1. Keberhasilan Tujuan
Tujuan pekerjaan ini adalah:
Mengurangi/ mengatasi bahaya banjir yang sewaktu-waktu bisa
melanda masyarakat yang ada disekitar Kali Wulan akibat alur Kali
tidak bisa menampung air banjir.
Mengamankan dan melindungi daerah permukiman padat penduduk,
daerah pertanian, tambak dan bangunan infrastruktur lainnya dari
bahaya banjir.
Meningkatkan kesejahteraan dan rasa aman bagi masyarakat yang
tinggal di daerah potensi banjir.
2. Keberhasilan Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari keberhasilan pekerjaan ini, disamping
meningkatkan kesejahteraan dan rasa aman masyarakat, ketersediaan
sumber daya air yang berkelanjutan, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas.
ANALISA
1. Analisa Topografi
Persiapan
Hasil kegiatan persiapan ini berupa disepakatinya :
Penyiapan data, laporan-laporan, peta kerja berupa Peta Digital Rupa Bumi
dari Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional ( Bakosurtanal )
skala 1 : 25.000 dan Citra Satelit Google.
Data jaringan titik ikat Global Positioning System ( GPS ) beserta nilai
koordinatnya sebagai titik ikat horisontal, yang ada di areal pengukuran.
Data jaringan titik tingggi geodesi (TTG) beserta nilai elevasinya sebagai
titik ikat elevasi, yang ada di areal pengukuran.
Pekerjaan Lapangan
Bendung Rawa 4 Ha
Kali Gelis 12 Ha
Tanggul Gempol Songo 10 Ha
Tanggul Jleper 21 Ha
Pemeruman
Pelaksanaan pemeruman dan penentuan posisi pemeruman dilakukan
serentak (secara bersamaan) dengan mempergunakan GPS Map Garmin
298. Dengan peralatan ini dapat diperoleh langsung data kedalaman air
dan posisinya dalam sistem Koordinat Universal Mercator secara digital.
Untuk menentukan elevasi dasar laut dapat dihitung dari elevasi muka air
laut di kurangi dengan kedalaman air hasil dari pengamatan pengukuran
Echo Sounding.
Penggambaran
Seluruh penggambaran dilakukan dengan mempergunakan program-program
komputer, sehingga gambar yang diperoleh merupakan gambar peta digital.
Adapun sajian akhir dari gambar-gambar ini berupa gambar cetakan dengan
mempergunakan plotter pada kertas kalkir ukuran A1 dan gambar cetakan
dengan mempergunakan printer pada kertas HVS ukuran A3.
Kecuali itu juga berupa gambar-gambar yang disimpan dalam Compaq Disk
(CD).
2. Analisa Geologi
Satu dari beberapa interpretasi hasil uji sondir adalah jenis atau klasifikasi
tanah. Secara umum hasil uji sondir dapat dilihat pada Gambar berikut.
Gambar
Peta
Situasi
Kali
Wulan
Patok
260 s/d
400
Gambar
Peta Situasi Kali Wulan Patok 404 s/d 596
Stratigrafi lapisan tanah dibawah tanggul dapat dilakukan dari hasil uji
sondir dengan mengetahui nilai cone (tip) resistant dan friction ration dari
tanah yang ditinjau. Douglas and Olson (1981) menyampaikan bahwa
jenis atau klasifikasi tanah dapat ditentukan dari hasil uji sondir dengan
menggunakan grafik seperti terlihat pada Gambar berikut ini.
Gambar Interpretasi jenis atau klasifikasi tanah dari hasil uji sondir.
Hasil pemetaan geologi teknik akan disampaikan dalam peta dengan standar
warna dan istilah yang berlaku dalam bidang ilmu Geologi. Peta geologi
permukaan kawasan Kali Wulan dapat dilihat pada Gambar berikut.
LOG-
KALA LOG- PEARSON
GUMBEL NORMAL- NORMAL
ULANG PEARSON III III
2
1 5 tahunan 123.67
2 10 tahunan 128.96
3 20 tahunan 135.76
Parameter
No Distribusi Syarat Kriteria
Ck mendekati
2 Gumbel 5.402 Ck = 0.698 Tidak Memenuhi
Cs mendekati
1.139 Cs = 1.451 Tidak Memenuhi
Cv mendekati
3 Log Normal 0.300 Cv = 0.030 Tidak Memenuhi
50 1073.125
100 1141.517
Hasil akhir kala ulang 100 th dan anak sungai K. Wulan (K. Gelis dan K.
Kencing) dengan kala ulang 5 th serta debit pelimpah Goleng adalah
sebagai berikut :
Debit Banjir
Debit Banjir (m3/det)
No. Nama Sungai/Kali (m3/det) CIWA Keterangan
PT. Adiccon SCHEME
(SMEC)
1 2 3 4 5
1 Q1 ( Debit banjir S. Serang Hilir/ Kolom 3: Q1 ditambah
sebelah hulu PB. Wilalung ) Qrasional dr. PB. Wilalung
1.144,357 840
s/d muara sebesar 2,84
m3/det.
2 Q2 ( Debit Banjir di PB. Wilalung
350 350
arah K. Wulan)
3 Q3 ( Debit banjir di Floodway ) 794,357 490 Kolom 4 :
4 Q4 (debit banjir K. Wulan s/d
pertemuan K. Wulan dan K. Gelis 1.1463,357 840
termasuk inlet K. Kencing)
5 Qin_1 (debit K. Kencing yang Kolom 3: debit yang
masuk ke K. Wulan) sementara diusulkan dan
2 -
sebenarnya debitnya
sebesar 10 m3/det
6 Q5 (debit banjir setelah
pertemuan K. wulan dan K. 1.270,027 975
Gelis )
7 Qin_2 (debit K. Gelis yang masuk
123,67 215
ke K. Wulan)
8 Qout ( debit aliran limpasan Kolom3 : debit eksisting,
lewat pelimpah Goleng ) yang mana SWD 1 hanya
47.226
180 bisa menampung debit
sebesar 24,304 m3/det.
(kondisi eksisting)
9 Q6 ( debit banjir K. Wulan dari
Spillway Goleng sampai ke 1.222,801 760
muara )
10 Q Juana 140
Diambil debit Serang Hilar (di hulu Pintu Banjir Wilalung), Q1 sebesar 1.000
m3/dt atau debit dengan periode ulang 25 tahunan.
4. Analisis Sedimentasi
- Ds. Wilalug
Morfologi muara sungai dapat dibedakan dalam tiga kelompok yang tergantung
pada faktor dominan yang mempengaruhinya. Ketiga faktor dominan tersebut
adalah gelombang, debit sungai dan pasang surut. Di muara sungai, ketiga
factor tersebut bekerja secara simultan tetapi biasanya salah satunya
mempunyai pengaruh lebih dominant dari yang lainnya. Untuk muara sungai di
Kali Wulan gelombang memberikan pengaruh paling dominan dengan debit
sungai yang kecil [debit maksimum harian rata-rata selama satu tahun lebih
kecil 10 m3/dt], dan pasang surut yang kecil (MHWL = muka air pada saat
pasang purnama = 0,90 meter).
Apabila debit sungai dari hulu kecil sehingga tidak mampu mengerosi endapan,
maka mulut sungai dapat tertutup oleh endapan, dengan adanya rintangan
tersebut maka akan terjadi genangan di mulut sungai. Pada awal musim
penghujan, yaitu sekitar Oktober dan November, dengan adanya aliran dari
daerah aliran sungai menyebabkan genangan tersebut semakin tinggi
sehingga bisa membanjiri daerah di sebelah hulu yang berupa daerah
pemukiman, persawahan dan tambak. Dalam kondisi tersebut biasanya
penduduk yang merasa terganggu oleh genangan tersebut bergotong royong
menggali endapan di mulut sungai. Dengan adanya bukaan tersebut maka
genangan air mengalir ke laut. Apabila elevasi ganangan cukup tinggi,
kecepatan aliran yang terjadi besar, sehingga dapat mengerosi endapan,
sehingga tampang aliran pada bukaan tersebut semakin besar. Pada bulan
Januari dan Februari dimana debit sungai besar (banjir) bukaan mulut sungai
tidak cukup besar untuk melewatkan debit banjir.
dapat tergerus oleh aliran. Bangunan ini dibuat dari tumpukan batu
dengan lapis lindung batu pecah atau tetrapod.
Dari ketiga hal tersebut di atas dan pada kondisi seperti di atas, maka
kemungkinan dipilih bangunan tipe kedua yaitu jetty pendek sampai
kedalaman sebelum gelombang pecah. Dalam pekerjaan DED Penanganan
muara Kali Wulan kesesuaian bangunan muara akan dikaji secara mendalam
dengan menggunakan simulasi dinamika muara dan sungai.
