PT Bio Farma (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki core
business memproduksi vaksin dan antisera untuk manusia. Bio Farma sebagai
produsen vaksin dan antisera telah mendedikasikan seluruh sumber daya yang
dimilikinya untuk memproduksi vaksin dan antisera yang berkualitas Internasional
untuk mendukung Program Imunisasi Nasional dalam rangka mewujudkan
masyarakat Indonesia yang memiliki kualitas derajat kesehatan yang lebih baik.
Hal 1 dari 20
3. Sasaran Membuat atau menyusun Dokumen Perencanaan
mulai dari Tahap Persiapan & Konsep Desain, Pra
Rencana, Pengembangan Rancangan, Detail
Engineering Desain (DED), Persiapan Pelelangan sampai
dengan Tahap Pengawasan Berkala proses
pembangunan Gedung Learning and Development
Center yang harus mengacu pada Kerangka Acuan
Kerja (KAK) ini.
Hal 2 dari 20
7. Data Penunjang Data Penunjang untuk penyusunan dokumen
perencanaan Gedung Learning and Development
Center antara lain adalah :
1. Master Plan Bio Farma di lokasi tersebut
2. Dokumen Amdal (jika diperlukan)
Hal 3 dari 20
Sanitasi
Pemadam Kebakaran
Sumber air yang ada
Air hujan & air buangan
Letak saluran kota
Cara pembuangan keluar tapak
Sumur resapan
Air Kotor : cara pengolahan &
pembuangan
c. Tata Udara (HVAC)
d. Penanggulangan bahaya api dan gempa bumi.
e. Pengaman dari bahaya pencurian dan perusakan
f. Jaringan listrik
Kebutuhan daya
Sumber daya dan spesifikasinya
Cadangan apabila dibutuhkan (kapasitas,
spesifikasi)
h. Jaringan Lain (telepon, TV dan Internet).
Kebutuhan jaringan
Sistem yang dipilih.
Tersedia di semua ruangan.
Hal 4 dari 20
timbunan tanah (grading) yang berdampak pada
perubahan contour tanah eksisting secara
signifikan.
Mengingat bahwa lokasi proyek berada di Kawasan
Bandung Utara, maka Konsultan Perencana harus
memahami tentang peraturan yang berlaku pada
kawasan tersebut serta mengaplikasikan Konsep
Green Building .
Hal 5 dari 20
Kota sampai dengan terbitnya Ijin
Mendirikan Bangunan (IMB).
3. Kegiatan Tahap Pengembangan Rancangan
a. Rencana Arsitektur, beserta uraian konsep
dan visualisasi dua dan tiga dimensi.
b. Rencana Struktur, beserta uraian konsep
dan perhitungannya.
c. Rencana Utilitas mekanikal dan eletrikal
termasuk Informasi Teknologi (IT) beserta
uraian konsep dan perhitungannya.
d. Garis Besar Spesifikasi Teknik (Outline
Specifications).
e. Perkiraan Biaya Tahap Pengembangan
Rancangan.
4. Kegiatan Tahap Penyusunan Rancangan
Detail
a. Membuat Gambar-gambar Detail lengkap
meliputi antara lain :
● Rencana Tapak, skala 1 : 500 atau 1 : 200
● Rencana Situasi, skala 1 : 500 atau 1 : 200
● Denah, Tampak, Potongan, skala 1 : 100
● Denah dan Detail Rencana Lantai, Plafon,
Kusen, skala 1 : 100 sd 1 : 20
● Detail Toilet, Kuda-kuda dll, skala 1 : 50
● Gambar Pondasi, Sloof, Kolom, Balok dan
Rencana atap, skala 1 : 100 sd 1 : 20
● Detail Rencana Instalasi Mekanikal dan
Elektrikal, skala 1 : 100 sd 1 : 20
● Gambar Rencana dan Detail Interior,
skala 1 : 100 sd 1 : 20
● Gambar Rencana dan Detail Lansekap,
skala 1 : 500 sd 1 : 20
● Gambar Rancangan 3-D (image)
Perspektif Eksterior dan Interior.
b. Membuat Rencana Kerja dan Syarat-syarat
(RKS) lengkap.
c. Membuat perincian Volume Pekerjaan atau
Bill of Quantity (BQ.)
d. Membuat perhitungan Rencana Anggaran
Biaya (RAB) berikut Analisa Harga Satuan.
e. Membuat Laporan Akhir Perencanaan.
