EATING BEHAVIOR
Oleh:
NIM 1901083
2019
DAFTAR ISI
2
BAB 1
LATAR BELAKANG
Suatu rancangan produk atau desain dapat memiliki nilai lebih. Nilai
tersebut lebih dari sekedar estetika dan elemen dekorasi. Hal inilah yang
dinamakan dengan psikologi desain. Psikologi desain mencari sesuatu
yang dappat memberikan penyatu ruang dengan benda. Lebih jauh lagi
psikologi desain dapat membangkitkan memori yang terpendam.
3
dioperasikan sebelum, selama dan sesudah kegiatan mengonsumsi
makanan tersebut. Saya mempertimbangkan peran dari isyarat visual dan
aroma dalam mengidentifikasi makanan dan dalam memilih makanan, juga
menyoroti bagaimana rasa dan tesktur mempengaruhi porsi makanan dan
perkembangan rasa kenyang setelah mengonsumsi makanan.
4
BAB 2
PEMBAHASAN
2. 1 STUDI LITERATUR
Hurling dan Shepherd dalam jurnalnya Eating with Your Eyes: Effect
of Appearance on Expectations of Liking (2003), menganalisa dan
menemukan bahwa ekspektasi utuk makanan bergantung pada ekspektasi
dari produk mentahnya, menyoroti tentang bagaimana penampilan
mengambil peran yang penting.
5
mengonsumsi makanan. Studi analisa Wei fokus terhadap Jus Jeruk.
Berikut adalah beberapa fakta dan data yang didapatkan:
Pun ditemukan penelitian oleh Dr. Jay M. Zampini pada tahun 2007, tentang
hubungan rasa dan ekspektasi rasa yang dikemukakan dalam tabel berikut.
6
Contohnya pada coklat, coklat mengandung susu (coklat low cocoa)
diasosiasikan dengan bentuk yang dinamis atau round chocolate,
sementara coklat yang mengandung kokoa tinggi (memiliki rasa dominan
pahit, dark chocolate) cenderung berbentuk angular atau kaku. Sesuai
dengan studi yang dilakukan oleh Carlos Velasco pada tahun 2015, terkait
empat eksperimen yang didemonstrasikan, rasa manis cenderung cocok
dengan bentuk dinamis seperti bulat dan oval. Sementara rasa pahit, asin
dan asam diasosiasikan dengan bentuk angular atau kaku. Sama halnya,
seperti pudding dengan fla vanila dan kue rasa vanilla, pudding vanila akan
dipersepsikan lebih manis karena berbentuk liquid padahal kandungan
sukrosanya sama.
7
Secara fundamental, makanan yang dipresentasikan dengan
inspirasi dari lukisan Kandinsky sangat diterima oleh para partisipan.
Sebagai tambahan fakta, sebelum mengkonsumsinya mereka bahkan
mengekspresikan bahwa mereka harus membayar lebih tinggi untuk
mengkonsumsinya.
2.2 TABLE-MANNER: RANAH SIKAP DALAM PRILAKU MAKAN
Table manner atau tata cara makan adalah aturan etiket yang
digunakan saat makan, serta mencakup penggunaan peralatan makan
secara tepat. Dari pengertian tersebut menjelaskan tentang hal-hal apa saja
yang perlu kita lakukan ketika makan dan bagaimana cara kita bersikap.
Apabila Anda dihadapkan pada sebuah situasi dimana Anda sedang
dijamu oleh orang-orang penting dan di sebuah tugas kenegaraan, etika
table manner ini menjadi penting. Ada beberapa dasar-dasar table
manner dalam budaya Barat. Sebagai informasi, setiap negara punya
aturan makan atau table manner yang berbeda dan ini adalah dasar-
dasar table manner ala Barat dan biasa digunakan di dunia internasional.
Apabila ditanya tentang korelasi antara table-manner dan keinginan
manusia untuk makan, jelas, korelasinya ada. Disat kita dihadapkan pada
sebuah situasi dimana kita makan bersama banyak orang di satu meja
makan yang sama dan kita makan tanpa menggunakan etika, jelas itu
menciderai makna dari menikmati sebuah makanan.
Pada dasarnya table-manner adalah upaya membenarkan etika
sesorang ketika bersantap makanan di meja makan. Hal ini dilakukan agar
acara perjamuan tertata dengan baik. Selain itu, dengan table manner yang
baik dan benar kesan kesopanan Anda akan jauh lebih terlihat. Ini akan
membuat Anda jauh lebih dihormati oleh teman satu meja makan Anda.
2.2.1 DASAR-DASAR DALAM TABLE MANNER
8
3. Setiap orang mulai makan bersamaan.
4. Jangan membuat suara ketika sedang makan artinya Anda harus
mengunyah makanan tanpa mengeluarkan suara dan membuka mulut.
5. Duduk dengan tegak dan bawalah makanan ke dalam mulut: jangan
mencondongkan badan ke arah piring makan.
