Rita Buku3 PDF
Rita Buku3 PDF
MODUL PERKULIAHAN
BIOKIMIA
TIM PENYUSUN
Logo
FAKULTAS PERTANIAN
2012
2
KATA PENGANTAR
Tim Penyusun
3
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
menjadi delapan topik utama yaitu: Biomolekul, Air, Karbohidrat, Lemak, Protein,
Enzim, Asam Nukleat dan Bioenergetika.
Biokimia menarik untuk dipelajari, karena materinya berorientasi pada
proses-proses kehidupan yang berlandaskan kimia dan kaidah-kaidahnya,
terutama kimia organik. Tidak salah bila dikatakan bahwa biokimia
mempelajari dinamisasi komponen-komponen kimia penyusun sel. Bagaimana
senyawa kimia penyusun sel yang struktur dan komposisi berbeda dapat
berinteraksi dan berintegrasi satu sama lain dan terorganisasi dengan baik
dalam wujud/bentuk makhluk hidup atau organisme. Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, kita mencoba membedakan antara struktur benda mati
(abiotik) dengan struktur organisme/benda hdup (biotik atau: sel) terlebih dulu
sebagai suatu orientasi untuk memahami biokimia.
Bila suatu benda mati, misalnya pasir, batu, tanah, air dan lain-lain
dibiarkan di alam terbuka untuk beberapa waktu, akan terlihat perubahan
strukturnya, baik struktur eksternal maupun internal. Pada akhirnya, benda
tersebut akan hilang menyamakan diri atau menyatu dengan alam sekitarnya
atau benda sekelilingnya. Akan tetapi, bila suatu benda hidup atau organisme,
misalnya seekor tikus, dibiarkan untuk beberapa lama di alam terbuka, dengan
asumsi segala keperluan untuk hidupnya dipenuhi, maka akan terlihat struktur
eksternal dan internalnya tetap utuh sebagaimana kodratnya seekor tikus.
Mengapa demikian?, sistem apakah yang terjadi pada organisme tersebut
sehingga struktur eksternal dan internalnya dapat bertahan? Biokimialah yang
akan menerangkan, mengapa seekor tikus itu dapat mempertahankan kodratnya
selama ia masih hidup.
Dari uraian di atas dapatlah dikaji bahwa benda mati maupun organisme
sama-sama dibangun oleh unsur-unsur kimia yang sama, tetapi berbeda dalam
struktur dan tatanan. Benda mati tidak memiliki struktur dan tatanan sehingga
dapat dikatakan benda mati disusun oleh unsur-unsur kimia yang tidak beraturan
atau amburadul. Sedangkan pada organisme, unsur kimia yang membangunnya
memiliki srtruktur dan tatanan, bahkan memiliki arsitektur.
Perbedaan secara biofisika struktur molekuler yang menyusun benda mati
(abiotik) dan struktur molekuler yang menyusun organisme (biotik)dapat
diilustrasikan sebagai berikut (Tabel 1.1).
7
Tabel 1.1 Perbedaan Struktur Molukuler yang menusun benda Mati dan
struktur molukuler yang menyusun organisme.
Struktur Molekuler Benda Mati Struktur Molekuler Organisme
Struktur dan susunannya seder- Struktur dan susunannya kom-pleks
hana dan tidak terorganisasi, tidak terorganisasi secara sem-purna, baik
beraturan dan amburadul eksternal-internal, mikroskopis-
makroskopis.
Setiap bagian atau komponen Setiap bagian atau komponen yang
yang membangun benda tidak membangun organisme (sel) memiliki
memiliki fungsional. fungsional khusus, baik makroskopis
(kulit, daun, akar) jantung, paru-paru,
ginjal, dan sebagainya) maupun
mikroskopis (membran sel, sitoplasma
sel, mitokhondria, intisel). Bahkan,
komponen kimiawi sel seperti protein,
karbohidrat, lipid, dan asam nukleat
dan memiliki fungsional
Memiliki lima proses kehidupan.
Mampu mengubah/transformasi
Tidak memiliki lima proses kehi- bentuk energi lingkungan menjadi
dupan : gerak, tumbuh, iritabilitas, energi kimia untuk kehidupan.
reproduksi, dan metabolisme. Jika Komponen kimia yang menyusun sel
dibiarkan di alam terbuka, cende- senantiasa dinamis (turn-over) setiap
rung akan terurai sampai menca-pai saat. Akibat dari semuanya itu, organisme
keseimbangan dengan zat di (sel) dapat/mampu mempertahankan
sekelilingnya atau sirna kodratnya
Cenderung akan mempertahankan
keberadaannya (eksis) di alam ini, karena
Tidak memiliki proses regenerasi memiliki proses regenerasi/ reproduksi.
Organisme atau sel memiliki sistem transformasi atau sistem konversi, yaitu
sistem di mana dari satu bentuk energi dapat diubah menjadi bentuk energi lain. Tabel
1.2 berikut memperlihatkan perubahan bentuk-bentuk energi yang terjadi pada
organisme/ sel.
Tabel 1.2 Transformasi atau konversi energi yang terjadi di dalam organisme
Transformasi Energi: Pada sel/organ
Kimia listrik otak dan saraf
Suara listrik telinga bagian dalam
Radiasi kimia khloroplas
Radiasi listrik mata
Kimia osmotik ginjal
Kimia mekanik otot/muskulus
epitel bersilia
Kimia radiasi kunang-kunang
Kimia listrik indra pencicip
(sumber: General Zoologi. G`h. Ed. 1973. oleh Claude A. Villee dkk,).
Karbohidrat 3 5
Lipid 2 20
2 500
Turunan protein, as, nukleat
karbohidrat dan lipid
9
Ion-ion inorganik 1 20
Dari Tabel 1.3 di atas, ternyata sel dibangun oleh empat molekul
(makromolekul/polimer) yaitu: protein, asam nukleat, karbohidrat, dan lipid.
Keempat makromolekul itu disebut biomolekul, yaitu sebagai materi dasar
pembangun sel atau organisms hidup. Biokimia sebenarnya mempelajari dinamisasi
(turn-over) beserta dengan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam sel hidup.
Sebelum mengkaji dinamisasi beserta dengan perubahan-perubahan yang terjadi,
termasuk bioenergi, terlebih dulu, perlu mengkaji fungsi biologi, struktur, dan sifat-
sifat kimiawi dari keempat biomolekul tadi.
Suatu keunikan, walaupun keempat biomolekul tadi bervariasi dalam
ukuran, struktur, dan fungsionalnya, mereka disusun bersama-sama oleh Senyawa
sederhana. Makromolekul protein disusun oleh: dua puluh α-asam amino,
makromolekul karbohidrat disusun oleh tiga monosakarida utama, makromolekul
lipid disusun oleh tujuh komponen utama, dan asam nukleat disusun oleh
delapan komponen utama. Tabel 1.4, berikut, memperlihatkan komponen
penyusun keempat biomolekul yang terdiri atas 35 senyawa kimia sederhana.
Tabel 1.4 Komponen utama penyusun empat biomolekul: Protein, karbohidrat, lipid,
dan asam nukleat Protein
Komponen Penyusun Molekul
Biomolekul
Protein 20 (X-asam amino : alanin, valin, leusin, isoleusin, prolin,
metionin, fenilalanin, triptofam, glisin, serin, treonin, sistein,
tirosin, asparagin, glutamat, lisin, arginin, histidin, as. asparat
dan as.glutamat
Karbohidrat 3 monoksida glukosa, ribosa dan deoksiribosa
biomolekul sel senantiasa diganti, sesuai dengan waktu paruhnya. Jika dimisalkan,
satu sel adalah suatu kesatuan substansia kimia yang kompleks maka selalu ada
pertukaran ion atau molekul. Berarti, ada ion atau molekul yang masuk (input)
dan ion atau molekul yang diganti dan harus keluar (output) mening-galkan
substansia (sel). Dengan demikian, sel sebagai unit terkecil kehidupan, selama
ia masih hidup, terjadilah proses masuk keluar-nya ion atau molekul.
Gambar 1.1 Dinamisasi (turn-over) ion atau molekul penyusun substansia (sel)
Di dalam proses kehidupan, ion atau molekul yang masuk ke dalam sel
ada dalam wujud/bentuk nutrien, sebagai makanan sehari-hari, dan ion atau molekul
yang digantikan atau yang keluar dari sel ada dalam wujud/bentuk limbah.
Tergantung kepada kondisi sel, bila sel bersangkutan masih dalam proses
pertumbuhan, secara kualitatif dan kuantitatif, ion atau molekul yang masuk (input)
lebih banyak dari ion atau molekul yang digantikan (output). Pada sel yang tidak
lagi dalam proses pertumbuhan, dimana ukuran dan bentuk bentuk sudah stabil,
ion atau molekul yang keluar akan seimbang.
Tabel 1.5 Ukuran mulai dari atom sampai organisms terbesar yang pernah ada di alam
ini
(diambil dari: Bioclwwsin oleh C.K. Matehews dan K.E. van Holds, 1990)
alam ini harus menyintesis protein khusus, sesuai dengan kodratnya. Metabolisma
yang akan dibicarakan hanya sampai pada bongkar pasang, artinya tidak menyintesis
protein baru. Metabolisma yang membicarakan pembentukan protein khusus
akan dibicarakan khusus pada biokimia genetik.
Met abolisma bongkar pasang yang akan dibicarakan dalam bent uk
proses reaksi kimia, artinya memenuhi kaidah-kaidah atau fenomena-fenomena
reaksi-reaksi kimiawi. Bagairnanakah suatu reaksi kimia itu dapat terjadi di dalam
sel? Inilah suatu keunikan atau keajaiban dari sekian banyak rahasia alam. Ilmu
pengetahuan, antara lain, memang mempelajari rahasia alam. ini. Marilah, kita
membandingkan reaksi-reaksi rang terjadi di dalam tabung atau in vitro (vitro = kaca)
dan reaksi yang terjadi di dalam sel atau in vivo (vivo = hidup).
berinteraksi bersama-sama dalam istilah yang kita sebut sebagai logika molekuler
keadaan hidup.
Hanya 27 dari 92 unsur kimia alami yang penting bagi berbagai bentuk hidup;
unsur-unsur ini tersusun di dalam Tabel 2.1. Kebanyakan unsur di dalam benda hidup
mempunyai bilangan atom yang relatif rendah; hanya tiga yang mempunyai bilangan
atom di atas 34. Terlebih lagi, distribusi unsur yang ditemukan di dalam organisme
hidup tidak proporsionil dengan komposisinya di dalam kerak bumi (Tabel 1.2).
Keempat unsur yang paling berlimpah di dalam organisme hidup yang dihitung
berdasarkan persentase jumlah total atom adalah hidrogen, oksigen, karbon, dan
nitrogen; bersama-sama, keempat unsur ini menyusun sampal 99 persen massa pada
kebanyakan sel. Tiga di antara unsur ini, hidrogen, nitrogen, dan karbon terdapat
dalam jumlah jauh lebih banyak di dalam benda hidup dibandingkan dengan
jumlahnya pada kerak bumi. Perbedaan dalam komposisi unsur pada kerak bumi dan
benda hidup bahkan lebih nyata lagi jika kita menghitung komposisi ini dalam berat
kering atau bagian padat benda hidup, tanpa mengikut-sertakan kandungan airnya
yang mencapai lebih dari 75 persen.
Tabel 2.1 Bioelemen ( Unsur-unsur berikut ini telah ditemukan sebagai komponen
penting bagi benda hidup; akan tetapi, tidak semua unsur kelumit yang
terdaftar disini diperlukan oleh tiap spesies
Unsur Utama Benda Insur yang terdapat Unsur kelumit Unsur Kelumit
Organik sebagai Ion
Karbon ( C ) Sodium ( Na+) Besi ( Fe) Nikel (Ni)
Hidrogen (H) Potasium ( K+) Baja (Cu) Khromium (Cr)
Oksigen (O) Magnesium (Mg2+) Seng (Zn) Fluor (F)
Nitrogen (N) Kalsium ( Ca2+) Mangan (Mn) Selenium (Se)
Fosfor (P) Khlor (Cl-) Kobalt ( Co) Silikon (Si)
Sulfur (S) Iodium (I) Timah (Sn)
Molibdenum (Mo) Boron (B)
Vanadium (V) Arsenikum (As)
Karbon menyusun 50 sampai 60 persen berat kering sel hidup, nitrogen hampir 8
sampai 10 persen, oksigen kira-kira 25 sampai 30 persen, dan hidrogen hampir 3
sampai 4 persen. Sebaliknya, karbon, hidrogen, dan nitrogen bersama-sama hanya
menyusun kurang dari 1 persen massa kerak bumi. Tetapi, dalam hal lain, delapan
dari sepuluh unsur yang paling berlimpah di dalam tubuh manusia juga termasuk
dalam sepuluh unsur utama di dalam air laut.
15
Dua kesimpulan sementara diberikan oleh data ini. Pertama adalah bahwa
senyawa kimia yang mengandung karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen, yakni
unsur yang paling utama di dalam organisme hidup, mungkin telah terseleksi selama
evolusi karena senyawa ini mempunyai kesesuaian yang unik bagi proses kehidupan.
Yang kedua adalah bahwa air laut mungkin merupakan media cair tempat organisme
hidup yang pertama muncul pada awal sejarah bumi.
Tabel 2.2 Kedelapan unsur yang paling banyak dalam kerak bumi dan dalam tubuh
manusia sebagai presentase total jumlah atom
Kerak Bumi Tubuh Manusia
Unsur % Unsur %
O 47 H 63
Si 28 O 25,5
Al 7,9 C 9,5
Fe 4,5 N 1,4
Ca 3,5 Ca 0,31
Na 2,5 P 0,22
K 2,5 Cl 0,08
Mg 2,2 K 0,06
yang tepat merupakan bagian penting dari penelitian modern struktur sel dan fungsi
biokimiawi.
mana terdapat empat atom atau gugus fungsionil yang berbeda, yang berikatan
tunggal pada atom karbon tertentu dalam suatu molekul organik, atom karbon mi
disebut asimetris, karena dapat berbentuk dua isomer yang dinamakan enansiomer
yang mempunyai konfigurasi yang berbeda di dalam ruang. Seperti dapat terlihat
pada, enansiomer bersifat bayangan cermin yang tidak saling menutupi (tidak identik)
terhadap sesamanya. Enansiomer juga disebut isomer optik atau stereo isomer,
bersifat identik dalam reaksi-reaksi kimianya, tetapi berbeda dalam sifat fisik yang
amat khas, yakni kemampuan memutar bidang cahaya terpolarisasi. Jika larutan dan
suatu bentuk enansiomer memutar bidang cahaya tersebut ke kanan, maka larutan
enansiomer pasang memutar bidang cahaya ke kiri; sifat ini dapat diukur dengan suatu
polarimeter. Senyawa yang tidak mempunyai atom karbon asimetrik tidak memutar
bidang cahaya terpolarisasi.
Asam amino alanin merupakan molekul asimetrik, karena atom karbon
pusatnya mengandung empat golongan substituen yang berbeda: golongan metil,
amino, karboksil, dan atom hidrogen. Lebih jauh lagi, kita lihat bahwa kedua
enansiomer yang berbeda dari alanin bersifat bayangan cermin yang tidak saling
menutupi satu terhadap Iainnya. Kedua bentuk alanin mempunyai hubungan satu
terhadap lainnya, sama seperti tangan kanan dan tangan kiri; kita mengetahui dari
pengalaman bahwa sarung tangan sebelah kanan tidak dapat dipakai untuk tangan kiri.
Karena senyawa yang mempunyai atom karbon asimetrik dapat dianggap mempunyai
bentuk ―kanan‖ dan ―kiri‖, senyawa-senyawa ini disebut senyawa ―khiral‖ (bahasa
Yunani chiros, artinya tangan). Dengan demikian, atom asimetrik atau pusat senyawa
khiral disebut atom khiral atau pusat.
