Anda di halaman 1dari 67

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU

PADA PT XYZ, JAKARTA(STUDI KASUS PADAPAINTING


PLASTIK PART HONDA OEM)

Oleh
WAHYU TRI UTAMI
H24104079

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN


DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU
PADA PT XYZ, JAKARTA(STUDI KASUS PADAPAINTING
PLASTIK PART HONDA OEM)

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor

Oleh
WAHYU TRI UTAMI
H24104079

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN


DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
RINGKASAN

WAHYU TRI UTAMI H24104079. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan


Baku pada PT XYZ, Jakarta (Studi Kasus pada Painting Plastik Part Honda
OEM). Dibawah bimbingan ABDUL BASITH
Pemesanan dan penyimpanan barang merupakan kegiatan yang sangat
penting pada bagian pengendalian persediaan barang dalam suatu perusahaan,
baik barang tersebut merupakan bahan baku yang digunakan sebagai bahan
produksi suatu perusahaan ataupun sebagai barang yang digunakan dalam
kegiatan sehari-hari. Pengendalian persediaan barang yang tepat diperlukan
perusahaan untuk menghasilkan jumlah barang yang yang optimal dan
mengeluarkan biaya seminimal mungkin. PT. XYZ merupakan perusahaan
general assembling yang salah satu kegiatan produksinya adalah painting plastik
part Honda OEM (Original Equipment Manufacturer). Dalam kegiatan produksi
perusahaan sering mengalami claim karena tidak ratanya plastik part yang dicat.
Hal ini menyebabkan jumlah bahan baku yang direncanakan tidak sama dengan
pemakaian aktualnya. Oleh karena itu, diperlukan manajemen persediaan yang
baik untuk pengendalian persediaan bahan baku yang optimal.
Tujuan penelitian adalah : (1) Mengkaji sistem persediaan bahan baku saat
ini pada PT. XYZ; (2) Mengoptimalkan persediaan bahan baku pada PT. XYZ;
(3) Menganalisis efisiensi total biaya persediaan bahan baku pada PT. XYZ.
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer yang digunakan
diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan, khususnya wawancara
dengan bagian PPC dan purchasing. Data sekunder diperoleh dari data dokumen
perusahaan yang telah ada.
Metode dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan
data kualitatif dilakukan secara deskriptif, meliputi gambaran dan kondisi
perusahaan. Pengolahan data kuantitatif meliputi analisis ABC dan perhitungan
model Economic Order Quantity (EOQ). Pengolahan tersebut menggunakan
software POM for Windows 3. Hasil dari penelitian berdasarkan analisis ABC
dapat disimpulkan bahwa dari 26 jenis bahan baku terdapat lima jenis bahan baku
baku yang termasuk kedalam kelas A, yaitu Nippe Acryl HM NH/103, Nax
Superio Base AHM Thinner (New), Wip Up Solvent, F/C R258 Winning Red, dan
T/C Clear Base. Total biaya model EOQ lebih hemat dibandingkan total biaya
perusahaan. Hasil total biaya selama satu tahun dengan menggunakan model EOQ
adalah Rp 1.298.380.800, sedangkan total biaya perusahaan sebesar Rp
1.663.849.400, sehingga menghasilkan penghematan sebesar Rp 365.468.600 atau
sekitar 21,96 % dalam satu tahun.

Kata kunci: Analisis ABC, model EOQ


Judul Skripsi :Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada PT. XYZ,
Jakarta (Studi Kasus pada Painting Plastik Part Honda OEM)
Nama : Wahyu Tri Utami
NIM : H24104079

Menyetujui,
Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Abdul Basith, MS


NIP 19570907 1985031006

Mengetahui,
Ketua Departemen,

Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc


NIP : 19610123 198601 1 002

Tanggal lulus :
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 13September 1989, sebagai anak


ketiga dari Sunhadji Waluyo dan Wahyuni Badriyah. Penulis merupakan lulusan
pendidikan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Curug2 pada tahun 2001, kemudian
melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 11Depok
pada tahun 2004 dan kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas
Negeri (SMAN)4Depok. Pada tahun 2007, penulis diterima di Institut Pertanian
Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI)
untuk Program Diploma program keahlian Perencanaan dan Pengendalian
Manufaktur/Jasa (PPMJ).
Penulis memperoleh gelar Ahli Madya pada tahun 2010 dari Program
Diploma dengan predikat sangat memuaskan. Pada tahun yang sama yaitu tahun
2010, penulis melanjutkan pendidikan ke Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor melalui jalur tes. Untuk menyelesaikan skripsi, penulis melakukan praktek
lapang dengan judul Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada PT.
XYZ di Sunter Jakarta Utara.

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penyusunan
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini diajukan sebagai syarat
kelulusan dan mendapatkan gelar sarjana ekonomi pada Program Sarjana Alih
Jenis Manajemen.

Penelitian ini berdasarkan praktek kerja lapangan (PKL) yang dilakukan


penulis selama satu bulan terhitung sejak 1 – 27 Juli 2012 dengan mengambil
judul Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada PT. XYZ, Jakarta
(Studi Kasus pada Painting Plastik PartHonda OEM). Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui berapa jumlah pemesanan ekonomis dan kapan bahan
baku dipesan sehingga diperoleh total biaya yang efisiensi untuk perusahaan dan
diharapkan penelitian ini dapat berguna untuk perusahaan kedepannya.
Penulis berharap bahwa penulisan skripsi ini dapat memberikan kontribusi
positif kepada para pembaca khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk
senantiasa memperoleh wawasan dan pengetahuan.Sangat disadari penulis bahwa
skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat mambangun demi kesempurnaan skripsi ini dan lebih baik
lagi pada masa mendatang.Atas perhatiannya,penulis ucapkan terima kasih.

Bogor, Desember 2012

Penulis

iv
UCAPAN TERIMAKASIH

Skripsiini dapat terselesaikan karena adanya dukungan dari berbagai


pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua dan kedua kakakku yang sudah memberikan doanya dan
dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ir. Abdul Basith, MS selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM dan Bapak R. Dikky Indrawan, SP, MM
selaku dosen penguji.
4. Seluruh dosen pengajar pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Institut
Pertanian Bogor.
5. Bapak Purwanto selaku staf HRD yang telah memberi kesempatan bagi
penulis untuk dapat melakukan praktik kerja lapangan dibagian Technical
Departement.
6. Bapak Iwantoro dan Bapak Rasmidi yang telah bersedia menjadi pembimbing
lapangan.
7. Seluruh staf yang ada dibagian Technical Departement dan karyawan PT.
XYZkhususnya pada jalur small partyang banyak membantu dalam pencarian
data untuk penulisan skripsi ini.
8. Bapak Tarman dan Bapak Agus bagian Warehouse, Bapak Rian dan Bapak
Aspar bagian PPC, Bapak Tukimin bagian Accounting dan Bapak Tohibud
bagian Purchasing yang telah meluangkan waktunya untuk menjawab
pertanyaan yang penulis ajukan.
9. Sahabat dan teman-teman yang ada di Program Sarjana Alih Jenis
Manajemen.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, semoga Allah
SWT memberikan pahala atas kebaikannya.

v
DAFTAR ISI

Halaman
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP .................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................ vi
DAFTAR TABEL .................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ x
I. PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ..................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................... 5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 7
2.1 Definisi Persediaan ...................................................................... 7
2.2 Faktor Penyebab Munculnya Persediaan...................................... 8
2.3 Manfaat Persediaan ..................................................................... 8
2.4 Fungsi Persediaan ........................................................................ 10
2.5 Jenis Persediaan .......................................................................... 11
2.6 Biaya Persediaan ......................................................................... 12
2.7 Model Pengendaliaan Persediaan ................................................. 14
2.7.1 Analisis ABC...................................................................... 14
2.7.2 Jumlah Pemesanan Ekonomis ............................................. 15
2.7.3 Persediaan Pengaman ......................................................... 17
2.7.4Reorder Point ...................................................................... 18
2.8 Penelitian Terdahulu .................................................................... 19
III. METODE PENELITIAN .................................................................. 21
3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian .................................................... 21
3.2 Metodologi Penelitian ................................................................. 22
3.2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................... 22
3.2.2 Jenis dan Metode Pengumpulan Data .................................. 23
3.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data ......................................... 23
3.3.1 Analisis ABC...................................................................... 24
3.3.2 Model EOQ ........................................................................ 24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 26
4.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ....................................... 26

vi
4.1.1 Profil Perusahaan ................................................................ 26
4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan........................................... 27
4.1.3 Kebijakan Mutu PT. Gaya Motor ........................................ 29
4.1.4 Data Fisik PT. Gaya Motor ................................................. 29
4.2 Proses Produksi Honda OEM ...................................................... 30
4.3 Pengendalian Persediaan Bahan Baku.......................................... 34
4.3.1 Prosedur Pembelian Bahan Baku ........................................ 35
4.3.2 Prosedur Penerimaan Bahan Baku ...................................... 36
4.3.3 Prosedur Pemakaian Bahan Baku ........................................ 37
4.4 Penentuan Bahan Baku Prioritas dengan Analisis ABC ............... 38
4.5 Biaya Persediaan ......................................................................... 40
4.5.1 Biaya Pemesanan ................................................................ 40
4.5.2 Biaya Penyimpanan ............................................................ 41
4.6 Jumlah Pemesanan Ekonomis ...................................................... 41
4.7 Implikasi Manajerial.................................................................... 44
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. 45
1. Kesimpulan ........................................................................................... 45
2. Saran .................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 47
LAMPIRAN ............................................................................................. 48

vii
DAFTAR TABEL

No. Halaman
1. Rencana kebutuhan bahan baku Honda OEM ............................................ 2
2. Penggunaan bahan baku Honda OEM ....................................................... 3
3. Hasil analisis ABC bahan baku Honda OEM............................................. 39
4. Perhitungan biaya pemesanan.................................................................... 41
5. Kebutuhan optimum bahan baku kelas A dengan metode EOQ ................. 42
6. Jumlah pemesanan yang diperkirakan sepanjang tahun dan waktu antar
pemesanan yang diperkirakan pada EOQ dengan jumlah pemesanan
masing-masing bahan baku ....................................................................... 42
7. Perbandingan total biaya tahunan bahan baku kelas A dengan metode
EOQ dan perusahaan ................................................................................. 43

viii
DAFTAR GAMBAR

No. Halaman
1. Representasi grafik dari analisis ABC ....................................................... 15
2. Penggunaan persediaan dalam waktu tertentu ............................................ 16
3. Biaya total sebagai fungsi dari kuantitas pemesanan .................................. 17
4. Kerangka pemikiran penelitian .................................................................. 22
5. Prosedur pembelian bahan baku ................................................................ 36
6. Prosedur penerimaan bahan baku .............................................................. 37
7. Prosedur pemakaian bahan baku ................................................................ 38

ix
DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman
1. Pengumpulan dan analisis data ............................................................. 49
2. Struktur organisasi PT. XYZ ................................................................ 50
3. Layout PT. XYZ .................................................................................. 51
4. Layout small part ................................................................................. 52
5. Peta proses operasi painting plastik part Honda OEM .......................... 53
6. Hasil perhitungan bahan baku Nippe Acryl HM NH/103 ....................... 54
7. Hasil perhitungan bahan baku Nax Superio Base AHM Thinner (New) . 54
8. Hasil perhitungan bahan baku Wip Up Solvent ..................................... 54
9. Hasil perhitungan bahan baku F/C R258 Winning Red ......................... 55
10. Hasil perhitungan bahan baku T/C Clear Base...................................... 55

x
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pemesanan dan penyimpanan barang merupakan kegiatan yang sangat
penting pada bagian pengendalian persediaan barang atau inventory control dalam
suatu perusahaan, baik barang tersebut merupakan bahan baku yang digunakan
sebagai bahan produksi suatu perusahaan ataupun sebagai barang yang digunakan
dalam kegiatan sehari-hari. Pada kegiatan pemesanan bahan baku, bahan baku
yang dipesan adalah bahan baku yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Sehingga ada kalanya pada saat unit-unit dalam organisasi membutuhkan barang
untuk melakukan aktivitas, barang yang dibutuhkan tidak tersedia di gudang.
Adapun sebaliknya, apabila organisasi memesan barang dengan jumlah yang
cukup besar serta setiap unit-unit belum membutuhkan, maka akan mengalami
penumpukkan persediaan dan berpengaruh kepada biaya penyimpanan dan mutu
bahan baku yang disimpan menjadi kurang baik. Pengendalian persediaan barang
yang tepat diperlukan perusahaan untuk menghasilkan jumlah barang yang
optimal dan mengeluarkan biaya seminimal mungkin.
PT. XYZ adalah perusahaan general assembling yang didirikan pada tahun
1963. Perusahaan ini dapat bertahan walaupun tidak memiliki produk sendiri.
Perusahaan ini menggunakan sistem make to order, yang mana produksi sesuai
pesanan pelanggan.Salah satu produksi PT. XYZ adalah painting plastik
partHonda OEM (Original Equipment Manufacturer). Proses painting plastik
part Honda OEM adalah salah satu produk PT XYZ yang nantinya akan dikirim
ke ATPM (Agen Tunggal Pemilik Merek) untuk dirakit dan dijadikan unit sepeda
motor.Setiap harinya perusahaan harus mengirimkan sekitar 1400 pcs plastik part
yang sudah di painting dari 14 part yang ada untuk dijadikan 100 unit kendaraan
sepeda motor. Namun dalam praktiknya perusahaan sering mengalami
pengembalian part yang salah satunya disebabkan karena tidak ratanya plastik
part yang di cat. Hal tersebut menyebabkan bertambahnya part yang akan
dilakukan painting untuk membayar claimdari ATPM, sehingga kebutuhan bahan
baku yang sudah direncanakan tidak sesuai dengan pemakaian aktualnya. Oleh
2

