Anda di halaman 1dari 99

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam suatu konstruksi bangunan, beton merupakan bagian yang penting.


Berdasarkan hal ini maka analisa dan penelitian terhadap materi dan proses
bentuknya beton sangat dibutuhkan. Sebagai program wajib dalam Ilmu Bahan
Bangunan, maka penerapan dasar dan aplikasinya wajib dikuasai oleh setiap
mahasiswa/i teknik sipil. Hal ini diacukan agar kedepan seorang sarjana sipil
dapat menguasai konsep dan analisa kerja saat terjun ke dunia konstruksi.
Beton (concrete) sendiri adalah bahan bagunan / konstruksi berupa batu-
batuan (Artifisial Stone)yang homogen yang diperoleh dari campuran tiga bahan
dasar yaitu:
1. Semen portland sebagai bahan pengikat hidrolis.
2. Air sebagai bahan pereaksi pengikatan, dan
3. Batuan/agregat sebagai bahan pengisi (filler) dan penguat (strengter) yang
meliputi agregat kasar (Coarse Agregate) dan agregat halus (Fine
Agregat).
Dalam hal-hal tertentu campuran diberi bahan tambahan (additive) atau
bahan campuran (admixture) yang tidak menurunkan mutu beton sesuai dengan
kebutuhan konstruksi.
Pekerjaan beton lebih diutamakan dalam pembangunan gedung-gedung
dan juga untuk pembangunan rumah tinggal. Kami juga tahu dalam pembuatan
suatu bangunan ,bahan dasarnya adalah semen, agregat kasar dan halus,air dan
bahan campur,maka dari itu beton sangatlah penting peranannya dalam sebuah
konstruksi.
Praktikum ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan mengenai
perencanaan campuran beton serta keterampilan dalam pelaksanaannya. Untuk
mendapatkan beton yang bermutu baik dan mempunyai kuat tekan yang besar,
perlu adanya suatu analisa laboratorium terhadap beberapa faktor penyusun
terbentuknya beton.
Kami sebagai mahasiswa / i bukan hanya diwajibkan untuk mengikuti
praktek kerja uji bahan,tetapi tujuannya adalah agar mahasiswa / i tahu cara
pemasangan dan pengolahan beton dengan benar, supaya dilapangan nanti
mahasiswa / i dapat mengetahui cara pekerjaan yang benar dan yang salah.

1.2 TUJUAN
Setelah melakukan praktikum uji bahan,diharapkan mahasiswa dapat:
1. Menganalisis Saringan Agregat Halus dan Kasar.
2. Menghitung Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus dan Kasar.
3. Menghitung Berat Isi Agregat Halus dan Kasar.
4. Menghitung Kadar Air Agregat.
5. Cara Pengadukan Beton.
6. Uji Slump Beton Segar.
7. Membuat Silinder Beton.
8. Menguji Tekan Silinder Beton.
BAB II
ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR

2.1 Maksud Praktikum


Sebagai tolak ukur klasifikasi pemeriksaan persyaratan perencanaan
campuran agregat untuk beton.

2.2 Tujuan Praktikum


Untuk menentukan pembagian gradasi / butiran agregat halus dan agregat
kasar dengan menggunakan saringan yang diguncangkan oleh mesin pengguncang
dan juga untuk mengetahui berat tertinggal (%), berat lolos saringan (%), berat
tertinggal komulatif (%), dan Modulus Halus Butir (MHB).

2.3 Alat Praktikum


Alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu:
1. Talam 2 buah
2. Cawan 3 buah
3. Timbangan Digital
4. Mesin pengguncang saringan (Electric Sieve Shaker) 1 buah
5. Oven
6. Satu set saringan
a. Untuk agregat halus terdiri dari susunan (Standart ASTM) no. : 1,5”;
1”; ¾”; ½”; 3/8”; no.4; no.8; no.16; no.30; no.50; no.100; no.200
b. Untuk agregat kasar terdiri dari susunan (Standart ASTM) no. : 1,5”;
1”; ¾”; ½”; 3/8”; no.4; no.8; no.16; no.30; no.50; no.100; no.200
7. Kuas, Sendok atau spatula, sekop, dan alat bantu lainnya.
2.4 Bahan / Benda Uji
Bahan atau benda uji yang dipakai terdiri dari :
1. Agregat Halus (Pasir) dengan berat kira-kira 1306,8 gram
2. Agregat Kasar (Kerikil) dengan berat kira-kira 2564,7 gram
2.5 Pelaksanaan
Prosedur praktikum yang dilakukan adalah :
1. Siapkan peralatan dan benda uji yang digunakan.
2. Atur timbangan digital dengan tepat dan benar.
3. Timbang 2 buah cawan kosong yang telah diberi kode.
4. Benda uji dituang kedalam cawan, kemudian dimasukkan kedalam oven
agar didapat benda uji kering.
5. Timbang masing-masing berat cawan + benda uji.
6. Susun 1 set saringan yang telah disebutkan di atas secara berurutan lalu
pasangkan pada mesin pengguncang saringan.
7. Tuang benda uji untuk pasir ke dalam saringan yang telah terpasang pada
mesin pengguncang lalu tutupi saringan yang paling atas dengan penutup
saringan agar benda uji tidak keluar dari saringan ketika diguncang oleh
mesin. Lalu saringan diguncang dengan cara menghidupkan mesin
pengguncang selama 15 menit.
8. Setelah diguncang selama 15 menit, matikan mesin pengguncang. Lalu
timbang berat bagian pasir yang tertinggal pada tiap saringan dengan
timbangan digital. Kemudian catatlah berat tiap pasir yang tertinggal dan
jumlahkan seluruh pasir yang tertinggal. Lalu bandingkan dengan hasil
mendekati dengan berat sebelum disaring.
9. Kemudian lakukan cara yang sama pada benda uji untuk kerikil pada no.
11 dan no. 12.
10. Hitung berat tertinggal (%), berat lolos saringan (%), berat tertinggal
komulatif (%), dan Modulus Halus Butir (MHB) masing-masing benda uji.
11. Setelah praktikum selesai, rapikan semua peralatan dan benda uji yang
dipakai.
2.6 Hasil Pengujian
2.6.1 Tabel Agregat Halus (Pasir)
Berat cawan : 312,2 gr
Berat Cawan + pasir : 1619 gr
Berat Contoh : 1306,8 gr
Pasir
No Jumlah (%)
Ukuran Berat Σ Berat
Saringan Berat Tertahan
Tertahan (gr) Tertahan (gr) Tertahan Lolos
Komulatif (%)
1,5 37,5 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00
1 25 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00
¾ 19,1 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00
½ 12,5 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00
3/8 9,5 2,50 2,50 0,19 99,81 0,19
No. 4 4,75 19,10 21,60 1,46 98,35 1,65
No. 8 2,00 47,60 69,20 3,64 94,70 5,30
No. 16 0,85 906,30 975,50 69,35 25,35 74,65
No. 30 0,60 126,80 1102,30 9,70 15,65 84,35
No. 50 0,25 97,50 1199,80 7,46 8,19 91,81
No. 100 0,15 92,00 1291,80 7,04 1,15 98,85
No. 200 0,075 14,10 1305,90 1,08 0,07
Pan - 0,70 1306,60 0,05 0,02
Jumlah 1306,60 99,98 356,80
Modulus Kehalusan 3,57
2.6.2 Tabel Agregat Kasar (Kerikil)
Berat cawan : 309 gr
Berat Cawan + kerikil : 2873,7 gr
Berat Contoh : 2564,7 gr
Kerikil
No Jumlah (%)
Ukuran Berat Σ Berat
Saringan Berat Tertahan
Tertahan (gr) Tertahan (gr) Tertahan Lolos
Komulatif (%)

1½ 37,5 0 0 0 100,00 0,00


1 25 0 0 0 100,00 0,64
¾ 19,1 150,7 150,7 5,88 94,12 5,88
½ 12,5 1086,4 1237,1 42,36 51,76 48,24
3/8 9,5 660,1 1897,2 25,74 26,03 73,97
No. 4 4,75 422,1 2319,3 16,46 9,57 90,43
No. 8 2,00 97 2416,3 3,78 5,79 94,21
No. 16 0,85 49,1 2465,4 1,91 3,87 96,13
No. 30 0,60 40 2505,4 1,56 2,31 97,69
No. 50 0,25 24,3 2529,7 0,95 1,36 98,64
No. 100 0,15 23 2552,7 0,90 0,47 99,53
No. 200 0,075 7 2559,7 0,27 0,19
Pan - 3,7 2563,4 0,14 0,05

Jumlah 2563,4 99,95 705,35


Modulus Kehalusan 7,05
2.7 Hitungan
2.7.1 Agregat Halus (Pasir)
A. Persen (%) Berat Tertahan

