan kualitas.
1340 Pengungkapan atas Ketidakpatuhan
Dalam hal terdapat ketidakpatuhan terhadap SPAI dan Kode Etik yang
mempengaruhi ruang lingkup dan aktivitas fungsi audit internal secara
signifikan, maka hal ini harus diungkapkan kepada Pimpinan dan Dewan
Pengawas Organisasi.
STANDAR KINERJA
2000 Pengelolaan Fungsi Audit Internal
Penanggung jawab fungsi audit internal secara efektif dan efisien untuk
memastikan bahwa kegiatan fungsi tersebut memberikan nilai tambah bagi
organisasi.
2010 Perencanaan
Penanggung jawab fungsi audit internal harus menyusun perencanaan
yang berbasis risiko (risk-based plan) untuk menetapkan prioritas
kegiatan audit internal, konsisten dengan tujuan organisasi.
2020 Komunikasi dan Persetujuan
Penanggung jawab fungsi audit internal harus mengkomunikasikan
rencana kegiatan audit, dan kebutuhan sumber daya kepada Pimpinan
dan Dewan Pengawas Organisasi untuk mendapat persetujuan.
Penanggungjawab fungsi audit internal juga harus mengkomunikasikan
dampak yang mungkin timbul karena adanya keterbatasan sumber daya.
2030 Pengelolaan Sumber Daya
Penanggung jawab fungsi audit internal harus memastikan bahwa
sumber daya fungsi audit internal sesuai, memadai, dan dapat digunakan
secara efektif untuk mencapai rencana-rencana yang telah disetujui.
2040 Kebijakan dan Prosedur
Penanggung jawab fungsi audit internal harus menetapkan kebijakan dan
prosedur sebagai pedoman bagi pelaksanaan kegiatan fungsi audit
internal.
2050 Koordinasi
Penanggung jawab fungsi audit internal harus berkoordinasi dengan
pihak internal eksternal organisasi yang melakukan pekerjaan audit
12
untuk memastikan bahwa lingkup seluruh penugasan tersebut sudah
memadai dan meminimalkan duplikasi.
2060 Laporan Kepada Pimpinan dan Dewan Pengawas
Penanggung jawab fungsi audit internal harus menyampaikan laporan
secara berkala kepada pimpinan dan dewan pengawas mengenai
perbandingan rencana dan realisasi yang mencakup sasaran, wewenang,
tanggung jawab, dan kinerja fungsi audit internal. Laporan ini harus
memuat permasalahan mengenai risiko, pengendalian, proses
governance, dan hal lainnya yang dibutuhkan atau diminta oleh
pimpinan dan dewan pengawas.
2100 Lingkup Penugasan
Fungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi terhadap
peningkatan proses pengelolaan risiko, pengendalian, dan governance, dengan
menggunakan pendekatan yang sistematis, teratur, dan menyeluruh.
2110 Pengelolaan Risiko
Fungsi audit internal harus membantu organisasi dengan cara
mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko signifikan dan memberikan
kontribusi terhadap peningkatan pengelolaan risiko dan sistem
pengendalian internal.
2120 Pengendalian
Fungsi audit internal harus membantu organisasi dalam memelihara
pengendalian internal yang efektif dengan cara mengevaluasi
kecukupan, efisiensi dan efektivitas pengendalian tersebut, serta
mendorong peningkatan pengendalian internal secara
berkesinambungan.
2130 Proses Governance
Fungsi audit internal harus menilai dan memberikan rekomendasi yang
sesuai untuk meningkatkan proses governance dalam mencapai tujuan-
tujuan berikut:
a. Mengembangkan etika dari nilai-nilai yang memadai di dalam
organisasi.
b. Memastikan pengelolaan kinerja organisasi yang efektif dan
akuntabilitas.
13
c. Secara efektif mengkomunikasikan risiko dan pengendalian kepada
unit-unit yang tepat di dalam organisasi.
d. Secara efektif mengkoordinasikan kegiatan dari dan
mengkomunikasikan informasi diantara pimpinan, dewan pengawas,
auditor internal dan eksternal serta manajemen.
2200 Perencanaan Penugasan
Auditor internal harus mengembangkan dan mendokumentasikan rencana
untuk setiap penugasan yang mencakup ruang lingkup, sasaran, waktu dan
alokasi sumber daya.
2210 Sasaran Penugasan
Sasaran untuk setiap penugasan harus ditetapkan.
2220 Ruang Lingkup Penugasan
Agar sasaran penugasan tercapai maka fungsi audit internal harus
mempunyai ruang lingkup penugasan penugasan yang memadai.
2230 Alokasi Sumber Daya Penugasan
Auditor internal harus menentukan sumber daya yang sesuai untuk
mencapai sasaran penugasan. Penugasan staf harus didasarkan pada
evaluasi atas sifat dan kompleksitas penugasan, keterbatasan waktu, dan
ketersediaan sumber daya.
2240 Program Kerja Penugasan
Auditor internal harus menyusun dan mendokumentasikanprogram kerja
dlam rangka mencapai sasaran penugasan.
2300 Pelaksanaan Penugasan
Dalam melaksanakan audit, auditor internal harus mengidentifikasi,
menganalisis, mengevaluasi, dan mendokumentasikan informasi yang
memadai untuk mencapai tujuan penugasan.
