Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KASUS

DI BALAI KESEHATAN TRADISIONAL MASYARAKAT MAKASSAR

RUANG GRIYA SPA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI TERHADAP PENINGKATAN

KEBUGARAN DAN PENGURANGAN SPASME OTOT AKIBAT

KELELAHAN SETELAH BEKERJA

DI SUSUN OLEH :

Nama : NURUL QHASANAH

NIM : PO714241161062

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

JURUSAN D.IV FISIOTERAPI

2019
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 4

A. Tinjauan Tentang Kasus ............................................................. 4

B. Tinjauan Tentang Pengukuran Fisioterapi .................................. 12

C. Tinjauan Tentang Intervensi Fisioterapi ..................................... 14

BAB III PROSES FISIOTERAPI .......................................................... 26

A. Identitas Umum Pasien ............................................................... 26

B. Anamnesis Khusus (History Taking) ............................................ 26

C. Inspeksi/Observasi ........................................................................ 26

D. Pemeriksaan Fisik ......................................................................... 26

E. Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran Fisioterapi ....................... 27

F. Problematik Fisioterapi ................................................................. 27

G. Tujuan Intervensi Fisioterapi ........................................................ 27

H. Program Intervensi Fisioterapi ...................................................... 27

I. Evaluasi Fisioterapi ....................................................................... 29

BAB IV PENUTUP ................................................................................ 30

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 31

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

Pada era modern seperti sekarang ini peranan dan aktifitas perempuan tidak bisa

diabaikan. Bahkan sangat menentukan, baik dalam berbagai aktifitas seperti pekerjaan

kantor, aktifitas bisnis, olahraga dan kebugaran,menghadiri pertemuan maupun

undangan-undangan lainnya yang di tuntut harus selalu tampil beda, percaya diri dan

selalu di kagumi oleh orang lain. Cara mendapatkan hasil tersebut, seorang wanita dewasa

dapat mengorbankan waktu dan biaya besar, dan dengan banyaknya tempat perawatan

tubuh lainnya maka, konsumen harus lebih teliti dan selektif memilih tempat perawatan

tubuh. Salah satu tempat yang sering dikunjungi untuk menjaga penampilan adalah spa.

Spa atau solus per aqua adalah bahasa modern dari pijat. Spa sendiri

merupakansuatu rangkaian perawatan yang terdiri dari terapi pijat seluruh badan,

lulur/bodyscrub, masker pemutih, aromatherapy, mandi susu/mandiaromatherapy. Proses

spa memakan waktu kurang lebih satu setengah sampai dua jam. Pelengkap spa juga

tersedia perawatan hair spa (creambathplus), pedicure menicure, facial, pelangsingan

tubuh, dan lainnya. Manfaat spa antara lain menghaluskan, mengencangkan, memutihkan

dan memberi nutrisi pada kulit, mengendurkan ketegangan otot, detoksifikasi tubuh untuk

meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menghilangkan kecemasan, kemarahan dan

depresi.

Fasilitas-fasilitas penunjang tersebut seperti gym, spa dan wellness center yang

dapat memudahkan bagi pengguna yang ingin mendapatkan pelayanan kesehatan,

kebugaran maupun relaksasi sesuai yang diinginkan. Yang pada umumnya mudah

dijumpai masa kini, terutama di area perkotaan. Di tengah tren pola hidup sehat yang
berkembang, fasilitas-fasilitas tersebut mulai bermunculan dan berlomba dalam menarik

minat pengunjung sehingga fasilitas-fasilitas seperti ini mulai umum terlihat di tiap sudut

area perkotaan. Yang memiliki kondisi lingkungan fisik yang baik dan alami disertai

rancangan arsitektural yang tepat akan mengoptimalkan efek healing dari fungsi objek

health spa dan wellness center.

Dalam layanan spa, fisioterapi memiliki peran dalam bagian promotif dan juga

preventif seperti dijelaskan bahwa fisioterapis dalam melakukan tindakan fisioterapi

tersebut dengan rujukan dan atau tanpa rujuka. Kewenangan untuk melakukan tindakan

tanpa rujukan/langsung hanya dilakukan bila pelayanan yang diberikan berupa :

pelayanan yang bersifat promotif dan preventif, pelayanan untuk memelihara kebugaran,

memperbaiki postur, memelihara keadaan aktualisasi rendah dan bertujuan untuk

pemeliharaan. Sedangkan pelayanan selain tersebut diatas yang berkaitan dengan

pengobatan, penyembuhan dan pemulihan hanya dapat dilakukan oleh fisioterapis

berdasarkan permintaan tenaga medis. Pada upaya-upaya preventif dan promotif

pelayanan fisioterapi dilakukan pada : pusat kebugaran/Spa, pusat kesehatan kerja,

sekolah, pusat/panti usia lanjut, pusat olahraga, tempat kerja/industri dan pada pusat

perbelanjaan/pusat pelayanan umum. (Kemenkes RI 2007).

Pelayanan/perawatan dimana fisioterapi memiliki peran yang penting dalam

program pelayanan kesehatan baik di tingkat dasar maupun rujukan. Dalam pelayanan

kesehatan tingkat primer, fisioterapis bisa terlibat sebagai anggota utama dalam tim, ikut

serta dalam pelayanan kesehatan dengan pengutamaan pelayanan pengembangan dan

pemeliharaan melalui pendekatan promotif dan preventif tanpa mengesampingkan

pemulihan dengan pendekatan kuratif dan rehabilitatif (Depkes RI, 2015). Pelayanan

kesehatan tingkat lanjutan fisioterapis : 1.Fisioterapi musculoskeletalantara lain


orthopaedi, cedera olahraga, dan kesehatan haji, melalui pendekatan antara lain dengan

joint manipulation, soft tissue manipulative, kinesio tapping and splinting, dan exercise

therapy. 2.Fisioterapi neuromuskulerantara lain neurologi dan tumbuh kembang

(anak/geriatri), melalui pendekatan antara lain bobath, proprioceptive neuromuscular

fascilitation, feldenkraise, tickle manuver cough for cerebral palsy, dandolphin therapy.

3.Fisioterapi kardiovaskulopulmonalantara lain jantung, paru, dan intensive care,melalui

pendekatan antara lain manual lymphatic drain vein,visceral manipulation,muscle energy

therapy, basic cardiac life support,dan berbagai terapi latihan baik individu maupun

kelompok (misal: senam asthma, senam stroke). 4.Fisioterapi Integumen dan kesehatan

wanita antara lain wound management, wellnes/spa, kecantikan. Fisioterapis dalam

melaksanakan praktik mandiri berperan dalam memberikan pelayanan fisioterapi tingkat

pertama (primer) atau tingkat lanjutan, sesuaidengan kompetensi dan

kewenangannya.Fisioterapis juga berperan dalam pelayanan khusus dan kompleks, serta

tidak terbatas pada area rawat inap, rawat jalan, rawat intensif, klinik tumbuh kembang

anak, klinik geriatri, unit stroke, klinik olahraga, dan/atau rehabilitasi. (Depkes RI (2015))
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Kasus

1. Definisi Spasme Otot

Ketegangan otot (spasme otot) merupakan kontraksi involunter

mendadak suatu kelompok otot atau lebih yang meliputi kram dan kontraktur

(Haight, 2005: 1064). Pada dasarnya ketegangan otot merupakan tahap awal

atau gejala awal dari berbagai penyakit seperti adanya kram otot, nyeri otot,dll.

Tanda dan gejala kram dan rasa nyeri mempunyai keterkaitan yang sangat erat

twrhadapketegangan otot yaitu adanya rasa nyeripada bagian yang mengalami

spasme, ketegangan pada otot, kelemahan serta perasaan ketidaknyamanan

laiannya.

Myalgia (nyeri otot) adalah termasuk salah satu keluhan yang cukup

sering diderita manusia. Ada yang mengalami hanya sesaat atau sampai

beberapa hari,beberapa bulan dan bahkan sampai menahun. Myalgia

merupakan suatu keadaan dimana badan terasa pegal-pegal yang diakibatkan

karena olahraga atau aktivitas berlebih yang menyebabkan tubuh meregang

terlalu banyak. Penyebab umum myalgia adalah penggunaan otot yang salah

atau otot yang terlalu tegang atau spasme.

2. Anatomi Fisiologi Otot

Otot adalah jaringan yang sangat khusus yang memiliki kemampuan,

baik untuk berkontraksi maupun kemampuan untuk melakukan impuls listrik.

Otot dikalsifikasikan menjadi dua, yakni secara fungsional dan struktural. Secara

fungsional dimaksudkan sebagai otot voluntary (yang bekerja atas kesadaran)

atau tidak involuntary (yang bekerja tanpa disadari). Sedangkan secara struktural
(dari bentuknya) terdiri atas otot lurik dan otot polos. Dari sini, maka muncul

tiga jenis otot, yaitu : (1) otot polos atau halus; (2) otot lurik atau otot rangka;

dan (3) otot lurik atau otot jantung. Pembagian otot yang lain adalah pembagian

berdasarkan hubungan serabut otot dan tendon, yang dalam hal ini dibagi

menjadi : (1) otot fusiform; (2) otot Unipenatus; dan (3) otot Bipenatus.

Adapun struktur otot terdiri atas :

1) Tendon, jaringan ikat fibrosa (tidak elastic) yang tebal dan berwarna

putih yang menghubungkan otot rangka dengan tulang. Urat-urat ini

berupa serabut-serabut simpai yang putih, berkilap, tidak elastic.

Aponeuroses adalah lembaran-lembaran datar atau simpai dari

jaringan fibrus dengan maksud untuk nenuat kelompok-kelompok otot

dan adakalanya menggandengkan sebuah oto dengan bagian yang

menggerakkannya.

2) Fascia, merupakan jaringan ikat gabungan dari jaringan fibrus dan

areolar yang membungkus dan menghimpun otot menjadi satu. Setiap

fasciculus dipisahkan oleh jaringan ikat perimysium. Di dalam

pascicle, endomysium mengelilingi 1 berkas sel otot. Di antara

endomysium dan berkas serat otot tersebar sel satelit yang berfungsi

dalam perbaikan jaringan otot yang rusak. Dalam bagian-bagian

tertentu, seperti dalam telapak tangan, fascia ini sangat padat dan kuat.

Contohnya adalah fascia Palmaris dan fascia plantaris.

3) Sarcolemma (membrane sel/serat otot) dan sarcoplasma, yang

merupakan unit structural jaringan otot yang berdiameter 0,01 – 0,1

mm dengan panjang 1-40 mm yang melapisi suatu sel otot yang


fungsinya sebagai pelindung otot. besar dan jumlah jaringan terutama

jaringan elastic, akan meningkat sejalan dengan penambahan usia.

Setial 1 serat otot dilapisi oleh jaringan elastic tipis yang disebut

sarcolemma. Protoplasma serat otot yang berisi materi semicair disebut

sarkoplasma. Di dalam matriks serat otot terbenam unit fungsional otot

berdiameter 0,001 mm yang disebut myofibril.

4) Miofibril, merupakan serat-serat yang terdapat dalam otot. Di bawah

mikroskop, miofibril akan tampak spt pita gelap & terang yang

bersilangan. Pita gelap (thick filament) dibentuk oleh myosin. Pita

terang (thin filament) dibentuk oleh aktin, troponin & tropomiosin)

5) Miofilamen, merupakan benang-benang/filament halus yang merasal

dari myofibril. Terbagi atas dua macam yaitu miofilamen homogeny

(terdapat pada otot polos) dan miofilamen heterogen (terdapat pada

otot jantung/otot kardiak dan pada otot lurik.

6) Sarkoplasma, merupakan cairan sel otot yang fungsinya untuk tempat

dimana myofibril dan miofilamen berada.

Otot rangka secara primer melekat pada tulang-tulang di tubuh. Mereka

terdiri dari sebagian besar daging yang terdapat pada tubuh dan membentuk

sekitar 40% sampai 50% dari total berat badan seseorang. Adapun fungsi dari

otot rangka adalah :

1) Menghasilkan gerakan dengan berkontraksi

2) Menghambat atau mencegah gerakan sendi yang tidak diinginkan

3) Menghasilkan panas (melalui pemecahan Adenosine Triphosphate

/ATP selama berkontraksi).


Sel-sel otot rangka terdiri dari myofibrils, aktin, myosin, dan

sarcomere. Myofibrils merupakan untaian protein yang berjalan memanjang

di setiap serat otot. Beberapa protein membentuk myofibril dan sebagian

besar dari protein yang dimaksud merupakan protein actin dan myosin.

Protein actin dan myosin adalah protein kontraktil.

Myofibrils, sesungguhnya adalah sebuah rantai kecil dari suatu unit

kontraktil, yang disebut sarcomeres. Sarcomeres dibentuk oleh helaian-

helaian halus yang dikenal sebagai myofilaments. Myofilaments terdiri dari

protein-protein yang membentuk helai-helai tebal dan gelap, bands A (pita

A) dan helai-helai tipis dan ringan bands I atau pita I dan adalah apa yang

memberikan otot rangka corak yang nyata.

Band I atau pita I juga disebut filamen aktin karena secara primer,

mereka terbuat dari protein yang disebut aktin. Akan tetapi, mereka juga

mengandung dua protein lain, yaitu troponin dan tropomyosin. Sedangkan

band A atau pita A juga dikenal sebagai filamen-filamen myosin karena

mereka dibentuk dari protein yang dinamakan myosin.

Pada diagram di atas terlihat bahwa A-band lebih gelap dimana

filamen-filamen myosin menyelaraskan dan I-band lebih cerah - adalah

tempat di mana filamen-filamen actin menyelaraskan. Ketika otot

berkontraksi, zona H dan I band keduanya turun sebagai garis Z yang ditarik

ke depan satu sama lain. Garis Z kemudian memisahkan masing-masing

sarcomere. Zone H merupakan pusat dari sarcomere dan garis M adalah

tempat di mana filamen-filamen myosin berdekatan satu sama lain.


Filamen-filamen myosin tersusun dari subunit-subunit meromyosin

yang ringan dan berat. Unit-unit meromyosin yang ringan tersusun secara

membujur dan merupakan inti dari filamen-filamen myosin. Subunit-subunit

yang berat terdiri dari batang-batang dengan kepala berbentuk bola, yang

memanjang sebagai sambungan melintang (cross-bridges or myosin heads)

atau jembatan antara filamen myosin dan aktin. Sambungan melintang

tersebut memunyai fungsi sebagai pengumpil yang menempel pada filamen

aktin pada tempat aktivasi-aktivasi tertentu yang secara normal dilindungi

oleh troponim dan tropomyosin kecuali selama kontraksi.

Tampaknya aktivasi itu menyebabkan tarikan pada filamen aktin yang

menyebabkan mengalami gerakan terselip. Jika rangsangan kontraksi

dihentikan, pengumpilnya jatuh kembali ke posisinya semula. Rangsangan

berturut-turut akan mengakibatkan ulangan proses ini. Maka dari itu,

mekanismenya meliputi suatu tarikan pada filamen aktin pada beberapa

tempat berturut-turut oleh ikatan silang mulai dari filamen myosin tebal.

Mekanisme ini beroperasi secara sama dengan yang terjadi pada gigi roda

dan roda. Keseluruhan akibat dari aksi yang disebut di atas adalah pergeseran

filamen berturut-turut dan perpendekan sarkomer.

Selanjutnya, mengenai tipe serabut otot rangka terbagi atas dua tipe,

yaitu : (1) tipe I atau dikenal sebagai the slow twitch fibers; dan tipe II atau

the fast twitch fibers. Serabut otot tipe I disebut juga sebagai Tipe I serat

merah (red muscle) karena berwarna lebih gelap dari serabut otot lainnya. Hal

ini dikarenakan adanya protein yang mengikat oksigen mioglobin. Sedangkan

serabut tipe II atau The fast twitch, juga dikenal sebagai serabut otot putih
(white muscles fibers) karena berwarna lebih pucat. Ini disebabkan tidak

adanya mioglobin dan hanya mengandalkan enzim glikolitik.

Serabut otot type I, memiliki kecepatan kontraktil yang sangat lambat,

penampang otot yang sangat kecil, dan kapasitas glikolitik terendah.

Kontraksinya lambat dan mampu menahan twitch untuk jangka waktu yang

panjang tanpa mengalami kelelahan. Serabut otot tipe ini, umumnya

digunakan untuk aktivitas-aktivitas yang memerlukan daya tahan, seperti

pada atlet pelari jarak jauh, perenang, da bersepeda.

Tipe IIb serabut otot memiliki kecepatan kontraktil tercepat, luas

penampang yang terbesar, kapasitas oksidatif terendah, dan kapasitas

glikolitik tertinggi. Idealnya, mereka sangat cocok untuk aktivitas yang

membutuhkan kekuatan ledakan yang pendek dan sangat cepat, seperti

aktivitas-aktivitas lari cepat, angkat berat, atau binaragawan. Tipe Iia dari

serabut otot merupakan perantara dan peralatan yang berada di antara tipe I

and tipe IIb.

Secara singkat, dapat disimpulkan perbedaan dari dua tipe otot (tipe I

atau dikenal sebagai the slow twitch fibers; dan tipe II atau the fast twitch

fibers), sebagai berikut :

1) Tipe I atau dikenal sebagai the slow twitch fibers adalah:

a) Berdiameter kecil

b) Berwarna merah

c) Tergantung pada fosforilasi oksidatif ATP mereka suplai

d) Vaskularisasi yang tinggi (pasokan darah yang lebih baik)

e) Memiliki mitokondria dan mioglobin lebih


2) Tipe II atau the fast twitch muscle fibers

a) Lebih besar

b) Berwarna putih

c) Glikolisis adalah sumber ATP

d) Vaskularisasi yang kurang

e) Mitokondria dan myoglobin yang kurang

Kontraksi Otot Volunter

Kontraksi otot volunter dapat diklasifikasikan menurut perubahan

panjang atau tingkat kekuatan. Terlepas dari kenyataan bahwa sebenarnya

hanya otot yang secara aktual memendek pada kontraksi konsentrik, namun

semua secara khusus berikut ini disebut juga sebagai kontraksi.

a) Kontraksi Konsentrik (concentric contraction)

Pada kontraksi konsentik, gaya yang dihasilkan cukup untuk melawan

tahanan. Otot memendek atau kedua ujung otot (origo dan insertio) saling

mendekat. Tipe kontraksi inilah yang kebanyakan orang anggap sebagai

kontraksi otot.

b) Kontraksi eksentrik (eccentric contraction)

Pada kontraksi eksentrik, gaya yang dihasilkan tidak cukup kuat untuk

mengatasi beban eksternal pada otot dan serabut-serabut otot memanjang

saat mereka berkontraksi. Suatu kontraksi eksentrik digunakan sebagai

sarana perlambatan bagian tubuh atau obyek atau menurunkan beban secara

perlahan daripada membiarkannya jatuh.


