Kelas A
Oleh:
Kelompok 4
Kelas A
Oleh:
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmadnya sehingga penyusunan makalah Manajemen Kesehatan
Keselamatan Kerja yang berjudul “Standar Operational Procedure Dan Work permit ”.
Makalah ini disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Manajemen Kesehatan
Keselamatan Kerja Oleh sebab itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima
kasih kepada yang terhormat:
1. Ibu Reny Indrayani, S.KM., M.KKK
2. Orang tua kami, atas segala restu dan dukungannya;
3. Semua pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian makalah ini.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Penulis sangat mengharap kritik,
saran, dan masukan untuk perbaikan serta penyempurnaan lebih lanjut pada masa
yang akan datang.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada perkembangan zaman yang berdampak terhadap kemajuan
perkembangan di sektor industri dewasa ini berlangsung dengan cepat dan
membawa perubahan-perubahan dalam skala besar terhadap tata kehidupan
negara dan masyarakat. Namun kemajuan di sektor industri selain membawa
dampak positif terhadap perkembangan perekonomian dan kemakmuran bangsa
juga memiliki potensi bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran
atau peledakan dan pencemaran lingkungan. Potensi bahaya tersebut dikarenakan
penggunaan bahan kimia, proses dengan suhu dan tekanan tinggi dan penggunaan
alat-alat modern (mesin mekanik atau mesin listrik) tanpa diimbangi kesiapan dan
sistem untuk mengendalikannya. Bahaya-bahaya yang ada ditempat kerja tersebut
dapat berpengaruh terhadap kesehatan, keselamatan, dan produktivitas pada
tenaga kerja (Suma’mur, 2009).
Kecelakaan kerja merupakan hal tidak diinginkan dan tidak dapat di ketahui
kapan terjadinya, tetapi semua itu bisa di antisipasi. Namun sekarang banyak
perusahaan yang masih mengalami kecelakaan kerja. Hal ini karena masih
kurangnya kesadaran dari sebagian besar masyarakat, perusahaan, pengusaha
maupun tenaga kerja akan arti pentingnya K3 (Sugeng Budiono, 2003 ). Di
Indonesia, kasus kecelakaan kerja berdasarkan data PT Jaminan Sosial Tenaga
Kerja (Jamsostek) 2013 memperlihatkan bahwa sekitar 0,7 persen pekerja
Indonesia mengalami kecelakaan kerja yang mengakibatkan kerugian nasional
mencapai Rp 50 triliun.2 Sedangkan data Internasional Labour Organization
(ILO) tahun 2013, 1 pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan
kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. Tahun sebelumnya (2012)
ILO mencatat angka kematian dikarenakan kecelakaan kerja sebanyak 2 juta kasus
setiap tahun.
1
2
1.3 Tujuan
a. Dapat mengetahui apa yang dimaksud Standar operational prosedur dan
work permit.
b. Dapat mengetahui tujuan penerapan Standar operational prosedur dan
work permit.
c. Dapat mempelajari manfaat penggunaan Standar operational prosedur dan
work permit.
d. Dapat mempelajari mengenai fungsi Standar operational prosedur dan
work permit.
e. Dapat mengetahui Bentuk Standar operational prosedur dan work permit
f. Dapat mengidentifikasi prinsip-prinsip penyusunan Standar operational
prosedur.
g. Dapat menjelaskan tentang tanggung jawab pada permit work.
h. Dapat mengidentifikasi Tahap penerapan sistem permit work.
1.4 Manfaat
Mahasiswa fakultas kesehatan masyarakat peminatan k3 mendapatkan ilmu
baru mengenai kesehatan keselamatan kerja khususnya pada bidang manajemen
kesehatan keselamatan kerja yang membahas tentang standar operational
prosedur dan work permit
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Standar Operational Procedure
2.1.1 Definisi SOP
Standar dapat didefinisikan sebagai ketentuan yang menjadi acuan,
harus diikuti, dan tidak boleh menyimpang. Sedangkan operasional merujuk
pada kegiatan atau kerja yang biasanya terjadi di suatu perusahaan.
Operasional atau kegiatan kerja dapat bersifat rutin dan non rutin, dan pada
umumnya mempunyai prosedur yang bersifat baku (tertulis) maupun tidak
baku (tidak tertulis). Pengertian dari prosedur adalah tahapan atau langkah-
langkah, biasanya terkait dengan suatu proses kerja, serta dapat berbentuk
deskripsi atau gambar.
Menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia No. 35 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi
Pemerintahan, definisi dari SOP adalah serangkaian tertulis yang dibakukan
mengenai segala macam proses penyelenggaraan aktivitas organisasi,
bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan.
2.1.2 Tujuan Penerapan
Penerapan SOP di lingkungan kerja bertujuan agar pekerja menjaga
konsistensi dan tingkat kinerja pekerja atau tim dalam unit kerja;
mengetahui peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam unit kerja dengan jelas;
memperjelas alur tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari pekerja
terkait; melindungi unit kerja dan pekerja dari malpraktek atau kesalahan
administrasi lainnya; serta untuk menghindari kegagalan atau kesalahan,
keraguan, duplikasi, dan inefisiensi
4
5
karena itu, SOP diperlukan sebagai acuan kerja agar dapat menghasilkan
sumber daya manusia yang profesional dan handal sehingga dapat
mewujudkan visi dan misi perusahaan.
SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat
komunikasi dan pengawasan, serta dapat menyelesaikan pekerjaan secara
konsisten. Selain itu, para pekerja akan memiliki rasa percaya diri dalam
bekerja karena mengetahui tujuan yang harus dicapai dalam setiap
pekerjaan. SOP juga dapat digunakan sebagai salah satu alat training dan
dapat digunakan untuk mengukur kinerja pekerja.
2.1.5 Format dan simbol-simbol SOP
Penyusunan SOP harus memperhatikan format SOP, sehingga
mempermudah pengorganisasiannya dan memudahkan bagi para pengguna
dalam memahami isi SOP tersebut. Ada empat faktor yang dapat dijadikan
dasar dalam penentuan format penyusunan SOP yang akan digunakan oleh
suatu perusahaan, yaitu:
a. Banyaknya keputusan yang akan dibuat dalam suatu prosedur
b. Banyaknya langkah dan sub langkah yang diperlukan dalam suatu
prosedur
c. Siapa yang dijadikan target sebagai pelaksana SOP
d. Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan SOP
Format SOP ini dibagi dalam 2 (dua) kelompok, yaitu format SOP
secara umum dan format SOP administrasi pemerintahan.
a. Format Umum SOP
Format SOP dapat berbentuk:
1) Langkah Sederhana (Simple Steps)
Simple steps dapat digunakan jika prosedur yang akan disusun
hanya memuat sedikit kegiatan (kurang dari 10 kegiatan) dan
memerlukan sedikit keputusan. Format SOP ini dapat digunakan
dalam situasi yang hanya ada beberapa orang yang akan
melaksanakan prosedur yang telah disusun, biasanya merupakan
7
1) Pelaksana prosedur (aktor) bersifat tunggal, yaitu satu orang atau satu
kesatuan tim kerja
2) Berisi cara melakukan pekerjaan atau langkah rinci pelaksanaan
pekerjaan.
SOP teknis banyak digunakan antara lain pada bidang teknik, seperti
pemeliharaan kendaraan, pengoperasian alat-alat, dan kesehatan. Di
lingkungan kementerian, SOP teknis dapat diterapkan pada bidang
pengkajian dan standardisasi keselamatan dan kesehatan kerja,
pemeliharaan sarana dan prasarana, pemeriksaan keuangan (auditing),
kearsipan, korespondensi, dokumentasi, pelayanan kepada masyarakat,
administrasi kepegawaian, dan lain-lain.
b. SOP administratif
SOP Adminstrasi adalah standar pekerjaan yang bersifat
administratif yaitu pekerjaan yang dilaksanakan oleh lebih dari satu
orang atau dengan kata lain pekerjaan yang melibatkan banyak orang dan
bukan merupakan satu kesatuan yang tunggal (tim, panitia). Dengan
demikian, SOP jenis ini dapat diterapkan pada pekerjaan yang
menyangkut urusan administrasi (kesekretariatan) pada unit-unit
pendukung (support staff) dan urusan teknis (substantif) pada unit-unit
teknis (operating core). SOP administratif ini pada umumnya dicirikan
dengan:
1) Pelaksana prosedur (aktor) berjumlah banyak (lebih dari satu orang)
dan bukan merupakan satu kesatuan yang tunggal
2) Berisi tahapan pelaksanaan pekerjaan atau langkah-langkah
pelaksanaan pekerjaan yang bersifat makro ataupun mikro yang tidak
menggambarkan cara melakukan pekerjaan.