2310 Mengidentifikasi Informasi
Auditor internal harus mengidentifikasi informasi yang memadai,
handal, relevan, dan berguna untuk mencapai sasaran penugasan.
2320 Analisis dan Evaluasi
Auditor internal harus mendasarkan simpulan dan hasil penugasan pada
analisis dan evaluasi yang tepat.
14
2330 Dokumentasi Informasi
Auditor internal harus mendokumentasikan informasi yang relevan
untuk mendukung simpulan dan hasil penugasan.
2340 Supervisi Penugasan
Setiap penugasan harus disupervisi dengan tepat untuk memastikan
tercapainya sasaran, terjaminnya kualitas, dan meningkatnya
kemampuan staf.
2400 Komunikasi Hasil Penugasan
Auditor internal harus mengkomunikasikan hasil penugasannya secara tepat
waktu.
2410 Kriteria Komunikasi
Komunikasi harus mencakup sasaran dan lingkup penugasan, simpulan,
rekomendasi, dan rencana tindakannya.
2420 Kualitas Komunikasi
Komunikasi yang disampaikan baik tertulis maupun lisan harus akurat,
objektif, jelas, ringkas, konstruktif, lengkap, dan tepat waktu.
2430 Pengungkapan atas Ketidakpatuhan terhadap Standar
Dalam hal terdapat ketidakpatuhan terhadap standar yang
mempengaruhi penugasan tertentu, komunikasi hasil penugasan harus
mengungkapkan:
a. Standar yang tidak dipatuhi
b. Alasan ketidakpatuhan
c. Dampak dari ketidakpatuhan terhadap penugasan
2440 Diseminasi Hasil Penugasan
Penanggung jawab fungsi audit internal harus mengkomunikasikan hasil
penugasan kepada pihak yang berhak.
2500 Pemantauan Tindaklanjut
Penanggung jawab fungsi audit internal harus menyusun dan menjaga sistem
untuk memantau tindak-lanjut hasil penugasan yang telah dikomunikasikan
kepada manajemen.
2510 Penyusunan Prosedur Tindaklanjut
Penanggung jawab fungsi audit internal harus menyusun prosedur tindak
lanjut untuk memantau dan memastikan bahwa manajemen telah
15
melaksanakan tindak-lanjut secara efektif, atau menanggung risiko
karena tidak melakukan tindak-lanjut.
2600 Resolusi Penerimaan Risiko oleh Manajemen
Apabila manajemen senior telah memutuskan untuk menanggung risiko
residual yang sebemarnya tidak dapat diterima oleh organisasi, penanggung
jawab fungsi audit internal harus mendiskusikan masalah ini dengan
manajemen senior. Jika diskusi tersebut tidak menghasilkan keputusan yang
memuaskan, maka penanggung jawab fungsi audit internal dan manajemen
senior harus melaporkan hal tersebut kepada pimpinan dan dewan pengawas
organisasi untuk mendapatkan resolusi.
16
d. Kompetensi (Competency)
Auditor internal menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan audit internal.
2. Rules of conduct yang menggambarkan norma-norma perilaku yang diharapkan dari
auditor. Aturan-aturan ini bertujuan untuk menginterpretasikan prinsip-prinsip ke
dalam aplikasi praktis dan bermanfaat untuk menuntun perilaku atas auditor internal.
Kode etik yang dikeluarkan konsorsium organisasi profesi Auditor Internal memuat
standar perilaku sebagai pedoman bagi seluruh auditor internal di Indonesia. strandar
perilaku tersebut membentuk prinsip-prinsip dasar dalam menjalankan praktik audit
internal.
Para auditor internal wajib menjalankan tanggung jawab profesinya dengan
bijaksana, penuh martabat, dan kehormatan. Dalam menerapkan kode etik ini auditor
internal harus memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pelanggaran terhadap standar perilaku yang ditetapkan dalam kode etik ini dapat
mengakibatka dicabutnya keanggotaan auditor internal dari organisasi profesinya.
17
BAB III
PENUTUPAN
3.1. Kesimpulan
Dari materi yang telah dibahas di atas dapat disimpulkan bahwa audit internal
menjalankan fungsi pengawasan yang independen dalam perusahaan, dengan tujuan untuk
memberikan nilai tambah dan meningkatkan operasi perusahaan. Selain untuk mencapai
Good Corporate Governance, audit internal juga dilakukan untuk mendeteksi dan
mencegah indikasi praktik bad corporate governance, salah satunya adalah tindakan fraud
(kecurangan). Jadi dengan adanya audit internal, maka diharapkan segala kebijakan
pimpinan perusahaan dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, aset perusahaan dapat
diamankan dan dapat diperoleh data akuntansi yang akurat dan terpercaya.
3.2.Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak sekali kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah ini dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun mengenai pembahasan dalam makalah ini.
18
DAFTAR PUSTAKA
Sawyer, L. B., Dittenhofer, M. A., & Scheiner, J. H. (2009). Audit Internal Sawyer (D.
Adhariani, Trans. 5 ed. Vol. 1). Jakarta: Salemba Empat.
19