Banyak biomolekul organik, di samping asam amino bersifat ―khiral‖ dan
mengandung satu atau lebih atom karbon asimetrik. Gula yang umum dijumpai,
glukosa merupakan contoh lain, molekul ini mengandung tidak kurang dari lima
karbon asimetrik. Lebih jauh lagi, molekul ―khiral‖ di dalam organisme hidup
biasanya berada dalam salah satu bentuk ―khiral‖nya. Contohnya, asam amino pada
molekul protein, seperti alanin, berada hanya dalam satu bentuk khiral. Demikian
pula glukosa, unit penyusun pasti secara biologi berada hanya dalam satu dari
sejumlah bentuk khiralnya. Kebalikannya, jika seorang ahli kimia organik di dalam
laboratorium melakukan sintesa suatu senyawa organik yang melibatkan atom karbon
asimetrik, reaksi nonbiologi yang umum membentuk kedua kemungkinan bentuk
khiral pada kecepatan yang sama, menghasilkan campuran dengan konsentrasi yang
sama. Kedua bentuk khiral di dalam campuran tersebut dapat dipisahkan satu dengan
lainnya, hanya dengan mempergunakan metode fisik yang amat sulit. Di dalam sel
hidup, biomolekul khiral dibuat oleh enzim dengan cara sedemikian rupa sehingga
hanya satu diantara kedua enansiomer yang terbentuk. Hal ini terjadi, karena molekul
enzim sendiri merupakan struktur khiral.
Spesifisitas ruang banyak biomolekul merupakan ciri khas logika molekuler
sel hidup, dan sifat ini juga mendukung secara kuat bahwa bentuk tiga dimensi
biomolekul amat penting dalam fungsi biologinya. Kita akan mengamati molekul
19
khiral dan stereoisomereisme secara lebih terinci, pada saat kita mempelajari asam
amino dan gula.
lipid mengandung satu atau lebih asam lemak berantai panjang, diantaranya, asam
palmitat dan asam oleat adalah senyawa induknya. Banyak lipid juga mengandung
suatu alkohol, contohnya gliserol, dan beberapa mengandung asam fosfat. Jadi, hanya
kira-kira tiga lusin senyawa organik yang berbeda, diperlihatkan dalam Gambar 3.11
yang merupakan induk hampir semua biomolekul.
Biomolekul unit pembangun mempunyai fungsi ganda di dalam organisme
hidup. Sebagai contoh, Gambar 1. Memperlihatkan bahwa D-glukosa berperan bukan
hanya sebagai unit pembangun karbohidrat penyimpan seperti pati, dan karbohidrat
struktural selulosa, tetapi juga merupakan prekursor gula-gula lain seperti D-fruktosa,
D-manosa, dan sukrosa atau gula tebu. Asam lemak berperan bukan hanya sebagai
komponen lipid kompleks dalam struktur membran sel, tetapi juga sebagai komponen
lemak, molekul berenergi tinggi yang berfungsi sebagai depot penyimpan bahan
bakar. Asam lemak juga merupakan komponen mantel lilin pelindung pada daun dan
buah tumbuhan, dan berfungsi sebagai prekursor molekul-molekul lain. Asam amino
tidak hanya merupakan unit pembangun protein, tetapi beberapa juga berfungsi
sebagai senyawa neurotransmiter dan sebagai prekursor beberapa hormon dan
alkaloid beracun pada beberapa tumbuhan. Adenin berperan sebagai unit pembangun
di dalam struktur asam nukleat, beberapa koenzim, dan ATP sebagai pembawa energi
sel.
Jadi, biomolekul unit pembangun merupakan asal mula atau induk kebanyakan
biomolekul lain. Kita dapat menganggapnya sebagai molekul ABC benda hidup.
Golongan senyawa organik sederhana di atas patut dipandang dengan kagum dan
takjub, karena senyawa tersebut terseleksi selama proses evolusi dan saling bekerja
sama di dalam suatu hubungan unik dan istimewa, sehingga kita menyebutnya sebagai
logika molekuler organisme hidup.
pengetahuan energi dasar dan fungsi berkembang biak dari sel hidup. Kelompok
biomolekul utama ini mungkin telah dipertahankan dalam evolusi biologi selama
bermilliun tahun karena sifat kesesuaiannya yang khas.
Tetapi di sini kita menghadapi suatu dilema. Di samping kehadirannya di
dalam organisme hidup, senyawa organik, termasuk biomolekul dasar, hanya terdapat
dalam jumlah kecil pada kerak bumi dewasa ini. Lalu, bagaimana caranya organisme
hidup pertama memperoleh unit pembangun organik masing-masing. Pada tahun 1920
A.I. Opanin mengemukakan pendapat bahwa pada awal sejarah bumi kita, berbagai
senyawa organik berada pada permukaan air, mungkin pada konsentrasi tinggi. Dari
―sop‖ senyawa organik yang ―hangat‖ inilah munculnya sel hidup primitif yang
pertama, pada lebih dari 3000 juta tahun yang lalu. Oparin berpendapat bahwa proses
kimia dan fisik alamiah yang terjadi pada bumi kita pada saat tersebut dapat
menyebabkan pembentukan senyawa organik sederhana seperti asam amino dan gula
secara spontan, dari komponen atmosfir primitif yang komposisinya amat berbeda
dengan udara yang kita kenal sekarang ini. Menurut teori ini, energi listrik dan
pembebasan kilat, atau panas yang dibentuk selama aktivitas volkanik dapat
mengaktifkan metana, amonia, uap air, dan komponen lain dari atmosfir primitif
untuk bereaksi satu dengan yang lain membentuk senyawa organik sederhana.
Senyawa-senyawa ini berkondensasi dan melarut ke dalam laut, yang kemudian,
setelah beberapa abad secara perlahan-lahan menjadi kaya akan berbagai senyawa
organik sederhana. Di dalam larutan hangat ini, beberapa molekul organik
mempunyai kecenderungan yang lebih besar dari molekul lain, untuk bersatu
bersama-sama menjadi struktur dan kompleks yang lebih besar. Molekul ini,
seterusnya secara perlahan-lahan dan setahap demi setahap selama lebih dari jutaan
tahun, akhirnya bergabung secara spontan memb entuk membran, protein dan
katalisator, yang bersama-sama menjadi prekursor sel pertama primitif, dapat
bertahan dan membelah diri selama beberapa tahun, pandangan Oparin tetap bersifat
spekulatif dan tampaknya tidak dapat diuji.
komponen protein. Beliau juga menemukan beberapa asam organik sederhana yang
diketahui terdapat di dalam organisme hidup, seperti asam asetat.
Miller berpendapat bahwa hidrogen sianida (HCN), suatu senyawa yang amat
reaktif dapat dibentuk dari metana dan amonia, lalu bereaksi dengan komponen lain
dari campuran gas tersebut untuk menghasilkan asam-asam amino tertentu. Peneliti
lain sejak itu telah melakukan berbagai percobaan sejenis, dengan berbagai campuran
gas, termasuk juga nitrogen, hidrogen, karbon monooksida, dan karbon dioksida, juga
menemukan bahwa asam amino dan biomole ulorganik lain dengan mudah dapat
dibentuk jika dipergunakan sumber energi untuk merangsang proses tersebut.
Kesemua bentuk energi atau radiasi yang dicoba dan ditemukan mampu mengaktifkan
pembentukan molekul organik sederhana, termasuk panas, sinar tampak, sinar ultra
violet, sinar-x, sinar-γ, bunga api listrik dan energi listrik diam, geIombang ultrasonik,
gelombang ―shock‖ dan partikel α serta β. Beberapa ratus senyawa organik yang
berbeda telah dapat dibentuk dengan mudah pada percobaan simulasi bumi primitif
ini, termasuk contob semua jenis molekul penting yang ditemukan didalam sel, dan
juga molekul yang tidak ditemukan di dalam sel. Di antara molekul-molekul ini
terdapat berbagai asam amino yang ditemukan pada protein, basa nitrogen yang
berfungsi sebagai unit pembangun asam nukleat, dan banyak asam organik dan gula
yang dijumpai di dalam benda biologi. Jadi, tampaknya dapat dipercaya bahwa laut
primitif menjadi kaya akan senyawa organik terlarut, yang mungkin meliputi berbagai
atau semua molekul unit pembangun yang kita kenal di dalam sel hidup sekarang ini.
Molekul organik sederhana yang dapat dibentuk secara non-biologi ini telah
menarik perhatian penting dengan penemuan bahwa ratusan jenis molekul organik
telah ditemukan di dalam ruang angkasa, oleh penggunaan metode spektroskopik.
Pengamatan mi telah membangkitkan kemungkinan, bahwa kehidupan mungkin telah
muncul pada bagian lain jagad raya. Istilah evolusi kimia digunakan untuk
menunjukkan asal-usul dan perkembang molekul organik dari prekursor anorganik
dengan bantuan energi. Kita sekarang mengetahui bahwa bumi pertama-tama
ditemukan kira-kira 4800 juta tahun yang lalu. Kita percaya bahwa evolusi kimia
berlangsung pada muka bumi selama sedikitnya bagian pertama dari waktu 1000 juta
tahun hidupnya. Sel pertama muncul, mungkin kira-kira 3500 juta tahun yang lalu.
Kemudian mulailah proses evolusi biologi, yang tetap terus berlangsung.
Lautan sekarang ini tidak lagi mengandung konsentrasi yang tinggi dan
senyawa organik; memang benar biomolekul ditemukan hanya dalam jumlah kecil di
luar organisme hidup. Apa yang terjadi dengan ―sop‖ yang kaya bahan organik ini
Kita percaya bahwa sel hidup yang paling tua secara perlahan-lahan menggunakan
semua senyawa organik di lautan ini, tidak hanya sebagai unit pembangun bagi
strukturnya sendiri, tetapi juga sebagai nutrien atau bahan bakar, untuk menyediakan
baginya energi untuk bertumbuh. Secara perlahan-lahan, selama berabad-abad,
senyawa organik dari laut primitif ini dihabiskan, lebih cepat dari pembentukannya
oleh tenaga alam. Pemikiran ini, dan tentunya seluruh konsep evolusi kimia telah
dijadikan bahan pertimbangan lebih dari 100 tahun yang lalu oleh Charles Darwin,
25
seperti yang ditunjukkan dalam kutipan berikut ini dari surat yang ditulisnya pada
tahun 1871 kepada Sir Joseph Hooker:
Sering dikatakan bahwa semua kondisi bagi produksi pertama organisme hidup ada
pada masa ini, yang mungkin juga telah lama ada. Tetapi jika (dan oh betapa jika)
kita dapat menemukan di dalam sebuah kolam kecil hangat, dengan adanya semua
jenis amonia dan garam asam fosfat, sinar, panas, listrik dan lain-lain bahwa
senyawa protein dapat dibentuk secara kimia, siap untuk mengalami perubahan
yang tetap kompleks, pada saat ini, senyawa tersebut tentu akan segera dihabiskan
atau diserap. Hal ini tentulah tidak demikian sebelum mahluk hidup diciptakan.
Karena molekul organik lenyap dari laut, organisme hidup mulai ―mempelajari‖
bagaimana membuat biomolekul organiknya sendiri. Organisme hidup belajar
menggunakan energi sinar matahari melalui fotosintesa untuk membuat gula dan
molekul organik lainnya dari karbon dioksida; mereka belajar mengikat nitrogen
atmosfir dan mengubahnya menjadi biomolekul yang mengandung nitrogen, seperti
asam amino. Dengan berlanjutnya proses evolusi, berbagai jenis organisme lambat
laun mulai berinteraksi satu dengan lainnya, saling bertukaran nutrien dan energi.
Jadi, membentuk sistem ekologi yang semakin kompleks.
Dengan bab-bab pedoman mengenai sel dan komponen biomolekul yang
bermnteraksi di dalam sel ini, kita sekarang siap menganalisis komponen molekuler
sel secara terinci, selalu dengan pandangan bahwa komponen tersebut berpartisipasi
dalam suatu logika yang telah mendasar. Kita akan mulai dengan air, matriks cair dari
semua organisme hidup.
26
BAB III
AIR
Tabel 3.1 Perbandingan beberapa sifat fisik air dan senyawa lain (°C)
H2 0 0 100 540
Etanol -114 78 204
Metanol -98 65 263
Aseton -95 56 125
Etil asetat -84 77 102
Kloroform -63 61 59
NH3 -78 -33 327
H2 S -83 -60 132
HF -92 19 360
Hal ini menunjukkan bahwa gaya tarik antara molekul dalam cairan air sangat
kuat, begitu juga kohesi internalnya: Kekuatan antar molekul ini disebabkan oleh
sifat alami molekul air yang berkutub dua (dwi kutub), yaitu tarikan elektrostatik
kutub negatif atom oksigen sebuah molekul air dengan kutub positif atom hidrogen
molekul air tetangganya. Interaksi elektrostatik ini membentuk ikatan hidrogen
27
dengan molekul air tetangganya (lihat Gambar 3.1), tetapi ikatan hidrogen ini lebih
lemah jika dibandingkan dengan ikatan kovalen. Energi ikatan hidrogen dalam air
hanya 4.5 kkal per mol sedangkan energi ikatan pasangan H ─ O dalam molekul air
sebesar 110 kkal per mol.
Gambar 3.1. Ikatan hidrogen pada air. Perhatikan kecenderungan tiap molekul air
untuk membentuk 4 ikatan hidrogen dengan molekul tetangganya
Sifat ikatan hidrogen lain yang juga penting ialah bahwa ikatan ini terarah
dengan baik yang ditunjukkan oleh susunan istimewa gabungan orbital antara atom
hidrogen dan atom oksigen. Selain itu panjang ikatan hidrogen juga berbeda-beda,
bergantung pada struktur geometri dan distribusi elektron yang bersangkutan. Pada
es misalnya, tiap molekul air memiliki ikatan hidrogen dengan panjang 1.77 A o.
Pada bentuk kristal es, tiap molekul air berikatan hidrogen dengan 4 tetangganya
dengan jarak antara oksigen dengan oksigen 2.76 Ao. Sedangkan tiap molekul air
akan berikatan hidrogen dengan 3 atau 4 molekul air lainnya dengan jarak oksigen
ke oksigen 2.90 Ao pada suhu 15oC, dan 3.05 Ao pada suhu 83°C. Diperkirakan
hanya 15% ikatan hidrogen rusak jika es mencair pada suhu 0°C. Ikatan yang kuat
dalam molekul air ini masih ada walaupun air telah dipanaskan sampai 100°C, ini
dapat dilihat dengan tingginya panas penguapan air. Dan ikatan hidrogen air ini
hanya lepas secara tuntas jika air dipanaskan sampai 600 oC.
Kecenderungan untuk membentuk ikatan hidrogen terdapat juga antara tiap
atom yang bermuatan negatif (misalnya oksigen, nitrogen, atau fluor) dengan
hidrogen yang terikat kovalen pada atom bermuatan negatif lainnya. Pada Gambar
3.2 diberikan beberapa contoh ikatan hidrogen yang penting dalam makhluk hidup.
Ikatan hidrogen bisa terbentuk antara 2 molekul tetapi dapat juga antara 2 bagian
yang berlainan dalam 1 molekul. Jika di dalam air hanya terdapat 1 ikatan hidrogen
antara 2 molekul zat yang larut, ikatan ini akan kalah bersaing dengan air
sekelilingnya. Tetapi apabila antara dua struktur dalam air terdapat banyak ikatan
hidrogen maka diperlukan energi yang tertinggi untuk melepaskannya. Karena itu
struktur tersebut sangat stabil dalam air. Contohnya ialah molekul protein atau asam
nukIeat dimana di dalam molekulnya terdapat beratus-ratus bahkan beribu-ribu
ikatan hidrogen.
28
Dimana:
F = daya tarik antara ion yang berlawanan
e1 dan e2 = muatan ion
r = jarak antara ion
D = Konstanta dielektrik
29
Dari rumus ini dapat dimengerti bahwa jika tetapan dielektrik suatu larutan lebih
tinggi, maka daya tarik antara 2 ion yang .berlawanan dalam pelarut itu menjadi
lebih rendah. Telah dibuktikan bahwa daya tarik ion Na+ dan ion CI- dalam air
dengan jarak tertentu hanya seperempat puluh dari daya tariknya dalam benzena.
Gambar 3.3.
