Anda di halaman 1dari 8

TEKNIK PEMBENIHAN IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fucoguttatus)

DI APRI HATCHERY DESA PENYABANGAN KECAMATAN GEROKGAK


KABUPATEN BULELENG
BALI

I Komang Yudha Wirawan dan Liga Insani


Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Abstrak
Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscogutattus) merupakan komoditas perikanan
budidaya yang diunggulkan dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi serta menjadi salah satu
komoditas ekspor. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan IV adalah yaitu
untuk mengetahui teknik pembenihan ikan kerapu macan serta mengetahui hasil produksi
benih kerapu macan di Apri Hatchery. Metode yang digunakan yaitu dengan partisipasi
langsung serta mewawancara pemilik usaha serta pekerja yang ada di lokasi praktik untuk
memperoleh data terkait pembenihan ikan kerapu macan. Hasil pemantauan terkait teknis
pembenihan yaitu dimulai dengan penyediaan pakan alami hingga proses pemanenan benih
berukuran 2,7 – 3cm. Daya tetas telur (Hatching Rate) mencapai 80% atau hasil larva yang
dihasilkan yaitu sebanyak 120.000. Hasil panen mencapai 24.000 ekor benih atau dengan
tingkat kelulus hidupa benih (Survival Rate) mencapai 20%. Berdasarkan jumlah benih yang
dihasilkan, memperoleh keuntungan bersih atau laba sebesar Rp 31.200.000.

Kata Kunci: ikan kerapu macan, benih.

PENDAHULUAN Menurut Sutarmat dan Hirmawan


(2013), permasalahan umum dalam
a. Latar Belakang budidaya ikan kerapu yaitu bagaimana
Ikan kerapu (Epinephelus sp.) memperoleh benih yang memiliki
merupakan komoditas perikanan budidaya pertumbuhan yang cepat, FCR rendah
yang diunggulkan dan memiliki nilai tahan terhadap kondisi lingkungan dan
ekonomis yang tinggi serta menjadi salah penyakit, dan memiliki morfologi yang
satu komoditas ekspor (Faozan et al, menarik konsumen. Salah satu jenis ikan
2019). Disepanjang pesisir pantai Bali kerapu yang cukup populer dibudidayakan
Utara terdapat banyak pembudidaya ikan oleh masyarakat pesisir Bali Utara yaitu
kerapu, mulai dari skala kecil maupun jenis ikan kerapu macan.
skala industri. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan
Praktik Kerja Lapangan IV yaitu untuk

1
mengetahui teknik pembenihan ikan
kerapu macan serta mengetahui hasil c. Analisis Data
produksi ikan kerapu macan di Apri Analisis data perhitungan dapat
Hatchery. dilakukan yaitu sebagai berikut:
1. HR yaitu daya tetas, rumus =
Jumlah telur yang menetas X 100%
METODOLOGI
Jumlah telur yang terbuahi
a. Tempat dan Waktu
2. SR yaitu menghitung hasil panen akhir
Pelaksanaan Praktik
dengan rumus:
PKL IV dilaksanakan pada tanggal
Jumlah akhir panen x 100 %
1 Oktober hingga tanggal 28 Oktober Jumlah larva menetas
2019 di Apri Hatchery yang terletak di
Desa Penyabangan, Kecamatan HASIL DAN PEMBAHASAN
Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Provinsi a. Penyediaan pakan alami
Bali. Pakan yang digunakan pada
b. Metode Praktik pembenihan ikan kerapu macan adalah
Metode yang digunakan dalam Nannochloropsis, Rotifer, Artemia dan
Praktik Kerja Lapangan IV adalah dengan rebon. Seluruh pakan tersebut disediakan
mengikuti secara langsung serta sesuai dengan umur dan jumlah larva
wawancara yang dilaksanakan di Apri (Tabel 1).
Hatchery selama ± 28 hari.

Tabel 1. Program pemberian pakan pada larva ikan kerapu macan


Umur (Hari) Jenis Pakan Frekuensi Dosis
D0 - - -
D1 Makanan cadangan - -
(kuning telur)
D2 – D14 Nannochloropsis 2 kali sehari 1 jt sel/ml
Rotifer 2 kali sehari 300-500 individu/larva
D15 – D30 Nannochloropsis 2 kali sehari 1 jt sel/ml
Rotifer 2 kali sehari 300-500 individu/larva
Artemia 2 kali sehari 30-40 individu/larva
Pakan buatan 3 – 4 kali sehari Ad-libitum
D31 – D40 Rotifer 2 kali sehari 300-500 individu/larva
Artemia 2 kali sehari 60-75 individu/larva
Pakan buatan 3 – 4 kali sehari Ad-libitum
Rebon 1 kali sehari Ad-libitum
D41 – Panen Artemia 2 kali sehari 60-75 individu/larva
Pakan buatan 3 – 4 kali sehari Ad-libitum
Rebon 1 kali sehari Ad-libitum
Sumber: Data Primer, (2019)

2
b. Penyediaan pakan buatan dan Otohime S1. Pakan buatan diberikan
Pakan buatan yang diberikan ketika memasuki umur 15 hari. Berikut
untuk larva yaitu pakan komersil dengan kandungan dari pakan merk Otohime
merk Otohime dengan 4 tipe pakan. Yaitu tersaji pada Tabel 2.
Otohime B1, Otohime B2, Otohime C1

Tabel 2. Kandungan gizi pakan komersil merk Otohime


Kandungan Gizi
Tipe Ukuran Protein Lemak Serat % Abu % Kalsium Kemasan
% Min % Min Min Min % Min
B1 360 µm 50 10 3 16 2,3 2 kg/pak
B2 360-580 µm 50 10 3 16 2,3 2 kg/pak
C1 580-910 µm 50 10 3 16 2,3 2 kg/pak
S1 1,0 mm 50 10 3 16 2,3 2 kg/pak
Sumber: Data Primer, (2019)
c. Penebaran dan penetasan telur
Telur ditebar pada bak penetasan Pergantian air dilakukan setiap hari sekali
dengan kepadatan 5 butir per liter dengan dengan pergantian sebanyak 20 – 50 %
total jumlah tebar sebanyak 3 kantong dari volume air di dalam bak. Selain
(150.000 butir). Telur diaklimatisasi pergantian air, penyiponan juga dilakukan
selama 15 menit sebelum ditebar ke setiap hari ketika larva memasuki umur 17
dalam bak. hari (D17) hingga panen.
Telur akan menetas setelah 20 – Hal tersebut sesuai dengan
24 jam setelah pemijahan. Tidak jauh pernyataan Beksi (2013) penyiponan
berbeda dengan pernyataan Mayunar et bertujuan untuk membuang sisa hasil
al. (1991) secara keseluruhan, waktu metabolisme, pakan buatan yang tidak
inkubasi telur ikan kerapu macan berkisar termakan, dan kotoran lain yang
antara 16 – 22 jam pada temperatur 28 – mengendap di dasar bak pendederan.
30o C dan salinitas 32 – 34 ppt. Parameter kualitas air yang diukur selama
pemeliharaan larva yaitu salinitas, pH, DO
d. Pengelolaan kualitas air dan suhu. Adapun hasil pengukuran
Pergantian air dilakukan ketika parameter kualitas air tersaji pada Tabel
larva memasuki umur 15 hari (D15). 3.

Tabel 3. Kualitas air pemeliharaan larva ikan kerapu macan


No Parameter Nilai Optimal Refrensi
1 Salinitas 35 ppt 28 - 33 ppt SNI 6488.3.:2011 (2011)
2 pH 7,4 7,5 - 8,5 SNI 6488.3.:2011 (2011)
3 DO 6,5 ppm Min. 4 ppm SNI 6488.3.:2011 (2011)
4 Suhu 29,4 oC 28 – 32o C SNI 6488.3.:2011 (2011)
Sumber: Data Primer, (2019)

3
e. Pengendalian hama dan perlahan dan dipindahkan ke tempat
penyakit grading untuk menyesuaikan ukuran dan
Pengendalian hama dan penyakit kondisi fisik yang baik. Kondisi fisik yang
merupakan faktor penentu untuk baik yaitu tidak adanya luka dan cacat
keberhasilan dalam usaha pembenihan fisik. Pernyataan ini sesuai dengan SNI
ikan kerapu. Timbulnya penyakit dipicu 6488.2:2011 (2011) bentuk tubuh normal,
oleh ketidakseimbangan antara inang lengkap serta tidak tampak kelainan
(host), patogen dan lingkungan. genetik.
Upaya yang dilakukan untuk 3. Pemasaran
mencegah timbulnya penyakit yaitu Pemasaran benih ikan kerapu macan
dengan pemberian obat elbayou yang biasanya ditujukan kepada perusahaan
dilarutkan pada artemia yang akan pendederan di daerah Situbondo dan Bali.
diberikan kepada larva. Dosis pemberian Benih dijual dengan harga Rp 1.300 per
elbayou yaitu sebanyak 10 ppm. Menurut ekor. Benih ditransportasi dengan sistem
Widyawan (2006) upaya pencegahan tertutup, yaitu dengan kantong plastik
penyakit yaitu dengan pemberian Elbasin yang dipasok oksigen. Namun, ketika
sebanyak 0,25 ppm dan Malacyte Green pelaksanaan praktik di lapangan belum
sebanyak 0,1 ppm. mencapai proses pemanenan sehingga
data analisa menyantumkan data panen
f. Panen dan pemasaran pada siklus sebelumnya.
1. Panen
Pemanenan benih ikan kerapu macan g. Analisa Produksi
dilakukan ketika benih memiliki panjang Analisa produksi yang dimaksud
2,7 – 3 cm. Pada umumnya benih diantaranya yaitu Hatching Rate (HR) dan
mencapai ukuran tersebut pada saat Survival Rate (SR).
benih memasuki umur 40 – 45 hari (D40 – 1. Hatching Rate (HR)
D45). Selain untuk menghitung jumlah, HR adalah daya tetas telur
panen juga bertujuan untuk menyeleksi berdasarkan jumlah telur yang ditebar
ukuran sehingga tidak terjadi kanibalisme. dengan jumlah telur yang menetas.
Panen dilakukan dengan cara Penghitungan HR yaitu dengan
mengurangi volume air bak hingga pengambilan sampel setelah telur
mencapai ketinggian 30 cm. Benih digiring menetas dengan menggunakan beaker
ke sudut bak kemudian diseser secara glass. Setelah diambil, kemudian dihitung

4
dan dikalkulasikan dengan volume bak Analisa usaha digunakan untuk
penetasan sehingga memperoleh hasil mengetahui kelayakan suatu usaha.
80% atau sebanyak 120.000 larva yang Analisa ini digunakan untuk menilai
menetas dari 150.000 butir telur yang kelayakan usaha selama satu siklus
ditebar. produksi. Adapun biaya produksi yang
nantinya menentukan hasil dari kelayakan
suatu usaha. Biaya produksi dibagi atas
dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
2. Survival Rate (SR) 1. Biaya tetap (total fixed cost)
SR merupakan tingkat kelulus hidupan Biaya tetap merupakan biaya yang
benih ikan kerapu macan selama tidak terpengaruh oleh jumlah produksi.
pemeliharaan. SR biasanya diperoleh Rincian dari biaya tetap tersaji pada tabel
setelah pemanenan benih berdasarkan 4.
jumlah benih yang diperoleh. Pada siklus 2. Biaya variabel (total variable cost)
sebelumnya mencapai SR 20%, jadi benih Biaya variabel merupakan biaya yang
yang diperoleh pada siklus sebelumnya sifatnya habis dalam satu siklus produksi.
yaitu sebanyak 24.000 ekor benih. Rincian biaya variabel tersaji pada tabel 5.
h. Analisa Usaha

Tabel 4. Biaya tetap (total fixed cost)


No Biaya tetap Jumlah per bulan Jumlah per siklus (2
bulan)
1 Gaji karyawan (2 orang) Rp 1.400.000 Rp 2.800.000
2 Pajak Rp 4.170 Rp 8.340
3 Listrik Rp 750.000 Rp 1.500.000
Total biaya Rp 4.308.340
Sumber: Data Primer, (2019)

Tabel 5. Biaya variabel (total variable cost)


No Biaya variabel Volume Harga satuan Jumlah
1 Telur ikan kerapu macan 1 ½ kantong Rp 500.000 Rp 750.000
2 Artemia 8 kaleng Rp 750.000 6.000.000
3 Otohime B1 1 kantong Rp 670.000 Rp 670.000
Otohime B2 1 kantong Rp 670.000 Rp 670.000
Otohime C1 2 kantong Rp 470.000 Rp 940.000
Otohime S1 2 kantong Rp 450.000 Rp 900.000
4 Rebon 300 kantong Rp 10.000 Rp 3.000.000
5 Elbayou 1 sachet Rp 180.000 Rp 180.000
6 Minyak ikan 1 sachet Rp 65.000 Rp 65.000
7 Klorin 6 liter Rp 6.000 Rp 36.000
8 Tiosulfat 2 kg Rp 16.000 Rp 32.000
9 Urea 1 karung Rp 200.000 Rp 200.000
10 ZA 1 karung Rp 200.000 Rp 200.000
11 TSP 5 kg Rp 5.500 Rp 27.500

5
12 Lain-lain - - Rp 500.000
Total Biaya Rp 13.670.500
Sumber: Data Primer, (2019)

a. Biaya Total = Rp 750 per ekor


Biaya total merupakan biaya total yang  BEP Produksi
dikeluarkan untuk satu siklus produksi. BEP Produksi merupakan jumlah
Biaya tetap + Biaya variabel minimal benih yang harus dijual untuk
= Rp 4.308.340 + Rp 13.670.500 mencapai titik impas dari produksi.
= Rp 17.979.840
b. Penerimaan Biaya total
Penerimaan merupakan hasil Harga jual satuan
penjualan yang diperoleh berdasarkan = Rp 17.979.840
total benih yang dijual dan harga Rp 1.300
penjualan per ekor benih selama satu = 13.850 ekor
siklus. e. R/C Ratio
Jumlah panen X Harga benih R/C Ratio digunakan untuk melihat
= 24.000 ekor X Rp 1.300 keuntungan dari setiap Rp 1 yang
= Rp 31.200.000 dikeluarkan untuk produksi.
c. Laba = Penerimaan
Laba merupakan pendapatan bersih Total biaya
yang diperoleh setelah dipotong dengan = Rp 31.200.000
biaya total produksi. Rp 17.979.840
Penerimaan – Biaya total = 1,7
= Rp 31.200.000 – Rp 17.979.840 Artinya, setiap Rp 1 yang dikeluarkan
= Rp 13.220.160 untuk produksi akan memperoleh
d. Break Event Point (BEP) pemasukan sebesar Rp 1,7. Sehingga
 BEP Harga dapat dikatakan bahwa dari usaha
BEP harga merupakan penjualan pembenihan ikan kerapu ini telah
minimal yang harus dijual untuk memperoleh keuntungan.
memperoleh titik impas dari produksi.
Biaya total KESIMPULAN DAN SARAN
Jumlah panen a. Kesimpulan
= Rp 17.979.840 Berdasarkan pelaksanaan PKL IV
24.000 dapat disimpulkan bahwa:

6
 Pembenihan ikan kerapu macan di Beksi, A. 2013. Teknik
Apri Hatchery dimulai dari pemeliharaan ikan kerapu
persiapan bak penetasan, cantang di bak terkontrol.
penebaran dan penetasan telur, http://andalbeksi.blogspot.com/
pemeliharaan larva hingga panen. 2013/10/teknik-pemeliharaan-
Teknik pemijahan yang dilakukan larva-
di Apri Hatchery tergolong kerapu.html[21September2019
pemijahan alami, karena menurut ].
Pak Apri, Indukan menghasilkan Faozan, R., M.B. Syakirin, T.Y.
telur yang lebih berkualitas apabila Mardiana. 2019. Pengaruh
dilakukan secara alami. tingkat penurunan salinitas
 Hasil produksi pada siklus media dalam proses aklimasi
sebelumnya mampu menghasilkan terhadap tingkat kelangsungan
24.000 ekor benih ikan kerapu hidup ikan kerapu cantang
macan dengan SR 20%. Dengan (Ephinephelus focoguttatus-
harga jual Rp 1.300 per ekor benih lanceolatus). Jurnal Pena, 33
ukuran 2,7 – 3 cm. (1): 58-65.
Mayunar, S Diani dan B Slamet.
b. Saran 1991. Fekunditas, derajat
Saran yang dapat penulis ambil pembuahan dan derajat
dari pelaksanaan PKL IV yaitu: penetasan telur ika kerapu
 Sebaiknya sarana dan prasarana macan, Epinephelus
seperti plastik penutup bak fuscogutattus yag diberi
pemeliharaan larva segera diganti ransum berbeda. Jurnal
untuk menghindari fluktuasi suhu. Peneliti Budidaya Pantai 7 (2) :
 Sebaiknya biosecurity lebih 1 – 9.
ditingkatkan lagi untuk Sutarmat, T. dan Hirmawan T.Y.
menghindari konaminasi dari luar. 2013. Analisis keragaan

 Membatasi kunjungan dari orang pertumbuhan benih ikan

luar yang tidak berkepentingan kerapu hasil hibridisasi kerapu

untuk memasuki kawasan macan (Ephinephelus

pemeliharaan larva agar fuscoguttatus) dengan kerapu

kontaminasi silang dapat dicegah. kertang (Ephinephelus


lanceolatus) dan kerapu batik

DAFTAR PUSTAKA (Ephinephelus microdon).


Jurnal Riset Akuakultur, 8 (3):
363-372.

7
SNI 6488.2:2011. 2011. Ikan Tangga di Dusun Pecaron
kerapu macan (Epinephelus Desa Klatakan Kecamatan
fuscoguttatus, Foskal) – Kendit Kabupaten Situbondo
Bagian 2: Benih kerapu macan. Propinsi Jawa Timur.
BSN. Jakarta. Perpustakaan Universitas
Widyawan, MRH. 2006. Teknik Airlangga.
Pembenihan Ikan Kerapu
Macan (Epinephelus
fuscogutattus) Skala Rumah

Anda mungkin juga menyukai