Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENGARUH MOOD , EMOSI DAN PEMILIHAN MAKANAN


Disusun untuk memenuhi tugas Pengantar Psikologi
Dosen Pangempu: Tri Yunita Fd, S.Tr.Keb., M.Kes.

Oleh Kelompok 1 :
Ananda Fatimmatuzzharoq (21034029001)
Annisa Putri Ningrum W. (21034029002)
Ayunda Fatma Sholikha (21034029004)
Dea Aulia Rahmawati (21034029006)
Fitria Afifatussholihah (21034029007)
Fizatul Kholifah (21034029008)
Indah Karunia K. (21034029010)
M. Alifian Satriana (21034029014)
Niza Maizaroh (21034029016)
Singgi Warasita Marshanda (21034029018)
Siti Nur Ilmia (21034029021)
Yunita Rislaulia (21034029024)

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 GIZI
INSTITUT ILMU KESEHATAN NAHDATUL ULAMA TUBAN
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh. Puji syukur kehadirat Allah SWT


yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “Pengaruh mood, emoai dan pemilihan makanan” tepat
dengan waktunya. Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada Mata Kuliah Pengantar Psikologi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang ketogenesis bagi para pembaca dan juga penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tri Yunita Fd, S.Tr.Keb., M.Kes.
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni. Penulis menyadari makalah yang ditulis
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Wassalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh.

Tuban, 2 Januari 2023

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................II
DAFTAR ISI.............................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................1
1.3 Tujuan .....................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................2
2.1 Pengertian Pemilihan Makanan
2.2 Efek umum rasa lapar pada makanan dan mood......................................2
2.3 Sensasi, ekspetasi dan mood terhadap pemilihan makanan.....................2
2.4 Efek negatif, comfort eating, dan pemilihan makanan.............................3
2.5 Diet menahan diri, emotional eating dan stress.......................................4
BAB III PENUTUP..................................................................................................5
3.1 Kesimpulan..............................................................................................5
3.2 Saran.........................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................6

III
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Psikologi Nutrisi adalah cabang dari ilmu psikologi yang mengkaji kaitan antara
faktor psikologis dengan nutrisi, tidak terlepas dari konteks biologis, sosial, dan
budaya yang terikat pada setiap individu. Tujuannya membahas dari sisi psikologis
terkait pemilihan makanan, diet makanan, dan untuk menemukan spektrum-spektrum
perilaku makan, dari perilaku makan sehat sampai adanya body dissatisfaction.
Pengaruh psikologis terkait nutrisi berhubungan dengan proses mental dalam
pemilihan makanan dan nutrisi yang akan dikonsumsi, dipengaruhi oleh pengalaman,
pengetahuan, pola asuh masa dini, mood, dan stres. Contoh: saat sedang senang,
seseorang akan cenderung makan lebih banyak bila dibandingkan saat sedih, atau
sebaliknya. Contoh: pengetahuan terkait perkembangan, usia, dan komposisi gizi
seimbang akan memengaruhi proses pemilihan makanan pada individu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Pemilihan Makanan?
2. Bagaimana efek umum rasa lapar pada makanan dan mood ?
3. Bagaimana sensasi, ekspetasi dan mood terhadap pemilihan makanan ?
4. Bagaimana efek negatif, comfort eating, dan pemilihan makanan ?
5. Bagaimana diet menahan diri, emotional eating dan stress?

