Vini Alfarina (1310852014) - Essay UAS Ekopol Timteng
Vini Alfarina (1310852014) - Essay UAS Ekopol Timteng
Republik Yaman merupakan negara yang dibentuk pasca bersatunya Yaman Selatan
yang komunis dan Yaman Utara yang tradisional pada tanggal 22 Mei 1990. Namun,
bersatunya kedua negara tidak semata-mata meredakan konflik yang terjadi antara kedua
negara. Berbagai kerusuhan dan konflik mulai terjadi secara berulang seperti munculnya
gerakan separatis dari selatan yang kemudian berhasil dikalahkan pada tahun 1994, konflik
yang muncul kembali pada tahun 2009 ketika pasukan tentara pemerintah dan pemberontak
yang dikenal dengan Houthi, berselisih di wilayah utara, membawa kepada terbunuhnya
ratusan orang dan perpindahan lebih dari seperempat juta orang. Tidak berhenti disitu,
gelombang protes baru dimulai pada tahun 2011, terinspirasi oleh Arab Spring yang
berkembang di Tunisia dan Mesir, masyarakat memaksa Presiden Ali Abdallah Saleh untuk
mengundurkan diri. Yaman juga menjadi rumah bagi kelompok-kelompok militan, seperti
Al-Qaeda dan Islamic State, yang tidak diragukan lagi juga menjadi sumber ketidakstabilan
di negara ini. Pada tahun 2014, konflik di negara ini kembali memanas ditandai dengan
pecahnya perang saudara yang sampai saat ini belum bisa terselesaikan.1
Negara yang beribukota di Sanaa ini memiliki populasi sebanyak 27,3 juta. Pada
tahun 2012, Yaman dipimpin oleh Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi yang mulai berkuasa
pasca presiden sebelumnya, Ali Abdallah Saleh, mengundurkan diri dengan tujuan untuk
mengakhiri konflik sipil. Abdrabbuh Mansour Hadi kemudian juga mengundurkan diri pada
1
BBC News, “Yemen Country Profile”, 1 Maret 2017, http://www.bbc.com/news/world-middle-east-14704852,
(Diakses pada 10 Juni 2017).
Januari 2015 pasca pemberontak Houthi mengambil alih pusat pemerintahan di Sanaa.
Namun, beliau masih didukung oleh Arab Saudi dan tentara-tentara Yaman yang ingin
di Kota Aden. Yaman saat ini berada pada keadaan politik yang tidak pasti. Pasca turunnya
Abdurrabuh, Yaman kemudian dipimpin oleh Wakil Presiden Abd Rabuh Mansur Hadi.
Sistem pemerintahan di negara ini masih dalam masa transisi dikarenakan pemberontakan
dan konflik yang terjadi. Pemberontak Houthi telah mengklaim bahwa Parlemen Yaman telah
dibubarkan dan digantikan dengan dewan transisi revolusioner, diketuai oleh Mohammed Ali
al-Houthi. Namun PBB, Amerika Serikat maupun Dewan Kerjasama Negara Teluk (Gulf Co-
utama dari kegagalan perekonomian. Pada kasus Yaman, sangat jelas terlihat bahwa sektor
politik dan ekonomi sangat mempengaruhi satu sama lain. Perang yang berlangsung telah
mempercepat inflasi, membatasi impor bahan bakar dan pangan, serta mengakibatkan
kehancuran yang meluas dalam bidang infrastruktur. Lebih dari 80% dari populasi Yaman
ketidakamanan pangan.3
sebanyak 67,5% dari total GDP Yaman dan diikuti dengan sektor pertanian sebanyak 23,6%
2
BBC News, “Yemen Country Profile”, 1 Maret 2017, http://www.bbc.com/news/world-middle-east-14704852,
(Diakses pada 10 Juni 2017).
3
CIA, “The World Factbook: Yemen”, https://www.cia.gov/library/publications/the-world-
factbook/geos/ym.html, (Diakses pada 10 Juni 2017).
dan industri sebanyak 8,9%. Sebelum konflik pada tahun 2014 berlangsung, perekonomian
Yaman sangat bergantung pada sumber daya minyak dan gas yang terus menurun. Minyak
dan gas berkontribusi sebanyak kira-kira 25% bagi GDP dan 65% untuk pemasukan
pemerintah. Pemerintah Yaman menghadapi annual budget shortfalls dan telah mencoba
untuk memberagamkan perekonomian Yaman melalui program reformasi yang dibuat untuk
menyangga sektor perekonomian minyak dan investasi luar negeri. Pada Juli 2014, usaha
reformasi pemerintah dilanjutkan dengan menghapuskan beberapa subsidi bahan bakar dan
pada Agustus 2014, International Monetary Fund menyetujui Extended Credit Facility (ECF)
Konflik yang dimulai pada tahun 2014 menghambat usaha reformasi Yaman dan
di Yaman. Pada September 2016, Presiden Abd Rabuh Mansur Hadi mengumumkan
pemindahan kantor cabang utama Bank Sentral Yaman dari Sanaa ke Asen di mana
pemerintahannya dapat memaksimalkan kontrol atas sumber daya bank sentral. Namun pada
kenyataannya, tidak peduli siapa yang memiliki kontrol penuh atas cabang utama, sistem
bank sentral masih kesulitan untuk berfungsi. Simpanan luar negeri Bank Sentral Yaman,
yang kira-kira berjumlah 5,2 Milyar USD sebelum berlangsungnya konflik, telah jauh
berkurang dalam jumlah signifikan. Bank Sentral tidak lagi bisa mendukung impor barang
pokok secara penuh ataupun menstabilkan nilai tukar mata uang Yaman.
Di sisi lain, negara ini juga menghadapi kesulitan untuk mengakses makanan dan
bantuan internasional yang signifikan baik pada saat konflik berlangsung maupun setelah
konflik selesai untuk menstabilkan perekonomiannya. Di sisi lain, negara ini juga
II. Kebijakan ekonomi Yaman ditinjau dari pendekatan fiskal dan perdagangan
internasional
Yaman merupakan negara yang tidak henti-hentinya dilanda konflik. Oleh karenanya,
pemerintah harus berusaha dengan keras untuk mencari jalan keluar di tengah konflik yang
memberi dampak buruk bagi perekonomian Yaman. Terdapat beberapa tantangan utama yang
dihadapi oleh negara ini, diantaranya adalah; diversifikasi ekonomi, kestabilan fiskal,
pengembangan sumber daya manusia, kontrol terhadap populasi serta manajemen sumber
daya air bersih. Tantangan-tantangan ini masih terus dihadapi hingga saat ini dikarenakan
permasalahan struktural jangka panjang serta konflik tidak berkesudahan yang tidak akan
dapat diselesaikan hanya dalam waktu semalam. Oleh karenanya, pada akhir tahun 2010, di
saat pusat pemerintahan masih stabil, pemerintah Yaman menyusun rangkaian kebijakan
Terdapat beberapa kerangka kerja kebijakan yang ingin dicapai oleh pemerintah
mengutamakan prospek pendapatan sektor minyak yang lebih rendah dan secara bersamaan
memperkuat investasi publik dan pengeluaran sosial, 3) Pemerintah yang berkuasa harus
berfokus secara penuh pada strategi jangka menengah yang sudah disusun secara bersama, 4)
Kerangka kerja ekonomi makro menargetkan pertumbuhan GDP sebesar 5% setiap tahunnya
Menurut ahli ekonomi Inggris John Maynard Keynes (1883–1946), kebijakan fiskal
menstabilkan siklus bisnis dan mempengaruhi interest rates sebagai usaha untuk
bahwa performa ekonomi negaranya dapat diperbaiki dengan menyesuaikan nilai pajak dan
pengeluaran pemerintah. Oleh karenanya, melalui kerangka kebijakan yang sama pada tahun
2010, pemerintah Yaman menyusun rencana reformasi kebijakan fiskal yang intinya berisi
beberapa hal termasuk; 1) Target fiskal ditujukan untuk meluruskan kembali pengeluaran
dengan penghasilan sebenarnya serta pendanaan domestik dan pendaan luar negeri yang
kepada struktur budget jangka panjang, 3) Hukum reformasi pajak mengurangi nilai pajak
pendapatan, namun menghilangkan pajak pendapatan yang baru dan most customs
exemptions under the investment law, 4) Ukuran utama pengeluaran disesuaikan dengan
harga produk bahan bakar domestik untuk mengurangi subsidi bahan bakar, 5) Ukuran ini
akan menciptakan ruang fiskal bagi higher social spending and largely safeguard capital
spending dan 6) Defisit akan didanai secara utama oleh pinjaman domestik, yang akan
Namun, keadaan di Yaman berubah secara drastis pasca pecahnya perang saudara di
tahun 2014. Ketiadaan sektor privat yang dinamis juga berakibat kepada angka pengangguran
yang tinggi. Di pertengahan perang saudara, tekanan fiskal yang diakibatkan oleh rendahnya
4
International Monetary Fund, “Republic of Yemen: Request for a Three-Year Arrangement Under the
Extended Credit Facility – Staff Report; Press Release on the Executive Board Discussion; and Statement by the
Executive Director of Yemen”, September 2010, IMF Country Report No. 10/300, hal. 9,
https://www.imf.org/external/pubs/ft/scr/2010/cr10300.pdf (Diakses pada 10 Juni 2017).
5
Ibid, hal. 10-13.
pendapatan minyak memaksa pemerintah Yaman untuk memotong subsidi bahan bakar. The
ensuring popular backlash was exploited by the Houthis, namun Houthi tidak mampu untuk
merupakan hal yang sangat penting bagi perekonomian Yaman, nilai ekspor dan impor jika
digabungkan kontribusinya akan setara dengan 60% total GDP. Nilai rata-rata tarif yang
dikenakan adalah 4,1%. Perang saudara Yaman menghambat perdagangan dan investasi
internasional. Perekonomian negara ini kebanyakan bergantung pada cash, dan sistem
keuangan kecil-kecilan biasanya didominasi oleh negara. Konflik yang tengah berlangsung
Secara internasional, perekonomian Yaman tidak lepas dari sokongan yang diberikan
oleh IMF dan Bank Dunia. Pada tahun 2014, Yaman melakukan pinjaman sebanyak 550
milyar USD dibawah Extended Credit Facility (ECF) dengan poin untuk mereformasi subsidi
bahan bakar. Pinjaman ini bertujuan untuk menciptakan ruang fiskal bagi investasi
infrastruktur dan menargetkan transfer sosial ke masyarakat yang berada di bawah garis
kemiskinan. Dana ini juga dialirkan untuk reformasi pemerintahan dan memperkuat stabilitas
sektor finansial.7 Sebagai respon terhadap ketidakamanan pangan di Yaman, Bank Dunia
juga akan mendanai transfer tunai sebanyak 1,5 juta bagi rumah tangga yang miskin untuk
bernutrisi untuk 1 juta orang tambahan yang paling membutuhkan d Yaman. Untuk tujuan
ini, dana lain dari International Development Association (IDA) dengan total sebanyak 283
6
The Heritage Foundation, “Yemen”, 2017, http://www.heritage.org/index/country/yemen, (Diakses pada 10
Juni 2017).
7
Regional Economic Outlook, “Republic of Yemen”, 7 April 2016,
http://www.imf.org/en/Publications/REO/MECA/Issues/2017/04/18/mreo0517 , (Diakses pada 10 Juni 2017).
juta USD juga akan diberikan untuk mendanani perluasan dua proyek darurat yang saat ini
Secara geografis, Yaman berada di wilayah regional MENA (Middle East and North
Africa). Jika ditinjau dari segi ekonomi maupun politik wilayah MENA – Algeria, Bahrain,
Djibouti, Egypt, Iraq, Jordan, Kuwait, Lebanon, Libya, Mauritania, Morocco, Oman, Qatar,
Saudi Arabia, Somalia, Sudan, the Syrian Arab Republic, Tunisia, the United Arab Emirates,
and Yemen, Islamic States of Afghanistan, the Islamic Republic of Iran, Pakistan, and the
West Bank and Gaza – merupakan wilayah yang beragam secara ekonomi. Kebanyakan
negara di wilayah ini berbagi warisan budaya yang sama, namun berada pada tingkatan
perkembangan ekonomi yang bervariasi serta memiliki sumber daya alam yang berbeda-
beda. Disamping berbagai reformasi ekonomi yang terjadi di beberapa negara MENA,
perkembangan ekonomi di wilayah ini masih berada pada level petumbuhan yang sangat
rendah dalam tiga puluh tahun terakhir. Secara sejarah, ketergantungan kepada sektor
kekayaan minyak pada kebanyakan negara di wilayah ini menjadi faktor utama yang
lambatnya reformasi politik dan institusi, sektor publik yang mahal, sistem pendidikan yang
tidak efisien dan tidak merata, pasar keuangan yang tidak berkembang, pembatasan
8
The World Bank, “New World Bank Support to Address Food Insecurity in Yemen Aims to Reach 9 Million
Yemenis”, 19 Mei 2017, http://www.worldbank.org/en/news/press-release/2017/05/19/new-world-bank-
support-to-address-food-insecurity-in-yemen-aims-to-reach-9-million-yemenis, (Diakses pada 10 Juni 2017).
9
George T. Abed dan Hamid R. Davoodi, “Challenges of Growth and Globalization in the Middle East and
North Africa”, https://www.imf.org/external/pubs/ft/med/2003/eng/abed.htm, (Diakses pada 10 Juni 2017).
perdagangan yang tinggi serta kebijakan exchange yang tidak sesuai.10 Diantara penyebab-
penyebab di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa ketidakstabilan yang terjadi di Yaman
berkontribusi besar terhadap ketidakstabilan kawasan. Sebagai negara yang paling rendah
saudara yang tidak berkesudahan ini telah menghambat usaha modernisasi dan integrasi
atas, beberapa indikator sesuai dengan keadaan yang sedang berlangsung di Yaman.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh The Heritage Foundation pada tahun 2017
mengenai indeks perekonomian Yaman, kebebasan ekonomi yang ada di Yaman masih tetap
kehancuran infrastruktur. Selain itu, hak properti dan aktivitas bisnis diwarnai dengan korupsi
interference from the excecutive branch. Pemerintah memiliki rekaman yang buruk dalam
menerapkan aturan. Korupsi dan ketiadaan aturan jelas yang berlangsung selama bertahun-
tahun, kurangnya pengelolaan sumber daya alam, telah membawa kepada kemiskinan dan
penurunan perekonomian yang parah. Kekacauan politik dan konflik sipil menjadi penyebab
keruntuhan ekonomi, ekspor minyak dan gas dihentikan, dan keseluruhan situasi fiskal
berada pada kondisi yang berbahaya, berakibat pada naiknya harga dan hilangnya keuntungan
kawasan dapat dilihat dari meningkatnya harga sektor-sektor publik. Mengikuti krisis yang
terjadi di Yaman, harga transportasi juga mengalami kenaikan harga yang cepat berkaitan
10
George T. Abed dan Hamid R. Davoodi, “Challenges of Growth and Globalization in the Middle East and
North Africa”, https://www.imf.org/external/pubs/ft/med/2003/eng/abed.htm, (Diakses pada 10 Juni 2017).
11
The Heritage Foundation, “Yemen”, 2017, http://www.heritage.org/index/country/yemen, (Diakses pada 10
Juni 2017)
dengan kurangnya bahan bakar dan ketakutan pekerja angkutan umum akan serangan udara
yang terjadi dalam konflik. Dengan kata lain, masyarakat Yaman secara tidak langsung
dipaksa untuk menanggung kebutuhan hidup mereka walaupun sebagian besar penduduk
telah kehilangan pekerjaan akibat keruntuhan ekonomi dan krisis pengungsi. Antara bulan
Maret dan Juni 2015, agen PBB melaporkan bahwa harga tepung dan gas untuk masak telah
melonjak sebanyak lebih dari 300%, minyak tanah meningkat sebanyak 1,400%. Laporan ini
juga menunjukkan bahwa 7 dari 22 provinsi yang ada di Yaman minyak tanah tidak tersedia
sama sekali. UN Food and Agriculture Organization dan World Food Program melaporkan
bahwa 19 provinsi sedang dilanda krisis pangan, bahwa 13 juta orang menderita kelaparan
dihubungkan dengan konflik domestik yang sedang berlangsung di Yaman. Walaupun begitu,
pengaruh dari globalisasi sudah mulai tampak di Yaman, negara ini masih menghadapi
berbagai kesulitan untuk ikut dalam arus ini. Dari segi politik, Yaman telah melewati fase
dari sistem tradisional monarki ke arah demokrasi. Namun, apapun tipe pemerintahan yang
sedang berkuasa di Yaman, negara ini tetap menghadapi permasalahan yang sama dengan
mereformasi negara ini hanya dengan menerapkan fasilitas pendanaan yang disediakan oleh
merupakan sesuatu yang biasa. Sebagaimana negara-negara lain yang juga mengalami
12
Farea Al-Muslimi dan Mansour Rageh, “Yemen’s economic collapse and impending famine: The necessary
immediate steps to avoid worst-case scenarios”, Sana’a Center for Strategic Studies,
http://sanaacenter.org/publications/item/26-yemens_economic_collapse_and_impending_famine.html, (Diakses
pada 10 Juni 2017)
Yaman juga agak lambat. Yaman telah ter-westernisasi di wilayah urban/perkotaan
internasional dan industri manufaktur di Yaman. Contohnya, industri makanan yang terletak
20 kilometer dari Kota Sanaa Selatan mulai berkembang dikarenakan bentuk metode
pertanian baru yang dikenalkan di Yaman. Industri ini telah memainkan peranan besar dalam
perekonomian Yaman dengan menjadi sumber pekerjaan bagi penduduk dan pemasukan bagi
negara. Namun, kondisi pekejaan dan kebijakan yang tersedia bagi pekerja masih belum
mencukupi. Dikarenakan tingkat perekonomian yang rendah dan kondisi kehidupan yang
buruk mengakibatkan sumber daya manusia terpelajar di Yaman harus meninggalkan negara
berbicara Bahasa Arab dan menggunakan pakaian yang menutup aurat di depan publik.
Namun, di wilayah perkotaan, masyarakat sudah mulai mengadopsi gaya hidup dan tingkah
laku budaya yang berbeda. Beberapa masyarakat Yaman berbicara Bahasa Inggris sebagai
bahasa kedua dan berbusana lebih dengan gaya yang mereka suka dibandingkan mengikuti
aturan agama. Kota-kota besar di Yaman juga telah memiliki pusat pendidikan, keagamaan
dan bisnis baru. Namun, dikarenakan banyaknya penduduk yang bermigrasi ke kota, populasi
penduduk di kota semakin membludak. Dampak dari perpindahan penduduk dan rendahnya
pendapatan berakibat kepada banyaknya penduduk yang tinggal di daerah kumuh dan bekerja
13
Globalization; Interdependence Worldbook, http://whsmws714-
globalizationandinterdependenceworldbook.wikispaces.com/, (Diakses pada 10 Juni 2017)
14
Essay Professor, “Custom The Politics of Globalization in Yemen”, (Diakses pada 10 Juni 2017).
15
Ibid
Tingginya angka pertumbuhan penduduk di Yaman juga berakibat buruk pada
penduduk Yaman menghadapi kekurangan sumber daya pangan. Selain itu, tingginya angka
perpindahan penduduk dari desa ke kota juga menjadi penyebab peningkatan penyebaran
penyakit, seperti smallpoz, HIV, AIDS dan tuberculosis. Sederhananya, Yaman belum cukup
berkembang untuk menampung pengaruh globalisasi yang mungkin hanya akan membawa
negara ini kepada kemunduran. Urbanisasi yang merupakan dampak nyata dari globalisasi
telah menyebabkan timbulnya dampak buruk yang jauh lebih banyak dibandingkan dampak
baiknya.
Sejauh ini, walaupun bantuan luar negeri yang sampai ke Yaman tidak cukup untuk
menyokong perekonomian negara ini kembali, namun keberadaan bantuan ini membawa
dampak yang cukup baik bagi perkembangan perekonomian negara ini. Pemerintah yang
sedang berkuasa juga harus hati-hati dalam mengambil langkah jika tidak ingin adanya
kehancuran dan bencana yang lebih parah di Yaman. Tujuan yang ingin dicapai untuk
tanpa adanya sokongan infrastruktur dan perekonomian yang baik dapat mengakibatkan
IV. Kesimpulan
Kondisi perekonomian dan perpolitikan di Republik Yaman merupakan dua hal yang
sama sekali tidak bisa dipisahkan. Sejak perang saudara yang mulai berlangsung pada tahun
2014, negara ini telah mengalami kerugian yang sangat signifikan dalam hal perekonomian,
dimulai dari tingginya angka pengangguran, kurangnya sumber daya pangan yang tersedia,
naiknya tarif sektor publik, kurangnya ketersediaan air bersih, dan lain sebagainya.
Kemerosotan ekonomi ini umumnya merupakan hasil dari konflik politik yang terjadi di
Yaman. Pasca pengambilalihan pemerintahan oleh kelompok pemberontak Houthi, negara ini
menghadapi berbagai polemik yang kemudian berujung kepada permasalahan ekonomi dan
resolusi agar negara ini bisa kembali stabil. Selain usaha dari pemerintah, dibutuhkan juga
usaha dari aktor-aktor regional – khususnya negara teluk, maupun internasional dalam rangka
penyelesaian konflik.