Anda di halaman 1dari 2

Bahan Khotbah Minggu ke-10 Tanggal 10 Maret 2019

(Prapaskah pertama)

MENGAKU DENGAN MULUT, PERCAYA DENGAN HATI


(Dio Puduk dinii mangaku, anna penaa ma’patongan)

Bacaan Mazmur : Mazmur 91:9-16


Bacaan 1 : Ulangan 26:1-11
Bacaan 2 : Roma 10:4-15 (Bahan Utama)
Bacaan 3 : Lukas 4:1-13
Nas Persembahan : Mazmur 4:6
Petunjuk Hidup Baru : Roma 10:9-10

Tujuan:

1. Jemaat memahami makna prapaskah dalam bentuk pengakuan iman dan kesaksian hidup.
2. Jemaat mempraktekkan cara hidup percaya dalam hidup kesehariannya.

Dalam hidup ini, apabila kita bisa menghitung atau meperkirakan lebih banyak
ungkapan syukur atau mengeluh yang sering kita keluarkan? Memuji atau menghina?
Dalam kitab Roma kita akan menemukan dengan terperinci penjelasan tentang
pembenaran oleh karena Iman. Paulus menjelaskan bagaimana kasih karunia Allah melalui
iman kepada Yesus Kristus menjangkau kepada semua orang yang mau percaya. Maka,
keselamatan itu hanya karena anugerah Tuhan semata. Sehingga tidak ada yang bisa
mendapatkan keselamatan karena kebaikan, kemampuan bahkan karena melakukan Hukum
Taurat.
Pembacaan kita pada hari ini adalah sebuah penjelasan yang Paulus berikan kepada
orang percaya yang ada di Roma pada saat itu. Sebab dalam konteks pada saat itu terdapat
perbedaan antara teologi Yahudi dengan teologi Paulus dalam soal keselamatan. Teologi
Yahudi berpandangan, bahwa keselamatan diperoleh melalui ketaatan dalam melakukan
hukum taurat. Sedangkan menurut Paulus, keselamatan adalah anugerah Allah melalui
kematian dan kebangkitan Kristus. Bagi Paulus, iman bukanlah usaha memperoleh
keselamatan melainkan jawaban manusia atas keselamatan yang sudah dikaruniakan melalui
kematian dan kebangkitan Kristus. Makanya Paulus menegaskan bahwa Kristus adalah
kegenapan hukum Taurat. Oleh karena itu sebagai orang yang telah diselamatkan dibutuhkan
sebuah pengakuan ayat 9 dan 10 adalah jawaban yang Paulus berikan.
Ayat 9 dan 10 berbicara mengenai panggilan dan tanggung jawab dari orang-orang
yang telah mendapat anugerah (dibenarkan). Mengaku dengan mulut bahwa Yesus adalah
Tuhan. Percaya dalam hati bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati.
Apa artinya mengaku dengan mulut dan percaya dalam hati? Mengaku dengan mulut,
menunjuk pada aspek kesaksian yang dapat didengar dan diketahui oleh orang lain.
Pengakuan bahwa “Yesus adalah Tuhan” merupakan kesaksian bagi seluruh dunia (bukan
hanya orang Yahudi) yang merupakan sasaran penyelamatan dari Allah. Jadi mengaku dengan
mulut merupakan aspek tindakan dan perbuatan dari iman.
Percaya dalam hati merupakan aspek yang menjadi dasar dari tindakan dan perbuatan.
Inti dari kepercayaan dan keyakinan adalah Yesus yang mati dan bangkit. Kematian dan
kebangkitan adalah anugerah Allah untuk keselamatan manusia. Dengan demikian menurut
Paulus perbuatan adalah jawaban terhadap anugerah. Hal inilah yang lebih ditegaskan Paulus
pada ayat 11 dan 13.

Aplikasi
Bagaimana dengan kita yang hidup pada saat ini? Apakah kita sudah merespon karya
keselamatan Allah dalam hidup kita?
 Seperti yang sudah saya jlskan sebelumnya mengaku dengan mulut dan percaya dengan
hati”. Mengaku dengan mulut menekankan aspek kesaksian, sesuatu yang dapat didengar
oleh orang lain. Jadi intinya ialah aspek tindakan dan perbuatan. Aspek yang dapat dilihat,
didengar dan dinikmati oleh orang lain. Percaya dengan (dalam) hati menekankan aspek
yang merupakan dasar dari tindakan dan perbuatan. Jadi intinya adalah tindakan dan
perbuatan yang lahir dari sebuah keyakinan bahwa Yesus telah mati dan bangkit untuk
keselamatan manusia. Jadi tindakan merupakan jawaban terhadap anugerah Allah di
dalam Yesus Kristus. Kita dapat mengukur seseorang melalui lontaran ucapannya yang
kerap keluar. Ucapan seseorang bisa jadi cermin dirinya sendiri. Melalui ucapannya akan
terlihat bagaimana pola hati dan pikirannya, seperti ucapan yang sembrono sampai
ucapan yang dipertimbangkan baik-baik. Akibatnya, melalui ucapannya seseorang akan
dibenarkan atau dipersalahkan. Seseorang yang tidak dapat menjaga mulutnya
mengeluarkan kata-kata yang tak bermanfaat, memaki, mencela, menghina, memfitnah,
berkata kotor, menghujat, meleter. Bahkan, orang yang “lancang mulut” biasanya sok
tahu, senang menuding orang lain dan mengurai kekurangan orang tertentu dari segi
negatifnya saja. Model seperti ini hanya memicu perselisihan saja. Peribahasa
mengatakan “karena mulut badan binasa” ini berarti mendapat musibah akibat
perkataannya sendiri. Perkataan yang sembrono dan tak dipikirkan segala akibatnya
menuai masalah baru. Menjaga mulut atau memelihara mulut adalah tindakan bijak. Demi
kebaikan diri sendiri dan orang lain . Bagaimana dengan mulut kita?
(aplikasi) Hati dan mulut; keduanya tidak dapat dipisahkan, harus sejalan. Jangan lain di
hati, lain pula di mulut. Dan pada akhirnya, apa yang lahir di hati dan yang kemudian
keluar di mulut, harus mewarnai sikap dan tindakan setiap hari; sebab Iman tanpa
Perbuatan pada hakekatnya MATI. Tuhan tidak menginginkan sebuah pujian yang berasal
dari mulut tetapi tidak dari hati, Tuhan tidak butuh sebuah untaian kata yang indah tetapi
tidak dengan penuh ketulusan. Bayangkan jika kita ternyata hanya dipuji di mulut atau di
cintai lewat kata” tetapi tidak dari hati... sebab orang yang melakukan demikian seringkali
adalah orang yang tidak SETIA. Untuk itu hendaklah kita menggunakan mulut kita untuk
bersaksi dan mewartakan Firman Tuhan sampai ke ujung bumi sebagaimana yang di
inginkan oleh Tuhan. Amin

Anda mungkin juga menyukai