F032100001
TEORI EKONOMI
Inflasi, Pengangguran
dan Pertumbuhan
Ekonomi
Abstract Kompetensi
Mampu mengenal ruang lingkup Teori Mahasiswa dapat memahami konsep
perilaku konsumen. ruang lingkup
masalah dan tujuan teori perilaku
konsumen
12
Annisa Hakim Z, S.Pd., M.Sc.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Akuntansi
Pendahuluan
A. PENDAHULUAN
INFLASI
Seperti halnya pengangguran, inflasi juga merupakan masalah yang selalu dihadapi
setiap perekonomian. Sampai di mana buruknya masalah ini, berbeda antara satu waktu
dengan waktu lainnya, dan berbeda pula dari satu negara ke negara lain. Tingkat inflasi
adalah persentasi kecepatan kenaikan harga-harga dalam suatu tahun tertentu, biasanya
digunakan sebagai ukuran untuk menunjukkan sampai di mana burukrya masa!ah ekonomi
yang dihadapi suatu negara pada tahun tersebut. Dalam perekonomian yang berkembang
pesat, pada umumnya disetiap negara terjadi inflasi yang rendah, yaitu berkisar 2% sampai
4% pertahun dan ini tidak dapat dielakkan, inflasi seperti ini dinamakan inflasi merayap.
Pada kondisi perkembangan ekonomi yang kurang baik, sering sekali terjadi inflasi yang
Iebih serius, yaitu mencapai 5% sampai 10% atau lehih tinggi. Bahkan jika pada satu negara
terjadi peperangan atau ketidakstabilan politik, inflasi dapat mencapai angka yang sangat
tinggi, bisa ratusan bahkan ribuan persen. Inflasi seperti ini dinamakan hiper inflasi.
Terjadi pabila sektor perusahaan tidak mampu dengan cepat melayani permintaan
masyarakat yang terjadi di pasar produknya. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya
kekurangan barang dan mendorong terjadinya kenaikan harga. Inflasi tarikan permintaan
biasanya terjadi pada saat perekonomian mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja
penuh dan pertumbuhan ekonomi berjalan dengan pesat. Dalam periode seperti ini
permintaan masyarakat bertambah dengan pesat dan perusahaan pada umumnya akan
beroperasi pada kapasitas maksimal. Kelebihan permintaan yang masih terjadi akan
menimbulkan kenaikan harga (inflasi).
(i) sampai pada pendapatan nasional mencapai titik Y1, penawaran barang dalam
perekonomian dapat ditambah tanpa meningkatkan harga, yaitu tetap sebanyak P1
(ii) pada pendapatan nasional Y1 dan Yf penawaran hanya dapat ditambah pada barga
yang Iebih tinggi
(iii) pada pendapatan nasional mencapai titik Yf, perekonomian tidak mampu lagi
menamhah penawaran barang
Kurva AD0 hingga AD4 adalah kurva permintaan agregat, yang berbentuk menurun
dari kiri atas ke kanan bawah. Ini menunjukan bahwa semakin rendah tingkat harga, maka
semakin banyak perbelanjaan masyarakat. Keseimbangan pendapatan nasional dicapai saat
AD=AS. Berdasarkan syarat keseimbangan tersebut, berarti pendapatan nasional adalah Y0
apabila permintaan agregat adalah AD0 dan tingkat harga adalah P1. Pertumbuhan ekonomi
akan menambah pendapatan masyarakat, dan pertambahan ini akan memindahkan permintaan
agregat dari AD0 ke AD1. Pendapatan nasional pada keseimbangan adalah Y1. Tingkat harga
masih tetap P1 karena perusahaan belum beroperasi pada kapasitasnya yang maksimal dan
permintaan yang ada dapat dengan mudah dipenuhi.
Disarnping dalam masa pertumbuhan yang pesat dan tingkat kegiatan ekonomi yang
tinggi, inflasi tarikan permintaan dapat juga terjadi dalam masa perang atau ketidakstabilan
politik. Dalam kondisi seperti ini biasanya pembelanjaan pemerintah jauh melebihi
pendapatann yang diperoleh dari pajak atau sumber lain. Oleh sebab itu pemerintah harus
mencetak uang dan meminjam dari bank-bank umum dan lembaga-lembaga keuangan
lainnya. Pengeluaran pemerintah yang berlebihan tersebut akan meningkatkan permintaan
agregat dengan cepat. Apabila perusahaan tidak dapat melayani pertambahan permintaan
tersebut, maka inflasi tarikan permintaan akan tetap terjadi.
Sering kali inflasi desakan biaya terjadi diikuti oleh kenaikan permintaan agregat.
Kenaikan harga-harga yang bersumber dari kenaikan biaya produksi biasanya akan
mendorong para pekerja untuk menuntut kenaikan gaji guna mengimbangi kenaikan dalam
biaya hidup. Kenaikan gaji yang terjadi akan menambab permintaan agregat. Kenaikan ini
akan menimbulkan dua akibat, yaitu meningkatnya harga dan pendapatan nasional
berkembang. Keadaan ini dapat dilihat dari kurva diatas. Perpindahan penawaran agregat dari
AS0 menjadi AS1 dan seterus menjadi AS2 akan mendorong para pekerja menuntut kenaikan
upah. Pendapatan yang bertamhah akan menaikkan permintaan agregat seperti terlihat pada
Sering kali inflasi desakan biaya terjadi pada saat perekonomian hampir atau telah
mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh, yaitu ketika perekonomian menghadapi
masalah kekurangan tenaga kerja.
Kenaikan harga-harga barang dapat disebabkan oleh salah satu atau gabungan dari tiga
faktor berikut :
(iii) dalam perekonomian yang sedang mengalami perkembangan pesat, maka pengusaha
berusaha menaikkan margin keuntungannya.
Ada dua aspek negatif atau dampak yang dapat ditimbulkan karena terjadinya inflasi,
yaitu :
Sebahagian ahli ekonomi berpendapat bahwa inflasi yang sangat lambat dapat dipandang
sebagai stimulator bagi pertumbuhan ekonomi. Kenaikan harga tersebut tidak lansung
diikuti oleh kenaikan upah pekerja, maka keuntungan akan bertambah. Pertambahan
keuntungan akan menggalakkan investasi di masa datang dan ini akan mewujudkan
percepatan dalam pertumbuhan ekonomi. Tapi apabila inflasi menjadi lebih serius
keadaannya, perekonomian tidak akan berkembang seperti yang diinginkan. Pengalaman
beberapa negara yang pernah mengalami hiper inflasi menunjukkan bahwa inflasi yang
buruk akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik, dan tidak mewujudkan
pertumbuhan ekonomi. Terlebih dahulu ekonomi harus distabilkan, dalam hal ini
Tidak terjadinya pertumbuhan ekonomi sebagai akibat dari inflasi yang serius
disebabkan oleh beberapa faktor penting sebagai berikut :
Dampak negatif inflasi terhadap individu dan masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga
aspek sebagai berikut :
b. Pendapatan riil merosot. Sebahagian tenaga kerja di setiap negara terdiri dari
pekerja-pekerja bergaji tetap. Dalam masa inflasi biasanya kenaikan harga-harga
selalu mendahului kenaikan pendapatan mereka. Dengan demikian inflasi cenderung
menimbulkan kemerosotan pendapatan riil sebahagian besar tenaga kerja. Ini beranti
kemakmuran masyarakat juga merosot.
Pada materi-materi sebelumnya telah dibahas bahwa setiap negara bercita-cita untuk
mewujudkan tahap kegiatan ekonomi yang mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh
tanpa infIasi. Dalam kenyataannya hal tersebut sngat sulit dicapai. Dari dulu ahli-ahli
ekonomi telah menyadari bila tingkat pengangguran rendah, maka masalah inflasi akan
terjadi, makin rendah tingkat pengangguran, makin tinggi tingkat inflasi. Sebaliknya apabila
terdapat masalah pengangguran yang serius, tingkat harga relatif stabil. Berarti tidak mudah
untuk menciptakan tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dan kestabilan harga secara
serentak.
Kedua faktor diatas digambarkan dengan kurva yang sangat dikenal dengan kurva
Phillips (Profesor A.W. Phillips, tahun 1950), bentuk kurva tersebut adalah sebagai berikut :
Setiap titik dalam grafik tersebut menggambarkan tingkat kenaikan upah dan tingkat
pengangguran yang berlaku di suatu tahun terteutu. Titik A misalnya, menggambarkan bahwa
pada suatu tahun tertentu upah mengalami kenaikan sebanyak 4% dan tingkat pengangguran
8%, sedangkan titik B menunjukkan pada tahun lainnya tingkat upah naik sebanyak 9% dan
tingkat pengangguran hanya mencapai 4%. Berdasarkan data yang dikumpulkan secara
statistik Phillips menganalisis sifat hubungan antara tingkat kenaikan upah dan tingkat
pengangguran.
Sifat umum dari kurva Phillips adalah pada mulanya penurunannya sangat curam, tapi
semakin lama semakin bertambah landai. Bentuk kurva seperti ini dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Apabila tingkat pengangguran sangat rendah, tingkat upah semakin cepat kenaikannya.
Perhatikan titik E dan F. Titik E menggambarkan pengangguran adalah 3% dan kenaikan
upah 9%. Sedangkan titik F menggambarkan tingkat pengangguran adalah 4% dan
tingkat kenaikan upah mencapai 6,5%.
2. Apabila tingkat pengangguran relatif tinggi, kenaikan upah relatif lambat. Keadaan ini
ditunjukkan dengan jelas oleh pergerakan dari titik C ke titik D. Pengurangan tingkat
pengangguran dari 10% ke 8% hanya menaikkan upah sebanyak hampir 1,5%.
Bentuk kurva Phillips diatas tidak jauh berbeda dengan kurva Philips sebelumnya, ini
berarti sifat hubungan antara inflasi harga dan tingkat pengangguran tidak berbeda dengan
sifat hubungan antara inflasi upah dan tingkat pengangguran seperti yang diterangkan
sebelumnya. Pada waktu pengangguran tinggi kenaikan harga-harga relatif lambat, tapi
makin rendah pengangguran akan semakin tinggi tingkat inflasi yang terjadi.
Disamping cini-ciri dasar yang bersamaan ini, perlu disadari perbedaan antara kedua
kurva diatas yaitu apabila kedua-duanya digambarkan dalam satu grafik, kurva kedua akan
terletak di bawah pertama. Artinya, pada suatu tingkat pengangguran tertentu inflasi upah
Iebih cepat dari inflasi harga. Sebagai contoh, dalam grafik pertama ditunjukkan tingkat
kenaikan upah kira-kira 6,5% pada saat pengangguran 8%. Sedangkan kurva kedua
menunjukkan inflasi harga hanya melebihi 4% ketika tingkat pengangguran 4%. (Lihat titik F
pada kedua grafik).
Observasi mengenai sifat hubungan tersebut sejak tahun 1960an di Inggris dan
Amerika Serikat menunjukkan bahwa dalam masa tiga dekade yang lalu telah terjadi
perpindahan kurva Phillips. Kurva Phillips untuk tahun 1970an adalah lebih tinggi dari kurva
Phillips untuk tahun l960an, sedangkan pada tahun 1980an kurva Phillips berada di bawah
kurva Phillips tahun 1960an.
Perhatikan Kurfa pada grafik dibawah ini, Kurva (1) menggambarkan kurva Phillips
yang berlaku dalam tahun 1960an. Titik A menunjukkan pada tingkat pengangguran sebesar
3%, tingkat kenaikan upah mencapai 3%.
Kurva (2) menggambarkan kurva Phillips untuk tahun 1970an. Dalam dekade tersebut
berlaku kenaikan harga minyak di pasaran dunia menjadi beberapa kali lipat. Ini
menimbulkan kenaikan biaya produksi yang tinggi. Keadaan ini saja telah menimbulkan
inflasi harga. Pada masa berikutnya para pekerja menuntut kenaikan upah dan tuntutan ini
mempercepat kenaikan harga. Sebagai akibatnya, pada setiap tingkat pengangguran, tingkat
kenaikan harga adalah lebih tinggi. Sebagai contoh, titik B pada kurva (2) menunjukkan
Ahli-ahli ekonomi berpendapat bahwa dalam jangka panjang kurva Phillips berbentuk
tegak lurus, seperti yang ditunjukkan oleh kurva LRPC pada grafik dibawah ini. Dalam
analisis mengenai kurva Phillips, yang dimaksudkan dengan jangka panjang adalah suatu
periode yang memungkinkan ekspektasi mengenai inflasi menyesuaikan sepenuhnya dengan
inflasi yang sedang terjadi.
Kurva LRPC yang tegak lurus pada sumbu datar di titik UN menunjukkan tingkat
penganguran alamiah atau natural rate of unemployment. Misalkan tingkat pengangguran
alamiah sekitar 5%. Dalam keadaan yang sebenarnya tidak sorang ahli ekonomipun dapat
menyatakan persentasi yang sebenarnya, ada yang berpendapat melebihi dari tingkat tersebut
dan ada yang berpendapat kurang dari 5%. Yang penting diingat, yang dimaksudkan dengan
pengangguran alamiah adalah pengaugguran yang terdiri dari pengangguran normal dan
pengangguran struktural. Dengan demikian tingkat pengangguran alamiah merupakan
perbandingan antara jumlah pengangguran normal dan struktural dengan jumlah angkatan
kerja.
Dari analisis ini dapat disimpulkan bahwa apabila pengangguran telah mencapai
tingkat alamiah, usaha-usaha pemerintah untuk mengurangi tingkat pengangguran pada
akhirnya bukan mengakibatkan penurunan tingkat pengangguran tetapi mengakibatkan
kenaikan harga-harga. Dengan kata lain, dalam jangka panjang kurva Phillips berbentulk
tegak Iurus (vertikal), pengangguran akan tetap sebesar UN walau seberapa tinggipun tingkat
inflasi.
PENGANGGURAN
Siapa di antara yang berikur ini bisa dianggap sebagai menganggur : mahasiswa yang
tidak bekerja, teller bank yang digantikan posisinya oleh automatic teller machine, Julia
B. JENIS-JENIS PENGANGGURAN
Tenaga kerja akan terus bertambah sebagal akibat dari masuknya tenaga kerja baru yang
disebabkan oleh pertambahan penduduk. Apabila kemunduran ekonomi terus
berlangsung, atau kegiatan perekonomian muIai berkembang, tetapi perkembangan
2. PENGANGGURAN STRUKTURAL
Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi selalu diikuti oleh perubahan struktur dan
corak kegiatan ekonomi. Perkembangan perekonomian dalam jangka panjang, misalnya,
akan meningkatkan peranan sektor industri pengolahan dan mengurangi kegiatan
pertambangan dan pertanian. Juga industri-industri rumahtangga dan industri kecil-
kecilan akan mengalami kemunduran dan digantikan oIeh kegiatan industri yang
menghasilkan barang yang sama tetapi menggunakan peralatan yang Iebih canggih.
Perubahan struktur dan kegiatan ekonomi sebagai akibat perkernbangan ekonomi dapat
menimbulkan masalah pengangguran yang dinamakan pengangguran struktural.
Contoh dari pengangguran struktural yang ditimbulkan oIeh . Para konsumen Iebih suka
membeli baju dan sepatu yang siap pakai dan tidak lagi memesan kepada tukang jahit
dan tukang sepatu. Mereka menghadapi masalah kekurangan permintaan dan Iebih
banyak rnenganggur dari pada bekerja.
3. PENGANGGURAN NORMAL
Apabila dalam suatu periode tertentu perekonomian terus menerus mengalami
perkembangan yang pesat, jumlah dan tingkat pengangguran akan menjadi semakin
rendah. Pada akhirnya perekonomian dapat mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja
penuh, yaitu apabila pengangguran tidak lebih dari 4% dan dinamakan dengan
pengangguran normal. Sebagian ahli ekonomi menggunakan istilah pengangguran
friksional (frictional unemployment) atau pengangguran mencari (search
unemployment).
Daftar Pustaka
1. Egeune A.Diulo. “Teori Ekonomi Mikro” Schaum Series, Penerbit Erlangga 2002
2. Lincoln Arsyad. “Ekonomi Mikiro” Ikhtisar Teori Soal & Jawab. Penerbit BPEE
Yogjakarta 1998
3. Pratama Raharja dan Mandala Manurung. “Teori Ekonomi Mikro” Suatu Pengantar,
Penerbit Lembaga Penerbit FE UI 2002
4. Sadono Sukirno.” Mikro Ekonomi” Teori Pengantar Edisi 3. Penerbit PT.Raja
Grafindo Persada. Jakarta 2005
5. Sudarsono. “Pengantar Ekonomi Mikro” Buku Materi Pokok. Ekona
4111/3SKS/Modul 1-9 Penerbit Pusat Penerbitan UT 2001