1.3 Tujuan
1. Makalah ini diharapkan mampu menjelaskan mengenai Pemilihan Makanan.
2. Makalah ini diharapkan mampu memaparkan efek umum rasa lapar pada makanan
dan mood.
3. Makalah ini diharapkan mampu memaparkan sensasi, ekspetasi dan mood terhadap
pemilihan makanan.
4. Makalah ini diharapkan mampu memaparkan efek negatif, comfort eating, dan
pemilihan makanan.
5. Makalah ini diharapkan mampu memaparkan diet menahan diri, emotional eating
dan stress.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pemilihan Makanan


Pemilihan makanan merupakan proses seleksi dan konsumsi makanan dan
minuman, dengan melakukan pertimbangan pada apa, bagaimana, kapan, dimana, dan
dengan siapa seseorang melakukan kegiatan makan, sama baiknya dengan
mempertimbangkan aspek dari makanan dan perilaku makan yang akan dilakukan
(Shepherd & Raats, 2006). Pemilihan makanan memainkan peran penting dalam aspek
simbolis, ekonomi, dan sosial dalam kehidupan dengan mengekspresikan suatu
preferensi, identitas, dan makna budaya. Pemilihan makanan juga menjelaskan nutrisi
dan substansi lain yang masuk ke dalam tubuh dan berpengaruh terhadap kesehatan,
morbiditas, dan mortalitas.

2.2 Efek umum rasa lapar pada makanan dan mood


Pada umumnya makanan mengubah suasana hati dan dorongan dalam diri, hal ini
terjadi sebelum hingga setelah proses makan. Manusia cenderung lebih waspada dan
mudah tersinggung saat merasa lapar sehingga mendorong perilaku mencari
makanan.Kinerja mental manusia bisa terganggu oleh kebutuhan ini sehingga
merugikan perilaku lainnya. Setelah makan makanan yang mengenyangkan, manusia
biasanya menjadi tenang, lesu, bahkan mengantuk. Penyerapan nutrisi cepat terdeteksi
oleh otak, karena informasi disampaikan oleh saraf vagus dari usus dan hati. Ketika
mood dan konteks makan diacak sebanyak sepuluh kali sehari selama seminggu, dapat
disimpulkan bahwa makanan lebih cenderung menghasilkan mood yang positif
daripada suasana hati netral atau negatif (Macht et al., 2004), setidaknya dalam jangka
waktu singkat.

2.3 Sensasi, ekspetasi dan mood terhadap pemilihan makanan


Rasa manis menimbulkan sensasi menyenangkan, sedangkan rasa pahit dan asam
menimbulkan sensasi yang tidak enak. Ekspektasi tentang makanan merupakan
prediksi personal dari konsekuensi makan yang bergantung pada pengalaman terhadap
makanan tersebut dalam berbagai konteks.Ekspektasi tersebut tidak hanya dalam
pikiran, namun juga memiliki pengaruh nyata terhadap perilaku dan
fisiologi.Peningkatan mood negatif yang lebih kuat terlihat pada wanita yang
melaporkan kecenderungan makan yang lebih besar sebagai respons terhadap keadaan
emosional. Hal ini menyiratkan bahwa efek penguat makanan pada keadaan emosional
sebelumnya harus terjadi selama proses makan daripada setelah makan. Hal ini serupa
dengan temuan bahwa para pecandu cokelat (chocolate addicts) merasa lebih bersalah
setelah memakan cokelat (Macdiarmic and Hetherington, 1995).Para pecandu cokelat
melaporkan penurunan positif dan pengaruh negatif yang lebih tinggi sebelum makan.

2
2.4 Efek negatif, comfort eating, dan pemilihan makanan
Seseorang yang mengalami kegemukan mungkin saja makan secara berlebihan
karena merasa bingung menentukan antara gairah emosional dengan rasa lapar, atau
makan digunakan sebagai alternatif untuk menghadapi tekanan emosional yang
dimiliki (Schachter et al., 1968; Bruch,1974). Di tahun 1980an dan 1990an ditemukan
efek yang berbeda pada perilaku makan tergantung pada tingkatan untuk mengontrol
makanan (usaha sadar untuk membatasi asupan makanan; Heatherton et al., 1991).
Neurokimia juga berkontribusi untuk memunculkan dampak negatif dan emosional
dalam perilaku makan sehingga dapat dijadikan sebagai prediktor masalah perilaku
makan dan kontrol berat badan yang buruk (Waters et al., 2001; Chua et al., 2004;
Fulkerson et al., 2004).

