Anda di halaman 1dari 14

Pengklasifikasian Film Midsommar karya Ari Ester Dalam Genre Horor

Oleh

Andri Hotma Teguh, Daffa Nur Aldyth, Laila Malina

Bahasa dan Kebudayaan Inggris Universitas Al Azhar Indonesia

Abstract

This paper discusses the classification of horror genre film in Midsommar by Ari Ester. This
paper discusses how Midsommar can be classified as genre horror which uses a new
approach on showing the horror situation in the film with brighter settings and more colorful
style. Furthermore, the body horror uses as the theory to ana

Abstrak

Penelitian ini membahas pengklasifikasian film Midsommar karya Ari Ester dalam genre horor.
Penelitian ini membahas bagaimana film Midsommar dapat dikategorisasikan film bergenre
horor yang menggunakan gaya baru dalam membentuk suasana seram dan menegangkan
dengan seting yang terang dan lebih berwarna ketimbang dengan film horor yang sering
menggunakan unsur gelap dan hantu. Dalam menentukan kategorisasi film Midsommar dalam
genre horor, peneliti menggunakan teori body horror yang mana di tiap adegan film
Midsommar lebih banyak muncul adegan pembunuhan dan mutilasi tubuh manusia. Dalam hal
ini, adegan slasher atau gore dapat menimbulkan suasana tegang dan menyeramkan akibat
efek yang ditimbulkan dari adegan pembunuhan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk
menjelaskan bagaimana film Midsommar terkategorisasikan dalam genre horor.

Kata kunci: Midsommar, body horror, genre, horor,

A. Film Horor dan Kategorinya 0

Film bergenre horor lekat dengan unsur gelap, sunyi, hitam, dan lainnya. Unsur ketegangan
yang dibangun genre horor ini sudah sangat melekat dan menjadi sebuah “pakem” sebuah film
bergenre horor. Cerita yang diangkat biasanya mengenai legenda, mitologi, cerita, atau urban
mitologi yang melekat pada masyarakat modern. Film horor lekat dengan unsur ketegangan,
ketakutan, dan kebencian.

Film bergenre horor yang lekat dengan adegan menegangkan, penuh ketakutan, penuh dengan
unsur gelap dan sunyi. Hal-hal tersebut sudah menjadi ciri tersendiri bagi film horor.
Pengklasifikasian ini dengan mudah menjadi suatu proses kategorisasi dalam pengklasifikasian
film bergenre horor. Namun, berbeda dengan film bergenre horor seperti Midsommar yang
sangat jauh berbeda dengan film horor biasanya. Film tersebut tidak mengandung unsur gelap
dan sunyi, bahkan penuh warna dan musik yang menciptakan kesan bahwa film tersebut
bukanlah film horor.

Dalam film Midsommar, latar tempat dan waktu yang digunakan tidak menggambarkan
suasana yang biasa ditemukan di dalam film horor pada umumnya. Biasanya dalam film horor,
latar tempat dan waktu berlangsung saat malam hari atau gelap. Berbeda dengan Midsommar,
warna-warni dari dekorasi dan bangunan menjadi latar tempat, waktu siang hari, nyanyian dan
tarian-tarian justru ditemukan dalam sepanjang film berlangsung.

Midsommar adalah sebuah film besutan Ari Aster bergenre horor dan thriller. Film ini juga
dapat dikategorikan sebagai film slasher dikarenakan banyak adegan-adegan pembunuhan
serta mutilasi anggota-anggota tubuh manusia hingga film berakhir. Slasher sendiri merupakan
subgenre dari horor. Sebuah film sendiri dapat dikategorikan sebagai film slasher jika terdapat
adegan-adegan pembunuhan atau mutilasi jika aksi pembunuhan dilakukan menggunakan
benda-benda tajam dan pelaku pembunuhan tersebut merupakan seorang manusia bukan
makhluk supranatural. Film slasher juga kental dengan darah dan gore.

B. Genre Horor Dalam Film

Ada tiga faktor penting yang digunakan dalam film horor menurut pendapat Walters (2004).
Tiga faktor ini juga memiliki peran yang sangat besar dalam mempengaruhi film agar dapat
dikatakan sebagai film horror. Pertama adalah membangun tensi. Tensi ini dapat dibangun
melalui misteri, suspense, darah, terror dan syok. Yang kedua adalah relevansi, salah satunya
adalah relevansi universal. Relevansi universal ini merujuk pada ketakutan seperti ketakutan
pada kematian maupun ketakutan pada sesuatu yang tidak diketahui atau ‘the unknown’. Faktor
terakhir adalah ketidakrealistisan.
Genre horor merupakan genre yang dapat ditemukan dalam literatur maupun film. Genre ini
biasanya identik dengan adegan-adegan yang menimbulkan rasa takut, mencekam, dan sering
dikaitkan dengan cerita seram atau hantu. Hal tersebutlah yang sering membuat genre horor
banyak dijumpai adegan-adegan yang terjadi pada ruang atau lingkungan gelap, entah karena
teknik pencahayaan maupun latar waktu yang diambil saat malam hari. Hal ini dibuat
sedemikian rupa untuk menciptakan kesan ketakutan akan kegelapan, karena tidak ada cahaya
yang cukup, yang secara otomatis membuat para penonton film genre horror merasakan
ketegangan dan menebak-nebak tentang sesuatu yang mengintai di balik suasana gelap itu.

Tidak hanya ketakutan akan hal-hal supernatural seperti hantu ataupun yang semacamnya,
genre horor juga dapat memasukkan unsur ketakutan psikologis karena adegan yang membuat
trauma seperti rasa dibayang-bayangi oleh wujud seseorang yang mengejar dalam kegelapan.
Lagi-lagi, unsur gelap bermain penting dalam genre ini. Ketakutan pada ketidaktahuan muncul
karena minimnya pengetahuan tentang suatu objek atau kondisi. Pada kasus film Midsommar,
ketidaktahuan para pemeran utama sebagai pendatang terhadap ritual yang dilakukan oleh
komunitas Hargå di Swedia yaitu adanya pengorbanan manusia.

Ketidakrealisan atau unrealism diciptakan dengan membuat suara, efek, dan teknik
pengambilan gambar. Teknik-teknik pembuatan film ini dibuat untuk menekankan kepada para
penonton bahwa adegan-adegan yang terjadi di film tidak terjadi di dunia nyata. Dalam
dunia nyata, ketika ketegangan atau ketakutan muncul dan dirasakan oleh manusia, efek-efek
suara serta musik latar tidak ada. Hal ini dikarenakan ketiga hal tersebut hanya ada di film
untuk kepentingan mendramatisir suatu adegan.

Meskipun elemen-elemen latar tempat dan waktu di tempat gelap serta sosok supernatural
seperti hantu atau sosok misterius tidak ditemukan di film Midsommar, elemen-elemen lainnya
seperti darah, gore, ketidakrealistisan, efek suara serta teknik pengambilan gambar dapat jelas
ditangkap panca indera penonton yang mendukung film ini untuk dikategorikan sebagai film
horror.

C. Mistifikasi Dalam Film Midsommar

Dalam teori Uncanny yang dicetuskan oleh Sigmund Freud, menurutnya uncanny
menggambarkan sesuatu yang familiar tetapi asing, aneh, dan ganjil. Pada dasarnya, film horor
sangat erat kaitannya dengan uncanny. Misalnya rasa takut atau rasa ngeri. Rasa takut atau
ngeri yang diharapkan dapat dirasakan oleh penonton, disajikan di dalam film horor dengan
variasi yang berbeda-beda. Ketakutan akan ketidakpastian, ketakutan akan sesuatu yang tidak
diketahui dan ketakutan akan hal-hal aneh bisa menjadi salah satu sumber ketakutan yang
dimunculkan pada film horor. Ketakutan merupakan sifat yang familiar, namun dalam
Midsommar, ketakutan yang dimunculkan di siang hari, membuat rasa ketakutan itu menjadi
aneh dan asing. Ketakutan-ketakutan dimunculkan justru ketika kegiatan yang menyenangkan
sedang dilakukan, yaitu saat menyanyi dan menari-nari dan ditambahkan dengan warna-warni
dari bunga maupun motif pada pakaian putih yang dikenakan para suku Hargå saat ritual yang
jauh dari unsur gotik dan menyeramkan.