8. Analisa Hidrolika
Resim aliran
Resim aliran dapat berupa resim aliran sub kritis, super kritis, atau
gabungan. Tipe aliran di K. Wulan berupa aliran sub kritis, hal ini berarti
kecepatan aliran banjir tidak begitu besar.
Kondisi batas
Kondisi batas yang dapat digunakan dalam simulasi hidraulika K. Wulan
adalah batas hulu yang berupa hidrograf banjir dan anak anak sungai dan
limpasan pintu Wilalung. Kondisi batas hilir berupa pasang surut muara K.
Wulan. Untuk simulasi hidraulika ini, kondisi pasang surut diambil pada
pasang surut maksimum sebesar +0,9 SPB, selama waktu untuk simulasi.
Data aliran sungai dimasukkan dalam skema HEC RAS dititik titik tertentu,
yang mensimulasikan debit banjir di K. Wulan. Data input hidrograf banjir
didapatkan dari Sungai Wulan sebelah hulu (S. Serang Hilir), hasil dari
analisis hidrologi. Dari analisis hidrologi diketahui hidrograf yang masuk ke
K. Wulan sebanyak 1 cathment area / sub das dan 1 hidograf banjir dari
pintu Wilalung.
Pembagian Debit dari Limpasan Pintu Wilalung dan floodway ke K. Wulan
Dari sistem pengendalian banjir K. Serang dan K. Wulan, dapat disimpulkan
bahwa limpasan banjir ke K. Wulan dari Pintu Wilalung dan floodway
merupakan strategi banjir yang telah lama ditetapkan, dan sangat efektif di
dalam pengendalian banjir yang telah lama diterapkan, dan sangat efektif di
dalam pengendalian banjir di K. Serang sendiri maupun K. Wulan. Pada
pekerjaan ini analisis pembagian banjir yang melintas pintu Wilalung
didasarkan dengan studi terdahulu (SMEC 1999 dan SMEC 1982) dan data
kapasitas tampang K. serang eksisting (Balai Seluna 2004). Menurut SMEC
Debit Banjir
Debit banjir yang melimpas Pintu Wilalung sebesar 350 m 3/dt,
sedangkan debit Kali Wulan (1 Sub Das) sebesar Debit dengan Kala
Ulang 5 tahun
Kondisi Batas
Kondisi batas hulu merupakan hidrograf limpasan Pintu Wilalung (Q =
350 m3/dt selama 24 jam) ditambah floodway 490 m 3/detik dan kondisi
batas hilir fluktuasi pasang surut.
K. Gelis
K. Wulan
K. Kencing
PB. Wilalung
Floodway
Sungai Juana
K. Serang Hilir
Gambar Skema Sungai dan anak sungai untuk hitungan hidraulika K. Wulan
Banjir dapat terjadi karena sungai tidak mampu menerima beban aliran air.
Atau dengan kata lain kapasitas sungai kurang besar dibandingkan dengan
beban aliran air yang melaluinya. Beberapa alternatif penanganan banjir
disimulasikan dalam kegiatan ini.
KESIMPULAN DAN
RENCANA PERBAIKAN
Hasil analisa deformasi dengan metoda elemen hingga dan analisa stabilitas
lereng telah disampaikan untuk mengetahui penyebab terjadinya longsor pada
tanggul Kali Wulan di Gempol Songo dan Njleper serta retak memanjang pada
tanggul Kali Wulan di Ngelo Kulon. Semua hasil analisa stabilitas lereng tanggul
Kali Wulan di Gempol Songo, Njleper dan Ngelo Kulon, baik hilir maupun hulu
dengan pola deep slide maupun shallow slide menunjukkan bahwa Faktor aman
(SF) terhadap longsoran pada tanggul tersebut ternyata besar jauh diatas ambang
batas minimum (1.50), sehingga masalah konfigurasi tanggul bukan penyebab dari
longsotrnya tanggul Kali Wulan.
Pada analisa deformasi dengan metoda elemen hingga, perubahan muka air
sungai sangat berpengaruh terhadap deformasi yang terjadi baik pada badan
PT. ADICCON MULYA – Semarang 28
Executive Summary
”Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan”
tanggul maupun tanah dasar dibawah tanggul. Tanggul akan kehilangan confining
pressure (kekangan) dari air pada saat air turun. Karena tanah dasar tanggul
adalah tergolong sebagai tanah lunak, hilangnya tekanan air akan mengakibatkan
pergerakan tanggul kearah sungai, sehingga dapat menyababkan terjadinya
retakan pada permukaan tanggul. Pada skala yang besar, maka retakan tersebut
dapat berubah menjadi longsoran.
Untuk mengatasi masalah tersebut yaitu perbaikan tanggul yang longsor maupun
retak memanjang pada puncak tanggul, maka diusulkan perkuatan dengan
menggunakan geosintetik yang akan berfungsi sebagai berikut:
a. Memasang geosintetik 1 lapis dibawah tanggul dan bantaran Kali Wulan pada
daerah yang longsor pada kedalaman 1.00 meter dibawah badan tanggul,
sebagai perkuatan pondasi tanggul, dan menyalurkan gaya-gaya lateral yang
terjadi pada pondasi tanggul oleh karena proses deformasi tanggul, pada
tanggul Gempol Songo, Njleper dan Ngelo Kulon.
b. Memasang lapisan perkuatan dengan konsep steep slope reinforcement pada
tanggul yang mengalami longsor yaitu tanggul Gempol Songo dan Njleper.
KONSEP/ FORMULASI
RENCANA PENGENDALIAN
BANJIR
Banjir dapat terjadi karena beberapa hal, antara lain kondisi alam, dan kegiatan
manusia. Kondisi alam, meliputi:
- Geografi
- Topografi
- Geometri alur sungai, antara lain kemiringan dasar sungai, meandering, bottle
neck, sedimentasi, dan ambang alam
- Curah hujan yang tinggi
Upaya mengatasi masalah banjir Kali Wulan dan kerusakan akibat banjir dapat
dilakukan melalui dua cara, yaitu upaya struktur dan non struktur
1) Upaya pengendalian banjir dengan cara struktur, meliputi:
- Peninggian tanggul untuk mencegah meluapnya banjir sampai ketinggian
tertentu
- Normalisasi untuk merendahkan elevasi muka air banjir dan
memperlancar aliran
- Perkuatan tebing untuk mencegah erosi atau longsoran tebing
2) Upaya pengendalian banjir dengan cara non struktur, yaitu meminimalkan
dampak kerusakan banjir, meliputi:
- Sistem prakiraan banjir dan peringatan dini.
- Penanggulangan banjir {floodfighting) dan evakuasi
- Pemindahan (Relokasi)
- Pengelolaan dataran banjir
- Pengelolaan sampah
- Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)
Upaya mengatasi masalah banjir di Kali Wulan dapat dikelompokkan dalam tiga
program, yaitu program jangka pendek (banjir 1 sampai 5 tahunan), program
jangka menengah (banjir 5 sampai 25 tahunan), dan program jangka panjang
(banjir 25 sampai 50 tahunan)
Program jangka pendek ini dilakukan untuk menanggulangi genangan banjir yang
secara rutin terjadi setiap tahun. Perencanaan sistem pengendalian banjir yang
diusulkan adalah sebagai berikut:
3) Perkuatan tebing
Perkuatan tebing sungai diperlukan pada lokasi-lokasi tanggul kritis akibat
erosi air. Lokasi-lokasi tersebut dapat dilihat pada Bab 2.
Untuk mengatasi masalah sedimentasi dan banjir, dalam program jangka panjang
adalah konservasi lahan pada Daerah Aliran Sungai Serang dan Sungai Lusi.
Konservasi lahan merupakan upaya dalam rangka mengatasi masalah banjir,
kekeringan, erosi dan sedimentasi. Metode konservasi lahan terdiri dari :
1) Metode Mekanis
Metode mekanis dimaksudkan untuk mengurangi energi yang dapat
merusak permukaan tanah. Metode mekanis terdiri dari :
- Saluran Pemisah/ Saluran Air
Saluran ini untuk mengarahkan aliran umumnya dibangun di bagian
atas dan merupakan pemisah dengan lahan di atasnya, yaitu lahan
hutan atau lahan milik satu orang dan lainnya.
- Terasiring
Terasering ini untuk mengurangi panjang dan kemiringan lereng,
sehingga memperkecil kecepatan aliran limpasan permukaan,
2) Metode Vegetasi
Vegetasi dapat mencegah laju limpasan air permukaan dan erosi
permukaan tanah.