Anda di halaman 1dari 18

(INFORMATION SYSTEM FOR MANAGEMENT)

(LOG9)

PENERAPAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM) DALAM PENGUJIAN MODEL


PENERIMAAN SISTEM SAP (System Application and Product in Data Processing) TERHADAP
KARYAWAN PT.ASDP INDONESIA FERRY (PERSERO)

Team 1 :
ANDHIK KANITRA D
DETY DAYATI
DIDI YULIANSYAH
FADILA PUTRA KUSUMA W
HENDRA PRASETYO
RONI PUTRA SANJAYA

BINUS BUSINESS SCHOOL

MM YOUNG PROFESSIONAL
(JWC)
Sejarah

PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) didirikan pada 27 Maret 1973 dengan nama Proyek ASDP Ferry yang
berada di bawah naungan Kementerian Perhubungan. Sejalan dengan perkembangan zaman dan
kebutuhan manusia yang semakin meningkat akan jasa penyeberangan, kehadiran ASDP dianggap penting
sehingga ASDP Ferry mengalami perubahan nama menjadi Perum ASDP berdasarkan PP No. 8 pada tahun
1986 yang selanjutnya diresmikan menjadi PT ASDP (Persero) pada tahun 1993.

Peralihan status Perum ASDP menjadi Perusahaan Perseroan menjadikan ASDP memiliki peran yang besar
yang diharapkan mampu bersaing dengan perusahaan swasta maupun badan usaha negara lainnya tanpa
meninggalkan fungsinya sebagai penyedia penyeberangan perintis.

Transformasi ASDP yang semakin menunjukkan respon positif menjadikan ASDP terus berkembang
dengan pesat sehingga pada 5 Agustus 2008 PT ASDP (Persero) melakukan penandatanganan Pakta
Integritas yang menandai diberlakukan perubahan struktural Perseroan yang disaksikan oleh Deputi
Bidang Usaha Logistik dan Pariwisata Kementerian Negara BUMN dan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK). Perubahan struktural ini diikuti juga dengan perubahan nama dan logo dari PT ASDP
(Persero) menjadi PT ASDP Indonesia Ferry (Persero), redefinisi visi dan misi, penegasan usaha pokok,
penciptaan usaha penunjang, revitalisasi dan investasi alat produksi, restrukturisasi total serta rencana
strategis bisnis.

Adapun perubahan ini merupakan bagian dari pelaksanaan program transformasi bisnis yang memiliki
tujuan untuk menjadikan ASDP sebagai salah satu perusahaan BUMN yang dapat memberikan kontribusi
bagi negara.
Saat ini, untuk mengikuti perkembangan jaman PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) melakukan inovasi
dengan mulai memasukan transformasi digital sebagai program besar perusahaan. Transformasi digital di
PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) dibagi menjadi 3 tahap besar yaitu, ASDP 1.0, ASDP 2.0 dan ASDP 3.0.
Adapun gambaran perubahan proses tersebut dapat tergambarkan dalam skema dibawah ini :

Perubahan dalam setiap tahap berfokus akhir pada merubah dari paper based menjadi Internet Based
sehingga data dapat diperoleh secara real time dan terkumpul pada satu sistem data based dalam bank
data yang tersedia. Transformasi digital dapat memberikan terhadap berberapa permasalahan yang ada
di PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) seperti :

a. Transaksi yang dicatat secara manual yang berpotensi terhadap perbedaan data.
b. Dokumen penagihan yang seringkali prosesnya lambat, karena harus melalui approval di
beberapa meja yang berbeda bagian.
c. Pembuatan laporan bulanan, laporan produksi, dan laporan keuangan yang relative lambat
dikarenakan harus melakukan rekapitulasi data manual yang dikirimkan oleh cabang-cabang.
d. Dikarena semua proses pencatatan harus dilakukan secara manual, maka membutuhkan banyak
SDM untuk melakukan penginputan data.

Sehingga diharapkan dengan adanya digitalisasi maka akan memjadikan perusahaan lebih efisien dengan
mengefektifkan manusia di perusahaan.

ERP yang merupakan singkatan dari Enteprise Resource Planning, merupakan satu dari banyak program
digitalisasi yang ada di ASDP dan masuk dalam kategori Stream Application. Dalam tahapan pelaksanaan
ERP dibagi menjadi 4 tahap besar yaitu ERP Readiness, ERP Impelementation, dan ERP Post Go Live. Dan
saat ini PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) sudah memasuki tahap kedua ERP atau masuk ke dalam ERP
Implementation menggunakan software SAP.
Tujuan

Digitalisasi mulai bertransformasi di berbagai industri yang berdampak pada kinerja perusahaan. Ketika
pertumbuhan sulit untuk dicapai, eksekutif harus mengingat bahwa penurunan terjadi di semua industri,
selain itu karena kinerja tidak merata, dengan digital maka dapat memisahkan mana yang berkinerja baik
atau tidak. Pertumbuhan ekonomi secara ekstrim tidak merata, industri yang kuat akan tiga kali mencapai
kinerjanya, namun perusahaan yang lemah mungkin tidak akan berhasil jika berkompetisi. Terkait dengan
penerapan ERP pada PT ASDP Indonesia Ferry (Persero), maka dilakukan studi keterkaitan antara
penerapan ERP dengan peningkatan kinerja pegawai di lingkungan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero).
Selain itu, studi ini juga dilakukan guna melengkapi salah satu tugas pada mata pelajaran Information
System For Management.

Diharapkan dari studi yang dilakukan diketahui keterkaitan dan hasil manfaat bagi pegawai untuk
penerapan ERP pada perusahaan. Sehingga dapat memberikan feedback dari peningkatan penggunaan
ERP agar dapat memberikan dampak lebih baik kepada pegawai dan pemilik project penerapan ERP.

Studi kasus

Studi kasus yang digunakan adalah penerapan sistem SAP di PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) pada
beberapa bagian di ASDP terutama yang berkaitan dengan keuangan dan administrasi keuangan. Adapun
koresponden yang diambil adalah para pegawai PT ASDP Indonesia Ferry (persero) baik yang bertugas di
kantor pusat, di kantor cabang, maupun yang berada di kantor regional dengan jumlah koresponden
sebanyak 92 orang dengan detail keterangan sebagai berikut :
Dari 92 koresponden tersebut menyatakan bahwa yang meyakini SAP sudah berjalan dan digunakan di
lingkungan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) adalah ; 59% dari total responden dengan informasi bahwa
yang mengetahui dan meyakini sudah diterapkannya SAP sebanyak 54% sudah menggunakan SAP dalam
pekerjaan sehari-hari untuk mendukung kinerja dan 46% lainnya belum menggunakan SAP dalam
pekerjaannya sehari – hari. Sedangkan 1 orang (equivalent 1%) tidak mengetahui adanya penerapan SAP
di lingkungan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero), serta 40% lainnya tidak meyakini bahwa SAP sudah
diterapkan di lingkungan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) namun mereka mengetahui bahwa SAP akan
diterapkan dalam waktu dekat. Berikut ilustrasi persentase jumlah koresponden yang turut serta dan
persentasi jumlah koresponden yang sudah menggunakan SAP dalam pekerjaan sehari-hari.

Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis

Sistem informasi dalam suatu instansi, berfungsi sebagai alat bantu pencapaian tujuan melalui
penyediaan informasi. Keberhasilan sistem informasi sebagai pencapaian alat bantu pencapaian tujuan
melalui penyediaan informasi. Keberhasilan sistem informasi tidak hanya ditentukan oleh bagaimana
sistem tersebut dapat memproses masukan dan menghasilkan informasi dengan baik, tetapi ditentukan
juga oleh kesesuaiannya dengan lingkungan pekerjaan karena walaupun sistem informasi tersebut
menggunakan teknologi canggih, sistem belum bisa dikatakan berhasil bila pemakai sistem informasi tidak
dapat menerimanya atau bahkan enggan menggunakannya (Jogiyanto, 2005). Kesuksesan sistem
informasi dapat diukur dengan empat jenis ukuran, yaitu kepuasan pemakai, penggunaan sistem, kinerja
keputusan, dan kinerja organisasi. Dalam penelitian ini kepuasan pemakai dan penggunaan sistem
informasi digunakan untuk mengukur kesuksesan sistem informasi, seperti yang dilakukan oleh Hartwick
(1994). Pemanfaatan teknologi atau sistem informasi menunjukkan keputusan individu untuk
menggunakan atau tidak menggunakan teknologi atau sistem informasi dalam menyelesaikan
serangkaian tugas (Goodhue, 1995). Salah satu unsur penting dalam penerapan sebuah sistem informasi
adalah penerimaan terhadap sistem informasi tersebut. Bagi sebuah organisasi, sistem informasi
berfungsi sebagai alat bantu untuk pencapaian tujuan organisasi melalui penyediaan informasi.
Kesuksesan sebuah sistem informasi tidak hanya ditentukan oleh bagaimana sistem dapat memproses
masukan dan menghasilkan informasi dengan baik, tetapi juga bagaimana pengguna mau menerima dan
menggunakannya, sehingga mampu mencapai tujuan organisasi.

