Pada umur lima tahun Soe Hok Gie masuk sekolah dasar Sin Hwa
scholl, sebuah sekolah khusus untuk keturunan Cina. Kemudian ia bersama
kakaknya pindah ke sekolah rakyat, tetapi karena di sekolah tersebut baru
hanya ada kelas satu sehingga Soe Hok Djin masuk kelas satu bersama Gie.
Pada tahun 1955 mereka menyelesaikan sekolah rakyat. Kedua bersaudara
ini tidak melanjutkan pada sekolah yang sama, Hok Djin melanjutkan SMP ke
Kanisius dan Hok Gie melanjutkan ke SMP Strada.
Perbedaan karakter yang terjadi pada kedua anak yang memang jelas
sangat cerdas, tingkat sensitifitas dan keinginan keduanya kuat untuk
1Ketua Bidang Hikmah, Politik, dan Kebijakan Publik Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Komisariat Supremasi Hukum Universitas Mumahammadiyah Malang Periode 2019-2020.
bersaing. Setelah lulus dari SMP Strada Soe Hok Gie melanjutkan sekolah ke
SMA Kanisius. SMA tersebut tidak sembarangan menerima siswa di Jakarta.
Walaupun Soe Hok Gie berada di lingkungan sekolahnya, tetapi Ia tetap dekat
dengan masyarakat dan temantemannya di Kebon Jeruk. Dalam masa
sekolahnya ia terkadang bolos sekolah agar bisa keluyuran ke perpustakaan
seperti di British Council atau pergi ke toko buku.
Soe Lie Piet bukanlah seorang figur ayah yang mendominasi dalam
kehidupan Hokgie. Soe Lie Piet juga tidak pernah memberikan nasehat
maupun mengarahkan kehidupan anak-anaknya untuk menempuh masa
depan. Berbanding terbalik dengan Nie Hoi An, dialah sosok yang paling
memperhatikan anak anaknya dari menyelesaikan masalah hingga
mengarahkan pendidikan anak anaknya. Nie Hoi An juga banyak berperan
dalam mendukung minat baca Hok gie. Dalam catatan hariannya pada
Minggu, 26 Januari 1958. Gie menuliskan bahwa sepulang dari Cirebon,
ibunya membawakan buku cerita Embah Djugo. Dia membaca sebagian cerita
tentang Pangeran Djenggala, dan ratu Cina. Buku tersebut menjadi bahan
bacaan Gie sebagai refrensi pengetahuannya.
2DPR-GR (Dewan Perwakilan Rakyat-Gotong Royong) dibentuk sebagai pengganti DPR hasil
pemilu tahun 1995 karena lembaga tersebut menolak RAPBN yang diajukan oleh pemerintah
orde lama saat itu.
Pergerakan Soe Hok Gie
3 Gundu adalah bola kecil dibuat dari tanah yang dibakar untuk mainan anak-anak.
4 John Maxwell. 2001. Soe Hok Gie : Pergerakan Intelektual Muda Melawa Tirani. Jakarta:
Pustaka Utama Grafiti. Hlm. 45.
5 Rudi Badil, dkk. 2010. Soe Hok Gie : Sekali Lagi. Jakarta: Kompas. Hlm. 200
Meskipun tergabung dalam organisasi Gemsos akan tetapi Gie tidak
setuju dengan adanya politik praktis yang masuk ke dunia mahasiswa atau
yang ikut serta dalam kegiatankegiatan mahasiswa di Perguruan Tinggi. Gie
sangat aktif di Gemsos dan bahkan sudah memiliki banyak kenalan dari LPKB
(Lembaga Pembina Kesatuan Bangsa). Akan tetapi kedua kegiatan dilakukan
di luar kampus atau di luar kegiatan mahasiswa Gie. Penolakan Gie terhadap
kegiatan Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus (OMEK) didalam kampus
hanya akan membuat kondisi mahasiswa tidak kondusif. Salah satu contoh
adalah organisasi-organisasi ekstra selalu mementingkan golongan masing-
masing untuk berebut kekuasaan dalam keanggotaan Senat Mahasiswa
bahkan Dewan Mahasiswa.
Alasan lain adalah karena pandangan Herman yang sama dengan Gie
yakni tidak tertarik pada politik afiliasi yang tengah berkembang di Kampus
Rawamangun, sehingga menjadikan Gie dan kawan-kawan mahasiswa
termasuk kedalam golongan independen. Gie dan kawan-kawan mahasiswa
berhasil membawa Herman Lantang pada kemenangan sebagai Ketua Senat
Periode 1964-1966. Saat Herman menjadi Ketua Senat FS-UI, Gie menjabat
sebagai pembantu staf Senat Mahasiswa FS-UI. Gie menjadi staf yang
berperan penting seperti dalam penulisan pidato sambutan atas kemenangan
Herman menjadi Ketua Senat.6
Meskipun Soe Hok Gie mempunyai pandangan politik yang kuat akan
tetapi Gie sama sekali tidak memberikan pengaruh politik pada rekan-rekan
mahasiswa di kampus Rawamangun agar mengikuti kegiatan politik kampus.
Bahkan ketika Gie banyak berperan di kegiatan Senat Mahasiswa. Rekan
mahasiswa Gie di kampus Rawamangun bersikap sinis dan apatis terhadap
politik sehingga dapat dikatakan menjadi dorongan positif mahasiswa untuk
meyakini bahwa universitas adalah tempat yang sudah seharusnya terbebas
dari pengaruh luar. Namun bukan berarti bagi Gie mahasiswa harus acuh tak
acuh dengan kondisi masyarakat sekitar dan terlepas dari pandangan moral
force mahasiswa.
7 William H. Frederick, Soeri Soeroto. 1982. Pemahaman Sejarah Indonesia: Sebelum &
Sesudah Revolusi. Jakarta: LP3ES. Hal. 397
8 R. Qoidul Anam Alimi, 2010., Agenda dibalik Temu Kangen Eks. PKI / Pakorba: mengungkap
Rahasia Peristiwa 24 Juni 2010 di RM Pakis Ruyung Banyuwangi. CICS. Hal. 78.
9 Proyek Mercusuar Soekarno adalah proyek pembangunan ibukota Indonesia yaitu Jakarta
memfasilitasi The Gamesof The New Emerging Forces (GANEFO) sebagai tandingan dari
Olimpiade yang sudah ada.
pembangunan. KAMI menggugat pemerintahan Soekarno beserta seluruh
menteri kabinetnya karena dianggap telah menyimpang dari cita cita
kemerdekaan. Gerakan kepemudaan mahasiswa tahun 1966 dilatarbelakangi
oleh faktor krisis multidimensional baik dibidang politik, sosial, dan ekonomi.
10Radikalisasi politik di kalangan mahasiswa sudah muncul sejak
Sejak memasuki masa kuliah Gie terkenal pandai dalam ilmu kuliah
juga pandai dalam menentukan sikap untuk bergaul. Sosok Gie bukan hanya
12
Rudy Badil. Opcit. Hal. 172.
sebagai sahabat karib yang hampir setiap hari mendengarkan keluh kesah
masing-masing, akan tetapi Gie juga dikenal sebagai pembimbing yang baik.
Gie dengan senang hati membimbing teman teman mahasiswa dalam mata
kuliah tertentu. Bahkan Herman yang memiliki jurusan berbeda dengan Gie,
yakni jurusan Antropologi juga sering mendapat pelajaran dari Gie karena
sosok Gie yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk terus mencari
pengetahuan dari kegemaran membaca buku dengan berbagai tema.
Kegiatan Gie lain bagi Kampus Rawamangun adalah keikutsertaan Gie dalam
Radio Universitas Indonesia (RUI).13
13
Muhammad Rifa’i. Opcit. Hal. 201.
mahasiswa dulu, yakni tabiat dosen-dosen, kolega Soe Hok Gie sekarang
dalam tulisannya “Dosen-Dosen Juga Perlu Dikontrol”. Berisikan mengenai
tingkah laku dosen bertindak sesuka hatinya yang membebani
mahasiswanya. Hingga ia meninggal bersama dengan rekannya tepat sehari
sebelum hari lahirnya 16 Desember 1969 pada umur 27 tahun.