Anda di halaman 1dari 4

Tugas dr. Indah Aprianti Putri, Sp.

S,MSc :

1. Gangguan bahasa :
Afasia adalah gangguan komunikasi yang disebabkan oleh kerusakan pada bagian otak yang
mengandung bahasa (biasanya di hemisfer serebri kiri otak). Individu yang mengalami kerusakan
pada sisi kanan hemisfer serebri kanan otak mungkin memiliki kesulitan tambahan di luar
masalah bicara dan bahasa. Afasia dapat menyebabkan kesulitan dalam berbicara,
mendengarkan, membaca, dan menulis, tetapi tidak mempengaruhi kecerdasan. Individu
dengan afasia mungkin juga memiliki masalah lain, seperti disartria, apraxia, dan masalah
menelan.

 Global Afasia adalah afasia yang melibatkan semua aspek bahasa dan mengganggu
komunikasi lisan. Penderita tidak dapat berbicara secara spontan atau melakukannya dengan
susah payah, menghasilkan tidak lebih dari fragmen perkataan. Pemahaman ucapan biasanya
tidak ada; atau hanya bisa mengenali beberapa kata, termasuk nama mereka sendiri dan
kemampuan untuk mengulang prkataan yang sama adalah nyata terganggu. Penderita
mengalami kesulitan menamakan benda, membaca, menulis, dan menyalin kata kata. Bahasa
otomatisme (pengulangan omong kosong) adalah karakteristik utama. Distribusi lesi terletak di
seluruh arteri serebri, termasuk area Wernicke dan Broca.

 Broca’s afasia (juga disebut anterior, motorik, atau afasia ekspresif) ditandai dengan tidak
adanya gangguan spontan berbicara, sedangkan pemahaman hanya sedikit terganggu. Pasien
dapat berbicara dengan susah payah, memproduksi kata kata yang goyah dan tidak lancar.
Penamaan, pengulangan, membaca dengan suara keras, dan menulis juga terganggu. Daerah
lesi adalah di area Broca; mungkin disebabkan infark dalam distribusi arteri prerolandic (arteri
dari sulkus prasentralis).

 Afasia Wernicke (juga disebut posterior, sensorik, atau reseptif aphasia) ditandai dengan
penurunan pemahaman yang kronik. Bicara tetap lancar dan normal mondar-mandir, tetapi kata
kata penderita tidak bisa dimengerti (kata salad, jargon aphasia). Penamaan, pengulangan kata-
kata yang di dengar, membaca, dan menulis juga nyata terganggu. Area lesi ialah Area Wernicke
(area 22). Mungkin disebabkan oleh infark dalam distribusi arteri temporalis posterior.

 Afasia transkortikal. Kata-kata yang didengar penderita dapat diulang, tapi fungsi linguistik
lainnya terganggu: tidak bisa bicara secara spontan untuk penderita transkortikal motor afasia
(sindrom mirip dengan Broca afasia), tidak mempunyai pemahaman bahasa bagi penderita
transkortikal afasia sensorik (sindrom mirip dengan Wernicke afasia). Area lesi transkortikol
motorik terletak di kiri lobus frontal berbatasan dengan area Broca manakala lesi transkortikol
sensorik terletak di temporo-oksipital berhampiran Area Wernicke.

 Amnestik (anomik) afasia. Jenis afasia yang ditandai dengan gangguan penamaan dan mencari
perkataan. Bicara masih spontan dan fasih tapi sulit untuk menemukan kata dan mencipta ayat.
Kemampuan untuk mengulang, memahami, dan menulis kata-kata pada dasarnya normal.
Daerah lesinya di korteks temporoparietal atau di substansia nigra.

 Afasia konduksi. Pengulangan sangat terganggu; fasih, bicara spontan terganggu oleh jeda
untuk mencari kata-kata. Pemahaman bahasa hanya sedikit terganggu. Daerah lesi ialah
fasikulus arkuata.

 Afasia subkortikal. Jenis aphasia yang mirip dengan yang dijelaskan dapat diproduksi oleh
subkortikal lesi pada berbagai situs (thalamus, kapsul internal striatum anterior).

2. Perbedaan SIADH dengan CSW


3. Hunt & Hess Scale
Untuk SAH non-traumatik
Grade 1: asimptomatik, nyeri kepala ringan, kaku kuduk (slight)
Grade 2: nyeri kepala sedang-berat, kaku kuduk, defisit neurologis
tanpa defisit neurologis selain paresis nervi kranialis
Grade 3: konfusi/drowsiness, deficit neurologis fokal ringan
Grade 4: stupor, hemiparesis sedang-berat
Grade 5: koma, deserebrasi

4. Lokasi Aneurisma :
Aneurisma sakuler biasanya terbentuk pada bifurkasio arteri. Secara khusus aneurisma mudah
terbentuk pada bifurkasio dengan cabang kecil yang hipoplastik dan bifurkasio dengan sudut
yang tajam. Sekitar 90% aneurisma terjadi pada arteri-arteri di sirkulasi anterior. Tempat-tempat
pada sirkulasi anterior yang sering terkena termasuk perbatasan antara arteri komunikans
anterior dan arteri serebri anterior, bifurkasio arteri serebri media dan perbatasan arteri karotis
interna dengan arteri oftalmika, arteri komunikans posterior, arteri khoroidalis anterior dan
arteri serebri media. Sedangkan pada sirkulasi posterior, apex arteri basilaris dan arteri
vertebralis intrakranial merupakan tempat yang sering terkena.

5. 3 studi yang menyebutkan PFO Closure :


the New England Journal of Medicine published three new papers that may help to convince
skeptics. These include extended results of the RESPECT trial originally presented at TCT 2016,
as well as the findings from CLOSE and REDUCE that were presented in May at the European
Stroke Organisation Conference.

RESPECT, REDUCE, and CLOSE

One of the NEJM papers contains lengthy follow-up from RESPECT. As previously reported by
TCTMD, the primary outcome from the original RESPECT trial, with an average follow-up of 2.1
years, showed no significant benefits of PFO closure over medical therapy (aspirin, warfarin,
clopidogrel, or aspirin plus dipyridamole) in the intention-to-treat population, although signals
of benefit were seen in the per protocol and as-treated patients.

In extended follow-up (mean 5.9 years), however, 18 patients in the PFO closure group and 28
patients in the medical therapy group experienced an ischemic stroke. When the analysis was
restricted to strokes of unknown cause, recurrent stroke occurred in 10 versus 23 patients,
respectively (HR 0.38; 95% CI 0.18-0.79). A key consideration, the authors point out, is the
higher number of withdrawals in the medical therapy arm of the study, yielding 3,141 patient-
years in the PFO closure arm and 2,669 patient-years in the medical-therapy group, potentially
complicating interpretation of the results. Also of note, rates of venous thromboembolism
were higher in the PFO closure group.
“The relative difference in the rate of recurrent ischemic stroke between PFO closure and
medical therapy alone was large (45% lower with PFO closure), but the absolute difference was
small (0.49 fewer events per 100 patient-years with PFO closure),” investigators by Jeffrey L.
Saver MD (University of California, Los Angeles), write. Nevertheless, given the younger age of
patients in the study, this benefit has “clinical relevance,” they conclude.

REDUCE, the second study published in NEJM last week, pitted the Gore Helex Septal Occluder
or the Gore Cardioform Septal Occluder (both WL Gore & Associates) against medical therapy
alone, 2:1, in 664 patients. In REDUCE, medical therapy consisted of aspirin alone, aspirin plus
dipyridamole, or clopidogrel, with use of other antiplatelet agents or anticoagulants prohibited.
As Lars Søndergaard, MD (Rigshospitalet, Copenhagen, Denmark), and colleagues write, PFO
closure was associated with significantly lower incidence of clinical ischemic stroke at 1.4%
versus 5.4% (HR 0.23; 95% CI 0.09-0.62). Incidence of new brain infarctions was also
significantly lower in the PFO closure group, although silent brain infarctions were no different.

The third study, CLOSE, by Jean-Louis Mas, MD (Hopital Sainte-Anne, Paris, France), and
colleagues, randomized 663 patients with cryptogenic stroke to PFO closure, antiplatelet
therapy alone, or oral anticoagulation. Here again, PFO closure (plus long-term antiplatelet
therapy) also emerged the winner, at least compared with the antiplatelet therapy group. No
strokes occurred over a mean of 5.3 years among those randomized to PFO, whereas 14
strokes occurred in the antiplatelet-only group (HR 0.03; 95% CI 0-0.12). Three strokes
occurred in the anticoagulation group, but there was inadequate statistical power to compare
these outcomes with the other two groups.

“Among patients 16 to 60 years of age who had had a recent cryptogenic stroke attributed to
PFO with an associated atrial septal aneurysm or large interatrial shunt, the rate of stroke was
lower with PFO closure plus long-term antiplatelet therapy than with antiplatelet therapy
alone,” Mas et al conclude.

Of note, both CLOSE and REDUCE hinted at a higher risk of new onset A-fib after PFO closure.

Anda mungkin juga menyukai