Anda di halaman 1dari 15

1 / 15

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Gangguan jiwa pada mulanya dianggap sebagai sesuatu yang gaib, sehingga
penanganannya secara supranatural spiristik yaitu hal - hal yang berhubungan
dengan kekuatan gaib. Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang terjadi
pada unsur jiwa yang manifestasinya pada kesadaran, emosi, persepsi, dan
intelegensi. Salah satu gangguan jiwa tersebut adalah Gangguan Perilaku
Kekerasan.
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai suatu respon terhadap
kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman individu. Pengungkapan kemarahan
dengan langsung dan konstruksif pada saat terjadi dapat melegakan individu dan
membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya sehingga individu
tidak mengalami kecemasan, stress, dan merasa bersalah dan bahkan merusak diri
sendiri, orang lain dan lingkungan. Dalam hal ini, peran serta keluarga sangat
penting, namun perawatan merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan
jiwa.
1.2. TUJUAN
 Dapat memberikan Asuhan Keperawatan pada kasus gangguan jiwa dengan
Perilaku Kekerasan.
 Dapat melakukan pengkajian pada klien dengan perilaku kekerasan.
 Dapat merumuskan diagnosa untuk klien dengan perilaku kekerasan.
 Dapat membuat perencanaan untuk klien dengan perilaku kekerasan.
 Dapat melakukan implementasi pada klien dengan perilaku kekerasan.
 Dapat membuat evaluasi pada klien dengan perilaku kekerasan.
1.3. MANFAAT
 Bagi Mahasiswa Keperawatan : sebagai bahan referensi dalam memberikan
Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Perilaku Kekerasan.
2 / 15

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. MARAH.
Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap
kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. Kemarahan yang ditekan atau pura -
pura tidak marah akan mempersulit sendiri dan mengganggu hubungan
interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada
waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti
perasaan yang sebenarnya. Untuk itu perawat harus pula mengetahui tentang
respons kemarahan sesorang dan fungsi positif marah.
Menurut Stearen kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak
enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri,
kebutuhan akan status dan prestise yang tidak terpenuhi.
 Frustasi : seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan /
keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa
terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu
dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya
misalnya dengan kekerasan.
 Hilangnya harga diri : pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan
yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya
individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak,
lekas tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.
 Kebutuhan akan status dan prestise : Manusia pada umumnya mempunyai
keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui
statusnya.
Tanda dan Gejala :
 Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit ( rambut botak karena terapi ).
 Rasa bersalah terhadap diri sendiri ( mengkritik / menyalahkan diri sendiri ).
3 / 15

 Gangguan hubungan sosial ( menarik diri ).


 Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
 Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
2.2. PERILAKU KEKERASAN
Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan defenisi ini maka
perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan secara verbal dan
secara. Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih
menunjuk kepada suatu perangkat perasaan - perasaan tertentu yang biasanya
disebut dengan perasaan marah. Klien dengan perilaku kekerasan dapat
menyebabkan resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko
mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai /
membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
Tanda dan Gejala :
 Memperlihatkan permusuhan.
 Mendekati orang lain dengan ancaman.
 Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai.
 Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan.
 Mempunyai rencana untuk melukai.
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
 Menyerang atau menghindar (fight of flight).
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf
otonom beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan darah
meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi HCl meningkat,
peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat,
konstipasi, kewaspadaan juga meningkat diserta ketegangan otot, seperti
rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang
cepat.
 Menyatakan secara asertif (assertiveness).
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif
4 / 15

adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat
mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik
maupun psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk
pengembangan diri klien.
 Memberontak (acting out).
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “acting out”
untuk menarik perhatian orang lain.
 Perilaku kekerasan.
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan.
2.3. RENTANG RESPONS MARAH
Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif.
Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut :
 Asertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan
orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
 Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau
keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan.
Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
 Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan
yang dialami.
 Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat
dikontrol oleh individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak
orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk
mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama
dari orang lain.
 Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan
kontrol diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun
terhadap orang lain.
2.4. FAKTOR PREDISPOSISI dan FAKTOR PRESIPITASI
 Faktor Predisposisi ( Psikologis ).
5 / 15

- Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan


mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotifasi
perilaku kekerasan.
- Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil
yang tidak menyenangkan
- Frustasi.
- Kekerasan dalam rumah atau keluarga.
 Faktor Presipitasi.
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik
berupa injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri.
Beberapa faktor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
- Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang
penuh agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
- Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik,
merasa terancam baik internal dari diri klien sendiri maupun eksternal
dari lingkungan.
- Lingkungan : panas, padat, dan bising.
Tanda dan Gejala :
- Fisik : Mata melotot, Pandangan tajam, Tangan mengepal, Rahang
mengatup, Wajah memerah, Postur tubuh kaku
- Verbal : Mengancam, Mengumpat dengan kata-kata kotor, Suara keras,
Bicara kasar, ketus
- Perilaku : Menyerang orang, Melukai diri sendiri / orang lain, Merusak
lingkungan, Amuk / agresif
2.5. GEJALA MARAH
Kemarahan dinyatakan dalam berbagai bentuk, ada yang menimbulkan
pengrusakan, tetapi ada juga yang hanya diam seribu bahasa. Gejala-gejala atau
perubahan - perubahan yang timbul pada klien dalam keadaan marah diantaranya
adalah :
- Perubahan fisiologik : Tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan
meningkat, tonus otot meningkat, mual, frekuensi buang air besar meningkat,
kadang-kadang konstipasi, refleks tendon tinggi.
6 / 15

- Perubahan emosional : Mudah tersinggung , tidak sabar, frustasi, ekspresi


wajah nampak tegang, bila mengamuk kehilangan kontrol diri.
- Perubahan perilaku : Agresif pasif, menarik diri, bermusuhan, sinis, curiga,
mengamuk, nada suara keras dan kasar.
2.6. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri. Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas
yang timbul karena adanya ancaman.
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi
diri antara lain :
a. Sublimasi.
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara
normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya
pada obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok dan
sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa
marah.
b. Proyeksi.
Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang
tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh
bahwa temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
c. Represi.
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam
sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang
tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya
sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan
dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia
dapat melupakannya.
d. Reaksi formasi.
7 / 15

Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebih-


lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai
rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan
memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
e. Displacement.
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek yang
tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan
emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja
mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia
mulai bermain perang-perangan dengan temannya.
2.7. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan yang meliputi 4 tahapan yaitu : Pengkajian, Perencanaan /
Intervensi, Pelaksanaan / Implementasi dan Evaluasi, yang masing-masing
berkesinambungan serta memerlukan kecakapan keterampilan professional tenaga
keperawatan.
Proses keperawatan adalah cara pendekatan sistematis yang diterapkan dalam
pelaksanaan fungsi keperawatan, ide pendekatan yang dimiliki, karakteristik
sistematis, bertujuan, interaksi, dinamis dan ilmiah.
A. Pengkajian.
a. Aspek Biologis.
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi
terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat,
tachikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat.
Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya
kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal,
tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang
dikeluarkan saat marah bertambah.
b. Aspek Emosional.
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya,
jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk,
bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.
8 / 15

c. Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses
intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan
lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai
suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah,
mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses
diklarifikasi, dan diintegrasikan.
d. Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan
ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain.
Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah
laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan
mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras.
Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri
dari orang lain, menolak mengikuti aturan.
e. Aspek spiritual.
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan
lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat
menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa
tidak berdosa.
Analisa Data
Dengan melihat data subyektif dan data objektif dapat menentukan
permasalahan yang dihadapi klien dan dengan memperhatikan pohon
masalah dapat diketahui penyebab sampai pada efek dari masalah tersebut.
Dari hasil analisa data inilah dapat ditentukan diagnosa keperawatan.
Pohon Masalah
- Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
- Perilaku kekerasan.
B. Diagnosa.
a. Resiko Mencederai Diri, Orang Lain dan Lingkungan berhubungan
dengan Perilaku Kekerasan / Amuk.
Data Subjektif
9 / 15

Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin


membunuh, ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya.
Data Objektif
Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan
tindakan kekerasan pada orang - orang disekitarnya.
b. Perilaku Kekerasan / Amuk
Data Subjektif
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif
- Mata merah, wajah agak merah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
- Merusak dan melempar barang barang.
C. Perencanaan / Intervensi.
a. Resiko Mencederai Diri , Orang Lain dan Lingkungan berhubungan
dengan Perilaku Kekerasan / Amuk.
Tujuan Umum
Klien tidak mencederai diri / orang lain / lingkungan.
Tujuan Khusus
- Klien dapat membina hubungan saling percaya.
- Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
- Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
- Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekekerasan yang biasa
dilakukan.
- Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
- Klien dapat melakukan cara berespons terhadap kemarahan secara
konstruktif.
- Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku
kekerasan.
10 / 15

- Klien dapat menggunakan obat yang benar.


11 / 15

Rencana Keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya.
Salam terapeutik, perkenalan diri, beritahu tujuan interaksi, kontrak
waktu yang tepat, ciptakan lingkungan yang aman dan tenang,
observasi respon verbal dan non verbal, bersikap empati.
Rasional : Hubungan saling percaya memungkinkan terbuka pada
perawat dan sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya.
2. Beri kesempatan pada klien untuk mengugkapkan perasaannya.
Rasional : Informasi dari klien penting bagi perawat untuk
membantu kien dalam menyelesaikan masalah yang konstruktif.
3. Bantu untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel / kesal.
Rasional : pengungkapan perasaan dalam suatu lingkungan yang
tidak mengancam akan menolong pasien untuk sampai kepada
akhir penyelesaian persoalan.
4. Anjurkan klien mengungkapkan dilema dan dirasakan saat jengkel.
Rasional : Pengungkapan kekesalan secara konstruktif untuk
mencari penyelesaian masalah yang konstruktif pula.
5. Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien.
Rasional : mengetaui perilaku yang dilakukan oleh klien sehingga
memudahkan untuk intervensi.
6. Simpulkan bersama tanda-tanda jengkel / kesan yang dialami klien.
Rasional : memudahkan klien dalam mengontrol perilaku
kekerasan.
7. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
Rasional : memudahkan dalam pemberian tindakan kepada klien.
8. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
Rasional : mengetahui bagaimana cara klien melakukannya.
9. Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan
masalahnya selesai.
12 / 15