Tabel 1. Rencana kebutuhan bahan baku Honda OEM


Bahan Baku Jul-11 Ags-11 Sep-11 Okt-11 Nop-11 Des-11 Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 Jun-12
Nippe Acryl HM NH / 103 1047,92 692,02 1136,89 1047,92 1977,2 1136,89 1878,34 988,6 642,59 840,31 444,87 494,3
Nax Superio Base AHM Thinner
(New) 1034,56 683,2 1122,4 1034,56 1952 1122,4 1854,4 976 634,4 829,6 439,2 488
Wip Up Solvent 385,84 254,8 418,6 385,84 728 418,6 691,6 364 236,6 309,4 163,8 169,9
F/C R258 Winning Red 80,56 53,2 87,4 80,56 152 87,4 144,4 76 49,4 64,6 34,2 38
T/C Clear Base 106 70 115 106 200 115 190 100 65 85 45 50
U/C NH-177M Vostok Silver Met 84,8 56 92 84,8 160 92 157 80 52 68 36 40
U/C Pink R258 For Winning Red 74,2 49 80,5 74,2 140 80,5 285 70 45,5 59,5 31,5 35
Polyure Mightylac Hardener 34,56 22,82 37,49 34,56 65,2 37,49 61,94 32,6 21,19 27,71 14,67 16,3
SGI U/C Thinner New 159 105 172,5 159 300 172,5 285 150 97,5 127,5 67,5 75
SGI F/C Thinner 137,8 91 149,5 137,8 260 149,5 247 130 84,5 110,5 58,5 65
Sarung Tangan Nylon 267,12 176,4 289,8 267,12 504 289,8 478,8 252 163,8 214,2 113,4 117,6
Thinner Laquer Central 207,76 137,2 225,4 207,76 392 225,4 372,40 196,00 127,4 166,60 88,2 91,46
U/C NH-A 30M Digital Silver 36,04 23,8 39,1 36,04 68 39,1 64,6 34 22,1 28,9 15,3 17
Masking Tape 1x30 Anco 326,48 215,6 354,2 326,48 616 354,2 585,2 308 200,2 261,8 138,6 143,7
Sand Paper #600 148,4 98 161 148,4 280 161 266 140 91 119 63 65,3
Masking Tape 2x30 Anco 59,36 39,2 64,4 59,36 112 64,4 106,4 56 36,4 47,6 25,2 26,1
Masker Kain 148,4 98 161 148,4 280 161 266 140 91 119 63 65,3
Tag Rag 59,36 39,2 64,4 59,36 112 64,4 106,4 56 36,4 47,6 25,2 26,1
Tessa Flexible Fineline Masking
Tape 4174 2,968 7,96 3,22 2,968 5,6 3,22 5,32 2,8 1,82 2,38 1,26 5,3
Sarung Tangan 6 Benang 20,776 13,72 22,54 20,776 39 22,54 37,24 19,6 12,74 16,66 8,8 9,15
Sand Paper #800 35,616 23,52 38,64 35,616 67,2 38,64 63,84 33,6 21,84 28,56 15,12 15,68
High Performance Cloth (IPO) 2,97 7,96 3,22 2,97 5,6 3,22 5,32 2,80 1,82 2,38 1,26 5,3
Majun B 26,712 17,64 28,98 26,712 50,4 28,98 47,88 25,2 16,38 21,42 11,34 11,76
Sarung Tangan Karet 20,776 13,72 22,54 20,776 39 22,54 37,24 19,6 12,74 16,66 6,8 9,15
Koran Bekas 11,872 7,84 12,88 11,872 22,4 12,88 21,28 11,2 7,28 9,52 5,04 5,22
Scoth Brate 2,968 7,96 3,22 2,968 5,6 3,22 5,32 2,8 1,82 2,38 1,26 5,3
3

Tabel 2. Penggunaan bahan baku Honda OEM


Bahan Baku Jul-11 Ags-11 Sep-11 Okt-11 Nop-11 Des-11 Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 Jun-12
Nippe Acryl HM NH / 103 1136,89 741,45 1038,03 1047,92 1878,34 1482,9 2174,92 988,6 692,02 840,31 247,15 642,59
Nax Superio Base AHM Thinner
(New) 1122,4 732 1024,8 1034,56 1854,4 1464 2147,2 976 683,2 829,6 244 634,4
Wip Up Solvent 418,6 237 382,2 385,84 691,6 546 800,8 364 254,8 309,4 81 236,6
F/C R258 Winning Red 87,4 57 79,8 80,56 144,4 114 167,2 76 53,2 64,6 19 49,4
T/C Clear Base 115 75 105 106 190 150 220 100 70 85 25 65
U/C NH-177M Vostok Silver Met 92 60 84 84,8 157 120 176 80 56 68 20 52
U/C Pink R258 For Winning Red 80,5 52,5 73,5 74,2 285 105 154 70 49 59,5 17,5 45,5
Polyure Mightylac Hardener 37,49 24,45 34,23 34,56 61,94 48,9 71,72 32,6 22,82 27,71 8,15 21,19
SGI U/C Thinner New 172,5 112,5 157,5 159 285 225 330 150 105 127,5 37,5 97,5
SGI F/C Thinner 149,5 97,5 136,5 137,8 247 195 286 130 91 110,5 32,5 84,5
Sarung Tangan Nylon 289,8 189 264,6 267,12 478,8 378 554,4 252 176,4 214,2 63 163,8
Thinner Laquer Central 225,4 147,00 205,80 207,76 372,40 294,00 431,20 196,00 137,2 166,60 49,00 127,4
U/C NH-A 30M Digital Silver 39,1 25,5 35,7 36,04 64,6 51 74,8 34 23,8 28,9 8,5 22,1
Masking Tape 1x30 Anco 354,2 231 323,4 326,48 585,2 462 677,6 308 215,6 261,8 77 200,2
Sand Paper #600 161 105 147 148,4 266 210 308 140 98 119 35 91
Masking Tape 2x30 Anco 64,4 42 58,8 59,36 106,4 84 123,2 56 39,2 47,6 14 36,4
Masker Kain 161 105 147 148,4 266 210 308 140 98 119 35 91
Tag Rag 64,4 42 58,8 59,36 106,4 84 123,2 56 39,2 47,6 14 36,4
Tessa Flexible Fineline Masking
Tape 4174 3,22 2,1 2,94 2,968 5,32 4,2 6,16 2,8 7,96 2,38 0,7 1,82
Sarung Tangan 6 Benang 22,54 14,7 20,58 20,776 37,24 29,4 43,12 19,6 13,72 16,66 4,9 12,74
Sand Paper #800 38,64 25,2 35,28 35,616 63,84 50,4 73,92 33,6 23,52 28,56 8,4 21,84
High Performance Cloth (IPO) 3,22 2,10 2,94 2,97 5,32 4,20 6,16 2,80 7,96 2,38 0,70 1,82
Majun B 28,98 18,9 26,46 26,712 47,88 37,8 55,44 25,2 17,64 21,42 6,3 16,38
Sarung Tangan Karet 22,54 14,7 20,58 20,776 37,24 29,4 43,12 19,6 13,72 16,66 4,9 12,74
Koran Bekas 12,88 8,4 11,76 11,872 21,28 16,8 24,64 11,2 7,84 9,52 2,8 7,28
Scoth Brate 3,22 2,1 2,94 2,968 5,32 4,2 6,16 2,8 7,96 2,38 0,7 1,82
4

sebabitu diperlukan manajemen persediaan yang baik untuk pengendalian


persediaan bahan baku agar optimal.
Manajemen persediaan meliputi setiap aktivitas yang menjaga agar tingkat
persediaan tetap berada dalam tingkatan yang diinginkan. Kebijakan dalam
manajemen persediaan perlu dirumuskan secara tepat sehingga dapat mencapai
tujuan yang diharapkan oleh perusahaan. Terdapat beberapa metode untuk
mengendalikan tingkat persediaan, diantaranya adalah analisis ABC dan model
Economic Order Quantity (EOQ).
Analisis ABC digunakan untuk mengklasifikasikan bahan baku berdasarkan
dolar tahunan yakni hasil persentase komulatif dari perkalian antara permintaan
dengan harga perunit bahan baku. Pengelompokkan ini dapat membantu manager
untuk lebih fokus pada bahan baku yang memiliki persentase komulatif tinggi yakni kelas A
dan memberikan kontrol yang secukupnya untuk bahan baku yang lain.
Metode EOQ digunakan untuk menentukan jumlah barang yang optimal
dalam satu periode dengan meminimalkan total biaya persediaan. Biaya
persediaan itu terdiri dari setup cost dan holding cost. Pada penentuanjumlah
barang yang akan dipesan dibutuhkan data-data hasil analisa yangmendalam
sehingga menghasilkan jumlah barang yang optimal untuk dipesan dantidak
merugikan perusahaan. Beberapa keuntungan dari kebijakan penerapan EOQ
dalam manajemen persediaan adalah investasi yang tertanam dalam persediaan
bisa dijaga tetap minimum dan jumlah pemesanan bahan baku disesuaikan
kebutuhan konsumsi.

1.1. Perumusan Masalah

Masalah utama persediaan bahan baku adalah menentukan berapa jumlah


pesanan ekonomis yang akan menjawab persoalan berapa jumlah bahan baku dan
kapan bahan baku itu dipesan sehingga dapat meminimasi ordering cost dan
holding cost. Masalah lain dari persediaan bahan baku adalah terjadinya
penumpukan yang dapat mengurangi mutu dari bahan baku itu sendiri. Melihat
masalah tersebut maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sistem persediaan bahan baku yang sedang berjalan pada PT.
XYZ?
5

2. Bagaimana mengoptimalkan persediaan bahan baku agar tidak menghambat


proses produksi pada PT. XYZ?
3. Bagaimana mengefisiensikan total biaya persediaan bahan baku pada PT.
XYZ?

1.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:


1. Mengkaji sistem persediaan bahan baku saat ini pada PT. XYZ.
2. Mengoptimalkan persediaan bahan baku pada PT. XYZmenggunakan
Analisis ABC.
3. Analisis efisiensi total biaya persediaan bahan baku pada PT. XYZ
menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ).

1.3. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:


1. Bagi penulis, dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di
perkuliahan untuk dapat menerapkannya di lapangan.
2. Bagi perusahaan, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan
pertimbangan dan masukan dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan
pengendalian persediaan.
3. Bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai pengendalian persediaan.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:


1. Persediaan yang dikaji adalah bahan baku pada jalur painting plastik part
Honda OEM.
2. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan selama bulan Juli2012, dan data
yang diperlukan berupa data sekunder selama satu tahun yakni dari Juli 2011
- Juni 2012dan seluruhnya bersumber pada catatan kebutuhan bahan baku di
bagian Production Planing Control (PPC).
6

3. Dalam perhitungan Economic Order Quantity (EOQ) bahan baku yang


diperhitungkan hanya bahan baku yang tergolong kedalam kelas A pada
analisis ABC.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Persediaan

Menurut Pardede (2005), persediaan (inventory) adalah sejumlah barang


atau bahan yang tersedia untuk digunakan sewaktu-waktu di masa yang akan
datang. Sediaan terjadi apabila jumlah bahan atau barang yang diadakan (dibeli
atau dibuat sendiri) lebih besar daripada jumlah yang digunakan (dijual atau
diolah sendiri).
Menurut Ristono (2009), persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang
yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan
datang. Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan bahan setengah
jadi, dan persediaan barang jadi. Persediaan bahan baku dan bahan setengah jadi
di simpan sebelum digunakan atau dimasukan ke dalam proses produksi,
sedangkan persediaan barang jadi atau barang dagangan di simpan sebelum dijual
atau dipasarkan.
Menurut Heizer dan Render (2010), persediaan adalah salah satu asset
termahal dari banyak perusahaan, mewakili sebanyak 50% dari keseluruhan
modal yang diinvestasikan. Manajer operasi diseluruh dunia telah menyadari
bahwa manajemen persediaan sangatlah penting. Di satu sisi, sebuah perusahaan
dapat mengurangi biaya dengan mengurangi persediaan. Di sisi lain, produksi
dapat berhenti dan pelanggan menjadi tidak puas ketika sebuah barang tidak
tersedia. Tujuan manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara
investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan.
Menurut Assauri (2008), persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi
barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual suatu periode usaha yang
normal atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan/proses
produksi, ataupun persediaan barang baku yang menunggu penggunaannya dalam
suatu proses produksi. Jadi persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan, parts
yang disediaakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan
untuk proses produksi, serta barang-barang jadi/produk yang disediakan untuk
memenuhi permintaan dari komponen atau langganan setiap waktu.
8

2.2. Faktor Penyebab Munculnya Persediaan

Menurut Sumayang (2003), penyebab timbulnya persediaan adalah sebagai


berikut:
1. Menghilangkan pengaruh ketidakpastian. Untuk menghadapi ketidakpastian
maka pada sistem ditetapkan persediaan darurat yang dinamakan safety
stock. Jika sumber dari ketidakpastian dapat dihilangkan, maka jumlah
inventory maupun safety stock dapat dikurangi.
2. Memberi waktu luang untuk pengelolaan produksi dan pembelian. Kadang-
kadang lebih ekonomis memproduksi barang dalam proses atau barang jadi
dalam jumlah besar atau dalam jumlah paket yang kemudian disimpan
sebagai persediaan.
3. Untuk mengantisipasi perubahan pada demand dan supply. Inventory
disiapkan untuk menghadapi bila ada perkiraan perubahan harga dan
persediaan bahan baku.

2.3. Manfaat Persediaan

Menurut Assauri (2008), alasan diperlukannya persediaan oleh suatu


perusahaan adalah karena:
1. Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi untuk
memindahkan produk dari suatu tingkat ke tingkat produksi proses yang
lain, yang disebut persediaan dalam proses dan pemindahan.
2. Alasan organisasi, untuk memungkinkan satu unit atau bagian membuat
jadwal operasinya secara bebas, tidak tergantung dari yang lainnya.
Alasan-alasan utama untuk mengadakan sediaan menurut Pardede (2005),
adalah kaitannya dengan hal-hal berikut :

1. Berjaga-jaga
Pengadaan persediaan dapat dipandang sebagai suatu cara untuk
berjaga-jaga tehadap kemungkinan tidak tersedianya atau tidak cukupnya
bahan-bahan pada saat dibutuhkan. Kemungkinan seperti itu terjadi apabila
permintaan berubah-ubah dan tidak dapat diramalkan. Penyebab lainnya
adalah masa tunggu (lead time) yang berubah-ubah dan sering tidak dapat
9

diperkirakan. Penyebab itu dapat juga kedua-duanya sekaligus, yaitu


permintaan tidak pasti. Sediaan yang diadakan dengan maksud untuk
berjaga-jaga terhadap kemungkinan seperti itu disebut sediaan berjaga-
jaga(buffer stock).
2. Pemisahan operasi (operation decoupling)
Pada suatu rangkaian kegiatan pengolahan, setiap kegiatan sangat
bergantung kepada, atau dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan lain. Pada
beberapa kegiatan yang berurutan, apabila satu kegiatan terhenti maka
kegiatan berikutnya akan terganggu. Untuk mengatasi hal ini maka dua
kegiatan yang berurutan dapat dipisahkan dari segi sediaan. Dengan cara ini
suatu kegiatan yang mengikuti, atau yang merupakan lanjutan dari, kegiatan
lain “dibekali” dengan sediaan bahan dalam pengerjaan sehingga
ketergantungan terhadap kegiatan pendahulunya dapat diperkecil.
Disamping itu, pemisahan kegiatan dari segi sediaan juga dilakukan
agar setiap kegiatan dapat direncanakan jadwal secara bebas tanpa harus
menyesuaikannya dengan jadwal-jadwal kegiatan lain.
3. Pemantapan produksi (smoothing production)
Apabila sejumlah barang yang diminta berubah-ubah naikturun secara
tidak teratur, perusahaan tidak harus menaik-turunkan tingkat pengolahan
untuk memenuhinya. Pengolahan dapat diusahakan agar selalu berada pada
tingkat yang tetap dengan bantuan sediaan. Pada saat jumlah barang yang
dibuat lebih besar dari jumlah yang diminta maka sediaan akan menumpuk.
Sediaan ini nantinya akan digunakan untuk menutupi kekurangan pada saat
jumlah yang dibuat rendah dari jumlah yang diminta.
4. Penghematan biaya penanganan sediaan
Pada suatu rangkaian kegiatan pengolahan, bahan-bahan mengalir
mulai dari kegiatan tahap awal hingga kegiatan tahap akhir. Pergerakan
bahan-bahan ini tentu saja membutuhkan biaya terutama pada kegiatan
pengolahan yang terputus-putus (intermitten production process). Biaya ini,
yang disebut biaya penanganan sediaan(material handling cost), dapat
dihemat dengan cara mengadakan atau menempatkan sediaan di antara dua
kegiatan yang berurutan.
10

5. Penghematan biaya pengadaan bahan


Biaya pengadaan bahan (material procurement cost) akan dapat
dihemat melalui pemanfaatan potongan jumlah (quantity discount) yang
ditawarkan oleh perusahaan pemasok. Potongan jumlah diperoleh apabila
pembelian dilakukan dalam jumlah besar, dan pembelian dalam jumlah
besar akan dimungkinkan dengan pengadaan sediaan.

2.4. Fungsi Persediaan

Menurut Heizer dan Render (2010), persediaan dapat melayani beberapa


fungsi yang menambal fleksibilitas bagi operasi perusahaan. Keempat fungsi
persediaan adalah sebagai berikut:
1. “Decouple” atau memisahkan beberapa tahapan dari proses produksi.
Sebagai contoh, jika persediaan sebuah perusahaan berfluktuasi, persediaan
tambahan mungkin diperlukan untuk melakukan decouple proses produksi
dari pemasok.
2. Melakukan “decouple” perusahaan dari fluktuasi permintaan dan
menyediakan persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi
pelanggan. Persediaan seperti ini digunakan secara umum pada bisnis
eceran.
3. Mengambil keuntungan dari diskon kuantitas karena pembelian dalam
jumlah besar dapat mengurangi biaya pengiriman barang.
4. Melindungi terhadap inflasi dan kenaikan harga.
Menurut Assauri (2008), persediaan yang diadakan mulai dari yang bentuk
bahan mentah sampai dengan barang jadi, mempunyai fungsi yaitu:
1. Menghilangkan risiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan
yang dibutuhkan perusahaan.
2. Menghilangkan risiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga harus
dikembalikan.
3. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga
dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.
4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran
arus produksi.
11

5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.


6. Memberikan pelayanan (service) kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya
dimana keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi atau
memberikan jaminan tetap tersediaanya barang jadi tersebut.
7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan
penggunaannya atau penjualannya.

2.5. Jenis Persediaan

Menurut Nasution dan Prastyawan (2008), dilihat dari jenisnya persediaan


dibedakan menjadi empat, yaitu:
1. Bahan baku (raw material) adalah barang-barang yang dibeli dari pemasok
(supplier) dan akan digunakan atau diolah menjadi produk jadi yang akan
dihasilkan perusahaan.
2. Bahan setengah jadi (work in process) adalah bahan baku yang sudah diolah
atau dirakit menjadi komponen namun masih membutuhkan langkah-
langkah lanjutan agar menjadi produk jadi.
3. Barang jadi (finish good) adalah barang jadi yang telah selesai diproses, siap
untuk disimpan di gudang barang jadi, dijual, atau didistribusikan ke lokasi-
lokasi pemasaran.
4. Bahan-bahan pembantu(supplies) adalah barang-barang yang dibutuhkan
untuk menunjang produksi, namun tidak akan menjadi bagian pada produk
akhir yang dihasilkan perusahaan.
Menurut Heizer dan Render (2010), untuk mengakomodasi fungsi-fungsi
persediaan, perusahaan harus memelihara empat jenis persediaan, yaitu:
1. Persediaan bahan mentah (raw material inventory), digunakan untuk
melakukan decouple (memisahkan) pemasok dari proses produksi.
Bagaimanapun juga, pendekatan yang lebih dipilih adalah menghilangkan
variabilitas pemasok akan kualitas, kuantitas, atau waktu pengantaran
sehingga tidak diperlukan pemisahan.
2. Persediaan barang setengah jadi (work in process-WIP inventory) adalah
komponen-komponen atau bahan mentah yang telah melewati beberapa
proses perubahan, tetapi belum selesai. WIP ada karena waktu yang
12

diperlukan untuk menyelesaikan sebuah produk (disebut waktu siklus).


Mengurangi waktu siklus akan mengurangi persediaan.
3. Persediaan pasokan pemeliharaan/perbaikan/operasi (maintenance, repair,
operating-MRO) adalah persediaan-persediaan yang disediakan untuk
persediaan pemeliharaan, perbaikan dan operasi yang dibutuhkan untuk
menjaga agar mesin-mesin dan proses-proses tetap produktif. MRO ada
karena kebutuhan serta waktu untuk pemeliharaan dan perbaikan dari
beberapa perlengkapan tidak diketahui. Walaupun permintaan akan MRO
merupakan fungsi dari jadwal pemeliharaan, permintaan-permintaan MRO
lainnya yang tidak terjadwal harus diantisipasi.
4. Persediaan barang jadi (finish good inventory) adalah produk yang telah
selesai dan tinggal menunggu pengiriman. Barang jadi dapat dimasukkan ke
persediaan karena permintaan pelanggan di masa mendatang tidak
diketahui.

2.6. Biaya Persediaan

Menurut Ristono (2009), biaya persediaan dapat dibedakan atas:


1. Ongkos pembelian (purchase cost)
Ongkos pembelian adalah harga per unit apabila item dibeli dari pihak
luar, atau biaya produksi per unit apabila diproduksi dalam perusahaan atau
dapat dikatakan pula bahwa biaya pembelian adalah semua biaya yang
digunakan untuk membeli suku cadang. Penetapan dari biaya pembelian ini
tergantung dari pihak penjualan barang atau bahan sehingga pihak pembeli
hanya bisa mengikuti fluktuasi harga barang yang ditetapkan oleh pihak
penjual.
2. Ongkos pemesanan atau Biaya persiapan (order cost/set up cost)
Ordering cost adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan
pemesanan barang ke supplier. Besar kecilnya biaya pemesanan sangat
tergantung pada frekuensi pesanan, semakin sering memesan barang maka
biaya yang dikeluarkan akan semakin besar dan sebaliknya. Biaya
pemesanan secara terperinci meliputi :
1. Biaya persiapan pesanan, antara lain :
a. Biaya telepon atau ongkos menghubungi supplier
13

b. Pengeluaran surat menyurat


2. Biaya penerimaan barang, seperti :
a. Biaya pembongkaran dan pemasukan ke gudang
b. Biaya laporan penerimaan barang
c. Biaya pemeriksaan barang atau biaya pengecekan
3. Biaya pengiriman pesanan ke gudang
4. Biaya-biaya proses pembayaran, seperti biaya pembuatan cek,
pengiriman cek atau biaya transfer ke bank supplier, dan sebagainya.
3. Ongkos simpan (carrying cost/holding cost/storage cost)
Ongkos simpan adalah biaya yang dikeluarkan atas investasi dalam
persediaan dan pemeliharaan maupun investasi sarana fisik untuk
menyimpan persediaan, atau dapat pula dikatakan biaya yang timbul akibat
penyimpanan barang maupun bahan (diantaranya: fasilitas penyimpanan,
sewa gudang, keusangan, asuransi, pajak dan lain-lain). Yang termasuk
dalam biaya simpan antara lain:
a. Biaya sewa atau penggunaan gudang.
b. Biaya pemeliharaan barang.
c. Biaya pemanasan atau pendinginan, bila untuk menjaga ketahanan
barang dibutuhkan faktor pemanas atau pendingin.
d. Biaya menghitung dan menimbang barang.
4. Biaya kekurangan persediaan (stockout cost)
Dengan kekurangan persediaan maka biaya yang timbul adalah sebagai
berikut:
a. Kehilangan pendapatan.
b. Selisih harga komponen.
c. Terganggunya operasi.
Menurut Heizer dan Render (2010) biaya persediaan meliputi:
1. Biaya penyimpanan (holding cost) adalah biaya yang terkait dengan
menyimpan atau “membawa” persediaan selama waktu tertentu. Oleh
karena itu, biaya penyimpanan juga mencakup biaya barang usang dan biaya
yang terkait dengan penyimpanan, seperti asuransi, pegawai tambahan, dan
pembayaran bunga.
14

2. Biaya pemesanan (ordering cost) mencakup biaya dari persediaan, formulir,


proses pesanan, pembelian, dukungan administrasi, dan seterusnya. Ketika
pesanan sedang diproduksi, biaya pesanan juga ada, tetapi mereka adalah
bagian dari biaya penyetelan.
3. Biaya penyetelan (setup cost) adalah biaya untuk mempersiapkan sebuah
mesin atau proses untuk membuat sebuah pesanan. Ini menyertakan waktu
dan tenaga kerja untuk membersihkan serta mengganti peralatan atau alat
penahan. Manajer operasi dapat menurunkan biaya pemesanan dengan
mengurangi biaya penyetelan serta menggunakan prosedur yang efisien,
seperti pemesanan dan pembayaran elektronik.

2.7. Model Pengendalian Persediaan

2.7.1 Analisis ABC


Menurut Heizer dan Render (2010), analisis ABC membagi persediaan yang
ada menjadi tiga klasifikasi dengan basis volume dolar tahunan. Analisis ABC
adalah sebuah aplikasi persediaan dari prinsip Pareto. Prinsip Pareto menyatakan
terdapat “sedikit hal yang kritis dan banyak yang sepele”. Gagasannya adalah
untuk membuat kebijakan-kebijakan persediaan yang memfokuskan persediaan
pada bagian-bagian persediaan kritis yang sedikit dan tidak pada banyak yang
sepele. Tidaklah realistis jika memantau barang-barang yang tidak mahal dengan
intensitas yang sama dengan barang-barang yang sangat mahal.
Untuk menentukan volume dolar tahunan dari analisis ABC, mengukur
permintaan tahunan dari setiap barang persediaan dikalikan biaya per unitnya.
Barang-barang kelas A adalah barang yang volume dolar tahunannya tinggi.
Walaupun barang ini hanya mempresentasikan 15% dari barang-barang
persediaan total. Barang kelas A juga mempresentasikan 70% sampai 80% dari
penggunaan uang secara keseluruhan. Barang-barang kelas B adalah barang
persediaan dengan volume dolar tahunan yang sedang. Barang ini
mempresentasikan sekitar 30% dari barang persediaan dan 15% sampai 25% dari
nilai total. Barang dengan volume dolar tahunan kecil adalah kelas C yang hanya
mempresentasikan 5 % dari volume dolar tahunan, tetapi mewakili sekitar 55%
dari barang persediaan total.
15

90
Barang A

Persen dari penggunaan dolar tahunan


80

70

60

50

40

30

20
Barang B
10 Barang C

0
Persen dari persediaan

Gambar 1. Representasi grafik dari analisis ABC

Kriteria lain dari volume dolar tahunan juga dapat menentukan klasifikasi
barang, seperti perubahan-perubahan teknik yang diantisipasi, masalah-masalah
pengantaran, masalah kualitas, atau biaya unit yang tinggi yang menyebabkan
barang naik ke klasifikasi yang lebih tinggi. Keuntungan membagi barang-barang
persediaan ke dalam kelas adalah kebijakan dan kontrol dapat diterapkan pada
setiap kelas. Adapun kebijakan yang dapat didasarkan pada analisis ABC:
1. Membeli sumber daya yang ditujukan untuk pengembangan pemasok harus
jauh lebih tinggi untuk barang A secara individu dibandingkan dengan
barang C.
2. Barang A harus memiliki kontrol persediaan fisik yang lebih ketat, barang
tersebut mungkin ditempatkan di bagian yang lebih aman, dan akurasi
catatan persediaannya untuk barang A harus lebih sering diverifikasi.
3. Meramalkan barang A memerlukan perhatian lebih dibanding barang
lainnya.
2.7.2 Jumlah Pemesanan Ekonomis (Economic Order Quantity, EOQ)
Menurut Pardede (2005), model jumlah pesanan terhemat (economic order
quantity model = EOQ model) digunakan dalam menentukan jumlah barang yang
akan dipesan untuk setiap kali pemesanan serta jumlah biaya pengadaan bahan-
bahan. EOQ menunjukkan jumlah barang yang harus dipesan untuk setiap kali
pemesanan agar biaya sediaan keseluruhan menjadi sekecil mungkin.
16

Menurut Heizer dan Render (2010), model kuantitas pesanan ekonomis


(economic order quantity-EOQ) adalah salah satu teknik kontrol persediaan yang
tertua dan paling dikenal, tetapi berdasarkan beberapa asumsi:
1. Jumlah permintaan diketahui, konstan dan independen.
2. Waktu tunggu yakni waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan
diketahui dan konstan.
3. Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya. Dengan kata
lain, persediaan dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok pada suatu
waktu.
4. Tidak tersedia diskon kuantitas.
5. Biaya variable hanya biaya untuk menyiapkan atau melakukan pemesanan
dan biaya menyimpan persediaan dalam waktu tertentu.
6. Kehabisan persediaan dapat sepenuhnya dihindari jika pemesanan dilakukan
pada waktu yang tepat.
Dengan asumsi tersebut, grafik penggunaa persediaan terhadap waktu
memiliki bentuk gigi gergaji, seperti pada Gambar 2. Permintaan bersifat konstan
sepanjang waktu, perediaan menurun pada laju yang sama sepanjang waktu.
Setiap kali tingkat persediaan mencapai 0, pesanan baru dibuat serta diterima, dan
tingkat persediaan melompat ke EOQ. Proses ini terus berlanjut sepanjang waktu.

Gambar 2. Penggunaan persediaan dalam waktu tertentu


17

Pada Gambar 3 menunjukkan hubungan antara kedua biaya tersebut, biaya


penyimpanan (holding/carrying cost) dan biaya pemesanan (ordering cost) dalam
bentuk grafik. Kurva biaya penyimpanan menunjukkan sebuah garis lurus yang
naik apabila jumlah persediaan bertambah besar. Kurva biaya pesanan
menunjukkangaris lengkung menurun mendekati nol apabila jumlah persediaan
bertambah.Kurva biaya persediaan total (TC) merupakan penjumlahan dua kurva
biayatersebut, dimana kurva tersebut akan menurun dan mencapai titik minimum
pada jumlah persediaan tertentu dan kemudian naik lagi. Dalam hal ini Q = EOQ
akantercapai pada perpotongan antara kedua kurva tersebut.

Gambar 3. Biaya total sebagai fungsi dari kuantitas pesanan

2.7.3 Persediaan Pengaman (Safety Stock, SS)


Menurut Pujawan (2005), safety stock fungsinya adalah sebagai
perlindungan terhadap ketidakpastian permintaan maupun pasokan. Perusahaan
biasanya menyimpan lebih banyak dari yang diperkirakan dibutuhkan selama
suatu periode tertentu supaya kebutuhan yang lebih banyak bisa dipenuhi tanpa
harus menunggu. Menentukan berapa besarnya persediaan pengaman adalah
pekerjaan yang sulit. Besar kecilnya persediaan pengaman terkait dengan biaya
persediaan dan service level.
Menurut Ristono (2009), faktor-faktor yang menentukan besarnya safety
stock adalah :
1. Penggunaan bahan baku rata-rata
Salah satu dasar untuk memperkirakan penggunaan bahan baku selama
periode tertentu, khususnya selama periode pemesanan adalah rata-rata
18

penggunaan bahan baku pada masa sebelumnya. Hal ini perlu diperhatikan
karena peramalan permintaan langganan memiliki risiko yang tidak dapat
dihindarkan bahwa persediaan yang telah ditetapkan sebelumnya atas dasar
taksiran tersebut habis sama sekali sebelum penggantian bahan/barang dari
pesanan datang.
2. Faktor waktu atau lead time (procurement time)
Lead time adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan
bahan-bahan sampai dengan kedatangan bahan-bahan yang dipesan tersebut
dan diterima di gudang persediaan. Lamanya waktu tersebut tidaklah sama
antara satu pesanan dengan pesanan yang lain, tetapi bervariasi.
2.7.4 Reorder Point
Menurut Riyanto (2001), reorder point ialah saat atau titik di mana harus
diadakan pesanan lagi sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan
material yang dipesan itu adalah tepat pada waktu dimana persediaan di atas
safety stock sama dengan nol. Dengan demikian diharapkan datangnya material
yang dipesan itu tidak akan melewati waktu sehingga akan melanggar safety
stock. Apabila pesanan dilakukan sesudah melewati reorder point tersebut, maka
material yang dipesan akan diterima setelah perusahaan terpaksa mengambil
material dari safety stock. Dalam penetapan reorder point haruslah kita
memperhatikan faktor–faktor sebagai berikut; yaitu, penggunaan material selama
tenggang waktu mendapatkan barang (procurement lead time) dan besarnya safety
stock.
Reorder point dapat ditetapkan dengan berbagai cara, antara lain :
1. Menetapkan jumlah penggunaan selama lead time dan ditambah dengan
presentase tertentu.
2. Menetapkan jumlah penggunaan selama lead time dan ditambah dengan
penggunaan selama periode tertentu sebagai safety stock.
Menurut Heizer dan Render (2010) Titik pemesanan ulang (reorder point)
dicari dengan cara :
ROP = (Permintaan per hari)(lead time untuk pemesanan baru dalam hari)
ROP = d x L ……………………………………………………………………(1)
19

Persamaan untuk ROP ini mengasumsikan bahwa permintaannya sama dan


bersifat konstan. Bila tidak demikian halnya, harus ditambahkan stok tambahan,
seringkali disebut pengaman (safety stock).

2.8. Penelitian Terdahulu

Saragi (2010) dalam penelitiannya berjudul Analisis Perencanaan dan


Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada UKM Waroeng Cokelat Bogor
bertujuan untuk mempelajari sistem pengadaan dan pengendalian persediaan
bahan baku di Waroeng Cokelat; meramalkan tingkat permintaan pada produk
Waroeng Cokelat; menghitung tingkat persediaan yang optimal bagi Waroeng
Cokelat; menghitung serta mengevaluasi tingkat biaya persediaan bahan baku
yang optimal bagi Waroeng Cokelat. Hasil penelitian menggunakan EOQ
didapatkan jumlah pemesanan dan jarak antar pemesanan yang sama pada bahan
baku, yaitu mengikuti jumlah pemesanan terbesar pada cokelat, sehingga jumlah
pemesanan sebanyak 39 kali dengan jarak waktu antar pemesanan 8 hari. Total
biaya yang dikeluarkan dengan model EOQ, yaitu sebesar Rp 2.521.909 dan
dengan metode perusahaan sebesar Rp 2.587.800; sehingga menghasilkan
penghematan sebesar Rp 65.891.
Sari (2010) dalam penelitian berjudul Pengoptimalan Persediaan Bahan
Baku Kacang Tanah Menggunakan Metode EOQ (Economic Order Quantity) di
PT. Dua Kelinci Pati bertujuan untuk mengetahui jumlah pembelianbahan baku
yang optimal, jumlah persediaan pengaman, waktu pemesanan kembali dan total
biaya persediaan untuk periode 2009/2010 di PT. Dua Kelinci Pati. Berdasarkan
hasil perhitungan diperoleh bahwa pembelian bahan bakukacang tanah menurut
metode EOQ selama periode 2006/2007-2008/2009 lebihbesar daripada kebijakan
perusahaan dan kuantitas pembelian kacang tanah optimal untuk periode
2009/2010 sebesar 53.406.993 kg. Persediaan pengaman untuk periode 2009/2010
sebesar 283,3777 kg. Waktu tunggu kedatangan bahan baku kacang tanah (lead
time) yang optimal adalah 2 hari sejak bahan baku dipesan hingga tiba di gudang
perusahaan. Selama periode 2006/2007-2008/2009 PT. Dua Kelinci tidak
menerapkan adanya titik pemesanan kembali (reorder point), sedangkan titik
pemesanan kembali untuk periode 2009/2010 sebesar 445.341,6527 kg. Total
20

biaya persediaan bahan baku selama periode 2006/2007- 2008/2009 menurut


metode EOQ lebih kecil daripada kebijakan perusahaan dan total biaya persediaan
untuk periode 2009/2010 sebesar Rp 256.867.628,9. Dari hasil penelitian yang
telah dilakukan diperoleh bahwa pengendalian persediaan bahan baku kacang
tanah di PT. Dua Kelinci selama periode 2006/2007- 2008/2009 belum efisien.
III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Bahan baku merupakan salah satu input pada suatu proses produksi yang
mempunyai peranan penting, baik perannya sebagai bahan baku utama, maupun
dilihat dari besarnya nilai investasi yang harusdikeluarkan untuk memenuhi
kebutuhannya.Keberhasilan produksi yang dilakukan oleh suatu industri atau
perusahaan ditentukan oleh banyak faktor, salah satu diantaranya yaitu kecukupan
persediaan bahan baku yangdibutuhkan untuk proses produksi. Kelebihan
persediaan bahan baku dapat menimbulkan biaya penyimpanan yang besar, hal
tersebut dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Oleh karena itu,
diperlukan sistem pengendalian persediaan bahan baku yang tepat dan sesuai
dengan karaketristik dari proses produksi dan sistem manajemen perusahaan.
Konsep operasional penelitian diawali dengan melihat keadaan perusahaan
dan menentukan produksi yang akan diteliti. Selanjutnya, mengidentifikasi data
permintaan dan rencana produksi terhadap Honda OEM selama satu tahun.
Langkah selanjutnya mengidentifikasi sistem persediaan bahan baku yang selama
ini digunakan oleh perusahaan. Identifikasi ini penting karena motode perusahaan
sangat mempengaruhi dalam penerapan manajemen persediaannya, termasuk
dalam hal pengendalian. Metode perusahaan mencakup alasan atau tujuan
perusahaan dalam melaksanakan sistem manajemen pengendalian persediaan
bahan baku yang dikaitkan juga dengan kondisi perusahaan. Langkah selanjutnya
yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi karakteristik bahan baku yang
digunakan dalam proses produksi. Karakteristik ini mencakup jenis dan asal bahan
baku, sistem pemesanan bahan baku, sistem penerimaan dan pengeluaran bahan
baku, dan harga masing-masing bahan baku. Pada tahap berikutnya adalah analisis
kondisi persediaan bahan baku, yang terdiri dari volume pemakaian bahan baku,
waktu tunggu sejak bahan baku dipesan hingga bahan baku diterima digudang,
frekuensi dan jumlah pemesanan bahan baku, dan biaya-biaya persediaan bahan
baku.
Setelah data-data tersebut diperoleh, selanjutnya dapat dilakukan analisis
perbandingan atas total biaya persediaan bahan baku metode yang dilakukan
22

perusahaan dan metode pengendalian persediaan yang mencakup model analisis


ABC dan model Economic Order Quantity (EOQ). Metodeyang terbaik adalah
yang memiliki total biaya persediaan yang paling rendah dan memperoleh
penghematan biaya persediaan yang besar.Kerangka pemikiran yang menjadi
dasar bagi penelitian ini adalah seperti yang terlihat pada Gambar 4.

PT. XYZ

Identifikasi Data Permintaan

Alat Analisis
Identifikasi Rencana Produksi Deskriptif

Identifikasi Sistem Persediaan


Bahan Baku Perusahaan

Analisis Perbandingan Biaya


Persediaan Bahan Baku

Metode Perusahaan  Metode Analisis ABC


 Metode EOQ

Tingkat Pengendalian Bahan


Baku Optimal

Rekomendasi

Gambar 4. Kerangka pemikiran penelitian

3.2. Metode Penelitian

3.2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di PT. XYZ yang berlokasi di Sunter, Jakarta Utara.
Lokasi tersebut dipilih karena PT. XYZ merupakan anak perusahaan Astra yang
menjadi cikal bakal dari pabrik perakitan Toyota dan Daihatsu. Waktu penelitian
dilakukan selama bulan Juli 2012.
23

3.2.2 Jenis dan Metode Pengumpulan Data


Dalam pelaksanaan penelitian peneliti menggunakan beberapa metode untuk
mengumpulkan data-data yang terkait dan dibutuhkan untuk bahan penelitian.
Metode pengumpulan dan analisis data dapat di lihat pada Lampiran 1. Adapun
metode pengumpulan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Membaca Data dan Laporan
Dalam kegiatan ini peneliti mempelajari data-data yang ada di perusahaan
dengan tujuan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang sudah terjadi di
perusahaan. Selain itu juga agar bisa dijadikan gambaran dan bahan dalam
pembuatan penelitian. Pada kesempatan ini peneliti membaca dan mempelajari
data-data tentang jumlah kebutuhan bahan baku pada Production Planning
Control (PPC), cara pemesanan dan waktu pemesanan, rencana produksi, dan
lain-lain.
2. Wawancara
Pada kegiatan ini peneliti melakukan wawancara untuk mencari informasi
yang akan dikaji langsung pada pihak yang berwenang di perusahaan. Dalam
kegiatan wawancara ini hal-hal yang didapatkan oleh peneliti adalah yang
berkaitanlangsung dengan kejadian di lapangan pada saat proses produksi
berlangsung, dan melakukan tanya jawab di bagian purchasing tentang cara
pemesanan bahan baku, biaya bahan baku dan inventory control yang dilakukan
oleh Production Planning Control (PPC).
3. Observasi
Dalam kegiatan ini peneliti langsung melihat ke lapangan untuk mengetahui
hal-hal apa saja yang terjadi saat proses produksi dan operasi berlangsung, serta
melihat jenis bahan baku di gudang. Selain itu juga observasi ini bertujuan untuk
menyesuaikan antara teori yang telah didapatkan oleh peneliti sebelumnya dan
praktik di lapangan. Pada kegiatan ini peneliti didampingi oleh
pembimbinglapangan yang telah ditunjuk oleh perusahaan.

3.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan untuk membandingkan perhitungan pengendalian


persediaaan perusahaan dengan yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan biaya
24

yang minimum dan waktu pemesanan yang tepat. Adapun analisis yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis ABC dan metode Economic
Order Quantity (EOQ) dengan melihat permintaan pada satu tahun.
3.3.1 Analisis ABC
Analisis ABC digunakan untuk mengklasifikasikan bahan baku berdasarkan
basis volume dolar tahunan yakni perkalian antara permintaan dan harga per unit.
Adapun langkah untuk menentukan analisis ABC adalah dengan mengalikan total
permintaan selama satu tahun dengan harga per unit dari tiap bahan baku.
Selanjutnya mempresentasikan hasil perkalian tersebut dan mengurutkan
berdasarkan nilai persentase yang paling besar ke persentase yang paling kecil.
Setelah itu dikomulatifkan persentase tersebut hingga 100%. Kategorikan
komulatif persentase tersebut berdasarkan kelas A 50 % -75%, kelas B 15 % -25%
dan kelas C 5%.
3.3.2 Model EOQ (Economic Order Quantity)
Model ini digunakan untuk mengetahui kuantitas pembelian bahan baku
yang ekonomis (setiap kali pesan). Kuantitaspembelian bahan baku yang
ekonomis dicapai pada saatbiaya pemesanan tahunan sama dengan biaya
penyimpanan tahunan.
a. Biaya pemesanan per tahun
Merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan
pemesanan bahan baku.
Biaya pemesanan per tahun
= jumlah pemesanan yang dilakukan pertahun x biayapemesanan setiap kali pesan
= Permintaan setahun x biaya pesan tiap kali pesan
Jumlah tiap kali pesan
Biaya pemesanan per tahun = ……………………………………….(2)

b. Biaya penyimpanan per tahun


Merupakan biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan penyimpananbahan
baku yang dibeli.
Biaya penyimpanan per tahun
= tingkat persediaan rata-rata x biaya penyimpanan per liter per tahun
25

= (Jumlah pesanan : 2) x biaya penyimpanan per liter pertahun


Biaya penyimpanan = ……………………………………………(3)

c. Jumlah pesanan bahan baku optimal diperoleh saat biaya pemesanan per
tahun sama dengan biaya penyimpanan per tahun

…………………………………………………………..(4)

d. Jumlah optimal per pemesanan

……………………………………………………(5)

e. Total biaya persediaan bahan baku (Total Cost)


Total persediaan bahan baku yang optimal ialahpenjumlahan dari total biaya
pesan dan total biaya simpan bahan baku.
TC = Total biaya pesan + Total biaya simpan

= × + × ………………………………………………...(6)

Keterangan:
Q = Jumlah setiap pemesanan (liter)
Q* = Jumlah optimal per pemesanan (liter)
D = Permintaan tahunan (liter)
S = Biaya pemesanan tiap kali pesan (Rp)
H = Biaya penyimpanan (Rp)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

4.1.1 Profil Perusahaan


PT. XYZ adalah industri manufaktur yang merakit kendaraan bermotor
dan merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang otomotif. PT.XYZsaat ini
berlokasi di Sunter, Jakarta Utara. PT. XYZdidirikan pada tahun 1963 dan
bergabung dengan PT. Astra Internasional, Tbk sejak tahun 1990 yang saat ini
merupakan pemilik penuh dari PT. XYZ.
PT. XYZ memiliki tiga proses utama produksi yaitu welding, painting, dan
assembling dengan pelanggan utamanya adalah Isuzu Astra Motor Indonesia (PT.
IAMI) yang merupakan Agen Tunggal Pemegang Saham (ATPM) Isuzu Panther.
PT. Isuzu Astra Motor Indonesia menjual hasil produksi utamanya yaitu Isuzu
Panther ke Astra Internasional dan PT. XYZ yang memproduksi Isuzu Panther
yang merupakan pesanan dari Isuzu Astra Motor Indonesia. Selain Isuzu Astra
Motor Indonesia PT. XYZ juga bekerjasama dengan PT. Astra Honda Motor (PT.
AHM) dalam proses painting plastik part. Pada proses painting plastik part
Honda terdapat dua jenis yaitu Honda OEM (Original Equipment Manufacturer)
dan Honda REM (Replacement Market). Honda OEM ditujukan untuk menjadi
satu unit motor sedangkan Honda REM ditujukan untuk spare part. Jenis warna
untuk Honda REM lebih banyak dibandingkan dengan Honda OEM. Semua
produksi yang telah dikerjakan oleh PT. XYZ akan dikembalikan lagi kepada PT.
Astra Honda Motor sesuai dengan permintaan dari PT. Astra Honda Motor.
Sesuai dengan kebijakan mutu, lingkungan dan K3 perusahaan dalam
melakukan kegiatan proses produksinya, standart mutu produk pelanggan dan
proses produksinya harus dicapai dengan proses produksi yang aman dan ramah
lingkungan. Dalam menjankan kegiatan, PT. XYZ berusaha mencegah dan
mengurangi pencemaran yang ditimbulkan, kecelakaan kerja, penyakit akibat
kerja serta menjadikan tempat kerja yang aman dan nyaman baik untuk karyawan,
asset, dan lingkungan.
Untuk menjamin kualitas setiap produknya agar sesuai dengan keinginan
konsumen dan untuk mendukung program pemerintah yaitu menciptakan produk
27

hijau (Green Product), PT.XYZ melakukan kegiatan manajemen yang terpadu


yaitu sistem manajemen ISO 9001-2000, sistem manajemen lingkungan 14001-
1996, sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, Isuzu manufacturing
management, management system Astra, dan Astra Green Company dalam satu
manajemen.PT. XYZ juga menggabungkan sistem ISO 9002 menjadi 9001-2000
serta mendapatkan ISO 9002-1994 dan ISO 14001-1996.

4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan

Dalam suatu perusahaan, pembentukan suatu organisasi sangat penting


karena dalam usaha diperlukan untuk menjaga kelancaran dan mencapai tujuan
jangka panjang maupun jangka pendek dalam suatu perusahaan. Struktur
organisasi dibentuk dengan maksud agar setiap organisasi dapat bekerja secara
fokus, efisien dan efektif. Adapun struktur organisasi PT. XYZ pada Lampiran 2.
Adapun tugas dari tiap divisi,yaitu:
BOARD OF DIRECTOR
 Memimpin, mengkoordinasi, dan mengendalikan jalannya seluruh kegiatan
perusahaan, baik teknis maupun nonteknis.
Sekretaris
 Melakukan pencatatan, pengetikan, korespondensi perusahaan.
 Membantu kegiatan administrasi direksi.
BPPMT (Badan Pelaksana Peningkatan Mutu Terpadu)
 Mengarahkan penerapan policy manajemen aktivitas, mengendalikan
gangguan yang terjadi dan berpengaruh terhadap mutu perusahaan dan
produk.
 Meningkatkan mutu karyawan dan pekerjaan.
Security
 Menjaga keamanan seluruh area perusahaan dan lingkungan sekitar
perusahaan.
P2K3LH (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan
Hidup)
 Mengarahan penerapan kebijaksanaan dalam bidang keselamatan kerja baik
untuk pegawai maupun lingkungan hidup.
28

PLANT DIVISION
a. Departemen Produksi
Mengatur dan mengawasi jalannya proses produksi mulai dari penerimaan
barang sampai produk jadi.
b. Departemen Quality Control
Menetapkansistemdan prosedurpengendalianmutuprosesproduksi.
c. Departemen Teknik
Prosess Enggineering: berhubungan dengan sistem dan design tata letak
pabrik, tata letak fasilitas, dan proses produksi.
Plan tFacility: menyiapkan dan menyediakan semua fasilitas yang
diperlukan untuk suatu kegiatan proses produksi.
Safety and Environment: menjaga keselamatan kerja karyawan dan
memelihara lingkungan sekitar agar limbah yang dihasilkan perusahaan tidak
merusak lingkungan.
d. Departemen Maintanance
Memelihara, merawat, dan memperbaiki mesin-mesin dan fasilitas yang
digunakan untuk proses produksi.
e. Departemen PPIC
Membuat perencanaan dan pengendalian pada proses produksi.
f. KD Packing
Memelihara dan menjaga hasil produksi sebelum dikirim ke supplier.
FINANCE & ACCOUNTING DIVISION
a. Purchasing
Memproses import part yang diperlukan dan melayani pembelian lokal.
b. Departemen Finance
Mengkoordinasi kegiatan pembukuan/administrasi dan kegiatan finansial
serta kegiatan processing perusahaan.
c. Departemen ACC & MIS
 MIS (Manegement Information System)
Membuat program sesuai dengan permintaan direksi dan kepala
departemen yang berkaitan dengan kelancaran kegiatan produksi yang
berjalan.
29

 ACC(Accounting)
Mengelompokkan kegiatan transaksi sesuai dengan kelompok-kelompok
yang telah ditentukan.
HRD & GA DIVISION
a. Departemen HRD (Human Resources Development)
Melakukan training dan pengembangan SDM.
b. Departemen GA(General Affair)
Berhubungan dengan semua kegiatan secara umum (Rumah Tangga
Perusahaan).

4.1.3 Kebijakan Mutu PT. XYZ

Telah menjadi kebijakan dan komitmen PT. XYZ untuk menyerahkan


hasil produksi kepada pelanggan dengan mutu yang sesuai dengan persyaratan,
kebutuhan dan harapan pelanggan, karena disadari bahwa kepuasan pelanggan
merupakan kunci utama kesuksesan perusahaan. Untuk mencapai hal tersebut,
setiap karyawan wajib melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan sistem
manajemen mutu yang memenuhi persyaratan standar ISO 9001-2000 dan AMS
(Astra Management System), Isuzu Manufacturing Management (IMM) secara
konsisten, sesuai dengan tanggung jawab dan wewenang.
Setiap karyawan wajib terus mengupayakan dengan sungguh-sungguh agar
mutu hasil setiap proses dapat dicapai langsung pada akhir proses, tanpa kerja
ulang. Untuk memastikan sistem manajemen mutu tetap memenuhi persyaratan,
kebutuhan dan harapan pelanggan, sistem selalu ditinjau dan ditingkatkan secara
berkesinambungan.

4.1.4 Data Fisik Perusahaan

PT. XYZ terletak di Sunter, Jakarta Utara. PT. XYZ memiliki luas tanah
sebesar 200.757 m2, 97,410 m2 untuk Plant I & II, 39,450 m2untuk Plant IIIdan
63.897 m2 untuk KD Packing. Luas Pabrik Plant I & II 60.700 m2, Plant III
35.864 m2 dan KD Packing 24.000 m2. Luas kantor dan kantin sebesar 7,627 m.
Kantor berada di lantai 2 Plant I dan kantin berada di lantai satu dan lantai dua
Plant I. Seluruh listrik yang digunakan untuk Plant I & II sebesar 9.690 KVA,
Plant III sebesar 4.000KVA dan KD Packing sebesar 415 KVA. Layout PT.
30

XYZdapat dilihat pada Lampiran 3 dan untuk layout small partdapat dilihat pada
Lampiran 4.

4.2.Proses Produksi Honda OEM

Salah satu produk yang diproduksi oleh PT. XYZ yang bekerjasama dengan
PT. Astra Honda Motor (AHM) adalah painting plastik part untuk motor Honda
Tipe Supra X 125. Alasan peneliti menggunakan produk ini sebagai penelitian
adalah karena kegiatan painting merupakan kegiatan yang paling sederhana dan
selalu dilakukan setiap jam kerja. Jumlah permintaan produk pun hampir setiap
bulan konstan. Sedangkan pada proses perakitan mobil banyak aktivitas yang
dikerjakan, seperti proses welding terlebih dahulu dilanjutkan dengan painting dan
terakhir assembling dan permintaan terhadap produknya pun tidak pasti.
Proses produksi plastik part Honda OEM diawali dengan pengiriman raw
material ke Knock Down Supply (KDS), persiapan, base coat, clear coat, oven,
touch up, dan dikirim kembali ke KDS untuk disimpan. Kegiatan proses produksi
plastik part Honda dapat dilihat sebagai berikut:
1. Raw material
Raw material untuk plastik part Honda OEM adalah body motor. Raw
material dikirim langsung dari sub-cound atau supplier yang telah dipilih oleh
PT. Astra Honda Motor (AHM). Raw material yang sudah dikirim disimpan pada
Knock Down Supply (KDS). KDS adalah tempat penyimpanan raw material dan
pengiriman part yang sudah diproses. Raw material yang datang dari sub-cound
diperiksa tipe dan kuantitas berdasarkan Surat Perintah Antar Barang (SPAB).
Raw material yang dikirim, diturunkan dari truck dan diletakkan pada pallet seng
yang tersedia selanjutnya di bawa ke area transit KDS menggunakan forklift dan
diletakkan di tempat yang sudah tersedia sesuai dengan tipe part. Berdasarkan
Work Order Sheet (WOS) yang dibuat oleh Production Planning Control (PPC),
raw material dibawa menggunakan towing ke Small Part untuk dilakukan
proses painting.
2. Persiapan
Raw material yang dikirim oleh Knock Down Supply (KDS) diperiksa tipe,
kualitas dan kuantitas berdasarkan Work Order Sheet (WOS) yang dibuat oleh
31

Production Planning Control (PPC). Persiapan adalah proses sebelum dilakukan


pengecatan pada plastik part. Proses yang terdapat pada persiapan yaitu:
a. Striping
Striping adalah proses pembungkusan plastik part dengan kertas koran.
Proses ini bertujuan agar cat tidak mengenai part yang memang tidak boleh
di cat. Part yang biasanya dilakukan proses striping adalah cover handel.
Proses striping dilakukan oleh tiga orang dan waktu yang dibutuhkan untuk
proses ini sekitar enam menit.
b. Setting Part
Setting part adalah proses memasangkan tool pada plastik part. Tipe plastik
part terdiri dari empat belas jenis yaitu mainpipekiri, mainpipe kanan, visor
speedometer, cover sidekiri, cover side kanan, cover bodykiri, cover body
kanan, cover handle, cover front top, cover tail, cover speedometer, fender
dan louver. Tujuan pemasangan part ini adalah untuk memudahkan proses
painting. Sebelum part dipasang tool, plastik part di blowing atau
menembakkan angin untuk membuang kotoran yang ada pada part
menggunakan air gun. Proses pemasangan tool dilakukan oleh empat orang
dan waktu yang dibutuhkan berbeda-beda tergantung tipe part.
3. Docking
Docking adalah proses pemasangan dan pelepasan tool yang sudah dipasangi
part pada tiang tag (stand) yang berjalan menggunakan conveyor. Pada satu stand
biasanya terdiri dari dua hingga empat part, tergantung besar kecil part yang akan
di cat. Proses ini dilakukan oleh satu orang pekerja pada saat pemasangan dan tiga
orang pada saat pelepasan dan waktu yang dibutuhkan sekitar lima belas detik.
4. Wapping
Wapping adalah proses pengelapan plastik part menggunakan lap dan air
sabun. Proses ini berguna untuk menghilangkan minyak yang ada pada part
sehingga cat dapat menempel pada part. Proses ini dilakukan oleh satu orang
pekerja dan waktu yang dibutuhkan sekitar 24 detik.
5. Blowing
Blowing adalah proses pembersihan plastik part menggunakan angin yang
keluar dari air gun. Tujuan blowing adalah agar part bersih dari noda atau debu
32

yang menempel pada part. Proses ini dilakukan oleh satu orang dan waktu yang
dibutuhkan sekitar 24 detik.
6. Tag Rag
Tidak jauh berbeda dengan waping dan blowing, tag rag merupakan
membersihkan plastik part menggunakan kain tag rag. Kain tag rag adalah kain
khusus yang jika dipegang lengket sehingga pada penggunaannya tidak boleh
terlalu ditekan karena dapat merusak part yang akan di spray. Proses ini berguna
untuk membersihkan noda yang masih menempel pada plastik part. Proses ini
dilakukan oleh seorang pekerja dan waktu yang dibutuhkan sekitar delapan belas
detik.
7. Base Coat dasar
Sesuai dengan namanya, base coat adalah proses pemberian warna dasar
gunanya untuk memberikan lapisan pertama pada plastik part agar tidak bolong
dan tidak kasar. Untuk warna hitam base coat dasar hitam, untuk warna putih base
coat dasar putih, untuk warna merah base coat dasar pink, dan untuk warna silver
base coat dasar silver. Proses ini menggunakan cop gun dan catnya di mixing di
ruang mixing. Proses ini dilakukan oleh seorang pekerja dan waktu yang
dibutuhkan berbeda-beda tergantung tipe part.
8. Finish Base Coat
Finish base coat adalah proses pemberian warna kedua pada plastik part ini
berguna untuk meratakan base coat dasar. Proses base coat dasar hingga finish
base coat untuk hitam dua pos dan untuk silver, merah, dan putih tiga pos. Alat
yang digunakan adalah cop gun sama seperti base coat dasar. Dilakukan oleh satu
orang pekerja dan waktu yang dibutuhkan berbeda-beda tergantung tipe part.
9. Clear coat dasar
Clear coat adalah proses lanjutan dari base coat. Tujuan dari proses ini
adalah untuk memberikan warna dan pelapis base coat. Alat yang digunakan
proses ini adalah spay gun. Untuk warna hitam clear coat hitam, warna merah
clear coat merah dan untuk silver dan putih clear coatmetalic atau bening. Proses
ini dilakukan oleh seorang pekerja dan waktu yang dibutuhkan berbeda-beda
tergantung tipe part.
10. Finish clear coat
33

Finish clear coat adalah proses lanjutan dari clear coat dasar. Proses ini
berguna untuk meratakan clear coat dasar dan mengkilapkan plastik part yang
sudah di painting sehingga pada saat masuk ke ovenroom cat tidak tipis. Proses ini
dilakukan oleh seorang pekerja dan waktu yang dibutuhkan berbeda-beda
tergantung tipe part.
11. Oven Room
Setelah finih clear coat, part didinginkan sebentar pada setting room
selanjutnya partakan langsung bergerak menuju ovenroom. Tujuan dari oven part
ini adalah agar cat menjadi kering dan tidak meleleh. Suhu dalam oven ini diatur
sesuai dengan tipe part yang di cat. Jika part yang di painting warna merah, putih
dan silver maka suhunya diatur 700 - 800C karena part ini dilakukan oleh 5 pos
sehingga cat yang dihasilkan lebih tebal, sedangkan untuk warna hitam suhunya
diatur 600-700C karena pada part ini hanya dilakukan oleh 3 pos.
Suhu pada oven ini harus sesuai dengan standar yang ditetapkan karena jika
suhu terlalu panas maka part akan meleleh dan jika terlalu rendah maka part akan
lembab. Part dipanaskan kurang lebih 40 menit akan tetapi antar satu tag
waktunya bergerak selama 40 detik. Setelah part keluar dari oven room, part yang
sudah dipasangi tools dilepaskan dari stand dan diletakkan di lantai dan terjadi
proses cooling time. Proses ini untuk mendinginkan part beberapa saat setelah
proses oven. Setelah cooling time selesai part akan diletakkan di rak yang tersedia
untuk selanjutnya di bawa ke touch up.
12. Touch up
Setelah proses di oven,part di bawa ke touch up untuk dilakukan
pengecekan proses painting yang dilakukan oleh Quality Control (QC). Proses ini
berguna untuk mendapatkan kualitas terbaik sehingga pelanggan tidak kecewa.
Pemeriksaan biasanya dilakukan QC dengan cara visual yaitu melihat secara
langsung part yang telah selesai diproses. Setelah di periksa oleh QC akan dipilah
apakah part yang sudah di painting OK, repair atau repaint
Ada 2 jenis defect yaitu repair dan repaint. Repair adalah defect ringan
seperti part bernoda, part beda warna dan part meleleh. Repair dapat diperbaiki
dengan pengamplasan dan buffing menggunakan alat buffing setelah itu akan di
34

cat kembali di ruang touch up dan akan diperiksa kembali oleh QC dan jika sudah
memenuhi standar QC, maka part akan diberikan label OK.
Repain adalah defect berat sehingga part tidak dapat langsung masuk ke
ruang touch up untuk diperbaiki tetapi akan dibawa ke proses sanding yaitu
pengamplasan dengan menggunakan amplas dan air. Sanding berguna untuk
meratakan part dan membuka pori-pori cat sehingga pada saat dilakukan cat
ulang, cat baru tidak mengelupas. Setelah dilakukan proses sanding, part akan
kembali ke proses persiapan dan di cat kembali.
Part yang sudah dinyatakan OK oleh QC akan langsung disusun pada
hambalan dan diletakkan ke rak hambalan untuk dikirim ke tempat penyimpanan
di KDS yang nantinya akan dikirim ke PT. Astra Honda Motor (AHM). Proses
produksi pada plastik part Honda OEM dapat dilihat pada Lampiran 5.
4.3.Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Bahan baku merupakan salah satu satu faktor yang menentukan baik
buruknya produk yang dihasilkan. Bahan baku dengan kualitas yang baik dan
dengan jumlah yang tepat akan menghasilkan produk yang berkualitas, begitu
juga sebaliknya.Bahan baku juga merupakan faktor yang menentukan kelancaran
proses produksi. Dengan adanya bahan baku yang cukup dan sesuai dapat
melancarkan proses produksi dan perusahaan dapat mengirimkan produk kepada
pelanggan tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Bahan baku yang terdapat pada PT. XYZ terbagi dua, yaitu:

1. Bahan baku versi ATPM berupa bahan baku CKD (Completly Knock
Down).
Raw material langsung diterima dari Agen Tunggal Pemilik Merk (ATPM)
untuk bahan utama dalam perakitan seperti raw material untuk Honda
berupa plastik part yang langsung dikirim PT. AHM. Raw material terdiri
dari mainpipe, visor speedometer, cover side, cover body, cover handel,
cover tail, cover speedometer, front top, fender dan louver.Bahan baku ini
langsung dikendalikan dan tanggung jawab oleh ATPM, dan PT. XYZhanya
bersifat menerima dan mengecatraw material tersebut yang nantinya akan
dikirim kembali ke PT. AHM.
2. Bahan baku versi PT. XYZ
35

Bahan baku yang termasuk PT. XYZ yaitu berupa bahan baku yang terdapat
di gudang consumable dan gudang tools seperti cat, thinner,masking
tape,sand paper, dan sebagainya. Bahan baku ini sepenuhnya dikendalikan
oleh PT. XYZkhususnya bagian inventory PPC. Bahan baku ini merupakan
bahan utama dalam proses produksi khususnya painting.
Pengendalian bahan baku PT. XYZ dilakukan dengan memperhatikan
prosedur pembelian bahan baku, prosedur penerimaan bahan baku dari vendor,
dan prosedur pemakaian bahan baku. Adapun proses pengendalian tersebut, yaitu:
4.3.1 Prosedur Pembelian Bahan Baku
Bahan baku yang cukup diperlukan untuk melancarkan proses produksi.
Perusahaan diharuskan membeli bahan baku yang dibutuhkan agar proses
produksi berjalan lancar. Jumlah yang dibeli pun harus sesuai agar tidak terjadi
penumpukan barang di gudang yang nantinya akan menambah cost perusahaan.
Bahan baku yang dibeli PT. XYZuntuk proses produksi painting plastik part
Honda telah ditentukan oleh ATPM yaitu PT. Nippon Paint Pacific. Sedangkan
untuk raw material seperti masking tape dan sand paper dikirim oleh PT. Sentral
Warna Primajaya, majun dikirim oleh PT. Anggi Jaya, sarung tangan oleh PT.
Kenbel.
PT. XYZmenerapkan sistem MRP (Material Requirement Planning)
sebagai sistem pengadaan bahan baku, hal tersebut didasarkan pada jadwal
produksi yang telah di-input pada SAP(System Application and Product for Data
Processing). Namun dalam realisasi produksi tidak selalu sama dengan rencana,
oleh karena itu diterapkan sistem safety stock, dimana perusahaan akan memesan
sejumlah barang pada saat persediaan di gudang telah dibawah ROP (Reorder
Point). Safety stock yang digunakan di perusahaan merupakan stok selama 1 shift
kerja atau 8 jam kerja.
Waktu pembelian bahan baku ditentukan olehPPCbagian inventory saat
persediaan bahan baku di bawah ROP. Bagian inventory akan membuat PR
(Purchase Requisition)yang kemudian diperiksa dan ditandatangani oleh
supervisor, deputy manager, dangeneral manager. Jika PR sudah ditandatangani
maka PPC akan membuat PO (Purchase Order) kemudian diberikan ke bagian
Purchasing dan nantinya akan dikirim ke supplier. Setelah diperiksa dan
36

ditandatangani oleh user, supervisor, kepala departemen dan kepala divisi, PO


tersebut dikirim dengan faximile ke supplier yang telah dipilih oleh ATPM.
Prosedur pembelian bahan baku untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 5
dibawah ini :

Gambar 5. Prosedur pembelian bahan baku

4.3.2 Prosedur Penerimaan Bahan Baku


Setelah PO dibuat dan dikirim ke supplier maka supplier akan
mengirimkan barang yang diminta dan akan diterima oleh bagian gudang
consumable. Bagian gudang consumable akan menerima bahan baku tersebut
sesuai dengan nomor PO, waktu pemesanan, delivery date, dan kondisi fisik
bahan baku yang datang. Perusahaan menentukan delivery date yaitu satu minggu
setelah dibuatnya PO. Pemeriksaan fisik barang diperlukan untuk melihat kondisi
barang apakah sesuai atau tidak dengan barang yang diminta. Apabila bahan baku
tersebut tidak sesuai dengan kriteria maka bahan baku akan dikembalikan dan
akan meminta bahan baku yang sesuai. Apabila sudah sesuai kemudian dilakukan
pencatatan penerimaan bahan baku atau good receipt dan di input ke SAP.Setelah
selesai, bahan baku dilakukan pemeriksaan kembali oleh bagian quality dan diuji
kelayakannya berdasarkan standar perusahaan. Selanjutnya bahan baku disimpan
menggunakan sistem FIFO (first in first out) maksudnya bahan baku yang
pertama datang akan terlebih dahulu keluar untuk diproduksi. Sistem ini
37

dilakukan dengan tujuan agar bahan baku tidak mengalami perubahan karena
lama disimpan.Selain menerima, bagian gudang consumable juga mempunyai
tanggung jawab untuk menyimpan dan mendistribusikan bahan baku ke jalur
produksi. Prosedur penerimaan bahan baku dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Prosedur penerimaan bahan baku

4.3.3 Prosedur Pemakaian Bahan baku


Bahan baku yang telah datang dari vendor dan disimpan di gudang
consumable akan diambil oleh orang jalur produksi untuk dilakukan proses
produksi. Pengambilan barang ini disebut dengan istilah pengebonan.Bahan baku
yang diambil menggunakan metode FIFO (first in first out). Orang jalur produksi
harus mengambil barang di gudang sesuai dengan bukti pengebonan. Bon
pengambilan barang akan diperiksa oleh administrasi gudang dan akan diambilkan
barang yang dibutuhkan sesuai dengan kuantitas yang ada di bon pengebonan.
Setelah barang diambil bon tersebut langsung di entri datanya oleh administrasi
gudang.Prosedur penerimaan bahan baku dapat dilihat pada Gambar 7.
38

Gambar 7. Prosedur pemakaian bahan baku

4.4. Penentuan Bahan Baku Prioritas dengan Analisis ABC

Analisis ABC merupakan analisis yang membagi persediaan kedalam tiga


klasifikasi dengan basis volume dolar tahunan. Analisis ABC memiliki tujuan
yakni untuk membuat kebijakan-kebijakan persediaan yang memfokuskan
persediaan pada bagian-bagian persediaan bahan baku yang penting dan sedikit,
bukan pada yang banyak tetapi sepele (Heizer dan Reinder, 2010). Perhitungan
analisis ABC dibantu menggunakan software POM dan hasil analisis ABC dapat
dilihat pada Tabel 3.
Bahan baku yang digunakan untuk proses painting plastik part Honda OEM
setidaknya terdapat 26 jenis bahan baku yang diperhitungkan untuk
persediaannya. Namun dalam kenyataannya yang harus diperhitungkan adalah
bahan baku yang memiliki volume paling besar dengan biaya yang besar untuk
menekan persediaan dalam jumlah yang terlalu besar. Tabel 3 merupakan hasil
perhitungan analisis ABC, dimana penentuan tersebut berdasarkan volume
penggunaan bahan baku paling banyak dan menghasilkan biaya dalam jumlah
yang tinggi. Bahan baku yang termasuk kedalam kelas A dengan presentasi
kumulatif biaya yang digunakan 50%-75% agar mendapat perhatian lebih dalam
pengendalian persediaan.
Berdasarkan Tabel 3. terdapat lima jenis bahan baku yang termasuk
kedalam kategori A, yaitu Nippe Acryl HM NH/103, Nax Superio Base AHM
39

Thinner (New), Wip Up Solvent, F/C R258 Winning Red, dan T/C Clear Base.
Jenis yang termasuk kedalam kategori B, yaitu U/C NH-177M Vestock Silver Met,
U/C Pink R258 For Winning Red, SGI U/C Thinner New, SGI F/C Thinner,
sarung tangan nylon, Polyure Mightlac Hardener, Thinner Laquer Central, dan
U/C NH-A 30M Digital Silver. Sedangkan jenis bahan baku yang termasuk dalam
kategori C adalah Masking Tape, Sand Paper, masker kain, tag rag, Tessa
Flexible Fineline, sarung tangan, High Performance Cloth, Majun B, koran bekas
dan Scoth Brate. Berdasarkan hasil analisis ABC, penelitian ini lebih difokuskan
pada jenis bahan baku yang termasuk kedalam kelas A karena kelas A memiliki
tingkat volume penggunaan tinggi dan biaya persediaannya juga tinggi.

Tabel 3.Hasil analisis ABC bahan baku Honda OEM


Persent
asi Kumulatif
Nama Bahan Harga/ Biaya
Permintaan Biaya/T Persentasi Kelas
Baku Unit (Rp/Tahun)
ahun Biaya (%)
(%)
Nippe Acryl HM
NH / 103 12911,12 40000 516.444.800 28,11 28,11
Nax Superio Base
AHM Thinner
(New) 12746,56 30000 382.396.800 20,82 48,93

Wip Up Solvent 4707,84 30000 141.235.200 7,69 56,62 A


F/C R258
Winning Red 992,56 140000 138.958.400 7,56 64,19

T/C Clear Base 1306 90000 117.540.000 6,4 70,58


U/C NH-177M
Vostok Silver Met 1049,8 87000 91.332.600 4,97 75,56
U/C Pink R258
For Winning Red 1066,2 80000 85.296.000 4,64 80,2
SGI U/C Thinner
New 1959 40000 78.360.000 4,27 84,47
SGI F/C Thinner 1697,8 30000 50.934.000 2,77 87,47 B
Sarung Tangan
Nylon 3291,12 15000 49.366.800 2,69 89,93
Polyure Mightylac
Hardener 425,76 100000 42.576.000 2,32 92,24
Thinner Laquer
Central 2559,76 16000 40.956.160 2,23 94,47
U/C NH-A 30M
Digital Silver 444,04 90000 39.963.600 2,18 96,65
40

Lanjutan Tabel 3.
Persenta
si Kumulatif
Nama Bahan Harg Biaya
Permintaan Biaya/T Persentasi Kelas
Baku a/Unit (Rp/Tahun)
ahun Biaya (%)
(%)
Masking Tape
1x30 Anco 4022,48 6000 24.134.880 1,31 97,96

Sand Paper #600 1828,4 5000 9.142.000 0,5 98,46


Masking Tape
2x30 Anco 731,36 8000 5.850.880 0,32 98,78

Masker Kain 1828,4 2000 3.656.800 0,2 98,98

Tag Rag 731,36 5000 3.656.800 0,2 99,18


Tessa Flexible
Fineline
42,57 80000 0,19 99,36
Masking Tape 3.405.600
4174 C
Sarung Tangan 6
Benang 255,98 9000 2.303.820 0,13 99,49

Sand Paper #800 438,82 5000 2.194.100 0,12 99,61


High Performance
Cloth (IPO) 42,57 50000 2.128.500 0,12 99,72

Majun B 329,11 6000 1.974.660 0,11 99,83


Sarung Tangan
Karet 255,98 7000 1.791.860 0,1 99,93
Koran Bekas 146,27 6000 877.620 0,05 99,98
Scoth Brate 42,57 10000 425.700 0,02 100
Total Biaya
(Rp/tahun) 10695,87 1.887.210.760
Sumber: Dept. PPC PT. XYZ (diolah tahun 2012)

4.5. Biaya Persediaan

Biaya persediaan adalah biaya yang timbul akibat adanya persediaan bahan
baku. Biaya persediaan terdiri dari biaya penyimpanan (holding cost), biaya
pemesanan (ordering cost), biaya kekurangan bahan (shortage cost). Biaya yang
terkait dengan adanya persediaan perlu mendapat perhatian lebih untuk
persediaannya adalah sebagai berikut:
4.5.1 Biaya Pemesanan
Biaya pemesanan adalah biaya yang timbul akibat dari pembelian bahan
baku seperti biaya telepon dan faksimile. Komponen biaya pemesanan tidak
dipengaruhi oleh besarnya jumlah persediaan yang dipesan tetapi dipengaruhi oleh
41

frekuensi pemesanan.Biaya telepon diperlukan saat perusahaan menghubungi


supplier untuk memesan barang. Biaya telepon berdasarkan data dari PT. Telkom
sebesar Rp 125 per menit, rata-rata penggunaan telepon untuk setiap kali
pemesanan sekitar 50 menit, sehingga didapat total biaya telepon setiap kali
dilakukan pemesanan sebesar Rp 6.250. Biaya faksimile dikeluarkan untuk
mengirimkan PO kepada supplier. Biaya faksimile per pengiriman Rp
5.000.Rincian biaya pemesanan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Perhitungan biaya pemesanan


Biaya Pemesanan Biaya Pesan (Rp/pesan)
Biaya Telepon 6250
Biaya Faksimile 5000
Total Biaya Pesan 11.250
Sumber: Dept. Purchasing PT. XYZ (diolah tahun 2012)

4.5.2 Biaya Penyimpanan


Biaya penyimpanan adalah biaya yang terkait dengan menyimpan
persediaan selama waktu tertentu. Biaya penyimpanan mencakup biaya barang
usang dan biaya yang terkait penyimpanan seperti fasilitas penyimpanan (listrik),
biaya asuransi dan biaya administrasi gudang.Biaya listrik digunakan untuk
penerangan gudang consumable saat malam hari. Berdasarkan data dari PT. PLN
biaya listrik per kwh yakni Rp 734. Rata-rata penggunaan listrik digudang
consumable yakni 90 kwh sehingga diperoleh total biaya listrik selama satu bulan
yaitu Rp 66.060. Rata-rata penyimpanan di gudang consumableadalah 36 kaleng
atau 720 liter, sehingga biaya penyimpanan per liter per bulan sebesar Rp 91,75
dan selama satu tahun Rp 1.101.

4.6.Jumlah Pemesanan Ekonomis (Economic Order Quantity, EOQ)

EOQ dengan jumlah pemesanan masing-masing dilakukan pertimbangan


menggunakan nilai EOQ (Q*) pada masing-masing bahan baku utama. Hal
tersebut terjadi dengan pertimbangan teoritik dan pada setiap pemesanan bahan
baku terjadi pemisahan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan antara bahan
baku yang satu dengan yang lainnya. Hasil kebutuhan optimum dengan
menggunakan metode EOQ terdapat pada Tabel 5.
42

Tabel 5. Kebutuhan optimum bahan baku kelas A dengan metode EOQ


Permintaan Biaya Pesan Biaya Simpan Q*
Bahan Baku
(liter/tahun) (Rp/pesan) (Rp/liter/tahun) (liter/pesan)
Nippe Acryl
12.911,12 513,66
HM NH / 103
Nax Superio
Base AHM 12.746,56 510,38
Thinner (New)
Wip Up 11.250 1.101
4.707,84 310,18
Solvent
F/C R258
992,56 142,42
Winning Red
T/C Clear Base 1.306 163,37
Sumber: Dept. PPC PT. XYZ (diolah tahun 2012)

Kebutuhan optimum bahan baku kelas A dengan menggunakan metode


EOQ merupakan kebutuhan bahan baku yang optimum untuk setiap kali
pemesanan agar biaya persediaan optimum.
Tabel 6. Jumlah pemesanan yang diperkirakan sepanjang tahun dan waktu
antar pemesanan yang diperkirakan pada EOQ dengan jumlah
pemesanan masing-masing bahan baku
∑ pesan Jumlah T (hari
Permintaan Q* (liter
Bahan Baku /tahun hari antar
(liter/tahun) /pesan)
(N) kerja pesanan)
Nippe Acryl HM NH
12.911,12 513,66 26 10
/ 103
Nax Superio Base
12.746,56 510,38 25 10
AHM Thinner (New)
Wip Up Solvent 4.707,84 310,18 16 242 16
F/C R258 Winning
992,56 142,42 7 35
Red
T/C Clear Base 1.306 163,37 8 31
Sumber: Dept. PPC PT. XYZ (diolah tahun 2012)

Setelah mengetahui kuantitas pemesanan yang optimum, maka perlu


diketahui juga jumlah pemesanan yang diperkirakan sepanjang tahun dan waktu
antar pemesanan yang diperkirakan. Jumlah pesanan yang diperkirakan sepanjang
tahun berasal dari permintaan yang berbanding dengan kuantitas pemesanan
optimum.
Hasil dari Tabel 6. didapat jumlah pemesanan yang diperkirakan sepanjang
tahun (N) berdasarkan masing-masing bahan baku berturut-turut yaitu Nippe Acryl
HM NH/103, Nax Superio Base AHM Thinner (New), Wip Up Solvent, F/C R258
43

Winning Red, dan T/C Clear Basesebesar 26 kali pesan, 25 kali pesan, 16 kali
pesan, 7 kali pesan, dan 8 kali pesan. Hal tersebut menunjukkan jumlah pesanan
yang diperlukan untuk produksi periode Juli 2011-Juni 2012 dengan melakukan
penyimpanan pada saat persediaan tingkat rata-rata.
Waktu antar pemesanan yang dihitung dari perbandingan antara jumlah hari
kerja per tahun dengan jumlah pesanan yang diperkirakan sepanjang tahun.
Hasilnya yaitu jarak waktu antar pesanan Nippe Acryl HM NH/103 dan Nax
Superio Base AHM Thinner (New)10 hari antar pemesanan, Wip Up Solvent16
hari antar pemesanan, F/C R258 Winning Red35 hari antar pemesanan dan T/C
Clear Base 31 hari antar pemesanan. Hal tersebut menunjukkan jarak pemesanan
yang dekat antara pemesanan yang satu dengan pemesanan yang lain, ini tidak
mempengaruhi total biaya pemesanan karena biaya transportasi yang termasuk
kedalam biaya pesan sudah di tanggung oleh supplier.

