Anda di halaman 1dari 10

PERLUNYA PEMIKIRAN DAN PELAKSANAAN

PANCASILA DALAM BERPERILAKU


Tujuan pembuatan materi ini sebagai langkah membangun perilaku yang sesuai dengan
nilai-nilai pancasila dengan cara pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari

Ditulis oleh : Anggriana Adinda Putri


NIM : D1516013
D3 Manajemen Administrasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Universitas Sebelas Maret
2016/2017
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT hingga saat ini masih
memberikan nafas kehidupan dan anugerah akal, sehingga saya dapat menyelesaikan
pembuatan makalah ini dengan judul “Perlunya pemikiran dan pelaksanaan pancasila
dalam berperilaku” tepat pada waktunya. Terimakasih pula kepada semua pihak yang telah
ikut membantu hingga dapat disusunnya makalah ini.

Makalah sederhana ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pancasila.
Dalam makalah ini membahas tentang pengertian pemikiran dan pelaksanaan pancasila,
jalur akademis pemikiran dan pelaksanaan pancasila, dan bagaimana peran pemuda dalam
berperilaku sesuai dengan kaidah pancasila. Akhirnya saya sampaikan terima kasih atas
perhatiannya terhadap makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat
bagi diri saya sendiri dan khususnya pembaca dalam pada umumnya.

Akhirnya, tidak ada manusia yang luput dari kesalahan dan kekurangan. Dengan
segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat saya
harapkan dari para pembaca guna peningkatan kualitas makalah ini dan makalah-makalah
lainnya pada waktu mendatang.

Surakarta, 14 Desember 2016


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Materi pelaksanaan pancasila ditujukan untuk melatih berfikir kritis,sehingga mampu
memahami pancasila sebagai dasar dan ideologi negara yang dinamis dan terbuka untuk
dikritik dan dikembangkan dalam rangka menjawab permasalahan kehidupan bernegara.
Pancasila selalu merupakan suatu kesatuan, yang tidak dapat dipisah-pisahkan antara yang
satu dengan yang lainnya atau saling berkaitan satu sama lain bahwa sila dalam Pancasila
merupakan satu kesatuan organis. Di Era modern saat ini banyak terjadi penyimpangan.
Hal ini disebabkan menipisnya moral Pancasila pada bangsa seiring dengan berjalannya
waktu. Kemajuan zaman yang terus meningkat harus diimbangi dengan moral Pancasila.
Dengan begitu pemantapan Pancasila sebagai dasar dari moral-moral masyarakat harus
dijalankan secara tegas dan teratur sesuai dengan norma-norma yang berlaku agar
bertujuan untuk memperbaiki pergaulan dan etika bangsa.
Mempelajari Pancasila lebih dalam dapat menjadikan kita sadar sebagai bangsa
Indonesia yang memiliki jati diri dan harus diwujudkan dalam pergaulan hidup sehari-hari
untuk mewujudkan identitas bangsa yang lebih bermartabat dan berbudaya tinggi serta
bermoral. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah aspirasi positif terhadap kedudukan
pancasila sebagai ideologi dan dasar negara dengan cara menampilkan sikap positif dalam
berperilaku sehari-hari yang mencerminkan nilai dan budaya pancasila.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian pemikiran dan pelaksanaan pancasila,
2. Jalur formal pemikiran Pancasila, jalur pemikiran politik kenegaraan dan jalur
pemikiran akademis (Pranarka : 1985)
3. Bagaimana peran pemuda dalam berperilaku sesuai nilai-nilai pancasila?
C. Tujuan
1. Mampu mengantisipasi perkebangan dan kemajuan global yang sesuai dengan
nilai dan kaidah pancasila,
2. Mengetahui bagaimana sikap kita dalam menegakan kedudukan pacasila dalam
berperilaku sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN

Dalam berperilaku diperlukan etika dalam menjalankannya. Pengertian Etika


(Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah "Ethos", yang berarti watak kesusilaan
atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang
merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu "Mos" dan dalam bentuk jamaknya "Mores",
yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan
yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Pada dasarnya etika
membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan nilai-nilai seperti nilai baik dan buruk, nilai
susila atau tidak susila, nilai kesopanan, kerendahan hati dan sebagainya.