Penerimaan terhadap sistem informasi dapat diukur dengan beberapa model evaluasi yang sudah
dikembangkan saat ini. Ada banyak model evaluasi yang digunakan untuk mengukur penerimaan sebuah
sistem informasi yang digunakan oleh sebuah organisasi atau institusi publik. model evaluasi yang sering
digunakan untuk mengukur penerimaan sistem informasi (Wilkinson,2000) adalah: End User Computing
Satisfaction, Task Technology Fit, HumanOrganization-Technology (HOT) dan Technology Acceptance
Model (TAM). Dalam studi ini kami menggunakan Technology Accpetance Model yang akan digunakan
untuk menguji penerimaan sistem SAP (System Application and Product in Data Processing) terhadap
karyawan PT.ASDP INDONESIA FERRY (PERSERO)
Berdasarkan uraian teori, maka dapat dirumuskan beberapa hipotesis :
1. Apabila karyawan/User/pemakai SAP mempunyai persepsi bahwa Sistem SAP tersebut mudah
digunakan dan memudahkan pekerjaan mereka maka mereka akan semakin sering menggunakan
untuk menyelesaikan pekerjaan mereka, sehingga hipotesis yang diajukan adalah:
H1 : Faktor kemudahan Perceived Ease of Use (PEU) berpengaruh positif terhadap penerimaan
SAP
2. Apabila Karyawan/User/Pemakai mempunyai persepsi bahwa SAP berguna dalam penyelesaian
pekerjaan mereka, maka pemakai akan semakin sering menggunakan dalam pekerjaan mereka.
Sehingga hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah
H2: Faktor kemanfaatan Perceived Usefulness (PU) berpengaruh positif terhadap penerimaan SAP
3. Apabila Karyawan/User/Pemakai mempunya persepsi bahwa SAP mudah digunakan dan
bermanfaat dalam menyelesaikan pekerjaan mereka, maka pemakai akan semakin sering
menggunakan SAP dalam pekerjaan mereka.
Sehingga hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H3: Faktor kemudahan (Perceived Ease of Use) dan faktor kemanfaatan (Perceived Usefulness)
secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap penerimaan SAP (ITU).
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode kuantitatif, yaitu menggambarkan
kondisi yang diteliti menggunakan angka dan pengambilan keputusan atas hasil penelitian berdasarkan
pada angka-angka statistik. Pada penelitian ini terdapat tiga buah variabel yang terbagi ke dalam dua jenis
variabel. Yang pertama adalah variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kegunaan
teknologi (perceived usefulness) dan kemudahan menggunakan teknologi (perceived ease of use). Varibel
yang kedua adalah variabel dependen atau variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah
variabel penerimaan teknologi dalam hal ini penerimaan SAP (Initiation To Use).
Perceived ease of use menggambarkan bagaimana persepsi pengguna SAP terhadap kemudahan
penggunaan SAP. Indikator yang dipakai untuk mengukur variabel persepsi kemudahan penggunaan SAP
adalah kemudahan untuk dipelajari (easy to learn), kemudahan mencapai tujuan (controllable), jelas dan
mudah dipahami (clear and understabel), fleksibel (flexible), bebas dari kesulitan (easy become skillfull),
dan kemudahan penggunaan (easy to use) (Davis, 1989). Variabel Persepsi Kegunaan Teknologi mengukur
bagaimana persepsi responden terhadap kegunaan SAP dalam pekerjaan mereka. Variabel ini diukur
dengan menanyakan indikator-indikator sebagai berikut: produktivitas (productivity), kinerja tugas atau
efektivitas (job performance/ effectiveness), pentingnya bagi tugas (important to job), dan kegunaan
secara keseluruhan (overall usefulness).
Variabel penerimaaan SAP (intention to use) ini diukur dengan menggunakan indikator keinginan untuk
tetap menggunakan di masa yang akan datang. Artinya disini akan dilihat sejauh mana pengguna mau
menggunakan SAP dalam pekerjaan sehari-hari dan tugas-tugasnya.
Hasil Survey dari Jawaban responden dalam penelitian ini akan diukur dengan skala likert dengan interval:
1 = Tidak Setuju; 2 = Mungkin; 3 = Setuju;
dapat digambarkan model dan skema penelitian sebagai berikut :

Kemudahan

(Perceived Ease of Use)


Penerimaan SAP

(Intention to Use)

Kegunaan

(Perceived Usefulnes)

Gambar 1 Model dan skema penelitian/analisis penerimaan SAP


Metode Analisis

Untuk melakukan perhitungan numerik kami mencoba melakukan analisis untuk menemukan hipotesis
dengan menggunakan metode Corelation. Adapun data validasi yang kami kumpulkan dari 92 orang
responden kami, para responden dengan sebaran informasi lokasi kerja sebagai berikut :

Validation Data Dibagian mana Anda Bekerja ? Jumlah


Cabang Divisi Keuangan 22
Cabang Divisi SDM & Umum 7
Cabang Divisi Teknik 8
Cabang Divisi Usaha 2
Cabang Merak 1
Kantor Cabang 1
Kantor Pusat Diretorat Keuangan dan TI 2
Kantor Pusat Diretorat Komersial dan Pelayanan 1
Kantor Pusat Diretorat Perencanaan & Pengembangan Bisnis 2
Kantor Pusat Diretorat SDM dan Layanan Korporasi 10
Kantor Pusat Diretorat Teknik dan Fasilitas 12
Kantor Pusat Diretorat Utama 4
Kantor Regional 3
Keuangan dan SDM cabang 4
Lintasan penyeberangan 6
Regional SDM dan Umum 7

Tabel 1. Lokasi Responden Bekerja

Kemudian dari informasi yang kami kumpulkan dalam beberapa pertanyaan yang ada pada quisoner yang
kami sebarkan, kami membagi pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi 3 kelompok besar yaitu :

 H1 : Faktor kemudahan (Perceived Ease of Use)(PEU) berpengaruh positif terhadap penerimaan SAP
 H2: Faktor kemanfaatan (Perceived Usefulness)(PU) berpengaruh positif terhadap penerimaan SAP
 H3: Faktor kemudahan (Perceived Ease of Use) dan faktor kemanfatan (Perceived Usefulness) secara
bersama-sama berpengaruh positif terhadap penerimaan SAP.(Intention to Use)

Kemudian dari ketiga kelompok data tersebut kami melakukan pemisahan kelompok data pada masing-
masing group sebagai berikut :

 Kelompok Data Survey 1, kelompok data ini digunakan untuk mengetahui tingkat kemudahan SAP dari
sudut pandang pengguna di lingkungan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero). Adapun detail data dari
kelompok data 1 adalah sebagai berikut :
Menurut Anda penerapan SAP apakah berkaitan dengan pekerjaan yang
anda lakukan sehari-hari, serta dapat membantu memberikan kemudahan
PEU1
terhadap pekerjaan yang selama ini anda lakukan ?

Ya 42 Jumlah
H1 : Faktor kemudahan Tidak 50 Data
(Perceived Ease of Mungkin 0
Use)(PEU) berpengaruh 92
positif terhadap Apakah menurut anda dengan adanya penggunaan SAP memudahkan dalam
penerimaan SAP PEU2 pekerjaan anda ?

Ya 54
Jumlah
Tidak 1
Data
Mungkin 37
92

Tabel 2. Questioner Faktor Kemudahan (PEU)

 Kelompok Data Survey 2, kelompok data ini digunakan untuk mengetahui apakah penerapan sistem
SAP dapat memberikan guna atau dampak positif bagi peningkatan kinerja pegawai dilihat dari sudut
pandang pengguna di lingkungan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero). Adapun detail data dari
kelompok data 2 adalah sebagai berikut :

Apakah menurut anda SAP mudah dipelajari dan digunakan oleh pengguna
PU1 baru?