Berat Tertahan
% Berat Tertahan   100%
 Berat Contoh

0
 Saringan No. 1 ½ =  100 %  0,00 %
1306,80
0
 Saringan No. 1 =  100 %  0,00 %
1306,80
0
 Saringan No. ¾ =  100 %  0,00 %
1306,80
0
 Saringan No. ½ =  100 %  0,00 %
1306,80
2,50
 Saringan No. 3/8 =  100 %  0,19 %
1306,80
19,10
 Saringan No. 4 =  100 %  1,46 %
1306,80
47,60
 Saringan No. 8 =  100 %  3,64 %
1306,80
906,30
 Saringan No. 16 =  100 %  69,35 %
1306,80
126,80
 Saringan No. 30 =  100 %  9,70 %
1306,80
97,50
 Saringan No. 50 =  100 %  7,46 %
1306,80
92,00
 Saringan No. 100 =  100 %  7,04 %
1306,80
14,10
 Saringan No.200 =  100 %  1,08 %
1306,80
0,70
 Pan =  100 %  0,05 %
1306,80
B. Persen (%) Lolos

% Berat Lolos 100 %  % Berat Tertahan

 Saringan No. 1 ½ = (100 – 0,00) % = 100 %


 Saringan No. 1 = (100 – 0,00) % = 100 %
 Saringan No. ¾ = (100 – 0,00) % = 100 %
 Saringan No. ½ = (100 – 0,00) % = 100 %
 Saringan No. 3/8 = (100 – 0,19) % = 98,81 %
 Saringan No. 4 = (98,81 – 1,46) % = 98,35 %
 Saringan No. 8 = (98,35 – 3,64) % = 94,70 %
 Saringan No. 16 = (94,70 – 69,35) % = 25,35 %
 Saringan No. 30 = (25,35 – 9,70) % = 15,65 %
 Saringan No. 50 = (15,65 – 7,46) % = 8,19 %
 Saringan No. 100 = (8,19 – 7,04) % = 1,15 %
 Saringan No.200 = (1,15 – 1,08) % = 0,07 %
 Pan = (0,07 – 0,05) % = 0,02 %

C. Berat Tertahan Komulatif

Berat Tertahan Komulatif 100 %  % Berat Lolos Saringan

 Saringan No. 1 ½ = (100 – 100) % = 0,00 %


 Saringan No. 1 = (100 – 100) % = 0,00 %
 Saringan No. ¾ = (100 – 100) % = 0,00 %
 Saringan No. ½ = (100 – 100) % = 0,00 %
 Saringan No. 3/8 = (100 – 98,81) % = 0,19 %
 Saringan No. 4 = (100 – 98,35) % = 1,65 %
 Saringan No. 8 = (100 – 94,70) % = 5,30 %
 Saringan No. 16 = (100 – 25,35) % = 74,65 %
 Saringan No. 30 = (100 – 15,65) % = 84,35 %
 Saringan No. 50 = (100 – 8,19) % = 91,81 %
 Saringan No. 100 = (100 – 1,15) % = 98,85 %
D. Modulus Halus Butiran (MHB)

Berat Tertahan Komulatif


MHB
100

356,80
Modulus Halus Butiran =  3,57
100

2.7.2 Agregat Kasar (Kerikil)


A. Persen (%) Berat Tertahan

Berat Tertahan
% Berat Tertahan   100%
 Berat Contoh

0
 Saringan No. 1 ½ =  100 %  0,00 %
2564,70
16,30
 Saringan No. 1 =  100 %  0,64 %
2564,70
134,40
 Saringan No. ¾ =  100 %  5,24 %
2564,70
1086,50
 Saringan No. ½ =  100 %  42,36 %
2564,70
660,00
 Saringan No. 3/8 =  100 %  25,73 %
2564,70
422,10
 Saringan No. 4 =  100 %  16,46 %
2564,70
97,00
 Saringan No. 8 =  100 %  3,78 %
2564,70
49,10
 Saringan No. 16 =  100 %  1,91%
2564,70
40,00
 Saringan No. 30 =  100 %  1,56 %
2564,70
24,30
 Saringan No. 50 =  100 %  0,95 %
2564,70
23,00
 Saringan No. 100 =  100 %  0,90 %
2564,70
7,00
 Saringan No.200 =  100 %  0,27 %
2564,70
3,70
 Pan =  100 %  0,14 %
2564,70

B. Persen (%) Lolos

% Berat Lolos 100 %  % Berat Tertahan

 Saringan No. 1 ½ = (100 – 0,00) % = 100 %


 Saringan No. 1 = (100 – 0,64) % = 99,36 %
 Saringan No. ¾ = (99,36 – 5,24) % = 94,12 %
 Saringan No. ½ = (94,12 – 42,36) % = 51,76 %
 Saringan No. 3/8 = (51,76 – 25,73) % = 26,03 %
 Saringan No. 4 = (26,03 –16,46) % = 9,57 %
 Saringan No. 8 = (9,57 – 3,78) % = 5,79 %
 Saringan No. 16 = (5,79 – 1,91) % = 3,87 %
 Saringan No. 30 = (3,87 – 1,56) % = 2,31%
 Saringan No. 50 = (2,31– 0,95) % = 1,36 %
 Saringan No. 100 = (1,36 – 0,90) % = 0,47 %
 Saringan No.200 = (0,47 – 0,27) % = 0,19 %
 Pan = (0,19 – 0,14) % = 0,05 %
C. Berat Tertahan Komulatif
Berat Tertahan Komulatif 100 %  % Berat Lolos Saringan
 Saringan No. 1 ½ = (100 – 100) % = 0,00%
 Saringan No. 1 = (100 – 99,36) % = 0,64 %
 Saringan No. ¾ = (100 – 94,12) % = 5,88 %
 Saringan No. ½ = (100 – 51,36) % = 48,24 %
 Saringan No. 3/8 = (100 – 26,03) % = 73,97 %
 Saringan No. 4 = (100 –9,57) % = 90,43 %
 Saringan No. 8 = (100 – 5,79 % = 94,21 %
 Saringan No. 16 = (100 – 3,87) % = 96,31 %
 Saringan No. 30 = (100 – 2,31) % = 97,69%
 Saringan No. 50 = (100 – 1,36) % = 98,64 %
 Saringan No. 100 = (100 – 0,47) % = 99,53 %

D. Modulus Halus Butiran (MHB)

Berat Tertahan Komulatif


MHB
100

705,35
Modulus Halus Butiran =  7,05
100

2.8 Pembahasan
2.8.1 Persen (%) Berat Tertahan
Persen (%) Berat Tertahan merupakan besarnya persentase berat
dari agregat yang tertahan di satu saringan, yang didapat dengan rimus
berikut :

Berat Tertahan
% Berat Tertahan   100%
 Berat Contoh
2.8.2 Persen (%) Lolos

Persen (%) Lolos merupakan besarnya persentase berat agregat

yang lolos disetiap saringan. Didapat dengan menggunakan rumus :

% Berat Lolos 100 %  % Berat Tertahan

2.8.3 Berat Tertahan Komulatif

Berat Tertahan Komulatif merupakan jumlah persentase dari berat

agregat yang tertahan disetiap saringan, didapat dengan rumus :

Berat Tertahan Komulatif 100 %  % Berat Lolos Saringan

2.8.4 Modulus Halus Butiran (MHB)


Modulus halus butir (Finensess Modulus) atau MHB ialah suatu
indek yang dipakai untuk ukuran kehalusan atau kekerasan butir-butir
agregat. Makin besar nilai modulus halus menunjukan bahwa makin
besar ukurn butir-butir agregatnya.

Pada umumnya pasir memiliki nilai MHB berkisar antara 3,0-5,0

sedangkan untuk kerikil memiliki MHB berkisar antara 6,0-10,0.

Modulus Halus Butiran didapat dengan rumus :

Berat Tertahan Komulatif


MHB
100
2.9 Kesimpulan dan Saran
Dari pembahasan dan perhitungan pada subbab sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa :
a) Agregat Halus (Pasir)
Pasir yang kami gunakan termasuk pasir kasar karena pada saringan no. 3/8
sudah ada pasir yang tertahan pada saringan tersebut. Karena syarat untuk
pasir halus harus melewati saringan no. 4. Dan untuk modulus halus butiran
(MHB) pasir sebesar 3,57.
b) Agregat Kasar (Kerikil)
Untuk agregat kasar yang kami gunakan memiliki ukuran maksimal 25 mm
(2,54 cm). Sedangkan untuk modulus halus butiran (MHB) kerikil sebesar
7,05.
2.10 Lampiran
GAMBAR ALAT

Gambar Pengguncang dengan Satu Set saringan

Gambar Timbangan Digital


Gambar Talam

Gambar Cawan, Sendok dan Spatula


Gambar Kuas

Gambar Oven
LAPORAN SEMENTARA
ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR

Tabel Agregat Halus (Pasir)


Berat cawan : 312,2 gr
Berat Cawan + pasir : 1619 gr
Berat Contoh : 1306,8 gr
Pasir
No Jumlah (%)
Ukuran Berat Σ Berat
Saringan Berat Tertahan
Tertahan (gr) Tertahan (gr) Tertahan Lolos
Komulatif (%)
1,5 37,5 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00
1 25 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00
¾ 19,1 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00
½ 12,5 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00
3/8 9,5 2,50 2,50 0,19 99,81 0,19
No. 4 4,75 19,10 21,60 1,46 98,35 1,65
No. 8 2,00 47,60 69,20 3,64 94,70 5,30
No. 16 0,85 906,30 975,50 69,35 25,35 74,65
No. 30 0,60 126,80 1102,30 9,70 15,65 84,35
No. 50 0,25 97,50 1199,80 7,46 8,19 91,81
No. 100 0,15 92,00 1291,80 7,04 1,15 98,85
No. 200 0,075 14,10 1305,90 1,08 0,07
Pan - 0,70 1306,60 0,05 0,02
Jumlah 1306,60 99,98 356,80
Modulus Kehalusan 3,57
Tabel Agregat Kasar (Kerikil)
Berat cawan : 309 gr
Berat Cawan + kerikil : 2873,7 gr
Berat Contoh : 2564,7 gr

Kerikil
No Jumlah (%)
Ukuran Berat Σ Berat
Saringan Berat Tertahan
Tertahan (gr) Tertahan (gr) Tertahan Lolos
Komulatif (%)

1½ 37,5 0 0 0 100,00 0,00


1 25 0 0 0 100,00 0,64
¾ 19,1 150,7 150,7 5,88 94,12 5,88
½ 12,5 1086,4 1237,1 42,36 51,76 48,24
3/8 9,5 660,1 1897,2 25,74 26,03 73,97
No. 4 4,75 422,1 2319,3 16,46 9,57 90,43
No. 8 2,00 97 2416,3 3,78 5,79 94,21
No. 16 0,85 49,1 2465,4 1,91 3,87 96,13
No. 30 0,60 40 2505,4 1,56 2,31 97,69
No. 50 0,25 24,3 2529,7 0,95 1,36 98,64
No. 100 0,15 23 2552,7 0,90 0,47 99,53
No. 200 0,075 7 2559,7 0,27 0,19
Pan - 3,7 2563,4 0,14 0,05

Jumlah 2563,4 99,95 705,35


Modulus Kehalusan 7,05

Asisten/Dosen Mahasiswa

..................................... ..................................
BAB III
PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR AGREGAT
HALUS

3.1 Maksud Praktikum


Sebagai tolak ukur klasifikasi pemeriksaan persyaratan perencanaan
campuran agregat untuk beton.

3.2 Tujuan Praktikum


Untuk memperoleh berat jenis curah, berat jenis kering permukaan, Bulk
Specific Gravity (kondisi kering), berat jenis semu, dan penyerapan air. Nilai ini
diperlukan untuk menetapkan besarnya komposisi volume agregat dalam adukan
beton.

3.3 Alat Praktikum


Alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu:
1. Piknometer dengan kapasitas 500 ml
2. Kerucut terpancung, dengan diameter bagian atas (40±3) mm, diameter
bagian bawah (90±3) mm, tinggi (75±30) mm, dan dibuat dari logam
dengan tebal minimum 0,8 mm.
3. Batang tumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, dengan berat
(340±15) gram dan diameter permukaan penumbuk (25±3) mm.
4. Timbangan Digital
5. Saringan no. 4
6. Oven
7. Talam dan cawan
8. Bejana tempat air yang telah terisi air bersih atau air suling
9. Kuas, Sendok atau spatula, sekop, dan alat bantu lainnya.
3.4 Bahan / Benda Uji
Bahan atau benda uji yang dipakai merupakan pasir (agregat halus) yang
lolos saringan no. 4 sebanyak kira-kira 500 gram.

3.5 Pelaksanaan
Prosedur praktikum yang dilakukan adalah :
1. Siapkan peralatan dan benda uji yang digunakan.
2. Atur timbangan digital dengan tepat dan benar.
3. Masukkan benda uji kedalam oven agar diperoleh benda uji kering dengan
indikasi benda uji tercurah dengan baik/diperoleh keadaan jenuh kering
permukaan.
4. Periksa keadaan jenuh kering permukaan dengan mengisi benda uji ke
dalam kerucut terpancung. Padatkan dengan batang penumbuk sebanyak
25 kali, lalu angkat kerucut terpancung. Keadaan jenuh kering permukaan
tercapai apabila benda uji runtuh tetapi masih dalam keadaan tercetak.
5. Isi piknometer dengan air hingga penuh, kemudian ditimbang agar
diketahui berat piknometer berisi air.
6. Air yang berada didalam piknometer dibuang sebanyak 1/3 dari
piknometer, kemudian benda uji pada keadaan jenuh kering permukaan
dimasukkan ke dalam piknometer.
7. Masukkan air kedalam piknometer hingga penuh, kemudian piknometer
diputar-putar perlahan dengan maksud agar gelembung-gelembung
didalam piknometer hilang. Setelah itu ditimbang agar diketahui berat
piknometer berisi air dengan benda uji.
8. Keluarkan benda uji dari dalam piknometer, lalu tuangkan ke dalam cawan
untuk dikeringkan didalam oven.
9. Setelah benda uji kering, timbang berat benda uji sampai berat konstan.
10. Lalu hitung berat jenis curah, berat jenis kering permukaan, Bulk Specific
Gravity (kondisi kering), berat jenis semu, dan penyerapan air.
11. Setelah praktikum selesai, rapikan semua peralatan dan benda uji yang
dipakai.
3.6 Hasil pengujian
Tabel hasil pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus
Jenis Pengujian Simbol Berat (gr)
Berat benda uji kering permukaan jenuh (SSD) Bj 500,00
Berat benda uji kering oven Bk 492,20
Berat piknometer diisi air (25ºC) Ba 671,40
Berat piknometer+benda uji+air (25ºC) Bt 976,70

3.7 Hitungan
Hitungan hasil pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus, sebagai
berikut :
a) Berat jenis kering (Bulk)
Bk
=
( Ba  Bj  Bt )
492,20
=
(671,40  500  976,70)
= 2,53
b) Berat jenis kering jenuh permukaan
Bj
=
( Ba  Bj  Bt )
500
=
(671,40  500  976,70)
= 2,57
c) Berat jenis semu (apparent)
Bk
=
( Ba  Bk  Bt )
492,20
=
(671,40  492,20  976,70)
= 2,63
d) Penyerapan
Bj  Bk
=  100%
Bk
500  492,20
=  100%
492,20
= 1,58

3.8 Pembahasan
3.8.1 Berat jenis agregat
Berat jenis agregat adalah perbandingan antara volume agregat dan berat
volume air. Nilai berat jenis yang disarankan adalah > 2,50.
Tabel 2.2 Persyaratan Sifat Fisis Agregat

Sifat – Sifat Fisis Syarat

Berat jenis agregat > 2,50


Penyerapan < 3% berat
Berat isi agregat > 1,00 kg/dm3
Pelapukan (Soundness) < 12% berat
Kelekatan agregat terhadap aspal > 95% luas
Keausan < 40% berat
Sumber : AASHTO (1990)
Pemeriksaan terhadap berat jenis agregat dapat dilakukan dengan tiga cara :
a) Berat Jenis Kering (Bulk)
Berat Jenis Kering (Bulk) merupakan berat jenis yang diperhitungkan
terhadap seluruh volume yang ada (Volume pori yang dapat diresapi aspal
atau dapat dikatakan seluruh volume pori yang dapat dilewati air dan volume
partikel). Rumus yang digunakan :
Bk
Berat Jenis Kering ( Bulk ) 
( Ba  Bj  Bt )

b) Berat Jenis Kering Jenuh Permukaan (Berat Jenis SSD)


Berat jenis kering jenuh permukaan adalah berat jenis yang
memperhitungkan volume pori yang hanya dapat diresapi aspal ditambah
dengan volume partikel. Rumus yang digunakan :
Bj
Berat Jenis SSD 
( Ba  Bj  Bt )

c) Berat jenis semu (apparent)


Berat jenis semu (apparent specific gravity) adalah berat jenis yang
memperhitungkan volume partikel saja tanpa memperhitungkan volume pori
yang dapat dilewati air.Atau merupakan bagian relative density dari bahan
padat yang terbentuk dari campuran partikel kecuali pori atau pori udara yang
dapat menyerap air, dapat dicari dengan :
Bk
Berat Jenis Semu 
( Ba  Bk  Bt )

3.8.2 Penyerapan
Penyerapan adalah tingkat atau kemampuan suatu bahan untuk
menyerap air, Nilai penyerapan yang disarankan < 3% berat. Besarnya
penyerapan didapatkan dengan rumus :
Bj  Bk
Penyerapan   100%
Bk
3.9 Kesimpulan dan saran
Berdasarkan perhitungan pada subbab sebelumnya didapat data-data
sebagai berikut :
a) Berat jenis kering (Bulk) = 2,53
b) Berat jenis kering jenuh permukaan = 2,57
c) Berat jenis semu (apparent) = 2,63
d) Penyerapan = 1,58
Dari data-data diatas dapat disimpulkan bahwa syarat berat jenis agregat
(lebih besar 2,50) dan penyerapan (lebih kecil 3%) terpenuhi, maka agregat dapat
digunakan dalam pembuatan campuran beton.
3.10 Lampiran
GAMBAR ALAT

Gambar Kerucut Terpancung

Gambar Batang Penumbuk


Gambar Piknometer

Gambar Timbangan Digital


Gambar Talam

Gambar Cawan, Sendok dan Spatula


Gambar Kuas

Gambar Oven
LAPORAN SEMENTARA
PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS

Jenis Pengujian Simbol Berat (gr)

Berat benda uji kering permukaan jenuh (SSD) Bj 500,00


Berat benda uji kering oven Bk 492,20
Berat piknometer diisi air (25ºC) Ba 671,40
Berat piknometer+benda uji+air (25ºC) Bt 976,70

Berat jenis kering (Bulk) = 2,53


Berat jenis kering jenuh permukaan = 2,57
Berat jenis semu (apparent) = 2,63
Penyerapan = 1,58

Asisten/Dosen Mahasiswa

..................................... ..................................
BAB IV
PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR AGREGAT
KASAR

4.1 Maksud Praktikum


Sebagai tolak ukur klasifikasi pemeriksaan persyaratan perencanaan
campuran agregat untuk beton.

4.2 Tujuan Praktikum


Untuk memperoleh berat jenis curah, berat jenis kering permukaan, Bulk
Specific Gravity (kondisi kering), berat jenis semu, dan penyerapan air, serta
memperoleh distribusi besaran yang diperoleh dari table dan grafik. Nilai ini
diperlukan untuk menetapkan besarnya komposisi volume agregat dalam adukan
beton.

4.3 Alat Praktikum


Alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu:
1. Timbangan, kapasitas 20 kg dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh
yang ditimbang dan dilengkapi dengan penggantung keranjang.
2. Keranjang kawat besar dengan ukuran 3,35 mm (no.6) atau 2,36 mm
(no.8) dan kapasitas kira-kira 5 kg
3. Talam dan cawan
4. Oven
5. Bejana tempat air yang telah terisi air bersih
6. Kuas, Sendok atau spatula, sekop, handuk atau kain pel, dan alat bantu
lainnya.
7. Saringan No. 4

4.4 Bahan / Benda Uji


Bahan atau benda uji yang dipakai kerikil (agregat kasar) yang lolos
saringan no. 4 sebanyak kira-kira 1,5 kg.
4.5 Pelaksanaan
Prosedur praktikum yang dilakukan adalah :
1. Rendam kerikil ke dalam bejana yang telah terisi air bersih selama 24 jam
atau lebih.
2. Siapkan peralatan dan benda uji yang digunakan.
3. Setelah direndam, benda uji dikeringkan dengan handuk sehingga air
permukaan pada benda uji habis. Tetapi, harus masih tampak lembab
(kondisi SSD), kemudian timbang benda uji.
4. Benda uji dimasukkan ke dalam keranjang dan direndam kembali ke dalam
air. Kemudian benda uji ditimbang.
5. Keringkan benda uji menggunakan oven.
6. Benda uji diangin-anginkan agar suhunya berkurang, lalu timbang benda uji
untuk mendapatkan nilai beratnya.
7. Hitung berat jenis curah, berat jenis kering permukaan, Bulk Specific
Gravity (kondisi kering), berat jenis semu, dan penyerapan air, serta
memperoleh distribusi besaran yang diperoleh dari tabel dan grafik.
8. Setelah praktikum selesai, rapikan semua peralatan dan benda uji yang
dipakai.

4.6 Hasil Pengujian


Tabel hasil pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar
Jenis Pengujian Simbol Berat (gr)
Berat benda uji kering permukaan jenuh (SSD) Bj 2417,20
Berat benda uji kering oven Bk 2396,00
Berat benda uji dalam air Ba 1513,00

4.7 Hitungan
Hitungan hasil pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar, adalah
sebagai berikut :
a) Berat jenis kering (Bulk)
Bk
=
( Bj  Ba )
2396,00
=
(2417,20  1513,00)
= 2,65
b) Berat jenis kering jenuh permukaan
Bj
=
( Bj  Ba )
2417,20
=
(2417,20  1513,00)
= 2,67
c) Berat jenis semu (apparent)
Bk
=
( Bk  Ba )
2396,00
=
(2396,00  1513,00)
= 2,71
d) Penyerapan
Bj  Bk
=  100%
Bk
2417,20  2396,00
=  100%
2396,00
= 0,88
4.8 Pembahasan
4.8.1 Berat jenis agregat
Berat jenis agregat adalah perbandingan antara volume agregat dan berat
volume air. Nilai berat jenis yang disarankan adalah > 2,50.

Tabel 2.2 Persyaratan Sifat Fisis Agregat

Sifat – Sifat Fisis Syarat

Berat jenis agregat > 2,50


Penyerapan < 3% berat
Berat isi agregat > 1,00 kg/dm3
Pelapukan (Soundness) < 12% berat
Kelekatan agregat terhadap aspal > 95% luas
Keausan < 40% berat
Sumber : AASHTO (1990)
Pemeriksaan terhadap berat jenis agregat dapat dilakukan dengan tiga cara :
a) Berat Jenis Kering (Bulk)
Berat Jenis Kering (Bulk) merupakan berat jenis yang diperhitungkan
terhadap seluruh volume yang ada (Volume pori yang dapat diresapi aspal
atau dapat dikatakan seluruh volume pori yang dapat dilewati air dan volume
partikel). Rumus yang digunakan :
Bk
Berat Jenis Kering ( Bulk ) 
( Ba  Bj  Bt )

b) Berat Jenis Kering Jenuh Permukaan (Berat Jenis SSD)


Berat jenis kering jenuh permukaan adalah berat jenis yang
memperhitungkan volume pori yang hanya dapat diresapi aspal ditambah
dengan volume partikel. Rumus yang digunakan :
Bj
Berat Jenis SSD 
( Ba  Bj  Bt )
c) Berat jenis semu (apparent)
Berat jenis semu (apparent specific gravity) adalah berat jenis yang
memperhitungkan volume partikel saja tanpa memperhitungkan volume pori
yang dapat dilewati air.Atau merupakan bagian relative density dari bahan
padat yang terbentuk dari campuran partikel kecuali pori atau pori udara yang
dapat menyerap air, dapat dicari dengan :
Bk
Berat Jenis Semu 
( Ba  Bk  Bt )

4.8.2 Penyerapan
Penyerapan adalah tingkat atau kemampuan suatu bahan untuk menyerap
air, Nilai penyerapan yang disarankan < 3% berat. Besarnya penyerapan
didapatkan dengan rumus :
Bj  Bk
Penyerapan   100%
Bk

4.9 Kesimpulan dan saran


Berdasarkan perhitungan pada subbab sebelumnya didapat data-data
sebagai berikut :
a) Berat jenis kering (Bulk) = 2,65
b) Berat jenis kering jenuh permukaan = 2,67
c) Berat jenis semu (apparent) = 2,71
d) Penyerapan = 0,88
Dari data-data diatas dapat disimpulkan bahwa syarat berat jenis agregat (lebih
besar 2,50) dan penyerapan (lebih kecil 3%) terpenuhi, maka agregat dapat
digunakan dalam pembuatan campuran beton.
4.10 Lampiran
GAMBAR ALAT

Gambar Timbangan Kapasitas 20 kg

Gambar Bejana Air


Gambar Keranjang Kawat

Gambar Talam
Gambar Cawan, Sendok dan Spatula

Gambar Kuas
Gambar Oven
LAPORAN SEMENTARA
PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR

Jenis Pengujian Simbol Berat (gr)


Berat benda uji kering permukaan jenuh (SSD) Bj 2417,20
Berat benda uji kering oven Bk 2396
Berat benda uji dalam air Ba 1513

Berat jenis (Bulk) = 2,65


Berat jenis kering jenuh permukaan = 2,67
Berat jenis semu (apparent) = 2,71
Penyerapan = 0,88

Asisten/Dosen Mahasiswa

..................................... ..................................
BAB V
PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT

5.1 Maksud Praktikum


Sebagai tolak ukur klasifikasi pemeriksaan persyaratan perencanaan
campuran agregat untuk beton.

5.2 Tujuan Praktikum


Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan besarnya kadar air yang
terkandung dalam agregat dengan cara pengeringan. Kadar air agregat
merupakanperbandingan antara berat agregat dalam kondisi kering terhadap berat
semula yang dinyatakan dalam persen dan berfungsi sebagai koreksi terhadap
pemakaian air untuk campuran beton yang disesuaikan dengan kondisi agregat
lapangan. Jadi, nilai kadar air dipakai sebagai koreksi takaran air untuk adukan
beton pada agregat kondisi lapangan.

5.3 Alat Praktikum


Alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu:
1. Talam dan cawan
2. Timbangan Digital
3. Oven
4. Kuas, Sendok atau spatula, sekop, dan alat bantu lainnya.

5.4 Bahan / Benda Uji


Bahan atau benda uji yang dipakai agregat halus berdiameter maksimum
9,5 mm dengan berat minimum 1500 gram. Dan dipakai agregat kasar
berdiameter maksimum 19,1 mm dengan berat minimum 3000 gram.
5.5 Pelaksanaan
Prosedur praktikum yang dilakukan adalah :
1. Siapkan peralatan dan benda uji yang digunakan.
2. Atur timbangan digital dengan tepat dan benar.
3. Setelah timbangan diatur, timbang cawan kosong lalu catat beratnya
sebagai W1.
4. Ambil benda uji, lalu masukkan ke dalam cawan kosong tersebut.
Kemudian timbang cawan ditambah benda uji lalu catat beratnya sebagai
W2.
5. Hitung berat benda uji W3 = W2 - W1.
6. Masukkan benda uji kedalam oven untuk mendapatkan berat kering dari
benda uji.
7. Setelah keing dan dingin, tuangkan benda uji ke dalam cawan W1 lalu
timbang benda uji ditambah cawan dan catat beratnya sebagai W4.
8. Hitung berat benda uji kering W5 = W4 – W1.
9. Hitung kadar air dalam agregat = (W3 – W5) / W5 x 100 %
10. Setelah praktikum selesai, rapikan semua peralatan dan benda uji yang
dipakai.
5.6 Hasil Pengujian
Tabel hasil pemeriksaan kadar air agregat
I II
Jenis Pengujian Simbol Satuan
Pasir Kerikil
Berat cawan W1 gr 293,90 285,50
Berat cawan + contoh awal W2 gr 1813,30 2050,40
Berat cawan + cotoh kering W4 gr 1724,60 2019,80
Berat benda uji awal (W2-W1) W3 gr 1519,40 1764,90
Berat benda uji kering (W4-W1) W5 gr 1430,70 1734,30
Kadar air ((W3-W5)/W3)x100) W % 5,84 1,73

5.7 Hitungan
5.7.1 Pasir
a) Berat benda uji awal (W3)
W3 = W2 – W1
= 1813,30 – 293,90
= 1519,40 gr
b) Berat benda uji kering (W5)
W5 = W4 – W1
= 1724,60 – 293,90
= 1430,70 gr
c) Kadar air (W)
(W 3  W 5)
W  100%
W3
(1519,40  1430,70)
  100%
1519,40
= 5,84 %
5.7.2 Kerikil
a) Berat benda uji awal (W3)
W3 = W2 – W1
= 2050,40 – 285,50
= 1764,90 gr
b) Berat benda uji kering (W5)
W5 = W4 – W1
= 2019,80 – 285,50
= 1734,30 gr
c) Kadar air (W)
(W 3  W 5)
W  100%
W3
(1764,90  1734,30)
  100%
1764,90
= 1,73 %

5.8 Pembahasan
Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang
dikandung agregat dengan berat agregat dalam keadaan kering. Rumus
perhitungan kadar air :
(W 3  W 5)
W  100%
W3
dimana :
W = kadar air (%)
W3 = berat benda uji awal (gr), didapat dari berat cawan+contoh awal
(W2) dikurang berat cawan (W1).
W5 = berat benda uji kering (gr), didapat dari berat cawan+contoh kering
(W4) dikurang berat cawan (W1).
5.9 Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil perhitungan kadar air diatas dapat disimpulkan bahwa
kadar air untuk agregat halus (pasir) sebesar 5,84% dan untuk agregat kasar
(kerikil) sebesar 1,73%.
5.10 Lampiran
GAMBAR ALAT

Gambar Timbangan Digital

Gambar Talam
Gambar Cawan, Sendok dan Spatula

Gambar Kuas
Gambar Oven
I II
Jenis Pengujian Simbol Satuan
Pasir Kerikil
Berat cawan W1 gr 293,90 285,50
Berat cawan + contoh awal W2 gr 1813,30 2050,40
Berat cawan + cotoh kering W4 gr 1724,60 2019,80
Berat benda uji awal (W2-W1) W3 gr 1519,40 1764,90
Berat benda uji kering (W4-W1) W5 gr 1430,70 1734,30
Kadar air ((W3-W5)/W3)x100) W % 5,84 1,73

Asisten/Dosen Mahasiswa

..................................... ..................................
BAB VI
PENGUJIAN BERAT ISI AGREGAT HALUS DAN KASAR

6.1 Maksud Praktikum


Sebagai tolak ukur klasifikasi pemeriksaan persyaratan perencanaan
campuran agregat untuk beton.

6.2 Tujuan Praktikum


Pemeriksaan ini dilakukan untuk memperoleh angka berat isi lepas dan
padat dari agregat halus, kasar, maupun agregat campuran yang didefinisikan
sebagai perbandingan antara berat material kering dengan volumenya.

6.3 Alat Praktikum


Alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu:
1. Talam dan cawan
2. Timbangan dengan ketelitian 0,1 kg (kapasitas 50 kg)
3. Oven
4. Tongkat pemadat berdiameter 16 mm, panjang 60 cm, dengan ujung bulat
dan terbuat dari baja tahan karat.
5. Silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm dengan alat pemegang.
6. Kuas, spatula, sekop, dan alat bantu lainnya.

6.4 Bahan / Benda Uji


Bahan atau benda uji yang dipakai adalah agregat halus (pasir) dan
agregat kasar (kerikil).

6.5 Pelaksanaan
Prosedur praktikum yang dilakukan adalah :
1. Siapkan peralatan dan benda uji yang digunakan.
2. Atur timbangan digital dengan tepat dan benar.
3. Setelah benar-benar kering, benda uji dituang ke dalam nampan / talam
untuk diangin-anginkan agar suhunya berkurang.
4. Pelaksanaan Berat isi lepas (pasir) :
a. Timbang dan catat berat wadah baja yang dipakai (W1).
b. Masukkan pasir dengan hati-hati ke dalam wadah baja agar tidak
ada butiran yang keluar dengan menggunakan sekop sampai penuh.
c. Permukaan pasir diratakan dengan menggunakan mistar perata.
d. Timbang dan catat berat wadah beserta pasir (W2).
e. Hitung berat benda uji (W3 = W2 – W1).
Pelaksanaan berat isi padat (pasir) :
a. Timbang dan catat berat wadah baja yang dipakai (W1).
b. Wadah diisi dengan pasir dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap
lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat yang ditusukkan
sebanyak 25 kali secara merata.
c. Permukaan pasir diratakan dengan menggunakan mistar perata.
d. Timbang dan catat berat wadah beserta pasir (W2).
e. Hitung berat benda uji (W3 = W2 – W1).
5. Pelaksanaan berat isi lepas (kerikil) :
a. Timbang dan catat berat wadah baja yang dipakai (W1).
b. Masukkan kerikil ke dalam wadah baja menggunakan sekop
sampai penuh.
c. Permukaan kerikil diratakan dengan menggunakan tongkat
penumbuk.
d. Timbang dan catat berat wadah beserta kerikil (W2).
e. Hitung berat benda uji (W3 = W2 – W1).
Pelaksanaan berat isi padat (kerikil) :
a. Timbang dan catat berat wadah baja yang dipakai (W1).
b. Wadah diisi dengan kerikil dalam tiga lapis yang sama tebal.
Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat yang ditusukkan
sebanyak 25 kali secara merata.
c. Permukaan kerikil diratakan dengan menggunakan tongkat
penumbuk.
d. Timbang dan catat berat wadah beserta pasir (W2).
e. Hitung berat benda uji (W3 = W2 – W1).
6. Setelah praktikum selesai, rapikan semua peralatan dan benda uji yang
dipakai.
6.6 Hasil Pengujian
6.6.1 Agregat Kasar
Tinggi silinder = 30 cm
Diameter silinder = 15 cm

Lepas Padat
Jenis pengujian Simbol Satuan
I II I II
Volume silinder v l 5,30 5,30 5,30 5,30
Berat silinder W1 kg 11,20 11,20 11,20 11,20
Berat silinder + Benda uji W2 kg 18,40 18,40 18,70 18,80
Berat benda uji (w2-w1) W3 kg 7,20 7,20 7,50 7,60
Berat volume ((w2-w1)/v) W4 Kg/l 1,36 1,36 1,41 1,43
Berat isi lepas = 1,36 kg/l
Berat isi padat = 1,42 kg/l

6.6.2 Agregat halus


Tinggi silinder = 30 cm
Diameter silinder = 15 cm
Lepas Padat
Jenis pengujian Simbol Satuan
I II I II
Volume silinder v l 5,30 5,30 5,30 5,30
Berat silinder W1 kg 11,20 11,20 11,20 11,20
Berat silinder + Benda uji W2 kg 18,30 18,30 19,10 19,10
Berat benda uji (w2-w1) W3 kg 7,10 7,10 7,90 7,90
Berat volume ((w2-w1)/v) W4 Kg/l 1,34 1,34 1,49 1,49
Berat isi lepas = 1,34 kg/l
Berat isi padat = 1,49 kg/l
6.7 Hitungan
6.7.1 Agregat Halus
Tinggi silinder (t) = 30 cm
Diameter silinder (d) = 15 cm
Volume =1/4*π*d2*t
=1/4*π*0,152*0,30
=5,30*10-3 m3
=5,30 l
Berat Silinder =11,20 kg
Berat Silinder+Benda Uji
 Lepas I = 18,40 kg
 Lepas II = 18,40 kg
 Padat I = 18,70 kg
 Padat II = 18,80 kg
Berat Benda Uji
 Lepas I = 18,40-11,20 = 7,20 kg
 Lepas II = 18,40-11,20 = 7,20 kg
 Padat I = 18,70-11,20 = 7,50 kg
 Padat II = 18,80-11,20 = 7,60 kg
Berat Volume
 Lepas I = 7,20/5,30 = 1,36 kg/l
 Lepas II = 7,20/5,30 = 1,36 kg/l
 Padat I = 7,50/5,30 = 1,41 kg/l
 Padat II = 7,60/5,30 = 1,43 kg/l
Berat Isi Lepas = (1,36+1,36)/2 = 1,36 kg/l
Berat Isi Padat = (1,41+1,43)/2 = 1,42 kg/l
6.7.2 Agregat Kasar
Tinggi silinder (t) = 30 cm
Diameter silinder (d) = 15 cm
Volume =1/4*π*d2*t
=1/4*π*0,152*0,30
=5,30*10-3 m3
=5,30 l
Berat Silinder =11,20 kg
Berat Silinder+Benda Uji
 Lepas I = 18,30 kg
 Lepas II = 18,30 kg
 Padat I = 19,10 kg
 Padat II = 19,10 kg
Berat Benda Uji
 Lepas I = 18,30-11,20 = 7,10 kg
 Lepas II = 18,30-11,20 = 7,10 kg
 Padat I = 19,10-11,20 = 7,90 kg
 Padat II = 19,10-11,20 = 7,90 kg
Berat Volume
 Lepas I = 7,10/5,30 = 1,34 kg/l
 Lepas II = 7,10/5,30 = 1,34 kg/l
 Padat I = 7,90/5,30 = 1,49 kg/l
 Padat II = 7,90/5,30 = 1,49 kg/l
Berat Isi Lepas = (1,34+1,34)/2 = 1,34 kg/l
Berat Isi Padat = (1,49+1,49)/2 = 1,49 kg/l

6.8 Pembahasan
Berat isi adalah perbandingan antara berat suatu benda dan isinya,
yang biasanya dinyatakan dalam satuan kg per liter atau kg per meter
kubik. Hal ini secara angka sama dengan berat jenis, bila volume benda
diukur atau ditentukan bagi masing-masing butirannya.
Semakin besar berat isi agregat akan menghasilkan stabilitas yang
tinggi serta dapat memberikan rongga antar butiran yang kecil. Berat isi
agregat tidak boleh lebih kecil dari 1 kg/dm3 (1kg/l). Berat isi agregat
didapat persamaan :
W
Berat Isi 
V
dimana :
W = berat benda uji (kg)
V = volume wadah (liter)

6.9 Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan perhitungan berat isi agregat, dapat disimpulkan bahwa :
a) Agregat Halus
- Berat isi lepas = 1,36 kg/l
- Berat isi padat = 1,42 kg/l
b) Agregat Kasar
- Berat isi lepas = 1,34 kg/l
- Berat isi padat = 1,49 kg/l
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa agregat kasar dan agregat halus
memilik berat isi kurang dari 1kg/l.
6.10 Lampiran
GAMBAR ALAT

Gambar Silinder dan Batang Penumbuk

Gambar Timbangan Timbangan dengan ketelitian 0,1 kg (kapasitas 50 kg)


Gambar Talam

Gambar Cawan, Sendok dan Spatula


Gambar Kuas

Gambar Oven
A. Agregat Kasar
Tinggi silinder = 30 cm
Diameter silinder = 15 cm

Lepas Padat
Jenis pengujian Simbol Satuan
I II I II
Volume silinder v l 5,30 5,30 5,30 5,30
Berat silinder W1 kg 11,20 11,20 11,20 11,20
Berat silinder + Benda uji W2 kg 18,40 18,40 18,70 18,80
Berat benda uji (w2-w1) W3 kg 7,20 7,20 7,50 7,60
Berat volume ((w2-w1)/v) W4 Kg/l 1,36 1,36 1,41 1,43
Berat isi lepas = 1,36 kg/l
Berat isi padat = 1,42 kg/l
B. Agregat halus
Tinggi silinder = 30 cm
Diameter silinder = 15 cm

Lepas Padat
Jenis pengujian Simbol Satuan
I II I II
Volume silinder v l 5,30 5,30 5,30 5,30
Berat silinder W1 kg 11,20 11,20 11,20 11,20
Berat silinder + Benda uji W2 kg 18,30 18,30 19,10 19,10
Berat benda uji (w2-w1) W3 kg 7,10 7,10 7,90 7,90
Berat volume ((w2-w1)/v) W4 Kg/l 1,34 1,34 1,49 1,49
Berat isi lepas = 1,34 kg/l
Berat isi padat = 1,49 kg/l

Asisten/Dosen Mahasiswa

..................................... ..................................
BAB VII
PERANCANGAN CAMPURAN BETON

7.1 Maksud Praktik


Pada tahap ini dijabarkan tahap-tahap perancangan campuran beton
sebagai tolak ukur dalam pembuatan beton.

7.2 Tujuan Praktikum


Didapat campuran beton yang dapat menghasilkan beton yang sesuai
dengan kriteria kuat rencana dan bisa diterima.

7.3 Alat Praktikum


1. Alat tulis ( buku, pena, penggaris)
2. Alat hitung (kalkulator)

7.4 Pelaksanaan
Tahap-tahap perhitungan campuran beton disesuaikan dengan formulir isian
yang disediakan dan pada tahap-tahap tertentu digunakan grafik dan tabel
yang terlampir.
7.5 Hasil
Formulir Isian Rancangan Campuran Beton
Tabel/grafik/
No Uraian Nilai
perhitungan
1 Kuat tekan yang disyaratkan (benda Ditetapkan 17,5 Mpa, K175
uji silinder)
2 Deviasi standar (s) Tabel 7.4 8 N/mm²
3 Nilai tambah (margin) Perhitungan 15,14 Mpa
4 Kekuatan rata-rata yang ditargetkan Perhitungan 32,64 Mpa
5 Jenis semen Ditetapkan Type I, HOLCIM
6 Jenis agregat kasar Ditetapkan Batu pecah ½ (10-
20 mm)
Jenis agregat halus Ditetapkan Pasir
7 Faktor air semen bebas Gb.L-3-1 0,4346
8 Faktor air semen maksimum Tabel 7.6 0,60
9 Slump Ditetapkan (60-180) mm
10 Ukuran agregat maksimum Ditetapkan 20 mm
11 Kadar air bebas Perhitungan 205
12 Jumlah semen Perhitungan 471,6981
13 Jumlah semen maksimum Ditetapkan -
14 Jumlah semen minimum Tabel 7.15 275
15 Faktor air semen yang disesuaikan Perhitungan 0,7454
16 Susunan besar butir agregat halus Tabel 7.16 Zona 1, kasar
17 Persen agregat halus Gb L-7.2 57,0625
18 Berat jenis relatif agregat gabungan Perhitungan 2,6129
19 Berat isi beton Gb. L-8.1 2350 kg/cm³
20 Kadar agregat gabungan Perhitungan 1673,3019 kg/cm³
21 Kadar agregat halus Perhitungan 954,8279 kg/cm³
22 Kadar agregat kasar Perhitungan 718,4740 kg/cm³
23 Proporsi campuran : (/m³)
-semen Ditetapkan 275 kg
-air Ditetapkan 205 lt/kg
-agregat halus Ditetapkan 954,8279 kg
-agregat kasar Ditetapkan 718,4740 kg
24 Koreksi proporsi campuran: (/m³)
-semen Perhitungan 1
-air Perhitungan 0,5778
-agregat halus Perhitungan 3,6177
-agregat kasar Perhitungan 2,6346

7.6 Hitungan
1. Kuat Tekan (fc’) = 17,5 MPa
2. Deviasi standar (s ) = 8 N/mm²

3. Nilai tambah (m), dihitung dengan 2 rumus :


- m = 1,34 . S = 1,34 . 8 = 10,72 MPa
- m = 2,33 S – 3,5 = 2,33 . 8 – 3,5 = 15,14 MPa
hasil perhitungan diatas diambil nilai terbesar yaitu m = 15,14 MPa
4. Kekuatan rata-rata yang ditargetkan : f’cr = fc’ + m
= 17,5 + 15,14
= 32,64 Mpa
5. Jenis semen, ditetapkan menggunakan semen tipe I (Holcim)
6. Jenis agregat
a. Jenis agregat kasar ditetapkan menggunakan batu pecah ½ (10-
20 mm)
b. Jenis agregat halus ditetapkan menggunakan pasir
7. Faktor air semen bebas (fas) didapat dengan menggunakan grafik
hubungan faktor air semen dan kuat tekan silinder beton, didapat fas =
0,4346

8. Faktor air semen maksimum ditetapkan berdasarkan Tabel 7.6 Faktor


Air Semen Maksimum (Lampiran), diambil 0,6 (beton didalam
ruangan dengan kondisi di sekeliling non-korosif)
9. Nilai slump ditetapkan (60-180)mm
10. Ukuran agregat maksimum ditetapkan 20 mm
11. Kadar air bebas ditentukan dengan menggunakan Tabel L-6-1, didapat
Wh = 195 ; Wk = 225
Maka : Wair = 2/3. Wh + 1/3. Wk
= 2/3. (195) + 1/3. (225)
= 205
Wh

Wk

12. Jumlah semen : Wsmn = Wair/fas


= 205/0,4346
= 471,6981
13. Jumlah semen maksimum tidak ditetapkan
14. Jumlah semen minimum dari tabel 7.15 ditetapkan sebesar 275
15. Faktor air semen yang disesuaikan = Wair / jumlah semen minimum
= 205 / 275
= 0,7454
16. Susunan besar butir agregat halus dilihat pada tabel dan grafik agregat
halus, terdapat pada zona 1 (kasar)
17. Persen agregat halus, dengan menggunakan gambar L-7.2 didapat :
Batas atas (Ba) = 51,625
Batas bawah (Bb) = 62,5
Maka, % agregat halus = (Ba+Bb)/2
= (51,625 + 62,5)/2
= 2,6129

18. Berat jenis relatif gabungan di cari dengan persamaan berikut,

Dimana :
% agregat halus = 57,0625
% agregat kasar = 100 – 57,0625 = 42,9375
Bj SSD agregat halus = 2,57
Bj SSD agregat kasar = 2,67

Maka : Bj relatif gabungan = * +

= 2,6125
19. Berat isi beton dengan menggunakan Gb.L-8-1 didapat 2350 kg/cm³

20. Kadar agregat gabungan = berat isi beton – (Wsmn + Wair )


= 2350 – (471,6981 + 205 )
= 1673,3019 kg
21. Kadar agregat halus = % agregat halus x Kadar agregat gabungan
= 57,0625 x 1673,3019
= 954,8279 kg
22. Kadar agregat kasar = Kadar agregat gabungan–kadar agregat halus
= 1673,3019 – 954,8279
= 718,4740 kg
23. Proporsi Campuran :
- Semen = 275 kg
- Air = 205
- Agregat halus = 954,8279 kg
- Agregat kasar = 718,4740 kg
24. Koreksi proporsi campuran menggunakan persamaan dibawah ini ;

( )

( )

( ) ( )

Dimana :
C = proporsi agregat halus
Ck = Kadar air agregat halus
Ca = Penyerapan agregat halus
D = proporsi agregat kasar
Dk = Kadar air agregat kasar
Da = Penyerapan agregat kasar
B = Air

Maka, koreksi proporsi campuran adalah sebagai berikut :


- Semen = 275 kg

- ( )

= 994,8709 kg

- ( )

= 724,5278 kg

- ( ) ( )

= 158,9033
Sehingga didapat proporsi campuran :
Semen : Agregat halus : Agregat kasar : Air
1 : 3,6177 : 2,6346 : 0,5778
7.7 Kesimpulan
Berdasar perhitungan pada subbab sebelumnya didapat berat untuk
masing-masing bahan penyusun beton :
- Semen : 275 kg
- Agregat halus : 994,8709 kg
- Agregat kasur : 724,5278 kg
- Air : 158,9033 liter
Sehingga proporsi untuk berat bahan penyusun didapat :
Semen : Agregat halus : Agregat kasar : Air
1 : 3,6177 : 2,6346 : 0,5778
7.8 Lampiran
Tabel 7.16 Batas Gradasi Agregat Halus
BAB VIII
CARA PENGADUKAN BETON

8.1 Maksud Praktikum


Pada percobaan ini diuraikan cara-cara mencampur bahan-bahan dasar
pembuatan campuran beton dengan mesin pengaduk.

8.2 Tujuan Praktikum


Mencampurkan beberapa bahan baku seperti semen, pasir (agregat halus),
kerikil (agregat kasar), dan air untuk memperoleh beton segar.

8.3 Alat Praktikum


Alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu:
1. Mesin pengaduk (molen)
2. Timbangan dengan ketelitian 0,1 kg (kapasitas 50 kg)
3. Tabung ukur
4. Alat pengaduk
5. Sekop dan alat bantu lainnya

8.4 Bahan / Benda Uji


Bahan atau benda uji yang dipakai adalah semen, pasir (agregat halus),
kerikil (agregat kasar), dan air.

8.5 Pelaksanaan
Prosedur praktikum yang dilakukan adalah :
1. Siapkan peralatan dan benda uji yang digunakan.
2. Timbang berat benda uji yang diperlukan yang telah dihitung pada
BAB VII.
3. Setelah benda uji ditimbang, masukkan pasir dan kerikil ke dalam
mesin pengaduk. Lalu hidupkan mesin pengaduk agar pasir dan kerikil
tercampur merata.
4. Matikan mesin, masukkan semen ke dalam mesin pengaduk.
Kemudian hidupkan mesin pengaduk agar semen, pasir, dan kerikil
tercampur merata.
5. Setelah 3 campuran tadi merata, tuangkan air yang dibutuhkan sedikit
demi sedikit ke campuran tadi sambil mesin pengaduk dalam keadaan
hidup.
6. Setelah semua campuran merata, selanjutnya keluarkan adukan beton
segar dari mesin pengaduk dan tampunglah ke dalam bejana yang
cukup besar.
7. Bila hasil adukan beton segar ini akan digunakan untuk pengujian
beton seperti pemeriksaan slam dan uji tekan beton, maka percetekan
silinder/kubus harus dilakukan sesegera mungkin setelah pengadukan
selesai.
8. Setelah praktikum selesai, rapikan semua peralatan dan benda uji yang
dipakai.
8.6 Lampiran
GAMBAR ALAT

Gambar Mesin Pengaduk (Molen)

Gambar Timbangan Timbangan dengan ketelitian 0,1 kg (kapasitas 50 kg)


Gambar Sekop

Gambar Tabung Ukur


BAB IX
PEMERIKSAAN SLAM BETON SEGAR

9.1 Maksud Praktikum


Kelecakan (consistency) beton segar umumnya diuji dengan uji slam
(slump). Dengan slam diperoleh nilai slam yang dipakai sebagai tolak ukur
kelecakan beton segar, yang berhubungan dengan tingkat kemudahan pengerjaan
beton.

9.2 Tujuan Praktikum


Untuk mengetahui cara memeriksa slam adukan beton segar.

9.3 Alat Praktikum


Alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu:
1. Kerucut slam (cetakan) diameter atas 10cm, diameter dasar 20cm,
dan tinggi 30cm.
2. Plat besi rata sebagai alas dasar corong.
3. Mistar pengukur slam.
4. Batang penumbuk.
5. Talam.
6. Sendok dan alat bantu lainnya.

9.4 Bahan / Benda Uji


Bahan atau benda uji yang dipakai adalah beton segar yang telah
dijelaskan pada BAB VIII.

8.5 Pelaksanaan
Prosedur praktikum yang dilakukan adalah :
1. Siapkan peralatan dan benda uji yang digunakan.
2. Letakkan plat besi pada permukaan lantai atau tanah yang rata.
3. Basahi corong cetakan kemudian letakkan di atas plat besi. Injak kedua
kuping corong dengan kedua kaki secara kuat berdiri selama pengisian
corong dilakukan agar corong terlihat kaku pada saat pengisian beton
segar ke dalamnya.
4. Isilah beton segar ke dalam corong dalam 3 lapis, yang masing-masing
dituang sekitar 1/3 volume corong. Setiap kali pengisian beton segar ke
dalam cetakan, ratakan dengan cara menggunakan sendok tanpa perlu
ditekan agar penyebaran beton segar di dalam corong merata. Tusuklah
setiap lapis beton segar dengan batang baja sebanyak 25 kali.
Penusukan harus merata selebar permukaan lapisan dan tidak boleh
sampai mengenai lapisan beton sebelumnya.
5. Setelah lapisan beton segar yang terakhir selesai ditusuk, kemudian
masukkan lagi bagian atas beton, dan diratakan sehingga rata dengan
sisi atas corong cetakan. Kemudian bersihkan alas disekitar corong dari
beton segar yang tercecer.
6. Kemudian tariklah cetakan corong ke atas dengan pelan-pelan dan hati-
hati sehingga benar-benar tegak ke atas.
7. Lalu ukur nilai slam dengan mistar pengukur slam
8. Benda uji beton segar yang terlalu cair akan tampak yaitu bentuk
kerucutnya hilang sama sekali, dan bila demikian maka nilai slam tidak
dapat diukur sehingga benda uji harus diulang. Beton yang mempunyai
perbandingan campuran yang baik, mempunyai kelecakan yang baik,
dan akan menampakkan penurunan bagian atas secara pelan-pelan dan
bentuk kerucut semula tidak hilang.
9. Setelah slam beton segar diperiksa danbila beton segar ini akan
digunakan untuk uji tekan beton, maka percetekan silinder/kubus harus
dilakukan sesegera mungkin.
10. Setelah praktikum selesai, rapikan semua peralatan dan benda uji
yang dipakai.
10.5 Hasil Pengujian
Dengan mengukur hasil pengujian, diperoleh nilai slam dengan nilai 11,1
cm
10.6 Kesimpulan dan
Dengan mengukur hasil pengujian, diperoleh nilai slam dengan nilai
11,1 cm. Untuk syarat awal nilai slam ditetapkan sebesar 6-18 cm, sehingga
hasil uji slam untuk kelompok kami bisa diterima, karena masih berada pada
nilai 6-18 cm.
10.7 Lampiran
GAMBAR ALAT

Gambar Kerucut Slam

Gambar Plat besi dan Mistas Pengukur Slump


Gambar Sekop

Gambar Talam
BAB X
PEMBUATAN SILINDER BETON

10.1 Maksud Praktikum


Pada percobaan ini diuraikan cara-cara membuat silinder beton dari bahan
adukan beton.

10.2 Tujuan Praktikum


Untuk mengetahui cara membuat silinder beton sebagai benda uji terhadap
kuat tekan beton.

10.3 Alat Praktikum


Alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu:
1. Cetakan silinder dengan diameter dalam 15 cm, tinggi 30 cm, dan
berat isi 9kg
2. Timbangan dengan ketelitian 0,1 kg dan dengan kapasitas 50 kg
3. Batang baja
4. Sekop, sendok semen, dan alat bantu lainnya.

10.4 Bahan / Benda Uji


Bahan atau benda uji yang dipakai adalah
1. Adukan beton dengan perbandingan :
a. Air : 0,5778
b. Semen :1
c. Pasir : 3,6177
d. Kerikil : 2,6346
2. Minyak atau vaselin sebagai pelicin cetakan
10.5 Pelaksanaan
Prosedur praktikum yang dilakukan adalah :
1. Siapkan peralatan dan benda uji yang digunakan.
2. Masukkan adukan beton dalam 3 lapisan dengan setiap lapisan dilakukan
penusukan sebanyak 25 kali dengan batang baja.
3. Setelah lapis ketiga selesai ditusuk, penuhilah bagian atas cetakan dengan
adukan beton kemudian ratakan dengan tongkat perata hingga permukaan
atas adukan beton rata dengan bagian atas cetakan.
4. Pindahkan cetakan yang telah terisi adukan beton ke tempat penyimpanan.
5. Kemudian setelah 18 jam sampai 24 jam sejak percetakan benda uji harus
dikeluarkan.
6. Bersihkan benda uji dari kotoran yang mungkin melekat, kemudian diberi
tanda agar menjadi pembeda dengan benda uji lain.
7. Benda uji direndam didalam bak berisi air selama 7 hari.
8. Setelah praktikum selesai, rapikan semua peralatan dan benda uji yang
dipakai.
10.6 Lampiran
GAMBAR ALAT

Gambar Silinder

Gambar Timbangan Timbangan dengan ketelitian 0,1 kg (kapasitas 50 kg)


Gambar Sekop

Gambar Talam
BAB XI
UJI TEKAN SILINDER BETON

11.1 Maksud Praktikum


Dengan pengujian dapat diketahui sifat fisika dan mekanika dari silinder
beton

11.2 Tujuan Praktikum


Untuk meninjau sifat-sifat beton atas beton tekan dan untuk memeriksa
sifat-sifat fisika dan mekanika yang salah satunya adalah nilai kuat tekannya.

11.3 Alat Praktikum


Alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu:
1. Timbangan dengan kapasitas 20 kg
2. Mesin uji tekan
3. Kain untuk mengeringkan benda uji

10.4 Bahan / Benda Uji


Silinder beton diameter 150mm dan tinggi 300mm yang telah direndam
selama 7 hari

11.5 Pelaksanaan
Prosedur praktikum yang dilakukan adalah :
1. Angkat benda uji dari bak yang berisi air, kemudian dikeringkan
dengan kain hingga permukaannya kering menyeluruh.
2. Timbang benda uji agar diketahui berat dari masing-masing benda uji,
kemudian data berat benda uji dicatat.
3. Siapkan mesin uji tekan, letakkan benda uji pada alat uji tekan.
11.6 Hasil Pengujian
Hasil uji tekan silinder beton untuk umur tujuh hari

No.Benda uji P maks(KN) Sket keruntuhan

B1 170

B2 145

B3 135
11.7 Hitungan
Luas A P/A
No. Tanda sandi P maks (Kg)
(Cm2) (Kg/Cm2)
1 K1 176,7146 17323 150,8125
2 K2 176,7146 14775,5 128,6342
3 K3 176,7146 13756,5 119,7629
Rata-rata;(K1+K2+K3)/3 133,0699

Tegangan beton pada umum 7 hari


Diketahui : Diameter (d)=15cm
P maks B1 =170 KN
P maks B2 =145 KN
P maks B3 =135 KN
Maka:
Luas (A) =1/4.π.d2
=1/4.π.(15)2
=176,7146 cm2

Tegangan beton 1 (K1)=Pmaks x 101,9 : A :faktor koreksi umur 7 hari


=170 x 101.9 : 176,7146 :0.65
=150,8125 Kg/cm2
Tegangan beton 2 (K2)=Pmaks x 101,9 : A : faktor koreksi umur 7 hari
=145 x101,9 :176,7146 :0,65
=128,6342 Kg/cm2
Tegangan beton 3 (K3)=Pmaks x 101,9 : A :faktor koreksi umur 7 hari
=135 x 101,9 : 176,7146 : 0,65
=110,7629 Kg/cm2
Rata-rata Tegangan =K1+K2+K3/3=133,0699 Kg/cm2
11.8 Pembahasan
Nilai tegangan didapat dengan menggunakan persamaan berikut :

Dimana :
σ = Tegangan beton (kg/cm²)
P = Gaya tekan (kg)
A = Luas bidang tekan (cm²)

Nilai tegangan beton merupakan nilai tegangan yang terjadi pada umur
beton tertentu, oleh karena itu diperlukan nilai pengali yang berfungsi sebagai
faktor koreksi pada usia beton tertentu. Nilai faktor koreksi dapat dilihat pada
tabel berikut :
No. Umur beton Faktor koreksi
( Hari )
1 3 0,4
2 7 0,65
3 14 0,88
4 21 0,95
5 28 1

11.9 Kesimpulan
Berdasar data dari uji tekan silinder beton didapat rerata kuat tekan
beton sebesar 133,0699 Kg/cm2 (133 Mpa). Dari hasil uji tersebut dapat
disimpulkan bahwa kuat tekan silinder tidak memenuhi kuat tekan rencana
(fc’).
11.10 Lampiran
GAMBAR ALAT

Gambar Timbangan Kapasitas 20 kg

Gambar Mesin Uji Tekan Beton

Anda mungkin juga menyukai