A. PENGERTIAN PEMIKIRAN DAN PELAKSANAAN PANCASILA


Pancasila hanya akan memiliki arti jika seseorang mampu mengartikannya, maka
untuk mengartikannya pancasila dibuthkan berbagai pemikiran. Pemikiran yang dimaksud
usaha merenungkan secra serius unruk menggali pengetahuan dan nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila, dan akhirnya diformulasikan dalam suatu konsep atau teori.
Keberhasilan suatu pemikiran sangat ditentukan dalam pelaksanaannya. Pelaksanaan
pancasila diartikan sebagai proses aktualisasi nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila
untuk mengatur bangsa dan negara dalam mencapai tujuan negara. Pancasila yang
merupkan nilai dan norma dasar belum diturunkan ke dalam berbagai produk norma dan
perangkat hukum serta perilaku warga negara dan lembaga negara.
Sesugguhnya pancasila bukan sekedar ideologi yang hanya diketahui dan dihafalkan
dalam kegiatan akademis semata. Melainkan nilai-nilai pancasila perlu adanya realisasi
dalam kehidupan sehari-hari, dalam merealisasikannya perlu dikaji dan diterapkan dalam
berperilaku. Namun apa yang terjadi pada saat ini hanya sedikit persen orang yang
mengkajinya dan menerapkannya, dan mungkin itupun hanya orang-orang yang berurusan
dengan kedudukan kepemerintahan. Oleh karena itu mari kita mulai dari hal sekecil
mukingkin untuk menerapkan isi dari nilai-nilai pancasila.

B. JALUR FORMAL PEMIKIRAN PANCASILA, JALUR PEMIKIRAN


POLITIK KENEGARAAN DAN JALUR PEMIKIRAN AKADEMIS
Ada beberapa pendapat yang mencoba menjawab jalur-jalur apa yang dapat
digunakan untuk memikirkan dan melaksanakan Pancasila. Pranarka (1985) menjelaskan
adanya dua jalur formal pemikiran Pancasila, yaitu jalur pemikiran politik kenegaraan dan
jalur pemikiran akademis.
Sejarah perkembangan pemikiran Pancasila menunjukkan adanya kompleksitas
permasalahan dan heteregonitas pandangan. Kompleksitas permasalahan tersebut meliputi
(1) masalah sumber; (2) masalah tafsir; (3) masalah pelaksanaan; (4) masalah apakah
Pancasila itu Subject to change; dan (5) problem evolusi dan kompleksitas di dalam
pemikiran mengenai pemikiran Pancasila. Permasalahan tersebut mengundang perdebatan
yang sarat dengan kepentingan. Pemecahan berbagai kompleksitas permasalahan di atas
dapat ditempuh dengan dua jalur, yaitu jalur pemikiran politik kenegaraan, dan jalur
pemikiran akademis.
Jalur pemikiran kenegaraan yaitu penjabaran Pancasila sebagai ideologi bangsa, Dasar
Negara dan sumber hukum dijabarkan dalam berbagai ketentuan hukum dan kebijakan
politik. Para penyelenggara negara ini berkewajiban menjabarkan nilai-nilai Pancasila ke
dalam perangkat perundang-undangan serta berbagai kebijakan dan tindakan. Tujuan
penjabaran Pancasila dalam konteks ini adalah untuk mengambil keputusan konkret dan
praktis. Metodologi yang digunakan adalah memandang hukum sebagai metodologi,
sebagaimana yang telah diatur oleh UUD.
Permasalahan mengenai Pancasila tidak semuanya dapat dipecahkan melalui jalur
politik kenegaraan semata, melainkan memerlukan jalur lain yang membantu memberikan
kritik dan saran bagi pemikiran Pancasila, jalur itu adalah jalur akademis, yaitu dengan
pendekatan ilmiah, ideologis, theologis, maupun filosofis.
Pemikiran politik kenegaraan tujuan utamanya adalah untuk pengambilan keputusan
atau kebijakan, maka lebih mengutamakan aspek pragmatis, sehingga kadang-kadang
kurang memperhatikan aspek koherensi, konsistensi, dan korespondensi. Akibatnya
kadang berbagai kebijakan justru kontra produktif dan bertentangan dengan nilai-nilai
Pancasila. Dengan demikian pemikiran akademis berfungsi sebagai sumber bahan dan
kritik bagi pemikiran politik kenegaraan. Sebaliknya kasus-kasus yang tidak dapat
dipecahkan oleh para pengambil kebijakan merupakan masukan yang berharga bagi
pengembangan pemikiran akademis. Setiap pemikiran akademis belum tentu dapat
diterapkan dalam kebijakan politik kenegaraan, sebaliknya setiap kebijakan politik
kenegaraan belum tentu memiliki validitas atau tingkat kesahihan yang tinggi jika diuji
secara akademis.