Ya 43
Jumlah
H2: Faktor kemanfaatan Tidak 38
Data
(Perceived Mungkin 11
Usefulness)(PU) 92
berpengaruh positif Menurut Anda, apakah penerapan SAP saat ini sudah sesuai untuk
terhadap penerimaan PU2 diterapkan ?
SAP
Ya 63
Jumlah
Tidak 25
Data
Mungkin 4
92

Tabel 3. Questioner Faktor Keterkaitan dan Kegunaan (PU)

 Kelompok Data Survey 3, kelompok data ini digunakan untuk dapat mengelompokan informasi apakah
penerapan sistem SAP dapat memberikan kemudahan dan menilai apakah para pegawai dapat
menerima kehadiran SAP sebagai suatu sistem yang dapat memberikan nilai lebih terhadap
penggunanya dilihat dari sudut pandang pengguna dan dirasakan keinginan untuk terus
menggunakan SAP. Adapun detail data dari kelompok data dapat dilihat pada table dibawah ini :

(Job Fit) Menurut anda dan sesuai dengan yang Anda lakukan sehari-hari,
H3: Faktor kemudahan
apakah menurut anda mengerjakan SAP adalah bagian dari kesesuaian
(Perceived Ease of Use)
pekerjaan anda ?
dan faktor kegunaan
(Perceived Usefulness) Ya 61
ITU3 Jumlah
secara bersama-sama Tidak 28
Data
berpengaruh positif Mungkin 3
terhadap penerimaan
SAP.(Intention to Use)
92

Tabel 4. Questioner Faktor kemudahan dan Kegunaan terhadap penerimaan (ITU)

Pembahasan dan Kesimpulan

Penelitian ini melibatkan 92 responden dari Kantor pusat, Kantor Cabang dan Kantor regional berdasarkan
hasil uji analisis dengan menggunakan Chart dapat dilihat adanya perbedaan karakteristik penggunaan
SAP di antara karyawan yang bertugas dan dimana mereka ditempatkan dapat digambarkan dengan grafik
sebagai berikut :

Kantor Pusat Total Responden sebanyak 26 responden.

Kantor Pusat

4 5
2
8
6 1

Tidak pernah
Setiap Hari
Seminggu sekali
Sebulan sekali
Sangat jarang (digunakan beberapa bulan sekali)
Beberapa Kali dalam seminggu
Kantor Cabang Total Responden sebanyak 53 responden.

Kantor Cabang
2
3
7 10
3
28

Tidak pernah
Setiap Hari
Seminggu sekali
Sebulan sekali
Sangat jarang (digunakan beberapa bulan sekali)
Beberapa Kali dalam seminggu

Kantor Regional Total Responden sebanyak 13 responden.

Kantor Regional

4 3
1
5
0
0

Tidak pernah
Setiap Hari
Seminggu sekali
Sebulan sekali
Sangat jarang (digunakan beberapa bulan sekali)
Beberapa Kali dalam seminggu

Dari analisis Grafik juga dapat digambarkan karakteristik dari responden mengenai pengalaman yang
dirasakan ketika menggunakan SAP dapat digambarkan sebagai berikut :
Kantor Pusat
2 2
8
10 6

7 7
3 5

0
Modern Canggih
Susah/Rumit Tidak Mengerti cara pemakaiannya
Tidak perlu karena merepotkan Sangat membantu Pekerjaan Saya
Efisien Memaksa orang untuk berkembang
Tidak akan bertahan lama Tidak ada Petunjuk/Pemandu

Kantor Cabang
0 8 16
12
20
17 9
21
5
1

Modern Canggih
Susah/Rumit Tidak Mengerti cara pemakaiannya
Tidak perlu karena merepotkan Sangat membantu Pekerjaan Saya
Efisien Memaksa orang untuk berkembang
Tidak akan bertahan lama Tidak ada Petunjuk/Pemandu

Kantor Regional
0 00 0

11 2 1
2
9

Modern Canggih
Susah/Rumit Tidak Mengerti cara pemakaiannya
Tidak perlu karena merepotkan Sangat membantu Pekerjaan Saya
Efisien Memaksa orang untuk berkembang
Tidak akan bertahan lama Tidak ada Petunjuk/Pemandu
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan kuesioner yang berisi pernyataan-pernyataan
yang merupakan proksi dari variabel yang diteliti. Jawaban responden diukur dengan skala likert 1 – 3.
Dimana angka 1 menunjukkan ketidaksetujuan responden atas pernyataan yang diajukan, dan angka 3
menunjukkan persetujuan responden atas pernyataan yang diajukan.

