Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI

PENGUKURAN TINGKAT KONTAMINASI DAN DEKONTAMINASI

Disusun Oleh :

Nama : Pipit Dwi Rahayu

NIM : 021500449

Prodi : Elektronika Instrumentasi

Jurusan : Teknofisika Nuklir

Dosen : Ir. Surakhman

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

YOGYAKARTA

2017
PENGUKURAN TINGKAT KONTAMINASI DAN DEKONTAMINASI

I. TUJUAN
 Tujuan Instruksional Umum:
Peserta dapat melakukan pengukuran tingkat kontaminasi dan melakukan
dekontaminasi suatu permukaan bahan menggunakan bahan dekontaminan.

 Tujuan Instruksional Khusus:


Setelah melakukan percobaan ini, peserta mampu untuk :
1. Menghitung tingkat kontaminasi suatu permukaan bahan
2. Melakukan dekontaminasi menggunakan bahan dekontaminan
3. Menghitung faktor dekontaminan
4. Menghitung aktivitas yang tertinggal pada permukaan bahan

II. ALAT DAN BAHAN


1. Sumber radiasi terbuka / zat radioaktif
2. Monitor perorangan, Jas Lab, Sarung tangan karet
3. Alat ukur radiasi (Sound Detektor, Sistem Pencacah GM)
4. Bahan Dekontaminan (Radiacwash)
5. Alat Pembersih (Kertas Saring)
6. Gunting
7. Sabun lunak untuk cuci tangan
8. Bak sampah aktif
9. Bahan yang akan didekontaminasi, Vinil, Triplek; Keramik Alumunium
10. Planset aluminium

III. DASAR TEORI


Paparan Radiasi terjadi ketika semua atau
sebagian tubuh menyerap radiasi pengion dari
suatu sumber radiasi eksternal.
Paparan akan berhenti bila kita menjauhi
daerah sumber, sumber radiasi kita kungkung
sepenuhnya atau proses yang menyebabkan
paparan berhenti. Paparan Radiasi juga terjadi
setelah kontaminasi internal, yaitu, ketika suatu radionuklida tertelan, terhirup atau
diserap ke dalam aliran darah. Jenis paparan karena kontaminasi internal ini
berhenti hanya jika radionuklida tersebut benar-benar dihilangkan dari tubuh,
dengan atau tanpa pengobatan.
Kontaminasi terjadi bila suatu
radioisotop (berbentuk gas, cair, atau padat)
tersebar ke lingkungan dan kemudian tertelan,
terhirup, atau menempel pada permukaan
tubuh (kulit). Disebut Kontaminasi eksternal
bila bahan radioaktif mengenai/menempel
pada bagian luar tubuh seperti kulit, rambut,
mata. Kontaminasi Eksternal terhenti bila bahan radioaktif tersebut dihilangkan
dengan lap khusus atau dengan membasuh atau mencucinya.
Tingkat Kontaminasi (TK) zat radioaktif pada suatu permukaan bahan adalah
besarnya aktivitas zat radioaktif yang mengkontaminasi permukaan bahan per satuan
luas, dinyatakan sebagai:

Sebelum melakukan pengukuran tingkat kontaminasi (TK) suatu permukaan


bahan, harus ditentukan efisiensi alat, yaitu suatu parameter yang berkaitan antara
nilai yang ditunjukkan oleh suatu sistem pencacah dengan aktivitas zat radioaktif
yang sedang diukur.

dengan :

a = Efisiensi Alat
Ra = Laju cacah pengukuran (cps)
Rb = Laju cacah latar (cps)
A = Aktivitas sumber (Bq)
p = Probabilitas pancaran radiasi

Rumusan tingkat kontaminasi dinyatakan dengan :

dengan :
TK = Tingkat Kontaminasi (Bq/cm2)
L = Luas permukaan terkontaminasi yang diukur (cm2)

Untuk pengukuran tingkat kontaminasi zat radioaktif pada permukaan bahan


dengan uji usap, kontaminan yang terambil pada pengusapan tergantung jenis
permukaan bahan kontaminan, bahan pengusap dan teknik pengusapan sehingga
diperlukan nilai efisiensi usap yang dinyatakan dengan,