Kontraksi isometrik (isometric contraction)

Pada kontraksi isometrik, panjang otot tidak mengalami perubahan atau

tetap sama meskipun beban dapat berubah. Contoh, ketika akan

memertahankan sebuah obyek tanpa terjadi gerakan; kekuatan otot tepat sesuai

dengan beban dan tidak terjadi gerakan.

a) Kontraksi Isotonik (isotonic contraction)

Pada kontraksi isotonik, ketegangan otot tetap konstan terjadi perubahan

pada panjang otot. Hal ini dapat terjadi hanya ketika kekuatan kontraksi

maksimal dari otot melebihi total beban di otot.

b) Kontraksi isovelocity

Pada kontraksi isovelocity, kecepatan kontraksi otot tetap atau konstan,

sedangkan gayaatau beban boleh bervariasi. Isovelocity kontraksi yang

sebenarnya jarang terjadi di tubuh, dan terutama metode analisis yang

digunakan dalam percobaan pada otot terisolasi, sehingga harus terlebih

dahulu dibedah keluar dari organisme. Sebuah kontraksi otot sesungguhnya

merupakan respons terhadap potensial aksi potensial saraf tunggal disebut

kontraksi kedutan atau kejangan .

3. Mekanisme Spasme Otot

Mekanisme ketegangan otot diawali dengan adanya kontraksi otot yang

berlebihan tanpa adanya suatu relaksasi atau istirahat. Umumnya terjadi karena

adanya kelelahan dan ketegangan pada bagian otot. Ketegangan otot dapat

menyebabkan rasa sakit yang dapat membatasi pergerakan kelompok otot

tertentu sehingga menyebabkan rasa nyeri. Stratemeier et al.,(2014: 80)


Mengatakan ketegangan otot terjadi karena kontraksi otot yang secara terus

menerus sehingga mengakibatkan keruskan pada serabut otot.

Ketegangan otot disebabkan oleh posisi sikap yang tegang dan konstan

serta berulang-ulang pada posisi yang sama sehingga akan terjadi pemendekan

otot yang akhirnya akan menimbulkan perasaan nyeri. Keadaan ini tidak terlepas

dari kebiasaan buruk atau sikap tubuh yang kurang fisiologi (Hayek et al. 2009:

868). Pada struktur yang normal, kontraksi otot mengurangi beban pada ligamen.

Apabila otot-otot menjadi lelah, maka ligamen yang kurang elastis akan

menerima beban yang lebih berat (Stratemeier et al., 2014: 79). Rasa nyeri

timbul karena adanya iskemia ringan pada jaringan otot, regangan yang

berlebihan pada perlekatan miofasial terhadap tulang, serta regangan pada

capsula.

Ketegangan otot disebabkan karena adanya gerakan yang di lakukan

secara tiba-tiba yang menyebabkan jaringan otot belum siap dan sebelumnya

masih dalam kondisi yang tegang, kaku dan kurang pemanasan. Ketegangan otot

memberikan gejala yang khas, yaitu dengan adanya kontraksi otot yang disertai

dengan nyeri yang hebat. Setiap gerakan akan memperberat rasa nyeri sekaligus

menambah kontraksi. Ketegangan otot yang tidak diatasi mampu menimbulkan

dampak yang berbahaya seperti kerusakan jaringan disekitarnya dan

menyebabkan robek

B. Tinjauan Tentang Pengukuran

1. Pengukuran Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan,

bersifat sangat subjektif. Nyeri adalah sensasi subjektif, rasa yang tidak nyaman

biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial.


Tubuh kita kaya dengan serabut-serabut syaraf yang hanya berfungsi

untuk mentransmisikan berbagai informasi dari dan ke sistem syaraf pusat.

Adanya picuan nyeri fisik atau kimiawi pada awalnya diterima oleh reseptor

khusus nociceptor yang diikuti dengan transmisi nyeri disepanjang syaraf

sensorik. Bila nociceptor perifer disensitisasi, respon nyeri terhadap stimulus

sakit ditingkatkan. Fenomena ini disebut hiperalgesia. Di perifer, kepekaan

nociceptor terhadap stimulus yang menyakitkan makin meningkat oleh adanya

prostaglandin, bradikinin, histamine dan lainnya. Dengan demikian mekanisme

modulasi nyeri di perifer adalah berawal dari adanya sensitisasi ujung syaraf oleh

mediator prostaglandin yang terbentuk akibat cedera jaringan. Memang benar,

hasil penelitian menunjukkan adanya peran sentral bradikinin (dibebaskan dari

plasma darah) dan sitokin (dibebaskan dari jaringan dan sel-sel) dalam kejadian

nyeri inflamasi. Selanjutnya akan mensensitisasi nocicieptor perifer yang

ditandai dengan timbulnya rasa nyeri.

Mekanisme nyeri, nyeri timbul setelah menjalani proses transduksi,

transmisi, modulasi dan persepsi. Transduksi adalah rangsang nyeri diubah

menjadi depolarisasi membran reseptor yang kemudian menjadi impuls saraf.

Transmisi, saraf sensoris perifir yang melanjutkan rangsang ke terminal di

medula spinalis disebut sebagai neuron aferen primer, jaringan saraf yang naik

dari medula spinalis ke batang otak dan talamus disebut neuron penerima kedua,

neuron yang menghubungkan dari talamus ke kortek serebri disebut neuron

penerima ketiga. Selanjutnya modulasi,Proses dimana terjadi interaksi antara

system analgesic endogen (endorphin, serotonin, noradrenalin) dengan asupan

nyeri yang masuk ke kornus posterior sehingga asupan nyeri dapat ditekan. Jadi
merupakan proses desendern yang dikontrol oleh otak seseorang, pada fase

modulasi terdapat suatu interaksi dengan system inhibisi dari transmisi nosisepsi

berupa suatu analgesic endogen.

Perasaan nyeri pada setiap orang berbeda dalam hal skala ataupun

tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau

mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Pengukuran nyeri yang digunakan

yaitu VAS.

VAS digunakan untuk mengukur kwantitas dan kwalitas nyeri yang pasien

rasakan, dengan menampilkan suatu kategorisasi nyeri mulai dari “tidak nyeri,

ringan, sedang, atau berat. Secara operasional VAS umumnya berupa sebuah

gariz horizontal atau vertical, panjang 10 sentimeter (100 mm). pasien menandai

garis dengan memberikan sebuah titik yang mewakili keadaan nyeri yang

dirasakan pasien saat ini, dalam 24 jam terakhir.

Dengan menggunakan sebuah penggaris atau mistar, skor VAS ditentukan

dengan mengukur jarak (milimeter) diatas garis 10 cm dari titik “tidak nyeri” ke

titik yang ditandai oleh pasien, dengan range skor dari 0-100 mm. Skor yang

lebih tinggi mengindikasikan intensitas nyeri lebih besar. Sebagai alat ukur,

VAS jelas bersifat subjektif, menghasilkan data interval dengan nilai-nilai rasio

yang subjektif pula.

C. Tinjauan Tentang Intervensi


1. Treatment SPA
a. Defenisi

Sanus Per Aquam atau Solus Per Aqua berarti sehat melalui air, yang

kemudian lebih dikenal sebagai Spa, merupakan salah satu metode


perawatan kebugaran dan kecantikan yang digunakan oleh bangsa Yunani

dan bangsa Romawi dengan memanfaatkan khasiat air. Seiring

perkembangan jaman, kini Spa tidak hanya memanfaatkan khasiat air,

tetapi juga dipadukan dengan berbagai elemen yang tercakup dalam the

Ten Elements of Spa Experience. Kesepuluh elemen itu antara lain water

(air), nourishment (nutrisi), movement (gerakan), integration (integrasi),

aesthetic (seni), environment (lingkungan), cultural expression (ekspresi

budaya), social contribution (konstribusi sosial), dan time and space

rhythms (ritme waktu dan ruang).

Spa adalah perawatan tradisional yang menggunakan air sebagai

medianya. Spa merupakan tempat untuk memperoleh perawatan badan,

dari ujung rambut hingga ujung kaki sekaligus mengembalikan kesegaran

tubuh setelah berada pada kondisi yang menegangkan. Perawatan spa

terdiri dari creambath, facial, menicure-pedicure, lulur, scrub, foot spa,

dan body treatment.

Spa adalah suatu upaya kesehatan tradisional dengan pendekatan

holistik, berupa perawatan menyeluruh menggunakan kombinasi

keterampilan hidroterapi, pijat, aromaterapi, dan ditambahkan pelayanan

makanan dan minuman sehat serta olah aktivitas fisik (The Essence of

Indonesian Spa).

b. Fungsi Dan Manfaat Spa

Fungsi spa bukan untuk menyembuhkan penyakit, melainkan untuk

membuat seseorang merasa nyaman, baik tubuh maupun jiwanya. Spa

adalah terapi dengan menggunakan air, serta air 10 garam, minyak dan
aromaterapi, hubungan antara tubuh, pikiran dan jiwa, aliran energi positif

dan negative dalam diri anda dan pusat energi tubuh. Kesegaran tubuh dan

jiwa membuat seseorang mampu melakukan banyak aktivitas dan

rutinitasnya dengan lebih baik dan penuh semangat. Manusia selalu

membutuhkan stamina fisik, pikiran serta emosi yang prima agar dapat

melakukan pekerjaannya dengan baik serta kecepatan yang konsisten.

Spa juga berfungsi sebagai media membuang racun dari dalam tubuh

biasa dikenal dengan detoxifyingspa. Perawatan spa ini dapat membantu

efektivitas pembuangan racun melalui kulit. Penumpukan racun dalam

tubuh dapat mempengaruhi kebugaran tubuh seseorang. Setelah menjalani

perawatan spa orang tersebut diharapkan dapat mendaptkan kembali

kebugaran tubuhnya .

Manfaat spa sendiri banyak sekali diantaranya menghaluskan kulit,

mengencangkan, memutihkan dan memberi nutrisi pada kulit,

mengendurkan ketegangan otot, detoksifikasi tubuh.

Disamping itu spa juga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh,

menghilangkan kecemasan, kemarahan dan depresi, mencegah alergi,

tanda-tanda diabetes. Selanjutnya migrain dan asma, menurunkan tekanan

darah tinggi dan hipertensi, mengurangi insomnia, stress dan kelelahan,

mengembalikan keseimbangan alami tubuh, mencapai kebahagiaan,

percaya diri dan kreativitas serta memperlambat proses penuaan.

Melakukan perawatan tubuh sebaiknya sebanyak satu sampai dua kali

dalam sebulan. Setelah perawatan kita akan lebih percaya diri dan siap lagi

menghadapi aktivitas rutin berikutnya. Spa diperlukan untuk menghindari


stress dan penuaankulit sebelum waktunya. Aktivitas yang berlebihan dan

kelelahan, bisa membuat kulit menjadi stress dan kendur.

c. Prinsip Pelaksanaan SPA

Persiapan tindakan yang harus dilakukan oleh seorang therapist

adalah denga mencuci tangan yang bersih. Kebersihan tangan menentukan

keberhasilan terapi. Tangan yang bersih mencerminkan sikap therapist

yang snagat peduli akan kepuasan pelanggan, kebersihan lainnnya

hendaknya difokuskan pada kuku. Potonglah kuku anda jika panjang dan

apabila kuku anda tidak rata sebaiknya diratakan atau diberikan penghalus

kuku agar rata dan tidak melukai costumer. Cucilah tangan anda dengan

sabun yang mengandung antiseptic untuk memutuskan rantai penyebaran

penyakit dari individu satu ke orang lain.

Setelah mencuci tangan sebelum tindakan maka sebaiknya seorang

therapist juga mengenakan masker dan baju seragam. Pelayanan yang

bagus menciptakan kesan yang berbeda bagi pelanggan. Sebelum memulai

terapi sebaiknya hal yang perlu dipersiapkan oleh seorang terapi adalah :

1) Menyiapkan alat dan bahan

2) Meneliti ulang kelengkapan alat dan bahan untuk terapi

3) Mengucapkan salam penuh kehangatan dan menyapa pelanggan

dengan ramah dan sopan

4) Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan prosedur agar

pelanggan tidak kebingungan


5) Mempersilahkan pelanggan untuk bertanya tentang hal yang kurang

dimengerti secara santai misalnya : baju untuk terapi, kamar mandi,

musolah, dll.

6) Menjaga privasi pelanggan dengan penuh kehati – hatian.

d. Jenis-jenis SPA

1) Day Spa. Menawarkan perawatan spa eksklusif pada sehari-gunakan.

Banyak juga menawarkan jasa salon. Ukuran dan karakter dapat

bervariasi secara luas. Yang penting di sini adalah untuk mengetahui

apakah spa dipisahkan dari lingkungan salon berisik.

2) Destination Spa. Satu-satunya tujuan adalah untuk membantu Anda

menjalani gaya hidup sehat melalui perawatan spa, olahraga, dan

program pendidikan. Anda tinggal setidaknya dua malam. Beberapa

tetap minimal tiga atau tujuh malam. Spa Masakan disajikan secara

eksklusif.

3) Resort / Hotel Spa. Hal ini terletak di sebuah resor atau hotel. Ia

menawarkan layanan spa, kelas kebugaran dan masakan spa bersama

pilihan kesehatan yang kurang seperti steak dan burger. Ini adalah

pilihan yang baik ketika seseorang ingin spa dan golf lainnya. Hal ini

juga bekerja untuk pelancong bisnis dan keluarga.

4) Medical Spa. Ia menawarkan perawatan yang memerlukan

pengawasan dokter, seperti laser resurfacing dan suntikan Botox. Ia

juga menawarkan perawatan spa.

5) Mineral Springs Spa. Ini memiliki mineral alami, termal atau air laut

yang digunakan dalam perawatan hidroterapi.


6) Club Spa. Sebuah spa yang berlokasi di pusat kebugaran atau klub

kesehatan.

7) Cruise Ship Spa. Kapal kapal pesiar yang menyediakan perawatan

spa, kebugaran dan komponen kesehatan dan pilihan menu masakan

spa.

8) Airport Spa. Hal ini terletak di bandara dan spesialisasi dalam

perawatan singkat ditujukan wisatawan, seperti 15 menit kursi pijat

dan terapi oksigen. Beberapa juga menawarkan perawatan lagi.

e. Klasifikasi Terapi Air Pada SPA :


1) Mandi rendam (underwater massage), adalah terapi air dengan cara
berendam di dalam sebuah bak mandi (bath tub) yang dirancang
dengan berbagai jet atau nozzle dengan tekanan dan suhu yang bias
diatur / dikontrol.
2) Pusaran air (whirlpool), adalah terapi air yang menggunakan berbagai

jet dengan ukuran tertentu.

3) Kolam terapi (aquamedic), adalah kolam terapi yang didesain dengan

modifikasi jet shower yang tekanan airnya disesuaikan dengan

bagian-bagian tubuh yang sering mendapatkan keluhan secara

fisiologi dan anatomis. Tekanan dan suhu bias diatur sesuai dengan

kebutuhan terapi.

4) Terapi semprot air (jet shower), adalah terapi air hangat dan dingin

disemprotkan langsung ketubuh bagian belakang sekitar 2-3 menit.

Terapi ini untuk menstimulasi sirkulasi dan bagian dalam. Fungsi dari

terapi ini adalah untuk mengatasi kurang darah, radang sendi, asma

dan nyeri dada.


5) Pancuran air (veichy shower), adalah terapi dengan pancuran air

dengan menggunakan tekanan dan suhu tertentu yang diatur sesuai

kebutuhan. Veichy shower biasanya dipadukan dengan terapi

lain,seperti lulur, masker dan sebagainya.

6) Terapi air panas dan dingin (contrast bath), adalah terapi

menggunakan dua jenis temperature, hangat dan dingin.

7) Bubble bath, adalah terapi air dengan cara berendam di dalam bak

mandi (bath tub) yang didesain khusus dengan media air yang dapat

diatur tekanan dan suhu tertentu.

8) Mandi rendam rempah, adalah terapi menggunakan bahan-bahan

herbal dan media air untuk berendam.

9) Mandi rendam air garam, adalah terapi menggunakan air garam.

Produk garam khusus berfungsi untuk merileksasikan otot-otot tubuh.

10) Terapi air laut (thalasotherapy), adalah terapi menggunakan media air

laut yang memiliki unsur penyembuh. Mineral dalam rumput laut,

misalnya, berkhasiat mengurangi produksi keringat yang berlebih,

membersihkan sekaligus memelihara kesehatan kulit.

11) Mandi uap (steam), adalah terapi dengan cara duduk tenang dalam

ruang beruap selama 20 menit, berfungsi mempercepat keluarnya

keringat dan mengangkat segala kotoran di permukaan kulit.

12) Mandi sauna,hampir sama dengan steam, tetapi kondisinya lebih

kering, menggunakan suhu tinggi.

13) Kompres, adalah terapi yang menggunakan handuk yang direndam

dalam air panas atau dingin. Setelah diperas lalu dibalutkan pada
bagian tubuh yang dituju. Kompres panas berfungsi meningkatkan

aliran darah, sedangkan kompres dingin bermanfaat untuk

mengurangi pembengkakan.

14) Balut, adalah terapi menggunakan handuk yang sudah dibasahi air

hangat atau dingin yang dililitkan ke sekujur tubuh. Kemudian tubuh

dibalut lagi dengan handuk kering dan selimut.perawatan ini bertujuan

untuk mengeluarkan lebih banyak keringat tubuh. Keringat akan

membawa serta toksin atau racun-racun dari dalam tubuh. Terapi ini

juga cocok bagi penderita demam, flu, sakit punggung, dan kelainan

pada kulit.

15) Ratus, adalah terapi menggunakan uap air panas. Terapi ratus ada 3

jenis yaitu: ratus rambut, ratus badan, dan ratus untuk organ intim

wanita atau sering disebut dengan V-Spa.

f. Teknik-teknik Massage

Massage adalah suatu bentu perlakuan dengan tangan pada bagian-

bagian yang lunak dengan prosedur manual atau mekanik yang

dilaksanakan secara metodis dengan tujuan menghasilkan efek fisiologis

bagi tubuh. Teknik dan metode masase memiliki bermacam-macam

sehingga gerakan masase harus disesuaikan bentuk struktur jaringan dan

organ tubuh.

Terapi masase merupakan manipulasi yang baik dengan

menggunakan alat maupun tanpa alat pada jaringan-jaringan tubuh. Terapi

masase dapat dilakukan sendiri atau dengan bantuan orang lain. Masase

berpengaruh pada sistem saraf, otot dan sirkulasi darah. Masase


merupakan penanganan yang positif pada tubuh untuk memperlancar

peredaran darah serta membantu penyembuhan bagian gerak tubuh yang

mengalami cedera, karena dapat membantu mengurangi perlekatan

diantara serat-serat otot dan membantu memindahkan timbunan cairan

serta memperlancar peredaran darah. (Graha dan Priyonoadi, 2009: 24)

Berdasarkan pernyataan di atas yang berkaitan dengan terapi masase

yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa terapi masase dapat

digunakan untuk relaksasi dan pengobatan atau terapi baik dalam

penanganan gangguan peredaran darah, kelelahan atau penanganan pasca

cedera dan gangguan musculoskeletal agar kembali pulih dan sehat.

Adapun teknik-teknik massage adalah sebagai berikut.

1) Eflourage (gosokan)

Adalah gerakan dengan mempergunakan seluruh permukaan

telapak tangan melekat pada bagian –bagian tubuh yang digosok.

Tangan menggosok secra supel menuju kearah jantung (sentripetal)

dengan dorongan dan tekanan.Tetapi boleh juga menuju

menyamping(sentrifugal) misalnya daerah dada,perut, dan sebagainya

.Tehnik ini dilakukan pada permulaan massage dosis 5 kali dan

penutup massage 3 kali baik sebagian maupun untuk seluruh tubuh .

Eflourageyang dilakukan pada daerah anggota gerak (ekstermitas)

selalu dengan gerak (ekstermitas) selalu dengan dorongan dan tekanan

yang baik dan setiap gosokan harus berakhir pada kelenjar limfe (pada

ketiak untuk angota gerak atas dan lipat paha untuk anggota gerak

bawah).
2) Petrisasage (pijatan)

Adalah suatu gerakan pijatan dengan mempergunakan empat jari

merapat berhadapan dengan ibu jari yang selalu lurus dan

supel.Gerakan memijat dengan meremas otot yang sedikit ditarik

keatas seolah –olah akan memisahkan otot dari tulang selaputnya atau

dari otot yang lain.Gerakan dilakukan pada tiap kelompok otot harus

dipijat beberapa kali dengan supel dan rileks. Bagian –bagian

Petrissage :

a) Kneading, Yaitu gerakan membentuk segitiga antara ibu jari dan

jari telunjuk, saat memijat ibu jari di arahkan naik turun hingga

bertemu jari telunjuk. Pemijatan dimulai dari bawah ke lengan

atas

b) Wringing (gosokan lipat pindah ), Yaitu suatu gerakan pijatan

dengan menggunakan kedua belah tangan .Sikap tangan parallel

pada otot yang bergerak berlawanan,sedang jari-jari yang ditarik

dibengkkokkan sedikit dan otot berganti diangkat dari samping

kesamping.

c) Picking –up, Yaitu suatu gerakan pijatan dengan

mempergunakan kedua belah tangan.Jaringan dipegang dan otot

ganti berganti digerakkan kemuka dan kebelakang.

d) Sacking (goncangan), Yaitu gerakan goncangan dengan

mempergunakan satu tangan atau kedua belah tangan dan

biasanya dilakukan didaerah otot paha, tungkai, kaki, tengkuk,

bahu, lengan atas dan bawah, tangan dan daerah perut.


e) Tapotement (pukulan), Yaitu suatu gerakan pukulan dengan

mempergunakan satu tangan atau kedua belah tangan bergantian.

f) Clapping, Yaitu suatu gerakan pukulan dengan mempergunakan

telapak tangan dan jari-jari yang membuat cekungan ,sikap

pergelangan tangan palmar fleksi ,bergerak ganti berganti.

g) Friction, Yaitu suatu gerakan gerusan kecil-kecil yang dilakukan

dengan ujung tiga jari (jari telunjuk,jari tengah ,jari manis)yang

merapat ,ibu jari ,ujung siku,pangkal telapak tangan dan yang

bergerak berputar-putar searah stsu berlawanan arah jarum jam .

2. Stretching

Stretching (peregangan) adalah gerakan yang diterapkan oleh kekuatan

dari luar maupun dari dalam untuk meningkatkan fleksbilitas otot dan rentang

gerak sendi. Menurut Cahyoko (2016: 92) peregangan adalah latihan fisik yang

meregangkan sekumpulan otot agar mendapatkan otot yang elastis dan nyaman

yang biasa dilakukan sebelum dan sesudah olahraga. Stretching juga merupakan

suatu proses yang bertujuan mengadakan perubahan-perubahan fisiologis dalam

tubuh dan menyiapkan organorgan dalam untuk menghadapi aktivitas-aktivitas

yang akan dilakukan.

Menurut Anderson (2010: 19) peregangan yang dilakukan secara

teratur dapat bermanfaat bagi tubuh, misalnya sebagai berikut:

a) Mengurangi ketegangan otot

b) Memperbaiki peredaran darah

c) Mengurangi kecemasan, perasaan tertekan, dan kelelahan

d) Memperbaiki kewaspadaan mental


e) Mengurangi resiko cidera

f) Membuat tubuh merasa lebih baik.

Melakukan latihan peregangan secara teratur telah terbukti sangat

efektif untuk mengurangi kemungkinan cedera, seperti ketegangan pada otot

(spasme), nyeri otot. Ketegangan pada otot juga dapat membatasi dan

menghambat jangkauan gerakan pada persendian. Program latihan peregangan

dapat membantu mencegah terjadinya ketegangan pada sekelompok otot,

menjaga fleksibilitas persendian, serta membantu pemanasan (warm up)

sebelum melakukan latihan inti.


BAB III

PROSES FISIOTERAPI

A. Identitas Umum Pasien

Nama : Ny. AW

Umur : 47 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Dosen

Alamat : BTP Blok C No.26

Agama : Islam

B. Anamnesis Khusus

Keluhan Utama : nyeri punggung bawah dan terasa pegal-pegal

seluruh badan.

