Anda di halaman 1dari 48

MODUL I

KEBIJAKAN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA

DIKLAT SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN


KESEHATAN KERJA KONSTRUKSI
TINGKAT DASAR

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI

BANDUNG
2016
KATA PENGANTAR

Ungkapan puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya sehingga kami selaku
penyelenggara Diklat Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Konstruksi Tingkat Dasar dapat menyelesaikan mata diklat ini dengan baik. Modul
ini berisi pelaksanaan penyelenggaraan SMK3, diperlukan penjabaran dari
kebijakan yang harus diambil dan ditetapkan, sebagai bentuk penjabaran dari
Kebijakan Nasional yang telah ditetapkan sebelumnya, pada kondisi ini Kementrian
Pekerjaan Umum dan Perumahan rakyat, telah mengambil keputusan untuk
menindak lanjuti dengan mengeluarkan paket kebijakan yang telah dan akan
ditetapkan kemudian. Kementrian PUPR telah melakukan percepatan program
pembinaan peningkatan kompetensi K3 Konstruksi dengan melakukan program
percepatan sertfikasi Petugas K3. Melalui mata diklat Kebijakan K3 ini diharapkan
peserta memiliki kemampuan dalam menguraikan kebijakan dan penyelenggaraan
SMK3.
Kami menyadari bahwa modul ini masih ada kekurangan dan
kelemahannya, baik pada isi, bahasa, maupun penyajiannya. Kami sangat
mengharapkan adanya tanggapan berupa kritik dan saran guna penyempurnaan
modul ini. Semoga modul ini bermanfaat khususnya bagi peserta Diklat Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi Tingkat Dasar.

Bandung, September 2016

Kepala Pusdiklat SDA dan Konstruksi

Dr. Ir. Suprapto. M. Eng.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................. ii
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ............................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1


A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Deskripsi Singkat ............................................................................................................... 1
C. Tujuan Pembelajaran .......................................................................................................... 3
D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ................................................................................... 4

BAB II KEBIJAKAN K3 .................................................................................................................. 5


A. Kebijakan Nasional SMK3 .................................................................................................... 5
B. Kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementrian PUPR ............................................................ 11
C. Rangkuman .......................................................................................................................... 27
D. Evaluasi ................................................................................................................................ 28

BAB III PENERBITAN PAKTA KOMITMEN K3 KEMENTERIAN PU.................................................. 29


A. Pelaksanakan Bimbingan Teknis SMK3 Konstruksi ............................................................... 32
B. Pelaksanakan Monev dan Pendampingan Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi
pada PPK .............................................................................................................................. 36
C. Rangkuman ......................................................................................................................... 39
D. Evaluasi ................................................................................................................................ 39

BAB IV PENUTUP ........................................................................................................................ 41

ii
A. Evaluasi Kegiatan Belajar ..................................................................................................... 41
B. Tindak Lanjut ....................................................................................................................... 41

KUNCI JAWABAN ........................................................................................................................ 43


DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 51
GLOSARIUM ............................................................................................................................... 52

iii
Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Modul ini menyajikan mengenai kondisi tren kecelakaan di pekerjaan
konstruksi memiliki data statistik kecenderung tidak menurun, bahkan dengan
naiknya intensitas pekerjaan konstruksi kecelakaan yang terjadi juga cenderung
meningkat setiap tahunnya (data jamsostek sejak tahun 2000, sekarang BPJS
Ketenagakerjaan), bahwa kecelakaan adalah suatu keadaan atau kejadian yang
tidak direncanakan, tidak diingini, dan tidak diduga sebelumnya, dimana
kecelakaan dapat terjadi sewaktu-waktu dan mempunyai sifat yang merugikan
bagi : cideranya manusia, rusaknya mesin atau peralatan konstruksi, bahkan
terhadap rusaknya asset/properti perusahaan, terlambatnya penyelesaian
waktu pekerjaan konstruksi Karena terhentinya proses produksi konstruksi,
serta kemungkinan mengakibatkan dampak negatif bagi lingkungan untuk
kecelakaan yang berdampak besar dan meluasnya area kecelakaan, dan
semuanya itu berdampak kepada.

B. Deskripsi Singkat
Kegiatan Konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan di
Indonesia, yang pada dewasa ini pekerjaan konstruksi, mampu memberikan
peningkatan / pertumbuhan ekonomi, karena dengan banyaknya kegiatan
konstruksi khususnya infrastruktur maka akan memberikan dampak dalam
penyerapan anggaran yang menjadi penentu pertumbuhan ekonomi sektor
konstruksi, serta mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup
banyak, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya
pada bidang konstruksi, namun pengelolaan kegiatan konstruksi yang salah
khususnya, pada kondisi tidak tertibnya penyelenggaraan konstruksi

Pusdiklat SDA dan Konstruksi 1


Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan konstruksi, maka akan


mengakibatkan :

1. potensi membahayakan, yang menimbulkan berbagai dampak yang tidak


diinginkan antara lain, menyangkut aspek keselamatan dan kesehatan kerja
dan lingkungan, sebagaimana diuraikan pada alinea pertama dari latar
belakang ini, yakni dari data yang ada di BPJS ketenagakerjaan bahwa
kecelakaan kerja sektor konstruksi di Indonesia menjadi penyumbang
terbesar dari sektor - sektor lainnya.
2. kegagalan konstruksi dan/atau kegagalan bangunan, yang dapat berdampak
pada kecelakaan yang dialami secara langsung oleh para pekerja, bahkan
kemungkinan oleh masyarakat di sekitar tempat kegiatan konstruksi
Kegagalan konstruksi terjadi pada dua kondisi, pertama pada saat
terjadi proses konstruksi, kondisi ini yang dapat berdampak pada kecelakaan
yang dialami langsung oleh para pekerja. Kondisi Kedua, kegagalan bangunan
dapat terjadi pada masa pembangunan yang telah selesai dikerjakan / pada
masa pemeliharaan pembangunan dimana terdapat proses inspeksi untuk
mengukur atau menilai kualitas infrastuktur, misalnya Bendungan, kualitas
jembatan, dan bangunan. Pada kondisi kedua ini, jika kegagalan konstruksi
tidak menjadi perhatian khusus, maka akan berdampak pada kecelakaan
yang menimpa masyarakat.
Beberapa kasus kecelakaan sesuai kondisi pertama diatas, kasus
kegagalan konstruksi dan kecelakaan kerja runtuhnya Grogol Fly Over setelah
pelaksanaan pengecoran plat jembatan berumur 14 hari; runtuhnya Kanopi
Stadion Tenis di Riau (September 2012); runtuhnya Plat Tangga Pada Proyek
GOR Koja di Jakarta (September 2013); runtuhnya Plat Lantai Pada Proyek
Ruko di Samarinda (3 Juni 2014); robohnya Proyek Pembangunan Jembatan
Penghubung Gedung Badan Perpustakaan Dan Arsip Daerah DKI-Jakarta (3
November 2014); kecelakaan pada Pembangunan Drainase di Jalan

Pusdiklat SDA dan Konstruksi 2


Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

Alternatif Cibubur (9 November 2014) terjadi kecelakaan sepeda motor yang


menabrak pagar pengaman dan masuk ke lubang galian PIT/MH14 dari 28 PIT
/ MH yang sedang dikerjakan, karena tidak adanya rambuh pengaman, lampu
rotary, signal man dan pagar pengaman yang cukup, contoh lainnya potensi
terjadinya kecelakaan pada contoh kasus perilaku dan kondisi tidak aman
yakni 27 Pekerja bekerja di tempat ketinggian tanpa pengaman
(Pembangunan Gedung Penataan Ruang dan Fasilitas Penunjang Kampus
Pekerjaan Umum di Komplek Kementerian Pekerjaan Umum, 2014)
Beberapa kasus kecelakaan kerja sesuai kondisi kedua diatas,
kegagalan konstruksi dan atau kegagalan bangunan yang terjadi beberapa
tahun terakhir antara lain, ambruknya ruas jalan martadinata jakarta (15
September 2010), robohnya Jembatan Kutai Kertanegara di Kalimantan
Timur (November 2011) yang terjadi pada saat pekerjaan pemeliharaan
dilakukan (kegagalan bangunan), runtuhnya hanggar bandara udara Sultan
Hasanudin (Kecelakaan Kerja) (Maret 2015), Tergulingnya crane di proyek
normalisasi sungai Ciliwung (Oktober 2015) (Kecelakaan Kerja), serta
Robohnya deck jembatan I Dompak (Oktober 2015) karena kecelakaan kerja,
telah menimbulkan korban dan kerugian jiwa, harta benda, serta lingkungan
yang besar.

