Anda di halaman 1dari 12

INFORMASI OBAT-OBAT HIGH ALERT

RSU INANTA PADANGSIDIMPUAN

EPINEPHRINE
a. EPINEPHRINE
Epinephrine adalah obat yang digunakan untuk penyuntikan pembuluh darah dalam
pengobatan hipersensitivitas akut.

b. EPINEPHRINE INJEKSI DIGUNAKAN :


1) Untuk mengatasi anafilaksis akut pada keadaan darurat.
2) Pada penghambatan saluran pernafasan yang reversibel.
3) Asma bronkhial, edema angioneurotik, biduran/kaligata, glaukoma, serum sickness (sakit
karena alergi serum) dan syok alergik.
4) Menghentikan perdarahan bila digunakan pada permukaan kulit dan membran mukosa yang
berdarah.
5) Menangani terhentinya detak jantung pada kasus syok, anestesi/pembiusan, elektrokusi, injeksi
intrakardial memungkinkan untuk diberikan.

c. CARA PENGGUNAAN
Diinjeksikan secara intramuscular ke dalam jaringan otot pantat atau paha.Merupakan cara
pemberian obat yang paling efektif untuk penanganan pasien yang mengalami syok
anaphilaktik. Mula kerja obat cepat, karena absorbsi terjadi melalui celah antar sel endothel
kapiler tanpa mengalami vasokonstriksi jaringan sekitar.

d. INJEKSI EPINEPHRINE MELALUI RUTE :


1) Intra vena (i.v) : Larutan yang disuntikkan langsung ke dalam pembuluh darah vena.
2) Intra muscular (i.m): Larutan, suspense atau emulsi yang disuntikkan diantara lapisan jaringan
atau otot.
3) Intra cutan (i.c) : Larutan atau suspense air yang disuntikkan langsung ke dalam kulit dan
biasanya digunakan untuk diagnose.
4) Sub cutan (s.c) : Larutan yang disuntikkan langsung ke dalam jaringan bawah kulit biasanya di
lengan atas atau paha.

e. EFEK SAMPING
1) Kardiovaskuler: Angina, aritmia jantung, nyeri dada, flushing, hipertensi, peningkatan kebutuhan
oksigen, pallor, palpitasi, kematian mendadak, takikardi (parenteral), vasokonstriksi, ektopi
ventrikuler.
2) SSP : Ansietas, pusing, sakit kepala, insomnia.
3) Gastrointestinal : tenggorokan kering, mual, muntah, xerostomia.
4) Genitourinari: Retensi urin akut pada pasien dengan gangguan aliran kandung kemih.

f. EPINEPHRINE INJEKSI DAPAT BERINTERAKSI DENGAN MAKANAN


Jawabnya YA, karena akan lebih banyak melepaskan epinefrin sehingga dapat menyebabkan
terjadinya krisis hipertensi, contohnya makanan yang mengandung tiramin seperti keju, jeroan,
minuman anggur, bir, yogurt, krim asam/pisang.

g. EPINEPHRINE INJEKSI DAPAT BERINTERAKSI DENGAN OBAT LAIN


Jawabnya YA, Karena epinefrin merupakan obat simpatomimetik dengan aksi agonis pada
reseptor alfa maupun beta, harus digunakan hati-hati bersama obat simpatomimetik lain karena
kemungkinan efek farmakodinamik yang aditif, yang kemungkinan tidak diinginkan. Juga hati-
hati digunakan pada pasien yang menerima obat-obat seperti: albuterol, dobutamin, dopamin,
isoproterenol, metaproterenol, norepinefrin, fenilefrin, pseudoefedrin, ritodrin, salmeterol dan
terbutalin.

h. CARA MENYIMPANEPINEPHRINE INJEKSI


Epinephrine peka terhadap udara dan cahaya. Oksidasi akan mengubah warna larutan menjadi
merah jambu kemudian coklat hingga kehitaman. Jangan digunakan bila terjadi perubahan
warna atau terdapat endapan. Simpan dalam ruangan ber-AC terhindar dari cahaya langsung
(suhu dibawah 25 oC), dalam wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya dan kelembaban.
INFORMASI OBAT-OBAT HIGH ALERT
RSU INANTA PADANGSIDIMPUAN

INSULIN
a. PENGGUNAAN INSULIN SECARA SUB KUTAN DAN INTRAVENA SECARA TEPAT.
1) Subkutan : menyuntikkan di area yang memiliki lapisan lemak antara kulit dan otot. Pasien bisa
menyuntikkan sendiri insulin tanpa bantuan tenaga medis.
2) Intravena : menyuntikkan langsung ke pembuluh darah vena. Insulin yang diinjeksikan intra
vena biasanya diberikan di klinik atau rumah sakit dengan bantuan tenaga medis.
Setelah disuntikan, insulin akan diserap kedalam aliran darah dan dibawa ke seluruh tubuh.
Disini insulin akan bekerja menormalkan kadar gula darah (blood glucose) dan merubah
glukosa menjadi energi.

b. CARA PEMBERIAN INSULIN:


1) Insulin kerja cepat;
a) Bisa diberikan secara IV, IM dan SC.
b) Infus (AA/Glukosa/elektrolit)
c) Jangan bersama darah (bisa merusak insulin)
2) Insulin kerja menengah / panjang:
a) Jangan melalui IV (bahaya emboli)
b) Secara sliding scale dimaksudkan agar pemberiannya lebih efisien dan tepat karena didasarkan
pada kadar gula darah pasien saat itu.

c. DAERAH MANA SAJA YANG DAPAT DIJADIKAN TEMPAT MENYUNTIKKANINSULIN


1) Bila kadarglukosa darah tinggi, sebaiknya disuntikkan di daerah perut dimana penyerapan akan
lebih cepat.
2) Bila kondisi kadar glukosa pada darah rendah, hindarilah penyuntikkan pada daerah perut.
3) Secara urutan, area proses penyerapan paling cepat adalah dari perut, lengan atas dan paha.
Insulin akan lebih cepat diserap apabila daerah suntikkan digerak-gerakkan.
4) Penyuntikkan insulin pada satu daerah yang sama dapat mengurangi variasi penyerapan.
5) Penyuntikkan insulin selalu di daerah yang sama dapat merangsang terjadinya perlemakan dan
menyebabkan gangguan penyerapan insulin. Daerah suntikkan sebaiknya berjarak 1inchi (+
2,5cm) dari daerah sebelumnya.
6) Lakukanlah rotasi di dalam satu daerah selama satu minggu, lalu baru pindah ke daerah yang
lain.

d. EFEK SAMPING TERAPI INSULIN


Efek samping penggunaan insulin, diantaranya adalah:
1) Hipoglikemia yaitu komplikasi yang paling berbahaya dan dapat terjadi bila terdapat
ketidaksesuaian antara diet, kegiatan jasmani dan jumlah insulin.
2) Lipoatrofi yaitu terjadi lekukan di bawah kulit tempat suntikan akibat atrofi jaringan lemak. Hal
ini diduga disebabkan oleh reaksi imun.
3) Lipohipertrofi yaitu pengumpulan jaringan lemak subkutan di tempat suntikan akibat lipogenik
insulin. Lebih banyak ditemukan di negara yang memakai insulin murni. Regresi terjadi bila
insulin tidak lagi disuntikkan di tempat tersebut.
4) Reaksi alergi lokal terjadi 10x lebih sering daripada reaksi sistemik terutama pada
penggunaan sediaan yang kurang murni. Reaksi lokal berupa eritem dan indurasi di tempat
suntikan yang terjadi dalam beberpa menit atau jam dan berlangsung.
5) Infeksi mudah terjadi bila pembersihan kulit kurang baik, penggunaan antiseptiK yang
menimbulkan sensitisasi reaksi ini akan hilang secara spontan.
e. INSULIN BERINTERAKSI DENGAN OBATLAIN
Beberapa hormon melawan efek hipoglikemia insulin misalnya hormon pertumbuhan,
kortikosteroid, glukokortikoid, tiroid, estrogen, progestin, dan glukagon.Adrenalin menghambat
sekresi insulin dan merangsang glikogenolisis.Peningkatan hormon-hormon ini perlu
diperhitungkan dalam pengobatan insulin.Guanetidin menurunkan gula darah dan dosis insulin
perlu disesuaikan bila obat ini ditambahkan / dihilangkan dalam pengobatan. Beberapa
antibiotik (misalnya kloramfenikol, tetrasiklin), salisilat dan fenilbutason meningkatkan kadar
insulin dalam plasma dan mungkin memperlihatkan efek hipoglikemik. Hipoglikemia cenderung
terjadi pada penderita yang mendapat penghambat adrenoseptor ß, obat ini juga mengaburkan
takikardi akibat hipoglikemia.
INFORMASI OBAT-OBAT HIGH ALERT
RSU INANTA PADANGSIDIMPUAN