Garam Na yang mengandung gugus polar
dan gugus hidrofobik
Misel, terdiri atas beberapa molekul seperti yang terdapat dalam molekul natrium
oleat
Gambar 3.4. Misel dengan gugus karboksil. Gugus yang bermuatan negatif timbul di
permukaan, sedangkan rantai hidrokarbonnya berada di bagian dalam.
30
Pada kenyataannya misel bisa dibangun oleh ratusan atau bahkan ribuan
senyawa amfipatik. Senyawa yang bersifat polar akan melarutkan senyawa yang
bersifat polar pula (like dissolve like) oleh karena itu air yang bersifat polar tidak
melarutkan rantai hidrokarbon nonpolar pada asam oleat, sehingga terbentuklah
misel. Untuk memasukkan struktur nonpolar seperti rantai hidrokarbon diperlukan
energi yang besar` karena dalam hal ini molekul air seakan-akan dipaksa untuk lebih
mengatur diri.
Dalam misel sendiri terdapat pula suatu daya tarik sesamanya melalui interaksi van
der Waals yaitu antara hidrokarbon yang bertetangga. Daya tarik ini disebut juga
interaksi hidrofobik. Stabilitas sistem yang dibentuk oleh ikatan ini sangat baik.
Contoh lain komponen sel yang membentuk struktur nonpolar dengan bagian
hidrofobiknya tersembunyi dari air ialah protein dan asam nukleat.
Berikut ini akan diterangkan beberapa sifat larutan yang akan menunjang
pengetahuan mengenai reaksi kimia dan pemindahan zat nutrisi dari sel ke sel atau
dari larutan dan jaringan sekitarnya ke sel. Pada hakikatnya sel makhluk hidup diisi
oleh sejumlah cairan. Dinding sel berfungsi sebagai membran.
a. Difusi
Difusi adalah suatu proses di mana molekul-molekul dalam larutan
mendistribusikan dirinya secara merata di seluruh larutan. Derajat distribusi ini
bergantung pada beberapa faktor seperti suhu dan besar partikel.
Sebagai contoh umum adalah mengenai larutan garam fisiologis NaCI. Dalam ilmu
kedokteran, cairan ini digunakan untuk menolong penderita yang kekurangan cairan.
Sel darah manusia bertekanan osmotik kira-kira 6,6 .atm pada suhu 0°C. Larutan
fisiologis NaCl 0,9% juga bertekanan osmotik 6,6 atm pada 0 °C. Larutan yang
isotonik dengan cairan dalam sel darah merah ini tidak merusak sel darah merah jika
dimasukkan kedalam pembuluh darah penderita.
c. Dialisis
Jika membran sel dapat meloloskan beberapa molekul atau ion lain . (bukan
hanya air saja), maka molekul-molekul kompleks yang besar dapat dipisahkan dari
molekul atau ion yang sederhana yang lebih kecil. Misalnya larutan garam NaCI
dan albumin. Jika larutan ini dipisahkan dari air oleh membran yang dapat
meloloskan ion Na+ dan Cl-, tapi tidak meloloskan molekul albumin, maka garam
NaCl dapat dipisahkan dengan albumin. Supaya larutan albumin bebas dari NaCI,
maka air di sebelahnya harus sering ditukar. Proses pemisahan. Yang membiarkan
molekul sederhana berdifusi melalui membran dinamakan dialisis.
Penurunan Titik Beku. Tekanan osmotik darah, penurunan titik beku berhubungan
erat satu sama lain, sebab 1 gram molekul suatu senyawa yang tidak membentuk ion
jika dilarutkan dalam 1 liter air akan menurunkan titik bekunya 1.86°C. Jadi titik
beku suatu larutan turun sebanding dengan jumlah senyawa yang larut di dalamnya.
Sifat penurunan titik beku ini dapat menjawab pertanyaan mengapa kita tidak ikut
membeku sebagaimana salju pada muslin dingin. Senyawa-senyawa yang larut
dalam protoplasma mempengaruhi terhadap penurunan titik bekunya.
Peningkatan Titik Didih. Peningkatan titik didih ini jarang digunakan untuk materi
biologis, sebab protoplasma sel hidup akan berubah jika dipanaskan, umpamanya
albumin.
Air termasuk elektrolit lemah karena itu berdisosiasi sangat sedikit. Pada 25°C
tetapan keseimbangannya 1.8 x 1 0 -16 mol/liter -. Jadi
[H ] [OH - ]
Kek = = 1,8 x 10 -16
[H 2 O]
Kadar H+ dalam 0.1 M HCl sama dengan 0.1 mol/liter. Koefisien aktivitas (γ)
dapat dihitung sebagai berikut:
aH 0,081
γ =
= = 0,81
[H ] 0,1
Jika sekarang pH turun dari 5 menjadi 4, sebenarnya bermakna konsentrasi ion H +
naik 10 kali lipat, yaitu dari 10 -5 menjadi 1,0-4 . Kalau misalnya pH naik dari 6
menjadi 6.3 berarti konsentrasi ion H + menurun dari I0 -6 menjadi 5 x 10 -7 M.
Bila persamaan untuk air murni diperhatikan maka:
[H +] x [OH -] = 1.0 x 10 -1 4
Jika dilogaritmakan:
log [H+] + log [OH -] = log (1.0 x 10 -' 4) = - 14
atau -log [H +] - log [OH -] = 14
Kalau -log [OH -] disebut sebagai pOH, maka: pH + pOH = 14
Menurut definisi Bronsted: asam ialah suatu senyawa yang dapat memberikan
proton (donor) dan basa ialah senyawa yang dapat menerima proton (akseptor).
Reaksi asam-basa menurut definisi tersebut melibatkan pasangan asam-basa
konjugasi.
34
HCI H + + CI -
Reaksi HCl dalam air sebenarnya dapat ditulis :
HCl + H 2 O H 3 O + + Cl -
Disini terlihat bahwa ionisasi HCl (asam Bronsted) memberi proton pada
H 2 O (basa konjugasinya) guna membentuk asam Bronsted baru H 3 O + dan
basa konjugasi dari HCl yaitu Cl - . Keadaan ini dapat diperjelas sebagai
berikut:
HCl + H2O H 3 O+ + Cl -
(a sa m k onju ga si 1 ) (a sa m k on ju gasi 2 ) (a sam k onju ga si 2 ) (asa m k o nju ga si 1 )
Di sini proton yang diberikan oleh HA, diterima oleh H 2 0 dan me mbentuk ion
hidronium (H30+). Tetapan keseimbangan reaksi disosiasi ini dikenal juga sebagai
konstanta ionisasi (K ion ).
[ H 3O ][ A ]
K ek = K ion =
[ HA][ H 2 O]
35
Karena konsentrasi H2O dalam larutan air juga konstan yaitu 55.5 mol/liter, maka K
ion dan [H 20] dapat dikombinasikan untuk membuat tetapan baru:
[ H 3O ][ A ]
Ka = Kion [H20] = ; Ka = tetapan disosiasi asam
[ HA]
Selanjutnya karena [H30+] sama dengan konsentrasi ion hidrogen maka persamaan
menjadi:
[ H ][ A ]
Ka =
[ HA]
Persamaan ini menyatakan tetapan keseimbangan asam lemah yang hanya
berdisosiasi sangat sedikit dalam reaksi:
HA [H+] + [A-]
[ H ][ A ]
Kek =
[ HA]
RNH2 + H2 O RNH 3 + + OH -
Dalam reaksi ini H 2 O bertindak sebagai asam dengan memberikan proton kepada
basa R-NH2 .
Menurut definisi Bronsted, basa ialah senyawa yang dapat menerima proton.
Jadi:
B - + H2 0 HB + OH - (B - = basa)
Tetapan keseimbangan K ion menjadi:
[ HB][OH ]
Kion .=
[ B ][ H 2 O]
Jika Kion dikombinasikan dengan H 2 0, persamaan dapat ditulis sebagai berikut:
[ HB][OH ]
Kb =
[B ]
36
Jika disederhanakan :
K aK b = K w
Apabila harga K w pada 25°C dimasukkan dalam persamaan maka:
KaKb = 10 -14
Jika dilogaritmakan dan kemudian dikalikan dengan -1 akan diperoleh
log Ka + log Kb = log Kw
-log Ka - log K b = -log K w
Karena pH adalah -log [H+] maka pKa dan pK b dapat didefinisikan sebagai dan
-log Ka dan -log Kb . Karena itu persamaan dapat ditulis sebagai berikut:
pK a + pKb = -logK w = 0,14
d. Persamaan Henderson-Hasselbalch.
Henderson dan Hasselbalch menerapkan hukum-massa untuk ionisasi asam
lemah dengan persamaan yang terkenal sebagai persamaan Henderson-
Hasselbalch. Secara umum ionisasi asam lemah dapat dituliskan sebagai
berikut:
HA H + + A-
Dari persamaan ini dapat diturunkan persamaan:
[ HA]
[H +] = K a
[ A ]
Jika dilogaritmakan maka
[ HA]
log [H +] = log K a + log
[ A ]
Dikalikan dengan -1:
[ HA]
-log [H +] = -log Ka -log
[ A ]
[ A ]
pH = pK a + log
[ HA]
37
Misalkan χ adalah kansentrasi H+ yang dibentuk karena ionisasi asam asetat, maka
konsentrasi CH3COOH- juga χ sebab kedua ion ini terbentuk dalam jumlah yang
sama. Asam asetat yang tidak berdisosiasi setelah keseimbangan tercapai menjadi (1
- χ). Hal ini dijelaskan sebagai berikut:
Konsentrasi awal mol/liter Konsentrasi keseimbangan mol/liter
CH3COOH = 1.00 CH3COOH = (1,00 - χ )
H+ = 0.00
H+ = χ
CH3C00- = 0.00 CH3C00- = χ
Jika dicari nilai χ pada persamaan kuadratik ini akan didapat angka 0.0042. Jadi
konsentrasi H+ dan konsentrasi CH3COOH- = 0.0042 M. Konsentrasi asam yang
tidak berdisosiasi ialah (1.00 - 0.0042) M atau 0.9958 M. Kesimpulannya, pada
38
Jelas dibuktikan di sini bahwa pada pH 4.74 (yang sama dengan harga pKa untuk
asam asetat), konsentrasi anion sama dengan konsentrasi asam lemah yang tidak
berdisosiasi.
Untuk menghitung pH larutan ini dapat pula dipakai persamaan Henderson-
Hasselbalch.
[CH 3COOH ]
pH = pKa + log
[CH 3COOH ]
Konsentrasi asam asetat dalam campuran ini ialah 0.1 M dikurangi dengan asam
asetat yang berdisosiasi (χ), dan konsentrasi CH 3 C00- adalah 0.1 M ditambah
dengan ion asetat hasil disosiasi asam asetat (χ). Persamaan menjadi:
[0,1 x]
pH = pKa + log
[0,1 x]
39
Dalam hal ini χ dapat diabaikan karena sangat kecil, walaupun sebenarnya masih
dapat dihitung: Ka asam asetat = 1.8 x 10-5 mol/liter; pKa = - log (1.8 x 10-5) =
4.74.
0,1
Jika χ ditiadakan maka: pH = 4.74 + log = 4.74
0,1
f. Kurva Titrasi
Pada Gambar 3.5. dapat dilihat 3 macam kurva titrasi yaitu:
(1) titrasi 100 ml 0.1N CH3COOH dengan 0.1N NaOH;
(2) titrasi 100 ml 0,1N NHCl- dengan 0.1N NaOH; dan
(3) titrasi 100 ml 0,1N NH4 Cl dengan 0.1N NaOH
Kurva titrasi ini diperoleh di laboratorium dengan mengukur pH 0,1N CH 3COOH;
0.1N HCI; dan 0.1N NH 4 Cl sebelum dan sesudah ditambahkan berbagai ml 0,1N
NaOH.
Dari kurva titrasi 0.1 N CH 3COOH dapat dilihat bahwa dengan penambahan tiap
satuan basa, terdapat perubahan pH paling besar pada awal dan akhir titrasi,
sedangkan perubahan paling kecil didapatkan pada saat titrasi setengah jalan.
Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa perubahan pH paling kecil didapat
pada campuran equivalen Natrium asetat dan Asam asetat. Perubahan pH yang
sangat kecil dengan penambahan asam atau basa ini dihubungkan dengan
kesanggupan mempertahankan pH oleh larutan yang disebut bufer: Larutan bufer
mempunyai aktivitas tertinggi jika titrasi berlangsung setengah jalan atau jika pH
sama dengan pKa. Dalam gambar dapat dilihat bahwa aktivitas bufer maksimum
pada pH 4,1 (pKa asam asetat ). Pada pKa ini setengah dari asam asetat:
berdisosiasi sedangkan setengah lainnya tidak berdisosiasi.
pH
3.7. Bufer
Bufer merupakan suatu sistem dalam larutan yang terdiri dari asam dan basa
konjugasi yang pH-nya dipertahankan tidak berubah walaupun dengan penambahan
41
ion-ion OH- atau H+. Biasanya larutan bufer terdiri dari campuran asam Bronsted
lemah dan basa konjugasinya, misalnya campuran asam asetat dengan natrium
asetat atau campuran amonium hidroksida dengan amonium klorida.
Pada Gambar 3.5 dapat dilihat bahwa kurva titrasi asam asetat mempunyai
daerah yang agak rata sekitar 1 unit pH di kiri kanan titik tengah. Daerah ini
adalah daerah di mana asam dan basa konjugasi berfungsi sebagai bufer.
Kapasitas bufer paling tinggi berada pada titik tengah, dengan perbandingan
donor proton/penerima proton = 1, dan di sini pH = pK a. Tiap pasangan asam
dan basa konjugasi mempunyai pH atau pK a yang berlainan sesuai dengan
kapasitas bufer yang paling efektif.
Cairan yang terdapat dalam ruang ekstra dan intra sel dari suatu makhluk
hidup mengandung asam dan basa konjugasi yang berfungsi sebagai bufer pada
pH normal cairan tersebut. Bufer utama dalam cairan intraseluiar adaiah
pasangan asam dan basa konjugasi H 2 P04 - dan HPO4 2- (pKa = 7.2). Selain itu
fosfat arganik seperti glukosa-6P dan ATP juga ikut sebagai bufer dalam sel. Di
dalam cairan ekstraselular dan pada cairan intertisial vertebrata, sistem bufer
yang memegang peranan iaian H 2 C03 .
Plasma darah mempunyai kapasitas bufer sangat baik, cairan ini dapat
mempertahankan pH demikian rupa hingga perubahan pH yang terjadi hanya 0.2
unit saja untuk aktivitas pertukaran zat-zat. Sebagai contoh, jika 1 ml 1.0N HCl
ditambahkan pada 1 liter larutan fisiologis NaCI (misalnya 0.15 mol NaCI), pH
larutan garam akan turun dari 7.4 jadi 2.0 karena larutan NaCI bukan larutan
bufer. Tetapi jika 1 ml 1.0N HCl dimasukkan ke dalam 1 liter larutan plasma
darah, pH hanya turun dari 7.4 jadi 7.2. Perlu diketahui bahwa pH di luar daerah
ini sudah kurang baik untuk kehidupan, bahkan bisa membawa kematian.
Dalam makhluk hidup banyak metabolit (hasil reaksi) yang diproduksi dan
digunakan dalam sel, di samping itu enzim yang bertindak sebagai katalisator
untuk segala reaksi dalam sel membutuhkan pH tertentu pula untuk aktivitas
maksimumnya. Semua ini menunjukkan bagaimana pentingnya kestabilan pH
dalam jaringan hidup yang diatur oleh kapasitas bufernya.
Dalam laboratorium para peneliti biokimia mengikuti reaksi in vitro
dengan kondisi pH yang hanya berubah sekecil mungkin, sehingga diperlukan
larutan bufer yang efisien dan sesuai. Asam yang sering dipakai yakni asam
lemah seperti asam fosfat, asam asetat, asam glutarat, dan asam tartrat,
sedangkan basa yang sering digunakan yakni piridin, dan tris (hidroksimetil)
amino metan.
