ANTARA
PT VARIA USAHA BETON
DAN
IMAM AS’ARI
________________________________________________________________
Nomor: 0069/PS.01.02/10000/01.2020
Surat Perjanjian Pembelian ini di buat pada tanggal 02 bulan Januari tahun 2020 oleh
dan antara :
Pihak Kesatu dan Pihak Kedua sepakat untuk membuat dan menandatangani
SURAT PERJANJIAN PEMBELIAN MATERIAL BATU KEWAL yang selanjutnya
disebut sebagai barang dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut :
Pasal 1
JUAL BELI BARANG
Pihak Kesatu dengan ini menyetujui membeli barang dari Pihak Kedua dan Pihak
Kedua menyetujui menyediakan dan menjual barang kepada Pihak Kesatu untuk
harga, jumlah, tata cara penyerahan dan spesifikasi sebagaimana tertera dalam Surat
Perjanjian ini
Pasal 2
HARGA, VOLUME DAN CARA PEMBAYARAN
1. Pihak Kesatu dan Pihak Kedua dengan ini menyetujui harga batu kewal yang
telah disepakati antara kedua belah pihak adalah yang tercantum dalam
purchasing order yang direlease oleh Pihak Kesatu
2. Volume pembelian barang 10.000/bln atau 400 ton/hari dan bisa bertambah atau
berkurang dari permintaan dan kebutuhan Pihak Kesatu yang akan
diberitahukan 7 hari sebelum mulai pengiriman barang kepada Pihak Kedua
3. Apabila ada penambahan volume permintaan sampai dengan 15% dari Pihak
Kesatu, maka Pihak Kedua akan memenuhi tambahan volume kebutuhan barang
sesuai permintaan Pihak Kesatu selambat-lambatnya 7 hari setelah ada
pemberitahuan dari Pihak Kesatu
4. Apabila ada penambahan volume melebihi batas toleransi volume sesuai pasal. 2.2
dan 2.3, maka akan dibuat addendum tersendiri oleh kedua belah pihak.
5. Harga tersebut diatas akan ditinjau apabila ada kenaikan atau penurunan harga
BBM
6. Pembayaran tagihan dari Pihak Kedua berdasarkan prestasi pengiriman
mingguan dan akan dibayar oleh Pihak Kesatu dengan 14 hari sejak diterimanya
tagihan dengan lengkap dan benar oleh Pihak Kesatu
Pasal 3
SYARAT DAN CARA PENYERAHAN BARANG
1. Pihak Kesatu dan Pihak Kedua dengan ini menyetujui bahwa perjanjian ini
berlaku sampai dengan berakhirnya Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi
milik Pihak Kedua dengan tetap memperhatikan kebutuhan Pihak Kesatu
2. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan pengiriman barang terlampaui masa
penyelesaiannya, maka antara Pihak Kesatu dan Pihak Kedua akan mengadakan
negosiasi ulang untuk memenuhi kebutuhan material barang dan akan diterbitkan
addendum
3. Pihak Kesatu memberikan kesempatan 7 hari kalender kepada Pihak Kedua
untuk persiapan pekerjaan dan apabila dalam kurun waktu masa toleransi tersebut
baik persyaratan administrasi maupun kesepakatan yang tertuang dalam kontrak
tidak terealisasi, maka kontrak ini di anggap batal
Pasal 5
PERUBAHAN
Setiap perubahan dan atau penambahan terhadap perjanjian ini di buat dalam
bentuk amandemen atau addendum, disetujui dan ditandatangani oleh para pihak
dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini
Pasal 6
PENGAKHIRAN PERJANJIAN
1. Bilamana terjadi perselisihan antara kedua belah pihak yaitu antara Pihak Kesatu
dan Pihak Kedua, maka kedua belah pihak sepakat akan diselesaikan secara
musyawarah dan mufakat
2. Jika dalam 30 ( tiga puluh ) hari, musyawarah dan mufakat tidak tercapai, maka
para pihak sepakat untuk menyelesai perselisihan tersebut melalui Pengadilan
Negeri Sidoarjo.
Pasal 8
FORCE MAJEURE
1. Yang di maksud dengan Force Majeure adalah suatu keadaan dimana tidak dapat
dilaksanakannya Perjanjian ini sebagai akibat yang mempunyai hubungan secara
langsung dengan pelaksanaan Perjanjian ini di luar kemampuan Pihak Pertama
dan Pihak Kedua untuk mengatasinya, termasuk pada :
Kerusakan, huru-hara, pemberontakan, peperangan,
embargo,blokade.
Peraturan – peraturan pemerintah yang berkaitan langsung dengan
pelaksanaan perjanjian ini.
Disambar petir, banjir, kebakaran, gempa bumi, bencana alam,
yang berkaitan Langsung terhadap Pihak Pertama dan Pihak Kedua
sehingga tidak berfungsi
2. Masing-masing Pihak tidak bertanggung jawab dan tidak dapat menuntut ganti
rugi kepada Pihak lainnya atas kegagalan tersebut.
3. Kewajiban yang tidak dapat dibebaskan karena force majeure adalah pembayaran
yang jatuh tempo sebelum terjadinya Force Majeure.
4. Pihak yang mengalami Force Majeure harus segera memberitahukan kepada Pihak
lainnya secara tertulis paling lambat 7 ( tujuh ) hari setelah terjadinya Force
Majeure disertai dengan bukti atau keterangan dari instansi yang berwenang dan
perkiraan atau upaya – upaya yang akan atau telah dilakukan untuk mengatasi
Force Majeure tersebut.
5. Apabila Pihak yang mengalami Force Majeure tidak memberitahukan kepada
Pihak lainnya sebagaimana ayat (4) di atas, maka Force Majeure tersebut di
anggap tidak pernah terjadi.
Pasal 9
KETENTUAN LAIN
Pasal 10
PENUTUP