Rumusan tingkat kontaminasi menjadi :

dengan :
TK = Tingkat Kontaminasi (Bq/cm2)
L = Luas permukaan terkontaminasi yang diukur (cm2)
u = Efisiensi Usap

Pengukuran aktivitas secara uji usap yang dilakukan dalam praktikum ini adalah
aktivitas total. Nilai batas tertinggi Tingkat Kontaminasi permukaan yang diizinkan
bergantung pada faktor resuspensi, yaitu merupakan nilai perbandingan antara
Tingkat Kontaminasi maksimum yang diizinkan dalam udara (Bq/cm2) dengan
Tingkat Kontaminasi maksimum yang diizinkan pada permukaan (Bq/cm2), sehingga:

dengan:
F = Faktor resuspensi
Nilai F bergantung pada kondisi laboratorium, dalam keadaan normal nilai F rata-rata
5.10-5/cm.

Bila diketahui nilai kontaminasi tertinggi yang diizinkan di udara untuk suatu
radioisotope, maka dapat ditentukan nilai Tingkat Kontaminasi permukaan tertinggi
yang diizinkan.
Dekontaminasi adalah proses untuk mereduksi/ mengurangi atau bahkan
menghilangkan suatu kontaminan zat radioaktif dari suatu bahan yang bernilai
ekonomis ke suatu bahan yang kurang ekonomis, kemudian memperlakukan bahan
yang kurang ekonomis tersebut sebagai limbah radioaktif.
Tujuan dekontaminasi ( menurut IAEA Technical Report Series No.18 1982)
adalah:
1. Pertimbangan Keselamatan dan Kesehatan
2. Mengurangi interferensi pencacahan peralatan tertentu sehingga diperoleh hasil
pencacahan yang baik
3. Memperkecil tingkat Kontaminasi suatu alat sehingga layak dipakai kembali.

Faktor dekontaminasi merupakan perbandingan Tingkat Kontaminasi sebelum


dan sesudah dekontaminasi, yang berarti menunjukkan perubahan Tingkat
Kontaminasinya.

Faktor yang mempengaruhi Faktor Dekontaminasi adalah:


1. Bahan Kontaminan
2. Permukaan Benda
3. Cara Dekontaminasi
4. Bahan Dekontaminan
Aktivitas tersisa At adalah kontaminan yang masih tertinggal setelah proses
dekontaminasi dapat ditentukan dengan persamaan:

IV. LANGKAH KERJA


PENGUKURAN TINGKAT KONTAMINASI
A. PENENTUAN EFISIENSI ALAT
1. Gunakan Jas Lab, Monitor Perorangan dan alas kaki khusus
2. Kertas saring digunting sesuai dengan ukuran diameter planset yang akan
digunakan
3. Lakukan pencacahan latar belakang sebanyak 3 (tiga) kali menggunakan
Sistem pencacah GM/ Monitor Permukaan.
4. Lakukan pencacahan latar belakang kertas saring dan planset sebanyak 3
(tiga) kali menggunakan sistem pencacah GM/ Monitor perorangan
5. Gunakan sarung tangan karet
6. Ambil dengan pipet (pipet effendrop) larutan P-32 sejumlah 0,1 ml yang telah
diketahui aktivitasnya, teteskan pada bahan/planset yang telah dilapisi kertas
saring.
7. Keringkan kertas saring beserta planset tersebut dalam lemari asam dengan
lampu pemanas.
8. Lepaskan sarung tangan karet
9. Lakukan pencacahan kertas saring tersebut sebanyak 3 (tiga) kali
menggunakan system pencacah GM / monitor perorangan.