5. Kegiatan Tahap Pelelangan
Membantu Panitia dalam proses pelaksanaan
pelelangan fisik bangunan :
a. Memberikan penjelasan Dokumen Lelang
Hal 6 dari 20
(Teknis) termasuk membuat Berita Acara
Aanwijzing (Teknis).
b. Membantu Panitia dalam evaluasi
penawaran.
c. Menyusun kembali dokumen pelelangan
d. Menyusun dokumen lelang lengkap, juga
revisi dokumen lelang apabila terjadi tender
ulang.
6. Kegiatan Tahap Konstruksi
Melaksanakan Pengawasan Berkala minimal 2
(dua) kali dalam sebulan antara lain
a. Membuat penyesuaian/revisi gambar
perencanaan secara lengkap apabila terjadi
kesulitan dalam pelaksanaan pekerjaan di
lapangan akibat kurang sempurnanya
gambar rancangan Perencana
b. Memberikan penjelasan teknis dan solusi
terhadap permasalahan kepada pelaksana
apabila terdapat kesulitan dalam
pelaksanaan pekerjaan
c. Merekomendasikan penggunaan material
finishing maupun material lainnya yang
disyaratkan dalam dokumen pelaksanaan
B. Khusus
1. Konsep Desain
Komplek bangunan yang memperhatikan
penghuni di dalamnya sehingga menciptakan
lingkungan yang lebih sehat untuk hidup manusia
dan menciptakan kualitas hidupnya (Green Building
Concept).
2. Program Kebutuhan Ruang
Secara garis besar, Konsultan Perencana dapat
berpegang pada lingkup program kebutuhan
ruang sebagai berikut :
Hal 7 dari 20
3 Kamar Inap VIP Air Dingin & Hangat
Tersedia meja & kursi kerja
Jumlah +/- 20 (dua
puluh) unit
4 Lobby dan Ruang Sebagai Main Entrance
Kapasitas +/- 20 tamu
Tamu
5 Ruang Makan Kapasitas 300 – 400 kursi
3. Persyaratan Ruang
Persyaratan umum suatu ruang dititik beratkan
pada persyaratan yang berkaitan dengan
pencahayaan alam, sirkulasi udara dan
penerangan serta kebisingan.
a. Pencahayaan Alam
Dalam hal ini memenuhi syarat
pencahayaan alam pada ruangan-
ruangan yaitu untuk mendapatkan
cahaya matahari yang cukup tanpa
gangguan panas dan kesilauan,
mengingat biaya listrik di Indonesia
relatip mahal dan belum dapat
diandalkan kontinuitasnya. Hal ini dapat
diatasi dengan cara penentuan dalam
ukuran dan penempatan jendela.
Selain itu keadaan di luar ruangan dapat
pula mempengaruhi pencahayaan ruang
seperti pohon, tebing, bangunan dan
lain-lain.
Cara mengusahakan masuknya cahaya
dengan batasan-batasan sebagai berikut:
Luas jendela dan lubang cahaya
(bouven light) minimal 20 % dari luas
lantai.
Ambang bawah jendela 90 s/d 120
Hal 8 dari 20
cm di atas lantai (atau disesuaikan)
Ambang atas jendela paling rendah
30 cm di bawah plafon (atau
sesuaikan)
Cahaya yang masuk ke dalam
ruangan diusahakan lebih dominan
dari kiri.
Orientasi matahari harap diperhatikan
untuk menghindari cahaya matahari
langsung yang terlalu tajam, arah
timur barat adalah suatu yang ideal,
namun hal tersebut bukan satu-
satunya pemecahan.
Tinggi langit-langit + 3.30 meter
(atau disesuaikan).
Penempatan jendela pada dinding
yang berhubungan dengan selasar
harus sesuai dengan kebutuhan
cahaya.
Pintu dan jendela harus terlindungi
dari pengaruh cuaca yang langsung.
b. Pengendalian Kebisingan
Komunikasi lisan dalam ruangan harus
dapat berlangsung secara wajar tanpa
gangguan yang menghambat. Hal ini
dapat dicapai dengan mengatur tata-
letak ruangan sesuai dengan fungsi,
hubungan antar kegiatan demi
kelancaran komunikasi dan sirkulasi.
c. Kesehatan.
Semua ruangan harus dapat menerima
cahaya matahari, tidak lembab dan
mendapat ventilasi yang cukup.
Lubang ventilasi antara 6% s.d. 10% luas
lantai. Hal ini tergantung pada kecepatan
aliran udara yang ada (angin), ruang
yang tersedia dan iklim.
d. Keamanan.
Keamanan terhadap pencuri dapat
ditanggulangi dengan adanya
penjaga, Jendela dan pintu yang
diperkuat/dilengkapi kunci dan selot
yang baik. Bagi ruangan yang diisi
barang berharga harus diberi tralis
yang tidak mudah dicongkel (jika
tersedia biaya).
Hal 9 dari 20
Keamanan dari kemungkinan gempa
dan kebakaran didasarkan pada
penyelesaian kontruksi dan
penempatan pintu.
- Pintu ruangan, lebar > 120 cm,
tinggi minimal 210 cm (atau
disesuaikan).
- Pintu harus membuka kedalam,
tinggi pegangan antara 75 cm -
110 cm (atau disesuaikan).
e. Kenyamanan
Kenyamanan ruang tidur dapat
dicapai antara lain, keleluasaan jarak
dari para pemakai. Hal ini
diperhitungkan dalam penentuan luas
ruang dengan penempatan perabot
yang telah ditentukan.
Untuk menghindari penyinaran
langsung, dipakai overstek sesuai
dengan keperluan.
Penyinaran matahari lewat tengah
hari dapat dikurangi dengan
penanaman pohon pelindung.
f. Penerangan Buatan/Lampu
Tiap pemakai ruang dalam
melaksanakan kegiatan diwaktu
penyinaran alam berkurang, harus
dibantu dengan penerangan
buatan/lampu. Diusahakan agar
mendapat penerangan yang cukup
dan tidak menyilaukan.
Ruang Kelas, Seminar, dan Lobby,
harus mendapat penerangan yang
cukup sesuai dengan fungsinya.
12. Keluaran
Keluaran yang diminta dari Jasa Konsultansi Perencana
Hal 10 dari 20
Pembangunan Gedung Learning and Development
Center berdasarkan Kerangka Acuan Kerja adalah :
1. 6 (enam) set Dokumen Perencanaan lengkap terdiri
dari :
● 1 (satu) set dokumen asli
● 4 (empat) set rekaman
● 1 (satu) Set Softcopy (Compact Disk)
Dokumen perencanaan dengan Gambar
teknis menggunakan Program Autocad.
2. 2 (dua) Set RAB/EE Pembangunan ( 1 asli dan 1
Soft copy) yang dilengkapi dengan :
● Analisa Harga Satuan Pekerjaan
● Daftar Harga Bahan dan Upah Pekerja
● Bill of Quantity ( Daftar Volume Pekerjaan)
3. Rencana Kerja dan Syarat - syarat (RKS)
4. Laporan Perencanaan yang terdiri dari :
● Laporan Pra Rencana
● Laporan Pengembangan Rancangan
● Laporan Akhir Rancangan
5. Laporan Hasil Pengawasan Berkala rangkap 3 (tiga)
terdiri dari :
●Laporan Dua Mingguan.
●Laporan Bulanan.
●Laporan Akhir.
Hal 11 dari 20
yang tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini
yang memiliki keahlian yang diperlukan PT Bio Farma
(Persero) sebagai Pemberi Tugas.
C Tenaga Pendukung
1. Drafter (CAD Operator) Arsitektur D3 – Teknik – 3 th 2
2. Drafter (CAD Operator) Struk. / Sipil D3 – Teknik – 3 th 2
3. Drafter (CAD Operator) Mek/Elektrikal D3 – Teknik – 3 th 1
4. Administrasi Proyek D3 – Admin – 3 th 1
5. Estimator D3 – Teknik – 3 th 1
Catatan :
Tenaga Ahli harus memiliki Ijazah Pendidikan Formal, Sertifikat Keahlian (SKA) dari Asosiasi
serta menyertakan Curriculum Vitae. Disertakan juga copy sertifikat apabila pernah mengikuti
kegiatan seminar, pelatihan ataupun workshop.
