Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Taman Purbakala Cipari berada dikeluarahan Cipari Kecamatan Cigugur Kabupaten
Kuningan, kawasan ini di beri nama Taman Purbakala karena situs ini merupakan bentuk
pengembangan dan pemanfaatan situs purbakala yang berfungsi sebagai obyek wisata budaya
sekaligus media pembinaan dan pengolahan jati diri bangsa dan dapat menambah pendapatan
asli daerah (PAD). Luas seluruh kawasan situs ini 7000 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 2 didalam nya terdapat situs
purbakala 2500 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 2 dan museum, tempat untuk menyimpan terdapat temuan-temuan
arkeologi. Berdasarkan tipologi dan stratigrafi di situs ini diperkirakan mengalami dua kali
masa pemukiman, yaitu pemukiman manusia pada akhir masa neolitik dan awal pengenalan
bahan perunggu sekitar kurang lebih tahun 1000 SM samapi dengan SD 500 SM.
Memasuki area taman Purbakala dapat kita lihat tinggalan-tinggalan budaya yang nampak
dari pintu gerbang (arah kiri ke kanan) akan dijumpai menhir dengan tatanan batu.lantai jalan
setapak ditaman purbakala merupakan susunan lempeng batu bentukna baru yang diupayakan
agar serasi dengan tinggalan megalitik yang dominan tersebut dari batu.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa situs ini dinyatakan sebagai tinggalan purbakala yang
memenuhi kriteria sebagai cagar budaya tingkat provisinsi Jawa Barat dan dilindungi oleh
undang-undang nomor 11 tahun 2010.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Situs Purbakal Cipari?
2. Bagaiaman pandangan masyarakat mengenai taman purbakala cipari
3. Bagaiaman cara pengelolaan taman purbakala cipari
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Taman Purbakal Cipari


Situs ini pertama kali ditemukan pada tahun 1971 atau 1972 oleh penduduk dibantu oleh
petugas pemerintah daerah setempat dilakukan eskavasi (penggalian) dan menemukan peti
kubur-kuburan berukuran besar dengan posisi membujur barat daya sampai timur laut.
Tempat berdirinya situs purbakala cipari awalnya adalah tanah milik wijaya yaitu
seorang masyarakat lokal sekaligus pemilik tanah. Lokasi situs taman purbakala cipari kini
berdiri beserta tanah milik beberapa warga daerah sekitarnya. Pada awalnya permukaan tanah
didaerah tersebut tidak memperlihatkan ciri-ciri adanya monumen-monumen maupun artefak
yang bercirikan kepurbakalaan.
Pada tahun 1971 bapak wijaya secara tidak sengaja menemukan sejenis bebatuan yang
mirip dengan bebatuan yang pernah dipamerkan digedung Paseban Tri Panca Tunggal Cigugur
Kuningan. Kemudian informasi tersebut diteliti oleh P. Djatikusumah, ketua tim survei sejarah
kepurbakalaan kabupaten Kuningan. Lalu diadakanlah penggalian percobaan didaerah Cipari
tepatnya di lokasi ditemukannya bebatuan oleh wijaya dan lainnya. Dari hasil penggalian
tersebut ternyata ditemukan artefak-artefak kepurbakalaan dalam bentuk sebuah petu kubur
batu, kapak batu, gelang batu, dan gerabah.
Penemuan tersebut kemudian dilaporkan kepada lembaga purbakala dan peninggalan
nasional di Jakarta. Pada tahun 1972 lembaga purbakala dan peninggalan nasional mengadakan
proyek penelitian dan penggalian dengan tujuan sebagai penyelamatan, dan penggalian total
dilakukan pada tahun 1975.
Pada tahun 1975 didirikan pula bangunan dari situs museum taman purbakala cipari.
Kemudian taman purbakala cipari diresmikan sebagai daerah observasi atau cagar budaya oleh
mentri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Prof. Dr. Syarif Thayeb pada tanggal 23
Februari 1978.
2.2 Pandangan Masyarakat mengenai Taman Purbakala Cipari

Situs ini umumnya belum dipahami oleh kalangan masyarakat sekitar, mereka hanya
memandang bahwa situs ini hanyalah sebuah peninggalan pada masa lalu atau pada masa zaman
pra sejarah atau pra aksara. Mereka beranggapan bahwa situs purbakala cipari adalah tempat
wisata saja Padahal situs ini begitu penting bagi pengetahuan kita sebagai seorang pelajar.
Penjaga taman museum purbakala cipari sendiri bukan warga sekitar, melainkan warga lain yang
bertugas di taman purbakala cipari. Sangat di sayangkan situs tersebut berada di lingkungan
masyarakat sekitar akan tetapi penjaga atau pemandu wisata museum tersebut bukan warga asli.
Kemudian minimnya upaya promosi oleh masyarakat sekitar mengakibatkan pengunjung yang
datang ke museum tersebut hanyalah dari kalangan pelajar saja bukan dari masyarakat umum. Ini
yang mengakibatkan museum purbakala cipari sepi dari pengunjung dan ramainya museum
tersebut hanya pada masa libur sekolah saja.

Anda mungkin juga menyukai