Anda di halaman 1dari 4

Tema : Hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia

Konseptor : Hapsari Diah Ayu S

Judul Penampilan : Harapan Kami Sebagai Manusia

PUISI :
1. KIAMAT
2. Ketika Engkau Bersembahyang (Emha Ainun Najib)
3. Nikmat Hidup (Buya Hamka)
4. Lelaki Tua dan 6 Peri (Oka Rusmini)
Tokoh :

1. Dewa : Adelia Novita Azhari (18020074022)


2. Pedagang : Louvy Trisna Damayanti (18020074058)
3. Anak kecil : Hapsari Diah Ayu S. (18020074028)
4. Orang sholat : Devani Imario Putri (18020074082)
5. Mahasiswa : - Siti Robiatun Nisa (18020074037)
- Gita Anggraeni (18020074070)
6. Penguasa : Dina Rizky Vitrayana (18020074064)

DIPENTASKAN OLEH PA’2018

1. Devani : (gerakan sholat dari awal, 1 rakaat) (saat sujud) Ketika


Engkau bersembahyang, Oleh takbirmu Pintu langit terkuakkan, Partikel
Udara Dan Ruang hampa bergetar, Bersama-sama mengucapkan allahu
akbar (bangun) Bacaan Al-Fatihah dan surah, Membuat kegelapan yang
terbuka, setiap Tampak dan doa pasrah, Membentangkan jembatan cahaya,
Tegak tubuh alifmu mengakar ke pusat bumi

2. Adel : Ruku 'lam badanmu memandangi asal-usul diri. Kemudian


mim sujudmu menangis, Di dalam cinta Allah hati gerimis,Sujud adalah
satu-satunya hakekat hidup, Karena perjalanan hanya untuk tua dan redup,
Ilmu dan peradaban takkan sampai, Kepada
3. Louvy : Jika hartamu sudah tak ada, belumlah engkau bernama rugi,
Jika berani tak ada lagi, separuh kekayaan porak poranda,Musnah segala apa
yang ada, jikalau jatuh martabat diri, Wajah pun muram hilanglah seri,
ratapan batin dosa namanya, Jikalau dasar budimu culas, tidaklah berubah,
kerana pangkat, Bertambah tinggi jenjang di tingkat, perangai asal
bertambah jelas,
4. Gita : Esok pagi ketika matahari membuka matanya, orang-orang itu
tak lagi melihat kertas coklat itu, (sebuah kepompong terbuka tetapi bukan
kupu-kupu), mereka membawa spanduk, berteriak dan menggiring, orang-
orang tak puas memaksa mengaitkan nurani, satu demi satu kepompong
dirajam (lelaki tua itu membuka sayapnya, terbang)

5. Anis : Kali ini mereka menjadi peri, darahnya menjadi api membakar
kota-kota,, menelan gedung-gedung dan peluru, orang-orang kerauhan
menari di atas bangkai teman-temannya
6. Dina : Wahai diriku teruslah maju, di tengah jalan janganlah
berhenti, Sebelum ajal, janganlah mati keridhaan Allah, itulah tuju, Selama
nampak tubuh jasmani gelanggang malaikat bersama setan, Ada pujian ada
celaan lulus ujian siapa berani,

7. Anis : Tatkala engkau menjadi palu, beranilah memukul habis-


habisan, Tiba giliran jadi landasan, tahanlah pukulan biar bertalu, Ada
nasihat saya terima, menyatakan fikiran baik berhenti, sebablah banyak
orang membenci, supaya engkau aman sentosa,

8. Devani : Maka sembahyang Adalah kehidupan Penyanyi Sendiri, Pergi


sejauh-jauhnya agar Sampai Kembali, Badan di peras jiwa dipompa tak
terkira-kira, Kalau Diri pecah terbelah, mengutuhkannya sujud

9. Dina : Anjing-anjing buas telah melahap daging-daging merah,


orang-orang tak lagi bisa menanam padi, melarutkan anak-anak ikan di laut,
pabrik-pabrik menciutkan nafasnya, orang-orang berlari ke luar, tak ada lagi
mesin-mesin uang yang menunggu, anak-anak menjerit perutnya
menggelembung,, perempuan-perempuan mulai menjual tubuh untuk susu,
orang-orang mulai tega melahap temannya untuk sepiring nasi satu, potong
daging lelaki tua itu mengantar pengganjal perut yang dibungkus kertas
coklat ''aku peduli rakyatku''
10. Louvy : Setelah diri bertambah besar, di tempat kecil tak muat
lagi, Setelah harga bertambah tinggi, orang pun segan datang menawar,
Rumit beredar di tempat kecil, kerap bertemu kawan yang culas, Laksana
ombak di dalam gelas diri merasai bagai terpencil,
11. Adel : Sembahyang di atas sajadah cahaya, Melangkah
perlahan-Lahan Ke rumah rahasia, Rumah Yang Tak Ada Ruang Tak Ada
Waktunya, Yang Tak Bisa dikisahkan ditunjukan kepada siapapun

12. Louvy : Walaupun musnah harta dan benda, harga diri janganlah
jatuh, Binaan pertama walaupun runtuh, kerja yang baru mulailah pula,

13.Adel : Pahlawan budi tak pernah nganggur, khidmat hidup sambung


bersambung, Kadang turun kadang membumbung, sampai istirahat di liang
kubur,

14. Devani : Tahan haus tahanlah lapar, bertemu sulit hendaklah tenang,
Memohon-mohon jadikan pantang, dari mengemis biar terkapar, Hanya dua
tempat bertanya,pertama tuhan kedua hati, Dari mulai hidup sampai pun
mati, timbangan insan tidaklah sama,

15. Gita : Menahan fikiran aku tak mungkin menumpul kalam aku tak
kuasa, Merdeka berfikir gagah perkasa, berani menyebut yang aku yakin,

16. Adel : Oleh-olehmu dari sembahyang adalah sinar wajah Pancaran


yang tak terumuskan oleh ilmu fisika Hatimu sabar mulia, kaki seteguh batu
karang Dadamu mencakrawala seluas arasy, luasnya 'sembilan puluh
Sembilan’.

17.Dina : Celalah saya makilah saya, akan ku sambut bertahan hati, Ada
yang suka ada yang benci, hiasan hidup di alam maya

18.Hapsari : Langit ditegakkan berlapis-lapis, Dan bumi sebagai


sangganya, Matahari sebagai pusatnya, Apabila langit dan bumi, Di
goncangkan dengan dahsyatnya, Apabila sang surya, Lemah dengan daya
hantar sinarnya, Redup tak bersinar, Hancur….. Dan binasa … Apabila
manusia dibangunkan Inilah hari pembalasan

Anda mungkin juga menyukai