Tabel 7. Perbandingan total biaya tahunan bahan baku kelas Adengan


metode EOQ dan perusahaan
TC Perusahaan TC Metode EOQ Penghematan
Bahan Baku
(Rp/tahun) (Rp/tahun) (Rp/tahun)
Nippe Acryl HM NH / 103 593.884.300 517.010.300 76.874.000
Nax Superio Base AHM
453.884.300 382.958.700 70.925.600
Thinner (New)
Wip Up Solvent 202.182.500 141.576.700 60.605.800
F/C R258 Winning Red 221.091.200 139.115.200 81.976.000
T/C Clear Base 192.807.100 117.719.900 75.087.200
Total Biaya Tahunan 1.663.849.400 1.298.380.800 365.468.600
Sumber: Dept. PPC PT. XYZ (diolah tahun 2012)

Perhitungan biaya yang dikeluarkan perusahaan dan dengan menggunakan


metode EOQ dapat dilihat pada Tabel 7. biaya yang dikeluarkan perusahaan lebih
besar dibandingkan dengan menggunakan metode EOQ. Total biaya yang
dikeluarkan perusahaan yaitu sebesar Rp 1.663.849.400 dan dengan metode EOQ
sebesar Rp 1.298.380.800; sehingga jika perusahaan menggunakan metode EOQ
dapat menghemat biaya perusahaan sebesar Rp 365.468.600 atau sekitar 21,96 %
per tahun.
44

4.7. Implikasi Manajerial

Berdasarkan hasil perhitungan EOQ, terdapat beberapa rekomendasi


manajerial yang berkaitan dengan fungsi manajemen yakni POAC (Planning,
Organizing, Actuating, Controlling).POAC diterapkan dalam setiap
perusahaanuntuk mempertahankan kelanjutan perusahaan. POAC adalah dasar
manajemen untuk organisasi manajerial.
Berkaitan dengan planningPT. XYZ perlu memperkirakan dan
memproyeksikan permintaan produksi dari ATPM untuk selanjutnya dapat
memproyeksi rencana kebutuhan bahan baku agar dapat memperlancar proses
produksi. Untuk fungsi organizing, perusahaan harus menempatkan karyawan
yang sudah berpengalaman contohnya di bidang paintingagar tidak terjadi lagi
pengembalian raw material yang sudah diproses dari ATPM yang dapat
menghambat kelancaran proses produksi karena persediaan bahan baku yang
sudah direncanakan melebihi actual sehingga sering mengalami kekurangan vahan
baku. Fungsi actuating, pelaksanaan kerja harus sesuai dengan rencana yang telah
dibuat oleh sebab itu semua sumber daya yang dimiliki perusahaan harus
dioptimalkan agar semua program kerja perusahaan dapat tercapai, khususnya
untuk produksi Honda OEM semua bahan baku yang ada harus dipergunakan agar
claim dapat terbayar dan produksi dapat sesuai dengan rencana yang telah dibuat
oleh PPC. Pengontrolan dibutuhkanagar pekerjaan berjalan sesuai dengan
program kerja yang sudah direncanakan. Baik dalam bentuksupervisi,
pengawasan, inspeksi hingga audit. Hal ini diperlukan agar apabila terjadi
penyimpangan dapat segera dilakukan koreksi, antisipasi dan penyesuaian dengan
situasi dan kondisi yang ada.
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Sistem produksi pada PT. XYZ menggunakan sistem make to order dan
untuk pengendalian persediaan bahan baku diberlakukan beberapa prosedur
diantaranya prosedur pembelian bahan baku, prosedur penerimaan bahan
baku, dan prosedur pemakaian bahan baku.
b. Berdasarkan analisis ABC dapat disimpulkan terdapat lima jenis bahan baku
yang termasuk kedalam kategori A, yaitu Nippe Acryl HM NH/103, Nax
Superio Base AHM Thinner (New), Wip Up Solvent, F/C R258 Winning Red,
dan T/C Clear Base. Jenis yang termasuk kedalam kategori B, yaitu U/C NH-
177M Vestock Silver Met, U/C Pink R258 For Winning Red, SGI U/C
Thinner New, SGI F/C Thinner, sarung tangan nylon, Polyure Mightlac
Hardener, Thinner Laquer Central, dan U/C NH-A 30M Digital Silver.
Sedangkan 11 jenis bahan baku lainnya termasuk dalam kategori C.
c.1. Tingkat pemesanan yang optimum untuk bahan baku yang tergolong kategori
A dihitung menggunakan metode EOQ diperoleh sebesar 186,88 liter per
pesan untuk Nippe Acryl HM NH/103 185,69 liter per pesan untuk Nax
Superio Base AHM Thinner (New) 112,85 liter per pesan untuk Wip Up
Solvent, 51,82 liter per pesan untuk F/C R258 Winning Red, dan 59,44 liter
per pesan untuk T/C Clear Base.
2.EOQ dengan jumalh pemesanan masing-masing bahan baku menghasilkan
jumlah pemesanan yang berbeda antar masing-masing bahan baku, yakni 26
kali pesan per tahun untuk Nippe Acryl HM NH/103, 25 kali pesan per tahun
untukNax Superio Base AHM Thinner (New), 16 kali pesan per tahun untuk
Wip Up Solvent, 7 kali pesan per tahun untuk F/C R258 Winning Red, dan 8
kali pesan per tahun untuk T/C Clear Base.
3. Total biaya metode EOQ lebih hemat dibandingkan total biaya perusahaan.
Hasil total biaya selama 1 tahun dengan menggunakan metode EOQ adalah
Rp 1.298.380.800; sedangkan total biaya perusahaan Rp 1.663.849.400,
sehingga jika perusahaan menggunakan metode EOQ dapat menghemat biaya
perusahaan sebesar Rp 365.468.600 atau sekitar 21,96 % per tahun.
46

2. Saran

a. Klasifikasi item bahan baku berdasarkan analisis ABC hendaknya diterapkan


oleh perusahaan untuk mempermudah dalam pengawasan bahan baku dan
dalam membuat kebijakan-kebijakan persediaan yang memfokuskan
persediaan pada bagian-bagian persediaan kritis yang sedikit dan tidak pada
banyak yang sepele.
b. Menjaga persediaan agar ekonomis dan mencegah terjadinya kekurangan
bahan baku, perusahaan dapat menerapkan metode EOQ. Dengan metode
EOQ, perusahaan bisa mengetahui berapa banyak bahan baku yang harus
dipesan. Selain itu, metode EOQ dapat membantu perusahaan dalam
menunjang efektivitas produksi, ketepatan waktu pengiriman dan kualitas
produk.
47

DAFTAR PUSTAKA

Assauri, S. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi.Lembaga Penerbit Fakultas


Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta
Heizer, J dan B. Render. 2010. Manejemen Operasi. Salemba Empat, Jakarta.
Nasution, A. H. dan Y. Prasetyawan. 2008. Perencanaan dan Pengendalian
Produksi. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Pardede, P. M. 2005. Manajemen Operasi dan Produksi: Teori, Model, dan
Kebijakan. Yogyakarta
Pujawan N. I. 2005. Supply Chain Management. Guna Widya, Surabaya.
Ristono, A. 2009. Manajemen Persediaan. Graha Ilmu, Yogyakarta
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar – dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE,
Yogyakarta.
Saragi,Y. 2010. Analisis Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Pada UKM Waroeng Cokelat Bogor. Skripsi. Program Sarjana Alih Jenis
Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sari, S. P. 2010. Pengoptimalan Persediaan Bahan Baku Kacang Tanah
Menggunakan Metode EOQ (Economic Order Quantity) di PT. Dua
Kelinci Pati.Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi
Pertanian/Agrobisnis,Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
Sumayang, L. 2003. Dasar-Dasar Manajemen Produksi Operasi. Salemba Empat,
Jakarta.
www.telkom.co.id[19 Juli 2012]
www.pln.co.id[19 Juli 2012]
LAMPIRAN
49

Lampiran 1. Pengumpulan dan analisis data

No Tujuan Data yang dibutuhkan Sumber Metode Metode analisis Kesimpulan


data pengumpulan data
1. Mangkaji sistem a. Data produksi Sistem bahan
persediaan b. Data permintaan a. Wawancara baku yang
bahan baku saat c. Data pemakaian b. Dokumen Analisis deskriptif digunakan
ini pada PT. bahan baku PPC perusahaan perusahaan
XYZ d. Data lead time dan
safety stock

2. Mengoptimalkan a. Data permintaan Data diolah


persediaan b. Data lead time a. Wawancara menggunakan Pengelompokan
bahan baku pada c. Data pemesanan b. Dokumen sistem bahan baku bahan baku
PT. XYZ d. Data biaya-biaya PPC perusahaan yang telah kedalam kelas
menggunakan persediaan digunakan A, B dan C
Analisis ABC e. Data penggunaan perusahaan
bahan baku
3. Analisis efisiensi a. Data produksi
biaya b. Data pemakaian Sistem
penyimpanan bahan baku a. Wawancara Data diolah dgn persediaan
bahan baku pada c. Harga per unit bahan b. Dokumen menggunakan material yang
PPC dan
PT. XYZ baku perusahaan model yang tepat untuk
Purchasing
menggunakan d. Deviasi antara direkomendasikan diterapkan
metode metode perusahaan oleh peneliti diperusahaan
Economic Order dan metode peneliti
Quantity (EOQ)
50

DIVISION
HRD&GA

GA DEPT.
AFC & RM
P2K3 LH

HRD DEPT.
BP PMT

FINANCE
DEPT.
FINANCE&ACCT
DIRECTION
BOARD OF

DIVISION
ACCT&MIS
DEPT.
PURCHASING
DEPT.
SECRETARY

KD PACKING
Lampiran 2. Struktur organisasi PT. XYZ

PPIC DEPT.

DIVISION
QC DEPT.

PLANT
MAINTENACE
DEPT.
TECH. DEPT.
PROD II DEPT.
PROD I DEPT.
51

Lampiran 3. Layout PT. XYZ

1 1

PLANT 3

PLANT 2
7

PLANT 1
5
4

3
1 1
2

Keterangan:
1. Pos Satpam
2. Gerbang
3. Masjid
4. WH 2
5. Office
6. Engine Plant
7. WH 1
52

Lampiran 4. Layout Small Part


KDS

A 2 3 4 5 6 7

B E
V F
1

III II I
D

G
IV C

KET: A : RAK OK SANDING F : OVEN ROOM 4 : B/C DASAR I : DOCKING


B : LEADER/FORMAN G : PART OK, To T/UP 5 : B/C FINISH II : BLOWING TOOL
C : RAW MATERIAL 1 : WAPING PART 6 : C/C DASAR III : SETTING PART
D : RAK TOOL 2 : BLOWING PART 7 : C/C FINISH IV : STRIPING
E : SETTING ROOM 3 : TAG RAG 8 : MIXING V : SANDING
53

Lampiran 5. Peta Proses operasi paintingplastik part Honda OEM


PETA PROSES OPERASI

Nama Objek Painting Plastik Part Honda OEM


Dipetakan oleh Wahyu Tri Utami
Tanggal dipetakan 11 Juli 2012

Clear Base Raw Material

O-1 Striping

O-2 Setting Part

O-7 Mixing cat Wapping


I-1 O-3
dengan tinner

O-4 Blowing

O-10 Mixing cat


I-2
O-5 Tagrag
dengan tinner

O-6 B/C dasar

O-8 Finish B/C

O-9 C/C dasar

O-11 Finish C/C

Ringkasan

Kegiatan Jumlah O-12 Oven


Operasi 13

Inspeksi 2
O-13 Docking
Penyimpanan 1

Total 16
Penyimpanan
54

Lampiran 6. Hasil perhitungan bahan bakuNippe Acryl HM NH/103

Lampiran 7. Hasil perhitungan bahan bakuNax Suprio Base AHM Thinner


(New)

Lampiran 8. Hasil perhitungan bahan bakuWip Up Solvent


55

Lampiran 9. Hasil perhitungan bahan bakuF/C R258 Winning Red

Lampiran 10. Hasil perhitungan bahan bakuT/C Clear Base

Anda mungkin juga menyukai