Rasional : membantu dalam memberikan motivasi untuk


menyelesaikan masalahnya.
10. Bicarakan akibat / kerugian dan perilaku kekerasan yang dilakukan
klien.
Rasional : mencari metode koping yang tepat dan konstruktif.
11. Bersama klien menyimpulkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukan.
Rasional : mengerti cara yang benar dalam mengalihkan perasaan
marah.
12. Tanyakan pada klien “apakah ia ingin mempelajari cara baru yang
sehat”.
Rasional : menambah pengetahuan klien tentang koping yang
konstruktif.
13. Berikan pujian jika klien mengetahui cara yang sehat.
Rasional : mendorong pengulangan perilaku yang positif,
meningkatkan harga diri klien.
14. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.
Secara fisik : tarik nafas dalam / memukul botol / kasur atau
olahraga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.
Secara verbal : katakan bahwa anda sering jengkel / kesal.
Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang
sehat, latihan asertif, latihan manajemen perilaku kekerasan.
Secara spiritual : anjurkan klien berdua, sembahyang, meminta
pada Tuhan agar diberi kesabaran.
Rasional : dengan cara sehat dapat dengan mudah mengontrol
kemarahan klien.
15. Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.
Rasional : memotivasi klien dalam mendemonstrasikan cara
mengontrol perilaku kekerasan.
16. Bantu klien mengidentifikasi manfaat yang telah dipilih.
Rasional : mengetahui respon klien terhadap cara yang diberikan.
17. Bantu klien untuk menstimulasikan cara tersebut.
13 / 15

Rasional : mengetahui kemampuan klien melakukan cara yang


sehat.
18. Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi
cara tersebut.
Rasional : meningkatkan harga diri klien.
19. Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat
jengkel / marah.
Rasional : mengetahui kemajuan klien selama diintervensi.
20. Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien dari sikap
apa yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini.
Rasional : memotivasi keluarga dalam memberikan perawatan
kepada klien.
21. Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.
Rasional : menambah pengetahuan bahwa keluarga sangat berperan
dalam perubahan perilaku klien.
22. Jelaskan cara-cara merawat klien.Terkait dengan cara mengontrol
perilaku kekerasan secara konstruktif. Sikap tenang, bicara tenang
dan jelas. Bantu keluarga mengenal penyebab marah.
Rasional : meningkatkan pengetahuan keluarga dalam merawat
klien secara bersama.
23. Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.
Rasional : mengetahui sejauh mana keluarga menggunakan cara
yang dianjurkan.
24. Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan
demonstrasi.
Rasional : mengetahui respon keluarga dalam merawat klien.
25. Jelaskan pada klien dan keluarga jenis-jenis obat yang diminum
klien seperti : CPZ, haloperidol, Artame.
Rasional : menambah pengetahuan klien dan keluarga tentang obat
dan fungsinya.
26. Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat
tanpa seizin dokter.
14 / 15

Rasional : memberikan informasi pentingnya minum obat dalam


mempercepat penyembuhan.
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Perilaku kekerasan atau tindak kekerasan merupakan ungkapan perasaan
marah dan bermusuhan sebagai respon terhadap kecemasan / kebutuhan yang
tidak terpenuhi yang mengakibatkan hilangnya kontrol diri dimana individu
bisa berperilaku menyerang atau melakukan suatu tindakan yang dapat
membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi,
hilangnya harga diri, kebutuhan akan status dan prestise yang tidak
terpenuhi.
Tanda dan Gejala :
 Fisik : Mata melotot, Pandangan tajam, Tangan mengepal, Rahang
mengatup, Wajah memerah, Postur tubuh kaku
 Verbal : Mengancam, Mengumpat dengan kata-kata kotor, Suara keras,
Bicara kasar, ketus
 Perilaku : Menyerang orang, Melukai diri sendiri / orang lain, Merusak
lingkungan, Amuk / agresif
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk
melindungi diri antara lain :
- Sublimasi.
- Proyeksi.
- Represi.
- Reaksi formasi.
- Displacement.
3.2. SARAN
Bagi Prodi : Di harapkan untuk menyediakan literatur yang lebih
Banyak.
15 / 15

Bagi Teman Sejawat : Semoga makalah ini berguna dalam melakukan


Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Klien Perilaku
Kekerasan.

Anda mungkin juga menyukai