C. PERAN PEMUDA DALAM BERPERILAKU SESUAI NILAI-NILAI


PANCASILA
Fenomena kecenderungan perilaku dan kepribadian generasi muda sekarang ini
semakin menjauh dari nilai-nilai Pancasila dan kehilangan jati diri sebagai suatu individu
yang berakar dari nilai-nilai luhur budaya bangsa. Kondisi faktual saat ini yang menggerus
kepribadian generasi muda seperti hilangnya identitas budaya bangsa, tawuran pelajar dan
mahasiswa, narkoba, seks bebas, fenomena genk motor, kekerasan yang dilakukan
generasi muda, dan degradasi moralitas pelajar menuntut pihak-pihak yang berkompeten
untuk mengantisipasi dan penanggulangi berbagai persoalan tersebut.
Sebagai generasi penerus bangsa yang akan menjadi akar bangsa ini di masa
mendatang harus bisa mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional dengan memiliki modal
dasar sebagai agent of change (agen perubahan) dan agent of social control (agen
pengawas sosial) dalam masyarakat. Karena pemuda merupakan suatu potensi yang besar
sebagai armada dalam kemajuan bangsa. Peran pemuda sangat penting dalam membangun
peradaban dan kemajuan suatu bangsa.
Beberapa peran yang dapat dilakukan oleh generasi muda dalam menanamkan nilai-
nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara adalah sebagai
berikut :
a. Mewariskan nilai-nilai ideal Pancasila kepada generasi di bawahnya
Menyiapkan warga negara yang baik sesuai dengan tuntutan masyarakat, bangsa, dan
negara. Peran ini dapat dimainkan oleh generasi muda dengan membina generasi
dibawahnya. Tugas besar pemuda adalah mewariskan nilai-nilai ideal dalam hal ini
Pancasila kepada generasi berikutnya. Nilai-nilai ideal tersebut beberapa diantaranya
adalah: gotong royong, musyawarah, nasionalisme, demokrasi Pancasila, persatuan dan
kesatuan, kerjasama, identitas jati diri, budaya, dan sebagainya. Nilai-nilai yang diidealkan
inilah kemudian diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
b. Membekali diri dengan pendidikan yang berlandaskan Pancasila
Pendidikan dengan Pancasila sebagai dasarnya menekankan pada nilai-nilai untuk
menumbuhkan warga negara yang baik dan patriotik. Berdasarkan hal tersebut perlunya
generasi muda terlibat secara lebih aktif melalui penguatan identitas Indonesia dan
ketahanan budaya dalam konteks interaksi dalam komunitas masyarakat dengan
membentuk ikatan kolektivitas, rasa kebersamaan yang melahirkan dan menumbuhkan
identitas ke-Indonesia-an dan mewariskan nilai-nilai tersebut kepada generasi selanjutnya.
Dengan konsep seperti inilah menumbuhkan identitas ke-Indonesia-an yang kuat dan
membentuk ketahanan budaya sebagai benteng yang mendasari pengaruh apapun dari
dampak negatif globalisasi dalam bentuk apapun dan menguatkan nasionalisme Indonesia
secara keseluruhan.
Untuk itu dalam konteks pendidikan yang berlandaskan Pancasila perlu dilakukan
kajian-kajian dengan kompetensi generasi muda sebagai berikut:
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
c. Memperkuat jati diri sebagai sebuah bangsa
Selain itu Pancasila sangat besar peranannya dalam memperkuat jati diri bangsa. Jati
diri bangsa merupakan sesuatu yang telah disepakati bersama seperti cita-cita masa depan
yang sama berdasrkan pengalaman sejarah, baik pengalaman yang menggembirakan
maupun yang pahit. Semuanya telah membentuk solidaritas yang tinggi sebagai suatu
bangsa dan oleh sebab itu bertekad untuk memperbaiki masa depan yang lebih baik. Di
dalam kaitannya dengan jati diri bangsa Indonesia harus terus menerus di dalam proses
pembinaannya. Pembinaan jati diri generasi muda dapat dilaksanakan melalui jalur formal
maupun informal.
d. Penguatan nilai etnik dan nasionalisme generasi muda
Nilai-nilai etnik di Indonesia yang sangat majemuk bisa survive menghadapi
modernitas globalisasi. Generasi muda dapat mengakomodasi nilai-nilai tradisional
tersebut agar menjadi kuat perannya dan sebagai dasar dalam mengambil keputusan dalam
kehidupan sekarang dan di masa yang akan datang. Untuk itulah generasi muda perlu
mengembangkan nilai-nilai luhur dalam etnik yang majemuk menjadi hal utama yang
harus dikembangkan menjadi identitas dan jati diri bangsa menjadi lebih kuat terhadap
tantang modernitas dan globalisasi.
Generasi muda memegang peran penting bagaimana menjadi bangga dengan nilai
etnik dan nasionalismenya. Identitas akan memperkuat jati diri, dan jati diri akan
menimbulkan kebanggaan, dan dari kebanggaan inilah muncul percaya diri dan mampu
menghadapi berbagai hal dalam kaitannya dengan modernitas dan globalisasi dengan
nilai-nilai bangsa Indonesia sendiri.
e. Pengambil peran dalam pengentasan kemiskinan dan pendidikan
Semangat idealisme dari kelompok pemuda yang visioner tersebut menyebabkan
bangsa Indonesia dapat mengatasi masalah dan tantangan zamannya. Berkat kerja keras
mereka sebagai anak muda di zamannya nasionalisme Indonesia yang bersifat inklusif
emansipatoris dapat dibentuk. Walaupun pada mulanya mereka sangat dipengaruhi oleh
pemukiran etno nasionalisme, pada akhirnya mereka berhasil elebur dan memperjuangkan
nasionalisme Indonesia yang lebih inklusif,religious dan kerakyatan. Mereka tidak
membanggakan lagi elit tradisional yang berbasis pada keturunan.
Masalah yang lebih serius itu adalah masalah kemiskinan, keterpencilan, dan
perasaan penduduk kawasan perbatasan yang merasa tidak disantuni oleh negara.
Kemiskinan, keterisolasian, dan merasa ditelantarkan merupakan sumber ancaman yang
paling nyata dan yang sesungguhnya dihadapi. Untuk itu generasi muda harus
mengambil peranan dalam mengatasai masalah kemiskinan dan keterbelakangan
ekonomo dan pendidikan.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Peran pemuda sangat penting dalam membangun peradaban dan kemajuan suatu
bangsa. Sebagai generasi penerus bangsa yang akan menjadi akar bangsa ini di masa
mendatang harus bisa mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional dengan memiliki modal
dasar sebagai agent of change (agen perubahan) dan agent of social control (agen
pengawas sosial) dalam masyarakat.
Beberapa peran yang dapat dilakukan oleh generasi muda dalam menanamkan nilai-
nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara adalah
mewariskan nilai-nilai ideal Pancasila kepada generasi di bawahnya, membekali diri
dengan pendidikan yang berlandaskan Pancasila yang menekankan pada nilai-nilai untuk
menumbuhkan warga negara yang baik dan patriotik, memperkuat jati diri, dan berperan
untuk mengentaskan Indonesia dari kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan,
ketertinggalan, dan berbagai hal lainnya.