C. Tujuan Pembelajaran
Kompetensi Dasar pembelajaran ini ialah Setelah selesai pembelajaran
peserta diharapkan mampu menguraikan kebijakan dan penyelenggaraan
SMK3. Indikator keberhasilan yang diharapkan setelah selesai mempelajari
modul ini ialah, mampu :
1. Menguraikan Kebijakan Nasional dan Kebijakan PUPR
2. Mendeskripsikan Penerbitan pakta Komitmen K3 Kementrian PU

Pusdiklat SDA dan Konstruksi 3


Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok


Materi Pokok 1 Kebijakan K3
A. Kebijakan Nasional SMK3
B. Kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementrian PUPR

Materi Pokok 2 Penerbitan Pakta Komitmen K3 Kementerian PU


A. Pelaksanakan Bimbingan Teknis SMK3 Konstruksi
B. Pelaksanakan Monev dan Pendampingan Penyelenggaraan SMK3
Konstruksi pada PPK

Pusdiklat SDA dan Konstruksi 4


Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

BAB II
KEBIJAKAN K3

Indikator Keberhasilan :
• Menguraikan Kebijakan Nasional dan Kebijakan PUPR

A. Kebijakan Nasional SMK3


Kebijakan Nasional SMK3 telah ditetapkan melalui Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, berikut lampirannya, yang dimaksudkan
memberikan arah petunjuk penerapannya dan dilakukannya penilaian untuk
mengetahui konsistensi pelaksanaannya melalui sistem audit penerapan yang
dilakukan oleh badan independen yang ditunjuk oleh Kementrian Teknis K3,
yaitu Kementrian Tenaga Kerja.
Secara umum penjabaran dari isi PP 50 tahun 2012 adalah bagaimana
kegiatan kerja ditempat kerja atu di dalam perusahaan, mampu mengantarkan
proses integrasi prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja kedalam
operasi tempat kegiatan kerja atau perusahaan atau pada industri konstruksi
dalam skala besar atau pada pekerjaan konstruksi dalam skala kecil.
Dalam PP 50 Tahun 2012, termuat dalam Pasal 2 Penerapan SMK3
bertujuan untuk:
1. meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi;
2. mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau
serikat pekerja/serikat buruh; serta,
3. menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk
mendorong produktivitas.
Secara isi keseluruhan PP 50 Tahun 2012 memberikan dasar penerapan
SMK3 dalam 5 prinsip dasar atau 5 elemen pokok, dengan petunjuk
Pusdiklat SDA dan Konstruksi 5
Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

penerapannya dalam 12 sub elemen dan 166 kriteria. Penerapan SMK3 ini
hukumnya wajib untuk dilaksanakan (tertuang dalam pasal 5 ayat (1) dan (2)),
apabila :
1. mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang; atau
2. mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi

1. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Lima prinsip dasar atau 5 elemen pokok dari penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), berikut detail
penjelasan dari ke 5 prinsip penerapan SMK3, adalah :
a. Penetapan Kebijakan K3;
1) Penetapan dan Penerapan Kebijakan K3:
2) Penyusunan Kebijakan K3:
3) Penetapan Kebijakan (4 syarat )
4) Komitmen tingkatan pimpinan
5) Pelaksanaan sosialisasi harus menyeluruh
6) Peran serta pekerja & orang lain di tempat
7) Peninjauan ulang
b. Perencanaan K3;
1) Rencana K3 berdasarkan: penelahaan awal, HIRA,
2) Peraturan dan persyaratan
3) Rencana K3 memuat: tujuan & sasaran, skala prioritas, upaya
pengendalian bahaya, penetapan sumber daya, jangka waktu
pelaksanaan, indikator pencapaian, sistem pertanggung-jawaban,
konsultasi
c. Pelaksanaan Rencana K3;
Pelaksanaan Rencana K3 dilakukan dengan:
1) Penyediaan SDM sesuai kualifikasi
a) Prosedur Pengadaan Sumber Daya Manusia
Pusdiklat SDA dan Konstruksi 6
Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

b) Konsultasi, Motivasi dan Kesadaran


c) Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat
d) Pelatihan dan Kompetensi Kerja
2) Penyediaan sarana & prasarana:
a) Organisasi/Unit yang bertanggung jawab di bidang K3
b) Anggaran dan pelatihan
c) Prosedur operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta
pendokumentasian
d) Instruksi kerja
3) Kegiatan dalam pelaksanaan rencana K3 paling sedikit meliputi:
a) Tindakan Pengendalian
b) Perancangan dan Rekayasa
c) Prosedur dan Instruksi Kerja
Dalam membuat prosedur dan instruksi kerja, khususnya
dalam pengendalian operasi K3, prosedur dan/atau instruksi kerja
yang dibuat, sangat tergantung dari besar dan/atau kecilnya ruang
lingkup pekerjaan yang ditananginya, dicontohkan meliputi :
prosedur / petunjuk kerja sebagaimana dibawah ini yang
tyergantung dari tingkatan kegiatan yang ada dilapangan,
diantaranya :
(1) Prosedur Kerja Aman (Safe Working Practices)
(2) Prosedur kebersihan dan penyelamatan Lingkungan
(3) Prosedur penyelamatan keadaan darurat
(4) Prosedur Kesehatan Kerja.
(5) Prosedur penanggulangan Kebakaran,
(6) Prosedur pemenuhan Sarana dan Fasifitas
(7) Petunjuk kerja ijin kerja ruang terbatas dan tertutup
(8) Prosedur Identifikasi Bahaya (Hazards identification)

Pusdiklat SDA dan Konstruksi 7


Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

(9) Prosedur Pembinaan dan Pelatihan (Safety Training&


Education)
(10) Petunjuk Kerja Evaluasi Keselamatan Proyek (Project Safety
Review)
(11) Petujuk penggunaan Alat Keselamatan (Safety Equipment)
(12) Prosedur pengelolaan Keselamatan Lalu Lintas Jafan (Traffic
Safety)
(13) Petunjuk Kerja nspeksi K3 (Safety innspection)
(14) Prosedur Penyelidikan Kecelakaan (Incident Investigation)
(15) Prosedur Pengelolaan Limbah (Waste Management)
(16) Petunjuk Kerja Sistem Pelaporan K3 (Safety Reporting
Systems)
(17) Prosedur Audit K3 (Safety Audit).
(18) Dan lain-laingnya yang sangat tergantung dari ruang lingkup
dan tingkatan kegiatan kerja dilapangan
d) Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan
e) Pembelian/Pengadaan Barang dan Jasa
f) Produk Akhir
g) Upaya Menghadapi Keadaan Darurat Kecelakaan dan Bencana
Industri
h) Rencana dan Pemulihan Keadaan Darurat
d. Pemantauan Dan Evaluasi Kinerja K3;
1) Pemeriksaan, Pengujian, dan Pengukuran,
a) Pemeriksaan / inspeksi
b) Pengujian dan Pengukuran,
c) Pelaporan dan Pendataan,
2) Audit Internal SMK3
e. Peninjauan Dan Peningkatan Kinerja SMK3.
1) tinjauan ulang terhadap penerapan SMK3 secara berkala; dan
Pusdiklat SDA dan Konstruksi 8
Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

2) tinjauan ulang SMK3 harus dapat mengatasi implikasi K3 terhadap


seluruh kegiatan, produk barang dan jasa termasuk dampaknya
terhadap kinerja perusahaan,
Tinjauan ulang penerapan SMK3, paling sedikit meliputi:
a) evaluasi terhadap kebijakan K3;
b) tujuan, sasaran dan kinerja K3;
c) hasil temuan audit SMK3; dan
d) evaluasi efektifitas penerapan SMK3, dan kebutuhan untuk
pengembangan SMK3, yang dapat diperoleh misalnya dari masukan
adanya :
(1) Perubahan menyangkut adanya :
(a) Peraturan baru/revisi
(b) Tuntutan pasar/pihak luar
(c) Perubahan Struktur Organisasi
(d) Rekomendasi
(e) Hasil Kajian dan masukan karyawan
(2) Tindakan Perbaikan yang harus diambil dari hasil inspeksi dan
Audit
Sedangkan 12 elemen sebagai penjelasan detail dari 5 prinsip dasar
penerapan SMK3, di berikan sebagai berikut,

NO ELEMEN SUB ELEMEN (KRITERIA)

1. Pembangunan dan 1.1 Kebijakan K3; (5)


terjaminnya 1.2 Tanggungjawab dan wewenang utk
pelaksanaan
komitmen bertindak;(7)
1.3 Tinjauan dan Evaluasi; (3)
1.4 Keterlibatan dan Konsultasi dgn
tenaga kerja. (11)

