Anda di halaman 1dari 24

MODUL PERKULIAHAN

F032100001
TEORI EKONOMI

Inflasi, Pengangguran
dan Pertumbuhan
Ekonomi

Abstract Kompetensi
Mampu mengenal ruang lingkup Teori Mahasiswa dapat memahami konsep
perilaku konsumen. ruang lingkup
masalah dan tujuan teori perilaku
konsumen

Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh

12
Annisa Hakim Z, S.Pd., M.Sc.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Akuntansi
Pendahuluan
A. PENDAHULUAN

INFLASI
Seperti halnya pengangguran, inflasi juga merupakan masalah yang selalu dihadapi
setiap perekonomian. Sampai di mana buruknya masalah ini, berbeda antara satu waktu
dengan waktu lainnya, dan berbeda pula dari satu negara ke negara lain. Tingkat inflasi
adalah persentasi kecepatan kenaikan harga-harga dalam suatu tahun tertentu, biasanya
digunakan sebagai ukuran untuk menunjukkan sampai di mana burukrya masa!ah ekonomi
yang dihadapi suatu negara pada tahun tersebut. Dalam perekonomian yang berkembang
pesat, pada umumnya disetiap negara terjadi inflasi yang rendah, yaitu berkisar 2% sampai
4% pertahun dan ini tidak dapat dielakkan, inflasi seperti ini dinamakan inflasi merayap.
Pada kondisi perkembangan ekonomi yang kurang baik, sering sekali terjadi inflasi yang
Iebih serius, yaitu mencapai 5% sampai 10% atau lehih tinggi. Bahkan jika pada satu negara
terjadi peperangan atau ketidakstabilan politik, inflasi dapat mencapai angka yang sangat
tinggi, bisa ratusan bahkan ribuan persen. Inflasi seperti ini dinamakan hiper inflasi.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MENIMBULKAN INFLASI

Berdasarkan faktor-faktor yang menimbulkannya, maka inflasi dapat dibedakan


menjadi inflasi tarikan permintaan dan inflasi desakan biaya.

1. Inflasi Tarikan Permintaan

Terjadi pabila sektor perusahaan tidak mampu dengan cepat melayani permintaan
masyarakat yang terjadi di pasar produknya. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya
kekurangan barang dan mendorong terjadinya kenaikan harga. Inflasi tarikan permintaan
biasanya terjadi pada saat perekonomian mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja
penuh dan pertumbuhan ekonomi berjalan dengan pesat. Dalam periode seperti ini
permintaan masyarakat bertambah dengan pesat dan perusahaan pada umumnya akan
beroperasi pada kapasitas maksimal. Kelebihan permintaan yang masih terjadi akan
menimbulkan kenaikan harga (inflasi).

Terjadinya inflasi tarikan permintaan dapat diterangkan dengan grafik berikut :

‘2021 Bisnis Internasional


2 Annisa Hakim Z, S.Pd., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kurva AS adalah kurva penawaran agregat, yang berbentuk horizontal sampai
pendapatan nasional Y1, selanjutnya mengalami kenaikan dan membentuk garis vertikal
pada titik Yf. Bentuk kurva seperti ini dapat diartikan sebagai berikut :

(i) sampai pada pendapatan nasional mencapai titik Y1, penawaran barang dalam
perekonomian dapat ditambah tanpa meningkatkan harga, yaitu tetap sebanyak P1

(ii) pada pendapatan nasional Y1 dan Yf penawaran hanya dapat ditambah pada barga
yang Iebih tinggi

(iii) pada pendapatan nasional mencapai titik Yf, perekonomian tidak mampu lagi
menamhah penawaran barang

Kurva AD0 hingga AD4 adalah kurva permintaan agregat, yang berbentuk menurun
dari kiri atas ke kanan bawah. Ini menunjukan bahwa semakin rendah tingkat harga, maka
semakin banyak perbelanjaan masyarakat. Keseimbangan pendapatan nasional dicapai saat
AD=AS. Berdasarkan syarat keseimbangan tersebut, berarti pendapatan nasional adalah Y0
apabila permintaan agregat adalah AD0 dan tingkat harga adalah P1. Pertumbuhan ekonomi
akan menambah pendapatan masyarakat, dan pertambahan ini akan memindahkan permintaan
agregat dari AD0 ke AD1. Pendapatan nasional pada keseimbangan adalah Y1. Tingkat harga
masih tetap P1 karena perusahaan belum beroperasi pada kapasitasnya yang maksimal dan
permintaan yang ada dapat dengan mudah dipenuhi.

‘2021 Bisnis Internasional


3 Annisa Hakim Z, S.Pd., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Apabila pertumbuhan ekonomi selanjutnya meningkatkan lagi permintaan agregat
yaitu menjadi AD2, perusahaan-perusahaan telah mencapai kapasitas penuh dan sukar
menaikkan produksi, hal ini akan mendorong mereka untuk menaikkan harga. Maka pada
pendapatan nasional Y2 harga telah naik menjadi P2. Pertambahan permintaan agregat
selanjutnya, yaitu menjadi AD3 dan AD4 akan menimbulkan kenaikan harga-harga yang
Iebih cepat. Permintaan agregat AD3 mengakibatkan perekonomian mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh. Kenaikan permintaan agregar menjadi AD4 tidak menambah
pendapatan nasional, yaitu tetap sebesar Yf, tetapi harga meningkat lebih cepat menjadi P4.

Disarnping dalam masa pertumbuhan yang pesat dan tingkat kegiatan ekonomi yang
tinggi, inflasi tarikan permintaan dapat juga terjadi dalam masa perang atau ketidakstabilan
politik. Dalam kondisi seperti ini biasanya pembelanjaan pemerintah jauh melebihi
pendapatann yang diperoleh dari pajak atau sumber lain. Oleh sebab itu pemerintah harus
mencetak uang dan meminjam dari bank-bank umum dan lembaga-lembaga keuangan
lainnya. Pengeluaran pemerintah yang berlebihan tersebut akan meningkatkan permintaan
agregat dengan cepat. Apabila perusahaan tidak dapat melayani pertambahan permintaan
tersebut, maka inflasi tarikan permintaan akan tetap terjadi.

2. Inflasi Desakan Biaya

Merupakan masalah kenaikan harga-harga dalam perekonomian akibat kenaikan biaya


produksi. Pertambahan biaya produksi akan mendorong perusahaan-perusahaan menaikkan
harga, walaupun mereka harus mengambil resiko akan menghadapi pengurangan dalam
permintaan barang-barang yang diproduksik.

Lebih jelasnya dapat diperhatikan dari grafik berikut :

‘2021 Bisnis Internasional


4 Annisa Hakim Z, S.Pd., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kurva AD0 dan AS0 masing-masing adalah kurva permintaan agregat dan kurva
penawaran agregat yang pertama kali terjadi dalam perekonomian. Perekonomian negara
mencapai keseimbangan pada pendapatan nasional Y0 dan tingkat harga Y0. Selanjutnya
misalkan dalam perekonomian terjadi kenaikan biaya produksi di berbagai perusahaan dan
mendorong mereka untuk menaikan harga barang yang mereka produksi. Tindakan ini akan
memicu perpindahan kurva penawaran agregat, yaitu dari AS0 menjadi AS1. Dengan
demikian perekonomian negara akan mencapai keadaan keseimbangan yang baru, yaitu pada
tingkat pendapatan nasional Y1 dan tingkat harga P1. Keadaan keseimbangan seperti ini
menunjukkan bahwa tingkat harga meningkat sebagai akibat kenaikan biaya produksi, tetapi
pendapatan nasional merosot. Dan pada akhirnya mengurangi tingkat penggunaan tenaga
kerja (kesempatan kerja).

