Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Pada tahun 1870-1900 Pemerintahan Belanda mayoritas dipegang oleh

kelompok liberal. Pada periode tahun yang sama belahan dunia lain, Eropa

mengalami revolusi Industri. Revolusi Industri terjadi karena proses produksi

barang yang dahulu tenaga manual beralih menggunakan tenaga mesin.

Akibatnya, barang dapat diproduksi secara massal. Barang dapat diproduksi

secara massal sehingga kebutuhan bahan baku industri semakin meningkat.

Paham ekonomi kelompok liberal bahwa ekonomi dapat berkembang apabila

negara tidak campur tangan dalam urusan ekonomi. Hindia Belanda (sebutan

Indonesia era Kolonial Belanda) dipandang sebagai mesin uang oleh

kelompok liberal. Oleh katena itu, banyak investor dari Belanda datang ke

Hindia Belanda untuk mengembangkan usaha.

Pengaruh politik liberal di Keraton Yogyakarta tampak dengan adanya

banyak investor Belanda menanamkan modal dan membuka usaha di wilayah

Keraton Yogyakarta. Para pengusaha Belanda membangun pabrik gula, jalur

kereta api, dan tambang. Tambang mangan di Kliripan dibuka untuk

memenuhi permintaan bahan mentah karena efek revolusi industri dan politik

liberal. Mangan dibutuhkan sebagai bahan baku pembuatan batrai kering,

bahan campuran besi, bahan campuran baja.


Bekas tambang mangan di Kliripan memiliki nilai sejarah besar dalam

sejarah ekonomi nasional Indonesia, terutama di Kabupaten Kulon Progo.

Tambang Mangan di Kliripan merupakan salah satu tambang mangan

tambang mangan tertua di Indonesia, dan tambang pertama dan terbesar di

Yogyakarta.

Selain memberi pendapatan dan pekerjaan bagi warga Dusun Kliripan

dan sekitarnya, tambang mangan membuat Dusun Kliripan dikenal sebagai

sentra penghasil mangan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Warga Dusun

Kliripan dikenal sebagai masyarakat penambang mangan, tetapi mulai

dilupakan sejak tambang mangan di Kliripan berhenti berproduksi

4.2 Rekomendasi

1) Berdasarkanpada Undang-Undang No.10 Tahun 2011 Pasal 5, Pasal 8, dan

Pasal 10 kawasan bekas tambang mangan Kliripan memenuhi kriteria sebagai

kawasan Cagar Budaya.

2) Kawasan bekas tambang mangan Kliripan dapat ditetapkan sebagai Cagar

Budaya tingkat kabupaten sesuai dengan ketentuan Pasal 44 Undang-Undang

No.10 Tahun 2011, karena (a) sebagai cagar budaya yang diutamakan untuk
dilestarikan dalam wilayah kabupaten/kota; (b) mewakili masa yang khas; (c)

tingkat keterancaman tinggi; (d) jenisnya sedikit; dan (e) jumlahnya terbatas.

3) Merujuk pada Pasal 48 Undang-Undang No.10 Tahun 2011 yang berbunyi

Peringkat Cagar Budaya dapat dicabut apabila Cagar Budaya: (a) musnah; (b)

kehilangan wujud dan bentuk aslinya; (c) kehilangan sebagian besar unsurnya;

atau (d) tidak lagi sesuai dengan syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal

42, Pasal 43, atau Pasal 44. Kawasan bekas tambang mangan Kliripan tidak

dapat segera ditetapkan sebagai Cagar Budaya karena Terowongan Sunoto,

Terowongan Holiday, terwongan vertikal tambang mangan Kliripan di

Kabupaten Kulonprogo kehilangan wujud dan bentuk aslinya, serta

kehilangan sebagaian besar unsurnya.

4) Struktur podasi gudang peralatan tambang mangan Kliripan dan sumur

minum pekerja tambang mangan Kliripan tidak dapat ditetapkan sebagai

Cagar Budaya karena sudah (a) kehilangan bentuk aslinya dan musnah (untuk

gudang peralatan tambang), (b) kehilangan sebagian besar unsurnya dan

bentuk aslinya.

5) Supaya Terowongan Sunoto, Terowongan Holiday, dan terowongan vertikal

tambang mangan Kliripan dapat ditetapkan sebagai cagar budaya. Fitur bekas

tambang tersebut harus direvitalisasi. Sebagaimana yang dimaksud pada Pasal

80 Ayat 2 Undang-Undang No. 10 Tahun 2011. Revitalisasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menata kembali fungsi ruang, nilai

budaya , dan penguatan informasi tentang Cagar Budaya.


6) Arsip-arsip, peta-peta, foto-foto, dan sketsa-sketsa tambang mangan Kliripan

dapat digunakan sebagai rujukan usaha revitaliasi bekas tambang mangan

Kliripan.

7) Disarankan agar bahan-bahan yang digunakan untuk merevitalisasi

menggunakan bahan dan karakter yang sama serta teknologi pengerjaan yang

sama yang dahulu digunakan untuk membangun tambang mangan Kliripan.

Apabila ada eleman penopang terowongan yang rusak, sebaiknya

penggantinya sesuai dengan bahan yang sama dan sesuai dengan bentuk

aslinya.

8) Temuan lepas berupa peralatan tambang dan peralatan survei dapat segera

ditetapkan sebagai benda Cagar Budaya tingkat kabupaten, terutama

waterpass buatan Uni Soviet. Keberadaan waterpass buatan Uni Soviet

merupakan bukti hubungan Uni Soviet dengan Repiblik Indonesia.

9) Berdasarkan Pasal 11 Undang-Undang No.10 Tahun 2011 yang berbunyi:

benda, bangunan struktur, lokasi, atau satuan ruang geografis yang atas dasar

penelitian memiliki arti khusus bagi masyarakat atau bangsa Indonesia, tetapi

tidak memenuhi kriteria Cagar Budaya sebagaimana dimakud dalam Pasal 5

sampa 10 dapat diusulkan sebagai Cagar Budaya. Oleh karena itu, temuan

lepas berupa peralatan tambang dan peralatan survei lainnya dapat ditetapkan

sebagai Cagar Budaya.

10) Bekas tambang mangan Kliripan disarankan untuk diteliti dengan pendekatan

multidisiplin ilmu seperti arkeologi, geologi, geofisika, teknik pertambangan,


teknik sipil, ilmu pariwisata, antropologi, ekonomi, sejarah untuk memperkuat

nilai penting.

11) Untuk tahap awal peralatan-peralatan tambang dan survei dapat ditetapkan

sebagai benda Cagar Budaya tingkat kabupaten.

Anda mungkin juga menyukai