Dalam film horor yang memang menggunakan unsur supernatural, biasanya ketakutan yang
dimunculkan adalah melalui hadirnya sosok-sosok aneh, seperti hantu, vampir, zombie dan
hal-hal lainnya di luar nalar manusia. Pada beberapa film horor yang tidak menyuguhkan
sosok-sosok supernatural, biasanya menciptakan ketakutan dengan memunculkan 'the
unknown'. Para pemeran di film horor biasanya akan dihadapkan kepada ketidaktahuan yang
membuat para penikmat film horor ikut terlibat dalam merasakan ketakutan akibat
ketidaktahuan para pemeran tentang hal-hal di sekitarnya. Di dalam Midsommar, para sosok
supernatural ini tidak muncul, sebagai penggantinya adalah hal-hal atau kegiatan biasa
contohnya adalah menari. Saat adegan menari sampai tersisa satu orang inilah, ketakutan
dibangun karena pemenangnya diharuskan memilih satu orang untuk dikorbankan.

Ketidaktahuan keadaan sekitar, keadaan asing, keterbatasan pengetahuan tentang keadaan


tidak biasa, membuat penonton akan ikut menerka dan respon yang muncul adalah ketakutan.
Melihat keterbatasan pengetahuan pemeran, memicu respon penonton untuk berantisipasi
tentang apa yang akan muncul dan dihadapi oleh pemeran di film horor.

Dalam Midsommar, sesuatu yang familiar itu adalah adanya ritual yang diadakan dalam festival
musim panas. Namun, keanehan muncul saat adanya keharusan untuk mengorbankan manusia
demi berlangsung dan terlaksananya ritual upacara tersebut. Sifat uncanny lainnya muncul
ketika para tetua Hargå ini dengan rela hati mengorbankan dirinya demi suksesnya ritual.

Dalam kehidupan nyata, orang dapat memutilasi dan melakukan pembunuhan brutal dan sadis
melewati batas dan norma kewajaran manusia karena adanya motif pribadi. Namun dalam
Midsommar, keadaan uncanny muncul ketika mereka dengan senang hati tanpa adanya motif
kejahatan seperti dendam, benci, melainkan hanya sebagai elemen wajib dalam ritual,
melakukan bunuh diri, pembunuhan hingga mutilasi.
Contoh keadaan uncanny lainnya adalah ketika salah satu pemeran utama mengorbankan
kekasihnya di akhir ritual. Dia menangis karena kekasihnya harus mati, pada akhirnya malah
menunjukkan wajahnya yang tersenyum seolah-olah bahagia.

D. Penggunaan Anggota Tubuh Dalam Penggambaran Film Horror

Dalam kasus ini, film Midsommar (2019) banyak menampakan wujud tubuh manusia yang
dijadikan dalam membentuk suasana horor dalam film tersebut. Tubuh menjadi sebuah
kehidupan atau bagian vital pada manusia yang dapat dirasakan (Lisa Blackman, 2008).
Kondisi tubuh yang sempurna, lalu menjadi hancur, ini yang membuat film horror menjadi
mengerikan (Larrie Duddenhofer, 2014). Dalam hal ini, eksplorasi penggambaran situasi horor
dalam film Midsommar tersalurkan ke penonton yang melihat adegan-adegan horor yang
dibangun dalam setiap scene-nya. Seperti scene berikut:

(Gambar D.1 Midsommar)

Dalam scene, terdapat tokoh yang mati setelah terjun dari tebing yang tinggi. Sebelumnya,
telah diadakan upacara, lalu tokoh tersebut dibawa ke tebing tinggi dan melakukan beberapa
ritual sebelum terjun dan mati dengan wajah hancur. Sebelum adegan tubuh tokoh tersebut
hancur, penyuguhan bentuk wajah dan tubuh tokoh tersebut sudah diketahui sebelumnya, lalu
menjadi mengerikan setelah tokoh tersebut terjun dan menjadi hancur. Efek ini yang
menimbulkan horor atau mengerikan yang ditransfer melalui adegan tersebut. Dengan
penggambaran yang jelas, bentuk tubuh yang hancur, beserta darah yang keluar menimbulkan
efek skematik horror.

Kemudian, ada satu tokoh juga yang terjun dari tebing tinggi tersebut. Dalam adegan ini, si
tokoh tersebut belum sepenuhnya mati. Tokoh tersebut masih hidup dan bernapas. Kesan suara
napas suara seseorang yang sekarang menimbulkan awal efek ketegangan, lalu ada tokoh yang
memukul dengan kepala tokoh tersebut sampai mati dengan wajah hancur seperti tokoh
pertama.

(Gambar D.2 Midsommar)

Unsur horror yang muncul dalam scene ini, mulai menyeramkan dan terlihat tidak biasa.
Namun, ini adalah efek yang ingin ditimbulkan dalam film Midsommar. Menggunakan situasi
tubuh seseorang yang tidak sempurna atau hancur meningkatkan intensitas ketegangan dalam
adegan tersebut. Dalam adegan tersebut juga ditonjolkan dengan jelas bagaimana wajah tokoh
yang langsung hancur sedemikian rupa oleh benda yang digunakan untuk memukul kepalanya.

(Gambar D.3 Midsommar)


Rupa tokoh tersebut juga dimunculkan dari depan dengan sangat jelas dengan bagaimana
dalam kondisi yang hancur yang telah dipukul oleh tokoh lainnya. Ini untuk memperjelas
bagaimana kondisi wajah tokoh tersebut dari depan, yang seperti diketahui melalui sudut
samping tokoh tersebut. Ini yang menjadikan keadaan menjadi horor atau mengerikan. Hal
yang tidak lazim ini, membentur norma-norma kemanusiaan yang ada, sehingga menimbulkan
ketegangan atau ketakutan dalam film ini.

Lalu, dengan munculnya adegan kedua tubuh tokoh tersebut yang dibakar dan di saksikan
bersama-sama oleh warganya, ini membuat suasana menjadi sangat menegangkan.

(Gambar D.4 Midsommar)

Dalam adegan ritual yang dilakukan dalam film tersebut, berdampak langsung ke penonton
karena kejadian situasi tubuh seseorang yang dirusak dan sudah dihancurkan, lalu dimusnahkan
dengan cara dibakar. Dengan bentuk wajah yang masih hancur dan tidak ditutupi dengan kain
atau penutup kepala, ini yang menjadikan adegan tersebut tegang dan menimbulkan efek horor
ke penonton. Sehingga, adegan dalam scene ini meningkatkan intensitas horor ke penonton.
(Gambar D.5 Midsommar)

Lebih lanjut ketika dalam adegan tokoh Christian masuk ke kandang ayam, dan melihat
seorang temannya yang sebelumnya pamit pulang dari pedesaan tersebut. Namun, ia
menemukan temannya, Simon telah mati dengan tubuhnya diikat dengan tali dan punggungnya
terbuka lebar dan matanya ditutup dengan bunga. Dalam adegan ini, pembentukan suasana
horror sedang berlangsung di mana disajikan tubuh seseorang yang mati dan menggantung
diikat empat bagian dan tanpa busana.

(Gambar D.6 Midsommar)

Bagian menegangkan semakin meningkat ketikan posisi kamera mengambil dari bagian
belakang dan menampakkan dari punggung Simon yang mana sudah hancur dengan
sedemikian rupa. Ini menimbulkan kesan horor yang menegangkan. Sebab, terlihat jelas
bagaimana struktur tubuh tokoh tersebut dibuat menjadi sebuah gantungan yang diikat, terlebih
tokoh tersebut adalah seorang manusia. Juga, detil-detil bagian tubuhnya terlihat jelas dengan
tulang dan daging keluar yang diikat dengan tali agar terbuka lebar bagian punggung tokoh
tersebut yang berbentuk seperti sayap burung. Hal ini yang membuat adegan ini menjadi
mengerikan karena bentuk tidak normal tubuh manusia dijadikan sebagai ritual pengorbanan
yang dilakukan dalam film Midsommar.
(Gambar D.7 Midsommar)

Lalu masuk ke adegan selanjutnya yang mana diperlihatkan salah satu warga membawa
seorang mayat yaitu Connie, dengan menggunakan troli yang tidak ada bentuk utuh tubuhnya,
melainkan hanya kepalanya saja dengan tubuh dari karung yang dipurwarupakan sebagai
bentuk tubuhnya yang dihiasi dengan daun dan rumput hijau.

(Gambar 2.8 Midsommar)

Salah satu tubuh mayat yang dibawa yaitu Mark, dipakaikan sebuah tudung kepala dengan
warna terang yang terlihat seolah-seolah seperti seorang anak-anak yang bahagia. Namun, tidak
ada tubuh utuhnya hanya wajahnya saja dan tidak ada bentuk detil mengenai wajahnya hanya
kumpulan jerami yang terlihat. Tangannya juga menggunakan dari kumpulan kayu yang
seolah-seolah sebagai bentuk tangan. Dalam adegan ini, tubuh dari tokoh tersebut tidak dan
mereka seperti boneka manusia, yang aslinya mereka adalah manusia yang sudah tidak
memiliki organ tubuh. Ini kesan mengerikan yang ditunjukkan dalam adegan ini, bagaimana
seorang manusia sudah tidak memiliki tubuhnya dan dijadikan boneka mayat. Beda dengan
adegan sebelumnya yang jelas terlihat bagaimana tokoh seorang kakek dan nenek yang
wajahnya hancur dengan terjun dari tebing tinggi dan dengan kematian Connie dan Mark yang
tidak perlihatkan, namun kedua tokoh tersebut sudah mati dan menjadi boneka mayat. Terlebih
mereka hanya sebuah bentuk kepala saja dengan tubuh buatan.

Kesan horror belum berhenti sampai situ. Ketika adegan Christian akan dijadikan beruang, ini
menambahkan situasi yang menegangkan. Seorang manusia dimasukkan ke dalam tubuh
beruang yang sudah dibuang isi perutnya, lalu dimasukkan tubuhnya Christian ke dalam
beruang itu dan kemudian dijahit agar menjadi terlihat sempurna dengan tubuh beruang
tersebut.

(Gambar 2.9 Midsommar)

(Gambar 2.10 Midsommar)

Penyajian dua adegan tersebut sangat mengerikan. Pasalnya, tubuh manusia dimasukkan ke
dalam tubuh hewan, lalu dijadikan sebagai perwujudan hewan tersebut. Adegan tersebut juga
memperlihatkan bagaimana Christian dimasukkan ke dalam beruang tersebut, lalu menjadi
manusia beruang. Unsur horror cukup terasa pada bagian ini karena tubuh manusia sudah
seperti boneka yang bisa dibongkar pasang menjadi manusia jerami seperti Connie dan Mark,
lalu menjadi manusia beruang.

(Gambar 2.11 Midsommar)

(Gambar 2.12 Midsommar)

Di adegan selanjut, mereka semua (Christian, Connie, Mark, Josh, dan Simon) di masukkan ke
dalam rumah kayu dan disusun berdasarkan tempat yang sudah diatur. Hanya Christian yang
masih hidup dan teman-temannya semua sudah mati. Bagian ini sangat menegangkan ketika
kamera mengambil gambar ke tiap-tiap tokoh yang sudah mati. Lalu, Christian yang sudah
menjadi manusia beruang yang masih hidup diantara temannya yang sudah mati. Kemudian
mereka dibakar sampai seluruh ruangan tersebut hancur dibakar oleh api.

(Gambar 2.13 Midsommar)

(Gambar 2.14 Midsommar)

Dalam seluruh rangkaian kejadian yang muncul di dalam film Midsommar, banyak adegan
slasher diperlihatkan ke dalam benak penonton. Ini juga yang menyebabkan kejadian
pembunuhan tersebut menjadi hal yang tidak wajar dan menyeramkan. Hal tersebut yang
dibangun di dalam film Midsommar yang mana dalam ritual dalam keyakinan penduduk Hårga
mengorbankan tubuh manusia sebagai upacara keagamaan yang mereka lakukan setiap di tahun
tertentu. Tentu, dalam kasus film horor, Midsommar merupakan salah satu film horor
menggunakan pendekatan gaya baru yang lebih terang dan berwarna. Namun, hal tersebut
merupakan salah satu elemen pendukung saja untuk dalam menguatkan kesan horor yang akan
ditimbulkan dalam adegannya. Ritual-ritual yang ditunjukan di tiap adegannya itu sebagai titik-
titik tanda kejadian horor.
Lebih lanjut, ritual pembunuhan dan mengorbankan tubuh manusia yang bentuk tubuhnya
sudah dimodifikasi sedemikian rupa seperti boneka, ini yang menjadi poin utama dalam film
Midsommar. Adegan pembunuhan yang dimunculkan dalam film Midsommar menjadi kunci
bahwa film tersebut banyak memunculkan kejadian-kejadian horor di tiap adegannya. Puncak
dari ketegangan film ini adalah, bagaimana setiap tubuh manusia dari tokoh-tokoh tersebut
dijadikan sebagai alat ritual mereka. Dan bagaimana tubuh-tubuh dari tokoh tersebut memiliki
ciri yang berbeda dalam kematiannya yang dijadikan sebagai bentuk boneka. Di dalam adegan
terakhir, menunjukan bahwa pengorbanan yang dilakukan dalam ritual tersebut sebagai hal
wajar yang telah dilakukan sejak ratusan tahun lalu. Ketegangan dan unsur horror yang
dibangun dari awal film, ini mengerucutkan bagaimana film Midsommar masuk dalam
kategorisasi film bergenre horror.

Adegan pembunuhan yang dilakukan dalam film Midsommar memperkuat bagaimana kesan
horor itu terjadi dan terbentuk. Dalam kasus ini, film Midsommar menggunakan adegan
pembunuhan dan mutilasi tubuh manusia sebagai elemen yang membangun kesan horor. Hal
ini yang menyebabkan film Midsommar banyak menimbulkan kejadian yang menegangkan
dan menakutkan. Poin tersebut juga yang memperkuat dalam pengkategorian genre film
Midsommar yang masuk dalam kategori film bergenre horor.

E. Kesimpulan

Film horror itu lekat dengan suasana seram seperti gelap, sunyi, hitam dan kejadian yang
mengerikan lainnya. Namun, di film Midsommar ini tidak memiliki unsur gelap yang atau
keadaan sunyi seperti film horor lainnya, justru lebih menimbulkan suasana yang senang dan
warna-warni yang muncul dan banyak kejadian di siang hari dan di cuaca yang cerah, dan tidak
menimbulkan suasana seram sama sekali. Midsommar banyak menunjukan gore yang disebut
dengan slasher di mana adegan pembunuhan dan mutilasi dengan menggunakan benda tajam
dan tumpul, bahkan pelaku tersebut bukanlah supernatural atau makhluk astral, melainkan
manusia yang melakukan hal tersebut demi ritual yang ada di film tersebut. Kemunculan
gambar beberapa anggota tubuh dalam penggambaran film Midsommar, di mana ada yang
wajahnya hancur, dimutilasi, dan dijadikan pengorbanan untuk ritual ini memberikan kesan
seram dan menakutkan. Faktor itu yang membangun tensi, relevansi dan ketidakrealistisan di
mana kejadian tersebut tabu atau tidak normal di dunia nyata. Ketidaksadaran sekitar, keadaan
asing dan keterbatasan pengetahuan akan menjadi alasan kenapa penonton akan merasakan
ketakutan ketika menonton film Midsommar. Hal tersebut yang menjadi poin, bahwa film
Midsommar masuk sebagai kategorisasi film bergenre horor.

Daftar Pustaka

Blackman, Lisa. 2008. The Body: The Key Concepts. Oxford and New York: Berg.

Dudenhoeffer, Larrie. 2014. Embodiment and Horror Cinema. Basingstoke, UK: Palgrave
Macmillan.

Freud, Sigmund. 1955. “The ‘Uncanny’.” In The Standard Edition of The Complete
Psychological Works of Sigmund Freud edited by James Strachey.

John Hitchcock, Stuart. 2016. The Veneer of Fear: Understanding Movie Horror. University
of Southampton.

Fu, Xiangyi. 2016. Horror Movie Aesthetics: How Color, Time and Sound Elicit Fear In An
Audience. Northeastern University. Boston, Massachusetts.

Seyler, Sarah. April 22nd, 2019. What Are You So Scared About?: Understanding the False
Fear Response to Horror Films.

Walters, Glenn D. 2004. Understanding the popular appeal of horror cinema: An intergrated
interactive model. Journal of Media Psychology.

Anda mungkin juga menyukai