Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Perekayasaan Budidaya Air Payau dan Laut No.

14 Tahun 2019
Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo. © 2019.

PRODUKSI BENIH KERAPU HYBRIDA TIKTANG HASIL PERSILANGAN IKAN


KERAPU BATIK BETINA DENGAN KERAPU KERTANG JANTAN

Ahmad Bohari Muslim1, Sri Wahyuni2, Ari Puji Widodo3, Pujiati4

Abstrak

Permasalahan umum dalam budidaya ikan adalah bagaimana mendapatkan benih ikan
yang tumbuh cepat, FCR rendah, tahan terhadap berbagai kondisi lingkungan dan penyakit
serta performance yang disukai konsumen (Sumantadinata, K. 1997). Salah satu upaya untuk
mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan memproduksi benih melalui persilangan
antar spesies/genus.Sejak Tahun 2010, BBAP Situbondo telah berhasil melakukan
perekayasaan persilangan (hybridisasi) antara kerapu macan dengan kerapu kertang
(cantang). Dampak dari keberhasilan ini adalah banyaknya produsen benih ikan melakukan
produksi benih kerapu hasil hybridisasi ini karena permintaan benih yang tinggi baikuntuk
kebutuhan dalam negeri maupun untuk diekspor. Diilhami dari keberhasilan ini maka
dilakukan perekayasaan lanjutan yaitu dengan melakukan hybridisasi antar spesies/genus
yang lain yaitu kerapu batik dengan kerapu kertang. Dengan metode hybridisasi ini diharapkan
dapat menghasilkan benih yang unggul pada sifat-sifat genetik dan morfologis. Tujuan
perekayasaan ini adalah untuk menghasilkan benih hybrida baru hasil persilangan antara
kerapu batik dengan kerapu kertang. Metode dari Perekayasaan ini dimulai dengan proses
pembuahan buatan, inkubasi telur hasil pembuahan buatan, pemeliharaan larva sampai
juvenil dengan menggunakan 2 bak larva volume 10 M 3 dengan padat tebar 20 butir/liter. Hasil
dari perekayasaan ini adalah FR 90%, HR 80% dan SR 10,36 - 14.5%. Kesimpulan dari
Perekayasaan ini adalah produksi benih kerapu hibrid tiktang merupakan benih hibrid varietas
baru yang mampu sebagai alternatif usaha budidaya.

Kata Kunci: Kerapu Hibrid Tiktang

Abstract : Production of Hybrida Tiktang The Results of The Cross of Batik Grouper
(Epinephelus polyphekadion) Femail with Giant Grouper (Epinephelus lanceolatus)
Male

A common problem in fish farming is how to get fast-growing fish seeds, low FCR, resistant
to various environmental conditions and diseases and performance that consumers like
(Sumantadinata, K. 1997). One effort to overcome these problems is by producing seeds
through crossing between species/genus. Since 2010, BADC Situbondo has successfully
performed hybridization between tiger grouper and giant grouper (cantang). The impact of this
success is a large number of fish seed producers that produce hybridized grouper seeds
because of high seed demand both for domestic needs and for export. Inspired by this
success, further engineering is carried out by hybridizing other species/genera, namely batik
grouper with giant grouper. With this hybridization method is expected to produce seeds that
are superior to genetic and morphological characteristics. The purpose of this engineering is
to produce new hybrid seeds resulting from the crossing between batik grouper and giant
grouper. The method of this engineering starts with the process of artificial fertilization,

1 Perekayasa pada BPBAP Situbondo


2 Litkayasa pada BPBAP Situbondo
3 Litkayasa pada BPBAP Situbondo
4 Litkayasa pada BPBAP Situbondo

49
No. 14 Tahun 2019 PRODUKSI BENIH KERAPU HYBRIDA TIKTANG HASIL PERSILANGAN 50
IKAN KERAPU BATIK BETINA DENGAN KERAPU KERTANG JANTAN

incubation of eggs from artificial fertilization, maintenance of larvae to juveniles using 2 volume
10 M3 larvae with 20 grain/liter stocking density. The results of this engineering are FR 90%,
HR 80% and SR 10.36 - 14.5%. The conclusion of this engineering is that the Tiktang hybrid
grouper seed production is a hybrid seed that is capable of new alternatives as an alternative
Culture.

Keywords: Tiktang Hybrid Grouper

I. PENDAHULUAN lanjutan yaitu dengan melakukan hybridisasi


antara kerapu batik dengan kerapu kertang.
1.1. Latar Belakang Dengan metode hybridisasi ini diharapkan
dapat menghasilkan benih yang unggul pada
Ikan kerapu merupakan salah satu jenis
sifat-sifat genetik dan morfologis.
ikan laut yang populer di pasaran dalam dan luar
negeri dan memiliki nilai ekonomis penting di
1.2. Tujuan
Asia Tenggara (Purba, R. dan Mayunar), 1991).
Saat ini ikan kerapu merupakan ikan budidaya Tujuan perekayasaan ini adalah untuk
yang sedang dikembangkan dan digalakkan menghasilkan benih hybrida baru hasil
sebagai komoditas budidaya laut unggulan persilangan antara kerapu batik dengan kerapu
untuk diekspor dengan nilai yang cukup tinggi. kertang.

Permasalahan umum dalam budidaya ikan 1.3. Sasaran


adalah bagaimana mendapatkan benih ikan Sasaran kegiatan ini adalah dihasilkannya
yang tumbuh cepat, FCR rendah, tahan benih hybrida baru yang unggul dengan tumbuh
terhadap berbagai kondisi lingkungan dan cepat, FCR rendah, performance menarik dan
penyakit serta performance yang disukai tahan terhadap penyakit.
konsumen (Sumantadinata, K. 1997).
Pada ikan air tawar seperti ikan mas, nila,
lele dan ikan hias, persilangan antar spesies II. METODOLOGI
untuk mendapatkan strain baru serta
performance yang disukai konsumen telah 2.1. Alat dan Bahan
banyak dilakukan sejak tahun 70-an. Namun Peralatan yang digunakan pada kegiatan ini
pada ikan-ikan laut terutama ikan kerapu upaya adalah :
seperti ini belum banyak dilakukan, hanya • Bak pemeliharaan dan pemijahan induk
sebatas penelusuran genetik melalui analisa 250 ton
enzim dan protein yang menggambarkan profil • Bak karantina induk 10 ton
beberapa jenis ikan dengan parameter nilai • Peralatan penyuntukan hormon
heterozygositas, jumlah alell per lokus dan • Peralatan tagging induk
prosentase loki polimorfik. Dengan demikian
• Seser induk
perlu dilakukan penelitian – penelitian tentang
• Peralatan pembuahan telur dll
persilangan antar spesies (hibridisasi) beberapa
ikan kerapu yang mempunyai nilai keragaman • Bak larva
genetik yang tinggi dan performance dari segi • Bak Pakan hidup
morfologi, pertumbuhan, daya tahan penyakit • Peralatan pembenihan.
dan berbagai kondisi lingkungan guna
mendapatkan srtain baru. Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini
Sejak Tahun 2010, BBAP Situbondo telah meliputi :
berhasil melakukan perekayasaan persilangan • Induk ikan kerapu batik betina 20 ekor, dan
(hybridisasi) antara kerapu macan dengan induk ikan kerapu kertang jantan 3 ekor
kerapu kertang (cantang). Dampak dari • Hormon Ovaprim
keberhasilan ini adalah banyaknya masyarakat • Pakan larva.
atau perusahaan produsen benih ikan
melakukan produksi benih kerapu hasil 2.2. Metode Kerja
hybridisasi ini karena permintaan benih sampai Metode yang digunakan untuk kegiatan
saat ini baik didalam negeri bahkan sampai perekayasaan ini adalah:
mancanegara masih sangat tinggi. Diilhami dari
keberhasilan ini maka dilakukan perekayasaan a. Penyuntikan hormon
51 MUSLIM, ET AL. Jurnal Perkeyasaan Budidaya Air Payau dan Laut
Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo. © 2019.

Induk ikan kerapu disuntik hormon Ovaprim lingkungan kerja. Bak-bak


dengan dosis 0,5 ml/kg induk. pemeliharaan induk, larva, dan pakan
alami dicuci bersih menggunakan
b. Striping sabun detergen, kemudian disterilkan
Setelah tingkat kematangan telur dan dengan larutan formalin 37 % 100
sperma maksimal, maka induk ikan dari masing- ppm. Lantai kerja disemprot dengan
masing spesies distriping untuk diambil sperma larutan formalin 37 % 20 ppm.
dan telurnya. Peralatan dicuci bersih, disiram
dengan larutan formalin 37% 100 ppm.
c. Pembuahan Buatan/Hibridisasi Sebelum digunakan, bak dan
(Artificial Fertilization) peralatan dibilas dengan air tawar.
Hibridisasi dilakukan dengan Guna menjaga kebersihan dan
mencampurkan sperma kerapu kertang dengan tingkat keseterilan lingkungan kerja,
telur kerapu batik maka dalam unit bak larva dibuatkan
tempat cuci kaki dan tangan yang
d. Inkubasi telur setiap 2 hari sekali diganti airnya.
Telur hasil hibridisasi yang telah dibuahi, Lingkungan kerja setiap 3 hari sekali
kemudian di inkubasi di egg colector sampai disemprot dengan larutan formalin 20
menetas. ppm dan peralatan yang digunakan
juga secara berkala disterilisasi ulang.
e. Pengamatan Perkembangan Telur Ember dan filter bag setiap habis
Pengamatan perkembangan telur dipakai langsung dicuci bersih dan
dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi disterilkan dengan dijemur dan secara
pembuahan atau tidak. Jika terjadi pembuahan berkala dicuci dengan larutan formalin
maka pengamatan perkembangan telur 20 ppm. Breaker glass yang setiap hari
dilakukan mulai stadia satu sel sampai menetas. digunakan untuk melihat kepadatanr
otifera, setiap habis pakai terus
f. Menghitung HR terendam dalam larutan formalin 50
Sebelum telur yang menetas ditebar ke bak ppm.
larva, terlebih dahulu dihitung HR-nya.
✓ Sterilisasi air/media pemeliharaan
g. Pemeliharaan larva larva
1) Persiapan Pemeliharaan Larva Air yang akan digunakan untuk
Persiapan pemeliharaan larva meliputi seluruh proses produksi benur
2 kegiatan yaitu sterilisasi wadah/bak disterilkan dengan menggunakan
pemeliharaan, peralatan dan lingkungan kaporit dosis tinggi (high clon 70 %)
kerja serta sterilisasiair. Untuk air laut yang dengan dosis 20-30 ppm. Larva ikan
akandigunakanuntuk proses produksi benih kerapu tiktang dipelihara dalam bak
(media pemeliharaan larva, untukkultur beton volume 10 m3 air secara in door.
alga, untuk kultur artemia dan untuk Air media pemeliharaan juga
sirkulasi) adalah air yang sudah dilengkapai aerasi, untuk mencukupi
disterilisasi. kebutuhan oksigen dan mencegah
larva bergerombol di satu tempat.
2) Seleksi dan Penebaran Telur Guna menjaga kualitas air dalam
Telur yang dipilih adalah telur yang bak larva, mulai D 1 diberikan clorella
bagus dan terbuahi sempurna yang dengan kepadatan + 50.000 sel/ml
ditandai dengan warna transparan dan (kecerahan air sekitar 25 cm). Setelah
mengapung dipermukaan air laut. Sebelum larva mulai tumbuh sensor (D-7),
ditebarkan, telur di rendam dalam larutan kedalam bak larva ditambahkan air
iodin 5 ppm selama + 3 menit. laut sekitar 5 % (5 cm). Penambahan
air laut ini dinaikan secara bertahap 5
3) Pengelolaan lingkungan dalam cm setiap 4 hari sekali. Setelah larva
pemeliharaan larva berbentuk juvenil, pergantian air yang
✓ Sterilisasi wadah, peralatan, dan dilakukan minimal 75 %. Setelah
lingkungan kerja. grading, pergantian air minimal 100 %.
Langkah pertama adalah Dalam bak pemeliharaa juga
sterilisasi wadah/bak, peralatan, dan ditambahkan bakteri probiotik dengan
No. 14 Tahun 2019 PRODUKSI BENIH KERAPU HYBRIDA TIKTANG HASIL PERSILANGAN 52
IKAN KERAPU BATIK BETINA DENGAN KERAPU KERTANG JANTAN

Tabel 1. Manajemen Pengelolaan Pakan pada Pemeliharaan Larva Kerapu Hybrid Tiktang
Stadia
Jenis pakan Dosis Frekwensi Keterangan
Larva
D0 – D1 Yolk sack - - Siphon cangkang dan telur
ngendap
D2 – D3 Chlorella 250 x 103 sel/ml 1 kali
Rotifera 5-10 ind/ml 1 kali
Pakan cair 1 ppm 1 kali
D4–D15 Chlorella 300 x 103 sel/ml 1 kali Pergantian air 10-15% (D-12),
Rotifera 15 - 20 ind/ml 1 kali Siphon mulai D10
Pakan Cair 1 ppm 1 kali
D8-D30 Pakan buatan ad libitum 2 - 8 kali Pergantian air 20-100%
D10-D17 Chlorella 300 x 103 sel/ml 1 kali Artemia mulai diberikan D-17
Naupli 3 – 10 ind/ml 1 - 2 kali
artemia

dosis 5 ppm. Pemberian probiotik pakan disesuaikan dengan bukaan mulut


dilakukan dengan menebarkan larva. Kandungan nutrisi pakan powder
langsung bersama pakan buatan yang untuk larva ikan kerapu tiktang adalah
diberikan. minimal protein 50 %.

4) Pengelolaan pakan selama 5) Monitoring kualitas air dan patogen


pemeliharaan larva selama pemeliharaan larva.
Larva kerapu mulai mengonsumsi Untuk mengetahui kondisi kualitas air
pakan dari luar setelah kuning telurnya dan kesehatan larva, dilakukan
habis yatu mulai larva berumur 2-3 hari (D pengamatan kualitas air dan patogen pada
2 – D 3). Pakan pertama yang diberikan larva dilakukan secara berkala. Kualitas air
berupa pakan hidup berupa rotifer dengan yang diamati selama pemeliharaan larva
kepadatan 5 – 7 ind/ml air media meliputi suhu dengan termometer, pH yang
pemeliharaan, dan pakan cair yang diamati dengan pH meter, alkalinitas
diberikan secara terus menerus sampai D dengan metode titrasi, kadar amonia dan
20. Sedangkan pakan alami artemia mulai nitrit dengan titrasi. Selain itu dilakukan juga
diberikan setelah larva berumur D – 13 dilakukan penghitungan total bakteri dalam
sampai larva lepas sensor. Kepadatan bak larva. Seluruh analisa kualitas air dan
artemia sekitar 3 individu/ml/hari. Pakan penghitungan kadar total bakteri dilakukan
alami rotifera dan artemia, sebelum di laboratorium kesehatan ikan dan
diberikan pada larva ditingkatkan lingkungan BPBAP Situbondo.
kandungan nutrisinya dengan bahan
pengkaya omega tiga dan minyak ikan cod.
Pengkayaan rotifer dan artemia dilakukan 1 III. HASIL DAN PEMBAHASAN
– 2 jam sebelum diberikan.
Sedangkan pakan buatan (powder)
mulai diberikan setelah larva mulai tumbuh 3.1. Diskripsi Telur Hasil Hybridisasi
sensor (+ D 7), yaitu pakan buatan mikro- Tabel 2. menunjukkan bahwa derajat
encapsulated dengan butiran sekitar 100 pembuahan maupun derajat penetasan telur
mikron. Pakan buatan terus diberikan kerapu hybrid lebih dari 80 – 90 %. Faktor yang
sampai panen, namun ukuran butiran menentukan angka tersebut adalah kesiapan

Tabel 2. Dekripsi Kondisi Telur Kerapu Hybrid


No Parameter Deskripsi
1 Derajat pembuahan 80 - 90 %
2 Derajat penetasan 75 - 80 %
3 Diameter telur 700 – 800 µm
4 Diameter gelembung minyak 170 – 185 µm
53 MUSLIM, ET AL. Jurnal Perkeyasaan Budidaya Air Payau dan Laut
Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo. © 2019.

Gambar 1. Pengambilan Telur Kerapu Batik Gambar 2. Pengambilan Sperma Kerapu


Kertang

Tabel 3. Perkembangan Embrio Kerapu Hasil Hybridisasi


Stadia Waktu*
Fertilisasi 0
Satu sel 30 menit
Dua sel 40 menit
Empat sel 55 menit
Banyak sel 1 jam 2 menit
Morula 1 jam 30 menit
Gastrula 2 jam
Embrio awal 6 jam
Embrio akhir 10 jam
Menetas 20 jam
* waktu setelah fertilisasi

Banyak Sel Morula Baru Menetas

Gambar 3. Perkembangan Telur Kerapu Hybrid Tiktang

telur dari induk kerapu batik. Pengambilan lainnya. Telur kerapu hybrid ini menetas setelah
sperma kerapu kertang juga merupakan faktor 20 jam dilakukan pembuahan buatan. Panjang
penting. Pada saat pengambilan, sperma harus larva kerapu tiktang berkisar antara 1,6 s/d 1,8
tidak tercampur dari air laut maupun kotoran dari mm.
induk itu sendiri. Hal ini akan menurunkan
motilitas sperma sehingga dapat menurunkan 3.3. Perkembangan Awal Larva Hasil
tingkat pembuahan. Hybridisasi
Perkembangan larva normal dimulai
3.2. Perkembangan Sel Telur Hasil dengan terbentuknya bintik hitam pada
Hybridisasi tubuhnya pada D – 3. Setelah kuning telur habis
Tabel 3. menunjukkan bahwa terserap, gelembung minyak dan pakan dari luar
perkembangan telur kerapu hybrid tiktang digunakan sebagai sumber energi untuk
hampir sama dengan telur kerapu hibrid jenis memaksimalkan pertumbuhan. Umur D – 3 larva
No. 14 Tahun 2019 PRODUKSI BENIH KERAPU HYBRIDA TIKTANG HASIL PERSILANGAN 54
IKAN KERAPU BATIK BETINA DENGAN KERAPU KERTANG JANTAN

D-0 D-1 D-3 D-9 D-12


Gambar 4. Larva Kerapu Hybrid Tiktang

Tabel 4. Pertumbuhan Panjang (mm) Larva Kerapu Tiktang


Rata-rata panjang total ( mm )
Bak
D-1 D-7 D-14 D-21 D-25 D-30
A 2,40 4,25 6,50 10,30 15,20 20,80
B 2,40 4,27 6,30 10,60 15,25 20,75

Tabel 5. Data Produksi Benih Hasil Perekayasaan


Jumlah Jumlah
HR SR Keseragaman Metamorfosis Abnormalitas
tebar benih
(%) (%) (%) sempurna (%) (%)
(butir) (ekor)
200.000 80 14,5 22.650 80 97.9 2,1
200.000 80 10,36 18.665 80 98,04 1,96
41.315

Gambar 5. Benih Kerapu Hybrida Tiktang

sudah terbentuk dua pasang mata, Saluran dengan pemberian pakan cair epifeed. Pakan
pencernaan sudah terbentuk pada larva umur 2 alami yang diberikan adalah rotifera (Brachionus
hari dan terlihat jelas pada umur 3 hari, spina plicatilis) sebanyak 10 individu/ml sedangkan
mulai tumbuh umur D – 7, seperti tampak pada pakan cair sebanyak 1 ppm dengan frekwensi 1
gambar dibawah ini: – 2 kali per hari. Hal ini dimaksudkan untuk
Secara alami larva kerapu yang baru menyediakan pakan bagi larva yang esok
menetas sudah dibekali dengan cadangan paginya akan habis kandungan kuning telurnya
makanan berupa kuning telur. Selama dan telah mampu memangsa makanan dari luar.
cadangan makanan masih ada, maka larva Pemberian rotifera dengan kepadatan 10 ind/ml
kerapu hybrid belum mengambil makanan dari ini terus dipertahankan sampai larva berumur
luar tubuhnya. empat hari (D-4). Ukuran rotifer yang diberikan
berkisar antara 70 – 90 μm, hal ini disebabkan
Setelah kuning telur habis, larva mulai
ukuran bukaan mulut larva kerapu hybrid yang
mengambil makan dari luar tubuhnya. Untuk
relatif lebih kecil dibanding jenis kerapu lainnya.
mengantisipasi hal ini, maka mulai umur dua hari
(D-2) pakan alami mulai diberikan bersamaan
55 MUSLIM, ET AL. Jurnal Perkeyasaan Budidaya Air Payau dan Laut
Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo. © 2019.

Kepadatan rotifera yang diberikan semakin Tabel 6. Rata-rata Hasil Pengamatan Kualitas
ditingkatkan seiring bertambahnya umur larva. Air Selama Pemeliharaan Larva
Pada larva D-4 sampai dengan D-15 kepadatan
rotifera yang diberikan ditingkatkan menjadi 15- Parameter Nilai
20 ind/ml. Kepadatan ini dipertahankan sampai Suhu air 29 - 32oC
umur larva D-15. Salinitas 32 - 34 ppt
Pada umur hari ke 7 (D – 7) larva sudah pH 7,9- 8,5
aktif bergerak, pada stadia ini prosentase Oksigen terlarut 5,1 – 6,4 ppm
pertumbuhan cenderung lebih cepat, hal ini Nitrit 0,01 – 0,04 ppm
diduga karena pemberian berbagai macam jenis Amoniak 0,02 – 0,04 ppm
pakan akan sangat mendukung pertumbuhan
larva. Ketersediaan pakan merupakan salah
satu faktor yang sangat nenentukan sama dengan kerapu hybrida cantang dan jenis
keberhasilan selama pemeliharaan larva ikan kerapu yang lainyang berkisar antara 10 – 20%.
kerapu hybrid. Jenis, mutu, dosis, dan frekuensi Untuk menjaga kualitas air media
pemberian pakan yang tepat sangat pemeliharaan tetap terjaga dengan baik maka
berpengaruh terhadap peningkatan selama pemeliharaan larva dilakukan pergantian
kelulushidupan larva ikan kerapu sampai ukuran air dan penyiponan dasar bak. Penyiponan
siap panen. Pakan yang dipersiapkan untuk pertama dilakukan pada saat larva D – 10.
larva ikan kerapu hybrid terdiri atas pakan alami, Selanjutnya penyiponan berikutnya dilakukan
pakan cair dan pakan buatan. Pakan alami yang setiap 4 – 5 hari sekali. Penambahan dan
dipersiapkan melalui kegiatan kultur secara pergantian air mulai dilakukan setalah larva
terpisah antara lain Chlorella, rotifer (Brachionus tumbuh sensor (D 8) sebanyak 5 % dan setiap 3
plicatilis) dan artemia. Sedangkan pakan cair hari hari sekali dinaikkan secara bertahap.
dan pakan buatan diberikan untuk melengkapi Setelah lebih dari 50 % larva sudah berbentuk
kebutuhan nutrisi larva jika pakan alami tidak juvenil (D 25) pergantian air sudah dilakukan
mencukupi. sebanyak > 75 %.
Pada umur D – 23, spina atas larva mulai Untuk mengetahui kondisi kualitas air
tereduksi dan pada umur 27 hari (D – 27) larva dilakukan pengamatan kualitas air yang
mulai menjadi bentuk seperti ikan dewasa. Pada dilakukan setiap 5 hari sekali. Pengukuran
saat tersebut larva mulai mengalami perubahan kualitas air yang dilakukan adalah DO, pH,
warna tubuh menjadi belang-belang. Pada umur suhu, salinitas, NO2, NH3 dan total bakteri (tabel
larva D 26-27, sifat kanibalisme mulai nampak. 2). Dari hasil analisa kualitas air yang terdeteksi
Hal ini terjadi karena pada umumnya semua masih dalam ambang batas kelayakan untuk
jenis ikan kerapu adalah carnivora yang pemeliharaan larva kerapu tiktang
mempunyai sifat alami memangsa daging dan
peluang ini dipermudah dengan adanya IV. KESIMPULAN DAN SARAN
ketidakseragaman ukuran akibat
pertumbuhannya tidak merata sehingga
4.1. Kesimpulan
menyebabkan ukuran yang bervariasi.
Produksi benih ikan kerapu hibrida tiktang
sudah berhasil secara massal dengan jumlah
3.4. Hasil Pemeliharaan Larva Kerapu
benih yang dihasilkan 18.655- 22.650 ekor (SR
Hybrid Tiktang
10,36 – 14,5 %), prosentase metamorfosis
Dari hasil pengamatan yang dilakukan sifat sempurna 97,9 – 98,04 % dan prosentase
kanibal kerapu hybrid cenderung lebih rendah
abnormal 1.96 - 2,10% .
dari kerapu macan. Umur D.30 – D.33 mulai Kualitas air selama masa uji coba
dilakukan pemilahan ukuran (grading) secara
pemeliharaan larva masih dalam kondisi yang
bertahap untuk memindahkan larva yang sudah
optimal.
menjadi juvenil ke bak pendederan. Jumlah
benih hybrida tiktang yang dihasilkan dalam
4.2. Saran
perekayasaan ini 18.665 – 22.650 ekor (SR
10,36 – 14,5 %), prosentase metamorfosis Perlu terus dilakukan uji coba lanjutan ke
sempurna 97,9 – 98,04%, abnormal 2.96 - segmen penggelondongan sampai pembesaran
2,10%. .jumlah bernih hybrida tiktang yang untuk mengetahui sejauhmana tingkat
dihasilkan sudah dalam katagori massal, hal ini keberhasilan usaha budidaya kerapu tiktang
dillihat dari jumlah SR yang dihasilkan hampir secara terintegrasi.
No. 14 Tahun 2019 PRODUKSI BENIH KERAPU HYBRIDA TIKTANG HASIL PERSILANGAN 56
IKAN KERAPU BATIK BETINA DENGAN KERAPU KERTANG JANTAN

Mallat,J.1984 Laboratory growth of larval


DAFTAR PUSTAKA lampreys lampetra ( Entoshemus tridentata
rchardson ) at different food concentrations
and animal densities. J. Fish .
Effendi, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan . Muslim A.B, dkk.2008. Penggunaan pakan cair
Fakultas Perikanan, IPB. 112 hal sebagai pakan tambahan pada
Huet, M. 1971. Texbook of Fish Culture. Fishing pemeliharaan larva Kerapu Kertang
News Book Ltd., London. 436 p. (Epinephelus lanceolatus). Makalah
Kohno. H., S. Diani, P. Sunyoto, B. Slamet and Disampaikan pada Indonesian Aquacultur
P.T. Imanto, 1990. Early Developmental 2008 di Yogyakarta.
Events Associated With Change over of Muslim, A.B. dkk. 2010. Pemeliharaan larva
nutrient Source in the Grouper Epinephelus Kerapu Kertang, Makalah Indonesian
fuscoguttatus larvae. Bull. Penelitian Aquaculture 2010 di Bandar lampung.
Perikanan Rahman M.A., A.B Muslim dan Santosa Djunadi.
Kuronuma,K ang K. Fukusho,1984. Rearing of 2005. Kerapu Kertang Epinephelus
marine fish larvae in Japan. International ianceolatus Komoditas Andalan Masa
Development and Research Center . Depan. Seminar Rekayasa Teknologi
Ottawa. Canada. Budidaya Perikanan. Departemen Kelautan
Lavens P., Sorgeloos P,. 1996. Manual on The Dan Perikanan. Direktorat Jenderal
Production and Use of Live Food for Perikanan Budidaya. BBAP Situbondo.
Aquaculture. Food and Agriculture Rusfidra, 2007. Aplikasi Bioteknologi dalam
Organization of the United Nation. pemuliaan ternak.
Lubzens E. And Zmora O., 2003. Production and http://rusfidra.multiply.com. 4 hal
Nutritional Value of Rotifers. Department of Rusfidra, 2006. Manfaat heritabilitas dalam
Marine Biology and Biotechnology, Israel pemuliaan ternak http://www.bung-hatta.info
Oceanographic and Limnology Research. 4 ha
National Institute of Oceanography. Israel. Tave, D. 1988. Genetic for Fish Hatchery
P 17 – 64. Managers.

Anda mungkin juga menyukai