Anda di halaman 1dari 2

Soe Hok Gie lahir di Jakarta, 17 Desember 1942.

Semenjak tahun 1956 di masa SMP Soe Hok Gie telah


mempunyai watak yang berani buat melawan aksi semena- mena. Ia telah tertarik dengan karya- karya
sastra semacam karangan Mahatma Gandhi. Di tahun 1959, dikala itu Soe Hok Gie masih mengenyam
pembelajaran di SMA Kolese Kanisius. Ia telah terbiasa dengan membaca koran serta mendengar radio
sehingga paham benar apa yang lagi terjalin di Indonesia, dikala itu ia menyadari benar demokrasi yang
sesungguhnya bukan demokrasi“…kita seolah- olah memperingati demokrasi tetapi memotong lidah-
lidah orang yang mengemukakan komentar mereka yang merugikan pemerintahan…”. Soe Hok Gie di
masa SMA telah kerap menulis pendapatnya serta dipajang di mading sekolah. Ia yakin kalau generasi
muda bertugas buat menghancurkan kekacauan yang telah terjalin semacam korupsi.

Tahun 1963, Soe Hok Gie senantiasa jadi pembicara di golongan sahabatnya tentang politik di Indonesia,
mengemukakan pendapatnya dengan tujuan menggerakkan generasi muda dalam memperjuangkan
kebenaran di tengah kekacauan politik semacam kapitalisme yang dikala itu menggila di Indonesia.
Sebab pemikirannya, seseorang pimpinan partai sosialis memintanya bergabung dalam kampanye.
Sempat sesuatu kali Soe Hok Gie berkesempatan buat menemui Soekarno. Baginya, Soekarno
mempunyai 3 gelar semacam raja- raja, semacam gelar politik, gelar militer serta gelar agama. Sebab itu
dia berlagak semacam raja- raja terdahulu; beristri banyak serta mendirikan keraton- keraton. Soekarno
menentang nasionalis. Soe Hok Gie berkomentar kalau lebih baik mengatakan tidak pada Soekarno

Di tengah gencarnya ia mengemukakan pendapatnya tentang politik beserta idealis pemikirannya, ia


pula dekat dengan seseorang perempuan bernama Ira, perempuan ini kerapkali muncul serta
mencermati ceramah Soe Hok Gie dengan seksama. Sesuatu kala Soe Hok Gie berjumpa kembali dengan
sahabat lamanya, Han, yang menunjang gerakan komunis. Namun tidak untuk Soe Hok Gie, ia lebih
memilah tidak terhadap seluruh partai sebab baginya itu seluruh merupakan game politik. Di UI dikala
itu telah terdapat banyak partai serta kalangan yang masuk kedalam universitas dari GMNI( Gerakan
Mahasiswa Nasional Indonesia), HMI( Himpunan Mahasiswa Islam), PMKRI( Persatuan Mahasiswa
Katholik Republik Indonesia). Tetapi Soe Hok Gie berharap kalau mahasiswa bisa memilah keputusan
atas prinsip berusia tanpa mengaitkan agama, ras, ormas ataupun kalangan manapun.“ Bagiku sendiri
politik merupakan benda yang sangat kotor” begitulah ungkapannya terhadap pemikirannya tentang
politik.

1 Oktober 1965, kondisi politik di Indonesia terus menjadi parah, suasana terus menjadi beresiko
dengan timbulnya kabar penculikan Ahmad Yani. Dikala itu, terdapat 2 organisasi yang mempunyai
pengaruh besar di Indonesia, ialah anti komunis serta PKI, Soekarno lebih condong ke PKI demi politik
penyeimbang.

Januari 1966, buat menghancurkan gerakan anti- komunis, Soekarno menaikkan harga- harga
sasarannya buat membuat warga takut serta kurang ingat tujuannya buat menumpas PKI. Mahasiswa UI
dikala itu bergabung jadi satu dengan tujuan menghancurkan PKI, namun Soe Hok Gie
memperhitungkan wajib terdapat penyeimbang ekonomi serta tidak boleh banyak menuntut, bila tidak
hendak terjalin‘ Chaos’.

Februari 1966, Soekarno melaporkan buat tidak membubarkan PKI serta tidak merendahkan harga,
sehingga puluhan mahasiswa kembali berdemo namun dihentikan oleh ABRI. Dimana organisasi anti-
komunis pula bergerak yang salah satunya menangkap orang- orang yang berhubungan dengan PKI serta
salah satu yang tertangkap merupakan Han, sahabat Soe Hok Gie.

Di Bali ada kejadian pembunuhan untuk mereka yang dikira PKI, total korbannya merupakan 80. 000
jiwa. Meski suasana telah genting senantiasa saja Soe Hok Gie menulis apa yang terdapat dipikirannya
tercantum apa yang sesungguhnya terjalin dalam kejadian Bali tersebut, sehingga banyak orang yang
menjauhinya.“lebih baik aku diasingkan dari pada menyerah pada kemunafikan” seperti itu perkata yang
diucapkan di tengah orang-orang yang mulai mundur dalam perjuangan. Soe Hok Gie mulai diincar oleh
orang-orang yang tidak bahagia dengan pemikirannya,. Soe Hok Gie wafat pada 16 Desember 1969,
Semeru-Jawa Timur, Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai