Anda di halaman 1dari 12

Vini Alfarina (1310852014)

Ekonomi Politik Timur Tengah


Poppy Irawan S.IP, MA.IR dan Rika Isnarti S.IP, MA (IntRel)
Tugas Ujian Akhi Semester
Senin, 12 Juni 2017
Analisis Ekonomi Politik Timur Tengah: Yaman

I. Sistem ekonomi dan politik Yaman

Republik Yaman merupakan negara yang dibentuk pasca bersatunya Yaman Selatan

yang komunis dan Yaman Utara yang tradisional pada tanggal 22 Mei 1990. Namun,

bersatunya kedua negara tidak semata-mata meredakan konflik yang terjadi antara kedua

negara. Berbagai kerusuhan dan konflik mulai terjadi secara berulang seperti munculnya

gerakan separatis dari selatan yang kemudian berhasil dikalahkan pada tahun 1994, konflik

yang muncul kembali pada tahun 2009 ketika pasukan tentara pemerintah dan pemberontak

yang dikenal dengan Houthi, berselisih di wilayah utara, membawa kepada terbunuhnya

ratusan orang dan perpindahan lebih dari seperempat juta orang. Tidak berhenti disitu,

gelombang protes baru dimulai pada tahun 2011, terinspirasi oleh Arab Spring yang

berkembang di Tunisia dan Mesir, masyarakat memaksa Presiden Ali Abdallah Saleh untuk

mengundurkan diri. Yaman juga menjadi rumah bagi kelompok-kelompok militan, seperti

Al-Qaeda dan Islamic State, yang tidak diragukan lagi juga menjadi sumber ketidakstabilan

di negara ini. Pada tahun 2014, konflik di negara ini kembali memanas ditandai dengan

pecahnya perang saudara yang sampai saat ini belum bisa terselesaikan.1

Negara yang beribukota di Sanaa ini memiliki populasi sebanyak 27,3 juta. Pada

tahun 2012, Yaman dipimpin oleh Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi yang mulai berkuasa

pasca presiden sebelumnya, Ali Abdallah Saleh, mengundurkan diri dengan tujuan untuk

mengakhiri konflik sipil. Abdrabbuh Mansour Hadi kemudian juga mengundurkan diri pada

1
BBC News, “Yemen Country Profile”, 1 Maret 2017, http://www.bbc.com/news/world-middle-east-14704852,
(Diakses pada 10 Juni 2017).
Januari 2015 pasca pemberontak Houthi mengambil alih pusat pemerintahan di Sanaa.

Namun, beliau masih didukung oleh Arab Saudi dan tentara-tentara Yaman yang ingin

melawan pemberontak Houthi. Abdurrabuh telah mendirikan pusat pemerintahan sementara

di Kota Aden. Yaman saat ini berada pada keadaan politik yang tidak pasti. Pasca turunnya

Abdurrabuh, Yaman kemudian dipimpin oleh Wakil Presiden Abd Rabuh Mansur Hadi.

Sistem pemerintahan di negara ini masih dalam masa transisi dikarenakan pemberontakan

dan konflik yang terjadi. Pemberontak Houthi telah mengklaim bahwa Parlemen Yaman telah

dibubarkan dan digantikan dengan dewan transisi revolusioner, diketuai oleh Mohammed Ali

al-Houthi. Namun PBB, Amerika Serikat maupun Dewan Kerjasama Negara Teluk (Gulf Co-

operation Council) menolak untuk mengakui pemerintahan Houthi.2

Secara ekonomi, Yaman merupakan negara dengan pendapatan rendah yang

menghadapi tantangan jangka panjang untuk menstabilkan dan menumbuhkan

perekonomiannya. Konflik yang berlangsung secara terus-menerus merupakan penyebab

utama dari kegagalan perekonomian. Pada kasus Yaman, sangat jelas terlihat bahwa sektor

politik dan ekonomi sangat mempengaruhi satu sama lain. Perang yang berlangsung telah

menghentikan kegiatan ekspor di Yaman, menekan angka pertukatan mata uang,

mempercepat inflasi, membatasi impor bahan bakar dan pangan, serta mengakibatkan

kehancuran yang meluas dalam bidang infrastruktur. Lebih dari 80% dari populasi Yaman

membutuhkan bahtuan kemanusiaan dan lebih dari setengahnya dalam keadaan

ketidakamanan pangan.3

Perekonomian Yaman utamanya bergantung pada sektor jasa yang berkontribusi

sebanyak 67,5% dari total GDP Yaman dan diikuti dengan sektor pertanian sebanyak 23,6%

2
BBC News, “Yemen Country Profile”, 1 Maret 2017, http://www.bbc.com/news/world-middle-east-14704852,
(Diakses pada 10 Juni 2017).
3
CIA, “The World Factbook: Yemen”, https://www.cia.gov/library/publications/the-world-
factbook/geos/ym.html, (Diakses pada 10 Juni 2017).
dan industri sebanyak 8,9%. Sebelum konflik pada tahun 2014 berlangsung, perekonomian

Yaman sangat bergantung pada sumber daya minyak dan gas yang terus menurun. Minyak

dan gas berkontribusi sebanyak kira-kira 25% bagi GDP dan 65% untuk pemasukan

pemerintah. Pemerintah Yaman menghadapi annual budget shortfalls dan telah mencoba

untuk memberagamkan perekonomian Yaman melalui program reformasi yang dibuat untuk

menyangga sektor perekonomian minyak dan investasi luar negeri. Pada Juli 2014, usaha

reformasi pemerintah dilanjutkan dengan menghapuskan beberapa subsidi bahan bakar dan

pada Agustus 2014, International Monetary Fund menyetujui Extended Credit Facility (ECF)

selama tiga tahun untuk Yaman.

Konflik yang dimulai pada tahun 2014 menghambat usaha reformasi Yaman dan

perselisihan yang berlangsung secara terus menerus mempercepat penurunan perekonomian

di Yaman. Pada September 2016, Presiden Abd Rabuh Mansur Hadi mengumumkan

pemindahan kantor cabang utama Bank Sentral Yaman dari Sanaa ke Asen di mana

pemerintahannya dapat memaksimalkan kontrol atas sumber daya bank sentral. Namun pada

kenyataannya, tidak peduli siapa yang memiliki kontrol penuh atas cabang utama, sistem

bank sentral masih kesulitan untuk berfungsi. Simpanan luar negeri Bank Sentral Yaman,

yang kira-kira berjumlah 5,2 Milyar USD sebelum berlangsungnya konflik, telah jauh

berkurang dalam jumlah signifikan. Bank Sentral tidak lagi bisa mendukung impor barang

pokok secara penuh ataupun menstabilkan nilai tukar mata uang Yaman.

Di sisi lain, negara ini juga menghadapi kesulitan untuk mengakses makanan dan

komoditas pokok seperti perlengkapan medis terbatas keberadaannya di seluruh wilayah

negara dikarenakan permasalahan keamanan yang terjadi. Yaman akan membutuhkan

bantuan internasional yang signifikan baik pada saat konflik berlangsung maupun setelah

konflik selesai untuk menstabilkan perekonomiannya. Di sisi lain, negara ini juga

menghadapi beberapa tantangan berkepanjangan seperti angka pertumbuhan populasi yang


tinggi, tingginya angka pengangguran, sumber daya air yang semakin menurun jumlahnya

serta kelangkaan sumber daya pangan.

II. Kebijakan ekonomi Yaman ditinjau dari pendekatan fiskal dan perdagangan

internasional

Yaman merupakan negara yang tidak henti-hentinya dilanda konflik. Oleh karenanya,

pemerintah harus berusaha dengan keras untuk mencari jalan keluar di tengah konflik yang

memberi dampak buruk bagi perekonomian Yaman. Terdapat beberapa tantangan utama yang

dihadapi oleh negara ini, diantaranya adalah; diversifikasi ekonomi, kestabilan fiskal,

pengembangan sumber daya manusia, kontrol terhadap populasi serta manajemen sumber

daya air bersih. Tantangan-tantangan ini masih terus dihadapi hingga saat ini dikarenakan

permasalahan struktural jangka panjang serta konflik tidak berkesudahan yang tidak akan

dapat diselesaikan hanya dalam waktu semalam. Oleh karenanya, pada akhir tahun 2010, di

saat pusat pemerintahan masih stabil, pemerintah Yaman menyusun rangkaian kebijakan

jangka menengah dengan tujuan untuk mereformasi fiskal.

Terdapat beberapa kerangka kerja kebijakan yang ingin dicapai oleh pemerintah

Yaman dalam menghadapi masalah perekonomian, diantaranya adalah; 1) Yaman

memerlukan pertumbuhan yang stabil untuk mengurangi kemiskinan di tengah-tengah

cepatnya pertumbuhan populasi, 2) Penyesuaian strategi jangka menengah perlu

mengutamakan prospek pendapatan sektor minyak yang lebih rendah dan secara bersamaan

memperkuat investasi publik dan pengeluaran sosial, 3) Pemerintah yang berkuasa harus

berfokus secara penuh pada strategi jangka menengah yang sudah disusun secara bersama, 4)
Kerangka kerja ekonomi makro menargetkan pertumbuhan GDP sebesar 5% setiap tahunnya

dengan cara mendorong investasi.4

Menurut ahli ekonomi Inggris John Maynard Keynes (1883–1946), kebijakan fiskal

dibentuk dengan tujuan untuk memperbaiki angka pengangguran, mengontrol inflasi,

menstabilkan siklus bisnis dan mempengaruhi interest rates sebagai usaha untuk

mengendalikan perekonomian. Berdasarkan tujuan tersebut pemerintah Yaman percaya

bahwa performa ekonomi negaranya dapat diperbaiki dengan menyesuaikan nilai pajak dan

pengeluaran pemerintah. Oleh karenanya, melalui kerangka kebijakan yang sama pada tahun

2010, pemerintah Yaman menyusun rencana reformasi kebijakan fiskal yang intinya berisi

beberapa hal termasuk; 1) Target fiskal ditujukan untuk meluruskan kembali pengeluaran

dengan penghasilan sebenarnya serta pendanaan domestik dan pendaan luar negeri yang

tersedia, 2) Nilai pajak ditentukan dengan pertimbangan sebaik-baiknya agar berdampak

kepada struktur budget jangka panjang, 3) Hukum reformasi pajak mengurangi nilai pajak

pendapatan, namun menghilangkan pajak pendapatan yang baru dan most customs

exemptions under the investment law, 4) Ukuran utama pengeluaran disesuaikan dengan

harga produk bahan bakar domestik untuk mengurangi subsidi bahan bakar, 5) Ukuran ini

akan menciptakan ruang fiskal bagi higher social spending and largely safeguard capital

spending dan 6) Defisit akan didanai secara utama oleh pinjaman domestik, yang akan

dilengkapi dengan pendanaan donor tambahan.5

Namun, keadaan di Yaman berubah secara drastis pasca pecahnya perang saudara di

tahun 2014. Ketiadaan sektor privat yang dinamis juga berakibat kepada angka pengangguran

yang tinggi. Di pertengahan perang saudara, tekanan fiskal yang diakibatkan oleh rendahnya

4
International Monetary Fund, “Republic of Yemen: Request for a Three-Year Arrangement Under the
Extended Credit Facility – Staff Report; Press Release on the Executive Board Discussion; and Statement by the
Executive Director of Yemen”, September 2010, IMF Country Report No. 10/300, hal. 9,
https://www.imf.org/external/pubs/ft/scr/2010/cr10300.pdf (Diakses pada 10 Juni 2017).
5
Ibid, hal. 10-13.
pendapatan minyak memaksa pemerintah Yaman untuk memotong subsidi bahan bakar. The

ensuring popular backlash was exploited by the Houthis, namun Houthi tidak mampu untuk

mengembalikan subsidi bahan bakar pasca menguasai pusat pemerintahan. Perdagangan

merupakan hal yang sangat penting bagi perekonomian Yaman, nilai ekspor dan impor jika

digabungkan kontribusinya akan setara dengan 60% total GDP. Nilai rata-rata tarif yang

dikenakan adalah 4,1%. Perang saudara Yaman menghambat perdagangan dan investasi

internasional. Perekonomian negara ini kebanyakan bergantung pada cash, dan sistem

keuangan kecil-kecilan biasanya didominasi oleh negara. Konflik yang tengah berlangsung

telah meningkatkan ketidakstabilan dan kerawanan sistem perbankan.6

Secara internasional, perekonomian Yaman tidak lepas dari sokongan yang diberikan

oleh IMF dan Bank Dunia. Pada tahun 2014, Yaman melakukan pinjaman sebanyak 550

milyar USD dibawah Extended Credit Facility (ECF) dengan poin untuk mereformasi subsidi

bahan bakar. Pinjaman ini bertujuan untuk menciptakan ruang fiskal bagi investasi

infrastruktur dan menargetkan transfer sosial ke masyarakat yang berada di bawah garis

kemiskinan. Dana ini juga dialirkan untuk reformasi pemerintahan dan memperkuat stabilitas

sektor finansial.7 Sebagai respon terhadap ketidakamanan pangan di Yaman, Bank Dunia

juga akan mendanai transfer tunai sebanyak 1,5 juta bagi rumah tangga yang miskin untuk

memastikan bahwa mereka dapat menyediakan makanan serta menyedakan suplemen

bernutrisi untuk 1 juta orang tambahan yang paling membutuhkan d Yaman. Untuk tujuan

ini, dana lain dari International Development Association (IDA) dengan total sebanyak 283

6
The Heritage Foundation, “Yemen”, 2017, http://www.heritage.org/index/country/yemen, (Diakses pada 10
Juni 2017).
7
Regional Economic Outlook, “Republic of Yemen”, 7 April 2016,
http://www.imf.org/en/Publications/REO/MECA/Issues/2017/04/18/mreo0517 , (Diakses pada 10 Juni 2017).
juta USD juga akan diberikan untuk mendanani perluasan dua proyek darurat yang saat ini

menunjang ketersediaan fasilitas untuk rakyat yang membutuhkan.8

III. Yaman dalam era regionalisme dan globalisasi ekonomi

Secara geografis, Yaman berada di wilayah regional MENA (Middle East and North

Africa). Jika ditinjau dari segi ekonomi maupun politik wilayah MENA – Algeria, Bahrain,

Djibouti, Egypt, Iraq, Jordan, Kuwait, Lebanon, Libya, Mauritania, Morocco, Oman, Qatar,

Saudi Arabia, Somalia, Sudan, the Syrian Arab Republic, Tunisia, the United Arab Emirates,

and Yemen, Islamic States of Afghanistan, the Islamic Republic of Iran, Pakistan, and the

West Bank and Gaza – merupakan wilayah yang beragam secara ekonomi. Kebanyakan

negara di wilayah ini berbagi warisan budaya yang sama, namun berada pada tingkatan

perkembangan ekonomi yang bervariasi serta memiliki sumber daya alam yang berbeda-

beda. Disamping berbagai reformasi ekonomi yang terjadi di beberapa negara MENA,

perkembangan ekonomi di wilayah ini masih berada pada level petumbuhan yang sangat

rendah dalam tiga puluh tahun terakhir. Secara sejarah, ketergantungan kepada sektor

kekayaan minyak pada kebanyakan negara di wilayah ini menjadi faktor utama yang

memainkan peran dalam pembentukan strategi pembangunan di wilayah MENA.9

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan performa ekonomi di

wilayah MENA, diantaranya: tingginya pertumbuhan populasi dan rendahnya produktivitas,

lambatnya reformasi politik dan institusi, sektor publik yang mahal, sistem pendidikan yang

tidak efisien dan tidak merata, pasar keuangan yang tidak berkembang, pembatasan

8
The World Bank, “New World Bank Support to Address Food Insecurity in Yemen Aims to Reach 9 Million
Yemenis”, 19 Mei 2017, http://www.worldbank.org/en/news/press-release/2017/05/19/new-world-bank-
support-to-address-food-insecurity-in-yemen-aims-to-reach-9-million-yemenis, (Diakses pada 10 Juni 2017).
9
George T. Abed dan Hamid R. Davoodi, “Challenges of Growth and Globalization in the Middle East and
North Africa”, https://www.imf.org/external/pubs/ft/med/2003/eng/abed.htm, (Diakses pada 10 Juni 2017).
perdagangan yang tinggi serta kebijakan exchange yang tidak sesuai.10 Diantara penyebab-

penyebab di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa ketidakstabilan yang terjadi di Yaman

berkontribusi besar terhadap ketidakstabilan kawasan. Sebagai negara yang paling rendah

pertumbuhan ekonominya diantara negara-negara Arab lainnya, Yaman dengan perang

saudara yang tidak berkesudahan ini telah menghambat usaha modernisasi dan integrasi

ekonomi di Timur Tengah.11 Ditinjau dari penyebab-penyebab ketidakstabilan kawasan di

atas, beberapa indikator sesuai dengan keadaan yang sedang berlangsung di Yaman.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh The Heritage Foundation pada tahun 2017

mengenai indeks perekonomian Yaman, kebebasan ekonomi yang ada di Yaman masih tetap

stagnan dikarenakan perang saudara yang mengakibatkan kemandekan ekonomi dan

kehancuran infrastruktur. Selain itu, hak properti dan aktivitas bisnis diwarnai dengan korupsi

dan ketidakadilan. The nominally independent judiciary is weak and susceptible to

interference from the excecutive branch. Pemerintah memiliki rekaman yang buruk dalam

menerapkan aturan. Korupsi dan ketiadaan aturan jelas yang berlangsung selama bertahun-

tahun, kurangnya pengelolaan sumber daya alam, telah membawa kepada kemiskinan dan

penurunan perekonomian yang parah. Kekacauan politik dan konflik sipil menjadi penyebab

keruntuhan ekonomi, ekspor minyak dan gas dihentikan, dan keseluruhan situasi fiskal

berada pada kondisi yang berbahaya, berakibat pada naiknya harga dan hilangnya keuntungan

yang didapat dari pajak akibat perang.

Indikator lain yang menunjukkan kontribusi sebuah negara terhadap ketidakstabilan

kawasan dapat dilihat dari meningkatnya harga sektor-sektor publik. Mengikuti krisis yang

terjadi di Yaman, harga transportasi juga mengalami kenaikan harga yang cepat berkaitan

10
George T. Abed dan Hamid R. Davoodi, “Challenges of Growth and Globalization in the Middle East and
North Africa”, https://www.imf.org/external/pubs/ft/med/2003/eng/abed.htm, (Diakses pada 10 Juni 2017).
11
The Heritage Foundation, “Yemen”, 2017, http://www.heritage.org/index/country/yemen, (Diakses pada 10
Juni 2017)
dengan kurangnya bahan bakar dan ketakutan pekerja angkutan umum akan serangan udara

yang terjadi dalam konflik. Dengan kata lain, masyarakat Yaman secara tidak langsung

dipaksa untuk menanggung kebutuhan hidup mereka walaupun sebagian besar penduduk

telah kehilangan pekerjaan akibat keruntuhan ekonomi dan krisis pengungsi. Antara bulan

Maret dan Juni 2015, agen PBB melaporkan bahwa harga tepung dan gas untuk masak telah

melonjak sebanyak lebih dari 300%, minyak tanah meningkat sebanyak 1,400%. Laporan ini

juga menunjukkan bahwa 7 dari 22 provinsi yang ada di Yaman minyak tanah tidak tersedia

sama sekali. UN Food and Agriculture Organization dan World Food Program melaporkan

bahwa 19 provinsi sedang dilanda krisis pangan, bahwa 13 juta orang menderita kelaparan

setiap harinya dan enam juta orang terancam meninggal karenanya.12

Untuk mengkaji pengaruh globalisasi di Yaman, lagi-lagi fenomena ini harus

dihubungkan dengan konflik domestik yang sedang berlangsung di Yaman. Walaupun begitu,

pengaruh dari globalisasi sudah mulai tampak di Yaman, negara ini masih menghadapi

berbagai kesulitan untuk ikut dalam arus ini. Dari segi politik, Yaman telah melewati fase

dari sistem tradisional monarki ke arah demokrasi. Namun, apapun tipe pemerintahan yang

sedang berkuasa di Yaman, negara ini tetap menghadapi permasalahan yang sama dengan

tahun-tahun sebelumnya. Karena perekonomian di Yaman tidak stabil, sulit untuk

mereformasi negara ini hanya dengan menerapkan fasilitas pendanaan yang disediakan oleh

IMF. Dikarenakan meluasnya kemiskinan di negara ini, keberadaan pekerja anak-anak

merupakan sesuatu yang biasa. Sebagaimana negara-negara lain yang juga mengalami

pertumbuhan ekonomi yang cukup lambat, perkembangan globalisasi yang berlangsung di

12
Farea Al-Muslimi dan Mansour Rageh, “Yemen’s economic collapse and impending famine: The necessary
immediate steps to avoid worst-case scenarios”, Sana’a Center for Strategic Studies,
http://sanaacenter.org/publications/item/26-yemens_economic_collapse_and_impending_famine.html, (Diakses
pada 10 Juni 2017)
Yaman juga agak lambat. Yaman telah ter-westernisasi di wilayah urban/perkotaan

dibandingkan wilayah rural/pedesaan.13

Globalisasi telah menyebabkan perbedaan yang besar dalam hal perdagangan

internasional dan industri manufaktur di Yaman. Contohnya, industri makanan yang terletak

20 kilometer dari Kota Sanaa Selatan mulai berkembang dikarenakan bentuk metode

pertanian baru yang dikenalkan di Yaman. Industri ini telah memainkan peranan besar dalam

perekonomian Yaman dengan menjadi sumber pekerjaan bagi penduduk dan pemasukan bagi

negara. Namun, kondisi pekejaan dan kebijakan yang tersedia bagi pekerja masih belum

mencukupi. Dikarenakan tingkat perekonomian yang rendah dan kondisi kehidupan yang

buruk mengakibatkan sumber daya manusia terpelajar di Yaman harus meninggalkan negara

ini untuk mencari pekerjaan di negara lain.14

Secara umum, Yaman merupakan negara islam, di mana kebanyakan penduduknya

berbicara Bahasa Arab dan menggunakan pakaian yang menutup aurat di depan publik.

Namun, di wilayah perkotaan, masyarakat sudah mulai mengadopsi gaya hidup dan tingkah

laku budaya yang berbeda. Beberapa masyarakat Yaman berbicara Bahasa Inggris sebagai

bahasa kedua dan berbusana lebih dengan gaya yang mereka suka dibandingkan mengikuti

aturan agama. Kota-kota besar di Yaman juga telah memiliki pusat pendidikan, keagamaan

dan bisnis baru. Namun, dikarenakan banyaknya penduduk yang bermigrasi ke kota, populasi

penduduk di kota semakin membludak. Dampak dari perpindahan penduduk dan rendahnya

pendapatan berakibat kepada banyaknya penduduk yang tinggal di daerah kumuh dan bekerja

di pabrik yang mengelola sumber daya mentah.15

13
Globalization; Interdependence Worldbook, http://whsmws714-
globalizationandinterdependenceworldbook.wikispaces.com/, (Diakses pada 10 Juni 2017)
14
Essay Professor, “Custom The Politics of Globalization in Yemen”, (Diakses pada 10 Juni 2017).
15
Ibid
Tingginya angka pertumbuhan penduduk di Yaman juga berakibat buruk pada

perkembangan ekonomi negara ini. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya,

penduduk Yaman menghadapi kekurangan sumber daya pangan. Selain itu, tingginya angka

perpindahan penduduk dari desa ke kota juga menjadi penyebab peningkatan penyebaran

penyakit, seperti smallpoz, HIV, AIDS dan tuberculosis. Sederhananya, Yaman belum cukup

berkembang untuk menampung pengaruh globalisasi yang mungkin hanya akan membawa

negara ini kepada kemunduran. Urbanisasi yang merupakan dampak nyata dari globalisasi

telah menyebabkan timbulnya dampak buruk yang jauh lebih banyak dibandingkan dampak

baiknya.

Sejauh ini, walaupun bantuan luar negeri yang sampai ke Yaman tidak cukup untuk

menyokong perekonomian negara ini kembali, namun keberadaan bantuan ini membawa

dampak yang cukup baik bagi perkembangan perekonomian negara ini. Pemerintah yang

sedang berkuasa juga harus hati-hati dalam mengambil langkah jika tidak ingin adanya

kehancuran dan bencana yang lebih parah di Yaman. Tujuan yang ingin dicapai untuk

mengglobalisasikan Yaman bekerja dalam beberapa bidang, namun pertumbuhan populasi

tanpa adanya sokongan infrastruktur dan perekonomian yang baik dapat mengakibatkan

penderitaan yang parah bagi penduduk negara ini.

IV. Kesimpulan

Kondisi perekonomian dan perpolitikan di Republik Yaman merupakan dua hal yang

sama sekali tidak bisa dipisahkan. Sejak perang saudara yang mulai berlangsung pada tahun

2014, negara ini telah mengalami kerugian yang sangat signifikan dalam hal perekonomian,

dimulai dari tingginya angka pengangguran, kurangnya sumber daya pangan yang tersedia,

naiknya tarif sektor publik, kurangnya ketersediaan air bersih, dan lain sebagainya.

Kemerosotan ekonomi ini umumnya merupakan hasil dari konflik politik yang terjadi di
Yaman. Pasca pengambilalihan pemerintahan oleh kelompok pemberontak Houthi, negara ini

menghadapi berbagai polemik yang kemudian berujung kepada permasalahan ekonomi dan

pengungsi. Untuk menyelesaikan permasalahan ini, pemerintah Yaman harus mencari

resolusi agar negara ini bisa kembali stabil. Selain usaha dari pemerintah, dibutuhkan juga

usaha dari aktor-aktor regional – khususnya negara teluk, maupun internasional dalam rangka

penyelesaian konflik.

Anda mungkin juga menyukai