Bagaimana cara kerja bufer?. Sebagai contoh bila larutan NaOH ditambahkan
ke dalam campuran asam asetat dan kalium asetat, reaksi yang terjadi ialah:
OH - + CH3 COOH CH 3 COO - + H2 O
CH3COOH CH 3COO - + H+ OH-
H2 O
42
Dalam reaksi ini dapat dilihat bahwa ion OH - bereaksi dengan proton
hasil disosiasi CH 3 COOH dan membentuk H 2 O. Dengan penambahan larutan
basa lagi, disosiasi terus berlanjut sehingga konsentrasi ion H + dan pH tetap
konstan. Kalau proton yang ditambahkan misalnya dari larutan HCl maka proton
ini segera berkombinasi dengan CH 3 COO - yang ada dalam bufer (sebagai kalium
asetat) sehingga menekan terjadinya disosiasi asam asetat. Dengan demikian,
perubahan pH dapat ditekan sekecil mungkin.
Kalau ditinjau aspek kuantitatifnya, ada 2 faktor yang menentukan
efektivitas atau kapasitas suatu larutan bufer, yakni molaritas dan perbandingan
konsentrasi basa konjugasi dengan asam lemahnya. Faktor pertama berkaitan
dengan kapasitas bufer yang berbanding lurus dengan konsentrasi komponen-
komponen bufer. Konsentrasi suatu bufer ialah jumlah konsentrasi asam lemah dan
basa konjugasinya. Jadi 0.1 M bufer asetat dapat terdiri dari 0.05 mol asam asetat
dan 0.05 mol natrium asetat per liter air. Tetapi bisa juga terdiri dari 0.065 mol
asam asetat dan 0.035 mol natrium asetat dalam 1 liter air.
Faktor kedua yang menentukan efektivitas bufer ialah perbandingan
konsentrasi basa konjugasi dan asam lemahnya. Lihat Gambar 3.5 di mana
efektivitas pH paling tinggi pada pKa yang menunjukkan perbandingan konsentrasi
CH3 COO- dan CH3COOH sama dengan 1.
Jadi sebelum kita menentukan bufer apa yang bisa dipakai dalam penelitian, terlebih
dahulu harus diperhatikan pH yang diinginkan. Misalnya pH 5, maka paling baik
bila memakai asam lemah yang mempunyai pKa 5 atau kalau tidak ada, pakailah
asam yang mempunyai pKa paling dekat dengan angka itu. Di samping itu, jenis
asam yang dipakai harus sesuai dengan seluruh sistem, sebab akibat tingginya
konsentrasi garam sering menghalangi kerja enzim atau sistem fisiologis. Dalam
Tabel 3.3. dapat dibaca pKa beberapa bufer yang sering digunakan dalam biokimia.
Tabel 3.3. Daftar pKa beberapa bufer.
Senyawa pKa1 pKa2 pKa3 pKa4
Asam asetat I 4.7 - - -
Amonium klorida 9.3 - - ~-
Asam karbonat 6.4 10.3 - -
Asam sitrat 3.1 4.7 5.4
Dietanolamin 8.9 - - -
Etanolamin 9.5 - - -
Asam fumarat 3.0 4.5 - -
Glisin 2.3 9.6 - -
Glisiglisin 3.1 8.1 -
Histidin 1.8 6.0 9.2 -
Asam maleat 2.0 6.3 - -
Asam fosfat 2.1 7.2 12.3
Asam;pirofosfat 0.9 2.0 6.7 9.4
Trietanolamin 7.8 - - -
Tris (hidroksimetii)
43
BAB IV
KARBOHIDRAT
Karbohidrat atau biasa dikenal secara awam sebagai gula merupakan bagian
utama dari kalori yang sangat dibutuhkan makhluk hidup termasuk mikroorganisme.
Karbohidrat adalah zat organik utama yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan dan
biasanya mewakili 50 sampai 75 persen dari jumlah bahan kering dalam bahan
makanan ternak. Karbohidrat sebagian besar terdapat dalam biji, buah dan akar
tumbuhan. Karbohidrat terbentuk dari proses fotosintesis yang melibatkan sinar
matahari terhadap hijauan daun. Secara sederhana proses fotosintesis pada tanaman
adalah sebagai berikut:
Sinar matahari
6 CO2 + 6 H2O C6H12O6 + 6 O2
Klorofil
Hasil fotosintesis ini menjadi sumber energi pokok bagi proses metabolisme
manusia, hewan, tumbuhan dan mikroorganisme.Karbohidrat tidak hanya sebagai
sumber energi. Polimer karbohidrat dapat berperan sebagai unsur struktural dan
penyangga dalam dinding sel bakteri dan tanaman serta jaringan pengikat pada sel
hewan.
Nama karbohidrat berasal dari unsur penyusun utamanya yaitu karbon dan
hidrat (hidrogen dan oksigen). Karbohidrat umum juga dikenal sebagai sakarida
(berarti gula dalam bahasa Yunani). Ratio penyusun karbohidrat yang terdiri dari
karbon, hidrogen dan oksigen yaitu 1:2:1. Secara umum rumus empiris karbohidrat
dikenal sebagai (CH2O)n.
4.1 Monosakarida
Struktur monosakarida yang terdiri dari lima atau lebih atom karbon dalam
larutan berbentuk siklik atau lingkaran. Gula heksosa membentuk lingkaran disebut
piranosa karena senyawa ini menyerupai senyawa cincin dengan 6 anggota yang
disebut piran (Gb.4.3). Aldoheksosa yang terdapat dalam bentuk cincin yang
mempunyai 5 anggota disebut furanosa karena menyerupai bentuk cincin 5 anggota
(furan (Gb.4.4)). Hanya aldosa yang dapat membentuk cincin piran stabil
dibandingkan furan. Bentuk isomer dari monosakarida yang berbeda satu dengan
lainnya, hanya dalam konfigurasi di sekitar atom karbon hemiasetal/hemiketal, seperti
α-D-Glukosa dan β-D-glukosa disebut anomer (Gb.4).
4.2 Oligosakarida
Oligosakarida adalah rantai pendek yang terbentuk dari unit-unit
monosakarida yang digabungkan bersama-sama oleh ikatan kovalen. Oligosakarida
yang paling sederhana adalah disakarida yang memiliki 2 unit monosakarida.
48
Contoh-contoh oligosakarida:
a. Disakarida
Sukrosa = Glukosa + Fruktosa
Laktosa = Glukosa + Galaktosa
Maltosa = Glukosa + Glukosa
b. Trisakarida
Rafinosa = Galaktosa + Glukosa + Fruktosa
Manotriosa = Galaktosa + Galaktosa + Glukosa
c. Tetrasakarida
Stakiosa = 2 Galaktosa + 1 Glukosa + 1 Fruktosa
a. Struktur kimia
Disakarida terdiri dari 2 molekul monosakarida yang berikatan kovalen
terhadap sesamanya. Ikatan kimia yang menggabungkan kedua unit monosakarida
disebut ikatan glikosida dan dibentuk jika gugus hidroksil pada salah satu gula
bereaksi dengan karbon anomer pada gula yang kedua. Ikatan glikosida dapat segera
terhidrolisa oleh asam namun tahan terhadap basa.
Disakarida yang banyak terdapat di alam yang paling umum adalah sukrosa,
laktosa dan maltosa. Maltosa adalah disakarida yang paling sederhana, merupakan
gabungan dari dua molekul glukosa (Gb.4.5). Sedangkan laktosa meruakan disakarida
hasil gabungan dari molekul glukosa dan galaktosa (Gb.4.6). Jenis disakarida ini
hanya terdapat pada susu. Hidrolisis laktosa dapat dilakukan oleh enzim laktose.
Sukrosa atau gula tebu adalah disakarida dari glukosa dan fruktosa. Sukrosa
dibentuk oleh banyak tanaman, tetapi tidak terdapat pada hewan tingkat tinggi.
Hewan tidaka dapat menyerap sukrosa seperti pada tanaman, tetapi dapat menyerap
molekul tersebut dengan bantuan enzim suknosa. Sukrosa merupakan produk
49
fotosintesis antara yang utama. Pada banyak tanaman sukrosa merupakan bentuk
utama dalam transport gula dari daun ke bagian lain tanaman melalui sistem vaskular.
Sukrosa merupakan disakarida yang paling manis diantara ketiga jenis disakarida
yang umum dijumpai.
b. Sifat Kimia
Maltosa dan laktosa adalah gula pereduksi karena gula ini memiliki gugus
karbonil yang berpotensi bebas, yang dapat dioksidasi. Sedangkan sukrosa tidak
bersifat pereduksi karena tidak mengandung atom karbon anomer bebas.
4.3 Polisakarida
Kebanyakan karbohidrat yang ditemukan di alam terdapat sebagai polisakarida
dengan berat molekul tinggi. Hidrolisis sempurna oleh asam atau enzim spesifik
terhadap polisakarida menghasilkan monosakarida atau senyawa turunannya.
Gabungan lebih dari 10 unit monosakarida disebut sebagai polisakarida.
a. Struktur kimia
Polisakarida, disebut juga glikan, berbeda dalam kandungan unit
monosakarida, panjang rantainya, dan dalam tingkat percabangannya. Terdapat dua
jenis polisakarida, yaitu homopolisakarida, yang mengandung hanya satu jenis unit
monomer dan heteropolisakarida, yang mengandung dua atau lebih jenis unit
monosakarida yang berbeda. Contoh homopolisakarida adalah pati yang berasal dari
unit-unit D-glukosa dan contoh heterosakarida adalah asam hialuronat yang berasal
dari 2 jenis monosakarida. Polisakarida yang penting di alam yaitu pati pada
tumbuhan dan glikogen pada hewan.
Pati terutama terdapat alam jumlah tinggi pada golongan umbi seperti kentang
dan biji-bijian seperti jagung. Pati mengandung dua jenis polimer glukosa yaitu α-
amilosa dan amilopektin. Amilosa memiliki struktur tidak bercabang sementara
amilopektin memiliki struktur bercabang tingkat tinggi (Gb.4.7).
50
Gambar 4.7 (a) amilosa; (b) amilopektin; (c) struktur suatu titik cabang
Contoh karbohidrat yang terdiri dari banyak polisakarida (lebih dari 10).
Amilum
Glikogen
Selulosa
Pati
Dekomposisi pati: Pati →dekstrin → maltosa → glukosa
b. Sifat Kimia
Pati dan glikogen dihidrolisa dalam saluran pencernaan oleh enzim amilase.
Enzim α-amilase menguraikan ikatan α-(1-> 4) dan α-(1-> 6) diuraikan oleh enzim α-
(1-> 6)-glukosidase. Pada sel hewan, glikogen terdegradasi oleh jenis enzim lain,
glikogen terdegradasi oleh jenis enzim lain, glikogen fosforilase, yang memecah
glikogen menjadi glukosa-1-fosfat.
Ikatan B selulosa pada rantai D-glukosa membentuk konformasi yang melebar
dan mengalami pengelompokan antar sisi menjadi serat yang tidak larut. Ruminansia
51
mampu mencerna selulosa karena memiliki enzim selulose yang dikeluarkan oleh
mikroorganisme dalam rumen ruminansia.
Selulosa merupakan senyawa yang amat berguna. Kayu, katun, kertas dan
papan sebagian besar merupakan selulosa. Lebih jauh, selulosa adalah bahan dasar
dari banyak produk lain, seperti rayon, genteng isulasi dan bahan-bahan pembungkus
dan pembangun lainnya. Polisakarida pada kulit udang, kepiting dan banyak insekta
terbentuk dari polisakarida khitin.
53
BAB V
LIPID
Lipid (dari kata Yunani, Lipos, lemak) dikenal oleh masyarakat awam sebagai
minyak (organik, bukan minyak mineral atau minyak bumi), lemak, dan lilin.
Tersusun dari Karbon, Hidrogen, dan Oksigen (C,H,O), Lipida memiliki lebih banyak
atom karbon dan hidrogen dibandingkan atom oksigen, dengan nisbah H : O > 2:1.
Istilah "lipida" mengacu pada golongan senyawa hidrokarbon alifatik nonpolar (tidak
bisa atau susah larut dalam air) dan hidrofobik, yang esensial dalam menyusun
struktur dan menjalankan fungsi sel hidup. Karena nonpolar, lipida tidak larut dalam
pelarut polar, seperti air atau alkohol, tetapi larut dalam pelarut nonpolar (organik)
seperti dalam eter, metanol, aseton, kloroform, dan benzen,
Fungsi biologi dari lipid sesuai dengan jenisnya. Lemak dan minyak
merupakan penyimpan energi utama pada kebanyakan organism Fofolipid dan sterol
merupakan komponen struktural dari membrane biologi. Lilin merupakan penutup
permukaan pada tanaman (kutikula) bertindak sebagai penolak air dan sebagai
pengkonsistensi lapisan, Kilapan pada daun keladi dilapisi dengan lapisan lilin, yang
dapat menghambat evaporasi berlebihan dan melindungi tanaman dari parasit.. Lipid
lainnya, walaupun berada dalam jumlah sedikit tetapi mempunyai peranan yang
sangat penting seperti kofaktor reaksi enzimatik (vitamin K), pembawa sinyal
electron (steroid), pigmen pengabsobsi cahaya (klorofil), jangkar hidrofobik untuk
54
Tabel 5.2. Komposisi Asam Lemak Penghasil Minyak dan Daun pada Beberapa
Tanaman
Komposisi asam lemak pada beberapa Komposisi asm lemak dalam daun beberapa
tanaman penghasil minyak tanaman
Gliserida dan asam lemak, termasuk di dalamnya minyak dan lemak; Lilin,
Fosfolipid; Sfingolipid; Glikolipid; Terpenoid, termasuk di dalamnya getah dan
steroid.
Gliserida
Gliserida dikenal pula sebagai adalah ester dari gliserol dan asam lemak. Minyak nabati
serta lemak hewani adalah gliserida yang tersusun dari gliserol dan asam lemak.
Gliserol memiliki tiga gugus hidroksil fungsional (-OH) yang dapat teresterifikasi
oleh asam lemak. Jika hanya satu gugus hidroksil teresterifikasi dinamakan
monogliserida, jika dua yang teresterifikasi dinamakan digliserida, dan jika ketiga
gugus hidroksilnya teresterifikasi disebut trigliserida. Trigliserida disebut juga
triasilgliserol atau triasilgliserida. Dalam kondisi alami, semua kombinasi tercampur
dalam sel.
Asam lemak
Asam lemak adalah asam karboksilat dengan jumlah atom karbon banyak. Biasanya
asam lemak mengandung 4 – 24 atom karbon, dan mempunyai satu gugus karboksil (-
COOH). Bagian alkil dari asam lemak bersifat nonpolar, sedangkan gugus karboksil
bersifat polar. Bila bagian alkil asam lemak mengandung paling sedikit satu ikatan
rangkap, dinamakan asam lemak tak jenuh. Contohnya asam oleat, asam linoleat.
Sebaliknya, bila tidak memiliki ikatan rangkap (hanya satu ikatan antar karbon)
dinamakan asam lemak jenuh, seperti pada asam stearat dan asam palmitat. Ester
gliserol yang terbentuk dari asam lemak tak jenuh dinamakan minyak, sedangkan
yang berasal dari asam lemak jenuh dinamakan lemak. Titik leleh lemak lebih tinggi
daripada minyak, sehingga minyak cenderung mencair pada suhu kamar.
Trigliserida
Lemak tersusun tersusun dari gliserol (alkohol) dan tiga rantai asam lemak.
Sub unit ini disebut trigliserida (atau lebih tepatnya triasilgliserol atau
triasilgliserida) adalah sebuah gliserida, yaitu ester dari gliserol dan tiga asam lemak.
Trigliserida merupakan penyusun utama minyak nabati dan lemak hewani. Gliserol
merupakan senyawa larut dalam air dengan tiga gugus hidroksil. Rumus kimia
trigliserida adalah CH2COOR-CHCOOR'-CH2-COOR", dimana R, R' dan R"
masing-masing adalah sebuah rantai alkil yang panjang. Ketiga asam lemak RCOOH,
R'COOH and R"COOH bisa jadi semuanya sama, semuanya berbeda ataupun hanya
dua diantaranya yang sama. Lemak merupakan trigliserida yang mengandung asam
lemak jenuh (butter, margarine, shortening padat pada suhu ruangan). Sedangkan
minyak merupakan trigliserida dengan asam lemak tak jenuh (minyak jagung cair
pada suhu ruangan)
57
Lilin
Lilin merupakan rantai panjang asam lemak disambungkan ke rantai panjang alkohol.