17. Produksi dalam Semua kegiatan Jasa Konsultansi berdasarkan KAK ini
Negeri harus dilakukan di dalam wilayah Negara Republik
Indonesia kecuali ditetapkan lain dengan pertimbangan
kelangsungan kompetensi dalam negeri.
Hal 12 dari 20
LAMPIRAN KAK
GREEN BUILDING
1. Konsep Green Building.
Prasyarat merupakan kriteria yang harus dipenuhi dan bersifat wajib apabila
bangunan gedung tersebut akan diproses untuk mendapatkan predikat Green
Building. Apabila salah satu prasyarat tidak dipenuhi maka bangunan tersebut
tidak layak memperoleh predikat Green Building. Prasyarat tersebut antara lain :
B. Pemasangan Sub-Meter
Memasang kWh meter untuk mengukur konsumsi listrik pada setiap
kelompok beban dan sistem peralatan, yang meliputi :
- Sistem tata udara
- Sistem tata cahaya dan kotak kontak
- Sistem beban lainnya
C. Perhitungan OTTV
Menghitung dengan cara perhitungan OTTV berdasarkan SNI 03-6389-2011
atau SNI edisi terbaru tentang Konservasi Energi Selubung Bangunan pada
Bangunan Gedung.
Hal 13 dari 20
D. Meteran Air
Pemasangan alat meteran air (volume meter) yang ditempatkan di lokasi-
lokasi tertentu pada sistem distribusi air, sebagai berikut :
- Satu volume meter di setiap sistem keluaran sumber air bersih seperti
sumber PDAM atau air tanah.
- Satu volume meter untuk memonitor keluaran sistem air daur ulang.
- Satu volume meter dipasang untuk mengukur tambahan keluaran air
bersih apabila dari sistem daur ulang tidak mencukupi.
F. Refigeran Fundamental
Tidak menggunakan Chloro Fluoro-Carbon (CFC) sebagai refrigeran dan
halon sebagai bahan pemadam kebakaran.
Kategori dan kriteria yang dikeluarkan oleh GBCI mengenai Green Building
memperhatikan 6 kategori :
1. ASD - Appropriate Site Development (Tepat guna lahan)
2. EEC - Energy Efficiency and Conservation (Efisiensi dan konservasi energi)
3. WAC - Water Conservation (Konservasi Air)
4. MRC - Material, Resource and Cycle (Material sejalan dengan siklus hidup
bangunan)
5. IHC - Indoor Health and Comfort (Kesehatan dan kenyamanan dalam ruang)
6. BEM - Building Environment Management (Manajemen lingkungan
bangunan).
A. Aksesibilitas Komunitas
Hal 14 dari 20
- Membuka akses pejalan kaki selain ke jalan utama di luar tapak
yang menghubungkannya dengan jalan sekunder dan/atau lahan
milik orang lain sehingga tersedia akses ke minimal tiga fasilitas
umum sejauh 300 m jarak pencapaian pejalan kaki.
- Menyediakan fasilitas/akses yang aman, nyaman, dan bebas dari
perpotongan dengan akses kendaraan bermotor untuk
menghubungkan secara langsung bangunan dengan bangunan
lain, di mana terdapat minimal tiga fasilitas umum dan/atau
dengan stasiun transportasi masal.
- Membuka lantai dasar gedung sehingga dapat menjadi akses
pejalan kaki yang aman dan nyaman selama minimum 10 jam
sehari.
B. Transportasi Umum
- Adanya halte atau stasiun transportasi umum dalam jangkauan
(walking distance) 300 m dari gerbang lokasi bangunan.
- Menyediakan fasilitas jalur pedestrian di dalam area gedung
untuk menuju ke stasiun transportasi umum terdekat.
E. Iklim Mikro
- Menggunakan green roof sebesar 50% dari luas atap yang tidak
digunakan untuk mechanical electrical (ME).
- Menggunakan berbagai material untuk menghindari efek heat
island pada area perkerasan non-atap sehingga nilai albedo
(daya refleksi panas matahari) minimum 0,3 sesuai dengan
perhitungan.
Hal 15 dari 20
- Pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan
drainase kota dari lokasi bangunan hingga 85%, yang dihitung
menggunakan nilai intensitas curah hujan sebesar 50 mm/hari.
- Menggunakan teknologi-teknologi yang dapat mengurangi
debit limpasan air hujan.
