14 Tahun 2019
Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo. © 2019.
Abstrak
Permasalahan umum dalam budidaya ikan adalah bagaimana mendapatkan benih ikan
yang tumbuh cepat, FCR rendah, tahan terhadap berbagai kondisi lingkungan dan penyakit
serta performance yang disukai konsumen (Sumantadinata, K. 1997). Salah satu upaya untuk
mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan memproduksi benih melalui persilangan
antar spesies/genus.Sejak Tahun 2010, BBAP Situbondo telah berhasil melakukan
perekayasaan persilangan (hybridisasi) antara kerapu macan dengan kerapu kertang
(cantang). Dampak dari keberhasilan ini adalah banyaknya produsen benih ikan melakukan
produksi benih kerapu hasil hybridisasi ini karena permintaan benih yang tinggi baikuntuk
kebutuhan dalam negeri maupun untuk diekspor. Diilhami dari keberhasilan ini maka
dilakukan perekayasaan lanjutan yaitu dengan melakukan hybridisasi antar spesies/genus
yang lain yaitu kerapu batik dengan kerapu kertang. Dengan metode hybridisasi ini diharapkan
dapat menghasilkan benih yang unggul pada sifat-sifat genetik dan morfologis. Tujuan
perekayasaan ini adalah untuk menghasilkan benih hybrida baru hasil persilangan antara
kerapu batik dengan kerapu kertang. Metode dari Perekayasaan ini dimulai dengan proses
pembuahan buatan, inkubasi telur hasil pembuahan buatan, pemeliharaan larva sampai
juvenil dengan menggunakan 2 bak larva volume 10 M 3 dengan padat tebar 20 butir/liter. Hasil
dari perekayasaan ini adalah FR 90%, HR 80% dan SR 10,36 - 14.5%. Kesimpulan dari
Perekayasaan ini adalah produksi benih kerapu hibrid tiktang merupakan benih hibrid varietas
baru yang mampu sebagai alternatif usaha budidaya.
Abstract : Production of Hybrida Tiktang The Results of The Cross of Batik Grouper
(Epinephelus polyphekadion) Femail with Giant Grouper (Epinephelus lanceolatus)
Male
A common problem in fish farming is how to get fast-growing fish seeds, low FCR, resistant
to various environmental conditions and diseases and performance that consumers like
(Sumantadinata, K. 1997). One effort to overcome these problems is by producing seeds
through crossing between species/genus. Since 2010, BADC Situbondo has successfully
performed hybridization between tiger grouper and giant grouper (cantang). The impact of this
success is a large number of fish seed producers that produce hybridized grouper seeds
because of high seed demand both for domestic needs and for export. Inspired by this
success, further engineering is carried out by hybridizing other species/genera, namely batik
grouper with giant grouper. With this hybridization method is expected to produce seeds that
are superior to genetic and morphological characteristics. The purpose of this engineering is
to produce new hybrid seeds resulting from the crossing between batik grouper and giant
grouper. The method of this engineering starts with the process of artificial fertilization,
49
No. 14 Tahun 2019 PRODUKSI BENIH KERAPU HYBRIDA TIKTANG HASIL PERSILANGAN 50
IKAN KERAPU BATIK BETINA DENGAN KERAPU KERTANG JANTAN
incubation of eggs from artificial fertilization, maintenance of larvae to juveniles using 2 volume
10 M3 larvae with 20 grain/liter stocking density. The results of this engineering are FR 90%,
HR 80% and SR 10.36 - 14.5%. The conclusion of this engineering is that the Tiktang hybrid
grouper seed production is a hybrid seed that is capable of new alternatives as an alternative
Culture.
Tabel 1. Manajemen Pengelolaan Pakan pada Pemeliharaan Larva Kerapu Hybrid Tiktang
Stadia
Jenis pakan Dosis Frekwensi Keterangan
Larva
D0 – D1 Yolk sack - - Siphon cangkang dan telur
ngendap
D2 – D3 Chlorella 250 x 103 sel/ml 1 kali
Rotifera 5-10 ind/ml 1 kali
Pakan cair 1 ppm 1 kali
D4–D15 Chlorella 300 x 103 sel/ml 1 kali Pergantian air 10-15% (D-12),
Rotifera 15 - 20 ind/ml 1 kali Siphon mulai D10
Pakan Cair 1 ppm 1 kali
D8-D30 Pakan buatan ad libitum 2 - 8 kali Pergantian air 20-100%
D10-D17 Chlorella 300 x 103 sel/ml 1 kali Artemia mulai diberikan D-17
Naupli 3 – 10 ind/ml 1 - 2 kali
artemia
telur dari induk kerapu batik. Pengambilan lainnya. Telur kerapu hybrid ini menetas setelah
sperma kerapu kertang juga merupakan faktor 20 jam dilakukan pembuahan buatan. Panjang
penting. Pada saat pengambilan, sperma harus larva kerapu tiktang berkisar antara 1,6 s/d 1,8
tidak tercampur dari air laut maupun kotoran dari mm.
induk itu sendiri. Hal ini akan menurunkan
motilitas sperma sehingga dapat menurunkan 3.3. Perkembangan Awal Larva Hasil
tingkat pembuahan. Hybridisasi
Perkembangan larva normal dimulai
3.2. Perkembangan Sel Telur Hasil dengan terbentuknya bintik hitam pada
Hybridisasi tubuhnya pada D – 3. Setelah kuning telur habis
Tabel 3. menunjukkan bahwa terserap, gelembung minyak dan pakan dari luar
perkembangan telur kerapu hybrid tiktang digunakan sebagai sumber energi untuk
hampir sama dengan telur kerapu hibrid jenis memaksimalkan pertumbuhan. Umur D – 3 larva
No. 14 Tahun 2019 PRODUKSI BENIH KERAPU HYBRIDA TIKTANG HASIL PERSILANGAN 54
IKAN KERAPU BATIK BETINA DENGAN KERAPU KERTANG JANTAN
sudah terbentuk dua pasang mata, Saluran dengan pemberian pakan cair epifeed. Pakan
pencernaan sudah terbentuk pada larva umur 2 alami yang diberikan adalah rotifera (Brachionus
hari dan terlihat jelas pada umur 3 hari, spina plicatilis) sebanyak 10 individu/ml sedangkan
mulai tumbuh umur D – 7, seperti tampak pada pakan cair sebanyak 1 ppm dengan frekwensi 1
gambar dibawah ini: – 2 kali per hari. Hal ini dimaksudkan untuk
Secara alami larva kerapu yang baru menyediakan pakan bagi larva yang esok
menetas sudah dibekali dengan cadangan paginya akan habis kandungan kuning telurnya
makanan berupa kuning telur. Selama dan telah mampu memangsa makanan dari luar.
cadangan makanan masih ada, maka larva Pemberian rotifera dengan kepadatan 10 ind/ml
kerapu hybrid belum mengambil makanan dari ini terus dipertahankan sampai larva berumur
luar tubuhnya. empat hari (D-4). Ukuran rotifer yang diberikan
berkisar antara 70 – 90 μm, hal ini disebabkan
Setelah kuning telur habis, larva mulai
ukuran bukaan mulut larva kerapu hybrid yang
mengambil makan dari luar tubuhnya. Untuk
relatif lebih kecil dibanding jenis kerapu lainnya.
mengantisipasi hal ini, maka mulai umur dua hari
(D-2) pakan alami mulai diberikan bersamaan
55 MUSLIM, ET AL. Jurnal Perkeyasaan Budidaya Air Payau dan Laut
Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo. © 2019.
Kepadatan rotifera yang diberikan semakin Tabel 6. Rata-rata Hasil Pengamatan Kualitas
ditingkatkan seiring bertambahnya umur larva. Air Selama Pemeliharaan Larva
Pada larva D-4 sampai dengan D-15 kepadatan
rotifera yang diberikan ditingkatkan menjadi 15- Parameter Nilai
20 ind/ml. Kepadatan ini dipertahankan sampai Suhu air 29 - 32oC
umur larva D-15. Salinitas 32 - 34 ppt
Pada umur hari ke 7 (D – 7) larva sudah pH 7,9- 8,5
aktif bergerak, pada stadia ini prosentase Oksigen terlarut 5,1 – 6,4 ppm
pertumbuhan cenderung lebih cepat, hal ini Nitrit 0,01 – 0,04 ppm
diduga karena pemberian berbagai macam jenis Amoniak 0,02 – 0,04 ppm
pakan akan sangat mendukung pertumbuhan
larva. Ketersediaan pakan merupakan salah
satu faktor yang sangat nenentukan sama dengan kerapu hybrida cantang dan jenis
keberhasilan selama pemeliharaan larva ikan kerapu yang lainyang berkisar antara 10 – 20%.
kerapu hybrid. Jenis, mutu, dosis, dan frekuensi Untuk menjaga kualitas air media
pemberian pakan yang tepat sangat pemeliharaan tetap terjaga dengan baik maka
berpengaruh terhadap peningkatan selama pemeliharaan larva dilakukan pergantian
kelulushidupan larva ikan kerapu sampai ukuran air dan penyiponan dasar bak. Penyiponan
siap panen. Pakan yang dipersiapkan untuk pertama dilakukan pada saat larva D – 10.
larva ikan kerapu hybrid terdiri atas pakan alami, Selanjutnya penyiponan berikutnya dilakukan
pakan cair dan pakan buatan. Pakan alami yang setiap 4 – 5 hari sekali. Penambahan dan
dipersiapkan melalui kegiatan kultur secara pergantian air mulai dilakukan setalah larva
terpisah antara lain Chlorella, rotifer (Brachionus tumbuh sensor (D 8) sebanyak 5 % dan setiap 3
plicatilis) dan artemia. Sedangkan pakan cair hari hari sekali dinaikkan secara bertahap.
dan pakan buatan diberikan untuk melengkapi Setelah lebih dari 50 % larva sudah berbentuk
kebutuhan nutrisi larva jika pakan alami tidak juvenil (D 25) pergantian air sudah dilakukan
mencukupi. sebanyak > 75 %.
Pada umur D – 23, spina atas larva mulai Untuk mengetahui kondisi kualitas air
tereduksi dan pada umur 27 hari (D – 27) larva dilakukan pengamatan kualitas air yang
mulai menjadi bentuk seperti ikan dewasa. Pada dilakukan setiap 5 hari sekali. Pengukuran
saat tersebut larva mulai mengalami perubahan kualitas air yang dilakukan adalah DO, pH,
warna tubuh menjadi belang-belang. Pada umur suhu, salinitas, NO2, NH3 dan total bakteri (tabel
larva D 26-27, sifat kanibalisme mulai nampak. 2). Dari hasil analisa kualitas air yang terdeteksi
Hal ini terjadi karena pada umumnya semua masih dalam ambang batas kelayakan untuk
jenis ikan kerapu adalah carnivora yang pemeliharaan larva kerapu tiktang
mempunyai sifat alami memangsa daging dan
peluang ini dipermudah dengan adanya IV. KESIMPULAN DAN SARAN
ketidakseragaman ukuran akibat
pertumbuhannya tidak merata sehingga
4.1. Kesimpulan
menyebabkan ukuran yang bervariasi.
Produksi benih ikan kerapu hibrida tiktang
sudah berhasil secara massal dengan jumlah
3.4. Hasil Pemeliharaan Larva Kerapu
benih yang dihasilkan 18.655- 22.650 ekor (SR
Hybrid Tiktang
10,36 – 14,5 %), prosentase metamorfosis
Dari hasil pengamatan yang dilakukan sifat sempurna 97,9 – 98,04 % dan prosentase
kanibal kerapu hybrid cenderung lebih rendah
abnormal 1.96 - 2,10% .
dari kerapu macan. Umur D.30 – D.33 mulai Kualitas air selama masa uji coba
dilakukan pemilahan ukuran (grading) secara
pemeliharaan larva masih dalam kondisi yang
bertahap untuk memindahkan larva yang sudah
optimal.
menjadi juvenil ke bak pendederan. Jumlah
benih hybrida tiktang yang dihasilkan dalam
4.2. Saran
perekayasaan ini 18.665 – 22.650 ekor (SR
10,36 – 14,5 %), prosentase metamorfosis Perlu terus dilakukan uji coba lanjutan ke
sempurna 97,9 – 98,04%, abnormal 2.96 - segmen penggelondongan sampai pembesaran
2,10%. .jumlah bernih hybrida tiktang yang untuk mengetahui sejauhmana tingkat
dihasilkan sudah dalam katagori massal, hal ini keberhasilan usaha budidaya kerapu tiktang
dillihat dari jumlah SR yang dihasilkan hampir secara terintegrasi.
No. 14 Tahun 2019 PRODUKSI BENIH KERAPU HYBRIDA TIKTANG HASIL PERSILANGAN 56
IKAN KERAPU BATIK BETINA DENGAN KERAPU KERTANG JANTAN