Anda di halaman 1dari 34

Executive Summary

”Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan”

KONDISI YANG DIHARAPKAN

1. Keberhasilan Tujuan
Tujuan pekerjaan ini adalah:
 Mengurangi/ mengatasi bahaya banjir yang sewaktu-waktu bisa
melanda masyarakat yang ada disekitar Kali Wulan akibat alur Kali
tidak bisa menampung air banjir.
 Mengamankan dan melindungi daerah permukiman padat penduduk,
daerah pertanian, tambak dan bangunan infrastruktur lainnya dari
bahaya banjir.
 Meningkatkan kesejahteraan dan rasa aman bagi masyarakat yang
tinggal di daerah potensi banjir.

Melalui pengaturan alur Sungai Wulan atau normalisasi, diharapkan


kapasitas alur Sungai Wulan menjadi meningkat, sehingga resiko bahaya
banjir dapat terreduksi semaksimal mungkin. Disamping noemalisasi,
tanggul-tanggul sungai yang kritis yang rawan longsor akan diperkuat,
sehingga kawasan pemukiman penduduk di sekitar Sungai Wulan, kawasan
pertanian, tambak, dan bangunan infrastruktur dapat terlindungi dari bahaya
banjir. Jika kawasan pemukiman, pertanian, dan tambak dapat terhindar dari
bahaya banjir, maka secara otomatis kesejahteraan masyarakat dan rasa
aman untuk tinggal di kawasan tersebut semakin meningkat.

2. Keberhasilan Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari keberhasilan pekerjaan ini, disamping
meningkatkan kesejahteraan dan rasa aman masyarakat, ketersediaan
sumber daya air yang berkelanjutan, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas.

PT. ADICCON MULYA – Semarang 1


Executive Summary
”Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan”

ANALISA

1. Analisa Topografi

Pekerjaan pengukuran topografi telah selesai dilaksanakan sesuai dengan


Kerangka Acuan Kerja, Rencana Mutu Kontrak dan petunjuk Direksi pekerjaan,
baik secara kualitatip maupun kuantitatip.

Rincian dari setiap pekerjaan tersebut dapat di uraikan sebagai berikut:

Persiapan
Hasil kegiatan persiapan ini berupa disepakatinya :
 Penyiapan data, laporan-laporan, peta kerja berupa Peta Digital Rupa Bumi
dari Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional ( Bakosurtanal )
skala 1 : 25.000 dan Citra Satelit Google.
 Data jaringan titik ikat Global Positioning System ( GPS ) beserta nilai
koordinatnya sebagai titik ikat horisontal, yang ada di areal pengukuran.
 Data jaringan titik tingggi geodesi (TTG) beserta nilai elevasinya sebagai
titik ikat elevasi, yang ada di areal pengukuran.

Pekerjaan Lapangan

Pembuatan dan pemasangan patok kayu


Patok kayu yang telah dibuat dan dipasang adalah sejumlah 1110 buah, yang
tersebar di kanan dan kiri disepanjang kali Wulan.

Pembuatan dan Pemasangan Bench Mark (BM)


Pembuatan dan pemasangan BM yang telah dilaksanakan meliputi 26 buah,
yaitu disebelah kiri kali wulan.

PT. ADICCON MULYA – Semarang 2


Executive Summary
”Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan”

Pembuatan dan Pemasangan Control Point (CP)


Pembuatan dan pemasangan CP yang telah dilaksanakan meliputi 26 buah,
yaitu disebelah kanan kali wulan.

Pengukuran dan Perhitungan Poligon


Jalur pengukuran poligon sebelum dilakukan pengukuran terlebih dahulu
diasistensikan dengan direksi pekerjaan, sehingga jalur pengukuran poligon ini
telah disepakati dan disetujui Direksi pekerjaan.
Pengukuran poligon dengan mempergunakan alat Peralatan yang digunakan
untuk pengukuran Peralatan yang digunakan untuk pengukuran sudut dan
jarak berupa Total Station yang memiliki ketelitian bacaan 1” ( satu detik ) dan
ketelitian ± 3 ppm, dalam hal ini dipergunakan Total Station Topcon GTS 105 N
dan Leica TC 805.
Sebelum Total Station dipergunakan di lapangan telah dilakukan kalibrasi alat
terhadap :
 Nivo kotak dan nivo tabung
 Centering optis baik pada Total Station maupun target
 Kesalahan kolimasi Total Station
 Kalibrasi Jarak

Pengukuran dan Perhitungan Waterpas


 Jalur pengukuran sipat datar melalui seluruh patok-patok kayu, CP dan BM
yang telah terpasang atau titik-titik poligon.
 Pengukuran diikatkan pada Titik Tinggi Geodesi TTG No.195 terletak
dijembatan Tanggul Angin dengan elevasi +10,045 m.
 Alat ukur yang digunakan jenis Automatic Level yaitu Sokkia BIC.

Pengukuran dan Perhitungan Profil Melintang


 Pengukuran dilaksanakan pada setiap patok beton dan patok kayu.
 Lebar pengambilan Profil Melintang ± 25 m arah luar tanggul kiri sampai
dengan ± 25 m tanggul kanan sungai.

PT. ADICCON MULYA – Semarang 3


Executive Summary
”Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan”

 Pengukuran Profil Melintang harus disesuaikan dengan permukaan


tanahnya yaitu :
 Pengukuran pada dasar tanggul.
 Pengukuran pada permukaan atas tanggul.
 Pengukuran pada tepi dasar sungai.
 Pengukuran pada as ( dasar sungai terdalam )
 Pengukuran dilaksanakan secara pemeruman dengan Alat ukur yang
dipergunakan adalah Echo Sounder GPS Map Garmin pada perairan dan
dari sisi kiri dan kanan tanggul dengan 2 (dua) buah Theodolite.
 Pengukuran Profil Melintang dan Profil Memanjang diikatakan terhadap titik
tetap yang telah diketahui koordinat dan elevasinya.
 Pengukuran Profil Memanjang adalah pengukuran elevasi as dasar sungai
dan kedua sisi tanggul kiri dan kanan.