B. PENENTUAN EFISIENSI USAP


1. Beri tanda / gambar pada bahan vinil ( 10 x 10 cm)
2. Lakukan pencacahan latar belakang sebanyak 3 kali menggunakan sistem
pencacah GM
3. Lakukan pencacahan latar belakang kertas saring dan planset sebanyak 3 kali
menggunakan sistem pencacah GM
4. Gunakan sarung tangan karet
5. Ambil dengan pipet (pipet effendrop) larutan P32 sejumlah 0,1 ml yang telah
diketahui aktivitasnya, teteskan secara merata pada bahan di dalam batas bujur
sangkar tersebut.
6. Keringkan vinil tersebut dalam lemari asam dengan lampu pemanas
7. Usap dengan kertas saring bahan yang telah dikontaminasi dengan metoda
sisir seperti gambar dibawah
8. Letakkan kertas saring pada planset
9. Lepaskan sarung tangan
10. Lakukan pencacahan kertas saring tersebut sebanyak 3 kali menggunakan
system pencacah GM

PENENTUAN TINGKAT KONTAMINASI SECARA UJI USAP


1. Lakukan pencacahan terhadap kertas saring dan planset sebanyak 3 kali
menggunakan system pencacah GM
2. Pakai sarung tangan karet
3. Usapkan kertas saring pada permukaan bahan yang akan diuji usap dengan
menggunakan metoda sisir
4. Letakkan kertas saring pada planset
5. Lakukan langkah 3 dan 4 untuk bagian yang lain yang akan diuji
6. Lepaskan sarung tangan karet
7. Lakukan pencacahan masing-masing kertas saring sebanyak 3 kali dengan
system pencacah GM
8. Setelah selesai pencacahan, kertas saring dibuang di tempat limbah aktif padat
yang telah disediakan

PENENTUAN TINGKAT KONTAMINASI SECARA LANGSUNG DAN


PROSES DEKONTAMINASI
1. Semua bahan yang akan diamati, dicacah dengan monitor kontaminasi,
masingmasing 3 kali untuk memperoleh cacahan latar belakang
2. Lakukan pencacahan terhadap masing-masing bahan yang terkontaminasi
sebanyak 3 kali dengan system pencacah GM/ Monitor kontaminasi
3. Gunakan sarung tangan karet
4. Bahan yang telah dicacah, didekontaminasi dengan cara dan dekontaminan (bahan
pencuci) yang sama. Cara dekontaminasi adalah dengan diusap menggunakan
cutton bud yang telah dibasahi dengan radiacwash. Pengusapan dilakukan dengan
metoda melingkar kedalam (dari bagian luar kearah tengah)
5. Usap sekali lagi dengan cotton bud yang tidak dibasahi dengan radiacwash
6. Setelah selesai, cotton bud tersebut dibuang di tempat limbah aktif padat yang
telah disediakan
7. Lepaskan sarung tangan karet
8. Lakukan pencacahan terhadap masing-masing bahan yang telah didekontaminasi
sebanyak 3 kali dengan system pencacah GM/ Minitor Kontaminasi
9. Lakukan langkah dekontaminasi (langkah 3 sampai 7) minimum 3 kali untuk
setiap bahan dan tentukan Tingkat Kontaminasi-nya setiap kali selesai proses
dekontaminasi (langkah 8)
10. Pakai sarung tangan karet
11. Seluruh bahan yang terkontaminasi dibuang di tempat limbah aktif padat yang
telah disediakan
12. Lepaskan sarung tangan karet, dan buang di tempat yang telah disediakan.
13. Setiap praktikan harus mencuci tangan dan diperiksa dengan monitor kontaminasi
14. Sebelum meninggalkan Lab, lepaskan alas kaki khusus dan Jas Lab

V. TUGAS
1. Tentukan efisiensi alat dan efisiensi usap dan Tingkat Kontaminasi hasil Uji Usap
2. Tentukan Tingkat Kontaminasi secara langsung untuk setiap bahan sebelum dan
sesudah proses dekontaminasi
3. Tentukan Factor Dekontaminasi (FD)
4. Buat grafik At ( aktivitas tersisa) terhadap hasil dekontaminasi dalam kertas grafik
biasa
5. Dari bahan yang digunakan tentukan bahan yang paling mudah untuk proses
dekontaminasi