1. Studi alamiah tentang stres dan pemilihan makanan


Secara alami, lingkungan yang penuh tekanan dapat memberikan konteks yang
dapat memprediksi hubungan antara stres dengan variasi diet.Contohnya seperti, ujian
atau periode beban kerja yang tinggi. Dalam literatur dikatakan bahwa secara fisik,
stress yang berkepanjangan dan tidak terkendali akan cenderung menekan keinginan
untuk makan, walaupun secara singkat dapat membangkitkan stressor psikososial yang
mungkin akan menyebabkan makan berlebih (Robbins dan Fray, 1980). McCann et al.
(1990) meneliti pengaruh dari variasi beban kerja terhadap asupan makanan dan lipid
serum pada sekelompok perempuan pekerja kantoran.
Para pekerja melaporkan bahwa dalam menjalani beban kerja tersebut, akan
semakin tinggi asupan energi dan persentasi energi yang tinggi seperti lemak dalam
dua periode kerja dibandingkan dengan periode kerja yang normal. Dua survei
epidemiologis pada remaja menunjukkan adanya hubungan antara stress, depresi dan
perubahan pola makan yang tidak sehat. Pada remaja di Amerika Serikat menunjukkan
gejala depresi berkaitan dengan hambatan untuk makan sehat, tidak makan dan
gangguan makan lainnya. Walaupun satu-satunya perubahan yang signifikan nampak
pada meningkatnya konsumsi minuman ringan pada anak-anak yang duduk di bangku
sekolah (Fulkerson dkk., 2004).

2. Pengendalian diri, emotional eating dan stres


Karakteristik psikologis atau fisiologis tertentu membuat seseorang mengubah
pilihan makanan mereka ke arah yang tidak sehat.para pemakan emosional yang stress
lebih banyak memakan makanan manis (coklat dan kue) dan makanan yang padat
energi, daripada pemakan emosional tanpa tekanan atau pemakan nonemosional dalam
kondisi apa pun. Ini mendukung temuan survei Oliver dan Wardle (1999) bahwa
makanan berlemak manis seperti coklat mungkin lebih disukai selama stres atau
pengaruh negatif, setidaknya pada subkelompok individu yang rentan.

3
2.5 Diet menahan diri, emotional eating dan stress
Setiap manusia pasti pernah merasakan stres didalam hidupnya. Stres merupakan
respon yang berasal dari dalam tubuh manusia terhadap suatu tekanan. Ketika terjadi
perbedaan antara harapan dan kenyataan kerap membuat stres. Namun, respon
terhadap suatu stimulus antara individu dapat berbeda. Beberapa individu akan
merespon stimulus ketika situasi tertentu dan menyebabkannya stres, namun ada juga
individu ketika dihadapkan pada situasi tertentu tidak menyebabkannya stres. Hal ini
dikarenakan individu memiliki kemampuan dalam menyikapi setiap situasi dengan
berbeda-beda karena pengalaman hidup yang dimiliki juga berbeda-beda.
Stres dapat menyebabkan kadar hormon kortisol meningkat (Larasati, 2016). Salah
satu bentuk mekanisme psikologis individu yang sedang mengalami stres akan
memilih coping yang sesuai untuk mengurangi stres yang dirasakannya. Penelitian
Potter dan Perry (Andarini, 2013) menyatakan bahwa salah satu coping stres yaitu
nutrisi. Nutrisi dapat diperoleh melalui makanan. Stres dapat diatasi dengan makan.
Sehingga ketika individu mengalami stres makanan dijadikan strategi untuk
menghilangkan stres, tidak memperhatikan makanan yang akan dimakannya, dan
makan secara berlebihan. Stres juga dapat terjadi ketika adanya tuntutan yang berasal
dari lingkungan memenuhi sumber daya individu yang dapat mengakibatkan proses
fisiologis, kognitif, dan perilaku. Seperti terjadinya perasaan cemas, peningkatan
jumlah merokok, penurunan tidur dan olahraga serta makan makanan yang kurang
sehat (Cohen, Janicki-Deverts, & Miller, 2007; Ng & Jeffery, 2003).
Mahasiswa kerap merasa cemas ketika terdapat tugas yang tengah mendekati
deadline, dihadapkan pada ujian yang materinya cukup sulit, dan ketika akan
melakukan key in yang nama-nama dosennya sudah diketahui sebelumnya. Seringkali
mahasiswa melewatkan waktu tidur untuk mengerjakan hal-hal yang berkaitan dengan
kuliah seperti mengerjakan tugas, belajar untuk kuis, dan mempelajari materi kuliah
untuk keesokkan harinya. Waktu yang dimiliki untuk olahraga pun terlewatkan.
Mahasiswa cenderung memilih untuk menyelesaikan hal-hal terkait akademis maupun
non akademis dibandingkan dengan olahraga. Stres juga mampu mempengaruhi untuk
makan makanan yang kurang sehat karena ketika stres dapat mengaktifkan sinyal di
otak untuk meningkatkan asupan makanan yang enak, makanan yang memiliki
kandungan lemak tinggi, makanan ringan, dan mengurangi asupan buah (Mikolajczyk,
El Ansari, & Maxwell, 2009). Sehingga, individu tidak makan makanan yang sehat.
Rasa takut dan rasa cemas yang dimilikinya dapat menyebabkan individu memiliki
perilaku makan yang didasari oleh respon emosi negatif. Kondisi psikologis individu
yang merasa takut dan cemas akan menyebabkan perilaku makan yang buruk. Seperti
ketika individu yang dihadapkan pada sejumlah tugas yang banyak dan sudah
mendekati waktu pengumpulan. Jika tugasnya belum selesai dikerjakan oleh individu,
pastilah individu tersebut mengalami stres.

4
Selain itu, ketika individu dihadapkan pada sebuah ujian. Apabila individu selama
proses pembelajaran belum mampu memahami materi dengan baik, dan individu
tersebut baru belajar ketika mendekati ujian, maka individu akan mengalami stres.
Individu akan merasa tertekan cenderung memiliki keinginan untuk makan makanan
yang tidak sehat. Hal ini sejalan dengan penelitian McGuire dan Beerman (Andarini,
2013) yang menyatakan bahwa ketika individu mengalami stres cenderung memilih
makanan yang manis dan memiliki kandungan lemak yang tinggi seperti es krim, kue-
kue manis, keripik, dan coklat. Individu akan merasa puas dan tenang karena makanan
yang dimakan mampu membuatnya merasa nyaman.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
aspek-aspek stres dengan perilaku makan. Stres akan mempengaruhi perilaku makan
individu. Oleh karena itu, stres berkaitan dengan perilaku makan pada mahasiswa.

5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemilihan makanan dapat mengubah mood dan mood dapat mengubah
pemilihan makanan dengan berbagai macam alasan. Ketika hubungan antara
pemilihan makanan dan mood konsisten dapat diprediksi kebiasaan yang
memungkinkan untuk terjadi hubungan tersebut dapat mengindikasikan bahwa efek
antara satu dan yang lainnya memiliki beberapa hasil yang memberikan
reinforcement.
3.2 Saran
Demikianlah pokok bahasan makalah mengenai pengaruh mood, emosi dan
pemilihan makanan yang dapat kami paparkan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk kami dan dapat diterima oleh dosen pengampu. Karena
keterbatasan pengetahuan dan referensi, kami menyadari makalah ini belum cukup
baik. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun kami harapkan agar dapat
menyusun makalah lebih baik lagi pada makalah selanjutnya.

6
DAFTAR PUSTAKA

Karisma, Luh Made. (2017). Psikologi Nutrisi. Fakultas Kedokteran Udayana. Universitas
Udayana: Denpasar.

Anda mungkin juga menyukai