SOP administratif bersifat makro adalah SOP administrasi yang
menggambarkan pelaksanaan pekerjaan yang bersifat makro yang
meliputi beberapa pekerjaan yang bersifat mikro yang berisi langkah-
langkah pekerjaan yang lebih rinci, sedangkan SOP administrasi yang
11
bersifat mikro adalah SOP administrasi yang merupakan bagian dari SOP
administrasi makro yang membentuk satu kesinambungan aktivitas.
2.1.7 Langkah –Langka Penyusunan SOP
Terdapat lima tahapan atau langkah yang dapat digunakan untuk
membuat suatu prosedur yang baik dan memaksimalkan semua potensi yang
ada, antara lain:
a. Persiapan
1) Membentuk tim dan kelengkapannya, dapat dilibatkan beberapa unsur
yaitu internal, independen (konsultan), dan gabungan.
2) Melakukan pelatihan-pelatihan bagi anggota tim
3) Memberitahukan kepada seluruh unit tentang kegiatan penyusunan
SOP
b. Penilaian kebutuhan SOP
1) Menyusun rencana tindak penilaian kebutuhan
2) Melakukan penilaian kebutuhan
3) Membuat sebuah daftar mengenai SOP yang akan dikembangkan
4) Membuat dokumen penilaian kebutuhan SOP
c. Pengembangan SOP
1) Pengumpulan informasi dan identifikasi alternatif
2) Analisis dan pemilihan alternatif penulisan SOP
3) Pengujian dan review
4) Pengesahan SOP
d. Penerapan SOP
1) Perencanaan penerapan
2) Pemberitahuan
3) Distribusi dan aksibilitas
4) Pelatihan pemahaman
e. Monitoring dan evaluasi SOP
1) Monitoring
2) Evaluasi
12
a. Deskripsi pekerjaan,
b. Deskripsi lokasi,
c. Rincian peralatan kerja,
d. Rincian potensi bahaya,
e. Rincian tindakan pencegahan yang akan dilakukan,
f. Rincian APD yang diperlukan selama melakukan pekerjaan,
g. Orang lain yang diizinkan,
h. Batas waktu permit,
i. Tanda tangan orang yang bertanggung jawab,
j. Tanda tangan orang yang mengeluarkan permit,
k. Tanda tangan ketika ketika terjadi pergantian shift kerja,
l. Keterangan bawah orang yang bertanggung jawab dalam pekerjaan telah
melakukan pekerjaan selesai, atau belum selesai dan lokasi telah
ditinggalkan dalam kondisi aman,
m. Tanda tangan orang yang mengeluarkan izin yang mengkonfirmasikan
bahwa lokasi telah diperiksa dan peralatan telah dikembalikan atau
isolasi dalam keadaan aman atau izin/permit dibatalkan.
Menurut Hughes et.al, 2009 Dokumen izin khusus digambarkan sebagai
berikut:
a. Apa pekerjaan yang akan diselesaikan
b. Peralatan apa dan bagaimana mengidentifikasinya
c. Siapa yang dikuasakan atas pekerjaan tersebut
d. Langkah- langkah apa yang diambil untuk membuat rancangan yang
aman
e. Potensi bahaya yang muncul atau yang mungkin muncul pada waktu
pekerjaan itu sedang berlangsung
f. Pencegahan yang harus diambil terhadap bahaya- bahaya.
g. Untuk berapa lama izin kerja berlaku
20
29
30
peningkatan daya saing bangsa dalam menghadapi era pasar bebas. (Pelindo
III, 2016)
6. How
Pelindo III menerapkan K3 tidak hanya di terminal pelabuhan saja,
melainkan juga di lingkungan kantor. Penerapan SMK3 di Pelabuhan
Tanjung Wangi dilaksanakan sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Untuk menjaga keselamatan kerja diterapkan dalam SOP (prosedur
operasional yang standar), penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), dan
penerapan budaya perusahaan Pelindo III, customer focus,
care, and integrity. Selain itu, juga dilakukan surveillance audit setiap
tahunnya, oleh lembaga sertifikasi independen.
Sesuai dengan tujuan diterapkannya SOP, yaitu salah satunya
menghindari kesalahan atau kegagalan, keraguan sehingga Pelindo III tidak
pernah mengalami kecelakaan kerja selama 4 tahun terakhir. Selain itu,
dengan diterapkannya SOP sekaligus juga meningkatkan kualitas
perusahaan tersebut karena efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab pekerja dan unit kerja juga meningkat. Hal tersebut dapat
meningkatkan produktivitas kerja dan kualitas kerja dalam rangka
menghadapi era pasar bebas. Dalam hal ini pemimpin berperan dalam
terlaksananya SOP agar mengetahui peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam
unit kerja dengan jelas, sesuai dengan studi kasus yang diangkat yaitu peran
pemimpin perusahaan sangat penting untuk menjadikan perusahaan Pelindo
III berjalan efisien.
33
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
a. Definisi Standar operational prosedur adalah serangkaian tertulis yang
dibakukan mengenai segala macam proses penyelenggaraan aktivitas
organisasi, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa
dilakukan dan work permit adalah sistem tertulis resmi yang digunakan
untuk mengontrol jenis pekerjaan tertentu yang diidentifikasikan sebagai
pekerjaan yang berpotensi berbahaya. Ini juga merupakan sarana
komunikasi antara manajemen instalasi/site, plant supervisor dan operator
serta mereka yang melakukan pekerjaan.
b. Tujuan penerapan Standar operational prosedur dan work permit untuk
menciptakan lingkungan kerja yang aman sesuai dengan sistem manajemen
kesehatan keslamatan kerja yang di atur pada undang – udang yang berlaku.
c. Manfaat secara umum untuk penggunaan Standar operational prosedur
Sebagai standarisasi cara yang dilakukan pekerja dalam menyelesaikan
pekerjaan yang menjadi tugasnya dan work permit memiliki manfaat untuk
bukti tertulis bagi pekerja mana saja yang diijinkan berada atau bekerja pada
lingkungan yang memiliki risiko bahaya tinggi.
d. Fungsi standar operational prosedur sebagai pedoman pekerja dan/atau
pimpinan dalam melaksanakan pekerjaan rutin, pembanding untuk
perubahan yang lebih baik, mengarahkan pekerja untuk sama-sama disiplin
dalam bekerja, dasar hukum yang dapat digunakan untuk kebaikan semua
pihak, serta mengetahui dengan jelas hambatan-hambatan dan mudah
dilacak dan work permit berfungsi untuk Work permit dalam kasus ini
diwujudkan sebagai Sistem Paspor Keselamatan.Sistem paspor keselamatan
untuk kontraktor telah dipergunakan secara luas baik untuk operasi pada
industri
e. Bentuk Standar operational prosedur format umum SOP dan format SOP
administrasi dan work permit juga memiliki beberapa bentu anatar lain
pemerintahan Izin Kerja Panas/Hot Work Permit (HWP), Izin Kerja
34
Dingin/Cold Work Permit (CWP)/General Permit, Izin kerja Masuk Ruang
Terbatas/Confined Spaces Entry Certificate (CSEP).
f. Prinsip – prinsip penyusunan Standar operational prosedur antara lain
Kemudahan dan kejelasan, Efisiensi dan efektivitas, Keselarasan dengan
prosedur standar lain yang terkait, Keterukuran, Dinamis, Berorientasi pada
pihak yang dilayani, Kepatuhan hokum, Kepastian hokum, Transparansi
dan Keterbukaan
g. Tanggung jawab pada permit work yaitu Penerapan sistem permit to work
membutuhkan keterlibatan banyak pihak. Selanjutnya dapat diidentifikasi
tugas dan tanggung jawab sebagai berikut Site Manager, Senior Authorized
Person, Authorized Persons, Competent Persons, authorized persons.
h. Tahap penerapan sistem permit work antara lain Tahap
Persiapan/Preparation Sistem Permit to Work, Tahap Proses/Process Sistem
Permit to Work, Tahap Penyelesaian/Completion Sistem Permit to Work.
4.2 Saran
Sesuai Peraturan Pemerintah, menyatakan bahwa dalam penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja diperlukan suatu sistem yang mengatur secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan
guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan efektif atau yang dikenal
dengan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3), dalam
elemen 6 tentang keamanan bekerja berdasarkan SMK3 juga disebutkan bahwa
setiap perusahaan harus menerapkan sistem SOP dan work permit atau ijin
kerja apabila memiliki pekerjaan yang memiliki risiko tinggi terkait kegiatan
yang ada diperusahaan tersebut. Hal tersebut sangat penting diterapkan pada
perusahaan baik besar maupun tingkat home industry.
35
DAFTAR PUSTAKA
36
Presiden Republik Indonesia , 2012. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012
tentang Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), Jakarta: Presiden
Republik Indonesia .
Ridley, J., 2008. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Erlangga .
Sugeng Budiono, d., 2003 . Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja.
Semarang: Badan Penerbit Undip.
Suma’mur, 2009. Hiegiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja.. Jakarta: CV
Sagung Seto.
37