VI. DATA HASIL PERCOBAAN


1. Sumber: I131 dengan aktivitas 0.57 GBq
2. Alat Surveymeter:
Bq/cm2
- Faktor kalibrasi : 6.6 x 10 -3 𝑐𝑝𝑚
- Tanggal kalibrasi : 23 Oktober 2018
Keramik (cpm) Karpet(cpm) Keterangan
Background 25 10
Air Aquades 3400 12000 Kontaminasi
20 40 Dekontaminasi
Air Sabun 800 24000 Kontaminasi
20 10 Dekontaminasi

VII. PERHITUNGAN
A. Menentukan Tingkat Kontaminasi Awal
1. Bahan Keramik
 Pembilasan dengan air
 Laju Cacah Netto = (Laju cacah) – (laju cacah latar)
= 3400 cpm – 25 cpm
= 3375 cpm
Bq/cm2
 Fk = 6.6 x 10 -3 𝑐𝑝𝑚
 Tgkt. Kontaminasi Awal = Laju Cacah x Fk
Bq/cm2
= 3375 cpm x 6.6 x 10 -3 𝑐𝑝𝑚
2
= 22,275 Bq/ cm

Dengan cara yang sama pada data yang berbeda diperoleh sebagai berikut:

Bahan Larutan Dekontaminan Air Sabun

Keramik Laju Cacah Netto (cpm) 3375 775

Tingkat Kontaminasi Awal (Bq/ cm2) 22,275 5,115

Karpet Laju Cacah Netto (cpm) 11990 23990

Tingkat Kontaminasi Awal (Bq/ cm2) 79,134 158,334

B. Menentukan Tingkat Kontaminasi Setelah Dekontaminasi


1. Keramik
 Pencucian dengan air
Laju cacah netto = |20-25| cpm
= 5 cpm
Sehingga,
 Tgkt. Kontaminasi Akhir = Laju Cacah x Fk
Bq/cm2
= 5 cpm x 6.6 x 10 -3 𝑐𝑝𝑚
= 0,033 Bq/ cm2

Dengan cara yang sama pada data yang berbeda diperoleh sebagai berikut:

Bahan Larutan Dekontaminan Air Sabun


Keramik Laju Cacah Netto (cpm) 5 5
Tingkat Kontaminasi Akhir (Bq/ cm2) 0,033 0,033
Karpet Laju Cacah Netto (cpm) 30 0
Tingkat Kontaminasi Akhir (Bq/ cm2) 0,198 0

C. Menentukan Faktor Dekontaminasi


a. Faktor Dekontaminasi (FD)

𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝐷𝑒𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖


𝐹𝐷 =
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝐷𝑒𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖

 Bahan keramik dengan menggunakan air keran


TK sebelum Dekontaminasi = 22,275 Bq/ cm2
TK sesudah Dekontaminasi = 0,033 Bq/ cm2
22,275
𝐹𝐷 =
0,033
𝐹𝐷 = 675

Dengan cara yang sama pada data yang berbeda diperoleh sebagai berikut:

Faktor Dekontaminasi (FD)


Bahan
Air Keran Sabun
Keramik 675 155
Karpet 399,9 ∞

D. Menentukan Aktifitas Tersisa (At)


1
𝐴𝑡 = × 100%
𝐹𝐷

 Bahan keramik dengan menggunakan air keran


1
𝐴𝑡 = × 100%
675
At = 0,148 %
Dengan cara yang sama pada data yang berbeda diperoleh sebagai berikut:

Aktifitas tersisa (%)