Apabila biaya produksi masih mengalami kenaikan, penawaran agregat akan


berpindah lagi ke atas, yaitu menjadi AS2. Perubahan inl akan menaikkan lagi tingkat harga
menjadi P2 tetapi menurunkan produksi nasional menjadi Y2. Dengan demikian kenaikan
biaya produksi dalam perekonomian akan menimbulkan dua akibat buruk, yaitu disamping
terjadinya inflasi juga merosotnya tingkat produksi nasional maupun kesempatan kerja.
Peristiwa ekonomi seperti ini dinamakan stagflasi, yaitu stagnasi dalam perekonomian yang
dibarengi oleh inflasi. Masalah seperti ini pernah dialami perekonomian dunia pada tahun
1970-an. Pada tahun 1973 harga minyak yang diekspor negara-negara Arab mengalami
kenaikan sebanyak 3 kali lipat. Negara-negara industri seperti Eropa dan Amerika Serikat
adalah pengimpor minyak terbesar. Kenaikan harga minyak menaikkan biaya produksi
berbagai industri, dan mendorong terjadinya inflasi desakan biaya yang serius, yang diikuti
dengan kemerosotan pendapatan nasional dan kesempatan kerja. Dan ini merupakan
kemerosotan kegiatan ekonomi dan masalah pengangguran paling buruk yang pernah dialami
negara-negara industri sejak Perang Dunia Kedua.

Sering kali inflasi desakan biaya terjadi diikuti oleh kenaikan permintaan agregat.
Kenaikan harga-harga yang bersumber dari kenaikan biaya produksi biasanya akan
mendorong para pekerja untuk menuntut kenaikan gaji guna mengimbangi kenaikan dalam
biaya hidup. Kenaikan gaji yang terjadi akan menambab permintaan agregat. Kenaikan ini
akan menimbulkan dua akibat, yaitu meningkatnya harga dan pendapatan nasional
berkembang. Keadaan ini dapat dilihat dari kurva diatas. Perpindahan penawaran agregat dari
AS0 menjadi AS1 dan seterus menjadi AS2 akan mendorong para pekerja menuntut kenaikan
upah. Pendapatan yang bertamhah akan menaikkan permintaan agregat seperti terlihat pada

‘2021 Bisnis Internasional


5 Annisa Hakim Z, S.Pd., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
perpindahan dari AD0 menjadi AD1. Dengan demikian keseimbangan dicapai dalam
perekonomian pada pendapatan nasional Y4 dan tingkai harga P4. Keadaan ini menunjukkan
tingkat harga lebih meningkat lagi, tapi pendapatan nasional dicapai pada tingkat yang lebih
tinggi lagi dari awal (Y0). Dan ini akan mengurangi tingkat pengangguran.

Sering kali inflasi desakan biaya terjadi pada saat perekonomian hampir atau telah
mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh, yaitu ketika perekonomian menghadapi
masalah kekurangan tenaga kerja.

Kenaikan harga-harga barang dapat disebabkan oleh salah satu atau gabungan dari tiga
faktor berikut :

(i) para pekerja dalam perusahaan menuntut kenaikan upah

(ii) harga bahan mentah yang digunakan perusahaan bentambah tinggi

(iii) dalam perekonomian yang sedang mengalami perkembangan pesat, maka pengusaha
berusaha menaikkan margin keuntungannya.

C. DAMPAK INFLASI TERHADAP PEREKONOMIAN

Ada dua aspek negatif atau dampak yang dapat ditimbulkan karena terjadinya inflasi,
yaitu :

(i) dampak negatif pada perekonomian


(ii) dampak kepada individu-individu dan masyarakat
1. Dampak Negatif Pada Perekonomian

Sebahagian ahli ekonomi berpendapat bahwa inflasi yang sangat lambat dapat dipandang
sebagai stimulator bagi pertumbuhan ekonomi. Kenaikan harga tersebut tidak lansung
diikuti oleh kenaikan upah pekerja, maka keuntungan akan bertambah. Pertambahan
keuntungan akan menggalakkan investasi di masa datang dan ini akan mewujudkan
percepatan dalam pertumbuhan ekonomi. Tapi apabila inflasi menjadi lebih serius
keadaannya, perekonomian tidak akan berkembang seperti yang diinginkan. Pengalaman
beberapa negara yang pernah mengalami hiper inflasi menunjukkan bahwa inflasi yang
buruk akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik, dan tidak mewujudkan
pertumbuhan ekonomi. Terlebih dahulu ekonomi harus distabilkan, dalam hal ini

‘2021 Bisnis Internasional


6 Annisa Hakim Z, S.Pd., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
termasuk usaha menstabilkan harga-harga, sebelum pentumbuhan ekonomi yang teguh
dapat diwujudkan.

Tidak terjadinya pertumbuhan ekonomi sebagai akibat dari inflasi yang serius
disebabkan oleh beberapa faktor penting sebagai berikut :

a. Pada masa inflasi terdapat kecenderungan pemilik modal menggunakan uangnya


dalam investasi yang bersifat spekulatif. Seperti membeli rumah, tanah dan
menyimpan barang yang berharga, karena lebih menguntungkan daripada
melakukan investasi yang produktif.

b. Tingkat bunga yang meningkat akan mengurangi investasi. Untuk menghindari


merosotnya nilai modal, maka institusi keuangan akan menaikkan tingkat bunga atas
pinjaman-pinjaman mareka. Makin tinggi tingkat inflasi, makin tinggi pula tingkat
bunga yang akan mereka tentukan. Tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi
kegairahan penanam modal untuk mengembangkan sektor-sektor yang produktif.

c. Inflasi menimbulkan ketidakpastian mengenai keadaan ekonomi di masa depan.


Inflasi akan bertambah cepat jalannya apabila tidak dikendalikan. Pada akhirnya
inflasi akan menimbulkan ketidakpastian dan arah perkembangan ekonomi tidak lagi
dapat diramalkan dengan baik. Keadaan ini akan mengurangi kegairahan pengusaha
mengembangkan kegiatan ekonomi.

d. Menimbulkan masalah neraca pembayaran. Inflasi menyebabkan harga barang


impor lebih murah daripada barang yang dihasilkan di dalam negeri. Maka pada
umumnya inflasi akan menyebabkan impor berkembang lebih cepat, tapi sebaliknya
perkembangan ekspor akan bertambah lambat. Disamping itu aliran modal keluar
akan Iebih banyak daripada yang masuk ke dalam negeri. Berbagai kecenderungan
ini akan memperburuk keadaan neraca pembayaran, defisit neraca pembayaran yang
serius bisa terjadi. Hal ini selanjutnya akan menimbulkan kemerosotan nilai mata
uang.

2. Dampak Terhadap Individu-individu dan Masyarakat

Dampak negatif inflasi terhadap individu dan masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga
aspek sebagai berikut :

‘2021 Bisnis Internasional


7 Annisa Hakim Z, S.Pd., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
a. Memperburuk distribusi pendapatan. Pada masa inflasi nilai kekayaan tetap seperti
tanah, rumah, bangunan pabrik dan pertokoan akan mengalami kenaikan harga,
kadangkala lebih cepat dari kenaikan inflasi itu sendiri. Sebaliknya, sebagian besar
masyarakat terutama yang berpendapatan rendah, pendapatan riilnya merosot
sebagai akibat inflasi. Dengan demikian inflasi melebarkan ketidaksamaan distribusi
pendapatan.

b. Pendapatan riil merosot. Sebahagian tenaga kerja di setiap negara terdiri dari
pekerja-pekerja bergaji tetap. Dalam masa inflasi biasanya kenaikan harga-harga
selalu mendahului kenaikan pendapatan mereka. Dengan demikian inflasi cenderung
menimbulkan kemerosotan pendapatan riil sebahagian besar tenaga kerja. Ini beranti
kemakmuran masyarakat juga merosot.

c. Nilai riil tabungan merosot. Dalam perekonomian biasanya masyarakat menyimpan


sebahagian kekayaannya dalam bentuk deposito dan tabungan di institusi keuangan.
Nilai riil tabungan tersebut akan merosot sebagai akibat inflasi. Juga pemegang-
pemegang uang tunai akan dirugikan karena kemerosotan nilai riilnya.

D. KETERKAITAN INFLASI DAN PENGANGGURAN

Pada materi-materi sebelumnya telah dibahas bahwa setiap negara bercita-cita untuk
mewujudkan tahap kegiatan ekonomi yang mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh
tanpa infIasi. Dalam kenyataannya hal tersebut sngat sulit dicapai. Dari dulu ahli-ahli
ekonomi telah menyadari bila tingkat pengangguran rendah, maka masalah inflasi akan
terjadi, makin rendah tingkat pengangguran, makin tinggi tingkat inflasi. Sebaliknya apabila
terdapat masalah pengangguran yang serius, tingkat harga relatif stabil. Berarti tidak mudah
untuk menciptakan tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dan kestabilan harga secara
serentak.

Kedua faktor diatas digambarkan dengan kurva yang sangat dikenal dengan kurva
Phillips (Profesor A.W. Phillips, tahun 1950), bentuk kurva tersebut adalah sebagai berikut :

‘2021 Bisnis Internasional


8 Annisa Hakim Z, S.Pd., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dalam menentukan cini-cini hubungan antara tingkat kenaikan upah dengan tingkat
pengangguran Phillips mengumpulkan data tentang kedua faktor tersebut di Inggris antara
tahun 1861 dan 1957. Data yang diperolehnya digambarkan dalam suatu grafik seperti
terlihat diatas.

Setiap titik dalam grafik tersebut menggambarkan tingkat kenaikan upah dan tingkat
pengangguran yang berlaku di suatu tahun terteutu. Titik A misalnya, menggambarkan bahwa
pada suatu tahun tertentu upah mengalami kenaikan sebanyak 4% dan tingkat pengangguran
8%, sedangkan titik B menunjukkan pada tahun lainnya tingkat upah naik sebanyak 9% dan
tingkat pengangguran hanya mencapai 4%. Berdasarkan data yang dikumpulkan secara
statistik Phillips menganalisis sifat hubungan antara tingkat kenaikan upah dan tingkat
pengangguran.

Sifat umum dari kurva Phillips adalah pada mulanya penurunannya sangat curam, tapi
semakin lama semakin bertambah landai. Bentuk kurva seperti ini dapat dijelaskan sebagai
berikut :

1. Apabila tingkat pengangguran sangat rendah, tingkat upah semakin cepat kenaikannya.
Perhatikan titik E dan F. Titik E menggambarkan pengangguran adalah 3% dan kenaikan
upah 9%. Sedangkan titik F menggambarkan tingkat pengangguran adalah 4% dan
tingkat kenaikan upah mencapai 6,5%.

2. Apabila tingkat pengangguran relatif tinggi, kenaikan upah relatif lambat. Keadaan ini
ditunjukkan dengan jelas oleh pergerakan dari titik C ke titik D. Pengurangan tingkat
pengangguran dari 10% ke 8% hanya menaikkan upah sebanyak hampir 1,5%.

‘2021 Bisnis Internasional


9 Annisa Hakim Z, S.Pd., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Selain itu Kurva Phillips juga digunakan untuk menggambarkan hubungan antara
tingkat kenaikan harga dengan tingkat pengangguran. Untuk itugrafik yang dibuat haruslah
menggambarkan keadaan kedua variabel tersebut. Dengan demikian grafik yang digambarkan
harus diubah seperti berikut :

Bentuk kurva Phillips diatas tidak jauh berbeda dengan kurva Philips sebelumnya, ini
berarti sifat hubungan antara inflasi harga dan tingkat pengangguran tidak berbeda dengan
sifat hubungan antara inflasi upah dan tingkat pengangguran seperti yang diterangkan
sebelumnya. Pada waktu pengangguran tinggi kenaikan harga-harga relatif lambat, tapi
makin rendah pengangguran akan semakin tinggi tingkat inflasi yang terjadi.

Disamping cini-ciri dasar yang bersamaan ini, perlu disadari perbedaan antara kedua
kurva diatas yaitu apabila kedua-duanya digambarkan dalam satu grafik, kurva kedua akan
terletak di bawah pertama. Artinya, pada suatu tingkat pengangguran tertentu inflasi upah
Iebih cepat dari inflasi harga. Sebagai contoh, dalam grafik pertama ditunjukkan tingkat
kenaikan upah kira-kira 6,5% pada saat pengangguran 8%. Sedangkan kurva kedua
menunjukkan inflasi harga hanya melebihi 4% ketika tingkat pengangguran 4%. (Lihat titik F
pada kedua grafik).

Perbedaan ini disebabkan karena adanya kenaikan produktivitas yang bersamaan


terjadinya dengan kenaikan upah. Sebagai akibat kenaikan produkiivitas tersebut biaya
Produksi tidak meningkat secepat kenaikan upah dan menyebabkan kenaikan harga lebih
rendah dari kenaikan upah.

‘2021 Bisnis Internasional


10 Annisa Hakim Z, S.Pd., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kedua kurva Phillips yang digambarkan diatas merupakan suatu penaksiran kasar
yang menunjukkan hubungan di antara kenaikan tingkat upah atau harga dengan tingkat
pengangguran di negara-negara industri yang sudah maju perekonomiannya. Sifat hubungan
yang sebenarnya berbeda antara satu negara dengan negara lainnya, dan berbeda pula di
antara satu periode dengan periode lainnya.

Observasi mengenai sifat hubungan tersebut sejak tahun 1960an di Inggris dan
Amerika Serikat menunjukkan bahwa dalam masa tiga dekade yang lalu telah terjadi
perpindahan kurva Phillips. Kurva Phillips untuk tahun 1970an adalah lebih tinggi dari kurva
Phillips untuk tahun l960an, sedangkan pada tahun 1980an kurva Phillips berada di bawah
kurva Phillips tahun 1960an.

Perhatikan Kurfa pada grafik dibawah ini, Kurva (1) menggambarkan kurva Phillips
yang berlaku dalam tahun 1960an. Titik A menunjukkan pada tingkat pengangguran sebesar
3%, tingkat kenaikan upah mencapai 3%.

Kurva (2) menggambarkan kurva Phillips untuk tahun 1970an. Dalam dekade tersebut
berlaku kenaikan harga minyak di pasaran dunia menjadi beberapa kali lipat. Ini
menimbulkan kenaikan biaya produksi yang tinggi. Keadaan ini saja telah menimbulkan
inflasi harga. Pada masa berikutnya para pekerja menuntut kenaikan upah dan tuntutan ini
mempercepat kenaikan harga. Sebagai akibatnya, pada setiap tingkat pengangguran, tingkat
kenaikan harga adalah lebih tinggi. Sebagai contoh, titik B pada kurva (2) menunjukkan

‘2021 Bisnis Internasional


11 Annisa Hakim Z, S.Pd., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
tingkat pengangguran sebanyak 3%, tingkat kenaikan harga mencapai 4,5%. Kurva Phillips
untuk dekade l980an ditunjukkan oleh kurva (3). Dalam dekade ini harga minyak di pasaran
dunia menurun dan teknologi produksi yang menghemat penggunaan minyak berkembang
dengan pesat. Disamping itu terdapat pula kemajuan teknologi lain dan perbaikan dalam
kebijakan pemerintah dalam mendorong kegiatan ekonomi. Sebagai akibatnya perekonomian
dapat berkembang tanpa menghadapi inflasi yang serius. Titik C menunjukkan pada tingkat
pengangguran sebesar 3%, kenaikan harga-harga hanya mencapai 1%.

Ahli-ahli ekonomi berpendapat bahwa dalam jangka panjang kurva Phillips berbentuk
tegak lurus, seperti yang ditunjukkan oleh kurva LRPC pada grafik dibawah ini. Dalam
analisis mengenai kurva Phillips, yang dimaksudkan dengan jangka panjang adalah suatu
periode yang memungkinkan ekspektasi mengenai inflasi menyesuaikan sepenuhnya dengan
inflasi yang sedang terjadi.

Kurva LRPC yang tegak lurus pada sumbu datar di titik UN menunjukkan tingkat
penganguran alamiah atau natural rate of unemployment. Misalkan tingkat pengangguran
alamiah sekitar 5%. Dalam keadaan yang sebenarnya tidak sorang ahli ekonomipun dapat
menyatakan persentasi yang sebenarnya, ada yang berpendapat melebihi dari tingkat tersebut
dan ada yang berpendapat kurang dari 5%. Yang penting diingat, yang dimaksudkan dengan
pengangguran alamiah adalah pengaugguran yang terdiri dari pengangguran normal dan
pengangguran struktural. Dengan demikian tingkat pengangguran alamiah merupakan
perbandingan antara jumlah pengangguran normal dan struktural dengan jumlah angkatan
kerja.

‘2021 Bisnis Internasional


12 Annisa Hakim Z, S.Pd., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kurva I, II dan Ill merupakan kurva Philips jangka pendek. Kurva I memotong kurva
LRPC di titik A. Berarti.pengangguran pada ketika ini adalah 5% dan tingkat inflasi 2%.
Misalkan pemerintah ingin mengusahakan agar tingkat penganguran lebih rendah lagi. Untuk
itu dapat dijalankan kebijakan fiskal dan moneter. Pengeluaran agregat bertambah, dan
mendorong perusahaan untuk menambah produksi untuk memperoleh keuntungan yang lebih
besar. Lebih banyak pekerja digunakan dan angka pengangguran turun, tetapi inflasi
meningkat. Keadaan ini ditunjukkan oleh titik B. Kenaikan inflasi mendorong para pekerja
menuntut kenaikan upah. Keuntungan perusahaan merosot dan ada yang mengalami
kerugian. Maka sebagai akibat tuntutan kenaikan upah tersebut dan kerugian yang
ditimbulkannya para pengusaha mengurangi jumlah pekerja dan pengangguran meningkat
dan mencapai titik UN kembali. Keadaan ini ditunjukkan oleh titik C pada kurva Phillips
jangka pendek yang kedua (II).

Pengangguran yang dianggap tinggi tersebut sekali lagi mendorong pemerintah


menjalankan kebijakan fiskal dan moneter. Peristiwa yang sama berulang kembali.
Perbelanjaan agregat, kegiatan perusahaan meningkat dan lebih banyak pekerja digunakan.
Maka pengangguran menurun dan pendapatan nasional bertambah, tapi inflasi juga
meningkat. Keadaan ini ditunjukkan oleh titik D. Inflasi yang makin tinggi menyebabkan
tuntutan kenaikan gaji yang semakin tinggi pula. Mereka ingin mempertahankan pendapatan
riil. Keuntungan perusahaan-perusahaan mulai merosot dan banyak yang mengalam kerugian.
Mereka akan mangurangi penggunaan tenaga kerja dan pengangguran meningkat kembali
dan akhirnya mencapai tingkat alamiah. Keadaan ini ditunjukkan oleh titik E pada kurva
Philips III.

Dari analisis ini dapat disimpulkan bahwa apabila pengangguran telah mencapai
tingkat alamiah, usaha-usaha pemerintah untuk mengurangi tingkat pengangguran pada
akhirnya bukan mengakibatkan penurunan tingkat pengangguran tetapi mengakibatkan
kenaikan harga-harga. Dengan kata lain, dalam jangka panjang kurva Phillips berbentulk
tegak Iurus (vertikal), pengangguran akan tetap sebesar UN walau seberapa tinggipun tingkat
inflasi.

PENGANGGURAN
Siapa di antara yang berikur ini bisa dianggap sebagai menganggur : mahasiswa yang
tidak bekerja, teller bank yang digantikan posisinya oleh automatic teller machine, Julia

‘2021 Bisnis Internasional


13 Annisa Hakim Z, S.Pd., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Roberts pada saat tidak ada kontrak film, atau pemain baseball Mark Gwine pada saat tidak
ada kompetisi? Pengangguran seperti apa yang sehat bagi perekanomian?
Supaya lebih meyakinkan, pengangguran dan inflasi bukan satu-satunya masalah yang
dihadapi suatu perekonornian. Pertumbuhan lamban, kenaikan kemiskinan. dan utang federal
yang besar adalah masalah-masalah yang lain. Tapi pengangguran rendah dan inflasi rendah
akan membantu mengurangi efek dari masalah ekonomi yang lain.
Pada pelajaran sebelumnya sering dikemukakan bahwa dalarn teori yang
dikembangkan oleh Keynes kegiatan perekonomian yang dicapai selalu Iebih rendah dari
tingkat yang akan mewujudkan tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Kebanyakan
perekonomian akan selalu menghadapi masalah pengangguran dan masalah inflasi. Kedua
masalah ini tidak dapat dengan sendirinya teratasi dalam jangka panjang, kebijakan-kebijakan
pemerintah sangat dibutuhkan untuk mengatasi kedua masalah tersebut.

B. JENIS-JENIS PENGANGGURAN

Berdasarkan kepada faktor-faktor yang menimbulkannya, pengangguran dapat


dibedakan kepada tiga jenis : pengangguran konjungtur, pengangguran struktural, dan
pengangguran normal atau pengangguran friksional. Ketiga jenis pengangguran ini dapat
dikelompokkan sebagai pengangguran terbuka, yaitu dalam periode di mana tenaga kerja
menganggur mereka tidak melakukan sesuatupun pekerjaan. Disamping itu di negara-negara
berkembang seperti negara kita didapati beberapa bentuk pengangguran lain, yaitu:
pengangguran tersembunyi, pengangguran bermusim, dan setengah menganggur.

1. PENGANGGURAN KONJUNGTUR (cyclical unemployment)


Yaitu pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan dalam tingkat kegiatan
perekonomian. Pada waktu kegiatan ekonomi mengalami kemunduran, perusahaan-
perusahaan harus mengurangi kegiatan produksinya. Berarti jam kerja akan berkurang,
sebahagian mesin produksi tidak digunakan dan sebahagian tenaga kerja diberhentikan.
Dengan demikian kemunduran ekonomi akan menaikkan jumlah dan tingkat
pengangguran.

Tenaga kerja akan terus bertambah sebagal akibat dari masuknya tenaga kerja baru yang
disebabkan oleh pertambahan penduduk. Apabila kemunduran ekonomi terus
berlangsung, atau kegiatan perekonomian muIai berkembang, tetapi perkembangan

‘2021 Bisnis Internasional


14 Annisa Hakim Z, S.Pd., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
tersebut sangat lambat dan tidak dapat menyerap pertambahan tenaga kerja,
pengangguran konjungtur akan menjadi bertambah serius. Berarti untuk mengatasi
pengangguran konjungtur bukan saja kebijakan ekonomi, akan tetapi perlu berusaha
meningkatkan kegiatan ekonomi untuk mengatasi masalah pengangguran yang
diakibatkan oleh kemunduran kegiatan ekonomi, tetapi harus pula berusaha untuk
menyediakan kesempatan kerja untuk tenaga kerja yang baru memasuki pasaran tenaga
kerja. Pengangguran konjungtur hanya dapat dikurangi atau diatasi masalahnya apabila
pertumbuhan ekonomi yang berlaku setelah kemunduran ekonomi adalah cukup teguh
dan dapat menyediakan kesempatan kerja baru yang Iebih besar dari pertambahan tenaga
kerja yang terjadi.

2. PENGANGGURAN STRUKTURAL
Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi selalu diikuti oleh perubahan struktur dan
corak kegiatan ekonomi. Perkembangan perekonomian dalam jangka panjang, misalnya,
akan meningkatkan peranan sektor industri pengolahan dan mengurangi kegiatan
pertambangan dan pertanian. Juga industri-industri rumahtangga dan industri kecil-
kecilan akan mengalami kemunduran dan digantikan oIeh kegiatan industri yang
menghasilkan barang yang sama tetapi menggunakan peralatan yang Iebih canggih.
Perubahan struktur dan kegiatan ekonomi sebagai akibat perkernbangan ekonomi dapat
menimbulkan masalah pengangguran yang dinamakan pengangguran struktural.

Ada dua hal yang dapat menyebabkan terjadinya pengangguran struktural :


i. sebagai akibat dari merosotnya permintaan
ii. sebagai akibat dari semakin canggihnya teknologi produksi
Faktor teknologi produksi ini memungkinkan suatu perusahaan menaikkan produksi dan
pada waktu yang sama mengurangi pekerja, sehingga akan menambah jumlah
pengangguran. Pengangguran seperti ini dinamakan dengan pengangguran teknologi.

Contoh dari pengangguran struktural yang ditimbulkan oIeh . Para konsumen Iebih suka
membeli baju dan sepatu yang siap pakai dan tidak lagi memesan kepada tukang jahit
dan tukang sepatu. Mereka menghadapi masalah kekurangan permintaan dan Iebih
banyak rnenganggur dari pada bekerja.

‘2021 Bisnis Internasional


15 Annisa Hakim Z, S.Pd., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Sedangkan contoh pengangguran yang diakibatkan penggunaan mesin produksi yang
lebih canggih atau pengangguran teknologi antara lain dapat diIihat pada sektor
pembangunan jalan raya. Mesin-mesin berat dapat digunakan untuk menyorong dan
meratakan tanah, menggali park dan membersihkan kawasan. Penggunaan mesin-mesin
berat ini akan mengurangi penggunaan tenaga manusia. Untuk menghindari
pengangguran seperti ini, di Indonesia penggnaan mesin-mesin berat untuk membangun
jalan raya agak dibatasi. Tapi di negara-negara yang mengahadapi masalah kekurangan
buruh yang serius seperti Malaysia, lebih banyak menggunakan mesin-mesin berat untuk
menggantikan tenaga manusia.

3. PENGANGGURAN NORMAL
Apabila dalam suatu periode tertentu perekonomian terus menerus mengalami
perkembangan yang pesat, jumlah dan tingkat pengangguran akan menjadi semakin
rendah. Pada akhirnya perekonomian dapat mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja
penuh, yaitu apabila pengangguran tidak lebih dari 4% dan dinamakan dengan
pengangguran normal. Sebagian ahli ekonomi menggunakan istilah pengangguran
friksional (frictional unemployment) atau pengangguran mencari (search
unemployment).

Pengangguran normal bukan wujud sebagai akibat dari ketidakmampuan mendapatkan


pekerjaan. Hal ini terjadi sebagai akibat dari keinginan untuk mencari kerja yang lebih
baik. Apabila perekonomian mencapai masa bum (kemakmuran) dan tingkat
pengangguran yang sangat rendah, maka para pengusaha akan menghadapi kesulitan
untuk memperoleh pekerja baru untuk lebih meningkatkan kegiatan produksinya.
Keadaan ini akan menimbulkan beberapa perubahan dalam pasar tenaga buruh. Salah
satu keadaan yang akan timbul adalah bahwa para pekerja di sektor yang cepat
berkembang akan menuntut kenaikan gaji. Selain itu akan terjadi keadaan dimana
segolongan tenaga kerja, buruh kasar maupun tenaga ahli/profesional akan meninggalkan
pekerjaannya yang lama dan mencari pekerjaan baru yang lebih baik masa depannya dan
memberikan pendapatan yang lebih tinggi. Dalam proses mencari kerja yang lebih balk
tersebut adakalanya mereka harus menganggur tbeberapa waktu. Tapi pengangguran
seperti ini tidak serius, karena bersifat sementara.

C. DAMPAK NEGATIF DARI PENGANGGURAN

‘2021 Bisnis Internasional


16 Annisa Hakim Z, S.Pd., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Sebagian besar ahli ekonomi berpendapat bahwa penganggura struktural dan
pengangguran normal bukanlah masalah yang serius. Mereka menganggap pengangguran
seperti ini terjadi sebagai akibat pertumbuhan ekonomi. Terutama pengangguran normal,
terjadi sebagai akibat dari pertumbuhan ekonomi yang teguh dan mampu memperkecil
tingkat pengangguran dalam perekonomian. Pertumbuhan ekonomi yang cepat
mengakibatkan perubahan dalam struktur kegiatan ekonomi dan meningkatkan penggunaan
teknologi yang lebih canggih. Dengan demikian pengangguran normal dan struktural
merupakan pengangguran yang tidak dapat dielakkan.
Pengangguran yang lebib serius masalahnya dan menimbulkan berbagai akibat buruk
kepada perekonomian dan masyarakat adalah pengangguran konjungtur. Pertumbuhan
ekonomi yang lambat, yang diselingi dengan kemunduran ekonomi (resesi) akan menambah
jumlah pengangguran. Keadaan kekurangan kesempatan kerja dan kelesuan kegiatan
produksi dan perdagangan akan Iebih nyata terlihat. Pengangguran konjungtur yang serius
akan menimbulkan beberapa akibat buruk terhadap kestabilan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat.
Dampak buruk dari pengangguran dapat dibedakan kepada dua aspek :
i. Dampak buruk terhadap perekonomian
ii. Dampak buruk terhadap individu dan rnasyarakat

1. DAMPAK BURUK TERHADAP PEREKONOMIAN


Setiap negara selalu berusaha agar tingkat kemakmuran masyarakat dapat
dimaksimalkan dan perekonomian selalu mencapai pertumbuhan yang teguh. Tingkat
pengangguran yang relatif tinggi tidak memungkinkan masyarakat mencapai tujuan
tersebut. Hal ini dapat dengan jelas dilihat dari berbagai akibat buruk yang bersifat
ekonomi yang ditimbulkan oleh masalah pengangguran. Akibat-akibat buruk tersebut
antara lain sebagai berikut :

a. Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak memaksimalkan tingkat kemakmuran


yang mungkin dicapainya. Pada materi sebelumnya telah dibahas bahwa
pengangguran menyebabkan pendapatan nasional yang sebenarnya dicapai adalah
lebih rendah dari pendapatan nasional potensial. Hal ini menunjukan bahwa tingkat
kemakmuran masyarakat lebih rendah dari tingkat yang mungkin dicapainya.

‘2021 Bisnis Internasional


17 Annisa Hakim Z, S.Pd., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
b. Pengangguran menyebabkan pendapatan pajak pemerintah berkurang. Pengangguran
diakibatkan oleh tingkat kegiatan ekonomi yang rendah, dan dalam kondisi ini
pendapatan pajak pemerintah semakin sedikit. Dengan demikian pengangguran yang
tinggi mengurangi kemampuan pemerintah menjalankan kegiatan Pembangunan.

c. Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi, karena pengangguran


menimbulkan dua akibat buruk terhadap kegiatan sektor swasta. Pertama,
pengangguran tenaga buruh diikuti oleh kelebihan kapasitas mesin-mesin
perusahaan. Keadaan ini tidak menggalakan mereka melakukan investasi dimasa
datang. Kedua, pengangguran yang diakibatkan kelesuan kegiatan perusahaan
menyebabkan keuntungan berkurang, selanjutnya akan mengurangi keinginan untuk
melakukan investasi. Kedua hal di atas tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi
di masa depan.
2. DAMPAK BURUK TERHADAP INDIVIDU DAN MASYARAKAT
Pengangguran akan mempengaruhi kehidupan individu dan kestabilan sosial dalam
masyarakat. Beberapa dampak sosial yang ditimbulkan antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Pengangguran menyebabkan kehilangan mata pencarian dan pendapatan. Di negara-
negara maju para penganggur memperoleh tunjangan (bantuan keuangan) dari badan
asuransi pengangguranm, oleh sebab itu mereka masih mempunyai pendapatan
untuk membiayai kehidupan diri serta keluarganya. Mereka tidak perlu bergantung
kepada tabungan mereka atau bantuan orang lain. Tapi di negana berkembang tidak
terdapat program asuransi pengangguran. Maka kehidupan penganggur harus
dibiayai oleh tabungan masa lalu atau pinjaman/bantuan keluarga dan kawan-kawan.
Keadaan ini bisa mengakibatkan pertengkaran dan kehidupan keluarga yang tidak
harmonis.
b. Pengangguran dapat menyebabkan kehilangan keterampilan. Karena keterampilan
hanya dapat dipertahankan apabila selalu dipergunakan dalam praktek.
Pengangguran dalam periode yang lama akan menyebabkan tingkat ketrampilan
pekerja menjadi semakin merosot.
c. Pengangguran juga dapat menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik. Kegiatan
ekonomi yang lesu dan tingkat pengangguran yang tinggi dapat menimbulkan rasa
tidak puas masyarakat kepada pemerintah. Golongan yang memerintah semakin

‘2021 Bisnis Internasional


18 Annisa Hakim Z, S.Pd., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
tidak popular di mata rnasyarakat. Berbagai tuntutan dan kritik akan dilontarkan dan
adakalanya disertai demonstrasi dan huru-hara. Kriminalitas akan meningkat.

D. PENGANGGURAN DI NEGARA-NEGARA BERKEMBANG


Jenis-jenis pengangguran diatas adalah pengangguran sepenuh waktu dan dapat dilihat
dengan nyata bahwa mereka benar-benar tidak melakukan sesuatu pekerjaan yang bersifat
mencari nafkah, sehingga penganggur seperti ini dinamakan juga dengan pengangguran
terbuka.
Selain itu ada pekerja yang melakukan pekerjaan untuk memperoleh pendapatan tapi
tidak menambah tingkat produksi yang dicapai atau pekerjaan yang dilakukan di dalam waktu
yang singkat, sehingga jam kerja mereka jauh lebih sedikit dari jam kerja yang semestinya
dilakukan dalam suatu jangka waktu tertentu. Pekerja-pekerja seperti ini dapat digolongkan
pada salah satu pengangguran sebagai berikut :
1. Pengangguran Tersembunyi :
Apabila dalam sesuatu kegiatan perekonomian jumlah tenaga kerja sangat berlebihan
akan menimbulkan pengangguran tersemhunyi. Sebagai akibat dan kelebihan tenaga
kerja tersebut, sebahagian tenaga kerja di kegiatan tersebut dapat dipindahkan ke
kegiatan ekonomi yang lain tanpa mengurangi tingkat produksi di kegiatan yang
pertama.
2. Pengangguran Musiman :
Bentuk pengangguran lain yang sering terjadi di sektor pertanian di negara-negara
berkembang adalah pengangguran musiman. Yaitu pengangguran yang terjadi pada
waktu-waktu tertentu di dalam satu tahun. Biasanya pengangguran seperti ini terjadi pada
waktu kegiatan bercocok tanam sedang menurun.
3. Setengah Menganggur :
Pengangguran seperti ini pada umumnya diakibatkan oleh proses urbanisasi di negara-
negara berkembang. Jumlah penduduk yang melakukan urban lebih pesat dari
pertumbuhan lapangan pekerjaan yang akan menampung mereka. Akibatnya, selain
menimbulkan pengangguran secara umum, ada sebagian pekerja yang mendapat
pekerjaan tetapi jam kerjanya setiap hari/minggu lebih rendah dari jumlah jam kerja yang
seharusnya. Mereka ini tidak dapat dianggap sebagai sepenuhnya bekerja, tapi juga
bukan pengangguran. Merekalah yang digolongkan sebagai setengah menganggur atau
under employment. Masalah pengangguran seperti ini banyak dijumpai di sektor
informal.

‘2021 Bisnis Internasional


19 Annisa Hakim Z, S.Pd., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4. Pengangguran Sukarela dan Tak-sukarela :
Tidak semua penduduk yang berada dalam usia kerja tergolong sebagai angkatan kerja.
Misalnya mahasiswa, pelajar dan ibu-ibu rumahtangga, mereka ini dapat digolongkan
sebagai pengangguran sukarela, karena mereka penduduk dalam usia kerja yang tidak
rnencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu. Tapi apabila pada suatu tingkat upah
tertentu tenaga kerja secara aktif mencari kerja, tetapi mereka tidak dapat memperoleh
kerja, mereka digolongkan pengangguran tak-sukarela (involuntary unemployment)
atau pengangguran terpaksa.
E. PENGUKURAN PENGANGGURAN
Tingkat pengangguran mungkin adalah ukuran yang paling sening dilaporkan untuk
menilai kesehatan suatu perekonomian. Untuk mengukur pengangguran dapat dimulai dengan
populasi dewasa noninstitusional sipil. Angkatan kerja meliputi populasi dewasa yang sedang
bekerja atau sedang mencari kerja. Mereka yang sedang mencari kerja disebut rnenganggur.
Secara lebih spesifik, the Bureau of Labor Statistics melakukan survei terhadap 50.000
rumahtangga secara bulanan dan menganggap orang sebagai penganggur jika tidak punya
kerja dan telah mencari kerja paling sedikit satu kali selama empat minggu berikutnya. Jadi
mahasiswa, teller yang digeser ATM, Julia Roberts, dan Mark McGwire semuanya dapat
digolongkan menganggur jika mereka mencarai kerja pada bulan lalu tapi tidak dapat
menemukan yang cocok, Tingkat pengangguran mengukur persentase mereka yang termasuk
dalam angkatan kerja dan menganggur. Jadi, tingkat penganggura yang dilaporkan bulanan,
sama dengan jumlah yang menganggur (tidak punya kerja dan sedang mencari kerja) dibagi
dengan mereka yang termasuk dalam angkatan kerja.
Hanya sebagian dari orang dewasa yang tidak bekerja disebut menganggur.
Kemungkinan lainnya adalah pensiun, mungkin mereka memilih di rumah untuk mengasuh
anak, sakit, cacat, atau telah frustrasi untuk mencari kerja lagi. Mereka ini tidak termasuk
dalam angkatan kerja, sehingga mereka juga tidak termasuk menganggur.

F. JANGKA WAKTU PENGANGGURAN


Tingkat pengangguran tidak dapat menunjukkan jangka waktu seseorang telah
menganggur. Rata-rata durasi pengangguran meningkat selama masa resesi dan menurun
segera setelah masa recovery. Rata-rata durasi pengangguran pada tahun 1998 adalah 14,5
minggu, meskipun tentu saja ada yang menganggur Iebih lama daripada yang lain atau
tingkat rata-ratanya 42% menganggur lebih singkat dari 5 minggu, 31% antara 5 sampai 14
minggu, 13% antara I5 sampai 26 minggu dan 14% 27 minggu atau lebih. Kenaikan tingkat

‘2021 Bisnis Internasional


20 Annisa Hakim Z, S.Pd., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pengangguran mencerminkan kenaikan jumlah penganggur dan kenaikan rata-rata durasi
pengangguran. Durasi pengangguran bervariasi antar negara. Contohnya, hanya 6%
penganggur Amerika pada tahun 1997 menganggur Iebih lama dari satu tahun, dibandingkan
37% di Prancis dan 51% di Spanyol.

G. ARTI FULL , UNDER DAN OVER EMPLOYMENT


Dalam perekonomian yang selalu berubah, perubahan permintaan barang dan
perubahan teknologi secara terus menerus mengubah permintaan dan penawaran atas tipe
tenaga kerja tertentu. Jadi, dalam perekonomian yang sehat sekalipun, akan tetap ada
pengangguran friksional, struktural dan musiman. Perekonomian dipandang berada dalam
full employment jika tidak ada pengangguran siklikal. Jika ekonom berbicara tentang full
employment, tidak berarti tak ada pengangguran, tetapi tingkat pengangguran yang relatif
rendah antara 4% sampai 6%. Bahkan pada saat full employment, tetap akan ada
pengangguran friksional, struktural dan musiman. Lebih dari setengah penganggur
mengundurkan diri dari pekerjaan terakhirnya, atau pendatang baru, atau masuk lagi setelah
sebelumnya keluar. Sebagian besar penganggur jenis itu termasuk dalam penganggur
friksional.
Statistik pengangguran resmi tidak bersih dan masalah. Seperti pembahasan diatas,
tidak diperhitungkannnya pekerja yang frustasi mencari kerja dalam angkatan kerja
menyebabkan angka pengangguran menjadi Iebih rendah. Data pengangguran resmi juga
mengabaikan masalah under-employment (keadaan dimana kualifikasi pekerja lebih tinggi
dibandingkan pekerjaan mereka atau jam kerja pekerja lebih sedikit dari yang mereka
inginkan), yang muncul karena orang dianggap bekerja meskipun hanya bekerja part-time
atau kemampuannya jauh melebihi tuntutan pekerjaan (overqualified). Contohnya, seorang
bergelar Ph.D. hanya bekerja sebagai pegawai toko buku. Menganggap pekerja part-time dan
overqualified sebagai bekerja cenderung menghasilkan angka pengangguran yang lebib
rendah daripada tingkat sebenarnya.
Di sisi lain, karena asuransi pengangguran dan sebagian besar program kesejahteraan
mensyaratkan penerima bantuan untuk mencari kerja, maka beberapa orang berperilaku
seolah-olah sedang mencari kerja supaya mendapatkan bantuan. Jika orang tersebut nyatanya
tidak mendapatkan pekerjaan dan ternyata dimasukkan dalam kelompok penganggur, maka
angka pengangguran cenderung Iebih besar daripada tingkat sebenarnya. Orang yang bekerja
dalam perekonomian hawah tanah kemungkinan tidak diakui sebagai pekerja dalam survei
pemerintah, karena orang-orang seperti itu berniat menggelapkan pajak atau melanggar

‘2021 Bisnis Internasional


21 Annisa Hakim Z, S.Pd., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
hukum. Jadi, sebagian besar ahli percaya bahwa data pengangguran resmi Amerika
cenderung memperkirakan lebib rendah (under-estimate) terhadap tingkat pengangguran
karena tidak nemasukkan pengangguran mencari kerja dan juga karena under-employment
dianggap sebagai bekerja. Di samping adanya beberapa keterbatasan dari karakteristik
tersebut, tingkat pengangguran adalah ukuran yang berguna untuk mengukur trend
pengangguran sepanjang waktu.

H. MASALAH PENGANGGURAN, KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER


Kita tahu bahwa pengangguran sering menimbulkan masalah ekonomis dan psikologis
bagi penganggur. Karena berbagai alasan, beban pengangguran pada individu dan
keluarganya tidak separah saat ini dibandingkan selama masa the Great Depression. Saat ini,
sebagian besar rumah tangga mempunyai dua pekerja dalam angkatan kerja, jadi jika salah
satunya tidak bekerja lagi, yang satunya cenderung bekerja untuk memberikan asuransi
kesehatan dan bantuan lain. Jika suatu rumah tangga memiliki Iebih dari satu pekerja dalam
angkatan kerja, goncangan akibat pengangguran dapat disesuaikan sampai pada taraf tertentu.
Disamping itu, pekerja yang kehilangan pekerjaan saat ini sering kali menerima
bantuan pengangguran. Sebagai reaksi terhadap pengangguran besar pada masa the Great
Depression, Konggres mengesahkan Social Security Act 1935, berisi tentang asuransi
pengangguran yang dibiayai dengan pajak dari pemberi kerja. Penganggur yang memenuhi
persyaratan tertentu dapat menerima bantuan pengaugguran sampai selama enam bulan,
terutama jika yang bersangkutan tetap aktif mencari kerja. Selama resesi, bantuan dapat
diperpanjang terutama pada daerah yang tingkat penganggurannya tinggi. Asuransi terutama
ditujukan bagi yang kehilangan pekerjaan. Asuransi tidak ditujukan untuk yang keluar-masuk
angkatan kerja, mengundurkan diri, atau yang dipecat seperti karena pencurian atau
ketidakhadiran berlebihan. Karena adanya pembatasan tersebut, hanya sekitar setengah dari
penganggur yang dapat menerima bantuan pengangguran.
Asuransi pengangguran biasanya menggantikan lebih dari setengah take-home pay
seseorang. Pada tahun 1998 misalnya, rata-rata sebesar $.200 per- minggu dibayarkan kepada
penganggur yang menerima bantuan. Karena bantuan pengangguran mengurangi
opportuniity cost dari tetap menganggur, mereka mungkin menjadi kurang termofivasi untuk
mencari kerja. Misalkan anda menghadapi pilihan bekerja mencuci piring yang upahnya
$.200 per-minggu atau menerima bantuan pengangguran sebesar $.150 per-minggu, mana
yang akan anda pilih? Bukti menunjukkan bahwa penganggur yang menenima bantuan
cenderung kurang aktif mencari kerja dibandingkan dengan yang tidak menerima bantuan.

‘2021 Bisnis Internasional


22 Annisa Hakim Z, S.Pd., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Jadi, meskipun asuransi peugangguran memberikan jaring-pengaman bagi yang menganggur,
hal tersebut dapat mengurangi urgensi mencari kerja sehingga meningkatkan rata-rata durasi
dan tingkat pengangguran.
Sisi positifnya, asuransi pengangguran memungkinkan pencarian kerja yang Iebih
berkualitas, karena pencari kerja tidak perlu menerima tawaran kerja pertama kali. Karena
pencarian yang lebih berkualitas, terjadi fingkat kesesuaian yang lebih tinggi keterampilan
dan persyaratan kerja, hal ini meningkatkan efisiensi perekonomian.
Bagaimana pengaugguran Amerika dibandingkan negara lain? Pada Januari 1999, saat
tingkat pengangguran sipil sebesar 4,3% di Amerika, tingkat pengangguran sipil di Kanada
adalah 7,8%, di Jerman 10,6%, di Prancis 11,4%, di Inggris 6,2%, di Itali 12,3%, dan di
Jepang 4,4%. Tingkat pengangguran di Eropa cenderung lebih tinggi daripada di Amerika.
Rasio bantuan pengangguran cenderung lebih tinggi di Eropa, dan bantuannya bisa
benlangsung lebih lama, sampai bertahun-tahun.
Kita harus memandang perbandingan antar-negara secara berhati-hati, karena definisi
pengangguran berbeda antar-negara dalam hal batas usia, kriteria untuk menentukan
seseorang sebagai pencari kerja, cara perlakuan terhadap pemecatan, perlakuan anggota
militer, dan hal-hal lain. Perbedaan ini dapat mempengaruhi estimasi pengangguran.
Contohnya, sebagian besar negara di Amenika Utara, Amerika Selatan, dan beberapa negara
Eropa mendasarkan estimasi penganggurannya pada survei periodik angkatan kerja. Setiap
bulan the Bureau of Labor Statistics Amenika mengadakan survei terhadap 50.000
rumahtangga. Para ahli pencaya bahwa survei ekstensif semacam ini akan menghasilkan
estimasi yang dapat dipercaya
Namun sebagian besar negara lain, termasuk Jerman, Inggris, dan sebagian besar
negara kurang berkembang, mendasarkan pada registrasi (sukarela) di kantor tenaga kerja
pemerintah. Metoda tersebut cenderung menghasilkan perkiraan yang lehih rendah dari
tingkat pengangguran yang sebenarnya, terutama di negara kurang benkembang yang
terdapat sedikit kesempatan kerja, tidak ada bantuan pengangguran, sehingga tidak ada
motivasi untuk mendaftarkan diri ke pemerintah sebagai penganggur. Perekonomian
komando, seperti Korea Utara dan Cuba, biasanya tidak mengummkan tingkat
penganggurannya.
Kebijakan ketenagakerjaan berbeda antar negara. Contohnya, Jerman menetapkan
penalti pada perusahaan yang memecat tanpa pertimbangan sosial yang tepat, dan hukum
Swedia mempersulit pemecatan warga Swedia dibandingkan warga asing. Di Jepang, banyak
perusahaan telah menawarkan kesejahteraan pekerja seumur hidup. Hasilnya, pekerja yang

‘2021 Bisnis Internasional


23 Annisa Hakim Z, S.Pd., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
hanya sedikit bekerja atau tidak melakukan apa-apa tetap menerima pembayaran dari
perusahaan. Pemecatan di Jepang dibatasi oleh hukum tenaga kerja dan norma sosial.
Pengangguran meningkat hanya karena perusahaannya bangkrut dan terpaksa memecat
karyawannya.

Daftar Pustaka

1. Egeune A.Diulo. “Teori Ekonomi Mikro” Schaum Series, Penerbit Erlangga 2002
2. Lincoln Arsyad. “Ekonomi Mikiro” Ikhtisar Teori Soal & Jawab. Penerbit BPEE
Yogjakarta 1998
3. Pratama Raharja dan Mandala Manurung. “Teori Ekonomi Mikro” Suatu Pengantar,
Penerbit Lembaga Penerbit FE UI 2002
4. Sadono Sukirno.” Mikro Ekonomi” Teori Pengantar Edisi 3. Penerbit PT.Raja
Grafindo Persada. Jakarta 2005
5. Sudarsono. “Pengantar Ekonomi Mikro” Buku Materi Pokok. Ekona
4111/3SKS/Modul 1-9 Penerbit Pusat Penerbitan UT 2001

‘2021 Bisnis Internasional


24 Annisa Hakim Z, S.Pd., M.Sc.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai