Anda di halaman 1dari 4

INFLASI

A. Apa inflasi itu :

Pengertian inflasi ialah : inflasi terjadi apabila tingkat harga-harga dan biaya-biaya umum naik, harga beras, BBM,
mobil, tingkat upah, harga tanah, sewa barang modal juga naik.

Deflasi terjadi apabila harga-harga dan biaya-biaya secara umum turun.

Dalam pengertian inflasi diatas, tidak bisa dikatakan bahwa selama masa inflasi, semua harga dan biaya
meningkat dalam proporsi yang sama, dan memang jarang sekali terjadi laju kenaikan yang sama. Pada
masa inflasi terjadi kenaikan tingkat harga-harga yang diukur dengan indeks harga, yaitu rata-rata harga
konsumen atau produsen, atau sering disebut Indeks harga konsumen (IHK)

B. Sejarah Inflasi.

Inflasi ternyata sama tuanya dengan umur ekonomi pasar. Inflasi di Inggris sudah terjadi sejak abad 13,
dimana harga harga dan tingkat upah riil meningkat terus, bahkan tingkat upah riil menanjak tinggi sejak
sekitar tahun 1800, sampai lebih dari 12 kali.

Di Amerika Serikat sejak terjadinya perang saudara s/d th 1945 dan dilanjutkan sesudah PD-II, harga dan
upah meningkat terus tanpa mengenal arah turun. Harga dan upah naik selama masa “boom” tetapi tidak
mau turun selama masa resesi.

Pola baru menimbulkan pertanyaan, jika harga naik selama masa makmur, namun tidak turun selama
masa buruk, maka apa yang akan terjadi dalam jangka panjang ? jawabannya terus naik dan naik !

C. Bentuk Inflasi.

1. Inflasi Moderat.

Bentuk inflasi ini terjadi ketika harga-harga meningkat dengan perlahan-lahan. Inflasi ini bisa
dikatakan moderat bila angkanya masih dibawah 10 % per tahun, atau inflasi satu angka/satu digit,
dengan ciri-ciri sbb :
 Harga relatif stabil, tidak akan bergerak jauh menyimpang
 Tingkat suku bunga riil (suku bunga nominal – tingkat inflasi) tidak terlalu rendah sehingga
orang tidak berpikir untuk menggunakan uangnya
 Harga yang timbul di masyarakat relatif stabil
 Inefisiensi yang muncul dianggap wajar.

2. Inflasi Ganas (Galloping Inflation).

Bentuk inflasi ini terjadi jika harga-harga melonjak 20, 100 atau 200 persen per tahun, yang sering
disebut dngan inflasi dua atau tiga angka/digit. Negara yang pernah mengalami adalah Inggris, Italia
negara-negara Amerika Latin.
Ciri umumnya adalah :
 Kontrak transaksi dikaitkan dengan indeks harga atau mata uang asing
 Uang kehilangan nilainya begitu cepat dimana uang memperoleh suku bunga riilnya sebesar
negatif 50-100 persen per tahun, karenanya orang tidak mau menyimpan uang lebih dari jumlah
minimum yang dibutuhkan.
 Pasar uang semakin buruk, aloksi dana berdasarkan jatah bukan suku bunga
 Orang berupaya menimbun barang, membeli rumah, tanah dan tidak akan meminjamkan
uangnya dengan suku bunga biasa.

3. Hiperinflasi.

Bentuk inflasi yang ketiga ini adalah inflasi yang mematikan. Harga membumbung berlipat-lipat, dan
hal ini pernah terjadi di Jerman, Cina, Hongaria.
Ciri-ciri umum dari Hiperinflasi adalah :

/conversion/tmp/activity_task_scratch/608955129.doc Page 1 of 4
 kecepatan perputaran uang yang sangat besar, uang bisa berputar lebih dari 30 kali lebih cepat
daripada awal periode.
 Harga-harga relatif sangat tidak stabil
 Upah riil berubah hanya satu persen, bahkan berkurang dari bulan ke bulannya.
D. Dampak Inflasi.

1. Redistribusi pendapatan dan kekayaan

Dampak pada redistribusi timbul dari perbedaan jenis aktiva dan kewajiban yang dimiliki orang.
Gambaran umumnya, apabila seseorang memiliki pinjaman jangka panjang dengan bunga tetap, maka
kenaikan tajam harga-harga merupakan rejeki pada ybs. Misalkan orang tsb meminjam rp 100 juta
untuk membeli rumah, dan tiba-tiba semua harga dan tingkat upah naik dua kali lipat, penghasilan
orang tsb akan meningkat dua kali , penghasilan riil orang itu (penghasilan nominal dibagi dengan
tingkat harga) akan tetap saja. Namun kewajiban orang tsb membayar hutang kepada Bank hanyalah
sebesar setengah dari yang dipinjam, bila dihitung dengan riil.
Bila inflasi berlangsung lama dan dapat diantisipasi, maka pasar akan menyesuaikan diri dan secara
bertahap inflasi akan menyatu dengan tingkat suku bunga pasar. Misalkan kegiatan ekonomi
berlangsung dengan tingkat suku bunga 3 %, dan diperkirakan harga akan naik 9 %, maka obligasi
dan hipotik akan menuju ke 12 % bukan 3 %. Tingkat suku bunga nominal 12 % ini menggambarkan
tingkat suku bunga riil 3% + tingkat inflasi 9%.

2. Pada output dan Penggunaan Tenaga Kerja (kesempatan kerja).

Dalam jangka panjang tidak ada kaitan yang perlu antara harga-harga dengan output. Dan dalam
jangka pendek kaitan antar dua variabel tersebut bisa berarti ganda; bergesernya kurva permintaan
agregat ke kanan bisa mengakibatkan kenaikan output dan kenaikan harga-harga atau inflasi; namun
ledakan penawaran yang menggeser kurva penawaran agregat ke atas, bisa mengakibatkan kenaikan
harga-harga atau inflasi serta penurunan tingkat output. Kesimpulannya tidak ada kaitan langsung
antara inflasi dan tingkat output serta penggunaan tenaga kerja.

E. ANALISIS BIAYA INFLASI.

Dalam membicarakan biaya inflasi, maka terdapat dua segi pada inflasi yang merupakan kunci
pembahasan.

1. Inflasi yang berimbang. (dimana harga-harga relatif tidak banyak berubah)


2. Inflasi yang tak berimbang. ( dimana harga-harga relatif melonjak tidak karuan).

Dan yang kedua apakah inflasi tersebut dapat diduga atau tidak

1.1 Inflasi yang bisa diduga dan yang berimbang.

Pada jenis inflasi ini semua harga meningkat, pangan, sandang tingkat upah dan sewa demikian
dengan tingkat suku bunga riil. Tidak ada akibat apapun pada output riil, tingkat efisiensi atau
distribusi pendapatan yang disebabkan oleh inflasi yang berimbang dan bisa diduga.

1.2 Inflasi Tidak Berimbang ; gangguan yang mendorong inflasi.

Masalah pertama muncuk karena beberap lembaga/pihak tidak (atau tidak dapat dengan mudah)
menyesuaikan diri dengan inflasi. Contoh yang paling tepat adalah uang dan pajak. Uang kartal
adalah salah satu bentuk alat tukar yang tidak menghasilkan bunga, sementara giro dan deposito
berjangka menghasilkan bunga walaupun kecil. Jadi bila inflasi naik 10 %, maka suku bunga riel
uang kartal turun dari 0 menjadi negatif 10 %.

Dampak lain adalah pada sistem perpajakan, apabila perpajakan menggunakan sistem progresif, maka
laju inflasi yang lebih tinggi akan membuat masyarakat, akan masuk ke golongan wajib pajak yang
lebih tinggi.

/conversion/tmp/activity_task_scratch/608955129.doc Page 2 of 4
Salah satu dampak satu lagi yaitu bahwa inflasi juga merusak informasi, misalnya harga juga sebuah
mobil tiap hari akan berubah terus, sehingga akan membingungkan konsumen.

1.3 Inflasi yang Tidak Diduga.

Pada umumnya dampak ekonomi dari inflasi moderat yang tidak diduga adalah terutama pada
distribusi pendapatan dan kekayaan, dan kurang berakibat pada efisiensi sistem. Kenaikan harga-
harga yang tidak terduga akan memperkaya sebagian masyarakat dan mempermiskin sebagian
lainnya. Dan hanya berakibat kecil saja pada efektivitas pertanian atau industri.

1.4 Inflasi Tidak Berimbang dan Tidak diduga.

Inflasi jenis ini adalah inflasi yang sama sekali tidak diduga sebelumnya oleh para peramal/ahli
ekonomi. Misalnya harga-harga yang diperkirakan naik sekitar 7 % menjadi 12 % sementara upah riil
merosot 3 %. Pada kondisi seperti ini akan tercipta redistribusi secara acak dan juga pemborosan

F. Inflasi Inersial :

Yaitu pengertian bahwa inflasi cenderung bersifat ”lamban” (intertial). Inflasii cenderung tetap bertahan
pada tingkat yang sama dari tahun ke tahun, mengikuti laju historisnya kecuali memang ada kejadian luar
biasa. Apabila harga-harga naik sebesar 6 % selama beberapa waktu, maka masyarakat akan berharap
pada tingkat yang sama pada masa-masa mendatang. Laju inflasi inertial ini mendasari kontrak-kontrak
dan perjanjian informal. Satu hal perlu dicatat bahwa inflasi inertial ini bisa bertahan lama, sepanjang laju
inflasi yang sama tersebut juga diharapkan oleh pihak bank sentral, kebijakan fiskal, penanam modal,
konsumen, pekerja dan pimpinan perusahaan.

G. Goncangan pada inflasi :

Semua pihak berharap inflasi bergerak dengan tenang pada lajut tingkat inersialnya, dalam kenyataannya
dunia tidak sedamai itu. Inflasi akan dikejutkan oleh kekuatan-kekuatan ekonomi yaitu :

1. Inflasi Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation)

Apabila seluruh permintaan agregat melebihi jumlah yang bisa dihasilkan oleh suatu perkonomian,
dalam keadaan penggunaan tenaga kerja penuh, maka uang rupiah/dollar yang dimiliki konsumen
akan berhadapan langsung dengan jumlah penawaran barang yang terbatas; hasilnya adalah harga-
harga naik. Tenaga kerja merupakan industri jasa, dan dalam keadaan seperti ini pasar tenaga kerja
menjadi ketat, maka tawar-menawar tingkat gajipun juga menjadi bagian dari proses inflasi.

Proses terbentuknya inflasi tarikan permintaan dengan menggunakan AS-AD bisa terlihat pada grafik
14.1
TINGKAT
HARGA

AS

P’ E
AD ‘
P

AD

Output Potensial
Output riil

Iinflasi terikan permintaan terjadi apabila pengeluaran yang terlalu banyak memburu barang yang terlalu sedikit. Ketika
perkonomian berada pada atau diatas output potensial, kenaikan permintaan akan mengakibatkan inflasi tarikan –
permintaan. Begitu jumlah pengeluaran C + I + G meningkat, lonjakan pengeluaran ini bersaing dalam memperoleh sejumlah
penawaran output riil yang terbatas. Karena kurva AS berbentuk curam, maka kebanyakan kenaikan pengeluaran agregar
/conversion/tmp/activity_task_scratch/608955129.doc
berakhir dengan naiknya harga-harga. Harga-harga naik dari P menjadi P’. jadi permintaan yang lebih Pagebesar
3 of 4yang
menyebabkan naiknya hargaharga, inilah inflasi tarikan-permintaan.
Para ahli ekonomi pngikut Keynes, kelompok moneter, dan golongan rasional, semuanya sependapat
bahwa ; hakikat dar inflasi tarikan-permintaan adalah terlalu banyaknya pengeluaran uang yang berhadapan
dengan terbatasnya penawaran barang-barang yang bisa dihasilkan oleh perekonomian, dalam keadaan
penggunaan tenaga kerja penuh.

2. Inflasi Desakan-Biaya (Cost-Push Inflation) ;

Teori memang berbeda dengan realita yang ada, demikian juga dengan teori ekonomi. Dalam
kenyataannya tidak ada satu negarapun didunia ini yang bisa lama menikmati
a. penggunaan tenaga kerja penuh
b. pasar bebas
c. harga-harga stabil

hal yang membedakan dengan tegas antara inflasi modern dengan berbagai tarikan-permintaan adalah
: harga dan upah mulai naik sebelum tercapai tingkat penggunaan tenaga penuh. Harga dan upah terus naik
walaupun kapasitas pabrik yang terpakai hanya 70 % dan 10 % angkatan kerja masih menganggur.

Inflasi desakan-biaya adalah inflasi yang terjadi apabila biaya-biaya mendesak harga-harga untuk naik dalam
periode di mana sumber daya tidak digunakan secara penuh.

Mekanisme terjadinya inflasi desakan-biaya bisa dilihat pada grafik 14.2

Inflasi desakan-biaya
TINGKAT
HARGA

AS’ Biaya-biaya mendesak harga-harga


AS keatas. Dalam suatu sistem ekonomi
modern, inflasi sering terjadi meskipun
output berada di bawah tingkat potensial.
Selama kekurangan, tingkat upah atau
harga komoditi naik, kurva AS bergeser
naik, dan harga-hargapun cenderung naik
pula.
Sebagai contoh, pada saat ekonomi
mengalami resesi, harga minyak atau
AD
upah-upahpun naik. Semua biaya ini
menggeser kurva AS, ke atas menjadi AS’.
Akibatnya harga-harga meningkat dari P
menjadi P’. Maka terjadilah inflasi
OUTPUT POTENSIAL desakan-biaya.
OUTPUT RIIL

Perlu dicatat bahwa juka kurva AS cukup banyak bergeser, inilah yang disebut goncangan penawaran
(supply shock); yaitu output merosot tajam sebagai akibat dari naiknya biaya-biaya yang menggeser
kurv AS ke atas, dalam interaksinya dengan kurva permintaan agregat yang turun ke kanan.

Selamat belajar

/conversion/tmp/activity_task_scratch/608955129.doc Page 4 of 4

Anda mungkin juga menyukai