Pusdiklat SDA dan Konstruksi 9


Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

2. Pembuatan dan 2.1 Rencana Strategi K3;(6)


Pendokumentasian 2.2 Manual SMK3;(3)
Rencana K3
2.3 Peraturan Perundangan dan Persyaratan lain
dibidang K3. (4)
2.4. Informasi K3 (1)

3. Pengendalian 3.1 Pengendalian Perancangan; (4)


perancangan dan 3.2 Peninjauan Kontrak. (4)
Peninjauan
Kontrak

4. Pengendalian 4.1 Persetujuan, pengeluaran dan


Dokumen pengendalian dokumen;(4)
4.2 Perubahan dan modifikasi dokumen (3)

5. Pembelian dan 5.1 Spesifikasi pembelian barang dan jasa;(4)


Pengendalian 5.2 Sistem verifikasi utk brg & jasa yg dibeli (1)
Produk
5.3 Pengendalian barang dan jasa yg dipasok
pelanggan; (2)
5.4 Kemampuan telusur produk (2)

6. keamanan bekerja 6.1 Sistem Kerja;(9)


berdasarkan 6.2 Pengawasan;(5)
SMK3;
6.3 Seleksi dan Penempatan Personil;(2)
6.4 Area Terbatas (4)
6.5 Pemeliharaan, Perbaikan dan Perubahan Sarana
Produksi; (9)
6.6 Pelayanan;(2)
6.7 Kesiapan untuk menangani keadaan
darurat;(7)
6.8 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan;(2)
6.7 Rencana Pemulihan Keadaan Darurat (1)

7. standar 7.1 Pemeriksaan Bahaya;(6)


pemantauan; 7.2 Pemantauan/pengukuran Lingkungan
Kerja;(2)
7.3 Peralatan Inspeksi, Pengukuran dan
Pusdiklat SDA dan Konstruksi 10
Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

Pengujian;(2)
7.4 Pemantauan Kesehatan Kerja.(5)

8. pelaporan dan 8.1 Pelaporan Bahaya;(1)


perbaikan 8.2 Pelaporan Kecelakaan (2)
kekurangan;
8.3 Pemeriksaan dan Pengkajian Kecelakaan
Kerja;(6)
8.4 Penanganan Masalah; (2)

9. pengelolaan 9.1 Penanganan secara manual dan


material dan mekanis;(4)
perpindahannya;
9.2 Sistem Pengangkutan, penyimpanan dan
Pembuangan;(3)
9.3 Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya.(6)

10. pengumpulan dan 10.1 Catatan K3;(5)


penggunaan data; 10.2 Data dan Laporan K3.(2)

11. pemeriksaan 11.1 Audit Internal Sistem Manajemen K3.(4)


SMK3;

12. pengembangan 12.1 Strategi Pelatihan;(8)


keterampilan dan 12.2 Pelatihan bagi Manajemen dan
kemampuan
Penyelia;(2)
12.3 Pelatihan bagi Tenaga Kerja;(3)
12.4 Pelatihan untuk Pengenalan dan
Pelatihan Pengunjung dan Kontraktor;(2)
12.5 Pelatihan Keahlian Khusus. (1)

B. Kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementrian PUPR


Untuk menjamin kesinambungan pelaksanaan penyelenggaraan SMK3,
diperlukan penjabaran dari kebijakan yang harus diambil dan ditetapkan,
sebagai bentuk penjabaran dari Kebijakan Nasional yang telah ditetapkan
sebelumnya, pada kondisi ini Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan
rakyat, telah mengambil keputusan untuk menindak lanjuti dengan
Pusdiklat SDA dan Konstruksi 11
Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

mengeluarkan paket kebijakan yang telah dan akan ditetapkan kemudian,


diantaranya dengan :
1 Menerbitkan Kebijakan K3 Kementerian PU
2 Menerbitkan Pakta Komitmen K3 Kementerian PU
3 Melaksanakan Bimbingan Teknis SMK3 Konstruksi
4 Melaksanakan Monev dan Pendampingan Penyelenggaraan
5 SMK3 Konstruksi pada PPK
6 Meningkatkan kapasitas aparat di daerah dengan menyelenggarakan TOT
SMK3 Konstruksi PUPR dan,
7 Menerbitkan Pedoman SMK3L PUPR

1. Penerbitan Kebijakan K3 Kementerian PU


Kementrian Pekerjaan Umum saat itu (sekarang Kementrian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat), telah mengeluarkan kebijakan berupa
peraturan menteri yakni Peraturan Menteri Pu No.09/PRT/M/2008 Pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum yang kemudian berubah menjadi Peraturan
Menteri PU NO.05/PRT/M/2014 Tentang: Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan
Umum, yang secara garis besarnya mengandung isi sebagaimana berikut ini,
(sedangkan detailnya dapat dilihat pada Permen PU NO.05/PRT/M/2014 itu
sendiri) :
Bab I : Ketentuan Umum
Bab II : Maksud, Tujuan dan Ruang Lingkup
Bab III : Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU
Bab IV : Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang
Bab V : Biaya Penyelenggaraan SMK3)Konstruksi Bidang PU
Bab VI : Sanksi
Bab VII : Ketentuan Penutup
Pusdiklat SDA dan Konstruksi 12
Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

LAMPIRAN:
Lampiran I : Tata Cara Penetapan Tingkat Risiko K3 Konstruksi
Lampiran II : Format Rencana K3 Kontrak (RK3K)
Lampiran III : Format Surat Peringatan, Surat Penghentian Pekerjaan dan
Surat Keterangan Nihil Kecelakaan Kerja

BAB I KETENTUAN UMUM

Ahli K3 dan Petugas K3 Ahli K3 Konstruksi : Tenaga teknis yang


mempunyai kompetensi khusus di bidang K3 Konstruksi dalam
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi SMK3 Konstruksi yang
dibuktikan dengan sertifikat pelatihan dan kompetensi yang diterbitkan oleh
lembaga atau instansi yang berwenang sesuai dengan Undang-Undang.
Petugas K3 Konstruksi : Petugas di dalam organisasi Pengguna Jasa
dan/atau organisasi Penyedia Jasa yang telah mengikuti pelatihan/bimbingan
teknis SMK3 Konstruksi Bidang PU, dibuktikan dengan surat keterangan
mengikuti pelatihan/bimbingan teknis SMK3 Konstruksi Bidang PU. Biaya
SMK3 dan Rencana K3 Kontrak ( RK3K ) : Biaya yang diperlukan untuk
menerapkan SMK3 dalam setiap pekerjaan konstruksi yang harus
diperhitungkan dan dialokasikan oleh Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa.
Rencana K3 Kontrak (RK3K) : Dokumen lengkap rencana penyelenggaraan
SMK3 Konstruksi Bidang PU dan merupakan satu kesatuan dengan dokumen
kontrak suatu pekerjaan konstruksi, yang dibuat oleh Penyedia Jasa dan
disetujui oleh Pengguna Jasa, untuk selanjutnya dijadikan sebagai sarana
interaksi antara Penyedia Jasa dengan Pengguna Jasa dalam
penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang PU.

Pusdiklat SDA dan Konstruksi 13


Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

BAB II MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP


Tujuan diberlakukannya Peraturan Menteri, agar penerapan SMK3
Konstruksi Bidang PU dapat diterapkan secara konsisten untuk:
a. meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur dan
terintegrasi;
b. dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja
c. menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien,
untuk mendorong produktifitas.
Ruang lingkup berlakunya Peraturan Menteri Permen 05/PRT/M2016,
untuk Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU dilingkungan pekerjaan, namun
Instansi di luar Kementerian Pekerjaan Umum dapat menggunakan
pedoman ini. Yang isisnya mencakup :
a. Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang; dan
b. Biaya Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang PU.

BAB III PENERAPAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PU


Penyelenggaraan penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU dalam
pekerjaan konstruksi bidang Pekerjaan Umum wajib memenuhi standar
penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU.yang meliputi :
a. SMK3 Konstruksi Bidang PU meliputi:
1) Kebijakan K3;
2) Perencanaan K3;
3) Pengendalian Operasional;
4) Pemeriksaan dan Evaluasi Kinerja K3; dan
5) Tinjauan Ulang Kinerja K3.
b. SMK3 Konstruksi Bidang PU sebagaimana yang dimaksud dimaksud pada
butir 1), diatas, wajib diterapkan pada tahapan sebagai berikut:

Pusdiklat SDA dan Konstruksi 14


Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

1) Tahap Pra Konstruksi:


a) Rancangan Konseptual, meliputi Studi Kelayakan/Feasibility
Study, Survei dan Investigasi;
b) Detailed Enginering Design (DED);
c) Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa.
2) Tahap Pemilihan Penyedia Barang/Jasa (Procurement);
3) Tahap Pelaksanaan Konstruksi; dan
4) Tahap Penyerahan Hasil Akhir Pekerjaan.
Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU harus berdasarkan potensi
bahaya, mencakup :
a. Potensi bahaya tinggi, apabila pekerjaan bersifat berbahaya dan/atau
mempekerjakan tenaga kerja paling sedikit 100 orang dan/atau nilai
kontrak diatas Rp. 100.000.000.000,- (seratus milyar rupiah); Pelaksanaan
Konstruksi dengan potensi bahaya tinggi wajib melibatkan Ahli K3
konstruksi.
b. Potensi bahaya rendah, apabila pekerjaan bersifat tidak berbahaya
dan/atau mempekerjakan tenaga kerja kurang dari 100 orang dan/atau
nilai kontrak dibawah Rp. 100.000.000.000,- (seratus milyar rupiah).
Pelaksanaan konstruksi dengan potensi bahaya rendah wajib melibatkan
Petugas K3 konstruksi.
c. Tahap Pra Konstruksi Rancangan Konseptual (Studi Kelayakan, Survei dan
Investigasi) wajib memuat telaahan aspek K3. Penyusunan Detailed
Engineering Desain (DED) wajib : mengidentifikasi bahaya, menilai Risiko K3
serta pengendaliannya pada penetapan kriteria perancangan dan pemilihan
material, pelaksanaan konstruksi, serta Operasi dan Pemeliharaan;
mengidentifikasi dan menganalisis Tingkat Risiko K3 dari kegiatan/proyek
yang akan dilaksanakan.

Pusdiklat SDA dan Konstruksi 15


Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

d. Tahap Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Dokumen Pemilihan Penyedia


Barang/Jasa harus memuat persyaratan K3 Konstruksi yang merupakan
bagian dari ketentuan persyaratan teknis.
e. Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa harus memuat ketentuan
tentang:
1) potensi bahaya, jenis bahaya dan identifikasi bahaya K3 Konstruksi
yang ditetapkan oleh PPK berdasarkan Dokumen Perencanaan atau
dari sumber lainnya
2) kriteria evaluasi RK3K. Untuk pekerjaan dengan potensi bahaya tinggi,
3) wajib mempersyaratkan rekrutmen Ahli K3 Konstruksi dan dapat
dipersyaratkan sertifikat SMK3 perusahaan.
4) Pada saat aanwijzing, potensi, jenis, identifikasi bahaya K3 dan
persyaratan K3 Konstruksi wajib dijelaskan.
5) Penetapan kebijakan K3 yang berlaku bagi seluruh Penyedia Jasa, jika
penyedia jasa dalam bentuk Kerja Sama Operasi (KSO),
f. Penyedia jasa Wajib membuat RK3K dan meninjau ulang setiap ada
perubahan pekerjaan dilapangan. RK3K yang dibuat harus mencakup
1) Rencana biaya K3, apabila Penyedia Jasa tidak memperhitungkan biaya
K3 Konstruksi atau rencana biaya K3 Konstruksi yang diperhitungkan
ternyata tidak mencukupi untuk pelaksanaan program K3 maka
Penyedia Jasa tetap wajib melaksanakan program K3 Konstruksi sesuai
dengan RK3K yang telah disetujui oleh PPK.
2) wajib melengkapi RK3K dengan rencana penerapan K3 Konstruksi
untuk seluruh tahapan pekerjaan.
3) Penyedia Jasa wajib melaksanakan perbaikan dan peningkatan kinerja
sesuai hasil evaluasi kinerja RK3K yang dilakukan triwulanan, dalam
rangka menjamin kesesuaian dan efektifitas penerapan RK3K. Dan

Pusdiklat SDA dan Konstruksi 16


Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

4) Menyatakan dengan jelas, apabila terjadi kecelakaan kerja, Penyedia


Jasa wajib membuat laporan kecelakaan kerja kepada PPK, Dinas
Tenaga Kerja setempat, paling lambat 2 x 24 jam.
5) Membuat laporan dengan wajib melaksanakan perbaikan dan
peningkatan kinerja sesuai hasil evaluasi kinerja RK3K yang dilakukan
triwulanan, dalam rangka menjamin kesesuaian dan efektifitas
penerapan RK3K
g. Pada tahap Tahap Pelaksanaan Konstruksi RK3K, diawal sebelum mulainya
proyek harus dipresentasikan pada rapat persiapan pelaksanaan
pekerjaan konstruksi/ Pre Construction Meeting (PCM) oleh Penyedia Jasa,
untuk disahkan dan ditanda tangani oleh PPK dengan menggunakan
Format pada Lampiran 2. RK3K yang telah disahkan menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari dokumen kontrak pekerjaan konstruksi dan menjadi
acuan penerapan SMK3 pada pelaksanaan konstruksi.
h. Tahap Penyerahan Hasil Akhir Pekerjaan Pada saat pelaksanaan uji coba
dan laik fungsi sistem (testing dan commissioning) untuk penyerahan
hasil akhir pekerjaan, Ahli K3 Konstruksi/Petugas K3 Konstruksi harus
memastikan bahwa prosedur K3 telah dilaksanakan. Laporan Penyerahan
Hasil Akhir Pekerjaan wajib memuat hasil kinerja SMK3, statistik
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta usulan perbaikan untuk
proyek sejenis yang akan datang.

BAB IV TUGAS TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG


TUGAS TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG PEJABAT ESELON I
Bertanggung jawab dalam penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU
untuk pekerjaan konstruksi di lingkungan Unit Kerja Eselon I yang
bersangkutan; Menetapkan norma, standar, prosedur dan kriteria sesuai
kebutuhan penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU di lingkungan unit
kerjanya, mengacu pada ketentuan teknis yang berlaku; Menyusun Petunjuk

Pusdiklat SDA dan Konstruksi 17


Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

Pelaksanaan Tata Cara Penilaian Aspek K3 Konstruksi dalam proses Pemilihan


Penyedia Barang/Jasa; Melakukan koordinasi hasil penerapan SMK3
Konstruksi Bidang PU di lingkungan unit kerjanya dengan Badan Pembinaan
Konstruksi untuk selanjutnya diteruskan kepada Menteri; Apabila ditemukan
hal-hal yang sangat berbahaya, maka dapat memberi peringatan atau
meminta PPK untuk memberhentikan pekerjaan sementara sampai dengan
adanya tindakan perbaikan.

TUGAS TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG PEJABAT PEMBUAT


KOMITMEN
Menerapkan SMK3 Konstruksi Bidang PU untuk setiap paket pekerjaan
konstruksi; Mengidentifikasi dan menetapkan potensi bahaya K3 Konstruksi;
Dalam mengidentifikasi bahaya dan menetapkan potensi bahaya K3
Konstruksi, PPK dapat mengacu hasil dokumen perencanaan atau
berkonsultasi dengan Ahli K3 Konstruksi; Menetapkan Harga Perkiraan
Sendiri (HPS) yang didalamnya memperhitungkan biaya penyelenggaraan
SMK3 Konstruksi Bidang PU; Dalam melakukan pengawasan pelaksanaan
RK3K dan evaluasi kinerja SMK3 Konstruksi Bidang PU, PPK dibantu oleh Ahli
K3 Konstruksi/Petugas K3 Konstruksi dari internal dan/atau eksternal
organisasi PPK;
Memberi surat peringatan secara bertahap kepada Penyedia Jasa
apabila Penyedia Jasa tidak melaksanakan RK3K yang telah ditetapkan,
dengan menggunakan contoh format sesuai Lampiran 3.1 dan Lampiran 3.2;
Menghentikan bagian pekerjaan yang dinilai berisiko K3 apabila peringatan
ke-2 tidak ditindaklanjuti oleh Penyedia Jasa, dengan menggunakan contoh
format sesuai Lampiran 3.3; Dalam kondisi Penyedia Jasa melakukan
pekerjaan yang dapat berakibat fatal, PPK dapat menghentikan pekerjaan
sampai upaya pengendalian telah dilakukan secara memadai; dan, risiko
kerugian akibat penghentian pekerjaan sebagaimana pada pasal 11 huruf d,
Pusdiklat SDA dan Konstruksi 18
Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

12 huruf e, 13 huruf c, 14 huruf d, 15 huruf e, dan pasal 16 huruf k dan huruf l


menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa; Bertanggung jawab atas terjadinya
kecelakaan kerja konstruksi, apabila PPK tidak melaksanakan ketentuan
sebagaimana dimaksud pada huruf k, huruf l dan/atau huruf m di atas;

