Anda di halaman 1dari 6

Hubungan Antara Dimensi Kepribadian Big Five ......

Nelvi, Raudatussalamah

Hubungan Antara Dimensi Kepribadian Big Five Dengan Perilaku


Makan Pada Mahasiswa UIN Suska Riau Di Pekanbaru Riau
Nelvi, Raudatussalamah

Fakultas Psikologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau


email: raudatussalamah@uin-suska.ac.id

Abstrak
Kesehatan tidak terlepas dari faktor makanan, baik apa yang dimakan maupun cara
atau perilaku makan. Perilaku makan sehat akan membantu individu untuk melakukan
aktivitas dengan baik. Perilaku makan juga tidak terlepas dari faktor psikologis, salah
satunya adalah kepribadian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubun-
gan antara tipe kepribadian big five dengan perilaku makan pada mahasiswa. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 380 mahasiswa UIN Suska Riau TA. 2013-
2014 dan berusia 18-21 tahun. Skala yang digunakan berdasarkan dimensi perilaku
makan yaitu external eating, emotional eating, restrained eating dari Van Strein,dkk
(dalam Elfhag & Morey, 2008) dan skala kepribadian big five adaptasi dari IPIP (Inter-
national Personality Item Pool). hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan anta-
ra dimensi kepribadian consciousness dengan perilaku makan (rxy = -1,230, p=0,008)
dan neuroticism dengan prilaku makan (rxy = 0,103, p = 0,022).Nilai koefisien deter-
minasi (Adjusted R Square) sebesar 0,027 atau 2,7%. Artinya, dimensi dimensi dalam
kepribadian big five berkaitan dan memberikan kontribusi terhadap perilaku makan
mahasiswa.

Kata kunci: kepribadian big five, perilaku makan, mahasiswa

Relationship Between The Big Five Personality and Eating


Behaviors on Students at UIN Suska Riau In Pekanbaru Riau
Abstract
Health can not be separated from the food factor, what to eat and how to eat related
eating behavior. Healthy eating behavior will help the individual to perfom activities
well. Feeding behavior is also inseparable from psychological factors, one of which
personality factor. The purpose of this study was to determine the relationship between
the big five personality with eating behaviors in students. The method used in this re-
search was correlational method. The sample used in this study is an active Student
UIN Suska Riau TA. 2013-2014 aged 18-21 years using purposive sampling technique
with Slovin formula is 380 students. The scale used by the external dimensions of
eating behavior that is eating, emotional eating, restrained eating from Van Strein, et
al (in Elfhag & Morey, 2008), the big five personality scale adaptation of IPIP (Interna-
tional Personality Item Pool). Data analysis techniques that multiple linear regression
with SPSS 18.00 The results showed association between personality (big five) in the
dimension conscientiousness with eating behavior (r xy = -1.230, p = 0.008) and there
is relationship between personality (big five) in dimension neuroticism with eating be-
havior (r xy = 0.103, p = 0.022). The coefficient of determination (Adjusted R Square)
of 0.027 or 2.7%, this means that 2.7% of personality affects eating behavior. The big
five personality dimensions in related and contribute to the eating behavior of students
.
Keywords: big five personality, eating behavior, student

Pendahuluan diperhatikan namun kadang kadang terlepas


dari persoalan gizi.
Gambaran khas remaja yaitu pen- Ketika remaja termotivasi untuk men-
carian identitas, kepedulian akan penampi- dapatkan bentuk tubuh yang langsing atau
lan, rentan terhadap masalah komersial ideal, perubahan perilaku makan remaja mu-
dan tekanan dari teman sekelompok (peer lai dilakukan seperti diet tidak sehat, minum
group) serta kurangnya kepedulian terhadap obat pelangsing, makan tidak teratur, ngemil,
masalah kesehatan (IDAI, 2013). Kurangnya jarang sarapan pagi, makan fast food, jajanan
kepedulian terhadap masalah kesehatan ini yang tidak memenuhi kebutuhan asupan gizi
berkaitan dengan perilaku makan, apalagi (IDAI, 2013). Mengurangi makan yang men-
jika berkaitan dengan persoalan penampilan. gandung nilai gizi (telur, susu, dan sayuran),
Saat ini memiliki tubuh ideal selalu dikaitkan tidak makan pagi yang akan mempengaruhi
dengan makanan, dan pola makan, sehingga kurangnya kadar glukosa dalam darah se-
perilaku makan menjadi perilaku yang sangat hingga cadangan lemak akan diambil oleh