Riwayat Penyakit : pasien adalah seorang dosen. Pasien merasakan

pegal-pegal seluruh badan terutama pada punggung

bagian bawahnya karena kelelahan setelah mengajar.

C. Inspeksi/Observasi

1. Statis : pasien tampak lesu dan tidak bersemangat.

2. Dinamis : pasien tidak menunjukkan gerakan yang abnormal

saat berjalan dan tidak mengalami gangguan yang signifikan.

D. Pemeriksaan Fisik

1. Vital Sign

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Denyut Nadi : 70 kali/menit

Pernafasan : 20 kali /menit


Suhu : 36ºC

E. Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran Fisioterapi

1. Palpasi

a. Terdapat Spasme otot upper trapezius dan erector spine.

b. Terdapat nyeri tekan pada otot piriformis.

2. Pengukuran nyeri

Nyeri pada punggung bagian bawah pasien bernilai 2 atau nyeri ringan.

F. Problematik Fisioterapi

1. Impairtment

a. Kelelahan dan rasa pegal-pegal seluruh badan.

b. Spasme otot upper trapezius dan erector spine.

c. Adanya nyeri pada area punggung bawah dan nyeri tekan otot piriformis.

2. Activity Limitation

a. Kurang semangat dalam melakukan aktivitas setelah bekerja karena

kelelahan.

b. Pasien merasa lesu dan tidak bugar.

3. Participation Restriction

a. Kurang bersosialisasi dengan lingkungan sekitar karena merasa kelelahan.

G. Tujuan Fisioterapi

Jangka Pendek : Mengurangi Spasme dan merelaksasikan otot.

Jangka Panjang : Meningkatkan aktivitas fisik dan kemampuan

fungsional.

H. Program Intervensi

1. Steam
Posisi Pasien :Duduk dengan comfortable

Persiapan Alat : Pastikan stem dalam keadaan On,atur waktu

penggunaan 10 -15 menit. Atur Suhu menjadi 35-

40 o C

Tekhnik Pelaksanaan : Arahkan Pasien untuk Masuk ke dalam stem, dan

menunggu hingga waktu selesai. Pasien dapat

memberitahu fisioterapis bila merasa pusing atau

dehidrasi pada saat melekukan treatment.

2. Massage

Posisi Pasien : Supine/ prone lying dengan comfertable

Persiapan Alat : Minyak Zaitun dan Body Cream

Tehnik Pelaksanaan : Aplikasikan minyak zaitun dan body cream yang

telah dicampur pada seluruh tubuh pasien

kemudian massage secara perlahan dengan

menggunakan tehnik efflurage, kneading,

stocking, dan tehnik lainnya selama 10 -20 kali

pengulangan.

3. Scrub

Posisi Pasien : Supine/ prone lying dengan comfortable

Persiapan Alat : Scrub Ginger Lemon

Tehnik Pelaksanaan : Aplikasikan dan ratakan scrub pada seluruh tubuh

pasien kemudian tunggu hinggah kering dan

meresap ke dalam tubuh pasien lalu gosok dari atas


ke bawah secara perlahan dengan menggunakan

tehnik efflurage.

4. Pasien diberikan minuman Herbal

I. Evaluasi

Setelah melakukan SPA pasien merasa rileks dan kembali bugar .


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Spa adalah terapi dengan menggunakan air, serta air 10 garam, minyak dan

aromaterapi, hubungan antara tubuh, pikiran dan jiwa, aliran energi positif dan

negative dalam diri anda dan pusat energi tubuh. Kesegaran tubuh dan jiwa

membuat seseorang mampu melakukan banyak aktivitas dan rutinitasnya dengan

lebih baik dan penuh semangat. Manusia selalu membutuhkan stamina fisik, pikiran

serta emosi yang prima agar dapat melakukan pekerjaannya dengan baik serta

kecepatan yang konsisten.

Spa juga berfungsi sebagai media membuang racun dari dalam tubuh biasa

dikenal dengan detoxifying spa. Perawatan spa ini dapat membantu efektivitas

pembuangan racun melalui kulit. Penumpukan racun dalam tubuh dapat

mempengaruhi kebugaran tubuh seseorang. Setelah menjalani perawatan spa orang

tersebut diharapkan dapat mendaptkan kembali kebugaran tubuhnya .

Manfaat spa sendiri banyak sekali diantaranya menghaluskan kulit,

mengencangkan, memutihkan dan memberi nutrisi pada kulit, mengendurkan

ketegangan otot, detoksifikasi tubuh.


DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Bob. (2010). Stretching in The Office (Peregangan untuk Orang Kantoran).

Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.

Aras, Djohan. Hasnia Ahmad., dan Andy Ahmad. 2016. The New Concept of Physical

Therapist Test and Measurement. Makassar : PhysioCare Publishing

Graha, A.S., & Priyonoadi, B. (2009). Terapi Masase Frirage Penatalaksanaan Cedera

Pada Anggota Gerak Tubuh Bagian Atas. Yogyakarta: FIK UNY.

Mega Sabandar. SPA Diakses tanggal 25 November 2019. http://e-

journal.uajy.ac.id/6226/3/TA213437.pdf

Muhammad Syaifullah Mahdzur. Artikel tentang Myalgia. Diakses tanggal 25 November

2019. https://www.scribd.com/document/354419710/DEFINISI-MYALGIA

Http://www.jdentistry.ui.ac.id/index.php/JDI/article/download/786/689

Rusli M, dkk. Buku Ajar Anatomi. Edisi 5. Poltekkes Kemenkes Makassar. 2012.:

Makassar

Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Diakses pada tanggal 25

November 2019. http://www.pdpersi.co.id/peraturan/kepmenkes/kmk3762007.pdf

Unnes Journal of Public Health. Diakses tanggal 25 November 2019

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph/article/view/4711/4348
DOKUMENTASI KEGIATAN

Mencatat Rekam Medik Pasien Pemasangan Alat TDP Pada Pasien

Pembacaan Jurnal Kasus Fisioterapi Merapikan Barang-Barang di Ruang


SPA

Belajar Proses Pembuatan Ramuan

Anda mungkin juga menyukai