B. Pencahayaan Alami
- Penggunaaan cahaya alami secara optimal sehingga minimal
30% luas lantai yang digunakan untuk bekerja mendapatkan
intensitas cahaya alami minimal sebesar 300 lux. Perhitungan
dapat dilakukan dengan cara manual atau dengan software.
- Ada lux sensor untuk otomatisasi pencahayaan buatan apabila
intensitas cahaya alami kurang dari 300 lux.
C. Ventilasi
Tidak mengkondisikan (tidak memberi AC) ruang WC, tangga, koridor,
dan lobi lift, serta melengkapi ruangan tersebut dengan ventilasi
alami ataupun mekanik.
Hal 16 dari 20
B. Fitur Air
Penggunaan fitur air yang sesuai dengan kapasitas buangan di bawah
standar maksimum kemampuan alat keluaran air sesuai dengan
lampiran, sejumlah minimal 75% dari total pengadaan produk fitur
air.
Alat Keluaran Air Kapasitas Keluaran Air
WC Flush Valve <6 liter/flush
WC Flush Tank <6 liter/flush
Urinal Flush Valve/Peturasan <4 liter/flush
Keran Wastafel/Lavatory <8 liter/menit
Keran Tembok <8 liter/menit
Shower <9 liter/menit
Hal 17 dari 20
- Menggunakan material yang merupakan hasil proses daur ulang
minimal bernilai 5% dari total biaya material.
- Menggunakan material yang bahan baku utamanya berasal dari
sumber daya (SD) terbarukan dengan masa panen jangka
pendek (<10 tahun) minimal bernilai 2% dari total biaya
material.
D. Kayu Bersertifikat
Menggunakan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai
dengan peraturan pemerintah tentang asal kayu (seperti faktur
angkutan kayu olahan/FAKO, sertifikat perusahaan, dan lain-lain) dan
sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal sebesar 100% biaya total
material kayu.
E. Material Prafabrikasi
Desain yang menggunakan material modular atau prafabrikasi (tidak
termasuk equipment) sebesar 30% dari total biaya material.
F. Material Regional
- Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama dan
pabrikasinya berada di dalam radius 1.000 km dari lokasi proyek
minimal bernilai 50% dari total biaya material.
- Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama dan
pabrikasinya berada dalam wilayah Republik Indonesia bernilai
minimal 80% dari total biaya material.
Hal 18 dari 20
C. Polutan Kimia
- Menggunakan cat dan coating yang mengandung kadar Volatile
Organic Compounds (VOCs) rendah, yang ditandai dengan
label/sertifikasi yang diakui GBC Indonesia.
- Menggunakan produk kayu komposit dan laminating adhesive
dengan syarat memiliki kadar emisi formaldehida rendah, yang
ditandai dengan label/sertifikasi yang diakui GBC Indonesia
- Menggunakan material lampu yang kandungan merkurinya
pada toleransi maksimum yang disetujui GBC Indonesia dan
tidak menggunakan material yang mengandung asbestos.
E. Kenyamanan Visual
Menggunakan lampu dengan iluminansi (tingkat pencahayaan)
ruangan sesuai dengan SNI 03-6197-2011 tentang Konservasi Energi
pada Sistem Pencahayaan.
F. Kenyamanan Termal
Menetapkan perencanaan kondisi termal ruangan secara umum pada
suhu 25 dan kelembaban relatif 60%.
G. Tingkat Kebisingan
Tingkat kebisingan pada 90% dari Nett Lettable Area (NLA) tidak lebih
dari atau sesuai dengan SNI 03-6386-2000 tentang Spesifikasi
Tingkat Bunyi dan Waktu Dengung dalam Bangunan Gedung dan
Perumahan (kriteria desain yang direkomendasikan).
Hal 19 dari 20
B. Pengelolaan Sampah Tingkat Lanjut
- Mengolah limbah organik gedung yang dilakukan secara
mandiri maupun bekerjasama dengan pihak ketiga sehingga
menambah nilai manfaat dan dapat mengurangi dampak
lingkungan.
- Mengolah limbah anorganik gedung yang dilakukan secara
mandiri maupun bekerjasama dengan pihak ketiga sehingga
menambah nilai manfaat dan dapat mengurangi dampak
lingkungan.
Hal 20 dari 20