47
Jurnal Psikologi, Volume 12 Nomor 1, Juni 2016

tubuh yang menyebabkan tubuh tidak dapat strained eating yaitu tingkat pembatasan ma-
melakukan aktivitas dengan baik (Corputty, kanan secara sadar atau kognitif (mencoba
2004). untuk menahan diri dari makan dalam rangka
Bagi sebagian remaja lainnya yang untuk menurunkan atau mempertahankan be-
tidak terlalu memikirkan perubahan penampi- rat badan tertentu).
lan fisik (tubuh dan wajah), memilih untuk tidak Masa remaja akhir setara dengan ma-
merubah perilaku makan dari porsi biasanya. hasiswa, mayoritas mahasiswa telah memiliki
Selain perubahan fisik yang terjadi pada re- pemikiran formal operasional dan melihat kes-
maja, perubahan psikologis juga memicu ehatan dengan cara yang lebih hipotesis dan
peningkatan perilaku makan seperti keadaan abstrak, sehingga mereka lebih cenderung
suasanan hati (senang, sedih, stres). Hal ini menggambarkan kesehatan dengan meng-
dialami remaja yang memiliki berat badan gunakan komponen psikologis emosional,
berlebih terutama ketika mengalami keadaan sosial, dan menganggap bahwa tingkah laku
stres. Gibney (2008) mengemukakan bahwa mereka adalah hal yang penting bagi keseha-
dalam keadaan stres perilaku makan sese- tan mereka sendiri (Millstrein dalam Santrock,
orang yang mengalami berat badan berlebih 2003).
(obese) lebih tinggi dibandingkan orang yang Mahasiswa makan bukan disebabkan
memiliki berat badan normal. oleh rasa lapar, namun ada faktor-faktor yang
Perilaku makan yang tidak sesuai mempengaruhinya seperti faktor internal
dengan asupan energi seseorang akan ber- maupun eksternal. Faktor eksternal seperti
dampak pada kesehatan. Di negara yang se- agama, pendidikan (Sulistyoningsih, 2011),
dang berkembang, sekitar 27% remaja putra lingkungan sosial (media dan iklan) ekonomi,
dan 26% putri menderita anemia, sementara kultural atau budaya (Gibney,dkk, 2008; Su-
di negara maju angka tersebut hanya berada listyoningsih, 2011). Sedangkan faktor inter-
pada bilangan 5% dan 7% (Arisman, 2009). nal yaitu psikologis kepribadian, stres (emosi
Selain itu di Jakarta juga terdapat 11,6 pers- negatif), suasana hati, citra rasa (Gibney, dkk,
en remaja mengalami anoreksia nervosa 2008), citra tubuh (Santrock, 2003).
dan 27% remaja mengalami bulimia nervosa Perilaku makan mahasiswa dipen-
(Tantiani & Syaiq, 2008). Penelitian Setyorini garuhi oleh beberapa faktor salah satunya
(dalam Widianti & Candra, 2012) tahun 2010 adalah kepribadian. Kepribadian menurut All-
di SMA Negeri 4 Semarang menunjukkan port (dalam Alwisol, 2009) adalah organisasi
bahwa sebagian besar (87,1%) remaja pu- dinamik dalam sistem psikofisiologik sese-
tri belum menjalankan perilaku makan yang orang yang menentukan model penyesua-
baik, dan hanya (12,9%) remaja putri yang iannya yang unik dengan lingkungannya.
sudah menjalankan perilaku makan yang Menurut five factor model adalah trait kepriba-
baik. dian digambarkan dalam bentuk lima dimensi
Perilaku makan adalah respon individu dasar yaitu, neuroticism, conscientiousness,
terhadap makanan. Perilaku ini meliputi peng- extraversion, openness to experience, agree-
etahuan, persepsi, sikap dan praktik terhadap ableness. (McCrea & Costa, dalam Mastuti,
makanan serta unsur-unsur yang terkandung 2005)
di dalamnya (gizi, vitamin), dan pengelolaan Friedman dan Schustack (dalam Feist
makanan yang berhubungan dengan kebutu- & Feist, 2010) mengatakan bahwa dimensi
han tubuh (Notoatmodjo, 2007). Irianto (2007) kepribadian conscientiousness yang cend-
mengemukakan terdapat beberapa kriteria erung dominan tinggi yaitu seseorang yang
makan sehat, yaitu frekuensi makan 3 kali teratur, berhati-hati, tepat waktu dan mampu
(pagi, siang, malam), cukup kuantitas (tergan- bertahan. Dimensi kepribadian neuroticism
tung pada setiap orangnya baik berat badan, cenderung sensitif, mudah cemas, sangat sa-
jenis kelamin, usia, dan jenis kesibukannya), dar akan dirinya sendiri, emosional dan rent-
proporsi makanan seimbang (karbohidrat, an terhadap stres. Dimensi kepribadian open-
lemak, protein, air, mineral), sayuran dan bua- ness to experience cenderung penuh dengan
han, serta minum enam gelas air sehari. rasa penasaran terbuka dan memilih variasi,
Menurut Van Strien, dkk (dalam Elfhag imajinatif, kreatif. Dimensi kepribadian agree-
& Morey, 2008) ada tiga dimensi perilaku ma- ableness cenderung mudah percaya, koop-
kan. Pertama, external eating yaitu menang- eratif dan hangat. Kepribadian pada dimensi
gapi rangsangan yang berhubungan dengan extraversion cenderung memiliki rasa kasih
makanan (dari segi bau, rasa, dan penampi- sayang, ceria, senag dan sering berkumpul
lan makanan) tanpa keadaan internal lapar dengan teman-temannya, menyenangkan,
dan kenyang. Kedua, emotional eating yaitu semangat, antusias, dominan dan komuni-
makan dalam hal menanggapi emosi negatif katif.
(seperti rasa takut, cemas, marah, dan seba- Penelitian yang dilakukan oleh Hong
gainya) dalam rangka menghilangkan stres (2013) menjelaskan terdapat hubungan positif
sementara mengabaikan sinyal fisiologis in- antara tingkat trait conscientiousness, sikap,
ternal kelaparan. Sedangkan yang ketiga, re- dan perilaku makan sehat. Artinya seseorang

48
Hubungan Antara Dimensi Kepribadian Big Five ......Nelvi, Raudatussalamah

dengan conscientiousness yang tinggi cend- 2014.


erung memiliki perilaku makan yang sehat
dan sikap dari orang-orang dengan consci- Pengukuran
entiousness yang rendah, terlepas dari ling- Instrumen penelitian yang digunakan
kungan sekitar. Penelitian Elfhag dan Morey dalam penelitian ini adalah skala kepribadian
(2008) ini memberi gambaran bahwa kepriba- big five dan skala perilaku makan. Skala Ke-
dian neuroticism, memiliki kaitan dengan di- pribadian Big Five dari McCrae & Costa dan
mensi perilaku makan yaitu restrained eating Goldberg adaptasi dari IPIP The (International
dan emotional eating. Untuk kepribadian con- Personality Item Pool) yaitu dimensi kepriba-
scientiousness memiliki kaitan dengan salah dian Extraversion, Agreeableness, Concien-
satu dimensi perilaku makan yaitu restrained tiousness, Neuroticism Openness to Experi-
eating dan external eating. ence. Skala ini terdiri dari 50 aitem pernyataan
Menurut Gunawan dan Moningka yang disusun berdasarkan model skala Likert
(2008), perilaku makan remaja dapat dilihat dengan menggunakan lima alternatif pilihan
dari dimensi kepribadian big five yaitu di- jawaban yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S),
mensi conscientiousness cenderung memiliki netral (N), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak
pemikiran kritis dan berhati-hati terhadap apa sesuai (STS).
yang dimakannya. Ketika remaja conscien- Skala perilaku makan yang diguna-
tiousness merasa cocok dengan suatu produk kan dalam penelitian ini disusun sendiri oleh
makanan dari produsen cenderung lebih su- penulis berdasarkan lima dimensi perilaku
lit ke produsen yang lain. Bahan dan proses makan dari Van Strein, dkk (dalam Elfhag &
pengolahan makanan yang higienis dan streril Morey, 2008) yaitu external eating, emotional
akan menarik minat remaja. Remaja neuroti- eating, restrained eating. Skala penelitian ini
cism cenderung lebih jarang melakukan per- terdiri dari 54 aitem pernyataan yang disu-
gantian produk makanan. remaja neuroticism sun berdasarkan model skala Likert dengan
merasa nyaman dengan suatu makanan, menggunakan lima alternatif pilihan jawaban
hal ini membuat dirinya menjadi bergantung yaitu yaitu tidak pernah (TP), jarang (J), ka-
pada suatu makanan merek tertentu. Rema- dang kadang (K), sering (S), dan sangat ser-
ja openness to experience akan lebih suka ing (SS). Berdasarkan hasil perhitungan pada
mencoba-coba dan berganti terhadap produk skala Dimensi Kepribadian Big Five dari 50
makanan yang baru keluar (mengikuti tren aitem, diperoleh 31 aitem yang sahih den-
yang ada atau tidak mau ketinggalan). Rema- gan koefisien korelasi daya butir aitem ≥0.25,
ja agreeableness sulit membuat keputusan extraversion (0,336 – 0,493), agreeablenes
tentang makanan yang ingin dimakan, cend- (0,314 – 0,398), conscientiousnes (0,323 –
erung mengikuti perkataan teman dan suara 0,601), neuroticism (0,293 – 0,616), openness
terbanyak. Remaja extraversion merupakan to experience (0,380 – 0,666). sedangkan 19
figur pemimpin dalam suatu kelompok, suka aitem lainnya dinyatakan gugur, dengan relia-
mengambil keputusan tergesa-gesa juga bilitas dimensi extraversion (0,682), dimensi
mempengaruhi dirinya dalam dalam meng- agreeableness (0,602), dimensi concientious-
konsumsi suatu produk makanan. ness (0,761), neuroticism (0,736), dan dimen-
Dengan demikian, berdasarkan uraian si openness to experience (0,785).
di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah Hasil perhitungan skala perilaku ma-
terdapat hubungan antara dimensi kepriba- kan dari 54 aitem diperoleh 26 aitem yang
dian Big Five dengan perilaku makan pada sahih dengan koefisien korelasi daya butir
mahasiswa UIN Suska Riau di Pekanbaru. aitem yaitu bergerak dari 0,269 sampai 0,750
0.692, sedangkan 28 aitem lainnya dinyata-
Metode kan gugur, dengan reliabilitas 0,899.

Subjek Analisis Data


Penelitian ini menggunakan pendeka- Teknik analisis data yang digunakan
tan kuantitatif korelasional yang bertujuan un- yaitu teknik regresi berganda. Analisis data
tuk mengetahui apakah ada hubungan vari- menggunakan bantuan Program Statistical
able dimensi kepribadian big five (X) dengan Product And Service Solution (SPSS) Versi
perilaku makan pada mahasiswa (Y) pada 18.00 for Windows.
Mahasiswa. Jumlah subjek dalam penelitian
ini adalah 380 mahasiswa T.A. 2013-2014 di Hasil
UIN Suska Riau, Pekanbaru, Riau. Pengam-
bilan sampel dilakukan dengan teknik purpo- Deskripsi Subjek
sive sampling digunakan untuk pertimbangan- Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa
pertimbangan tertentu di dalam pengambilan terdapat 380 mahasiswa dengan dimensi
sampelnya (Arikunto. 2005). Kriteria subjek berkepribadian big five dengan rincian 118
dalam penelitian ini yaitu usia 18-21 tahun, orang (31,1 %). adalah dimensi extraversion,
Mahasiswa aktif UIN Suska Riau TA. 2013- 102 orang (26,8%) dimensi conscientious-

49
Jurnal Psikologi, Volume 12 Nomor 1, Juni 2016

ness, 73 orang (19,2%) dimensi neuroticism. memiliki dimensi kerpibadian yang dominan
64 orang (16,8%) dimensi openness to experi- berdasarkan dimensi dimensi keperibadian
ence, 23 orang (6,1%) dimensi agreeablenes. dari big five.
Artinya, dari 380 mahasiswa masing masing

Tabel 1.Gambaran Subjek berdasarkan dimensi kepribadian Big Five.

Dimensi Kepribadian Big Five N %


Extraversion 118 31,3%
Agreeablenes 23 6,1%
Conscientiousnes 102 26,8%
Neuroticism. 73 19,2%
Openness to experience 64 16,8%
380 100%

Uji Hipotesis pada taraf signifikansi 0.000. Uji hipotesis


Pada penelitian ini telah dilakukan uji untuk masing masing dimensi juga dilakukan
hipotesis yang bertujuan untuk mengetahui untuk mengetahui hubungan masing masing
hubungan dimensi kepribadian big five den- dimensi kepribadian big five dengan perilaku
gan perilaku makan. Berdasarkan hasil uji hi- makan. Hasil uji analisis ditemukan hasil se-
potesis di peroleh nilai konstanta B =75,471 bagai berikut:
Tabel 2. Korelasi kepribadian big five dengan perilaku makan

Dimensi Kepribadian Big Five Pearson Coreelation Sig. keterangan


Extraversion -0,030 0,281 Tidak signifikan
Agreeablesness -0,026 0,305 Tidak signifikan
Concientiousness -1,230 0,008 Signifikan
Neuroticism 0,103 0,022 Signifikan
openness to experience -0,066 0,099 Tidak signifikan

Uji hipotesis selanjutnya dilakukan un- perilaku makan pada mahasiswa. Berdasar-
tuk melihat korelasi masing masing dimensi kan analisis ditemukan hasil sebagai berikut:
kepribadian big five dengan aspek aspek

Tabel 3. Korelasi Dimensi Kepribadian Big Five dan dimensi perilaku

Dimensi External Emotional Restrained


Extraversion 0,396 0,376 0,002**
Agreeablesness 0,000** 0,001** 0,464
Concientiousness 0,491 0,001** 0,471
Neuroticism 0,005** 0,286 0,292
openness to experience 0,039 0,005** 0,027*
Ket: **p<0.01;* p<0.05

Pembahasan UIN Suska tidak semua dimensi menunjuk-


kan adanya hubungan. Artinya dari dimensi
Berdasarkan hasil analisis korelasi kepribadian big five yang berpengaruh terha-
dengan menggunakan SPSS 18.00 for win- dap perilaku makan adalah dimensi neurot-
dows pada setiap dimensi kepribadian big icsm dan conscientiousness. Semakin tinggi
five dengan perilaku makan pada Mahasiswa skor dimensi kepribadian neuroticsm dan skor

50
Hubungan Antara Dimensi Kepribadian Big Five ......Nelvi, Raudatussalamah

kepribadian conscientiousness maka semak- ada dihadapannya saat itu.