Pengukuran dan Perhitungan Detail Situasi


Pekerjaan Pengukuran Situasi Khusus dimaksudkan untuk mendapatkan
gambar situasi detail lengkap, benar, teliti dan jelas pada lokasi tertentu yang
mengalami kerusakan pada bangunan, yaitu :

 Bendung Rawa 4 Ha
 Kali Gelis 12 Ha
 Tanggul Gempol Songo 10 Ha
 Tanggul Jleper 21 Ha

Pemeruman
 Pelaksanaan pemeruman dan penentuan posisi pemeruman dilakukan
serentak (secara bersamaan) dengan mempergunakan GPS Map Garmin
298. Dengan peralatan ini dapat diperoleh langsung data kedalaman air
dan posisinya dalam sistem Koordinat Universal Mercator secara digital.
 Untuk menentukan elevasi dasar laut dapat dihitung dari elevasi muka air
laut di kurangi dengan kedalaman air hasil dari pengamatan pengukuran
Echo Sounding.

PT. ADICCON MULYA – Semarang 4


Executive Summary
”Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan”

 Jalur survei Bathimetri dibuat setiap  25 meter dengan pengambilan


kerapatan data 10 meter.

Penggambaran
Seluruh penggambaran dilakukan dengan mempergunakan program-program
komputer, sehingga gambar yang diperoleh merupakan gambar peta digital.
Adapun sajian akhir dari gambar-gambar ini berupa gambar cetakan dengan
mempergunakan plotter pada kertas kalkir ukuran A1 dan gambar cetakan
dengan mempergunakan printer pada kertas HVS ukuran A3.
Kecuali itu juga berupa gambar-gambar yang disimpan dalam Compaq Disk
(CD).

2. Analisa Geologi

Analisis Stratigrafi Lapisan Tanah Dari Hasil Uji Sondir

Satu dari beberapa interpretasi hasil uji sondir adalah jenis atau klasifikasi
tanah. Secara umum hasil uji sondir dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar Peta Situasi Kali Wulan Patok 0 s/d 160

PT. ADICCON MULYA – Semarang 5


Executive Summary
”Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan”

Gambar Peta Situasi Kali Wulan Patok 160 s/d 260

Gambar
Peta
Situasi
Kali
Wulan
Patok
260 s/d
400

Gambar
Peta Situasi Kali Wulan Patok 404 s/d 596

PT. ADICCON MULYA – Semarang 6


Executive Summary
”Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan”

Gambar Peta Situasi Kali Wulan Patok 596 s/d 733

Gambar Peta Situasi Kali Wulan Patok 733 s/d Muara

PT. ADICCON MULYA – Semarang 7


Executive Summary
”Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan”

Gambar Hasil uji sondir tipikal.

Stratigrafi lapisan tanah dibawah tanggul dapat dilakukan dari hasil uji
sondir dengan mengetahui nilai cone (tip) resistant dan friction ration dari
tanah yang ditinjau. Douglas and Olson (1981) menyampaikan bahwa
jenis atau klasifikasi tanah dapat ditentukan dari hasil uji sondir dengan
menggunakan grafik seperti terlihat pada Gambar berikut ini.

Dengan cara tersebut diatas, stratigrafi lapisan tanah dibawah tanggul


dapat dibuat. Tetapi karena jarak titik bor terlalu jauh dan tidak dilakukan
dalam interval tertentu yang sama jaraknya, maka stratigrafi yang dibuat
hanya bersifat local, di sekitar titik sondir dilakukan.

PT. ADICCON MULYA – Semarang 8


Executive Summary
”Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan”

Gambar Interpretasi jenis atau klasifikasi tanah dari hasil uji sondir.

Identifikasi Dan Pemetaan Geologi

Kegiatan pemetaan geologi permukaan dilakukan berdasarkan pengamatan


lapangan dan peta geologi daerah tersebut. Pengamatan lapangan dilakukan
untuk inventarisasi jenis material endapan pada sungai dan pengamatan
pada tebing sungai untuk mengetahui jenis tanah, warna, gradasi dan factor
lain yang diperlukan untuk pembuatan peta geologi permukaan.
Daerah aliran Kali Wulan adalah daerah endapan pantai utara pulau Jawa
berupa alluvium dengan tebal mencapai 50 sampai 100 meter. Beberapa
singkapan batu kapur ditemukan pada built-bukit dari formasi Kalibeng.

PT. ADICCON MULYA – Semarang 9


Executive Summary
”Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan”

Hasil pemetaan geologi teknik akan disampaikan dalam peta dengan standar
warna dan istilah yang berlaku dalam bidang ilmu Geologi. Peta geologi
permukaan kawasan Kali Wulan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar Peta Geologi Permukaan Kali Wulan.


3. Analisa Hidrologi

Hasil Rekapitulasi Hujan Rancangan dan Kriteria Parameter Statistik untuk


DAS Gelis dan DAS Kali Wulan dapat dilihat pada berikut.

Tabel Hasil Rekapitulasi Perhitungan Hujan Rancangan DAS Gelis


Satuan :
mm

PT. ADICCON MULYA – Semarang 10


Executive Summary
”Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan”

LOG-
KALA LOG- PEARSON
GUMBEL NORMAL- NORMAL
ULANG PEARSON III III
2

2 108.545 100.450 100.774 107.096 182.337


5 170.593 145.378 153.453 150.462 216.793
10 211.674 183.682 190.558 179.756 236.451
20 252.478 227.908 238.268 208.192 253.312
50 302.640 298.137 283.911 245.600 272.834
100 340.585 362.309 308.782 274.197 286.115

Tabel Kriteria Parameter Statistik DAS Gelis


No Distribusi Syarat Parameter Kriteria

1 Log Pearson III Cv mendekati 0.300 Cv = 0.086 Tidak Memenuhi


Cs tidak = 0.000 Cs = 0.978 Memenuhi

2 Gumbel Ck mendekati 5.402 Ck = 3.590 Tidak Memenuhi


Cs mendekati 1.139 Cs = 1.685 Tidak Memenuhi

3 Log Normal Cv mendekati 0.300 Cv = 0.086 Tidak Memenuhi

4 Normal Cs = 0 Cs = 1.685 Tidak Memenuhi


Ck = 3 Sd Ck = 3.590 Tidak Memenuhi

5 Pearson III Ck Bebas Ck = 3.590 Memenuhi


Cs Bebas Cs = 1.685 Memenuhi

Tabel Hasil Rekapitulasi Perhitungan Hujan Rancangan DAS Kali Wulan


Satuan :
mm
LOG- LOG-
KALA PEARSON
GUMBEL PEARSON NORMAL- NORMAL
ULANG III
III 2

2 95.949 98.891 99.667 96.061 134.152


5 128.072 125.102 124.305 124.556 151.991
10 149.341 139.334 137.431 142.690 162.168

PT. ADICCON MULYA – Semarang 11


Executive Summary
”Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan”

20 170.466 151.164 151.610 159.635 170.898


50 196.435 164.406 159.391 181.118 181.004
100 216.080 173.115 169.269 197.020 187.880