6. Jangan menaruh lengan ataupun siku di atas meja (sebelum/sesudah
makan): Anda boleh menaruh tangan sampai pergelangan di tepi meja.
7. Berusahalah untuk ramah kepada setiap orang di meja makan. Jika Anda
adalah seorang pria, Anda harus memberi perhatian penuh pada wanita
yang duduk dekat Anda. Berikan makanan dan layani mereka, hal yang
sama juga berlaku untuk anak-anak.
8. Pegang pisau dengan tangan kanan dan garpu dengan tangan kiri.
9. Potong daging, kentang, sayuran dan lain-lain seukuran satu
gigitan Anda atau potong kecil-kecil, makan potong per potong secara
perlahan.
10. Setiap Anda memotong dengan pisau, makanlah potongan tersebut dengan
garpu.
11. Ketika makan spaghetti, pegang garpu dengan tangan kanan, gulung mie
ke atas dengan garpu, spaghetti yang berada digarpu harus dimakan dalam
satu suapan. Sangat tidak sopan jika readers makan setengah dari mie
yang telah digulung dengan garpu kemudian mie yang Anda makan jatuh
dipiring.
12. Ketika sedang makan, ingat Anda tidak boleh berbicara dengan mulut
penuh makanan.
13. Ketika tuan rumah atau nyonya rumah menawarkan makanan, berikan
mereka jawaban secara langsung jika Anda ingin menolak untuk pertama
kali sehingga mereka tidak menawarkan lagi.
14. Di meja makan minta orang lain untuk memberikan makanan yang jauh dari
jangkauan Anda, dan ingat untuk mengucapkan kata “tolong dan terima
kasih”.
15. Ketika Anda selesai makan taruhlah pisau dan garpu secara berdampingan
diatas piring.
16. Jangan gunakan tusuk gigi diatas meja makan.
17. Sebelum meninggalkan meja makan, lipat kembali serbet dan taruh diatas
meja didekat piring.
18. Jika Anda tidak yakin, amati teman-teman Anda yang sudah terbiasa
dengan table-manner saat makan untuk mencegah kesalahan.
9
BAB 3
KESIMPULAN
10
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Baron, R.A. & Byrne, D. (2003). Social Psychology. Tenth Edition. New
York: Pearson Education.
Hidayatullah, R. & Kurniawan, A. (2016). Estetika Seni. Edisi Pertama.
Yogyakarta: Arttex.
Krebs, J. (2010). Desain dan Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Suryabrata, S. (2012). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali Press.
ARTIKEL JURNAL
Meule, A. & Vogele, C. (2013). The Psychology of Eating. Frontiers in
Psychology, vol. IV, 1-2.
Monica. & Luzar, L.C. (2011). Efek Warna dalam Dunia Desain dan
Periklanan. Humaniora, vol. 2, no. 2, 1084-1096.
Halford, J.C.G., Gillespie, J., Brown, V., Pontin, E.E., & Dovey, T.M. (2004)
Effect of Television Advertisements for Foods on Food Consumption
in Children. Appetite, 42, 221-225.
Magoulas, C. (2009). How Color Affects Food Choices. UNLV Thesis,
Dissertations, Professional Papers, and Capstones, 552, 1-90.
Leidy, H.J., Lepping, R.J., Savage, C.R., & Harris, C.T. (2011). Neural
Responses to Visual Food Stimuli After a Normal vs. Higher Protein
Breakfast in Breakfast-Skipping Teens: A Pilot fMRI Study. Obesity:
Silver Spring, 19(10), 2019-2025.
Cenadi, C.S. (2000). Penerapan Desain Kemasan dalam Dunia
Pemasaran. Nirmana, vol.2, no. 1, 92-103.
Setiawan, B. & Ruki, U.A. (2014). Penerapan Psikologi Desain Pada
Elemen Desain Interior. Humaniora, vol. 5, no.2, 1251-1260.
Tanuwidjaja, G., Sulendra, I., Natalia, M., & Kusuma, C.B. (2015). Persepsi
Mahasiswa Terhadap Atmosfer Tempat Makan Yang Menggugah
Selera Terhadap Makanan Tradisional. Jurnal RUAS, vol. 13, no.2,
1693-3702.
McCrickerd, K. & Forde, C.G. (2016). Sensory Influences On Food Intake
Control: Moving Beyond Palatability. Etiology and Pathophysiology,
17, 18-29.
Kartiko, A.B. & Estikowati. (2016). Pentingnya Variasi Tata Letak dan
Garnish Pada Hidangan Terhadap Tingkat Kepuasan Tamu Di Hotel
Horison Ultima Malang. Pesona, vol. 2, no.1.
Campo, R., Loporcaro, G., & Baldassare, F. The Effects Of Food Aesthetics
On Consumers Visual Stimuli And Food Marketing. Marketing, 553-
565.
de Castro, J.M. (2003). The Time of Day of Food Intake Influences Overall
Intake in Humans. Human Nutritions and Metabolism, 104-111.
11