KCL 7.46%
a. CARA KERJA OBAT
1) Mengkoreksi kadar ion Potassium dan Chloride dalam darah.
2) Potassium adalah salah satu ion essensial tubuh dan merupakan kation utama dari cairan
intraseluler, berpengaruh dalam fungisi sel dan metabolisme.
3) Essensial untuk metabolisme karbohidrat, penyimpanan glycogen dan untuk sintesa protein.
4) Berpengaruh pada transmembran potensial pada otot-otot termasuk otot jantung.
b. INDIKASI
Mengkoreksi hipokalemia.

c. DOSIS
Larutan injeksi harus diencerkan lebih dahulu sampai kira-kira 0.3% dan diberikan parenteral
menurut kebutuhan.Dosis lazim parenteral adalah sejumlah ekivalen dengan 1 sampai 3 g
potassium chloride.

d. PERINGATAN DAN PERHATIAN


1) Larutan injesi 7.46% KCL ini tidak boleh digunakan tanpa pengenceran terlebih dahulu.
2) Penyuntikan harus diberikan secara berhati-hati, oleh karena takaran ideal perhari tidak
diketahui secar pasti.
3) Dosis berlebihan dapat menyebabkan intoksiksi potassium.
4) Kadar potassium plasma yang tinggi dapat mengakibatkan kematian oleh karena depresi
jantung aritmia atau payah jantung.
5) Larutan injeksi ini jangan digunakan bila: tidak jernih, wadah adan tutup rusak.

e. KONTRA INDIKASI
1) Kerusakan ginjal dan oliguira, anuria atau azotemia.
2) Untreated Addison’n disease.
3) Dehidrasi akut.
4) Heat cramps.
5) Hipercalemia.
6) Adynamia episodica hereditaria.
INFORMASI OBAT-OBAT HIGH ALERT
RSU INANTA PADANGSIDIMPUAN

KETAMIN INTRAVENA
a. KETAMINE
Memiliki efek pembiusan pada pembedahan dan induksi anastesi sebelum pemberian anastesi
lain dan menjaga jalan napas.Onset/ Efek obat muncul: 30 detik(intravena)Durasi/lama nya efek
obat: 5-10 menit. Puncak konsentrasi plasma : 0,75 pg/Ml. Metabolisme pada hati. Ekskresi :
urin (91%).

1) DOSISDEWASA.
Induksi anastesi
1-4,5 mg/kg BB (IV bolus pelan)
1-2 mg/kg BB dengan kecepatan infus 0,5ml/kg/menit
Pemeliharaan : 0,1-0,5 mg/menit

2) DOSIS ANAK.
Induksi anastesi: 0,25-0,5 mg.kg BB
Efek Sedasi: 5-20 mcg/kg/menit
dititrasi hingga level sedasi

b. ATURAN PAKAI :
Disuntikkan ke intravena atauintramuscular.

c. EFEK SAMPING OBAT


Depresi pernafasan, aritmia,hypotensi,bradicardi, gangguan saluran cerna, gangguan syaraf.

d. KONTRA INDIKASI:
Hypersensitifitas ketamin, hypertensi eklamsia atau pre-eklamsia, penyakit jantung koroner dan
kelainan pembuluh darah otak.Pemberian tidak dicampur dengan diazepam/barbiturate,
monitoring jantung.

e. PENYIMPANAN:
Suhu kamar 15-30ºC, wadah kedap udara disimpan ditempat terlindung dari cahaya.
INFORMASI OBAT-OBAT HIGH ALERT
RSU INANTA PADANGSIDIMPUAN

LIDOCAIN
a. LIDOCAIN
Lidocain (xilokain) adalah anestesi lokal kuat yang digunakan secara luas dengan pemberian
topikal dan suntikan.Lidocain mudah diserap dari tempat suntikan, dan dapat melewati sawar
darah otak.

b. INDIKASI LIDOKAIN
Larutan lidocain 0,5% digunakan untuk anestesia infiltrasi, sedangkan larutan 1-2% untuk
anestesia blok dan topikal.

c. KONTRA INDIKASI
Hipersensitif terhadap lidocain atau hipersensitif anestesi lokal golongan amida; (kecuali pasien
dengan pacu jantung artifisial yang berfungsi); injeksi campuran yang mengandung dextrose
dari jagung.

d. INTERAKSI OBAT
Peningkatan efek/toksisitas: efek/level lidokain dapat meningkat oleh amfetamin, amiodaron,
antijamur azol, betabloker, klorpromazin, klaritromisin, delavirdin, diklofenak, doksisiklin,
eritromisin, fluoksetin, imatinib, isoniazid, mikonazol.

e. EFEK SAMPING
Efek samping lidocain biasanya berkaitan dengan efeknya terhadap SSP, misalnya mengantuk,
pusing, parestesia, gangguan mental, koma.

f. CARA PENYIMPANAN
Injeksi lidocain stabil pada suhu ruang.Stabilitas campuran parenteral pada suhu ruang (25ºC)
adalah masa kadaluwarsa yang tertera pada wadah sebelum dicampur.Bila telah dibuka
kestabilan hilang setelah 30 hari, untuk pembuangan laporkan kepada instalasi farmasi RS
Roemani.
INFORMASI OBAT-OBAT HIGH ALERT
RSU INANTA PADANGSIDIMPUAN

MgSO4 INJEKSI (40%)


a. INDIKASI MgSO4 INJEKSI.
MgSO4injeksi adalah injeksi untuk mencegah kontraksi prematur dalam kehamilan dan
mengobati serangan jantung dan asma.

b. PENGGUNAAN YANG EFEKTIF DAN AMAN


1) Berikan dosis 4-6 g MgSO4 40% (10-15 ml) yang diencerkan dalam 100 ml cairan IV dan
diberikan dalam 15-20 menit.
2) Mulai dengan dosis 2 g/ jam dalam 100 ml cairan IV.
3) Ukur kadar MgSO4 4-6 jam setelahnya dan disesuaikan kecepatan infus untuk
mempertahankan kadar antara 4 dan 7 mEq/ L.
4) MgSO4 diberikan setelah bayi lahir.

c. EFEK SAMPING.
Mual, muntah, terasa haus, darah rendah (hipotensi) dan mengantuk.

d. KONTRA INDIKASI.
Hipermagnesemia(kelebihan magnesium), hipokalemia (kekurangan kalium), anuria (susah
buang air kecil).

e. INTERAKSI.
MgSO4 injeksi bila diberikan bersama dengan golongan barbiturat, opiat dan anestesi umum
menambah efek depresan syaraf pusat.

f. PENYIMPANAN.
Injeksi MgSO4 harus disimpan pada temperatur kurang dari 40°C, sebaiknya pada temperatur
diantara 15°-30°, dan hindari pembekuan.MgSO4 injeksi akan berubah menjadi monohidrat bila
dipanaskan pada temperatur antara 150°-160°C.
INFORMASI OBAT-OBAT HIGH ALERT
RSU INANTA PADANGSIDIMPUAN

NaCL 3% INFUS
a. NaCl 3 %
NaCl 3 % (nama lain : Natrium Kloridaatau Sodium Klorida 3 %) Infus 500 ml
yaitu:
1) Cairan yang steril dan bebasmikroba/zat-zat asing (nonpyrogenic).
2) Dalam 500 ml mengandung NaCl30g/L dengan komposisi:
a) Natrium : 513 mEq/L
b) Klorida : 513 mEq/L
c) Osmolaritas : 1027 mOsmol/L
d) pH 5 (4,5-7)
3) Cara Kerja: meningkatkan kadarnatrium dalam darah.

b. MANFAAT
1) Sebagai salah satu terapicairan elektrolit yangberguna untuk mengaturkeseimbangan
elektrolitdalam tubuh.
2) Khususnya untuk terapicairan pasien yangmengalami Hiponatremia.Hiponatremia
yaitukekurangan kadarNatrium dalam darah(Kadar Natrium<120mmol/L).

c. PENGGUNAAN
Melalui pembuluh darah vena.

d. DOSIS
Dosis 30 – 100 ml per jam selama12– 24 jam (tergantung kebutuhanpasien).

e. EFEK SAMPING.
1) Demam.
2) Infeksi.
3) Tekanan darah menjadirendah (Hipotensi)
4) Kelebihan Natrium(Hipernatremia)
5) Kelebihan Klorida(Hiperkloremia)
6) Kelebihan Osmolaritas(Hiperosmolaritas)

Biasanya efek samping di atasterjadi dengan gejala :


1) Pusing.
2) Lemas.
3) Letih.

f. INTERAKSI DENGAN OBAT LAINNYA


Ada, yaitu:
1) Obat-obat Kortikosteroid(Dexamethason,MethylPrednisolon, Prednison, Prednisolon).
2) Vitamin B Kompleks.
INFORMASI OBAT-OBAT HIGH ALERT
RSU INANTA PADANGSIDIMPUAN

NaCl 3% INJEKSI HIPERTONIK


a. MACAM-MACAM NACL INJEKSI HIPERTONIK
1) Injeksi Nacl 3%
a) Konsentrasi elektrolit =513 mEq/L.
b) Osmolaritas larutan = 1030 mOsmol/L
c) Konsentrasi elektrolit.
d) Natrium 513 =Klorida 513.
2) Injeksi Nacl 5%
1) Konsentrasi elektrolit = 83,3 mEq/L.
2) Osmolaritas larutan = 1170 mOsmol/L.
3) Konsentrasi elektrolit.
4) Natrium 856 Klorida 856
Sediaan untuk injeksi diharuskan steril, bebas pirogen, dan tidak mengandung bahan yang
bersifat bakteriostatik dan antimikroba.

b. INDIKASI PEMAKAIAN
1) HYPONATREMIA (Pasien kekurangan natrium)
2) TERAPI RESUSITASI (Terapi penggantian cairan yang hilang dalam kondisi emergency)
3) BRAIN INJURY (Pasien yang mengalami kerusakan otak)
4) HYPOCHLOREMIA (Pasien kekurangan klorida)

c. KONTRA INDIKASI :
1) Pasien gagal ginjal.
2) Pasien jantung.
3) Pasien dehidrasi.
4) Pasien yang mengalami pembengkakan.

d. CARA PEMBERIAN: Injeksi intravena

e. DOSIS PEMBERIAN
1). Dihitung berdasarkan usia, berat badan, kondisi klinis dan data laboratorium pasien
2). Pemberian nacl injeksi hipertonik tidak boleh melebihi 100ml/jam atau 400ml/24jam dari larutan
yang sudah di encerkan.

f. EFEK SAMPING PEMBERIAN


1). Demam.
2). Infeksi ditempat penyuntikan.
3). Terjadi pendarahan ditempat penyuntikan.
4). Timbul bengkak akibat kelebihan cairan.
5). Terasa nyeri, bengkak dan kemerahan ditempat suntikan.

g. PENGATASAN EFEK SAMPING


1). Atur tetesan infuse,jangan terlalu cepat.
2). Pilihlah pembuluh darah vena yang besar sebagai tempat penyuntikan.
3). Pilih jarum yang kecil.
4). Kompres tempat penyuntikan dengan air dingin (bila perlu)

h. INTERAKSI OBAT
Hati-Hati penggunaan bersama obat kortikosteroid seperti dexamethasone, methylprednisolon.

i. PENYIMPANAN
Simpan ditempat yang sejuk dan kering terhindar dari sinar matahari langsung.
INFORMASI OBAT-OBAT HIGH ALERT
RSU INANTA PADANGSIDIMPUAN

OBAT ORAL ANTIDIABETIKUM


a. DIABETES MELITUS
Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit gangguan metabolisme yang
ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,
lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin.

b. OBAT HYPOGLIKEMI ORAL


1) Golongan meglitinida
a) Repaglinide, diberikan 15-30 menit sebelum makan.
b) Nateglinide, diberikan 30 menit sebelum makan.
c) Efek samping yang mungkin terjadi adalah hypoglikemia, gejala flu, pusing.
2) Golongan sulfonylurea
a) Glimeripid, diberikan sebelum makan utama pertama.
b) Gliclazide, diberikan segera sebelum makan.
c) Gliquedone,diberikan sebelum makan.
d) Efek samping yang mungkin terjadi adalah hypoglikemia, mual muntah, gangguan GI, reaksi
ruam pada kulit.
3) Golongan biguanide
a) Metformin, diberikan bersama makan.
b) Penghambat alfa glucosidase.
c) Acarbose, diberikan bersama suapan pertama makanan utama.
d) Efek samping yang mungkin terjadi adalah perut kembung, diare.

4) Golongan tiazolidindion
a) Rosiglitazon, diberikan bersama makan pertama.
b) Pioglitazon, diberikan bersama makan pertama.
c) Efek samping yang mungkin terjadi adalah edema ringan, anemia ringan