B. SARAN
Berikut saran-saran yang disampaikan sehubungan dengan makalah ini:
1. Pancasila dapat menjadi filter segala sesuatu dari pengaruh negatif globalisasi. Untuk
itu nilai-nilai Pancasila selalu menjadi dasar bagi kita untuk berperilaku sesuai dengan
nilai-nilai luhur budaya bangsa.
2. Pancasila harus menjadi pandangan hidup generasi muda. Pandangan hidup
mengandung konsep dasar kehidupan yang dicita-citakan oleh bangsa, termurat
pikiran-pikiran terdalam dan gagasan sesuatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang
dianggap baik, yang akan membawa hidup dan kehidupan bangsa pada tujuan
bersama.
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Syaeful. “Pelaksanaan Pancasila di Indonesia”. 12 Desember 2016. http://seico-


study.blogspot.co.id/2011/09/pelaksanaan-pancasila-di-indonesia.html.

Yutzz. “Peran Pemuda dalam Mewujudkan Nilai-Nilai Pancasila dalam Bermasyarakat


dan Bernegara”. 12 Desember 2016. http://yutzzbgt.blogspot.co.id/2015/04/normal-0-
false-false-false-en-us-x-none.html.

Pradiptya, Farhan. “Perlunya Pancasila sebagai Dasar Negara dalam Pergaulan”. 12


Desember 2016. https://farhanpraditya.blogspot.co.id/2014/10/perlunya-pancasila-
sebagaidasar-negara.html.

Soeprapto, S, dkk. 2007. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai