Anda di halaman 1dari 5

arti sebuah natal - Thread Not Solved Yet

Terkadang sungguh ajaib rasanya jika kita memperhatikan betapa cepatnya waktu itu berjalan.
Rasanya seperti baru kemarin hari Natal tahun lalu. Rasanya baru seperti kemarin kita membuat
janji tahun baru. BAAM!!! Tiba-tiba kita sudah berada di Bulan Desember lagi. Tiba-tiba sudah
mau hari Natal lagi.
Saya yakin bahwa sebagian besar dari kita menyukai apabila Natal datangnya cepat. Hampir kita
semua akan setuju bahwa bagi kita hari Natal adalah hari yang spesial bagi kita masing-masing.
Tatkala kita berada di malam Natal (Christmas Eve), rasanya dunia berubah jadi berbeda.
Menjadi begitu sejuk, begitu nyaman, begitu enak. Hampir semua orang tersenyum manis di
waktu Natal. Suasana kota yang biasanya begitu sibuk dan acuh tak acuh itu, tiba-tiba menjadi
begitu ramah, begitu damai dan terlihat melambat di malam Natal.

Ada juga di antara yang kita yang bahkan Bangun pagi secara berbeda di pagi Natal. Kita bangun
dengan begitu gembira sambil menyadari dalam hati, “Ini hari Natal.” Entah apa yang membuat
kita menjadi begitu bahagia di hari Natal. Apakah karena ada kado Natal? (Mungkin tidak semua
kita memiliki kado Natal setiap tahun, jadi saya rasa bukan karena kadonya.) Apa karena hari
natal libur? (Saya rasa bukan juga karena itu, karena di hari libur lainnya kita tidak merasa
bahagia seperti ini.) Jadi karena apa kita merasa begitu bahagia di hari Natal? Sungguh heran
juga bahwa kita kadang-kadang bisa menjadi begitu bahagia tanpa tahu dengan jelas mengapa
kita bahagia.

Dan mungkin ada juga yang saat ini merasa kehilangan kebahagiaan dan kedamaian Natal, entah
karena apapun. Mungkin karena kita sedang sedih pada Natal tahun ini, karena alasan yang
hanya kita sendiri yang tahu. Mungkin kesedihan kita itu, membuat kita tidak lagi dapat
merasakan kebahagiaan dan kedamaian Natal itu.
Atau mungkin saja anda tiba-tiba saja merasa kehilangan kebahagiaan dan kedamaian Natal.
Anda sendiri bingung mengapa hal ini terjadi. Tiba-tiba saja rasanya tahun ini, hari Natal
menjadi biasa saja, tidak seperti Natal di tahun-tahun lalu.

Untuk mengerti makna Natal yang sejati, salah satu caranya adalah dengan kembali kepada
peristiwa Natal pertama. Mari kita kembali menggali kembali beberapa (hanya beberapa) makna
Natal dari tangan pertama, dari orang-orang yang terlibat langsung dalam peristiwa itu. Kita
melihat kembali ke peristiwa Natal pertama yang sudah lalu, dan bertanya kepada orang-orang
yang ada dan terlibat dalam peristiwa Natal pertama. Apakah makna Natal bagi mereka?

1. Makna Natal bagi Orang Majus: Pelajaran untuk Rendah Hati (Mat 2:1-2)
Siapakah orang Majus itu sebenarnya dan dari manakah asal mereka? Ada sebuah gurauan yang
mengatakan bahwa orang Majus itu pastilah seorang pengangguran. Kalau tidak mengapa
mereka memiliki waktu untuk memperhatikan bintang?

Yang jelas, mereka bukanlah orang Yahudi (orang Israel). Oleh Matius, dikatakan bahwa mereka
datangnya dari daerah timur; yang kemungkinan besar adalah Arabia, Babel, Media, atau
Khaldea. Daerah yang cukup jauh dari daerah Betlehem, di Israel. Orang Majus dikatakan
memiliki fungsi sebagai imam (agama non-Yahudi); dan selain itu mereka juga mempelajari
astronomi, astrologi, ilmu pengetahuan umum, dan juga seringkali ilmu-ilmu sihir. Dalam
pemerintahan, biasanya mereka memiliki posisi yang penting. Jadi, orang-orang Majus ini
bukanlah orang-orang biasa, yang tidak memiliki kepintaran atau keahlian tertentu, dan pasti
bukan seorang pengangguran. Mereka adalah orang-orang terhormat di tempat asal mereka.

Begitu setelah orang-orang Majus ini mendapatkan tanda dari bintang bahwa seorang Raja
Yahudi telah dilahirkan, sesuai dengan nubuat akan pengharapan kedatangan Mesias yang
kemungkinan besar mereka pelajari dari buku-buku kitab suci orang Yahudi; orang-orang Majus
ini pergi mengikuti bintang itu, sampai jauh-jauh ke Yerusalem. Dengan tujuan apa sampai
mereka begitu Antusias untuk pergi sejauh itu? Matius mencatat, mereka pergi untuk
menyembah Dia, Raja yang baru lahir itu.
Orang-orang Majus ini dengan sangat jelas menyadari apa arti penting dari Raja yang baru lahir
itu. Mereka dengan jelas mengetahui dan mempercayai bahwa Dia adalah bukan sembarang raja.
Bayi yang baru lahir ini adalah Raja dari segala raja dan pemerintahannya berlaku atas seluruh
alam semesta. Mereka menyadari bahwa bayi yang baru lahir ini akan memberi dampak kosmik
yang luas. Oleh karena itulah, mereka pergi untuk menyembah Dia.

Bagaimana dengan kita? Apakah kelahiran bayi Tuhan Yesus memiliki arti yang sangat penting
bagi kita? Sehingga kita rela untuk pergi begitu jauh untuk menyembah Dia? Sehingga kita rela
meninggalkan sementara kesibukan kita yang lain dan pergi untuk menyembah Dia? Apakah
pergi ke gereja mencari Tuhan dan menyembah Tuhan masih merupakan hanya sebuah pilihan di
antara banyak pilihan bagi kita di hari minggu pagi (sore), ataukah itu adalah satu-satunya
pilihan??? Apakah menyembah Tuhan memiliki posisi penting di dalam kehidupan kita sehingga
kita rela meninggalkan sementara segala kesibukan kita yang lain apabila waktu untuk
menyembah Tuhan, waktu untuk beribadah, waktu untuk melayani Tuhan datang??? Mari kita
evaluasi diri kita kembali.

Bayangkan hal ini, saudara-saudara. Pergi ke tempat yang begitu jauh pada zaman itu, tidak
sama dengan di zaman sekarang yang sudah tersedia pesawat, helikopter, atau setidaknya mobil.
Belum ada kendaraan pada waktu itu, kecuali unta atau kuda dengan kereta. Sekaya-kayanya
orang pada zaman itu, mereka tidak dapat menggunakan Mercy untuk bepergian (karena
memang belum ada). Dan, pastilah mereka mendapati banyak tantangan dan rintangan dalam
perjalanan yang sejauh itu. Bayangkan bahaya apa yang mengintai mereka sepanjang perjalanan
mereka; bisa apa saja: alam yang tidak bersahabat, penyakit, atau perampok. Namun mereka
pergi juga. Mereka tidak menyerah atau takut.

Kalau kita bertanya kepada orang Majus, apakah makna Natal bagi mereka? Maka mereka akan
menjawab, “Natal adalah saat untuk mulai belajar bersikap rendah hati”. Oleh karena apa? Oleh
karena seharusnya kita malu di hadapan Allah apabila kita mengingat bagaimana kita sering
mengecewakan Dia dengan dosa-dosa yang kita perbuat. Ia, Allah yang Maha Besar, Maha
Kudus, dan Agung itu, rela turun ke dunia, menjadi seorang bayi, yang lahir di kandang domba,
hanya karena Ia mengasihi kita. Hanya karena Ia ingin datang mendekat kepada kita. Dan Ia
layak untuk memperoleh semua kemulian, hormat, dan pujian kita lebih dari apapun.

Dengan semua ini, tidakkah kita dapat untuk belajar bersikap rendah hati di hadapan Allah?
Natal adalah saat di mana kita mengingat kembali untuk belajar bersikap rendah hati di hadapan
Allah. Siapapun kita, sehebat atau sepandai apapun kita, sekaya apapun kita, lepaskan itu semua
di hadapan Allah. Mari kita bersikap rendah hati di hadapan Allah dan menyembah Dia dalam
kehidupan kita.

Saat waktu untuk menyembah Tuhan, waktu untuk beribadah tiba, mari kita tinggalkan semua
sementara dan datang menyembah Tuhan. Hal ini berarti tidak ada lagi hari minggu yang bolong
kebaktian. Hal ini berarti tidak ada lagi saat teduh setiap hari yang bolong-bolong “sekali-kali”.
Siapakah di antara kita yang mau berjanji ketika waktu untuk menyembah Tuhan tiba, saya akan
datang untuk menyembah Tuhan? Tidak ada lagi bolong2.

2. Makna Natal bagi Para Gembala: Alasan untuk Memuji Allah (Luk 2:20)
Pernahkah anda membayangkan bagaimana kira-kira terjadinya peristiwa itu, waktu para
gembala mendapatkan berita sukacita mengenai kelahiran Kristus? Waktu itu malam hari,
banyak bintang di langit, udara malam yang menusuk, dan para gembala sedang menjaga
kawanan ternak mereka. Mungkin juga di antara para gembala itu ada yang sudah dalam keadaan
tertidur lelap. Namun tiba-tiba tampaklah malaikat Tuhan yang datang diliputi oleh sinar
kemuliaan Tuhan yang bersinar sangat terang, membuat mereka begitu terkejut dan ketakutan.

Malaikat itu berkata kepada mereka agar mereka tidak menjadi takut karena bukan berita
bencana yang akan mereka dengar, melainkan berita sukacita mengenai kelahiran Kristus di Kota
Daud (Betlehem). Para gembala yang hanya bisa terdiam itu, tiba-tiba juga mendengarkan
sejumlah malaikat yang tiba-tiba menampakkan diri dan kemudian memuji Allah, mungkin
merupakan paduan suara yang terindah yang pernah ada di bumi.

Yang terpenting adalah bagaimana respons mereka setelah mendengarkan berita sukacita ini,
mempercayainya, dan menemukan kebenaran dari berita sukacita itu di Betlehem. Setelah
bertemu dengan Anak itu dan menyaksikan bahwa berita sukacita yang mereka dengarkan adalah
benar, mereka memuji dan memuliakan Allah.

Mengapakah mereka memuji dan memuliakan Allah? Karena mereka tahu bahwa kehadiran
Anak itu ke dalam dunia adalah suatu yang menakjubkan, suatu bukti tanda kasih Allah kepada
manusia yang sangat besar. Allah adalah benar-benar Immanuel (Allah menyertai kita).
Hanya Allah kita yang mau dan mampu untuk datang mendekat kepada kita. Sementara agama
lain mengajarkan bahwa untuk mendekati allah, mereka harus berupaya dengan keras, harus
berpuasa, harus berdoa semalam suntuk; tetapi agama lain tidak pernah mengajarkan bahwa allah
mereka mau untuk berinisiatif mendekati mereka. Hanya Allah kita, Tuhan Yesus Kristus, yang
bersedia untuk datang mendekati manusia. Mengapa? Karena Allah tahu, jika dekat kepada Allah
bergantung kepada usaha manusia, kita semua tidak ada yang akan berhasil mendekati Allah.
Kita hanya bisa mendekati Allah kalau Allah yang mendekat kepada kita.

Dan apa dampaknya jika Allah mendekat kepada kita? Jika Allah beserta dengan kita? Ilustrasi:
keluhan para korban bencana akan baiknya fasilitas penanggulangan bencana hanya jika
presidennya hadir, setelah pak presiden pulang, semua fasilitas yang baik itu menghilang.

Bagaimanakah dengan kita? Natal seharusnya mengingatkan kita bahwa kasih Allah yang
terbesar telah dinyatakan. Ia berjanji akan datang menyelamatkan kita dari hukuman kekal, dan
Ia telah datang. Sadarkah kita bahwa masalah yang sangat penting seringkali disebut sebagai
masalah hidup dan mati; dan ini adalah masalah hidup dan mati yang sesungguhnya. Tanpa
Kristus mau lahir di dunia, kita benar-benar akan sengsara di neraka. Sadarkah bahwa Tuhan
Yesus tidak pernah berkewajiban untuk menyelamatkan kita dari neraka?

Maka, merayakan Natal adalah momen untuk kita benar-benar menemukan kembali
kebahagiaan, bahagia karena menyadari kita adalah orang-orang yang dikasihi Tuhan dengan
cara yang luar biasa. Merayakan Natal adalah momen yang sangat tepat untuk kita menemukan
kembali alasan untuk memuji Tuhan dengan penuh antusias, semangat, dan total.

3. Makna Natal bagi Maria: Pelajaran tentang Ketaatan dalam Iman (Luk. 1:37)
Maria adalah orang pertama di bumi yang mengetahui akan adanya hari Natal. Bayangkan betapa
terkejutnya Maria ketika mendengar berita ini, dia akan mengandung seorang anak, walaupun dia
belum menikah. Apa saja yang sempat ia pikirkan ketika mendengar hal itu.

Tidakkah ia akan ketakutan dan penuh rasa kuatir? Pertama, karena tiba-tiba didatangi oleh
seorang malaikat, dan kemudian karena mendengar bahwa dia akan mengandung tanpa suami.
Apa yang akan terjadi kalau masyarakat tahu bahwa dia telah mengandung sebelum ia bersuami?
Hal itu berarti hukuman mati, dirajam dengan batu. Atau bahkan lagi, apa yang akan terjadi
kalau sampai keluarganya atau lebih lagi Yusuf, calon suaminya, tahu? Bayangkan jika hal ini
terjadi pada anda. Tidakkah anda juga akan menjadi takut dan kuatir?

Namun, ketakutan dan kekuatiran Maria itu kemudian segera berganti menjadi sukacita yang
besar. Ketika ia diberitahu bahwa ia akan mengandung Anak Allah, ia dapat menjadi tenang.
Karena apa? Karena Maria beriman kepada Allah. Jika ini adalah kehendak Tuhan, rencana
Tuhan, maka pasti Allah akan menolong dia untuk menjawab semua kekuatirannya itu. Allah
tidak akan lepas tangan. Tatkala hal itu adalah termasuk dalam rencana Allah, maka pasti Allah
akan mengurus segalanya, termasuk bagaimana caranya memberikan penjelasan kepada Yusuf.
Maria beriman kepada Allah, dan karena itulah Ia dapat taat kepada Allah.

Saudara-saudara, tatkala Tuhan memberikan kepada kita suatu tanggung jawab atau suatu
permasalahan hidup, mari kita juga belajar dari Maria. Percayalah bahwa semuanya ada dalam
rencana Allah. Dan tatkala kita dengan setia taat kepada Allah dan berjalan dalam rencana-Nya,
maka Ia akan mengurus segalanya. Kita tidak perlu terlalu kuatir. Kita tidak perlu takut. Kita
tidak akan dicobai sampai melebihi dari kekuatan kita (I Kor 10:13). Dan segala perkara akan
dapat ditanggung oleh kita karena Ia akan memberikan kekuatan yang kita perlukan (Flp 4:13).

Pada Natal kali ini, mari kita belajar berkata seperti Maria, “Tuhan, aku ini hamba-Mu. Jadilah
sesuai dengan kehendak-Mu.” Mari kita belajar taat kepada Tuhan tanpa merasa kuatir akan
dampaknya kemudian. Tuhan tidak akan lepas tangan dan tidak menghargai apabila kita mau
mentaati Dia.

Tuhan tidak akan lepas tangan bagi para siswa atau mahasiswa yang mau untuk berhenti
menyontek. Tidak akan mereka sampai tidak lulus ujian. Tuhan tidak akan tidak menghargai
bagi mereka yang mau taat kepada Tuhan dan tidak lagi mau melakukan KKN, suap menyuap,
tipu-menipu dalam berbisnis. Berkat Tuhan akan terus mengalir bagi mereka dan mencukupi
kebutuhanmu.
Natal tahun ini, mari kita belajar seperti Maria: mentaati Tuhan sepenuhnya dan beriman bahwa
Ia akan memelihara hidup kita.

Anda mungkin juga menyukai