in tinggi pula skor perilaku makannya begitu Pada penelitian ini juga ditemukan
juga dengan sebaliknya. hubungan antara kepribadian openness to
Dimensi kepribadian conscientious- experience dengan dimensi perilaku makan
ness yang cenderung dominan tinggi yaitu se- yaitu emotional eating, external eating dan re-
seorang yang teratur, berhati-hati, tepat waktu strained eating pada mahasiswa. Seseorang
dan mampu bertahan (Friedman & Schus- dikatakan memiliki kepribadian Openness to
tack; McCrae dan Costa, dalam Feist & Feist, experience yang tinggi umumnya terlihat im-
2010). Dalam hal pemilihan makanan, con- ajinatif, kreatif, menyenangkan, artisti, penuh
scientiousness cenderung memiliki pemikiran rasa penasaran, terbuka dan lebih memilih
kritis dan berhati-hati terhadap apa yang di- variasi (Friedman & Schustack, 2006; Mc-
makannya. Ketika kepribadian conscientious- Crae dan Costa (dalam Feist & Feist, 2010)).
ness merasa cocok dengan suatu produk ma- Perilaku makan mahasiswa berada dalam
kanan dari produsen cenderung lebih sulit ke kategori buruk Mahasiswa memiliki ketakutan,
produsen yang lain. Bahan dan proses pen- kecemasan terhadap makanan serta menco-
golahan makanan yang higienis dan streril ba mengurangi makan dengan alasan mem-
akan menarik minat conscientiousness pada pertahankan atau menurunkan berat badan.
produk makanan tersebut (Gunawan & Mon- Perilaku Makan menurut Notoatmodjo (2007)
ingka, 2008). adalah respon seseorang terhadap makanan
Pada dominan tinggi kepribadian neu- sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Per-
roticism cenderung sensitif, mudah cemas, ilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, si-
sangat sadar akan dirinya sendiri, emosion- kap, dan praktik terhadap makanan serta un-
al dan rentan terhadap stres (Friedman & sur-unsur yang terkandung di dalamnya (zat
Schustack, dalam Feist & Feist, 2010). Neu- gizi), pengolahan makanan dan sebagainya.
roticism cenderung lebih jarang melakukan Penelitian ini juga memiliki keter-
pergantian produk makanan. Kepribadian batasan, baik dalam pemilihan subjek, data
neuroticism merasa nyaman dengan suatu demografi yang meliputi tempat tinggal apa-
makanan, hal ini membuat dirinya menjadi kah mahasiswa kostan atau tinggal bersama
bergantung pada suatu makanan merek tert- keluarga.
entu (Gunawan & Moningka, 2008). Suasana
hati mahasiswa yang sering berubah-rubah, Kesimpulan
mudah merasa kesal, mudah terganggu da-
pat di atasi dengan makan, baik merespon Berdasarkan hasil analisis penelitian
makan dari penampilan, bau, dan aroma ma- dapat disimpulkan bahwa:Terdapat hubungan
kanan sehingga mengalami peningkatan per- antara dimensi kepribadian conscientious-
ilaku makan ness dan neuroticism terhadap perilaku ma-
Dimensi kepribadian extraversion kan mahasiswa. Semakin tinggi skor dimensi
dengan perilaku makan tidak terdapat hubun- kepribadian neuroticsm dan skor kepribadian
gan, tetapi pada salah satu dimensi perilaku conscientiousness maka semakin tinggi pula
makan terdapat hubungan yaitu extraversion skor perilaku makannya begitu juga dengan
dengan restrained eating pada mahasiswa. sebaliknya.
Artinya semakin tinggi kepribadian extraver-
sion mahasiswa, semakin rendah restrained Daftar Pustaka
eating pada perilaku makan mahasiswa, dan
sebaliknya. Arikunto, S. (2005). Prosedur Penelitian
Penelitian ini menemukan dimensi Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
agreeablesness berkaitan dengan dimensi Rineka Cipta.
perilaku makan yaitu external eating dan Alwisol. (2009). Psikologi kepribadian. (Edisi
emotinal eating. Terdapat hubungan antara Revisi). Malang: UMM Press.
dimensi agreeablesness dengan external Arisman. (2009). Gizi dalam daur kehidupan:
eating pada mahasiswa. Artinya ketika ma- Buku Ajar Ilmu Gizi. (Edisi. 2). Jakarta:
hasiswa menanggapi rangsangan makanan EGC.
baik dari segi penampilan, bau, dan rasa ma- Azwar, S. (2009). Reliabilitas dan validitas.
kanan membuat mahasiswa percaya dan mu- Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
dah menerima terdahap makanan yang ada Elfhag, K., & Morey, L.C. (2008). Personality
dihadapannya saat itu. Terdapat 105 dari 188 traits and eating behavior in the obese:
mahasiswa agreeablesness terhadap exter- poor self- control in emotional and
nal eating yang didominasi pada kategori se- external eating but personality assets
dang Ketika mahasiswa merespon atau me- In restrained eating. Journal of Eating
nanggapi rangsangan makanan baik dari segi Behaviors. Vol: 9. 285-293.
penampilan yang menarik, aroma, dan rasa Feist, J., & Feist, G.J. (2010). Teori
makanan membuat mahasiswa percaya dan kepribadian. (Edisi 7 Buku 2). Jakarta:
mudah menerima terdahap makanan yang Salemba Humanika.

51
Jurnal Psikologi, Volume 12 Nomor 1, Juni 2016

Friedman, H.S., & Schustack, M.W. (2008). Persada.


Kepribadian teori klasik dan riset Mastuti, E. (2005). Analisis faktor alat ukur
modern. (Edisi ketiga Jilid 1). Jakarta: kepribadian big five (Adaptasi dari
Erlangga. IPIP) pada Mahasiswa Suku Jawa.
Gibney, M.J., dkk; alih bahasa, Hartono, A. INSAN. Vol: 7. No: 3. Fakultas
(2008). Gizi kesehatan masyarakat. Psikologi Universitas Airlangga.
Jakarta: EGC. Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan
Goldberg, L.R. (1992). The development of masyarakat: ilmu dan seni. Jakarta:
markes for the big-five factor structure. Rineka Cipta.
Journal of Psychological Assesment. Pervin, L.A., Cervone, D., & Jhon, O.P. (2010).
Vol: 04. No: 01. 26-42. Psikologi kepribadian teori dan
Goldberg, L.R., Johnson, J.A. Eber, H.W., penelitian. (Edisi Kesembilan).
Hogan, R., Ashton, M.C., Cloninger, Jakarta: Kencana.
C.R., dkk. (2005). The international Prasetyo, B., & Jannah, L.M. (2010). Metode
personality item pool and the future of penelitian kuantitatif. Jakarta :
fublic- domain personality measures. Rajawali Pers.
journal of reasearch in personality: Santrock, J.W. (2003). Adolescence :
Elsevier. Vol: 40. 84-94. perkembangan remaja. Jakarta :
Gunawan, Steve Adrianto & Moningka Clara. Erlangga.
(2008) Kesetiaan konsumen remaja Sulistyonongsih, H. (2011).Gizi untuk
kfc ditinjau dari Tipe Kepribadian, kesehatan ibu dan anak. Yogyakarta:
Journal, Vol. 2 . 11. Graha Ilmu.
Hong, Y. (2013). The relationship betweem Tantiani, T., dan Syafiq, A. (2008). Perilaku
students’ conscienstiousness level makan menyimpang pada Remaja
and their healthy eating behavior. di Jakarta. KESMAS, Jurnal
undergraduate Journal of Psychology. Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol:
Vol: 8. 8-11. 2. No: 6. 255-262.
IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia). (2013). Widianti, N., & Chandra K,A. (2012).
Seputar kesehatan anak. di akses Hubungan antara body image dan
dari http://idai.or.id/public-articles/ perilaku makan dengan status gizi
seputar-kesehatan-anak/nutrisi- remaja putri di SMA Theresiana
pada-remaja.html. Diakses pada Semarang. Journal Of Nutrition
tanggal 04 maret 2014. College. Vol: 1. No:1. 398-404.
Irianto, D.P. (2007). Panduan gizi lengkap Widhiarso, Wahyu. (2010). Uji Linearitas
keluarga dan olahragawan. (Edisi 1). Hubungan. http://widhiarso.staff.ugm.
Yogyakarta: ANDI. ac.id/files/widhiarso_2010uji_
Martono, Nanang. (2010). Metode penelitian linieritas_ hubungan. pdf, Yogyakarta,
kuantitatif isi dan analisis data diunduh tanggal 23 Maret 2015.
sekunder. Jakarta: PT. Raja Grafindo

52

Anda mungkin juga menyukai