Variabel Perceived Ease of Use (PEU) atau persepsi tentang kemudahan penggunaan SAP diukur dengan
2 pertanyaan, nilai minimum untuk variabel Perceived ease of use sebesar 1, yang berarti responden
memberikan jawaban paling rendah angka 1, angka 2 merupakan jawaban netral (Mungkin). Nilai
maksimum sebesar 3, yang berarti responden menyatakan setuju terhadap pernyataan yang diajukan.
Setuju dalam hal ini dapat diartikan bahwa responden mempunyai persepsi bahwa SAP mudah digunakan
dalam pekerjaan mereka.

Variabel Perceived Usefullness (PU)atau persepsi tentang kemanfaatan SAP dalam pekerjaan diukur
dengan 2 pertanyaan, nilai minimum jawaban responden untuk variabel Perceived of Usefullness sebesar
1, yang berarti responden memberikan jawaban paling rendah 1, angka 2 merupakan jawaban netral
(Mungkin), Nilai maksimum sebesar 3, yang berarti responden menyatakan setuju terhadap pernyataan
Setuju dalam hal ini dapat diartikan bahwa responden mempunyai persepsi bahwa SAP memberi manfaat
dalam pekerjaan mereka.

Variabel Penerimaan (Intention of Use ) diukur dengan 1 pertanyaan, yang berarti responden memberikan
jawaban paling rendah 1, angka 2 merupakan jawaban Mugkin untuk pernyataan yang diajukan. Nilai
maksimum sebesar 3, yang berarti responden menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan yang
diajukan. Setuju dalam hal ini dapat diartikan bahwa responden mempunyai persepsi bahwa mereka bisa
menerima SAP dalam pekerjaan mereka.

Selanjutnya Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini untuk melihat hasil korelasi dengan Pearson
Range Association dan Hasil uji analisis tersebut dapat dijelaskan berikut ini :

Analisis data dengan skala linkert akan menjadi seperti table dibawah ini :

Data
User PEU 1 PEU 2 PU 1 PU 2 ITU 1
User 1 1 1 1 1 1
User2 1 1 1 1 1
User 3 1 1 1 1 1
User 4 1 1 1 1 1
User 5 1 1 1 1 1
User 6 1 1 1 1 1
User 7 1 1 1 1 1
User 8 1 1 1 1 1
User 9 1 1 1 1 1
User 10 1 1 1 1 1
User 11 1 1 1 1 1
User 12 1 1 1 1 1
User 13 1 1 1 1 1
User 14 1 1 1 1 1
User 15 2 1 1 1 1
User 16 2 1 1 1 1
User 17 2 1 1 1 1
User 18 2 1 1 1 1
User 19 2 1 1 1 1
User 20 2 1 1 1 1
User 21 2 3 1 1 1
User 22 2 3 1 1 1
User 23 2 3 1 1 1
User 24 2 3 1 1 1
User 25 2 3 1 1 1
User 26 2 3 1 2 1
User 27 2 3 1 2 1
User 28 2 3 1 2 1
User 29 2 3 1 2 2
User 30 2 3 1 3 2
User 31 2 3 1 3 2
User 32 2 3 1 3 3
User 33 2 3 1 3 3
User 34 2 3 1 3 3
User 35 2 3 1 3 3
User 36 2 3 1 3 3
User 37 2 3 1 3 3
User 38 2 3 1 3 3
User 39 2 3 2 3 3
User 40 3 3 2 3 3
User 41 3 3 2 3 3
User 42 3 3 2 3 3
User 43 3 3 2 3 3
User 44 3 3 2 3 3
User 45 3 3 2 3 3
User 46 3 3 2 3 3
User 47 3 3 2 3 3
User 48 3 3 2 3 3
User 49 3 3 2 3 3
User 50 3 3 3 3 3
User 51 3 3 3 3 3
User 52 3 3 3 3 3
User 53 3 3 3 3 3
User 54 3 3 3 3 3
User 55 3 3 3 3 3
User 56 3 3 3 3 3
User 57 3 3 3 3 3
User 58 3 3 3 3 3
User 59 3 3 3 3 3
User 60 3 3 3 3 3
User 61 3 3 3 3 3
User 62 3 3 3 3 3
User 63 3 3 3 3 3
User 64 3 3 3 3 3
User 65 3 3 3 3 3
User 66 3 3 3 3 3
User 67 3 3 3 3 3
User 68 3 3 3 3 3
User 69 3 3 3 3 3
User 70 3 3 3 3 3
User 71 3 3 3 3 3
User 72 3 3 3 3 3
User 73 3 3 3 3 3
User 74 3 3 3 3 3
User 75 3 3 3 3 3
User 76 3 3 3 3 3
User 77 3 3 3 3 3
User 78 3 3 3 3 3
User 79 3 3 3 3 3
User 80 3 3 3 3 3
User 81 3 3 3 3 3
User 82 3 3 3 3 3
User 83 3 3 3 3 3
User 84 3 3 3 3 3
User 85 3 3 3 3 3
User 86 3 3 3 3 3
User 87 3 3 3 3 3
User 88 3 3 3 3 3
User 89 3 3 3 3 3
User 90 3 3 3 3 3
User 91 3 3 3 3 3
User 92 3 3 3 3 3
Tabel 5. Analisis data dengan metode skala linkart

Sehingga dapat dilakukan analisis keterkaitan (korelasi) yang menentukan apakah dari setiap kelompok
memiliki korelasi adalah sebagai berikut :
PEU 1 PEU 2 PU 1 PU 2 ITU 1
PEU 1 1
PEU 2 0,791421 1
PU 1 0,859542 0,585454 1
PU 2 0,837516 0,835025 0,741023 1
ITU 1 0,845567 0,775732 0,784781 0,968116 1
Tabel 6. Analisis keterkaitan

Berdasarkan tabel 6 diatas dapat diketahui bahwa semua elemen pernyataan dalam variabel penelitian
dinyatakan memiliki hubungan yang positif dan jika diukur dengan metode Pearson Corelation dapat
digambarkan sebagai berikut :

Table Pearson Range Association :

Tabel 7. Pearson Range

Maka dengan melihat table 7, dari dari hasil uji korelasi tersebut dapat dilihat keterkaitan yang dapat
dianalisis dengan table sebagai berikut :

Tabel hasil korelasi


Hipotesis Corelation range Streght
PEU1 ---> PEU 2 0,791420883 0.75 - 1 Very Strong
PEU1 ---> PU1 0,859542214 0.75 - 1 Very Strong
PEU1 ---> PU2 0,837515753 0.75 - 1 Very Strong
PEU1 ---> ITU1 0,845567499 0.75 - 1 Very Strong
PEU2 ---> PU 1 0,585454388 0.50 - 0.75 Moderate
PEU2 ---> PU 2 0,835025382 0.75 - 1 Very Strong
PEU2 ---> ITU1 0,775732323 0.75 - 1 Very Strong
PU1 ---> PU2 0,7410229 0.75 - 1 Moderate
PU1 ---> ITU1 0,784781383 0.75 - 1 Very Strong
PU2 ---> ITU1 0,968115931 0.75 - 1 Very Strong
Tabel 3. Hasil Korelasi
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Dari hasil uji analisis korelasi dengan melihat hasil pada Pearson table terjadi korelasi positif antara
PEU1,PEU2,PU1,PU2 dan ITU1 yang mempunyai nilai range Pearson corelation pada Moderate association
dan Very Strong association, dengan demikan dapat dipersepsikan bahwa kemudahan penggunaan SAP
dan Kemanfaatan Penggunaan SAP berkorelasi positif terhadap penerimaan SAP terhadap karyawan PT.
Asdp Indonesia Ferry (Persero), yang diwakili oleh para responden yang merupakan karyawan PT. Asdp
Indonesia Ferry (Persero) yang berada di Kantor Pusat,Kantor Cabang Maupun Kantor Regional.

2. Penerimaan SAP dipengaruhi oleh persepsi pemakai/User/ terhadap kemudahan penggunaan SAP.
Dalam hal ini Karyawan mempunyai persepsi bahwa SAP mudah untuk digunakan sehingga mereka bisa
menerima SAP dalam pekerjaan mereka,

3. Penerimaan SAP dipengaruhi oleh persepsi kemanfaatan sistem. Dalam hal ini persepsi karyawan
berkorelasi positif mengenai kemanfaatan SAP.

4. Secara simultan persepsi kemudahan penggunaan (PEU) dan persepsi kemanfaatan (PU)
mempengaruhi penerimaan SAP (ITU) . Karyawan akan lebih mudah menerima SAP apabila mereka
merasa bahwa SAP mudah digunakan dan mempunyai manfaat dalam pekerjaan mereka.

Anda mungkin juga menyukai