Lilin bersifat nonpolar. Padat pada suhu ruangan; mempunyai titik leleh tinggi ;
kedap air dan tahan degradasi. Membentuk lapisan pelindung yang menahan
kehilangan air pada tanaman; menjaga kulit dan bulu pada hewan.
Fosfolipid
Fosfolipid mirip dengan lemak netral, yaitu merupakan suatu ester gliserol, tetapi,
fosfolipid hanya mengandung dua asam lemak, yang terikat pada atom C nomor 1
dan nomor 2 dari gliserol, sedangkan atom C nomor tiga diesterkan oleh asam fosfat
atau sebuah gugus gabungan fosfat dan nitrogen, yang telah mengikat gugus alkohol
jenis lain, seperti kolin, etanolamin, serin, dan inositol. Karena itu, fosfolipid diberi
nama menurut gugus alkohol yang terikat pada asam fosfatnya, misalnya
fosfatidilkolin (gugus alkohol mengikat kolin), fosfatidil etanolamin (mengikat
etanolamin), fosfatidil serin, dan nama lainnya. Fosfolipid membantu menyusun
membrane sel. Dua lapisan fosfolipid menyusun membran. Fosfolipid memiliki
sebuah kepala "suka air" hidrofilik dan dua ekor "takut air" hidrofobik.
58
Sfingolipid
Steroid
Steroid berbeda dengan asam lemak neutral. Steroid memiliki cincin karbon
,yaitu memilik rangka yang merupakan penyatuan 4 buah cincin karbon yang
bervariasi tergantung pada gugus fungsional yang melekat padanya. Rangka karbon
dari steroid adalah rangka benzen merupakan gabungan 4 buah cincin benzene.
Kolesterol adalah ―basa steroid‖ tempat badan kita menghasilkan steroid. Kolesterol
merupakan prekursor dari steroid lainnya, termasuk aldosteron dan hormon sex.
Estrogen dan testosteron (merupakan hormon sex jantan) juga steroid.
Pada tanaman sintesis asam lemak de novo selalu terjadi dalam plastida
Karbon terfiksasi yang merupakan hasil assimilasi CO2 dalam kloroplas bukan
hanya merupakan precursor untuk sintesis karbohidrat dan asam amino, tetapi juga
untuk sintesis asam lemak dan berbagai metabolit sekunder lainnya. Tanaman tidak
mampu memindahkan asam lemak jarak jauh di dalam tanaman. Padahal asam lemak
ada di setiap sel sebagai constituen dari lipid membrane, dengan demikian setiap sel
seharusnya memiliki enzim untuk mesintesis lipid membran dan juga untuk
mensintesis asam lemak.
60
Kolestrol
Estrogen
Testosteron
Pada tanaman sintesis asam lemak de novo selalu terjadi dalam plastida: dalam
kloroplas dari sel hijau dan leukoplast dan kromoplas dari sel-sel yang tidak hijau.
Walaupun enzim pensisntesis asam lemak pada sel tanaman dijumpai juga dalam
membrane ER, tetapi enzim tersebut nampaknya hanya terlibat dalam memodifikasi
asam lemak yang telah disintesis, sebelumnya dalam plastida. Modifikasi tersebut
termasuk pemanjangan rantai asam lemak dan introduksi ikatan rangkap berikutnya
oleh desaturases.
BAB VI
PROTEIN
Protein adalah makromolekul polipeptida yang tersusun dari sejumlah L-asam
amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida, berbobot molekul tinggi dari 5000
samapi berjuta-juta. Suatu molekul protein disusun oleh sejumlah asam amino tertentu
dengan susunan yang sudah tertentu pula dan bersifat turunan.
Protein (akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling
utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan
polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain
dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen,
nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur
dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus.
Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain
berperan dalam fungsi struktural atau mekanis, seperti misalnya protein yang
membentuk batang dan sendi sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem kekebalan
(imun) sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon, sebagai komponen
penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam transportasi hara. Sebagai salah satu sumber
gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino bagi organisme yang tidak mampu
membentuk asam amino tersebut (heterotrof).
Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain polisakarida,
lipid, dan polinukleotida, yang merupakan penyusun utama makhluk hidup. Selain itu,
protein merupakan salah satu molekul yang paling banyak diteliti dalam biokimia.
Protein ditemukan oleh Jöns Jakob Berzelius pada tahun 1838.
Biosintesis protein alami sama dengan ekspresi genetik. Kode genetik yang
dibawa DNA ditranskripsi menjadi RNA, yang berperan sebagai cetakan bagi
translasi yang dilakukan ribosom. Sampai tahap ini, protein masih "mentah", hanya
tersusun dari asam amino proteinogenik. Melalui mekanisme pascatranslasi,
terbentuklah protein yang memiliki fungsi penuh secara biologi.
Struktur tersier protein. Protein ini memiliki banyak struktur sekunder beta-
sheet dan alpha-helix yang sangat pendek. Model dibuat dengan menggunakan
koordinat dari Bank Data Protein (nomor 1EDH).
Struktur protein dapat dilihat sebagai hirarki, yaitu berupa struktur primer
(tingkat satu), sekunder (tingkat dua), tersier (tingkat tiga), dan kuartener (tingkat
empat). Struktur primer protein merupakan urutan asam amino penyusun protein yang
dihubungkan melalui ikatan peptida (amida). Sementara itu, struktur sekunder protein
adalah struktur tiga dimensi lokal dari berbagai rangkaian asam amino pada protein
yang distabilkan oleh ikatan hidrogen. Berbagai bentuk struktur sekunder misalnya
ialah sebagai berikut:
alpha helix (α-helix, "puntiran-alfa"), berupa pilinan rantai asam-asam amino
berbentuk seperti spiral;
beta-sheet (β-sheet, "lempeng-beta"), berupa lembaran-lembaran lebar yang
tersusun dari sejumlah rantai asam amino yang saling terikat melalui ikatan hidrogen
atau ikatan tiol (S-H);
beta-turn, (β-turn, "lekukan-beta"); dan
gamma-turn, (γ-turn, "lekukan-gamma").
Gabungan dari aneka ragam dari struktur sekunder akan menghasilkan struktur
tiga dimensi yang dinamakan struktur tersier. Struktur tersier biasanya berupa
gumpalan. Beberapa molekul protein dapat berinteraksi secara fisik tanpa ikatan
kovalen membentuk oligomer yang stabil (misalnya dimer, trimer, atau kuartomer)
dan membentuk struktur kuartener. Contoh struktur kuartener yang terkenal adalah
enzim Rubisco dan insulin.
Struktur primer protein bisa ditentukan dengan beberapa metode: (1) hidrolisis
protein dengan asam kuat (misalnya, 6N HCl) dan kemudian komposisi asam amino
ditentukan dengan instrumen amino acid analyzer, (2) analisis sekuens dari ujung-N
dengan menggunakan degradasi Edman, (3) kombinasi dari digesti dengan tripsin dan
spektrometri massa, dan (4) penentuan massa molekular dengan spektrometri massa.
Struktur sekunder bisa ditentukan dengan menggunakan spektroskopi circular
dichroism (CD) dan Fourier Transform Infra Red (FTIR). Spektrum CD dari
puntiran-alfa menunjukkan dua absorbans negatif pada 208 dan 220 nm dan lempeng-
beta menunjukkan satu puncak negatif sekitar 210-216 nm. Estimasi dari komposisi
struktur sekunder dari protein bisa dikalkulasi dari spektrum CD. Pada spektrum
FTIR, pita amida-I dari puntiran-alfa berbeda dibandingkan dengan pita amida-I dari
lempeng-beta. Jadi, komposisi struktur sekunder dari protein juga bisa diestimasi dari
spektrum inframerah.
Struktur protein lainnya yang juga dikenal adalah domain. Struktur ini terdiri
dari 40-350 asam amino. Protein sederhana umumnya hanya memiliki satu domain.
Pada protein yang lebih kompleks, ada beberapa domain yang terlibat di dalamnya.
Hubungan rantai polipeptida yang berperan di dalamnya akan menimbulkan sebuah
fungsi baru berbeda dengan komponen penyusunnya. Bila struktur domain pada
64
1. Katalisis enzimatik
Hampir semua reaksi kimia dalam sistem biologi dikatalisis oleh enzim dan
hampir semua enzim adalah protein.
2. Transportasi dan penyimpanan
Berbagai molekul kecil dan ion-ion ditansport oleh protein spesifik. Misalnya
transportasi oksigen di dalam eritrosit oleh hemoglobin dan transportasi oksigen di
dalam otot oleh mioglobin.
3. Koordinasi gerak
Kontraksi otot dapat terjadi karena pergeseran dua filamen protein. Contoh
lainnya adalah pergerakan kromosom saat proses mitosis dan pergerakan sperma oleh
flagela.
4. Penunjang mekanis
Ketegangan kulit dan tulang disebabkan oleh kolagen yang merupakan protein
fibrosa
5. Proteksi imun
Antibodi merupakan protein yang sangat spesifik dan dapat mengenal serta
berkombinasi dengan benda asing seperti virus, bakteri dan sel dari organisma lain.
6. Membangkitkan dan menghantarkan impuls saraf
Respon sel saraf terhadap rangsang spesifik diperantarai oleh oleh protein
reseptor. Misalnya rodopsin adalah protein yang sensitif terhadap cahaya ditemukan
pada sel batang retina. Contoh lainnya adalah protein reseptor pada sinapsis
7. Pengaturan pertumbuhan dan diferensiasi
Pada organisme tingkat tinggi, pertumbuhan dan diferensiasi diatur oleh protein
faktor pertumbuhan. Misalnya faktor pertumbuhan saraf mengendalikan pertumbuhan
jaringan saraf. Selain itu, banyak hormon merupakan protein.
Unit dasar penyusun struktur protein adalah asam amino. Dengan kata lain
protein tersusun atas asam-asam amino yang saling berikatan.
Ada 20 macam asam amino, yang masing-masing ditentukan oleh jenis gugus
R atau rantai samping dari asam amino. Jika gugus R berbeda maka jenis asam amino
berbeda. Contohnya ada pada Gambar 2.2. Dari gambar tersebut tampak bahwa asam
amino serin, asam aspartat dan leusin memiliki perbedaan hanya pada jenis gugus R
saja.
Gugus R dari asam amino bervariasi dalam hal ukuran, bentuk, muatan,
kapasitas pengikatan hidrogen serta reaktivitas kimia. Keduapuluh macam asam
amino ini tidak pernah berubah. Asam amino yang paling sederhana adalah glisin
66
dengan atom H sebagai rantai samping. Berikutnya adalah alanin dengan gugus metil
(-CH3) sebagai rantai samping. Struktur dari 20 macam asam amino pada Tabel 6.1.
No Nama Singkatan
1 Alanin (alanine) Ala
2 Arginin (arginine) Arg
3 Asparagin (asparagine) Asn
4 Asam aspartat (aspartic acid) Asp
5 Sistein (cystine) Cys
6 Glutamin (Glutamine) Gln
7 Asam glutamat (glutamic acid) Glu
8 Glisin (Glycine) Gly
9 Histidin (histidine) His
10 Isoleusin (isoleucine) Ile
11 Leusin (leucine) Leu
12 Lisin (Lysine) Lys
13 Metionin (methionine) Met
14 Fenilalanin (phenilalanine) Phe
15 Prolin (proline) Pro
16 Serin (Serine) Ser
17 Treonin (Threonine) Thr
18 Triptofan (Tryptophan) Trp
19 Tirosin (tyrosine) Tyr
20 Valin (valine) Val
Kekurangan Protein
Protein sendiri mempunyai banyak sekali fungsi di tubuh kita. Pada dasarnya
protein menunjang keberadaan setiap sel tubuh, proses kekebalan tubuh. Setiap orang
dewasa harus sedikitnya mengkonsumsi 1 g protein pro kg berat tubuhnya. Kebutuhan
akan protein bertambah pada perempuan yang mengandung dan atlet-atlet.
Sintese protein
Dari makanan kita memperoleh Protein. Di sistem pencernaan protein akan
diuraikan menjadi peptid peptid yang strukturnya lebih sederhana terdiri dari asam
amino. Hal ini dilakukan dengan bantuan enzim. Tubuh manusia memerlukan 9 asam
amino. Artinya kesembilan asam amino ini tidak dapat disintesa sendiri oleh tubuh
esensiil, sedangkan sebagian asam amino dapat disintesa sendiri atau tidak esensiil
oleh tubuh. Keseluruhan berjumlah 21 asam amino. Setelah penyerapan di usus maka
akan diberikan ke darah. Darah membawa asam amino itu ke setiap sel tubuh. Kode
untuk asam amino tidak esensiil dapat disintesa oleh DNA. Ini disebut dengan
DNAtranskripsi. Kemudian mRNA hasil transkripsi di proses lebih lanjut di ribosom
atau retikulum endoplasma, disebut sebagai translasi.
Sumber Peotein terdapat dalam Daging, Ikan, Telur, Susu, dan produk sejenis
Quark, Tumbuhan berbji, Suku polong-polongan dan Kentang.
Keuntungan Protein adalah Sumber energi, Pembetukan dan perbaikan sel dan
jaringan, Sebagai sintesis hormon,enzim, dan antibodi, Pengatur keseimbangan kadar
asam basa dalam sel
BAB. VII
ASAM NUKLEAT
Hasil analisis kimia asam nukleat menunjukkan bahwa makromolekul ini tersusun
dari subunit-subunit berulang (monomer) yang disebut nukleotida sehingga asam
nukleat dapat juga dikatakan sebagai polinukleotida. Nukleotida yang satu dengan
nukleotida berikutnya dihubungkan oleh ikatan fosfodiester yang sangat kuat. Tiap
nukleotida terdiri atas tiga komponen, yaitu gugus fosfat, gula pentosa (gula dengan
lima atom karbon), dan basa nukleotida atau basa nitrogen (basa siklik yang
mengandung nitrogen). Pada DNA basa nitrogen berikatan secara kimia dengan gula
pentosa membentuk molekul yang disebut nukleosida sehingga setiap nukleotida
pada DNA dapat disebut juga sebagai nukleosida monofosfat.
Gula pentosa pada DNA adalah 2-deoksiribosa, sedangkan pada RNA adalah
ribosa. Menurut kebiasaan, penomoran atom C pada gula pentosa dilakukan
menggunakan tanda aksen (‘) untuk membedakannya dengan penomoran atom C pada
basa nitrogen. Atom C pada gula pentosa yang berikatan dengan basa nitrogen
ditentukan sebagai atom C pertama (1‘). Atom C nomor 2‘ pada DNA tidak mengikat
gugus OH seperti halnya pada RNA, tetapi mengikat gugus H sehingga gula
pentosanya dinamakan deoksiribosa.
Sementara itu, basa nitrogen ada dua macam, yakni basa dengan cincin
rangkap atau disebut purin dan basa dengan cincin tunggal atau disebut pirimidin.
Basa purin, baik pada DNA maupun RNA, dapat berupa adenin (A) atau guanin (G),
sedangkan basa pirimidin pada DNA dapat berupa sitosin (C) atau timin (T). Pada
RNA tidak terdapat basa timin, tetapi diganti dengan urasil (U).
Biasanya DNA mempunyai struktur sebagai molekul polinukleotida untai ganda,
sedangkan RNA adalah polinukleotida untai tunggal. Ini merupakan perbedaan lain di
antara kedua macam asam nukleat tersebut.
73
5‘CH2OH O 5‘CH2OH O
OH OH
4‘ 1‘ 4‘ 1‘
H H H H H H H H
3‘ 2‘ 3‘ 2‘
OH H OH OH
Gambar 7.6 Ujung poli- atau oligonukleotida menyisakan gugus fosfat di atom
karbon nomor 5' nukleotida pertama dan gugus hidroksil di atom
karbon nomor 3' nukleotida terakhir.
76
Ribonukleotida
• Gula ribosa yang berikatan dengan basa nitrogen (dalam contoh di bawah
adalah suatu pirimidin, urasil dan sitosin) pada atom karbon nomor 1‗nya
disebut ribonukleosida (dalam contoh di samping adalah uridin dan sitidin).
• Ribonukleosida yang terfosforilasi pada atom karbon nomor 5‗nya disebut
ribonukleotida (dalam contoh di bawah adalah uridilat atau sitidilat)
• Kerangka dasar polinukleotida atau asam nukleat tersusun atas residu fosfat
dan ribosa yang berselang-seling.
• Urutan basa dalam polinukleotida ditulis dari ujung yang memiliki gugus
fosfat di atom karbon nomor 5' ke ujung yang memiliki gugus hidroksil di
atom karbon nomor 3‗, atau biasa disebut ujung 5' ke 3': 5'-ATGCTAGC-3'
Polinukleotida memiliki kebebasan berotasi tak terbatas, kecuali pada kerangka cincin
ribosanya.
Organisme A G C T
Model struktur fisik molekul DNA pertama kali diajukan pada tahun 1953
oleh J.D. Watson dan F.H.C. Crick. Ada dua dasar yang digunakan dalam melakukan
deduksi terhadap model tersebut, yaitu:
1. Hasil analisis kimia yang dilakukan oleh E. Chargaff terhadap kandungan basa
nitrogen molekul DNA dari berbagai organisme selalu menunjukkan bahwa
konsentrasi adenin sama dengan timin, sedangkan guanin sama dengan sitosin.
Dengan sendirinya, konsentrasi basa purin total menjadi sama dengan konsentrasi
basa pirimidin total. Akan tetapi, nisbah konsentrasi adenin + timin terhadap
konsentrasi guanin + sitosin sangat bervariasi dari spesies ke spesies.
2. Pola difraksi yang diperoleh dari hasil pemotretan molekul DNA menggunakan
sinar X oleh M.H.F. Wilkins, R. Franklin, dan para koleganya menunjukkan
bahwa basa-basa nitrogen tersusun vertikal di sepanjang sumbu molekul dengan
interval 3,4 Å.
Dari data kimia Chargaff serta difraksi sinar X Wilkins dan Franklin tersebut
Watson dan Crick mengusulkan model struktur DNA yang dikenal sebagai model
tangga berpilin (double helix). Menurut model ini kedua untai polinukleotida saling
memilin di sepanjang sumbu yang sama. Satu sama lain arahnya sejajar tetapi
berlawanan (antiparalel). Basa-basa nitrogen menghadap ke arah dalam sumbu, dan
terjadi ikatan hidrogen antara basa A pada satu untai dan basa T pada untai lainnya.
Begitu pula, basa G pada satu untai selalu berpasangan dengan basa C pada untai
lainnya melalui ikatan hidrogen. Oleh karena itu, begitu urutan basa pada satu untai
81
polinukleotida diketahui, maka urutan basa pada untai lainnya dapat ditentukan pula.
Adanya perpasangan yang khas di antara basa-basa nitrogen itu menyebabkan kedua
untai polinukleotida komplementer satu sama lain.
Setiap pasangan basa berjarak 3,4 Å dengan pasangan basa berikutnya. Di
dalam satu kali pilinan (360°) terdapat 10 pasangan basa. Antara basa A dan T yang
berpasangan terdapat ikatan hidrogen rangkap dua, sedangkan antara basa G dan C
yang berpasangan terdapat ikatan hidrogen rangkap tiga. Hal ini menyebabkan nisbah
A+T terhadap G+C mempengaruhi stabilitas molekul DNA. Makin tinggi nisbah
tersebut, makin rendah stabilitas molekul DNAnya, dan begitu pula sebaliknya.
Gugus fosfat dan gula terletak di sebelah luar sumbu. Seperti telah disebutkan
di atas, nukleotida-nukleotida yang berurutan dihubungkan oleh ikatan fosfodiester.
Ikatan ini menghubungkan atom C nomor 3‘ dengan atom C nomor 5‘ pada gula
deoksiribosa. Di salah satu ujung untai polinukleotida, atom C nomor 3‘ tidak lagi
dihubungkan oleh ikatan fosfodiester dengan nukleotida berikutnya, tetapi akan
mengikat gugus OH. Oleh karena itu, ujung ini dinamakan ujung 3’ atau ujung OH.
Di ujung lainnya atom C nomor 5‘ akan mengikat gugus fosfat sehingga ujung ini
dinamakan ujung 5’ atau ujung P. Kedudukan antiparalel di antara kedua untai
polinukleotida sebenarnya dilihat dari ujung-ujung ini. Jika untai yang satu
mempunyai arah dari ujung 5‘ ke 3‘, maka untai komplementernya mempunyai arah
dari ujung 3‘ ke 5‘.
Gambar 7. 14 Deoksiribonukleotida
Deoksiribonukleotida Utama
Penamaan Nukleotida
Asam Nukleat (Nucleic acid) merupakan substansi yang sungguh amat sangat
penting. Asam ini terdapat pada hampir setiap sel tubuh kita. Perlu diketahui, tubuh
kita tersusun atas ribuan, jutaan bahkan miliaran sel.
Asam nukleat ini terletak dalam kromosom yang ada pada inti sel. Asam nukleat
terdiri atas 2 jenis: DNA(Deoxiribo Nucleic Acid) dan RNA(Ribonucleic Acid).
Kedua asam nukleat ini mempunyai peran yang sangat penting bagi kita (dan semua
84
organisme). RNA ada tiga tipe yaitu Ribosomal RNA (rRNA), Messenger RNA
(mRNA), Transfer RNA (tRNA).
Peranan Asam Nukleat dalam sel antara lain:
• DNA mengandung gen, informasi yang mengatur sintesis protein dan RNA.
• DNA mengandung bagian-bagian yang menentukan pengaturan ekspresi gen
(promoter, operator, dll.)
• Ribosomal RNA (rRNA) merupakan komponen dari ribosom, mesin biologis
pembuat protein
• Messenger RNAs (mRNA) merupakan bahan pembawa informasi genetik dari
gen ke ribosom
• Transfer RNAs (tRNAs) merupakan bahan yang menterjemahkan informasi
dalam mRNA menjadi urutan asam amino
• RNAs memiliki fungsi-fungsi yang lain, di antaranya fungsi-fungsi katalis
Dalam ilmu Genetika peranan DNA dan RNA dikelompokkan menjadi dua fungsi
yang sangat penting yaitu:
P (Parental/induk): TT >< tt
Gamet : T t
Batang tinggi batang pendek
F1(fillial/
Keturunan pertama: Tt (batang tinggi)
Jika
F2: F1 >< F1
Tt >< Tt
Menghasilkan
25% (kemungkinan) TT (batang tinggi)
50% Tt (batang tinggi)
85
Asam nukleat yang tersusun atas basa nitrogen tersebut dapat membentuk
protein.
Misal susunan kode pada rantai/pita antisense DNA adalah
ATG GGC CTA TCG. Protein yang akan disintesa adalah
AUG GGC GUA ACG. Maka asam amino yang dihasilkan adalah
AUG menunjukkan kode untuk protein Metionin
GGC adalah Glisin
GUA adalah Valin
ACG adalah Threonin
Sungguh betapa Maha Agungnya Allah. Dalam satu molekul yang ukurannya
sangat kecil itu terdapat miliaran informasi genetik/sifat. Kalau saja informasi dalam
satu molekul tersebut kita tulis di atas kertas, butuh jutaan lembar.Informasi dengan
jumlah luar biasa banyaknya hanya ―tersimpan‖ pada satu kromosom.Kromosom
berada dalam inti sel. Sel mempunyai organel selain inti(nukleus), yaitu: membran
sel, ribosom, lisosom, RE,vakuola dan mitokondria. Pada hewan ditambah sentriol.
Tumbuhan, dinding sel dan plastid.
Semua informasi sejumlah sangat banyaknya itu ―tersimpan‖ hanya dalam
satu sel.
86
BAB VIII
ENZIM
Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel hidup. Asal
kata adalah en-zyme yang berarti dalam ragi. Pada tahun 1860, Pasteur menunjukkan
bahwa proses fermentasi dikatalisis oleh enzim yang secara struktural terikat di dalam
sel ragi.
Enzim merupakan suatu biokatalis, artinya suatu katalisator yang disintesis
oleh organisme hidup. Secara struktural, semua enzim tanpa kecuali berupa protein,
sehingga sifat-sifat protein dimiliki enzim misalnya sifat termolabil, dirusak oleh
logam berat.
Ekstraksi enzim pertama kali dilakukan oleh Buchner pada tahun 1897
terhadap enzim sel ragi yang berperan dalam fermentasi alkohol. Pada tahun 1926
Summer untuk pertama kali mengisolasi enzim urease dari kacang-kacangan ke dalam
bentuk kristal. Hal yang sama dilakukan oleh Northrop dalam tahun 1930-1936
terhadap enzim pepsin, tripsin, dan kemotripsin.
Enzim aktif bukan semata-mata di dalam organisme hidup tetapi juga di dalam
tabung reaksi, asalkan kondisinya disesuaikan dengan kondisi di mana enzim tersebut
diisolasi. Penelitan tentang enzim kini secara lebih jelas telah memberikan
pemahaman tentang peranan enzim dalam biologi sel, sifat pengaturan sendiri system
enzim, peranan enzim dalam berbagai proses pertumbuhan , differensiasi atau
pembelahan sel.
klas enzim, digit 3 untuk sub-sub klas enzim, dan digit 4 untuk nama enzim tertentu.
Keenam golongan enzim tersebut adalah sebagai berikut:
dari molekul FAD atau FADH2, asam lipoat sebagai kofaktor pada enzim piruvat
dehidrogenase dan ketoglutarat dehidrogenase, biotin sebagai koenzim pada reaksi
karboksilasi, tiamin atau vitamin B1 dalam bentuk tiaminpiroposfat merupakan
koenzim pada enzim alpha-ketodekarboksilase, vitamin B6 (piridoksal, piridoksin,
dan piridoksamin) dalam bentuk piridoksalposfat dan piridoksaminaposfat
merupakan koenzim pada enzim yang mengkatalisis reaksi metabolisme asam amino
seperti transaminasi, dekarboksilase, dan rasemisasi antara lain enzim glutamate
dekarboksilase, asam folat dalam bentuk asam tetrahidrofolat (FH4) merupakan
koenzim dalam biosintesis purin, serin, dan glisin, vitamin B12 merupakan bagian
dari koenzim B12 yang bekerja pada beberapa reaksi antara lain pemecahan ikatan C-
C, ikatan C-O, dan ikatan C-N dengan enzim mutase dan dehidrase, dan asam
pantotenat sebagai komponen dalam molekul koenzim A atau koASH yang
memegang peranan penting sebagai pembawa gugus asetil, terutama dalam biosintesis
asam lemak.
Koenzim yang tidak mempunyai hubungan structural dengan vitamin adalah
adenosine triposfat atu ATP. Koenzim ini adalah senyawa berenergi tinggi dan
berfungsi sebagai koenzim yang memindahkan gugus posfat yang sekaligus
melepaskan sejumlah energi. Bila melepaskan satu gugus posfat, ATP akan berubah
menjadi adenine diposfat (ADP). ATP memegang peranan penting dalam
metabolisme karbohidrat dan bertindak sebagai koenzim yang menyertai enzim
kinase, misalnya heksokinase dan piruvat kinase.
Tingkat Reaksi
Suatu reaksi kimia dapat berlangsung karena molekul-molekul reaktan, A pada
suatu waktu tertentu mengalami keadaan aktif, yaitu apabila energi molekul tersebut
dalam keadaan energi pengaktifan. Dalam keadaan demikian ikatan kimia dalam
molekul tersebut dapat pecah sehingga memungkinkan terbentuknya produk, P.
Keadaan ketika molekul A dalam keadaan aktif disebut keadaan transisi, dan energi
pengaktifan diartikan sebagai sejumlah energi (dalam kalori) yang dibutuhkan oleh
satu mol zat, pada tempratur tertentu untuk membawa semua molekul (dari satu mol
zat) ke keadaan aktifnya.
Laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi senyawa keadaan transisi.
Dengan manaikkan tempratur jumlah molekul yang dapat masuk ke keadaan transisi
bertambah. Dalam banyak reaksi kimia pertambahan suhu 10C menyebabkan berlipat
gandanya laju reaksi.
Katalisis
Fungsi katalisator adalah mempercepat reaksi kimia dengan cara menurunkan
energi bebas pengaktifan. Katalisator bergabung dengan reaktan sedemikian rupa
sehingga dihasilkan keadaan transisi yang mempunyai energi bebas lebih rendah
89
daripada keadaan transisi reaksi tanpa katalisator. Setelah hasil raksi terbentuk
(produk), katalisator dibebaskan kembali ke keadaan semula. Dalam system bilogi,
katalisator reaksi tersebut adalah enzim.
Kecepatan reaksi enzimatis dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu (1) suhu,
(2) keasaman atau pH, (3) ada atau tidaknya senyawa inhibitor, (4) ada atau tidaknya
senyawa perusak enzim, (5) kadar enzim, dan (6) kadar substrat. Kenaikan suhu 10C
menaikkan kecepatan reaksi enzimatis dua kali lipat dan ini berlangsung sampai
dicapai suhu optimal enzim bersangkutan. Di atas suhu optimal kecepatan reaksi
mulai menurun apabila suhu terus dinaikkan sampai suatu saat enzim mengalami
denaturasi dan tidak aktif. Kenaikan dua kali lipat kecepatan reaksi akibat kenaikan
cuhu 10C dinamakan “quotient 10”.
Enzim pada umumnya memiliki pH optimum antara pH 5-9, dengan beberapa
pengecualian misalnya pepsin (pH sangat asam). Adanya inhibitor dapat menghambat
reaksi enzimatis.
Berdasarkan daya kerjanya inhibitor dibedakan menjadi dua macam yaitu
inhibitor kompetitif dan inhibitor non-kompetitif. Inhibitor kompetitif mempunyai
bentuk molekul yang mirip dengan substrat yang sebenarnya bagi enzim tersebut.
Akibatnya enzim salah tangkap atau salah menangani molekul substrat. Sebagai
contoh asam malonat (inhibitor) dan asam suksinat (substrat).
Inhibitor non kompetetif pada umumnya bersifat irriversibel karena inhibitor
menimbulkan kerusakan pada molekul enzim khususnya terhadap protein enzim.
Contoh inhibitor non kompetitif adalah logam berat yang berpengaruh terhadap sifat
protein molekul enzim. Selain inhibitor, factor perusak enzim seperti sinar ultra
violet, oksidator dapat empengaruhi reaksi enzim.
Reaksi Enzimatis
Reaksi enzimatis dapat digambarkan sebagai beriktut:
Reaksi : E + S = ES ------------- E + P
E: enzim, S: substrat, ES: kompleks enzim-substrat, P: produk atau hasil akhir.
kecepatan reaksi enzim dan pada kadar substrat tertentu kecepatan reaksi enzim
menjadi maksimal (V maks) Setelah Vmaks tercapai penambahan kadar substrat tidak
lagi meningkatkan kecepatan reaksi enzim.
Berkaitan dengan kadar substrat, dikenal Konstante Mickhaelis (Km) yaitu besarnya
kadar substrat pada kecepatan reaksi enzim sebesar 1/2V maks. Persamaan ini adalah
persamaan Michaelis-Menten yang menggambarkan hubungan kuantitatif antara laju
reaksi enzim dan konsentrasi substrat, bila Vmaks dan Km diketahui.
Harga Km akan sama dengan konsentrasi substrat pada waktu laju reaksi sama
dengan seperdua laju reaksi maksimum. Satuan Km adalah mol per liter.
irriversibel biasanya berlangsung dalam proses destruksi atau modifikasi suatu gugus
fungsional dalam molekul enzim.
Inhibisi reversibel dikelompokkan ke dalam dua macam yaitu bersaing
(kompetitif) dan tidak bersaing. Inhibisi bersaing dapat dihilangkan dengan
memperbesar konsentrasi substrat, sedangkan inhibisi tidak bersaing tak dapat
dihilangkan dengan cara tersebut. Pada jenis inibisi ini substrat dan inhibitor masing-
masing berikatan dengan enzim pada lokasi/tempat yang berbeda.
Suatu bagian yang sangat kecil dari satu molekul protein enzim berperan
dalam mengkatalisis reaksi. Bagian kecil ini disebut bagian aktif (active site) enzim.
Aktivitas katalitik enzim ditentukan pula oleh struktur tiga dimensi molekul enzim
tersebut.
Kekhususaan Substrat
Suatu molekul substrat berikatan dengan bagian aktif enzim melalui suatu
mekanisme khas dan selektif yang disebut lock and key. Sebagian enzim mempunyai
kekhususan mutlak terhadap sustrat dan tidak akan menyerang substrat lain meskipun
struksurnya hampir sama. Sebagian lainnya mempunyai kekhususan yang kurang dan
dapat bereaksi dengan suatu golongan substrat tertentu atau kelompok molekul
sejenis.
Mekanisme Enzim
Pada beberapa enzim gugus fungsional yang terdapat pada bagian aktifnya
berperan dalam reaksi ketalitik. Gugus –SH yang terdapat pada bagian aktif enzim
peptidase berperan sebagai katalisator proses hidrolisis ikatan peptida tertentu. Gugus
hidroksi pada bagian aktif esterase berperan dalam hidrolisis ester. Pada ribonuklease,
gugus imidazol dari histidinnya berfungsi dalam mekanisme reaksi katalitik.
Sebagian enzim akan hilang aktivitasnya dengan pemecahan satu atau lebih ikatan
peptida dari rantai polipeptidanya. Tetapi sebagian enzim lainnya akan dapat
mempertahankan aktivitasnya meskipun beberapa ikatan peptidanya telah pecah, atau
malahan dapat menjadi lebih aktif.
Ada dua teori yang menerangkan mekanisme pengikatan substrat oleh enzim.
Teori pertama disebut teori kunci dan anak kunci (lock and key) yang menyatakan
bahwa bentuk ruang dan konformasi bagian aktif enzim adalah khusus sedemikian
rupa shingga molekul substrat dengan bentuk yang khusus pula yang dapat masuk
pada bagian aktif tersebut, sebagaimana halnya kunci dan anak kuncinya.
Teori kedua disebut teori ―induced fit‖ yang menyatakan bahwa perubahan
konformasi molekul enzim terjadi untuk menyesuaikan dirinya dengan bentuk
molekul substrat. Jadi kompleks yang terjadi antara enzim-substrat disebabkan oleh
induksi substrat terhadap konformasi enzim. Dengan demikian fleksibilitas
konformasi enzim merupakan fungsi dari proses katalitik.
93
BAB X
VITAMIN
Vitamin berasal dari kata vita dan amina yang berarti senyawa-senyawa amina yang
vital, sangat diperlukan untuk mempertahankan hidup. Akan tetapi dalam
kenyataannya tidak semua vitamin mengandung gugus amina.
Eijkman pertama kali mengemukakan adanya zat yang bertindak sebagai
faktor diet esensial dalam kasus penyakit beri-beri. Pada tahun 1897 ia menemukan
adanya suatu penyakit yang diderita oleh unggas yang serupa dengan gejala beri-beri
pada manusia. Gejala penyakit tersebut timbul setelah unggas diberi makanan yang
terdiri atas beras giling murni. Ternyata penyakit ini dapat disembuhkan dengan
memberi makanan sisa gilingan beras yang berupa serbuk.
Temuan yang menyatakan bahwa dalam makanan ada faktor lain yang penting
selain karbohidrat, lemak dan protein sebagai energi, mendorong para ahli untuk
meneliti lebih lanjut tentang vitamin, sehingga diperoleh konsep mengenai vitamin
yang kita kenal sekarang. Istilah ―vitamin‖ untuk faktor diet esensial tersebut pertama
kali diperkenalkan oleh Polish.
Selanjutnya hasil penelitian Warburg tentang koenzim (1923-1935) dan
kemudian penelitian Kuhn dan Kerrer menunjukkan adanya hubungan antara struktur
kimia vitamin dengan koenzim. Selanjutnya Kodicek (1971) menyebut kelompok
vitamin yang larut dalam air dengan nama prakoenzim (procoenzym) sedangkan yang
larut dalam lemak disebutnya alosterin.
Tumbuhan mensintesis/menghasilkan vitamin atau precursor vitamin.
Beberapa vitamin dapat disintesis dalam tubuh manusia dengan menggunakan
precursor tersebut misalnya vitamin A dari karoten, niasin dari triptopan, dan vitamin
D dari 7-dehidrokolesterol. Kekurangan vitamin pada manusia tetapi belum
menunjukkan gejala klinis disebut hipovitaminosis, dan apabila kekurangan tersebut
telah menunjukkan gejala klinis disebut avitaminosis. Sebaliknya kelebihan vitamin
disebut hipervitaminosis
Pengolahan makanan sering menyebabkan rusaknya keutuhan vitamin. Oleh
karena itu vitamin perlu ditambahkan kembali ke dalam makanan. Penambahan ini
disebut suplemasi. Bila penambahannya melebihi kondungan vitamin bahan makanan
secara alamiah disebut fortifikasi. Bahan makanan yang ditambah dengan sejumlah
vitamin disebut carrier.
sifat kelarutan vitamin di dalam dua jenis pelarut, yaitu (1) air, dan (2) minyak atau
pelarut lemak.
Berdasarkan sifat kelarutan dalam dua jenis pelarut tersebut maka vitamin
dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok vitamin yang larut dalam
lemak atau pelarut lemak yaitu vitamin A, D, E, dan K serta kelompok vitamin yang
larut dalam air yaitu Vitamin C dan vitamin B kompleks yang terdiri dari 11 macam
vitamin yaitu tiamin, riboflavin, niacin, piridoksin, asam pantotenat, asam lipoat,
biotin, asam folat, inositol, asam para aminobensoat, dan vitamnin B12..
Vitamin A
Vitamin A adalah senyawa-senyawa organik dengan cincin ionon-beta,
diantaranya vitamin A alcohol (retinol), vitamin A aldehid (retinal), dan vitamin A
asam (retinoat). Di dalam tumbuhan vitamin A terdapat sebagai provitamin A atau
precursor vitamin A yaitu senyawa karoten. Pada hidrolisis karoten terjadi vitamin A.
Struktur vitamin A (retinal) adalah sebagai berikut:
Vitamin D
Merupakan sekumpulan senyawa yamg mengandung inti sterol. Vitamin D
dihasilkan dari provitamin D yaitu ergosterol yang berasal dari ergot.
Bila ditinjau dari strukturnya, pada vitamin D dikenal beberapa senyawa yakni
D1, D2, D3, dan seterusnya. Vitamin D2 dikenal sebagai ergokalsiferol berasal dari
tumbuhan sedangkan D3 atau kolekalsiferol berasal dari hewan. Sumber vitamin D
adalah susu, minyak ikan. 1 IU vitamin D sama dengan aktivitas 0.025 ug kristal
murni vitamin D.
Struktur vitamin D2=kalsiferol adalah sebagai berikut:
Vitamin E
Vitamin E atau Tokoferol ( asal kata tokos=kelainan, dan
pherein=mengandung) dihubungkan dengan fertilitas. Di alam didapatkan enam
macam vitamin E berturut-turut dinamakan Tokoferol alfa, beta, gamma, delta, eta,
dan zeta. Semuanya berupa minyak, tidak dapat dikristalkan, viskositasnya tinggi,
tahan terhadap suhu, alkali dan asam. Ia merupakan reduktor alamiah yang sangat
kuat (antioksidan).
96
Sumber vitamin E terutama berasal dari jaringan tumbuhan seperti minyak tumbuhan,
sayuran hijau, kacang-kacangan.1 IU vitamin E setara dengan aktivitas 1 mg
tokoferol-alfa.
Struktur vitamin E adalah sebagai berikut:
Vitamin K
Vitamin C
Vitamin C atau Asam Askorbat berupa kristal putih, mempunyai rasa asam,
dan tidak berbau. Dalam bentuk kristal kering lebih stabil sedangkan dalam larutan
vitamin C mudah rusak. Vitamin C bersifat reduktor, sehingga dapat berperan sebagai
antioksidan.
Sumber vitamin C yang baik adalah buah-buahan dan sayuran segar. Rasa
asam pada buah tidak selalu sejalan dengan kadar vitamin C dalam buah, karena rasa
asam dapat disebabkan oleh asam-asam lain yang terdapat dalam buah bersama
dengan vitamin C.
97
Tiamin
Tiamin dikenal sebagai antineuretik, digunakan untuk membuat normal
kembali susunan syaraf. Larut dalam air, termostabil pada pH asam, tetapi termolabil
pada pH alkali. Mengandung inti pirimidin dan inti tiasol.
Bentuk aktif derivat tiamin adalah ko-enzim berbentuk Tiamin Piro Posfat
(TPP) misalnya koenzim piruvat dekarboksilase dan transketolase. TPP berfungsi
dalam reaksi-reaksi dekarboksilasi asam alfa-keto, dan transketolasi. Bagian aktif
koenzim TPP adalah gugus tiazolnya.
Struktur Tiamin adalah sebagai berikut:
Riboflavin
Niasin
Larut dalam air, berbentuk kristal putih, termostabil, tahan terhadap alkohol,
sinar u.v., sinar matahari. Triptofan adalah provitamin Niasin, setiap 60 mg triptofan
menghasilkan 1 mg niasin.
Bentuk aktif niasin adalah niasinamid, merupakan komponen dari dua macam
koenzim dehidrogenase yaitu sebagai Niasinamid Adenin Dinukleotida (NAD) dan
Niasinamid Adenin Dinukleotida Posfat (NADP). Keduanya berperan dalam reaksi-
reaksi glikolisis, yaitu parombakan glukosa sebelum memasuki siklus Krebs.
Struktur NAD dan NADP adalah sebagai berikut:
Piridoksin
Ada dua derivat piridoksin dengan aktivitas piridoksin yaitu (1) piridoksal,
dan (2) piridoksamin. Aktif sebagai koenzim adalah piridoksal dan piridoksamin
posfat. Piridoksal posfat berperan sebagi koenzim dari enzim pada metabolisme
protein, asam amino misalnya enzim transferase (transaminase, transmetilase, glukosil
transferase), pada dekarboksilasi dan rasemisasi. Vitamin ini dikenal sebagai Vitamin
B6, sumbernya adalah daging, unggas, ragi, leguminosa, serealia, kentang, ubi jalar.
Struktur Piridoksin adalah sebagai berikut:
99
Biotin
Biotin berperan sebagai kofaktor yang terikat kuat pada bagian protein enzim.
Biotin larut dalam air panas dan larutan alkali, tetapi kurang larut dalam larutan asam
dan air dingin. Ia merupakan derivate dari imidazol.
Sebagai molekul koenzim, biotin terikat pada L-lisin terminal molekul
apoenzim dan berperan pada fiksasi CO2. Bahan makanan asal nabati umumnya lebih
banyak mengandung biotin dibandingkan dengan makanan asal hewan, misalnya
dedak beras dan kacang kedele.
Asam Pantotenat
Vitamin ini merupakan pembentuk koenzim A. Gugus aktif pada koenzim A
adalah gugus –S-H. Dalam reaksi kimia biasanya ditulis KoA-SH atau HS-KoA.
Berperan sebagai pengaktif gugus asil misalnya asetil-KoA.Berparan penting pada
oksidasi lemak dan karbohidrat. Semua makanan berasal dari hewan merupakan
sumber asam pantotenat. Selain itu biji-bijian dan kacang polong juga banyak
mengandung asam pantotenat. Buah dan sayuran mengandung asam pantotenat
dengan kadar yang rendah.
Struktur asam pantotenat adalah sebagai berikut:
Asam Folat
Berupa kristal oranye kekuningan, tidak mempunyai rasa, tidak berbau, larut
dalam air. Hati, sayuran berwarna hijau tua terutama bayam, asparagus, dan kacangan
merupakan sumber asam folat. Bentuk aktif asam folat, Tetrahidrofolat (FH4)
merupakan koenzim yang berperan dalam transfer gugus hidroksi metal, metilen, .
Terkait erat dengan sintesis purin, metionin, dan serin juga dengan katabolisme
histidin. FH4 berperan penting dalam pembelahan sel dan reproduksi.
100
Struktur asam folat terdiri atas tiga bagian yaitu pteridin, paba (p-amino-
benzoic acid) dan asam glutamate dengan struktur sebagai berikut:
Vitamin B12
Asam Lipoat
Inositol
BAB X
METABOLISME DAN BIOENERGITIKA
10.1 METABOLISME
Pola reaksi di dalam set hidup bila dicampur zat A dan zat B dalam satu
tabung reaksi (reaksi invitro) maka secara umum dapat dicatat bahwa:
1. pada waktu berlangsungnya reaksi dapat diamati timbulnya panas atau dingin pada
105
dinding tabung, keluarnya asap atau gas dari tabung, clan kadang-kadang dapat
terdengar suara ledakan, timbul aroma/bau, dan timbul perubahan warna;
2. pada suatu saat, reaksi akan berhenti, bila zat A dan zat B habis.
Pada proses metabolisme di dalam set (reaksi in vivo), secara umum, dapat dicatat:
1. pada waktu berlangsungnya reaksi, tidak terlihat atau dirasakan adanya perubahan
suhu, keluarnya asap atau gas, suara-suara gemercik atau ledakan, keluarnya
aroma/bau, dan timbulnya perubahan warna, seolah-olah tidak terjadi reaksi di dalam
set tersebut;
2. selama set atau organisms itu masih hidup, proses metabolisme senantiasa akan
berjalan terus, berarti reaksi-reaksi kimia pada proses metabolisme berjalan terus atau
berkelanjutan atau lestari.
A+B C + D - ΔG
Reaksi di atas dapat berlangsung dengan persyaratan sebagai berikut:
1. dari A menjadi C harus reaksi eksergonik, reaksi yang melepaskan
sejumlah energi bebas, yaitu mengalami proses katabolisme.;
2. dari B menjadi D harus reaksi endergonik, reaksi yang
memerlukan sejumlah energi bebas, yaitu mengalami proses anabolisme;
3. energi bebas yang dikeluarkan sewaktu A menjadi C akan
diberikan kepada reaksi B menjadi D, bila tingkat energi A > tingkat
energi B (lihat Tabel 5) Bila tingkat energi A = atau < tingkat energi B
106
Bila ketiga persyaratan di atas terpenuhi maka reaksi akan berlangsung dan dapat
dilukiskan sebagai berikut:
Mekanisme reaksi berangkai di atas dapat pula aukiskan sebagai berikut:
Sebagai telaah, Tabel 10.1 dapat dikaji sebagai berikut. Energi bebas yang
berasal dari molekul ATP tidak dapat memasok pembentukan/anabolisme
senyawa-senvawa di atasnya (nomor 6 dan seterusnva), tetapi dapat memasok
pembentukan/anabolisme senyawa-senyawa di bawahnya (nomor 8 dan seterusnya).
Walaupun, sel merupakan unit atau satuan terkecil kehidupan, tidak
dapat dikatakan bahwa metabolisms dalam satu sel terisolasi dari metabolisms sel-sel
lainnva. Walaupun sel dibungkus dan dikelilingi oleh membran, namun interaksi
metabolisms antarsel tetap terjadi, terutama pada organisme sel uniseluler.
Pada organisme multiseluler, sel senantiasa berhubungan dengan sekelilingnya.
Pada hakikatnya, metabolisme merupakan aktivitas kehidupan, balk kehidupan
uniseluler maupun multiseluler yang super terkoordinasi sekalipun. Hakikat dari
suatu metabolisme dalam mencapai tujuan dapat dilukiskan sebagai berikut.
1. Untuk mendapatkan bioenergi yang berasal dari proses
katabolisme (pencernaan secara luas), bahan makanan yang berasal dari
lingkungan organisms dalam bentuk energi kimia.
2. Untuk mengubah zat nutrien dari bahan makanan melalui proses
anabolisme atau blosintesis dari zat prekursor menjadi molekul-
107
lebih dulu puluhan senyawa lain sebagai senyawa intermediet atau metabolit
sekunder. Berikut akan diskemakan jalur metabolisme pembentukan molekul
asam amino dari molekul glukosa.