Tabel Kriteria Parameter Statistik


N
o Distribusi Syarat Parameter Kriteria

1 Log Pearson Cv mendekati 0.300 Cv = 0.068 Tidak Memenuhi


III Cs tidak = 0.000 Cs = -0.569 Memenuhi

2 Gumbel Ck mendekati 5.402 Ck = 1.915 Tidak Memenuhi


Cs mendekati 1.139 Cs = 0.089 Tidak Memenuhi

3 Log Normal Cv mendekati 0.300 Cv = 0.068 Tidak Memenuhi

4 Normal Cs = 0 Cs = 0.089 Tidak Memenuhi


Ck = 3 Sd Ck = 1.915 Tidak Memenuhi

5 Pearson III Ck Bebas Ck = 1.915 Memenuhi


Cs Bebas Cs = 0.089 Memenuhi

Perhitungan Debit Banjir K. Gelis

Tabel di bawah menunjukkan debit rancangan hasil analisis berdasarkan


metode Gama 1

Tabel Perhitungan Banjir Rancangan K. Gelis


Periode Gama I
No.
Ulang ( m3/det )

1 5 tahunan 123.67
2 10 tahunan 128.96
3 20 tahunan 135.76

PT. ADICCON MULYA – Semarang 12


Executive Summary
”Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan”

Secara rinci perhitungan banjir rencana K. Gelis dapat dilihat pada


lampiran

Perhitungan Debit Banjir K. Kencing


Saluran Kencing merupakan saluran pembawa yang menampung debit
banjir dari Terminal Kudus, Desa Jati Wetan dan Desa Tanjung Karang.
Saluran tersebut juga difungsikan sebagai saluran pembuang limbah dari
pabrik kertas Pusaka Raya. Pada saat K. Wulan banjir pintu Kencing
ditutup supaya debit banjir tidak melimpah ke saluran Kencing. Akibatnya
debit banjir yang masuk ke saluran kencing tidak bisa masuk ke S. Wulan
dan menumpuk di saluran Kencing, akibatnya hampir setiap tahun daerah
disekitar terminal Kudus termasuk terminal Kudus mengalami banjir.
Dengan kondisi seperti tersebut PUK. Kab Kudus rencana membuat
Rumah pompa dengan kapasitas 2 m 3/detik untuk 2 pompa yang dialirkan
ke K. Wulan, yang mana debit sebenarnya untuk mengatasi genangan di
daerah tersebut adalah sebesar 10 m3/detik.

Perhitungan Debit Banjir Rencana Sungai Wulan


Perhitungan debit rencana ini menggunakan data debit banjir yang tercatat
di Godong dan di Bendung Klambu dari tahun 1951 s/d 2006. Pada awal
tahun 1951 debit maksimum tercatat sebesar 800 m 3/det. Pada tahun -
tahun berikutnya debit yang tercatat cukup stabil dengan kisaran 500 m 3/det
– 1000 m3/det. Debit – debit banjir yang mempunyai nilai sama dengan dan
di atas 1000 m3/detik terjadi pada tahun 1981, dan 1988.

Tabel Hasil Rekapitulasi Perhitungan Debit banjir Rancangan Kali Wulan


Satuan :
m3/det
LOG- LOG-
KALA PEARSON
GUMBEL PEARSON NORMAL- NORMAL
ULANG III
III 2

2 655.584 656.394 641.447 662.821 841.812


5 812.174 779.580 774.118 782.362 928.770

PT. ADICCON MULYA – Semarang 13


Executive Summary
”Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan”

10 915.850 857.858 864.049 853.269 978.380


20 1018.827 931.185 977.231 916.628 1020.932
50 1145.418 1024.619 1073.125 993.558 1070.198
100 1241.180 1094.222 1141.517 1048.388 1103.715

Tabel Kriteria Parameter Statistik Kali Wulan

Parameter
No Distribusi Syarat Kriteria

Log Pearson Cv mendekati


1 III 0.300 Cv = 0.030 Tidak Memenuhi
Cs tidak = 0.000 Cs = 0.297 Memenuhi

Ck mendekati
2 Gumbel 5.402 Ck = 0.698 Tidak Memenuhi
Cs mendekati
1.139 Cs = 1.451 Tidak Memenuhi

Cv mendekati
3 Log Normal 0.300 Cv = 0.030 Tidak Memenuhi

4 Normal Cs = 0 Cs = 1.451 Tidak Memenuhi


Ck = 3 Sd Ck = 0.698 Tidak Memenuhi

5 Pearson III Ck Bebas Ck = 0.698 Memenuhi


Cs Bebas Cs = 1.451 Memenuhi

Tabel Hasil Perhitungan Debit Banjir Rancangan (Distribusi PEARSON III)


Data Debit Godong dan Debit Bendung Klambu
Kala Ulang Q (m3/dt) Pearson III
(tahun)
2 641.447
5 774.118
10 864.049
20 977.231

PT. ADICCON MULYA – Semarang 14


Executive Summary
”Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan”

50 1073.125
100 1141.517

Hasil akhir kala ulang 100 th dan anak sungai K. Wulan (K. Gelis dan K.
Kencing) dengan kala ulang 5 th serta debit pelimpah Goleng adalah
sebagai berikut :

Debit Banjir
Debit Banjir (m3/det)
No. Nama Sungai/Kali (m3/det) CIWA Keterangan
PT. Adiccon SCHEME
(SMEC)
1 2 3 4 5
1 Q1 ( Debit banjir S. Serang Hilir/ Kolom 3: Q1 ditambah
sebelah hulu PB. Wilalung ) Qrasional dr. PB. Wilalung
1.144,357 840
s/d muara sebesar 2,84
m3/det.
2 Q2 ( Debit Banjir di PB. Wilalung
350 350
arah K. Wulan)
3 Q3 ( Debit banjir di Floodway ) 794,357 490 Kolom 4 :
4 Q4 (debit banjir K. Wulan s/d
pertemuan K. Wulan dan K. Gelis 1.1463,357 840
termasuk inlet K. Kencing)
5 Qin_1 (debit K. Kencing yang Kolom 3: debit yang
masuk ke K. Wulan) sementara diusulkan dan
2 -
sebenarnya debitnya
sebesar 10 m3/det
6 Q5 (debit banjir setelah
pertemuan K. wulan dan K. 1.270,027 975
Gelis )
7 Qin_2 (debit K. Gelis yang masuk
123,67 215
ke K. Wulan)
8 Qout ( debit aliran limpasan Kolom3 : debit eksisting,
lewat pelimpah Goleng ) yang mana SWD 1 hanya
47.226
180 bisa menampung debit
sebesar 24,304 m3/det.
(kondisi eksisting)
9 Q6 ( debit banjir K. Wulan dari
Spillway Goleng sampai ke 1.222,801 760
muara )
10 Q Juana 140

Diambil debit Serang Hilar (di hulu Pintu Banjir Wilalung), Q1 sebesar 1.000
m3/dt atau debit dengan periode ulang 25 tahunan.

