Anda di halaman 1dari 11

ARTIKEL PSIKOLOGI DESAIN

EATING BEHAVIOR

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Persepsi yang


diampu oleh:

Maya Purnama Sari, S.Pd, M.Ds.

Oleh:

Darasyifa Andini Erlingga

NIM 1901083

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MULTIMEDIA

KAMPUS DAERAH CIBIRU

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2019
DAFTAR ISI

BAB 1 Latar Belakang aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa3

BAB 2 Pembahasan aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrr5

2.1 Studi Literatur aaaatttttttttttaaaaaaaaa5aaaaaa5aaaaaaaaaaaaaaaaa5

2.1.1 Pengaruh dari Warna & Bentuk aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa5

2.1.2 Keseimbangan Makanan di Piring aaaaaaaaaacaaaaaaaaaaaaaaa7

2.2 Table Manner: Ranah Sikap dalam Prilaku Makan aaaaaacccaaaffaa8

2.2.1 Dasar-Dasar dalam Table-Manner aaaaaaaaaaaaaaaaaaccaaaaa10

BAB 3 Kesimpulan aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafffffffffffaa10

Daftar Pustaka aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaffffffffffffffffaaaaaaaa11

2
BAB 1

LATAR BELAKANG

Wujud nyata suatu produk dapat direalisasikan karena telah melalui


proses desain. Disisi lain, sebuah desain melewati beberapa proses
berpikir. Sebelum merancang suatu produk, terdapat pemikiran dasar yang
biasanya digunakan oleh para desainer, yaitu 5W+1H (who, what, where,
why, when & how). Hal ini berkaitan dengan maksud dan tujuan dari produk
ini. Seperti untuk siapa, digunakan dimana, bagaimana cara
menggunakanya dan kapan menggunakannya. Setelah melalui pemikiran
dasar tersebut, desainer akan menganalisa rancangan untuk mengurangi
beberapa kesalahan. Analisis ini berupa eksplorasi dan juga trial and error
yang bertujuan untuk memaksimalkan nilai suatu produk.

Suatu rancangan produk atau desain dapat memiliki nilai lebih. Nilai
tersebut lebih dari sekedar estetika dan elemen dekorasi. Hal inilah yang
dinamakan dengan psikologi desain. Psikologi desain mencari sesuatu
yang dappat memberikan penyatu ruang dengan benda. Lebih jauh lagi
psikologi desain dapat membangkitkan memori yang terpendam.

Dalam hal ini, psikologi desain erat kaitannya dengan Lifestyle


Behavior atau perilaku dan gaya hidup manusia. Salah satu perilaku atau
gaya hidup manusia adalah mengonsumsi makanan. Ketika manusia dalam
keadaan kekurangan energi, sistem fisiologis dalam tubuh manusia
memproses sebuah sinyal kepada otak bahwa makanan harus dikonsumsi,
maksudnya disini adalah keadaan dimana seorang individu merasa lapar.
Ketika makanan dirasa telah cukup dikonsumsi, sinyal yang tadi diberikan
kepada otak harus terhenti, maksudnya disini adalah keadaan dimana
seorang individu merasa kenyang atau puas (Benelam, 2009).

Hal yang dianalisa disini adalah tentang bagaimana stimulasi


sensorik mempengaruhi kontrol asupan makanan. Isyarat sensorik
berdasarkan pada penglihatan, penciuman, rasa dan tekstur makanan yang

3
dioperasikan sebelum, selama dan sesudah kegiatan mengonsumsi
makanan tersebut. Saya mempertimbangkan peran dari isyarat visual dan
aroma dalam mengidentifikasi makanan dan dalam memilih makanan, juga
menyoroti bagaimana rasa dan tesktur mempengaruhi porsi makanan dan
perkembangan rasa kenyang setelah mengonsumsi makanan.

Mengonsumsi makanan bukanlah hanya proses memenuhi


kebutuhan, disisi lain ada beberapa faktor yang mempengaruhi nafsu
makan dan keinginan kita untuk mengonsumsi makanan tersebut, dan hal
itulah yang akan dibahas disini yaitu bagaimana kebiasaan atau perilaku
manusia ketika mengonsumsi makanan ditinjau dari segi psikologi desain.

4
BAB 2

PEMBAHASAN

2. 1 STUDI LITERATUR

Studi ini berfokus pada bagaimana indra kita mempengaruhi


persepsi kita terhadap makanan, dengan kata lain, tentu hal ini akan
mempengaruhi pola makan dan pola hidup kita. Secara spesifik posisi atau
proporsi penyusunan makanan yang betul-betul rapih dalam sebuah piring
dapat dirasa berbeda jika dibandingkan dengan yang berantakan. Konsep
dari studi literatur ini adalah bahwa secara fundamental, taste atau citarasa
bukan hanya tentang rasa dari sebuah makanan, tetapi lebih kompleksnya
lagi ini bergantung pada interaksi kelima indra (cross-modality).

Pemilihan makanan utamanya adalah bergantung pada sistem


visual kita ( Van der Lann, 2011). Dari sudut pandang ini, sudah sangat jelas
bahwa food aesthetics atau keindahan makanan bukanlah elemen
sekunder untuk diperhitungkan.

2.1.1 PENGARUH DARI PENAMPILAN: WARNA DAN BENTUK

Hurling dan Shepherd dalam jurnalnya Eating with Your Eyes: Effect
of Appearance on Expectations of Liking (2003), menganalisa dan
menemukan bahwa ekspektasi utuk makanan bergantung pada ekspektasi
dari produk mentahnya, menyoroti tentang bagaimana penampilan
mengambil peran yang penting.

Penampilan makanan juga memiliki andil dalam ekspektasi rasa.


Salah satu hal yang paling atraktif dalam hal ini tentunya adalah warna
(Spence, 2005). Dampak dari pengaruh penampilan ini sangat besar,
contohnya, gula dalam persepsi rasa manis. Penelitian di tahun 2012 oleh
seorang peneliti bernama Zhi Wei yang juga adalah Profesor di Bidang
Computer Science, and Statistics di Institut Teknologi New Jersey
megemukakan bahwa warna mempengaruhi orang yang akan

5
mengonsumsi makanan. Studi analisa Wei fokus terhadap Jus Jeruk.
Berikut adalah beberapa fakta dan data yang didapatkan:

 Jus yang berwarna kuning-hijau dipersepsikan atau diekspektasikan


memiliki rasa yang lebih asam daripada yang berwarna merah.
 Jus yang berwarna putih-kuning diekspektasikan lebih pahit, tidak
berasa.
 Jus yang berwarna kuning dengan saturasi yang tinggi membuat
konsumen mengekspektasikan jus yang segar.

Menurut dr. Betina Piqueras-Fiszman dalam bukunya yang berjudul The


Perfect Meal: The Multisensory Science of Food and Dining, ia menganalisa
pengaruh dari sebuah warna (hitam dan putih) dan bentuk piring tempat
menaruh makanan. Secara spesifik disini, untuk menyajikan sebuah krim
stroberi mousse. Dia menemukan bahwa warna dari piring pun
mempengaruhi persepsi orang untuk makan, krim mousse yang disajikan
di piring berwarna putih terasa lebih menggugah daripada krim mousse
yang disajikan di piring berwarna lain.

Pun ditemukan penelitian oleh Dr. Jay M. Zampini pada tahun 2007, tentang
hubungan rasa dan ekspektasi rasa yang dikemukakan dalam tabel berikut.

Warna Ekspektasi Rasa


Hijau Jeruk Nipis
Oranye Jeruk
Biru Spearmint
Kuning Jeruk Lemon
Merah Tidak ditemukan asosiasi rasa
Abu Tidak ditemukan asosiasi rasa
Sumber: Zampini et al. (2007)

Elemen lain yang mempengaruhi orang untuk makan adalah bentuk.


Sebagaimana dipaparkan oleh Gal, Wheeler, dan Shiv (2007) bentuk,
bagaimana pun mempengaruhi penilaian kita terhadap sebuah makanan.

6
Contohnya pada coklat, coklat mengandung susu (coklat low cocoa)
diasosiasikan dengan bentuk yang dinamis atau round chocolate,
sementara coklat yang mengandung kokoa tinggi (memiliki rasa dominan
pahit, dark chocolate) cenderung berbentuk angular atau kaku. Sesuai
dengan studi yang dilakukan oleh Carlos Velasco pada tahun 2015, terkait
empat eksperimen yang didemonstrasikan, rasa manis cenderung cocok
dengan bentuk dinamis seperti bulat dan oval. Sementara rasa pahit, asin
dan asam diasosiasikan dengan bentuk angular atau kaku. Sama halnya,
seperti pudding dengan fla vanila dan kue rasa vanilla, pudding vanila akan
dipersepsikan lebih manis karena berbentuk liquid padahal kandungan
sukrosanya sama.

2.1.2 KESEIMBANGAN MAKANAN DI PIRING

Seperti telah dipaparkan bahwa karakteristik visual dari sebuah


makaan meainkan peran penting dalam persepsi rasa. Presentasi dari
sebuah makanan bukanlah faktor sekunder, dalam hal bisnis makanan
seperti restoran, bahkan orientasi dari sebuah piring dapat mempengaruhi
rasa suka konsumen dan kemauan untuk membayar.

Terdapat sebuah studi menarik tentang dampak artistik dari sebuah


preesentasi makanan oleh Charles Michel seorang lulusan Oxford
University tentang penelitiannya yang fenomenal yaitu, A Taste of
Kandinsky. Terdapat 60 partisipan dalam penelitian ini, makanan yang
disajikan memilki komposisi yang sama tetapi dipresentasikan dalam tiga
bentuk yang berbeda. Penampilan yang pertama terinspirasi dari lukisan
oleh Wassily Kandinsky yaitu “Painting number 201”. Sedang yang kedua
adalah presentasi yang umum atau lumrah, dan yang ketiga adalah rapih
yang mana setiap komposisi dari makanan ini disusun sisi ke sisi, tidak
disatukan.

7
Secara fundamental, makanan yang dipresentasikan dengan
inspirasi dari lukisan Kandinsky sangat diterima oleh para partisipan.
Sebagai tambahan fakta, sebelum mengkonsumsinya mereka bahkan
mengekspresikan bahwa mereka harus membayar lebih tinggi untuk
mengkonsumsinya.
2.2 TABLE-MANNER: RANAH SIKAP DALAM PRILAKU MAKAN
Table manner atau tata cara makan adalah aturan etiket yang
digunakan saat makan, serta mencakup penggunaan peralatan makan
secara tepat. Dari pengertian tersebut menjelaskan tentang hal-hal apa saja
yang perlu kita lakukan ketika makan dan bagaimana cara kita bersikap.
Apabila Anda dihadapkan pada sebuah situasi dimana Anda sedang
dijamu oleh orang-orang penting dan di sebuah tugas kenegaraan, etika
table manner ini menjadi penting. Ada beberapa dasar-dasar table
manner dalam budaya Barat. Sebagai informasi, setiap negara punya
aturan makan atau table manner yang berbeda dan ini adalah dasar-
dasar table manner ala Barat dan biasa digunakan di dunia internasional.
Apabila ditanya tentang korelasi antara table-manner dan keinginan
manusia untuk makan, jelas, korelasinya ada. Disat kita dihadapkan pada
sebuah situasi dimana kita makan bersama banyak orang di satu meja
makan yang sama dan kita makan tanpa menggunakan etika, jelas itu
menciderai makna dari menikmati sebuah makanan.
Pada dasarnya table-manner adalah upaya membenarkan etika
sesorang ketika bersantap makanan di meja makan. Hal ini dilakukan agar
acara perjamuan tertata dengan baik. Selain itu, dengan table manner yang
baik dan benar kesan kesopanan Anda akan jauh lebih terlihat. Ini akan
membuat Anda jauh lebih dihormati oleh teman satu meja makan Anda.
2.2.1 DASAR-DASAR DALAM TABLE MANNER

1. Taruhlah napkin (serbet) pada pangkuan.


2. Tunggulah sampai semua orang mendapatkan makanannya sebelum mulai
makan.

8
3. Setiap orang mulai makan bersamaan.
4. Jangan membuat suara ketika sedang makan artinya Anda harus
mengunyah makanan tanpa mengeluarkan suara dan membuka mulut.
5. Duduk dengan tegak dan bawalah makanan ke dalam mulut: jangan
mencondongkan badan ke arah piring makan.
6. Jangan menaruh lengan ataupun siku di atas meja (sebelum/sesudah
makan): Anda boleh menaruh tangan sampai pergelangan di tepi meja.
7. Berusahalah untuk ramah kepada setiap orang di meja makan. Jika Anda
adalah seorang pria, Anda harus memberi perhatian penuh pada wanita
yang duduk dekat Anda. Berikan makanan dan layani mereka, hal yang
sama juga berlaku untuk anak-anak.
8. Pegang pisau dengan tangan kanan dan garpu dengan tangan kiri.
9. Potong daging, kentang, sayuran dan lain-lain seukuran satu
gigitan Anda atau potong kecil-kecil, makan potong per potong secara
perlahan.
10. Setiap Anda memotong dengan pisau, makanlah potongan tersebut dengan
garpu.
11. Ketika makan spaghetti, pegang garpu dengan tangan kanan, gulung mie
ke atas dengan garpu, spaghetti yang berada digarpu harus dimakan dalam
satu suapan. Sangat tidak sopan jika readers makan setengah dari mie
yang telah digulung dengan garpu kemudian mie yang Anda makan jatuh
dipiring.
12. Ketika sedang makan, ingat Anda tidak boleh berbicara dengan mulut
penuh makanan.
13. Ketika tuan rumah atau nyonya rumah menawarkan makanan, berikan
mereka jawaban secara langsung jika Anda ingin menolak untuk pertama
kali sehingga mereka tidak menawarkan lagi.
14. Di meja makan minta orang lain untuk memberikan makanan yang jauh dari
jangkauan Anda, dan ingat untuk mengucapkan kata “tolong dan terima
kasih”.
15. Ketika Anda selesai makan taruhlah pisau dan garpu secara berdampingan
diatas piring.
16. Jangan gunakan tusuk gigi diatas meja makan.
17. Sebelum meninggalkan meja makan, lipat kembali serbet dan taruh diatas
meja didekat piring.
18. Jika Anda tidak yakin, amati teman-teman Anda yang sudah terbiasa
dengan table-manner saat makan untuk mencegah kesalahan.

9
BAB 3

KESIMPULAN

Psikologi desain memegang peranan penting dalam sebuah


perancangan. Hasil akhir yang ingin dicapai oleh desainer harus matang
dalam berbagai faktor. Setelah penerapan 5W+1H dalam konsep
perancangan, pemahaman tentang kaitan psikologi desain terhadap gaya
hidup manusia akan semakin mempertajam pemikiran desainer.

Psikologi desain tidak hanya sebatas pemiilihan warna, bentuk,


tekstur, permainan garis, sampai tata letak desain interior rumah juga bisa
memengaruhi psikologi seseorang. Dalam proses merancang tidak hanya
cara berpikir kita yang perlu diketahui dengan jelas, tetapi juga cara berpikir
klien dan orang pada umumnya.

Psikologi desain dalam hal ini kaitanya dengan Eating Behavior,


menjelaskan tentang kebiasaan-kebiasaan manusia ketika makan yang
berkaitan dengan psikologi desain. Sudah sangat jelas, bahwa makan
bukan hanya tetntang menelan makanan dan pemrosesan didalam sistem
organ. Tetapi, ada banyak faktor yang mempengaruhi keinginan kita untuk
makan. Beberapa diantaranya adalah food aesthetics dan table-manner.

Food Aesthetics adalah karakteristik dari makanan tersebut yang


mempengaruhi keinginan kita untuk mengonsumsinya. Hal ini erat kaitnnya
dengan stimulasi visual. Sedangkan, table-manner adalah tata cara atau
adab yang digunakan ketika makan. Hal ini erat kaitannya dengan
bagaimana cara kita bersikap dalam makan dapat mempengaruhi
psikologis dan keinginan untuk makan.

DengaN demikian psikologi desain kaitannya dengan perilaku


makan (eating behavior) ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran
akan pandangan yang lebih komprehensif tentang perilaku makan dan
memajukan pemahaman kita tentang perilaku makan ini.

10
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Baron, R.A. & Byrne, D. (2003). Social Psychology. Tenth Edition. New
York: Pearson Education.
Hidayatullah, R. & Kurniawan, A. (2016). Estetika Seni. Edisi Pertama.
Yogyakarta: Arttex.
Krebs, J. (2010). Desain dan Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Suryabrata, S. (2012). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali Press.
ARTIKEL JURNAL
Meule, A. & Vogele, C. (2013). The Psychology of Eating. Frontiers in
Psychology, vol. IV, 1-2.
Monica. & Luzar, L.C. (2011). Efek Warna dalam Dunia Desain dan
Periklanan. Humaniora, vol. 2, no. 2, 1084-1096.
Halford, J.C.G., Gillespie, J., Brown, V., Pontin, E.E., & Dovey, T.M. (2004)
Effect of Television Advertisements for Foods on Food Consumption
in Children. Appetite, 42, 221-225.
Magoulas, C. (2009). How Color Affects Food Choices. UNLV Thesis,
Dissertations, Professional Papers, and Capstones, 552, 1-90.
Leidy, H.J., Lepping, R.J., Savage, C.R., & Harris, C.T. (2011). Neural
Responses to Visual Food Stimuli After a Normal vs. Higher Protein
Breakfast in Breakfast-Skipping Teens: A Pilot fMRI Study. Obesity:
Silver Spring, 19(10), 2019-2025.
Cenadi, C.S. (2000). Penerapan Desain Kemasan dalam Dunia
Pemasaran. Nirmana, vol.2, no. 1, 92-103.
Setiawan, B. & Ruki, U.A. (2014). Penerapan Psikologi Desain Pada
Elemen Desain Interior. Humaniora, vol. 5, no.2, 1251-1260.
Tanuwidjaja, G., Sulendra, I., Natalia, M., & Kusuma, C.B. (2015). Persepsi
Mahasiswa Terhadap Atmosfer Tempat Makan Yang Menggugah
Selera Terhadap Makanan Tradisional. Jurnal RUAS, vol. 13, no.2,
1693-3702.
McCrickerd, K. & Forde, C.G. (2016). Sensory Influences On Food Intake
Control: Moving Beyond Palatability. Etiology and Pathophysiology,
17, 18-29.
Kartiko, A.B. & Estikowati. (2016). Pentingnya Variasi Tata Letak dan
Garnish Pada Hidangan Terhadap Tingkat Kepuasan Tamu Di Hotel
Horison Ultima Malang. Pesona, vol. 2, no.1.
Campo, R., Loporcaro, G., & Baldassare, F. The Effects Of Food Aesthetics
On Consumers Visual Stimuli And Food Marketing. Marketing, 553-
565.
de Castro, J.M. (2003). The Time of Day of Food Intake Influences Overall
Intake in Humans. Human Nutritions and Metabolism, 104-111.

11

Anda mungkin juga menyukai