TUGAS TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG POKJA ULP


Memeriksa kelengkapan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) dan memastikan
bahwa biaya SMK3 telah dialokasikan dalam biaya umum.
Apabila HPS belum mengalokasikan biaya SMK3 Konstruksi Bidang PU,
maka Pokja ULP wajib mengusulkan perubahan kepada PPK untuk dilengkapi.
Menyusun dokumen pemilihan Penyedia Barang/Jasa sesuai kriteria yang
didalamnya memuat: Uraian Pekerjaan; Potensi Bahaya; Identifikasi bahaya
K3;

TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG PENYEDIA JASA PERENCANA


KONSTRUKSI
Tugas dan Tanggung Jawab Penyedia Jasa Perencana Konstruksi
meliputi membuat telaahan aspek K3 dalam perencanaan pekerjaan
konstruksi bidang PU. Berhak meminta penjelasan kepada Pokja ULP tentang
Risiko K3 Konstruksi termasuk kondisi dan potensi bahaya yang dapat terjadi
pada saat Rapat Penjelasan Pekerjaan (aanwizjing) atau pada waktu sebelum
batas akhir pemasukan penawaran; Menyampaikan RK3K Penawaran sebagai
lampiran dokumen penawaran;

TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG PENYEDIA JASA KONSTRUKSI


Apabila ditetapkan sebagai pemenang lelang maka: Menyampaikan
RK3K yang memuat seluruh kegiatan dalam pekerjaan yang akan
dilaksanakan pada saat rapat persiapan pelaksanaan pekerjaan konstruksi
atau disebut Pre Construction Meeting (PCM);
Pusdiklat SDA dan Konstruksi 19
Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

Menugaskan Ahli K3 Konstruksi untuk setiap paket pekerjaan yang


mempunyai Tingkat Potensi Bahaya K3 Tinggi atau Petugas K3 Konstruksi
untuk paket pekerjaan dengan Tingkat Potensi Bahaya K3 Rendah.
Menghitung dan memasukkan biaya penyelenggaraan SMK3 Konstruksi
Bidang PU dalam harga penawaran sebagai bagian dari biaya umum;
Membuat rangkuman aktifitas pelaksanaan SMK3 Konstruksi Bidang PU
sebagai bagian dari Dokumen Serah Terima Kegiatan pada akhir kegiatan;
Melaporkan kepada PPK dan Dinas yang membidangi ketenagakerjaan
setempat tentang kejadian berbahaya, kecelakaan kerja konstruksi dan
penyakit akibat kerja konstruksi dalam bentuk laporan bulanan;

BAB V BIAYA PENYELENGGARAAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PU


Biaya penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang PU dialokasikan dalam
biaya umum yang mencakup:
a. Penyiapan RK3K;
b. Sosialisasi dan promosi K3;
c. Alat pelindung kerja;
d. Alat pelindung diri;
e. Asuransi dan perijinan;
f. Personil K3;
g. Fasilitas sarana kesehatan;
h. Rambu-rambu; dan
i. Lain-lain terkait pengendalian risiko K3.
Rencana biaya penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang PU
menjadi bagian dari RK3K, yang disepakati dan disetujui pada saat rapat
persiapan pelaksanaan pekerjaan konstruksi (Pre Construction Meeting).

Pusdiklat SDA dan Konstruksi 20


Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

BAB VI SANKSI
PPK yang tidak melaksanakan aturan SMK3 sebagaimana diamanatkan
dalam Peraturan Menteri ini maka dapat dikenakan Sanksi Administrative
sesuai ketentuan yang berlaku.

BAB VII KETENTUAN PENUTUP


Seluruh lampiran dalam peraturan menteri ini yang meliputi lampiran
1: Tata Cara Penetapan Tingkat Risiko K3 Konstruksi, Lampiran 2: Format
Rencana K3 Kontrak (RK3K), Lampiran 3: Format Surat Peringatan, Surat
Penghentian Pekerjaan Dan Surat Keterangan Nihil Kecelakaan Kerja,
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan ini. Pada saat
Peraturan Menteri ini mulai berlaku, maka Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 09/PRT/M/2008 tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi Bidang Pekerjaan
Umum dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2014 tentang
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum, maka Kementrian PU saat itu (sekarang
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat), menindak lanjuti
dengan menetapkan ”KEBIJAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA” ,
yang dukuhkan pada tanggal 12 Pebruari 2009, diberikan pada halaman
berikut ini. Dengan tujuan agar seluruh pihak terkait dalam penandatangan
kebijakan yakni Jajaran Kemntrian PU dan Mitra Kerja wajib dan peduli untuk
menyelenggarakan dan/atau menerapkan SMK3, disemua kegiatan kerjanya,
termasuk diseluruh jaran dibawahnya wajib mentaati kebijakan yang telah
dibuat oleh pucuk Pimpinan Kementrian

Pusdiklat SDA dan Konstruksi 21


Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

Penerbitan Kebijakan Kementrian PU

Pusdiklat SDA dan Konstruksi 22


Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

Kebijakan Kementrian Pekerjaan Umum dan sekarang masih


berlaku walaupun telah berubah menjadi kementrian Pekerjaan Umum
dan Perumahan rakyat, dijelaskan dalam urain detail berikut ini :
Butir (1): “Memastikan semua peraturan perundangan tentang
keselamatan dan kesehatan kerja ditegakkan secara konsisten
oleh semua pihak.”
▪ Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan kerja maka
semua peraturan perundangan dan persyaratan lainnya serta
standar yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan
kerja harus ditegakkan secara konsisten bagi seluruh unit
kerja dan mitra kerja di lingkungan Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat.
Butir (2): “Memastikan keselamatan dan kesehatan kerja menjadi nilai
utama pada setiap penyelenggaraan kegiatan.”
▪ Segenap Pimpinan dan Pegawai di Lingkungan Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat harus memastikan,
bahwa K3 menjadi nilai utama pada setiap penyelenggaraan
kegiatan, sehingga menjadi kewajiban kita untuk, senantiasa
mengingatkan kepada diri sendiri maupun orang lain
terhadap bahaya yang ada di sekitar kita.
butir (3): “Memastikan setiap orang bertanggung jawab atas
keselamatan dan kesehatan kerja masing- masing orang yang
terkait dan orang yang berada di sekitarnya.”
▪ Setiap orang mempunyai tanggung jawab atas keselamatan
dan kesehatannya (K3), baik untuk diri sendiri maupun orang
lain.
▪ K3 adalah merupakan pemberian perlindungan kepada setiap
orang yang berada di tempat kerja, yang berhubungan

Pusdiklat SDA dan Konstruksi 23


Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

dengan pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan


kerja konstruksi, proses kerja dan lingkungan tempat kerja.
▪ Dalam hal ini, penyelenggaraan kegiatan harus diupayakan
secara maksimal bagi tercapainya keselamatan bagi siapa
saja yang terlibat, dan juga bagi masyarakat umum lainnya.
Butir (4): “Memastikan semua potensi bahaya di setiap tahapan
pekerjaan baik terkait dengan tempat, alat, maupun proses kerja
telah diidentifikasi, dianalis, dan dikendalikan secara efisien dan
efektif guna mencegah kecelakaan dan sakit akibat kerja.”
▪ Konsekuensi logis dalam pelaksanaan kegiatan adalah adanya
potensi bahaya atau risiko K3.
▪ Risiko K3 merupakan sesuatu yang melekat dan tidak
terpisahkan dari kegiatan itu sendiri.
▪ Setiap kegiatan yang dilaksanakan terdapat risiko kecelakaan
yang tidak dapat dihindari, sehingga langkah yang harus
dilakukan adalah, mengelola risiko melalui manajemen risiko.
▪ Keberhasilan dalam melaksanakan manajemen risiko akan
menentukan tingkat keberhasilan dalam upaya
meminimalisir risiko kecelakaan dan sakit akibat kerja.
▪ Menyikapi hal ini, maka sudah saatnya setiap unit kerja dapat
membentuk “Kelompok Kerja K3”, (sebagaimana Surat
Edaran Kepala Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber
Daya Manusia No. 37/SE/KK/2010 perihal, Penyelenggaraan
Sitem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Pekerjaan Umum.
▪ Diharapkan Kelompok kerja K3 ini dapat berperan aktif
melaksanakan tugas, diantaranya adalah melakukan
manajemen risiko dan melaksanakan penerapan SMK3
secara terkoordinasi dengan unit kerja yang lain.
Pusdiklat SDA dan Konstruksi 24
Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

Butir (5): “Memastikan penerapan sistem manajemen keselamatan dan


kesehatan kerja guna mengeliminasi, mengurangi dan
menghindari risiko kecelakaan dan sakit akibat kerja.”
▪ Dalam rangka penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3), semua kegiatan terkait SMK3
harus dimonitor dan dievaluasi secara mandiri oleh unit kerja
terkait, dan dilaporkan kepada Atasan Langsungnya untuk
dikoreksi dan sekaligus untuk mengetahui kendala apa yang
ada dalam penerapannya.
▪ Setiap kegiatan yang terkait SMK3 juga harus dibuktikan
dengan rekaman/bukti kerja, untuk memastikan apakah
risiko K3 sudah dilakukan langkah-langkah pengendalian
diantaranya yaitu “eliminasi” yaitu suatu upaya untuk
menghilangkan risiko kecelakaan dan sakit akibat kerja.
▪ Rekaman/bukti kerja ini wajib dikendalikan, dan dipakai
sebagai acuan dalam evaluasi atas penerapan SMK3, antara
lain dg melakukan inspeksi, utk memastikan antara
perencanaan pengendalian yg dibuat sesuai dengan
pelaksanaan dilapangan
Butir (6): “Memastikan peningkatan kapasitas keselamatan dan
kesehatan kerja para pejabat dan pegawai sehingga
berkompeten menerapkan SMK3 di lingkungan Departemen
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.”
▪ Dalam rangka membangun budaya K3, sudah selayaknya
para pejabat dan pegawai di lingkungan Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, meningkatkan
kapasitasnya untuk dapat menerapkan K3 secara baik.
▪ Untuk dapat mewujudkan hal itu, kata kuncinya adalah
kemampuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap
Pusdiklat SDA dan Konstruksi 25
Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

pimpinan dan seluruh pegawai dalam menjalan tugas dan


kewajibannya
Butir (7): “Memastikan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja ini
disosialisasikan dan diterapkan oleh para pejabat, pegawai dan
mitra kerja Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat.”
▪ Kita sadari bahwa penerapan K3 belum sepenuhnya menjadi
sikap mental dan budaya bagi para pimpinan, pegawai dan
mitra kerja, ini terbukti bahwa tingkat kekerapan (frequency
rate) dan tingkat keparahan (severity rate) kecelakaan kerja
masih relatif tinggi dan cenderung meningkat.
▪ Menyadari kondisi tersebut, maka sudah menjadi tanggung
jawab dan kewajiban semua pihak yang terkait, dalam
mengemban tugas di bidang K3, untuk mengantisipasi sedini
mungkin bahaya K3 melalui “penerapan prinsip-prinsip K3 di
tempat kerja”.
▪ Kegiatan ini bersifat preventif dan implementatif secara
berkelanjutan, perlindungan kepada seluruh
pegawai/pekerja termasuk mitra kerja serta pengamanan
peralatan produksi, pengamanan kualitas lingkungan kerja,
peningkatan derajad kesehatan, peningkatan kompetensi
bidang K3, penyebarluasan informasi kebijakan K3 dan
pengembangan SMK3 menuju tercapainya nihil kecelakaan
kerja guna peningkatan produktifitas kerja.
▪ Dengan telah ditetapkannya Kebijakan dan Pakta Komitmen
K3, diharapkan menjadi acuan bagi para pejabat, pimpinan
dan mitra kerja dalam menjalankan tugas dan fungsinya
dalam bidang K3 dan sekaligus mensosialisasikannya melalui
kegiatan struktural/rutinnya.
Pusdiklat SDA dan Konstruksi 26
Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

C. Rangkuman
Dalam membuat prosedur dan instruksi kerja, khususnya dalam
pengendalian operasi K3, prosedur dan/atau instruksi kerja yang dibuat, sangat
tergantung dari besar dan/atau kecilnya ruang lingkup pekerjaan yang
ditananginya. Sebagai bentuk penjabaran dari Kebijakan Nasional yang telah
ditetapkan sebelumnya, pada kondisi ini Kementrian Pekerjaan Umum dan
Perumahan rakyat, telah mengambil keputusan untuk menindak lanjuti dengan
mengeluarkan paket kebijakan yang telah dan akan ditetapkan
Kementrian Pekerjaan Umum saat itu (sekarang Kementrian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat), telah mengeluarkan kebijakan berupa
peraturan menteri yakni Peraturan Menteri Pu No.09/PRT/M/2008 Pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum yang kemudian berubah menjadi Peraturan Menteri
PU NO.05/PRT/M/2014 Tentang: Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
Bab I : Ketentuan Umum
Bab II : Maksud, Tujuan dan Ruang Lingkup
Bab III : Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU
Bab IV : Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang
Bab V : Biaya Penyelenggaraan SMK3)Konstruksi Bidang PU
Bab VI : Sanksi
Bab VII : Ketentuan Penutup
LAMPIRAN:
Lampiran I : Tata Cara Penetapan Tingkat Risiko K3 Konstruksi
Lampiran II : Format Rencana K3 Kontrak (RK3K)
Lampiran III : Format Surat Peringatan, Surat Penghentian Pekerjaan dan Surat
Keterangan Nihil Kecelakaan Kerja

Pusdiklat SDA dan Konstruksi 27


Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

D. Evaluasi
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar !
1. Sebutkan lima prinsip dasar atau 5 elemen pokok dari penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) !
2. Apakah yang dimaksud dengan petugas K3 konstruksi !
3. Jelaskan tujuan diberlakukannya Peraturan Menteri tentang SMK3
Konstruksi !
4. Apa sajakah yang termasuk tahapan dalam SMK3 konstruksi bidang PU?
5. Jelaskan wewenang dari pejabat pembuat komitmen !

Pusdiklat SDA dan Konstruksi 28


Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

BAB III
Penerbitan Pakta Komitmen K3 Kementerian PU

Indikator Keberhasilan :
• Mendeskripsikan Penerbitan pakta Komitmen K3
Kementrian PU

Penerbitan Pakta Komitmen K3 menjadi penting dilingkungan Kementrian


Pekerjaan Umum, guna mendukung terlaksananya kebijakan yang telah
ditetapkannya. Kebijakan dan Pakta Komitmen K3 Kementrian Pekerjaan Umum
yang telah ditetapkan diawal pebruari 2009, menjadi tonggak sejarah kebangkitan
penerapan SMK3 dilingkungan sekarang Kementrian Pekerjaan Umum, dan
sekarang masih berlaku walaupun telah berubah namanya menjadi Kementrian
Pekerjaan Umum dan Perumahan rakyat Pakta komitmen diberikan dengan uraian
penjelasannya pada bagian berikut dibawah ini :

Pusdiklat SDA dan Konstruksi 29


Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

Penerbitan dan Penetapan Pakta Komitmen

Pusdiklat SDA dan Konstruksi 30


Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

Kebijakan Kementrian Pekerjaan Umum dan sekarang masih


berlaku walaupun telah berubah menjadi kementrian Pekerjaan Umum
dan Perumahan rakyat, dijelaskan dalam urain detail berikut ini :

Butir (1): “KETELADANAN UNTUK KESELAMATAN.”


▪ Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
bersama Mitra Kerja menjadi keteladanan dalam
implementasi Sistem Manajemen K3 pada penyelenggaraan
konstruksi;
Butir (2): “KEUTAMAAN UNTUK KESELAMATAN.”
▪ Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
bersama Mitra Kerja mengutamakan K3 menjadi faktor kunci
sukses penyelenggaraan konstruksi;
Butir (3): “INTEGRASI UNTUK KESELAMATAN.”
▪ Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
bersama Mitra kerja menghasilkan perencanaan,
perancangan, pelaksanaan, pemanfaatan, pemeliharaan dan
pembongkaran konstruksi yang selamat;
Butir (4): “KOMPETENSI UNTUK KESELAMATAN.”
▪ Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
bersama Mitra Kerja mendayagunakan segala kapasitas dan
kompetensi individual kenihilan kecelakaan konstruksi;
Butir (5): “PENGETAHUAN UNTUK KESELAMATAN.”
▪ Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
bersama Mitra Kerja memutakhirkan pengetahuan secara
berkesinambungan untuk mengeliminasi, mengurangi dan
menghindari pelbagai faktor risiko kecelakaan konstruksi.
▪ adalah tekad kita bersama untuk bersinergi menjadi pelaku
konstruksi di Indonesia yang berkapasitas dan kompeten
Pusdiklat SDA dan Konstruksi 31
Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

sehingga proses konstruksi menjadi lebih efisien, efektif,


serta produk konstruksi berkualitas, bermanfaat dan
lingkungan tetap terjaga kelestariannya. Dalam konteks kita
sebagai pimpinan, pegawai dan mitra kerja di Lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
maka,
▪ kegiatan yang kita laksanakan akan selalu diupayakan
menuju pada pencapaian kelestarian lingkungan kerja yang
sehat, berkesinambungan dalam pelaksanaan tugas
pembangunan, berdaya saing tinggi dan berhasil guna tanpa
kecelakaan kerja/zero accident

A. Pelaksanakan Bimbingan Teknis SMK3 Konstruksi


Sebagai bentuk penjabaran komitmen untuk butir (6) dan (7), yang masing
-masing butir mengindikasikan harus ada peningkatan kompetensi, guna
memastikan para pejabat dan pegawai memiliki kompetensi dalam menerapkan
SMK3 di lingkungan Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Dan
perlunya dilakukan sosialisasi K3 dilingkungan pengguna dan penyedia jasa
konstruksi, yang merupakan bentuk dari penerapan kebijakan K3 Konstruksi dan
pakta komitmen K3 Konstruksi, yang telah ditanda tangani, dan khususnya
untuk pakta komitmen yang tertuang pada butir (4) “KOMPETENSI UNTUK
KESELAMATAN.” dan butir (5): “PENGETAHUAN UNTUK KESELAMATAN.” maka
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bersama Mitra Kerja
telah mendayagunakan segala kapasitasnya untuk meningkatkan kompetensi
individual dari para pengguna jasa konstruksi khususnya dilingkungan
Kementrian PUPR dan individual dari para penyedia jasa konstruksi untuk
memperoleh penerapan K3 yang terbaik dengan hasil kenihilan kecelakaan
konstruksi. Demikian pula pada kesempatan kali ini Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat bersama Mitra Kerja, telah berupaya
Pusdiklat SDA dan Konstruksi 32
Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

memutakhirkan pengetahuan secara berkesinambungan untuk mengeliminasi,


mengurangi dan menghindari pelbagai faktor risiko kecelakaan konstruksi.
Melalui program bimbingan teknis K3, Kementrian PUPR telah bertekad,
bersama-sama mitra kerja, melakukan sinergi melakukan pelaksanaan
bimbingan teknis K3 Konstruksi diberbagai daerah provinsi dan kabupaten guna
meningkatkan kapasitas dan kompetensi K3, sehingga proses konstruksi dapat
berjalan menjadi lebih efisien, efektif, serta produk konstruksi berkualitas,
bermanfaat dan lingkungan tetap terjaga kelestariannya.
Berbagai kegiatan pelaksanaan bimbingan teknis SMK3 untuk petugas K3
Konstruksi dilingkungan Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa Konstruksi , telah
dilakukan bersama mitra, dapat dilihat sebagaimana tertera pada tabel 1 & 2,
dibawah ini, selanjutnya kegiatan ini akan dilakukan terus – menerus secara
berkelanjutan untuk mencapai target sebagaimana kebijakan yang telah
ditetapkan sebelumnya

Tabel 1. Petugas K3 Pengguna Jasa di Indonesia


No. PROVINSI JML No. PROVINSI JML
1. NAD 7 18. NTT 38
2. Sumatera Utara 97 19. Kalimantan Selatan 62
3. Sumbar 43 20. Kalimantan Tengah 34
4. Sumsel 92 21. Kalimantan Barat 42
5. Riau 48 22. Kalimantan Timur 32
6. Kepri 117 23. Sulawesi Selatan 143
7. Jambi 4 24. Sulawesi Utara 29
8. Bangka Belitung 41 25. Sulawesi Tengah 48
9. Bengkulu 3 26. Sulawesi Barat 2
10. Lampung 32 27. Sulawesi Tenggara 44
11. Banten 38 28. Gorontalo 30

Pusdiklat SDA dan Konstruksi 33


Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

12. DKI Jakarta 224 29. Maluku 56


13. Jawa Barat 114 30. Maluku Utara 2
14. Jawa Tengah 144 31. Papua 36
15. DI Yogyakarta 36 32. Papua Barat 1
16. Jawa Timur 111 33. Pusat (Kemen PU) 11
17. Bali 97 34. NTB 43
Jumlah 1248 Jumlah 653
Jumlah Total : 1901
Sumber: BP Konstruksi,2014

Tabel 2. Petugas K3 Penyedia Jasa di Indonesia


No. PROVINSI JML No. PROVINSI JML
1. NAD 82 18. Jawa Tengah 141
2. Sumatera Utara 93 19. DI Yogyakarta 214
3. Sumbar 125 20. Jawa Timur 107
4. Sumsel 119 21. Bali 133
5. Riau 106 22. NTB 166
6. Kepri 178 23. NTT 35
7. Jambi 95 24. Kalimantan Selatan 105
8. Bangka Belitung 110 25. Kalimantan Tengah 123
9. Bengkulu 20 26. Kalimantan Barat 120
10. Lampung 71. 27. Kalimantan Timur 134
11. Banten 100 28. Sulawesi Selatan 303
12. DKI Jakarta 185 29. Sulawesi Utara 95
13. Jawa Barat 234 30. Sulawesi Tengah 100
14. Maluku 59 31. Sulawesi Barat 0
15. Maluku Utara 70 32. Sulawesi Tenggara 41
16. Papua 35 33. Gorontalo 23

Pusdiklat SDA dan Konstruksi 34


Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

17. Papua Barat 54


1736 1840
3576
Sumber: BP Konstruksi,2014
Dan disamping pelaksanaan bimbingan teknis SMK3 untuk petugas K3
Konstruksi yang telah diprogramkan setiap tahunnya. Kementrian PUPR telah
melakukan percepatan program pembinaan peningkatan kompetensi K3
Konstruksi dengan melakukan program percepatan sertfikasi Petugas K3,
dengan mengeluarkan kebijakan melalui :
1. Surat Menteri PU Pera No. IK.02.11-Mn/620 tanggal 5 Desember 2014
tentang Sertifikasi Petugas K3: Sertifikat sementara petugas K3 Konsturksi
yang berlaku sampai dengan November 2016, yang diberikan kepada
personil dari penyedia jasa yag telah mengikuti sosialisasi SMK3 Konstruksi.
2. Surat Kepala BP Konstruksi kepada ULP No.IK.02.11-Kk/69 Tanggal 26
Januari 2015 Perihal Pelaksanaan Sosialisasi SMK3
3. Surat Kepala BP Konstruksi kepada LPJK No.IK.02.11-Kk/68 Tanggal 26
Januari 2015 Perihal Pelaksanaan Sosialisasi K3
(data diperoleh dari : Badan Pembinaan Konstruksi, Kementerian Pekerjaan
Umum, Jl. Pattimura No. 20 Kebayoran Baru-Jakarta Selatan 12210 Telp. 021-
72786108 Fax. 021.7266637 http://bpksdm.pu.go.id/pppk
balai.pusbinpk@gmail.com)

Disamping pelaksanaan bimbingan teknis SMK3 Konstruksi, Kementrian


Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mendukung pelaksanaan peningkatan
kompeteksi Ahli K3 Konstruksi yang diselenggarakan oleh Asosiasi Ahl;i K3
Konstruksi – Indonesia (A2K4-Indonesia), bahkan beberapa kegiatan
diselenggarakan bersama-sama antara Kementrian PUPR dan A2K4-Indonesia,
dan sampai dengan akhir tahun 2014 telah tercatat jumlah tenaga Ahli K3
Konstrusksi yang benar-benar mendapatkan pelatihan sebagai Ahli K3 konstruksi
Pusdiklat SDA dan Konstruksi 35
Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

sesuai Modul K3 Konstruksi yang telah disahkan dalam SKKNI K3 Konstruksi,


dengan posisi jumlah tenaga yang terdidik adalah :
1. Ahli Muda sebanyak 4.658 orang,
2. Ahli Madya sebanyak 62 orang dan,
3. Ahli Utama sebanyak 16 orang,
Dengan jumlah total tenaga Ahli K3 Konstruksi yang tersebar diseluruh
wilayah Republik Indonesia sebanyak : 4.736 orang (Sumber: A2K4 Indonesia,
2014)

B. Pelaksanakan Monev dan Pendampingan Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi


pada PPK
Kegiatan Pelaksanakan Monev dan Pendampingan Penyelenggaraan
SMK3 Konstruksi pada PPK ini, adalah sebagai bentuk jaminan terealisasinya
penerapan seluruh butir Kebijakan K3 Konstruksi (butir 1 s/d butir 7) dan seluruh
isi Pakta Komitmen K3 Konstruksi (dari butir 1 s/d butir 5) Kementrian PUPR.
Dan program pelaksanaan Monev SMK3, sebenarnya telah dilaksanakan sejak
tahun 2013 hingga sampai dengan akhir tahun 2016 ini diseluruh wilayah
Indonesia, namun belum mencapai keseluruhan proyek,

1. Peningkatkan Kapasitas Aparat Di Daerah Melalui Penyelenggaraan TOT


SMK3 Konstruksi PUPR
Demikian pula dengan Kegiatan Peningkatkan Kapasitas Aparat Di
Daerah Melalui Penyelenggaraan TOT SMK3 Konstruksi PUPR ini, adalah
sebagai bentuk jaminan terealisasinya penerapan dari butir (6) dan
butir (7) dari Komitmen K3 Konstruksi dan penerapan butir (4)
“Kompetensi Untuk Keselamatan.” dari Komitmen K3 Konstruksi PUPR,
dan sekaligus untuk menerapkan butir (5): “Pengetahuan Untuk
Keselamatan.” untuk pakta Komitmen K3 Konstruksi. Telah dilakukan
oleh Kementrian Pekerjaan Umum saat itu dan dilanjutkan oleh
Pusdiklat SDA dan Konstruksi 36
Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

Kementrian PUPR sekarang, semuanya Program TOT kali pertama


dilaksanakan tahun 2009 dan berlanjut setiap tahunnya hingga 2016,
yang akan diteriskan pada tahun-tahun berikutnya

2. Penerbitan Pedoman SMK3L PUPR


Pedoman SMK3 yang telah dibuat sebagaimana uraian SMK3
Konstruski Bidang Pekerjaan Umum, pada kenyataannya dilapangan telah
banya mengalami perubahan dilapangan, karena adanya perubahan
pardigma penerapan K3 secara internasional, dan pengembangan
identifikasi bahaya, serta pengalaman penerapan dilapangan, maka pada hal
yang terakhir ini pedoman SMK3, dimungkinkan untuk berubah menjadi
SMK3L, yang menggabungkan penerapan K3 dengan penerapan pengelolaan
lingkungan di tempat kerja, lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan
kerja. Pedoman yang disebutkan terakhir ini masih dalam tahap kajian

3. Acuan
Acuan disini adalah dasar referensi atas pelaksanaan SMK3 yang
hendak dijalankan, dan ini merupakan Hukum dan peraturan dan perundang
– undangan K3 yang berlaku di tempat kegiatan kerja. Acuan atau rujukan
ini didasarkan pada ketentuan :
a. Amanat Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor
1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2918);
c. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 54 tanggal 22
April 1999).

Pusdiklat SDA dan Konstruksi 37


Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

d. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279);
e. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 100);
f. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan
Peran Masyarakat Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000, Nomor 63) sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2010
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 157);
g. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan
Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 63) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 59 tahun 2010 (Lembaran Negara Republik
Indonesia, tahun 2010 Nomor 95);
h. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan
Pembinaan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3957);
i. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pemilihan
Penyedia Barang / Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah Telah
Diubah Beberapa Kali Terakhir Dengan Peraturan Presiden Nomor 04
Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden
Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5655);
j. Peraturan Presiden Nomor 84 Tahun 2012 Tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Dalam Rangka Percepatan Pembangunan
Pusdiklat SDA dan Konstruksi 38
Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

Provinsi Papua Dan Provinsi Papua Barat n(Lembaran Negara Republik


Indonesia Tahun 2012 Nomor198);
k. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor : 31 /PRT/M/2015 tentang Perubahan Ketiga Atas
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2011 Tentang
Standar Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Dan Jasa
Konsultansi

C. Rangkuman
sosialisasi K3 dilingkungan pengguna dan penyedia jasa konstruksi,
yang merupakan bentuk dari penerapan kebijakan K3 Konstruksi dan pakta
komitmen K3 Konstruksi, yang telah ditanda tangani, dan khususnya untuk
pakta komitmen. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
bersama Mitra Kerja, telah berupaya memutakhirkan pengetahuan secara
berkesinambungan untuk mengeliminasi, mengurangi dan menghindari
pelbagai faktor risiko kecelakaan konstruksi. Berbagai kegiatan pelaksanaan
bimbingan teknis SMK3 untuk petugas K3 Konstruksi dilingkungan Pengguna
Jasa dan Penyedia Jasa Konstruksi
Kegiatan Pelaksanakan Monev dan Pendampingan Penyelenggaraan
SMK3 Konstruksi pada PPK ini, adalah sebagai bentuk jaminan terealisasinya
penerapan seluruh butir Kebijakan K3 Konstruksi (butir 1 s/d butir 7) dan
seluruh isi Pakta Komitmen K3 Konstruksi (dari butir 1 s/d butir 5) Kementrian
PUPR

D. Evaluasi
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar !
1. Apakah tujuan diadakannya program bimbingan teknis K3?
2. Jelaskan tujuan diadakannya monev!

Pusdiklat SDA dan Konstruksi 39


Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

3. Perubahan paradigm terhadap SMK3 memungkinkan pedoman SMK3


berubah menjadi SMK3L. Apa maksud dari SMK3L ?
4. Terdapat acuan dalam SMK3, apakah maksud dari acuan dalam SMK3
tersebut ?

Pusdiklat SDA dan Konstruksi 40


Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

BAB IV
PENUTUP

A. Evaluasi Kegiatan Belajar


Setelah membaca secara seksama materi mengenai Kebijakan K3 pada
modul (bahan ajar), berikut terdapat latihan soal yang harus Anda kerjakan
sebagai tolak ukur keberhasilan pemahaman Anda terhadap materi yang sudah
dipelajari.

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar !


1. Apakah tujuan adanya kebijakan K3 ?
2. Apa saja yang termasuk dalam perencanaan K3?
3. Jelaskan paket kebijakan sebagai bentuk menindaklanjuti kebiajakn nasional
oleh Kementrian PUPR !
4. Apakah maksud dari “keteladan untuk keselamatan”?
5. Pengtehaun yang dimiliki dapat menjadikan pekerja selamat, apa maksud
dari ”pengetahuan untuk keselamatan”?

B. Tindak Lanjut

keselamatan kerja adalah untuk mengadakan pencegahan agar setiap


karyawan tidak mendapatkan kecelakaan dan alat-alat produksi tidak
mengalami kerusakan ketika sedang melaksanakan pekerjaan. Uraian dari Bab II
sampai dengan Bab III, baru menjelaskan mengenai kebijakan K3. Masih banyak
hal-hal yang tidak disampaikan dalam modul ini. Ada diantaranya yang telah
menjadi mata pelajaran dalam diklat ini, adapula yang menjadi mata Diklat pada
Program Diklat jenjang yang lebih tinggi. Oleh karena itu untuk lebih memahami
mengenai kesehatan kerja konstruksi, peserta dianjurkan untuk mempelajari,
antara lain :

Pusdiklat SDA dan Konstruksi 41


Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

1. Bahan bacaan yang telah digunakan untuk menulis modul ini, sebagaimana
tersebut dalam referensi
2. Modul mata pelajaran lain seperti tentang Kesehatan kerja, manajemen
resiko, lingkungan kerja, dan lain-lain.

Pusdiklat SDA dan Konstruksi 42


Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

DAFTAR PUSTAKA

Alli, B. (2008). Fundamental Principles of Occupational Health and Safety. Geneva :


International Labour Office.

Grammeno, G. (2009). Planning Occupational Health & Safety. Sudney : CCH


Australia Limited.

Kuswana, W. (2016). Ergonomi dan K3 : Kesehatan Keselamatan Kerja. Bandung : PT


Remaja Rosdakarya.

Levy, et al. (eds). (2011). Occupational and Environmental Health : Recognizing and
Preventing Disease and Injury. New York : Oxford University Press.

Ridley, J. (2008). Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : Penerbit


Erlangga.

Pusdiklat SDA dan Konstruksi 51


Pelatihan SMK3 Konstruksi Kebijakan K3

GLOSARIUM

1. Frequency rate / tingkat kekerapan : banyaknya kecelakaan kerja per satu juta
jam kerja orang akibat kecelakaan selama periode 1 tahun
2. Hazards identification / Prosedur Identifikasi Bahaya : identifikasi sumber,
situasi, atau tindakan dengan potensi bahaya dalam hal cedera manusia atau
sakit.
3. Project Safety Review / Petunjuk Kerja Evaluasi Keselamatan Proyek : Petunjuk
yang diberikan bagi pekerja agar selamat di tempat kerja
4. Safety Training& Education / Prosedur Pembinaan dan Pelatihan : Tata cara
pelatihan yang dijadikan pedoman agar pembinaan dan pelatihan dapat menjadi
pelatihan yang bermakna bagi para peserta.
5. Severity rate / tingkat keparahan : Menentukan tingkat hari kerja yang hilang
karena kecelakaan kerja / insiden kerja per 1.000.000 (satu juta) jam kerja orang.

Pusdiklat SDA dan Konstruksi 52

Anda mungkin juga menyukai