c. PENTING !
1) Jika anda merasakan gejala-gejala hipoglikemia (pusing, lemas, gemetar, pandangan
berkunang-kunang, pitam (pandangan menjadi gelap), keluar keringat dingin, detak jantung
meningkat) segera hubungi dokter.
2) Jika anda sudah pernah mengalami hipoglikemia, selalu bawa sekantung kecil gula atau
permen manis saat anda bepergian. Segera makan gula atau permen tersebut begitu anda
mendapat serangan hipoglikemia.
3) Jangan konsumsi obat lain tanpa seijin dokter atau apoteker.
4) Obat ini hanya berperan sebagai pengendali diabetes, bukan penyembuh.
5) Obat ini hanya faktor pendukung dalam pengelolaan diabetes, faktor utamanya adalah
pengendalian diet (pola makan) dan olah raga.
6) Rutin memonitor kadar glukosa darah.
d. HIPOGLIKEMIK
1) Hipoglikemik
Hipoglikemik adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa) secara abnormal
rendah.
2) Hipoglikemik Bisa Terjadi
Insulin maupun obat hipoglikemik per-oralterlalu banyak bisa menurunkan kadar gula
darah secara ekstrim.Hipoglikemikjuga bisa terjadi jika penderita kurang makan atau tidak
makan pada waktunya atau melakukan olah raga yang terlalu berat tanpa makan.
3) Gejala Hipogllikemik
1) Perubahan mood
2) Gemetar.
3) Pucat.
4) Berkeringat.
5) Pusing.
6) Penglihatan kabur.
7) Sakit kepala.
e. PENCEGAHAN HIPOGLIKEMIK
Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes), hendaknya
selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul.Baik penderita diabetes maupun
bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan makanan yang mengandung karbohidrat
yang bertahan lama (misalnya roti atau biskuit).

f. CARA MENGATASI HIPOGLIKEMIK


1) Mengkonsumsi gula dalam bentuk permen atau tablet.
2) Minum jus.
3) Minum air gula atau segelas susu.
INFORMASI OBAT-OBAT HIGH ALERT
RSU INANTA PADANGSIDIMPUAN

PETHIDIN HCL
a. CARA KERJA OBAT.
Pethidin merupakan narkotika sintetik derivate fenilpiperidinan dan terutama berefek terhadap
susunan saraf pusat. Efeknya terhadap susunan saraf pusat adalah seperti morfin, yaitu
menimpulkan analgesia, sedasi, euphoria, depresi pernafasan serta efek sentral lain. Efek
analgesic pethidin timbul agak lebih cepat daripada efek analgetik morfin, yatu kira-kira 10
menit, setelah suntikan subkutan atau intramuscular, tetapi masa kerjanya lebih pendek, yaitu
2-4 jam.
Absorbsi pethidin, melalui pemberian oral maupun secara suntikan berlangsung dengan
baik.Obat ini mengalami metabolisme di hati dan diekskresikan melalui urine.

b. INDIKASI.
Untuk meringankan rasa nyeri sedang sampai berat yang tidak responsive terhadap analgetik
non-narkotik.

c. DOSIS.
1) Dewasa ; 25-100 mg setiap 3-4 jam.
2) Anak-anak ; 0,5-2 mg/kg berat badan intramuskuler setiap 3-4 jam.
3) Dosis harus disesuaikan degan berat ringannya rasa nyeri dan respon penderita. Bila prerlu
dosis dikurangi pada penderita usia lajut, penderita kerusakan fungsi ginjal atau fungsi hati.
d. PERINGATAN DAN PERHATIAN.
1). Pethidine sebaiknya tidak diberikan secara intravena kecuali peralatan resusitatif dan antagonis
opoid telah disiapkan.
2). Dosis yang tinggi atau pemberian pethidin dengan cepat secara intravena dapat menyebabkan
terjadinya depresi pernafasan secara cepat, apnea, hipotensi, kolaps sirkulasi peripherial,
bradikardia bahkan berhentinya denyut jaantung.
3). Pethidine injeksi sebaiknya diberikan secara perlahan-lahan dan dalam larutan yang telah
diencerkan.
4). Penggunaan tidak dianjurkan pada penderita dengan luka pada kepala dan kenaikan tekanan
intracranial. Efek depresi pernafasan dan kemampuan untuk meningkatkan tekanan cairan
cerebrospinalis dapat menjadi parah,dan efek klinis menjadi tidak jelas.
5). Pethidin dapat mengaburkan diagnosis dan efek klinis pada pasien dengan kondisi abdominal
akut.
6). Gunakan hanya jika benar-benar diperlukan, dan secara hati-hati, pada kolik empedu, operasi
traktus empedu dan pancreatitis akut, karena adanya sifat spasmodic pethidin pada traktus
empedu dan spincter oddi. Pethidin dapat menimbulkan kesukaran pada saat eksploirasi oleh
alat pada duktus empedu.
7). Pemberian pethidin secara intra arterial yang kurang hati-hati dapat menyebabkan terjadinya
nekrosis dan pembengkakkan.
8). Pethidin dapat mengurangi kecepatan pengosongan lambung dan meningkatkan resiko
terjadinya aspirasi, hal ini disebabkan pethidin dapat menginduksi dengan CNS/coma selama
atau setelah anestesi total.
9). Analgetik opioid mempunyai kecenderungan penyalahgunaan. Ketergantungan fisik dan
fisiologi dapat timbul pada pengulangan dosis. Kecuali pada penderita terminal pethidin harus
dibatasi penggunaannya pada pengobatan untuk nyeri berat yang tidak memberikan respon
terhadap analgetik non opioid.
10). Penghentian penggunaan pethidin secara tiba-tiba pada penderita yang ketergantungan secara
fisik dapat menimbulkan sindroma putus obat,termasuk konvulsi.
11). Neurotoksisitas yang berhubungan dengan pethidin bervariasi tremor, halusinasi, serangan dan
perubahan mood yang disebabkan oleh metabolit norpethidin.
12). Norpethidin umumnya dikeluarkan melalui ginjal, maka pethidin harus digunakan dengan hati-
hati pada pasien gagal ginjal, manula, penderita yang masih sangat muda atau penderita yang
menerima terapi seperti fenobarpital dan fenitoin.
13). Pemberian pethidin dapat menyebabkan hipotensi pada penderita yang kemampuan untuk
menjaga tekanan darahnya tergantung dari volume pengosongan darah atau pemberian
bersama-sama dengan anestetik tertentu atau fenotiazin. Pethidin dapat menyebabkan
hipertensi orthistetik pada penderita rawat jalan.
14). Penderita dengan reisko khusus: hati-hati dan jika diperlukan pengurangan dosis diperlukan
pada penderita manula atau kurang tenaga dan pada penderita dengan kerusakan paru-paru,
hati, ginjal, dan penderita hipotiroid, insufisiensi adrenocortical, hipertrofi prostat atau
penyempitan urethra.
15). Serangan konvulsi dapat disebabkan oleh dosis tinggi. Penderita dengan kelainan serangan
konvulsi harus hati-hati diobservasi, karena pethidin dapat memperburuk konvulsi yang muncul.
16). Pethidin harus digunakan secara hati-hati pada penderita yang menggunakan abat deprezan
CNS lain seperti hipnotik dan sedative.
17). Penderita nyeri berat dapat mentoleransi dosis tinggi tetapi dapt menyebabkan depresi
pernafasan ketika sakitnya tiba-tiba hilang.
INFORMASI OBAT-OBAT HIGH ALERT
RSU INANTA PADANGSIDIMPUAN

18). Pengurangan output cardiac dapat menyebabkan pengurangan perfusi hepar dan mengurangi
metabolisme pethidin yang menyebabkan terjadinya akumulasi pethidin dengan pethidin
dengan kemungkinan timbulnya efek toksik.
19). Kenaikan tekanan darah dan hambatan sistemik vaskuler sebanding dengan peningkatan
kecepatan denyut jantung dapat disebabkan oleh pethidin, oleh karena itu tidak disarankan
untuk digunakan pada penderita infark cardiac.
20). Pemberian pethidin pada penderita paechromocytoma dapat menyebabkan krisis hipertensi.
21). Hiperglikemia terjadi pada agonis opoid. Oleh karena itu penderita diabet yang memerlukan
pengobatan senyawa ini perlu diperhatikan.
22). Walaupun pethidin biasa digunakan dalam obstetric diketahui bahwa pethidin dapat melewati
barrier plasenta dan dapat menyebabkan depresi system pernafasan pada bayi yang baru lahir.
Antagonis opiod mungkin dibutuhkan untuk mengatasi depresi ini.
23). Metabolisme dan ekskresi dari pethidin pada bayi yang baru lahir lebih kecil jika dibanding
denganorang dewasa akumulasi dan tingkat toksisitas dapat terjadi pada dosis yang rendah.
24). Jika depresi respirasi yang serius terjadi pada penderita yang secara fisik tergantung pada
opioid, antagonis opioid harus diberikan secara hati-hati apada dosis 10-20% dari dosis awal
yang disarankan. Pemberian dosis umum akan menyebabkan timbulnya sindroma putus obat
yang akut, dan keparahannya tergantung dari ketergantungan fisik dan dosis yang diberikan.
25). Ada beberapa laporan mengenai efek pethidin pada mata. Beberapa laporan menyebutkan
bahwa pethidin menyebabkan miosis, dan beberapa lainnya menyebutkan bahwa pethidin
menyebabkan midriasis atau tidak adanya perubahan pupil. Hingga efek yang lebih jelas
diperoleh, tekanan intra okuler sebaiknya dimonitor pada penderita glaucoma yang diberikan
pethidin.
26). Kegagalan fungsi ginjal : pengurangan fungsi ginjal akan menyebabkan akumulasi metabolit
toksiknorpethidin.
27). Penggunaan pada kehamilan : opiod analgetik dapat menyebabkan depresi respirasi pada bayi
yang baru lahir. Pethidin hanya digunakan pada saat melahirkan, setelah dipertimbangkan
antara kebutuhan ibu dan resikonya terhadap fetus. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
diberikan pethidin dapat menunjukkan sindroma putus obat.
28). Pengguanaan pada saat menyusui : pethidin terdapat didalam air susu ibu. Konsentrasi pethidin
dalam air susu ibu setelah pemberian dosis terepitik pada ibu. Belum ditentukan dan signifikansi
secara klinis belum diketahui, penggunaan pethidin pada ibu menyusui tidak dianjurkan.
29). Efek terhadap kemampuan untuk mengendarai kendaraan dan menjalankan mesin: pethidin
dapt menyebabkan kantuk dan gangguan koordinasi. Penderita harus berhati-hati saat
mengendarai kendaraan atau menjalankan mesin.
e. EFEK SAMPING.
1) Seperti analgesic opoid lainnya,depresi respirasi adalah resiko utama pada terapi pethidin dapat
menyebabkan pusing, mual,berkeringat dingin, perasaan mulut kering.
2) Obat suntik kadang-kadang meyebabkan penurunan tekanan darah.
3) Kepala terasa ringan,sedasi, disorientasi, pandangan kabur, hakusinasi, psikosis, euphoria,
disphoria, lemah, delirium, insomnia, kegelisahan, hiperaktifitas atau agitasi, konvulsi atau
tremor, mengantuk, vertigo, gerakan otot tidak terkoordinasi, gangguan visual miosis, depresi,
midriasis.
4) Retensi air seni, efek antideuritik, pengurangan libido atau potensi.
5) Muka merah, takikardia, bradikardia, palpitasi, pusing, sinkope, orthostetik hipotensi,
pembengkaan yang disebabkan oleh pemberian subkutan.
6) Hipersensitifitas menyebabkan pruritus, urticaria dan gatal-gatal, udema, nyeri pada suntikan,
iritasi jaringan local dan indurasi yang disebabkan oleh pemberian subkutan.
7) Peningkatan tekanan traktus empedu, spasmus spincter choledochoduodinal.
8) Konstipasi, anorekasia, spasmus traktus empedu.

f. KONTRA INDIKASI.
1) Penderita dengan gangguan fungsi hati yang berat “Incipient hepatic encephalopathy”.
2) Depresi pernafasan, atau penderita yang mempunyai gangguan kemampuan pengosongan
respirasi,misalnya emphysema parah, bronchitis kronis parah, kyphoscloliosis, asma bronchial
akut, penyakit kronis saluran pernafasan.
3) Alkoholisme akut, kejang-kejang delirium tremens.
4) Penderita asma bronkhiale dan payah jantung sebagai akibat dari penyakit paru-paru kronik.
5) Hati-hati dalam hal miksedema karena toleransi sangat buruk.
6) Hipersensitifitas terhadap pethidin.
7) Penderita yang menggunakan MAOls (termasuk selegiline) dalam jangka waktu 14 hari
sebelumnya.
8) Kondisi kejang seperti pada status epilepticus, tetanus dan keracunan strychnine, yang
disebabkan oleh efek stimulant pethidin pada spinal cordata. Pethidin juga tidak dapat
digunakan pada pre-eclampsia atau eclampsia.
9) Arutmia cardiac, terutama takhikardia supraventrikuler, cor pulmone. Pethidin mempunyai efek
vagolitik yang dapat menyebabkan kenaikan kecepatan respon ventricular.
10) Asidosis diabetic, jika ada resiko terjadinya koma.
INFORMASI OBAT-OBAT HIGH ALERT
RSU INANTA PADANGSIDIMPUAN

11) Cedera kepala: meningkatkan tekanan intracranial (dapat menimbulkan masalah monitoring
dan diagnostic, juga hipercapnia yang berhubungan dengan depresi respirasi yang dapat
meningkatkan tekanan intracranial.

g. CARA PENYIMPANAN.
Simpan pada suhu dibawah 30ºC, serta terlindung dari matahari.

Anda mungkin juga menyukai