1. Jalur lurus
2. Jalur melingkar
a. Metabolisme atau lingkar
Senyawa A menjadi X (target) dengan bantuan prazat P yang menjadi
M lagi.
3. Jalur bercabang
4. Jalur tangga
10.4 Bioenergitika
diantara makhluk hidup dan dengan lingkungannya. Sumber energi primer untuk
semua kehidupan di bumi adalah matahari. Tumbuhan hijau (berklorofil) mengubah
energi matahari menjadi energi kimia melalui proses fotosintesis dan mensintesis
semua komponen molekuler tubuhnya dari bahan-bahan anorganik yang diperoleh
dari lingkungannya. Kelompok tumbuhan ini disebut autotrop, yang di dalam
ekosistem menyediakan energi serta bahan anorganik bagi makhluk lain yang hidup
heterotrop seperti herbivora.
Pertimbangan Umum
Transfer Elektron
Jika metal Zn dimasukkan ke dalam larutan ion Cu2+, maka akan terbentuk
ion Zn dan metal Cu, sesuai reaksi berikut:
Pada reaksi ini ion Cu adalah oksidan, dan Zn metal adalah reduktan. Zn
dioksidasi dari suatu keadaan teroksidasi 0 menjadi +2; sedangkan ion Cu direduksi
dari keadaan teroksidasi +2 menjadi 0.Dalam proses ini Zn keghilangan dua elektron
dan ion Cu memperoleh dua electron.
Dalam suatu larutan asam ion permanganat (MnO4-) direduksi oleh ion Ferro
(Fe2+) , sebagai agen pereduksi, reduktan) menjadi ion Mn2+. Ion ferro dioksidasi
oleh ion permanganate ( sebagai agen pengoksidasi, oksidan) menjadi ion ferri
(Fe3+). Proses in hasil dari transfer 5 elektron dari lima ion ferro ke ion
permanganate. Kondisi teroksidasi dari mangan mengalami perubahan dari +7
menjadi +2, sedangkan setiap ion dari lima ion ferro mengalami perubahan dari +2
menjadi +3.
Reaksi : FeO + CO --- Fe + CO2 hasil dari transfer dari satu atom oksigen dari
ferro-oksida (FeO) ke karbon-monoksida (CO), yang menghasilkan Fe dan karbon-
dioksida. Ferro-oksida kehilangan satu atom oksigen dan berarti tereduksi, sedangkan
karbon-monoksida memperoleh satu atom oksigen dan berarti teroksidasi. Sebagai
oksidan adalah ferro-oksida, dan reduktan adalah karbon-monoksida. Transfer atom
oksigen tersebut adalah seimbang dengan proses transfer satu electron yang
menghasilkan perubahan dalam keadaan teroksidasi Fe dan C, yaitu :
Reaksi-paruh
Setiap reaksi redoks dapat dinyatakan langsung atau tidak langsung sebagai
hilangnya electron dari agen pereduksi ke agen pengoksidasi. Oleh karena itu suatu
rekasi redoks dapat ditulis sebagai dua ―reaksi-paruh‖, satu untuk proses oksidasi dan
lainnya untuk proses reduksi. Sel elektrokimia, dimana reaksi redoks terjadi, dapat
difahami melalui konsep reaksi-paruh tersebut. Kedua reaksi paruh terjadi pada lokasi
yang berbeda di dalam sel. Oksidasi terjadi pada anoda dan reduksi terjadi pada
katoda. Arus listrik terjadi sebagai bagian dari transfer electron dari anoda ke katoda
melalui kabel penghubung eksternal. Arus tersebut dilengkapi oleh perpindahan ion
antara lokasi pengoksidasi dan lokasi pereduksi melalui larutan.
Baterai pembangkit listrik yang biasa digunakan untuk mobil terdiri atas
sejumlah sel-sel elektrokimia yang dihubungkan dalam bentuk seri. Plat anoda baterai
ini adalah kisi-kisi timbel yang diisi dengan campuran timbel (Pb) yang bebentuk
bunga karang yang mempunyai kondisi pengoksidasi pada nol (0). Plat katoda adalah
kisi-kisi timbel yang diisi dengan timbel (IV) oksida (PbO2). Kedua elektroda
dihubungkan dengan larutan asam sulfat (H2SO4), suatu elektrolit yang berperan
dalam reaksi. Larutan asli mempunyai berat jenis 1.3 gr/cc, dan mengandung sekitar
38% asam sulfat.
Reaksi redoks yang terjadi di dalam baterai adalah:
tidak larut. Reduksi melibatkan perolehan dua electron oleh timbel pada timbel (IV)
oksida, sebagaimana terjadi pada timbel(II) sulfat. Jika dua reaksi paruh tersebut
digabungkan , maka dihasilkan reaksi redoks secara keseluruhan.
Apabila sel-sel tersebut dihubungkan, energi kimia diubah menjadi energi
listrik dan reaksi redoks sebagaimana diuraikan di atas terjadi. Konsekuensinya timbel
sulfat yang tidak larut ditimbun baik di plat anoda maupun plat katoda. Bila sel di isi,
energi listrik diubah menjadi energi kimia, dan terjadi reaksi sebaliknya dari reaksi
yang dikemukakan di atas.
Bahan bakar metabolik pada dasarnya adalah senyawa organik di dalam sel
baik senyawa organik cadangan maupun pembentuk sel. Namun demikian pada
umumnya bahan bakar yang digunakan adalah karbohidrat, terutama glukosa. Hanya
dalam keadaan tertentu senyawa organic lain digunakan sebagai bahan bakar
metabolic, misalnya keadaan defisit karbohidrat atau metabolisme benih yang
cadangan makanannya dominant bukan karbohidrat misalnya lemak atau protein.
Dalam keadaan yang sangat ekstrim, senyawa organic penyusun sel digunakan
sebagai bahan bakar metabolic guna mempertahankan proses hidup.
Bahan bakar yang digunakan menentukan jumlah energi yang dihasilkan.
Bahan bakar lemak akan menghasilkan energi lebih besar dari bahan bakar
karbohidrat. Pada proses respirasi jenis bahan bakar yang digunakan dapat di ketahui
dari besarnya nilai kuosien respirasi (RQ) yaitu perbandingan antara oksigen yang
digunakan dengan CO2 yang dihasilkan dalam proses respirasi tersebut.
Glikolisis
Metabolisme karbohidrat dapat dibagi dalam dua bagian yaitu yang tidak
menggunakan oksigen atau anaerob, dan yang menggunakan oksigen atau aerob.
Reaksi anaerob terdiri atas rangkaian reaksi yang mengubah glukosa menjadi asam
piruvat. Proses ini disebut glikolisis. Asam piruvat dalam kondisi anaerob akan
berubah menjdai asam laktat, dan pada proses peragian (fermentasi) asam piruvat
dapat berubah menjadi etanol dan CO2. Reaksi aerob terjadi bila sel menyerap
eksigen, dan karbohidrat akan diubah menjadi CO2, air dan energi. Proses ini disebut
pernafasan atau respirasi.
Proses penguraian karbohidrat menjadi asam piruvat sering disebut jalur
metabolisme Embden-Meyerhoff. Proses ini terjadi di dalam sitoplasma dan tiap
reaksi dalam proses glikolisis ini menggunakan enzim tertentu. Proses glikolisis
terdiri atas sembilan rangkaian reaksi yang melibatkan enzim-enzim yang secara
berurutan adalah sebagai berikut: heksokinase, fosfoheksoisomerase,
fosfofruktokinase, aldolase, triosafosfat isomerase, gliseralldehid-3-posfat
115
Heksokinase
Glukosa glukosa-6-posfat
Posfoheksoisomerase
Posfofruktokinase
Reaksi tahap ketiga adalah pemasukan gugus posfat dari ATP ke fruktosa-6-
posfat menjadi fruktosa-1,6-diposfat , dikatalisis oleh enzim posfofruktokinase
dengan ion Mg++ sebagai kofaktor. Pemindahan gugus posfat dari ATP menyebabkan
ATP berubah menjadi ADP. ATP yang berlebihan dan asam sitrat dapat menghambat
aktivitas enzim posfofruktokinase.
Aldolase
Triosaposfatisomerase
Gliseraldehid-3-posfat dehidrogenase
Telah diketahui bahwa oksidasi satu molekul NADH dalam proses fosforilasi
bersifat oksidasi melalui rantai pengangkutan electron (rantai pernafasan)
menghasilkan tiga molekul ATP. Oleh karena itu reaksi tahap kelima ini dapat
diartikan sebagai reaksi yang menghasilkan tiga molekul ATP untuk tiap satu molekul
asam-1,3-diposfogliserat yang terbentuk dari satu molekul gliseraldehid-3-posfat.
Satu dari dua ikatan antara asam posfat dengan asam gliserat dalam molekul asam
1,3-diposfogliserat adalah suatu ikatan anhidrida yang dalam proses pemecahannya
menghasilkan energi untuk pembentukan ATP dari ADP dan Pi.
Posfogliseril Kinase
Posfogliseril Mutase
Pada tahap ini terjadi reaksi pengubahan asam 3-posfogliserat menjadi asam 2-
posfogliserat yang dikatalisis oleh enzim posfogliserilmutase. Enzim ini berfungsi
117
memindahkan gugus posfat dari atom C yang satu ke atom C lainnya dalam satu
molekul.
Enolase
Reaksi tahap kedelapan adalah lepasnya satu molekul H2O dari asam 2-
posfogliserat, yang kemudian membentuk asam posfoenolpiruvat yang dikatalisis
oleh enzim enolase dan ion Mg++ sebagai kofaktor. Reaksi ini adalah reaksi
dehidrasi karena lepasnya satu molekul H2O.
Piruvat Kinase
Reaksi tahap kesembilan atau tahap akhir adalah pembentukan asam piruvat
dari posfoenolpiruvat, melalui senyawa antara enolpiruvat. Reaksi ini merupakan
pemindahan gugus posfat dari asam posfoenolpiruvat kepada ADP sehingga terbentuk
molekul ATP dan molekul asam piruvat, dan dikatalisis oleh enzim piruvat kinase
dengan ion Mg++ dan K+ sebagai activator. Perubahan enolpiruvat menjadi asam
piruvat terjadi secara spontan.
Mg++,K+
Laktat dehidrogenase
Dalam kondisi anaerob, asam piruvat akan mengalami reduksi dan membentuk
asam laktat. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim laktat dehidrogenase dengan NADH
sebagai koenzim.
Pada proses fermentasi atau peragian, yang juga berlangsung dalam kondisi
anaerob, asam piruvat akan diubah menjadi asetaldehid dan CO2. Reaksi ini
merupakan reaksi dekarboksilase yang dikatalisis oleh piruvat dekarboksilase dengan
tiamin piroposfat sebagai koenzimnya.
piruvat dekarboksilase
Siklus asam sitrat dinamakan juga siklus asam trikarboksilat atau siklus Krebs.
Dinamakan siklus Krebs karena rangkaian lingkar reaksi kimia ini diajukan oleh
Hans A. Krebs, seorang ahli biokimia Inggeris yang berjasa dalam penelitian
metabolisme karbohidrat. Proses ini adalah proses oksidasi dengan menggunakan
119
oksigen atau aerob. Reaksi kimia yang berhubungan dengan siklus Krebs dapat dibagi
ke dalam sembilan tahap yaitu: tahap pembentukan asetil koenzim A (Asetil Ko-A),
pembentukan asam sitrat, pembentukan asam iso sitrat, pembentukan asam alpha-
ketoglutarat, pembentukan suksinil KoA, pembentukan asam suksinat, pembentukan
asam fumarat, pembentukan asam malat, dan pembentukan asam oksaloasetat.
Secara rinci masing-masing tahap tersebut diuraikan sebagai berikut:
Asam sitrat dibentuk oleh asetilkoenzim-A dan asam oksaloasetat dengan cara
kondensasi dan dikatalisis oleh enzim sitrat sintase. Reaksi ini menghasilkan energi
dan merupakan reaksi pendorong pertama untuk siklus Krebs. Laju reaksi ditentukan
oleh jumlah asetilkoenzim-A yang tersedia, oksaloasetat, dan kadar suksinil koenzim-
A.
Asam isositrat dibentuk dari asam sitrat melalui cisakonitat, dikatalisis secara
reversible oleh enzim akonitase.
akonitase akonitase
Dalam keadaan seimbang terdapat 90% asam sitrat, 4% asam akonitat, dan 6%
asam isositrat. Walaupun dalam keseimbangan ini asam isositrat terdapat dalam
jumlah sedikit, tetapi asam isositrat akan segera diubah menjadi asam ketoglutarat
sehingga keseimbangan akan bergeser ke kanan.
120
Pembentukan Suksinilkoenzim-A
NAD NADH
Asam suksinat terbentuk dari suksinil KoA dengan cara melepaskan koenzim-
A dan dirangkaikan dengan reaksi pembentukan senyawa guanosintriposfat (GTP)
dari guanosin diposfat (GDP) dan posfat. Reaksi ini bersifat riversibel dan dikatalisis
oleh enzim suksinil KoA sintetase. GDP yang terbentuk dari reaksi ini segera dipakai
untuk sintesis ATP dari ADP dengan katalis enzim nukleosida diposfat kinase.
GDP + Pi GTP
Asam suksinat dioksidasi menjadi asam fumarat yang dikatalisis oleh enzim
dehidrogenase yang berikatan dengan flavin adenine dinukleotida (FAD)sebagai
koenzimnya. Dalam reaksi ini FAD bertindak sebagai gugus aseptor hydrogen.
FAD FADH2
Asam malat terbentuk dari asam fumarat dengan cara adisi molekul air ke
ikatan rangkap asam fumarat, yang dikatalisis oleh enzim fumarase. Reaksi ini
bersifat riversibel.
+/-H2O, fumarase
NAD- NADH + H+
Energi dari Siklus Asam Trikarboksilat (Siklus Asam Sitrat, Siklus Krebs)
Siklus asam trikarboksilat (asam sitrat) merupakan kelanjutan dari proses glikolisis.
Reaksi-reaksi dalam siklus asam sitrat juga menghasilkan energi yang tersimpan
dalam bentuk molekul ATP. Reaksi-reaksi yang menghasilkan molekul ATP adalah
sebagai berikut:
122
Jumlah ATP
Reaksi Koenzim Permol
glukosa
Pemindahan electron:
Piruvat ------- asetil KoA
Isositrat ----------- alpha ketoglutarat NAD 6
Alpha ketoglutarat ----- suksinil KoA NADP 6
Suksinat ---------------fumarat NAD 6
Malat --------------- oksaloasetat FAD 4
NAD 6
Pemindahan electron:
Suksinil koenzim A---------- suksinat 2
Tabel di atas menunjukkan bahwa proses oksidasi dimulai dari asam piruvat
menghasilkan molekul ATP sebanyak 15 molekul untuk setiap satu molekul asam
piruvat atau 30 molekul ATP untuk setiap molekul glukosa ( satu molekul glukosa
pada proses glikolisis menghasilkan dua molekul asam piruvat.
Seperti telah dibahas pada bagian terdahulu, oksidasi satu molekul glukosa
melalui glikolisis menjadi dua molekul asam piruvat, menghasilkan 8 ATP. Dengan
demikian oksidasi sempurna (glikolisis dan siklus asam sitrat) satu molekul glukosa
menjadi CO2 + H2O, menghasilkan 2 x 15 + 8 = 38 molekul ATP atau setara dengan
304 – 380 ribu kalori. Pembakaran bebas satu molekul glukosa di dalam bom
calorimeter akan menghasilkan energi sebesar 790 ribu kalori. Jadi efisiensi oksidasi
satu molekul glukosa melalui proses respirasi aerob adalah (304 – 380 ribu
kalori)/790 ribu kalori dikalikan 100% = 38.4 – 48.1 %. Tingkat efisiensi ini jauh
lebih tinggi dari efisiensi energi yang dihasilkan oleh mesin berbahan bakar bensin
yang hanya mencapai sekitar 10-15% saja.
Fosforilasi Oksidatif
NAD ---- FMN ---- FeS --- Q --- Cyt.b --- Cyt.C --- Cyt.a ---Cyt.a3 --- O
Reaksi eksergonik :
Reaksi endergonik :
DAFTAR PUSTAKA