No Bahan
Air Keran Sabun
1 Keramik 0,148 0,645
2 Karpet 0,25 0

VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yaitu mengenai pengukuran tingkat kontaminasi dan
dekontaminasi suatu menggunakan bahan dekontaminan yang memiliki tujuan dapat
menentukan tingkat kontaminasi sebelum dan sesudah dekontaminasi, menentukan
faktor dekontaminasi serta dapat menentukan aktivitas tersisa.
Pada praktikum ini, bahan yang digunakan untuk uji coba kontaminasi
permukaan adalah karpet plastik dan keramik. Sumber radioaktif yang digunakan
sebagai bahan kontaminan adalah Iodium-131. Dipilihnya Iodium-131 sebagai bahan
kontaminan karena Iodium-131 memiliki waktu paro yangrelatif singkat, yaitu 8.02
hari. Karena apabila terjadi kontaminasi, maka bahaya radiasiinternal yang
ditimbulkan akan menjadi semakin kecil karena sumber tesebut akan cepat meluruh.
Sedangkan bahan dekontaminasi yang digunakan yaitu berupa air biasa dan air sabun.
Dalam praktikum ini dilakukan oleh 7 orang praktikan yang kemudian dibagi menjadi
2 kelompok untuk melakukan percobaan 1 dan percobaan 2.
Pada percobaan pertama dilakukan oleh 3 orang praktikan dengan
menggunakan jas lab serta sarung tangan karet kemudian 2 orang sebagai pelaksana
praktikum dan 1 orang mengukur berapa banyak cacahan yang di dapat saat
kontaminasi dan dekontaminasi dengan bahan kontaminasi berupa karpet. Pengukuran
tingkat kontaminasi pada percobaan pertama dilakukan secara langsung, yaitu
pengukuran dengan menggunakan monitor kontaminasi yang diletakkan di
atas permukaan bahan yang terkontaminasi namun tidak menempel pada bahan
tersebut dan didapatkan data sebesar 12000 cpm untuk air aquades dan 24000 cpm
untuk air sabun. Kemudian dilakukan pengusapan pada karpet yang terkontaminasi
menggunakan kertas saring dengan arah melingkar ke dalam. Perlakuan sedemikian
rupa agar kontaminan pada permukaan tidak semakin meluas dan mengkontaminasi
area lain. Setelah diusap dilakukan lagi pengukuran secara langsung pada karpet
tersebut dengan cacahan sebesar 40 cpm untuk air aquades dan 10 cpm untuk air
sabun dan hasil tersebut mendekati dg cacah background yang telah diukur
sebelumnya yaitu sebesar 10 cpm.
Pada percobaan kedua yaitu melakukan hal yang sama pada percobaan 1 yaitu
mengukur berapa banyaknya cacahan yang terjadi secara langsung dengan
menggunakan bahan berbeda dari percobaan 1 yaitu menggunakan keramik. Tata cara
untuk mengambil data cacahan dengan menggunakan alat adalah sama dengan
percobaan 1 dan didapatkan hasil cacahan yang telah terkontaminasi sebesar 3400
cpm untuk air aquades dan 800 cpm untuk air sabun. Kemudian di usap menggunakan
kertas saring dan mendapatkan hasil cacahan sebesar 20 cpm baik untuk air aquades
maupun air sabun dan hal tersebut lebih kecil dengan cacah background dari keramik
itu sendiri yaitu sebesar 25 cpm.
Parameter-parameter yang digunakan dalam percobaan yaitu untuk
menentukan tingkat kontaminasi awal bahan yang digunakan dalam praktikum ini,
sebelum menghitung besarnya tingkat kontaminasi maka harus mencari besarnya laju
-3 Bq/cm2
cacah netto dan faktor kalibrasi yang ada pada surveymeter (6.6 x 10 ) dan
𝑐𝑝𝑚

didapatkan besarnya tingkat kontaminasi untuk bahan keramik ataupun karpet baik
dengan air aquades dan air sabun, dengan data sebagai berikut :
Bahan Larutan Dekontaminan Air Sabun
Laju Cacah Netto (cpm) 3375 775
Keramik
Tingkat Kontaminasi Awal (Bq/ cm2) 22,275 5,115
Laju Cacah Netto (cpm) 11990 23990
Karpet
Tingkat Kontaminasi Awal (Bq/ cm2) 79,134 158,334

Langkah selanjutnya yaitu untuk dapat menentukan tingkat kontaminasi


setelah dekontaminasi. Tujuan dari dekontaminasi yaitu sebagai pertimbangan
keselamatan dan kesehatan,mengurangi interferensi pencacahan peralatan tertentu,
serta memperkecil tingkatkontaminasi suatu permukaan sehingga bisa dipakai
kembali. Untuk melakukan dekontaminasi semua peralatan yang terkontaminasi
akandidekontaminasi beberapa kali sampai tingkat kontaminasinya menurun hingga di
bawah batas yang diizinkan. Cara yang dilakukan sama dengan menghitung tingkat
kontaminasi awal, hanya saja pada bagian ini sudah di dekontaminasi kemudian di
dapatkan tingkat kontaminasi akhir dari bahan keramik ataupun karpet dengan air
aquades dan air sabun. Maka didapatkan data sebagai berikut :
Bahan Larutan Dekontaminan Air Sabun
Laju Cacah Netto (cpm) 5 5
Keramik
Tingkat Kontaminasi Akhir (Bq/ cm2) 0,033 0,033
Laju Cacah Netto (cpm) 30 0
Karpet
Tingkat Kontaminasi Akhir (Bq/ cm2) 0,198 0

Berikut adalah tabel mengenai klasifikasi tingkat kontaminasi :

Dari tabel tersebut dan dari perhitungan yang telah dilakukan maka dapat
diketahui bahwa tingkat kontaminasi dari keramik dan karpet dengan air aquades dan
air sabun berapa pada posisi rendah.
Kemudian menentukan faktor dekontaminasi yaitu dengan cara membagi
antara tingkat kontaminasi yang sebelum dan sesudah di dekontaminasi kemudian di
dapatkan hasil sebagai berikut :
Faktor Dekontaminasi (FD)
Bahan
Air Keran Sabun
Keramik 675 155
Karpet 399,9 ∞

Faktor kontaminasi dapat digunakan untuk menyatakankemampuan suatu zat


dalam mengkontaminasi suatu bahan. Semakin kecil faktorkontaminasi, maka
semakin tinggi nilai kemampuan suatu zat dalam mendekontaminasi suatu bahan.
Dari data diatas di dapatkan faktor dekontaminasi yang kecil adalah saat penggunaan
air sabun baik pada bahan keramik ataupun karpet. Karena air sabun
memiliki sifat licin dibanding alumunium maupun keramik, sehingga lebih mudah
untuk proses dekontaminasi.
Kemudian perhitungan terakhir yang dilakukan yaitu menentukan aktivitas
1
tersisa dengan menggunakan rumus 𝐴𝑡 = × 100%, dan didapatkan data sebagai
𝐹𝐷

berikut :
Aktivitas tersisa (%)
No Bahan
Air Keran Sabun
1 Keramik 0,148 0,645
2 Karpet 0,25 0

Dari data diatas dapat diketahui bahwa aktivitas tersisa yang kecil terdapat
pada penggunaan air keran baik pada keramik dan karpet.
Berikut adalah grafik hubungan aktivitas sisa dengan hasil dekontaminasi :

Grafik Hubungan Aktivitas


Tersisa vs Hasil Dekontaminasi
1
Aktivitas Tersisa

0,5

0
675 399,9 155 ∞

IX. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Tingkat kontaminasi yang dilakukan dalam percobaan ini adalah tingkat
kontaminasi awal dan setelah di dekontaminasi dengan hasil bahwa tingkat
kontaminasi pada bahan karpet lebih besar dari pada keramik, terbukti dari
kedua perhitungan tersebut hasil dari karpet lebih besar.
2. Faktor dekontaminan dengan menggunakan bahan karpet juga lebih besar dari
pada dengan menggunakan keramik yaitu sebesar 399,9 pada air aquades dan
tak hingga pada air sabun.
3. Aktivitas tersisa pada percobaan ini pada penggunaan keramik lebih besar dari
pada karpet yaitu sebesar 0,148 pada air aquades dan 0,645 pada air sabun.
Semakin kecil aktivitas tersisa, maka semakin baik bahan pencuci
untukmendekontaminasi.
X. DAFTAR PUSTAKA
Surakhman, dkk. 2017. Petunjuk Praktikum Proteksi dan Keselamatan Radiasi.
Yogyakarta : STTN-BATAN
https://id.scribd.com/document/360832012/Laporan-Pengukuran-Tingkat-
Kontaminasi-Dan-Dekontaminasi-winahyu-S-011500430-tkn-2015 , diakses pada
tanggal 19 Desember 2017

Yogyakarta, 20 Desember 2017


Praktikan

Pipit Dwi Rahayu

Anda mungkin juga menyukai