4. Analisis Sedimentasi

Hasil Analisa sedimen yang sudah dilakukan oleh SMEC adalah

PT. ADICCON MULYA – Semarang 15


Executive Summary
”Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan”

1. Daerah antara laut sampai Karanganyar sebesar 18 mm/tahun


2. Daerah antara Karanganyar sampai Wilalung sebesar 40 mm/tahun
3. Daerah antara Wilalung sampai Godong sebesar 36 mm/tahun

Dalam pekerjaan DDP. K. Wulan ini selain analisis sedimentasi tersebut di


atas juga dilakukan analisis hasil Pengukuran K. WULAN yang pernah
dilakukan tahun 1986 dan tahun 2007.

5. Analisa Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan

Ruang lingkup Wilayah studi untuk memperoleh data sosekbudkesmas


disepanjang aliran Kali Wulan adalah terbagi atas daerah hilir dan hulu
mencakup beberapa desa berikut :

Daerah Yang Terkena Dampak


Kabupaten
Kecamatan Desa
1. Kabupaten Demak  Kecamatan Wedung - Ds. Berahan Wetan
- Ds. Bungo
- Ds. Babalan
- Ds. Jetak
- Ds. Mutih Wetan
- Ds. Jung Pasir
- Ds. Jung Semi
 Kecamatan Mijen - Ds. Pasir
- Ds. Rejosari
- Ds. Ngengot
- Ds. Ngelokulon
- Ds. Jleper
- Ds. Pecuk
- Ds. Mijen
- Ds. Gempolsongo
 Kecamatan - Ds. Kotakan
Karanganyar - Ds. Tugu lor
- Ds. Kedungwaru Lor
- Ds. Kedungwaru Kidul
- Ds. Karanganyar
- Ds. Ketanjung
- Ds. Undaan Lor
- Ds. Undaan Kidul
 Kecamatan Gajah - Ds. Sambung
- Ds. Medini
PT. ADICCON MULYA – Semarang 16
Executive Summary
”Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan”

- Ds. Wilalug

2. Kabupaten Kudus  Kecamatan Kaliwungu - Ds. Blimbing Kidul


- Ds. Banget
- Ds. Setrokalangan
 Kecamatan Jati - Ds. Pasuruan Lor
- Ds. Jati Wetan
- Ds. Tanjung arang
- Ds. Jati Kulon
 Kecamatan Undaan - Ds. Ngemplak
- Ds. Wates
- Ds. Undaan Lor
- Ds. Undaan Tengah
- Ds. Undaan Kidul
- Ds. Sambung
- Ds. Medini
- Ds. Kalirejo
- Ds. Lambangan

6. Analisa Geomorfologi Sungai

Sungai Wulan merupakan salah satu muara (bermuara di wilayah Kabupaten


Kudus) dari sistem Sungai Serang-Lusi. Muara sungai lainnya adalah Sungai
Juana yang bermuara di daerah Kabupaten Pati. Pada alur Sungai Serang
telah dibangun Waduk Kedungombo, Bendung Sedadi, Bendung Klambu.
Sementara itu di alur Sungai Lusi belum ada bangunan pemanfaatan
sumberdaya air. Setelah pertemuan Sungai Serang dengan Sungai Lusi, ada
bangunan pengatur banjir yaitu Pintu Wilalung yang membagi debit banjir ke
arah Sungai Wulan dan ke arah Sungai Juana. Oleh karenanya,
permasalahan di Sungai Wulan juga sangat terkait dengan pengoperasian
bangunan-bangunan sungai yang ada di sebelah hulunya, khususnya
dengan pengoperasian pintu pembagi banjir Wilalung.
Pada arah Sungai Wulan, terdapat jembatan jalan raya Karanganyar,
jembatan Mijen, dan Jembatan di Bungo (dekat dengan Muara Sungai). Pada
jembatan-jembatan ini terjadi penyempitan alur sungai baik karena
morphologi maupun karena adanya pilar-pilar jembatan, sehingga terjadi
‘bottle-neck”. Di sebelah hilir dari Jembatan karanganyar dan tepatnya di

PT. ADICCON MULYA – Semarang 17


Executive Summary
”Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan”

sebelah hilir pertemuan Sungai Gelis ke Sungai Wulan, ada bangunan


pelimpah Goleng (Spillway Goleng) yang berfungsi untuk melimpaskan
sebagian aliran debit banjir ke luar alur Sungai Wulan yaitu ke areal detention
basin.
Pada regime wilayah Sungai Wulan, sebenarnya merupakan alur sungai
yang sudah “well defined” yaitu dengan terdapatnya tanggul-tanggul sungai
sampai dekat muara. Akan tetapi, pada beberapa tahun terakhir,
permasalahan yang sering terjadi adalah sedimentasi pada alur yang
menyebabkan pengurangan kapasitas pengaliran alur, banjir yang melimpas
ke daerah kanan-kiri tanggul, erosi tebing. Mengingat karena daerah sekitar
Sungai Wulan lebih di dominasi dengan areal persawahan dan permukiman
penduduk, maka banjir yang terjadi akan merugikan daerah persawahan dan
permukiman.
Kali Wulan yang merupakan bagian dari sistem sungai Serang-Luasi-Juana
terletak di bagian hilir sungai Serang dimulai dari pintu pengendali banjir
Wilalung. Dari citra satelit tersebut tampak bahwa di beberapa bagian Kali
Wulan, terutama di bagian hilir, sudah dilengkapi dengan tanggul sungai.
Beberapa bagian sungai terdapat bangunan-bangunan yang dapat
menghambat aliran air, misalnya seperti di bangunan rumah pompa
Karanganyar, terdapat ambang yang cukup tinggi yang dapat menaikkan
elevasi muka air. Bangunan seperti ini sebaiknya dihilangkan atau dikurangi
tinggi ambangnya, sehingga tidak mengganggu aliran.

PT. ADICCON MULYA – Semarang 18


Executive Summary
”Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan”

Gambar Citra Satelit Kali Wulan (Sumber: Google)

7. Analisa Muara Sungai

Analisis Masalah Penutupan Muara Pantai

Morfologi muara sungai dapat dibedakan dalam tiga kelompok yang tergantung
pada faktor dominan yang mempengaruhinya. Ketiga faktor dominan tersebut
adalah gelombang, debit sungai dan pasang surut. Di muara sungai, ketiga
factor tersebut bekerja secara simultan tetapi biasanya salah satunya
mempunyai pengaruh lebih dominant dari yang lainnya. Untuk muara sungai di
Kali Wulan gelombang memberikan pengaruh paling dominan dengan debit
sungai yang kecil [debit maksimum harian rata-rata selama satu tahun lebih
kecil 10 m3/dt], dan pasang surut yang kecil (MHWL = muka air pada saat
pasang purnama = 0,90 meter).

PT. ADICCON MULYA – Semarang 19


Executive Summary
”Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan”

Apabila arah gelombang dominan membentuk sudut terhadap pantai, maka


akan terjadi penutupan muara yang arah penutupannya sesuai arah gerakan
pasir sepanjang pantai, pada muara sungai yang membelok, mulut sungai
selalu bergerak (berpindah-pindah), perpindahan tersebut dipengaruhi oleh
angkutan sediment sepanjang pantai.

Gelombang pecah yang membentuk sudut terhadap garis pantai menimbulkan


limpahan energi yang dapat diuraikan dalam komponen tegak lurus sepanjang
pantai. Limpahan energi tersebut menyebabkan terjadinya arus dan
transportasi sediment sepanjang pantai. Transportasi sediment tersebut akan
masuk ke muara dan karena kondisi gelombang di muara telah tenang maka
sediment tersebut akan mengendap, sesuai arah transport, di tebing sebelah
barat lebih banyak (lebih dulu) terjadi pengendapan. Dengan adanya endapan
di sebelah barat, tampang aliran mulut sungai menjadi lebih kecil sehingga
kecepatan arus meningkat. Kecepatan arus yang besar tersebut akan
mengerosi tebing sebelah timur. Sebelah tebing sebelah barat juga tererosi,
tetapi karena suplai dari transport sediment sepanjang pantai yang diendapkan
lebih besar, maka endapan ditebing sebelah barat semakin banyak. Proses
tersebut berlangsung terus-menerus selama gelombang cukup besar, sehingga
mulut sungai semakin bergeser dalam arah sesuai arah transport sedimen
sepanjang pantai (Barat ke Timur).

Apabila debit sungai dari hulu kecil sehingga tidak mampu mengerosi endapan,
maka mulut sungai dapat tertutup oleh endapan, dengan adanya rintangan
tersebut maka akan terjadi genangan di mulut sungai. Pada awal musim
penghujan, yaitu sekitar Oktober dan November, dengan adanya aliran dari
daerah aliran sungai menyebabkan genangan tersebut semakin tinggi
sehingga bisa membanjiri daerah di sebelah hulu yang berupa daerah
pemukiman, persawahan dan tambak. Dalam kondisi tersebut biasanya
penduduk yang merasa terganggu oleh genangan tersebut bergotong royong
menggali endapan di mulut sungai. Dengan adanya bukaan tersebut maka
genangan air mengalir ke laut. Apabila elevasi ganangan cukup tinggi,
kecepatan aliran yang terjadi besar, sehingga dapat mengerosi endapan,

PT. ADICCON MULYA – Semarang 20


Executive Summary
”Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan”

sehingga tampang aliran pada bukaan tersebut semakin besar. Pada bulan
Januari dan Februari dimana debit sungai besar (banjir) bukaan mulut sungai
tidak cukup besar untuk melewatkan debit banjir.

a. Alternatif Penanggulangan Masalah


Berikut ini diberikan beberapa alternatif penanggulangan endapan di muara
Kali Wulan :
- Pembuatan training Jetty panjang
Training jetty ini dibuat sampai kedalaman gelombang pecah pad
aperpanjangan sungai lurus, dengan melakukan pengukuran sandsdune
(sedimentasi), sehingga muara sungai dapat lurus. Untuk menahan
berbeloknya sungai dibuat bangunan pengantar yang menghubungkan
tebing kanan dan kiri sungai dengan dengan training Training Jetty.
Bangunan ini berfungsi untuk menghalangi masuknya pasir ke muara
sungai. Panjang training jetty sebelah kanan dan kiri tidak harus sama,
yang tergantung dengan arah gelombang dominant. Pengendapan pasir
di mulut sungai masih mungkin terjadi apabila perubahan garis pantai
telah mencapai ujung training jetty, sehingga transportasi sediment
sepanjang pantai dapat melintasinya dan masuk mulut sungai.
Bangunan dibuat dari tumpukan batu dengan lapis lindung batu pecah
atau tetrapod.

- Pembuatan Training Jetty Pendek


Ujung training jetty ditempatkan pada elevasi 0,00 meter (garis air surut)
atau pada elevasi sebelum gelombang pecah, yang sama dengan
elevasi dasar sungai sampai sebelum belokan. Penempatan bangunan
ini sama dengan alternatif pertama, bangunan ini tidak mampu menahan
masuknya sediment di muara sungai, sehingga di mulut sungai masih
mungkin terjadi endapan. Diperkirakan endapan yang terjadi tidak
setinggi kalau tidak ada bangunan ini. Bangunan ni berfungsi untuk
menahan berbeloknya sungai, sehingga aliran sungai dapat
dikonsentrasikan pada alur yang telah ditetapkan dan endapan di muara

PT. ADICCON MULYA – Semarang 21


Executive Summary
”Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan”

dapat tergerus oleh aliran. Bangunan ini dibuat dari tumpukan batu
dengan lapis lindung batu pecah atau tetrapod.

- Pembuatan training Jetty di tebing kanan (timur) Muara


Alternatif bangunan ini dibuat dengan meluruskan sungai dengan
melakukan penyudutan di lokasi belokan sungai, dan pembuatan
bangunan di sisi timur muara. Tujuan bangunan ini adalah sebagai
penahan supaya sungai tidak berbelok ke arah timur. Bangunan ini
dibuat dari tumpukan pipa (buis) beton. Endapan masih tetap terjadi di
muara, tetapi dengan adanya bangunan tersebut aliran akan
terkonsentrasi di alur sungai sehingga bisa mengerosi endapan di
muara sungai. Pembuatan bangunan ini harus disertai dengan
pembuatan (peninggian) tanggul, sehingga pada waktu banjir disebelah
hulu tidak meluap. Mengingat bahwa pada musim kemarau, muara
sungai Bodri bisa benar-benar tertutup, maka pada awal musim
penghujan perlu dilakukan pengerukan awal untuk memberikan alur
sehingga aliran tidak dapat mengerosi endapan.

b. Pemilihan Alternatif Bangunan


Dalam pekerjaan perencanaan ini dilakukan analisis terhadap tiga alternatif
rencana bangunan, yaitu jetty panjang, jetty pendek dan jetty di sebelah
timur sungai. Pemilihan tipe bangunan yang digunakan dipertimbangkan
baik secara teknis maupun ekonomis. Pertimbangan-pertimbangan yang
diambil disajikan dalam tabel berikut ini.

PT. ADICCON MULYA – Semarang 22


Executive Summary
”Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan”

Untuk jelasnya dapat dilihat gambar di bawah ini :

Gambar Alternatif Bangunan Jetty

PT. ADICCON MULYA – Semarang 23


Executive Summary
”Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan”

Tabel Pemilihan Alternatif Bangunan Jetty


Jetty Jetty Bangunan
Tujuan
panjang pendek timur
Fungsi penahan endapan Baik Kurang baik Kurang baik
Fleksibel Fleksibel Kaku
Mekanisme kerja Lebih mahal Mahal Sedang
Harga bangunan Ringan Ringan Berat
Kerusakan yang terjadi Mudah Mudah Sulit
Kemudahan perbaikan Berat Ringan Tidak ada
Dampak lingkungan Berat Ringan Sangat berat
Fondasi Sangat berat Ringan Agak sulit
Pelaksanaan pekerjaan Sulit Sedang mudah
Ketersediaan material

Dari perbandingan ketiga alternatif bangunan tersebut, dapat disimpulkan


beberapa hal sebagai berikut :
- Jetty panjang dapat dibuat sampai kedalaman gelombang pecah sangat
baik untuk menahan masuknya sediment ke mulut sungai, biaya dan
pelaksanaan pekerjaan sangat berat disamping itu bangunan ini dapat
menyebabkan kerusakan garis pantai yang cukup besar, yaitu
sedimentasi di arah hulu dan erosi di hilir jetty.
- Bangunan jetty pendek sampai kedalaman sebelum gelombang pecah
(sekitar 0,0 meter) tidak mampu menahan sedimentasi yang dapat
menutup muara, sehingga jumlah sediment yang mengendap bisa
cukup banyak dibanding dengan bangunan sisi timur, akana tetapi aliran
sungai awal musim penghujan mampu menghilangkan (mengglontor)
endapan.
- Bangunan di tebing timur muara tidak mampu menahan masuknya
sediment di muara, dan jumlah endapan akan lebih besar dari tipe
pertama dan kedua. Penggelontoran endapan di muara memakan waktu
lama karena jumlah endapan yang besar. Biaya pekerjaan lebih murah
dari kedua tipe lain, akan tetapi kerusakan bangunan sulit (tidak bisa)
diperbaiki. Pembuatan bangunan sulit karena di bawah muka air.

PT. ADICCON MULYA – Semarang 24


Executive Summary
”Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan”

Dari ketiga hal tersebut di atas dan pada kondisi seperti di atas, maka
kemungkinan dipilih bangunan tipe kedua yaitu jetty pendek sampai
kedalaman sebelum gelombang pecah. Dalam pekerjaan DED Penanganan
muara Kali Wulan kesesuaian bangunan muara akan dikaji secara mendalam
dengan menggunakan simulasi dinamika muara dan sungai.

8. Analisa Hidrolika

 Resim aliran
Resim aliran dapat berupa resim aliran sub kritis, super kritis, atau
gabungan. Tipe aliran di K. Wulan berupa aliran sub kritis, hal ini berarti
kecepatan aliran banjir tidak begitu besar.
 Kondisi batas
Kondisi batas yang dapat digunakan dalam simulasi hidraulika K. Wulan
adalah batas hulu yang berupa hidrograf banjir dan anak anak sungai dan
limpasan pintu Wilalung. Kondisi batas hilir berupa pasang surut muara K.
Wulan. Untuk simulasi hidraulika ini, kondisi pasang surut diambil pada
pasang surut maksimum sebesar +0,9 SPB, selama waktu untuk simulasi.
Data aliran sungai dimasukkan dalam skema HEC RAS dititik titik tertentu,
yang mensimulasikan debit banjir di K. Wulan. Data input hidrograf banjir
didapatkan dari Sungai Wulan sebelah hulu (S. Serang Hilir), hasil dari
analisis hidrologi. Dari analisis hidrologi diketahui hidrograf yang masuk ke
K. Wulan sebanyak 1 cathment area / sub das dan 1 hidograf banjir dari
pintu Wilalung.
 Pembagian Debit dari Limpasan Pintu Wilalung dan floodway ke K. Wulan
Dari sistem pengendalian banjir K. Serang dan K. Wulan, dapat disimpulkan
bahwa limpasan banjir ke K. Wulan dari Pintu Wilalung dan floodway
merupakan strategi banjir yang telah lama ditetapkan, dan sangat efektif di
dalam pengendalian banjir yang telah lama diterapkan, dan sangat efektif di
dalam pengendalian banjir di K. Serang sendiri maupun K. Wulan. Pada
pekerjaan ini analisis pembagian banjir yang melintas pintu Wilalung
didasarkan dengan studi terdahulu (SMEC 1999 dan SMEC 1982) dan data
kapasitas tampang K. serang eksisting (Balai Seluna 2004). Menurut SMEC

PT. ADICCON MULYA – Semarang 25


Executive Summary
”Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan”

(1982) besaran debit banjir di Bendung Klambu sebesar 840 m 3/ dt,


Sementara itu kapasitas tampang K. Wulan sebesar 760 m 3/dt (Balai
Seluna, 2003). Dari data-data tersebut konsultan menegaskan bahwa
seharusnya K. Serang hilir mampu mengalirkan banjir 975 m 3/dt akan tetapi
karena adanya sedimentasi dan proses penyempitan sungai di K. Serang /
Wulan hanya menjadi 840 m3/dt. Dari pertimbangan debit banjir tersebut,
maka limpasan Pintu Wilalung ke K. Wulan sebesar 350 m 3/dt, dengan
menganggap tidak ada normalisasi di K. Serang/ Wulan. Telaah pembagian
debit dilakukan juga pada studi SMEC (1999), dengan simulasi MIKE 11
(Pengendalian banjir K. Serang dan Wulan), menjadi suatu satu kesatuan.
Menurut SMEC (1999) dengan simulasi MIKE 11, limpasan pintu Wilalung
ke K. Juana sebesar 100 m 3/dt (dengan menganggap K.Serang dan Wulan
sudah di normalisasi). Dari pertimbangan studi tersebut, maka Konsultan
menetapkan di dalam pekerjaan ini Limpasan Pintu Wilalung ke K. Wulan
sebesar 140 m3/dt.

 Simulasi Kondisi Banjir dengan Tampang Geometri Eksisting


 Kondisi Awal
Kondisi awal diisikan pada limpasan Pintu Wilalung, kondisi awal ini
dilakukan sebelum mensimulasi hidrograf banjir yang melimpas Pintu
Wilalung. Kondisi awal limpasan Pintu Wilalung sebesar 300 m 3 / dt.
 Debit Banjir
Debit banjir yang melimpas Pintu Wilalung sebesar 350 m 3 / dt dan
floodway sebesar 490 m3/detik, sedangkan debit K. Wulan (1 Sub DAS)
sebesar debit dengan kala ulang 5 tahun.
 Kondisi Batas
Kondisi batas hulu merupakan hidrograf limpasan Pintu Wilalung dan
floodway, sedangkan kondisi batas hilir adalah merupakan fluktuasi
pasang surut

PT. ADICCON MULYA – Semarang 26


Executive Summary
”Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan”

 Simulasi dengan normalisasi sungai dan Tanggul


 Kondisi Awal
Kondisi awal diisikan pada limpasan Pintu Wilalung dan floodway,
kondisi awal ini dilakukan sebelum mensimulasi hidrograf banjir yang
melimpas Pintu Wilalung. Kondisi awal (Initialisasi kondisi) limpasan
pintu Wilalung sebesar 40 m3/dt, sedangkan hidrograf untuk simulasi
melalui Pintu Wilalung Sebesar 350 m 3/dt selama 24 jam ditambah
floodway sebesar 490 m3/detik.

 Debit Banjir
Debit banjir yang melimpas Pintu Wilalung sebesar 350 m 3/dt,
sedangkan debit Kali Wulan (1 Sub Das) sebesar Debit dengan Kala
Ulang 5 tahun

 Kondisi Batas
Kondisi batas hulu merupakan hidrograf limpasan Pintu Wilalung (Q =
350 m3/dt selama 24 jam) ditambah floodway 490 m 3/detik dan kondisi
batas hilir fluktuasi pasang surut.

Muara Kali Wulan

Laut Jawa Pelimpah Goleng

K. Gelis
K. Wulan
K. Kencing

PB. Wilalung

Floodway

Sungai Juana

K. Serang Hilir

Gambar Skema Sungai dan anak sungai untuk hitungan hidraulika K. Wulan

PT. ADICCON MULYA – Semarang 27


Executive Summary
”Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan”

9. Analisa Penanganan Banjir

Banjir dapat terjadi karena sungai tidak mampu menerima beban aliran air.
Atau dengan kata lain kapasitas sungai kurang besar dibandingkan dengan
beban aliran air yang melaluinya. Beberapa alternatif penanganan banjir
disimulasikan dalam kegiatan ini.

a. Pengoptimalan fungsi floodway


b. Beban aliran yang diarahkan ke Sungai Juwana dilihat dalam 2 (dua)
kondisi, yaitu 0 m3/detik dan 100 m3/detik.
c. Normalisasi Sungai Wulan
d. Peninggian Tanggul
e. Perkuatan Tebing

KESIMPULAN DAN
RENCANA PERBAIKAN

Hasil analisa deformasi dengan metoda elemen hingga dan analisa stabilitas
lereng telah disampaikan untuk mengetahui penyebab terjadinya longsor pada
tanggul Kali Wulan di Gempol Songo dan Njleper serta retak memanjang pada
tanggul Kali Wulan di Ngelo Kulon. Semua hasil analisa stabilitas lereng tanggul
Kali Wulan di Gempol Songo, Njleper dan Ngelo Kulon, baik hilir maupun hulu
dengan pola deep slide maupun shallow slide menunjukkan bahwa Faktor aman
(SF) terhadap longsoran pada tanggul tersebut ternyata besar jauh diatas ambang
batas minimum (1.50), sehingga masalah konfigurasi tanggul bukan penyebab dari
longsotrnya tanggul Kali Wulan.

Pada analisa deformasi dengan metoda elemen hingga, perubahan muka air
sungai sangat berpengaruh terhadap deformasi yang terjadi baik pada badan
PT. ADICCON MULYA – Semarang 28
Executive Summary
”Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan”

tanggul maupun tanah dasar dibawah tanggul. Tanggul akan kehilangan confining
pressure (kekangan) dari air pada saat air turun. Karena tanah dasar tanggul
adalah tergolong sebagai tanah lunak, hilangnya tekanan air akan mengakibatkan
pergerakan tanggul kearah sungai, sehingga dapat menyababkan terjadinya
retakan pada permukaan tanggul. Pada skala yang besar, maka retakan tersebut
dapat berubah menjadi longsoran.
Untuk mengatasi masalah tersebut yaitu perbaikan tanggul yang longsor maupun
retak memanjang pada puncak tanggul, maka diusulkan perkuatan dengan
menggunakan geosintetik yang akan berfungsi sebagai berikut:
a. Memasang geosintetik 1 lapis dibawah tanggul dan bantaran Kali Wulan pada
daerah yang longsor pada kedalaman 1.00 meter dibawah badan tanggul,
sebagai perkuatan pondasi tanggul, dan menyalurkan gaya-gaya lateral yang
terjadi pada pondasi tanggul oleh karena proses deformasi tanggul, pada
tanggul Gempol Songo, Njleper dan Ngelo Kulon.
b. Memasang lapisan perkuatan dengan konsep steep slope reinforcement pada
tanggul yang mengalami longsor yaitu tanggul Gempol Songo dan Njleper.

KONSEP/ FORMULASI
RENCANA PENGENDALIAN
BANJIR

Banjir dapat terjadi karena beberapa hal, antara lain kondisi alam, dan kegiatan
manusia. Kondisi alam, meliputi:
- Geografi
- Topografi
- Geometri alur sungai, antara lain kemiringan dasar sungai, meandering, bottle
neck, sedimentasi, dan ambang alam
- Curah hujan yang tinggi

PT. ADICCON MULYA – Semarang 29


Executive Summary
”Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan”

- Efek pembendungan dari air laut pasang


- Amblesan tanah
Kegiatan manusia, meliputi kegiatan:
- Pembudidayaan dataran banjir
- Tata ruang/peruntukan dataran banjir yang tidak sesuai
- Tata ruang/peruntukan di DAS
- Permukiman di bantaran dan tanggul sungai
- Pembangunan drainase
- Bangunan sungai
- Adanya sampah padat
- Prasarana pengendali banjir yang terbatas

Dengan demikian banjir merupakan fenomena alam dan masalah yang


ditimbulkannya tidak dapat diatasi ataupun dikendalikan secara mutlak. Resiko
banjir cenderung meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan pertumbuhan dan
pembudidayaan lahan dataran banjir yang kurang terkendali.

Upaya mengatasi masalah banjir Kali Wulan dan kerusakan akibat banjir dapat
dilakukan melalui dua cara, yaitu upaya struktur dan non struktur
1) Upaya pengendalian banjir dengan cara struktur, meliputi:
- Peninggian tanggul untuk mencegah meluapnya banjir sampai ketinggian
tertentu
- Normalisasi untuk merendahkan elevasi muka air banjir dan
memperlancar aliran
- Perkuatan tebing untuk mencegah erosi atau longsoran tebing
2) Upaya pengendalian banjir dengan cara non struktur, yaitu meminimalkan
dampak kerusakan banjir, meliputi:
- Sistem prakiraan banjir dan peringatan dini.
- Penanggulangan banjir {floodfighting) dan evakuasi
- Pemindahan (Relokasi)
- Pengelolaan dataran banjir
- Pengelolaan sampah
- Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)

PT. ADICCON MULYA – Semarang 30


Executive Summary
”Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan”

Upaya mengatasi masalah banjir di Kali Wulan dapat dikelompokkan dalam tiga
program, yaitu program jangka pendek (banjir 1 sampai 5 tahunan), program
jangka menengah (banjir 5 sampai 25 tahunan), dan program jangka panjang
(banjir 25 sampai 50 tahunan)

Program Jangka Pendek

Program jangka pendek ini dilakukan untuk menanggulangi genangan banjir yang
secara rutin terjadi setiap tahun. Perencanaan sistem pengendalian banjir yang
diusulkan adalah sebagai berikut:

1) Normalisasi alur sungai:


Normalisasi terhadap alur sungai dengan cara pengerukan dan
pengeprasan sebagai salah satu solusi untuk mengatasi banjir yang terjadi,
dikarenakan sedimentasi di bagian hilir sungai mengurangi kapasitas
penampang sungai sehingga tidak mampu untuk mengalirkan debit banjir
dan pada beberapa tempat terjadi penyempitan alur sungai. Penentuan
pekerjaan normalisasi alur sungai ini tergantung pada hasil perhitungan
hidrolik sungai.

2) Revitalisasi banjir kanal (floodway)


Berdasarkan hasil peninjauan lapangan, banjir kanal (floodway) yang ada
yang menghubungkan Sungai Serang dengan Kali Wulan secara langsung
belum berfungsi secara optimal. Hal ini karena sedimentasi yang sangat
besar, sehingga mengurangi kapasitas alir saluran.

3) Perkuatan tebing
Perkuatan tebing sungai diperlukan pada lokasi-lokasi tanggul kritis akibat
erosi air. Lokasi-lokasi tersebut dapat dilihat pada Bab 2.

PT. ADICCON MULYA – Semarang 31


Executive Summary
”Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan”

Program Jangka Menengah

Program jangka menengah ini dilakukan untuk menanggulangi genangan banjir


5 sampai 25 tahunan. Perencanaan sistem pengendalian banjir yang diusulkan
adalah sebagai berikut:

1) Pengaturan sistem sungai:


Pengaturan sistem sungai perlu diatur sehingga dapat secara optimal
mengendalikan daya rusak air. Hal ini berkaitan dengan sistem pola
pengaturan pintu-pintu bendungan, bendung, dan pengendali banjir.

2) Pembangunan bendungan/ waduk baru:


Pembangunan bendungan baru, terutama di Sungai Lusi untuk
pengurangan aliran ke Kali Wulan dari Sungai Lusi.

Program Jangka Panjang

Untuk mengatasi masalah sedimentasi dan banjir, dalam program jangka panjang
adalah konservasi lahan pada Daerah Aliran Sungai Serang dan Sungai Lusi.
Konservasi lahan merupakan upaya dalam rangka mengatasi masalah banjir,
kekeringan, erosi dan sedimentasi. Metode konservasi lahan terdiri dari :

1) Metode Mekanis
Metode mekanis dimaksudkan untuk mengurangi energi yang dapat
merusak permukaan tanah. Metode mekanis terdiri dari :
- Saluran Pemisah/ Saluran Air
Saluran ini untuk mengarahkan aliran umumnya dibangun di bagian
atas dan merupakan pemisah dengan lahan di atasnya, yaitu lahan
hutan atau lahan milik satu orang dan lainnya.
- Terasiring
Terasering ini untuk mengurangi panjang dan kemiringan lereng,
sehingga memperkecil kecepatan aliran limpasan permukaan,

PT. ADICCON MULYA – Semarang 32


Executive Summary
”Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan”

memberi kesempatan air untuk meresap kedalam tanah dan tersimpan


sebagai air tanah. Berdasarkan fungsinya tersering dibagi menjadi:
i. Teras Saluran
Teras Saluran mengumpulkan air dari aliran permukaan ke saluran
yang dibuat untuk disalurkan ke saluran air. Terasering dibuat
memotong arah lereng dengan membuat tanggul dari tanah hasil
galian.
ii. Teras Bangku atau Teras Tangga
Pembuatan teras ini bertujuan untuk mengurangi panjang lereng,
dibuat dengan cara memotong lereng dan meratakan tanah di
bagian bawahnya dimana aliran air masih ada kemungkinan
mengalir melalui permukaan yang diperkirakan tidak merusak teras
yang dibuat.

iii. Teras Irigasi


Teras irigasi bertujuan agar air dapat disimpan sehingga pada
ujungnya dibuat semacam tanggul.
- Jalan Air
Pembuatan jalan air bertujuan agar air tidak terkumpul di sembarang
tempat yang dapat merusak tanah yang dilaluinya. Jalan air dibangun
menurut arah lereng yang merupakan saluran pembuang air limpasan
permukaan dari saluran teras dan lainnya.
- Rorak/Paritan
Rorak bertujuan untuk menangkap air limpasan permukaan dan tanah
yang tererosi.

2) Metode Vegetasi
Vegetasi dapat mencegah laju limpasan air permukaan dan erosi
permukaan tanah.

PT. ADICCON MULYA – Semarang 33


Executive Summary
”Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan”

PT. ADICCON MULYA – Semarang 34

Anda mungkin juga menyukai