Oleh:
104116055
Judul Kerja Praktik : Analisis Kekuatan Struktur Pada Jembatan Pipa Gas Cibeet
MENYETUJUI,
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik dengan judul “Analisis Kekuatan Struktur
Pada Jembatan Pipa Gas Cibeet Akibat Aktivitas Pihak Ketiga”.
Kegiatan kerja praktik ini dilakukan dengan tujuan untuk mempersiapkan mahasiswa
menghadapi dunia profesi yang akan dihadapi setelah lulus. Kerja praktik ini memberikan mahasiswa
untuk langsung melihat dan memahami langsung proses kerja yang terjadi di lapangan, mengenali
budaya organisasi di lingkungan kerja, mempelajari sistem yang berlaku di suatu organisasi atau
instansi, dan memahami standar kerja dan profesionalisme dalam dunia kerja sehingga diharapkan
mahasiswa dapat menjadi lulusan yang berkompeten dan dapat menerapkan semua ilmu yang telah
didapat sehingga menjadi engineer yang handal dan professional dalam bekerja.
Dalam menyelesaikan laporan kerja praktik ini penyusun dibantu oleh banyak pihak, Untuk
itu pada kesempatan ini penyusun menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian, yaitu:
1. Bapak Dr. Arianta., S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing kerja praktik serta sekaligus
sebagai Ketua Program Studi Teknik Sipil, Universitas Pertamina
2. Bapak Novi Firmansyah Koswara, selaku Pembimbing kegiatan kerja praktik di PGAS
Solution
3. Bapak Iqbal Muhamad Muftiana, selaku Pembimbing tugas khusus kegiatan kerja
praktik di PGAS Solution
4. Keluarga besar PGAS Solution atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya untuk
melakukan kerja praktik
5. Semua pihak yang dtidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
menyelesaikan seluruh kegiatan kerja praktik
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan laporan ini.
Oleh karena itu, saran dan kritik sangatlah penulis harapkan.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB III PEMBEBANAN ............................................................................................................... 14
3.1. Umum.............................................................................................................................. 14
3.2. Beban Dasar .................................................................................................................... 14
3.3. Kombinasi Beban ............................................................................................................ 14
3.4. Data Perhitungan ............................................................................................................. 15
1. Beban Mati (Dead Load) ................................................................................................. 15
2. Beban Hidup (Live Load) ................................................................................................ 16
3. Beban Gempa (Earthquake Load) ................................................................................... 16
4. Beban Angin (Wind Load)............................................................................................... 17
3.5. Perhitungan Beban .......................................................................................................... 17
1. Beban Mati ...................................................................................................................... 17
2. Beban hidup .................................................................................................................... 20
3. Beban Gempa .................................................................................................................. 21
4. Beban Angin .................................................................................................................... 22
BAB IV PEMODELAN STRUKTUR ............................................................................................ 23
4.1. Umum.............................................................................................................................. 23
4.2. Data Material ................................................................................................................... 23
4.3. Profil Plat Baja ................................................................................................................ 24
4.4. Perletakan Struktur (Restraints) ...................................................................................... 25
BAB V ANALISIS STRUKTUR .................................................................................................... 26
5.1 Umum.............................................................................................................................. 26
5.2 Metode Analisis ............................................................................................................... 26
5.3 Hasil Analisis Struktur .................................................................................................... 27
1. Capacity ratio .................................................................................................................. 27
2. Pemeriksaan Kekuatan Profil Baja .................................................................................. 27
3. Perbandingan Struktur Utuh dan Kondisi Aktual Akibat Pihak Ketiga ........................... 34
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................................... 36
6.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 36
6.2 Saran................................................................................................................................ 37
Daftar Pustaka ................................................................................................................................. 38
LAMPIRAN .................................................................................................................................... 39
iv
Daftar Gambar
v
Daftar Tabel
vi
BAB I
PENDAHULUAN
PT Perusahaan Gas Negara adalah salah satu perusahaan energi yang turut andil dalam
menjaga ketahanan energi di Indonesia dengan bergerak pada bidang transimisi serta distribusi gas
gumi yang menghubungkan pasokan gas bumi Indonesia dengan masyarakat, serta terus
berkomitmen mengembangkan jaringan pipa gas bumi agar seluruh masyarakat di pelosok tanah air
Indonesia dapat merasakan manfaatnya. Untuk mewujudkan itu PGN terus melakukan pembangunan
dan pemeliharaan jaringan pipa gas bumi. Namun pada saat pengerjaan pembangunan jaringan pipa
gas, ditemui beberapa faktor yang menghambat pembangunan tersebut, salah satunya adalah kondisi
alam/lingkungan yang berupa sungai, lembah dan sebagainya. Salah satu cara untuk mengatasi
hambatan fiskal berupa kondisi alam tersebut adalah dengan pembangunan jembatan pipa gas.
Jembatan pipa gas yang dibangun seringkali terletak di permukiman warga, sehingga dalam
proses desain jembatan tersebut harus memenuhi kriteria keamanan yang baik, ramah lingkungan
dan tidak meresahkan masyarakat. Lokasi jembatan yang terletak di permukiman warga juga
menimbulkan aktivitas pihak ketiga yang sering kali tidak dapat dihindari. Salah satu contoh
aktivitas pihak ketiga tersebut adalah pencurian rangka besi yang menyokong struktur jembatan.
Kasus aktivitas pihak ketiga dalam penulisan tugas ini adalah pencurian beberapa batang
baja yang dipotong pada struktur jembatan pipa gas milik PGN yang melintasi Sungai Cibeet,
Cikarang Pusat, Bekasi. Konsekuensi akibat hilangnya besi penyangga pada struktur jembatan perlu
diselidiki lebih lanjut untuk mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan. Konsekuensi tersebut
dapat diketahui dengan metode analisis kekuatan struktur jembatan yang disesuaikan dengan kondisi
aktual di lapangan.
1
1.3. Batasan Masalah
1. Studi kasus yang digunakan adalah jembatan rangka baja untuk pipa gas berdiameter 24
inci dengan panjang bentang 105 m.
2. Metode analisa struktur jembatan penahan pipa menggunakan metode ASD (Allowable
Stress Design)
3. Desain pondasi, base plate dan angkur tidak dibahas dalam penulisan tugas.
4. Metode instalasi konstruksi jembatan pipa dan pengelasan tidak dibahas dalam penulisan
tugas ini.
1. BAB I Pendahuluan
BAB I menjabarkan mengenai gambaran umum dalam penulisan laporan “Analisis
Struktur Jembatan Pipa Gas Cibeet”. Diantaranya terdapat latar belakang penulisan,
maksud dan tujuan penulisan, ruang lingkup pembahasan, sistematika pembahasan serta
sistematika penyajian.
2
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1. Umum
Jembatan adalah suatu struktur yang dipergunakan untuk melintasi suatu rintangan fiskal seperti
sungai, jurang, lembah, sehingga rintangan fiskal tersebut dapat dilewati. Dalam perencanaan
pembuatan jembatan, terlebih dahulu harus direncanakan jenis struktur dan bahan konstruksi
yang tepat sehingga dicapai optimalisasi perencanaan sesuai dengan fungsinya.
Jembatan ini struktur bagian atasnya terbuat dari bahan balok kayu sebagai gelagar
jembatan dan papan sebagai struktur lantai untuk lalu lintas. Bahan kayu yang digunakan
haruslah kuat dan juga awet. Kayu yang biasanya dijadikan bahan jembatan antara lain
kayu Jati, kayu Bengkirai, kayu Ulin, dan kayu jenis lainnya yang dapat kuat dan
bertahan dengan air dan di segala cuaca. Contoh jembatan kayu dapat adalah seperti
gambar dibawah ini:
3
2.2. Jembatan Pasangan Batu
3. Jembatan Beton
Jembatan material beton banyak sekali digunakan dalam pembangunan jembatan, dan
juga perkembangan teknologi jembatan beton pada saat ini meningkat pesat baik
teknologi strukturnya maupun metode pelaksanaan di lapangan. Jembatan beton
dibangun dengan cara dicor ditempat ataupun dengan beton pracetak. Contoh jembatan
beton adalah seperti gambar dibawah ini:
4
2.3. Jembatan Pipa Gas
Berdasarkan dari pengertian dan tujuan dibangunnya jembatan, dapat diambil suatu pengertian
bahwa jembatan pipa gas adalah suatu struktur yang menopang pipa untuk melewati rintangan
fiskal yang terdapat pada jalur pipa, sehingga tujuan distribusi gas tetap dapat disalurkan hingga
sampai ke masyarakat. Jembatan pipa gas biasanya dimiliki oleh perusahaan gas ataupun pihak
lainnya dalam bisnis energi. Jembatan pipa gas yang ditinjau pada penulisan ini adalah seperti
gambar dibawah ini:
Pada umumnya, umur rencana (remaining life) yang digunakan pada struktur jembatan
adalah 50 tahun, namun untuk beberapa kasus untuk struktur jembatan penting dan
bersifat khusus, persyaratan untuk umur rencana jembatan adalah 100 tahun.
Dalam perencanaan kekuatan elemen baja sebagai komponen struktur jembatan harus
memperhatikan faktor integritas seluruh komponen struktural maupun keseluruhan
struktur jembatan. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan yaitu:
Untuk prosedur dan asumsi dalam perencanaan serta besarnya beban rencana harus
mengikuti ketentuan berikut:
5
c. Perencanaan beban angin dan gempa dimana seluruh bagian struktur yang
mmbentuk kesatuan harus direncakan untuk menahan beban lateral total
d. Pertimbangan lain yaitu gaya prategang, beban crane, vibrasi, kejut, susut, rangkak,
perubahan suhu, perbedaan penurunan, dan beban-beban khusus lainnya yang
mungkin bekerja.
4. Perhitungan Analisis
Dalam melakukan perhitungan struktur baja harus mengacu pada syarat-syarat seperti
berikut:
a. Analisis perhitungan struktur harus dilakukan dengan cara mekanika teknik yang
baku
b. Bila dilakukan analisis struktur dengan menggunakan program komputer yang
khusus, maka perlu disampaikan penjelasan prinsip dan alur kerja dari program
bersangkutan
c. Percobaan model komponen atau keseluruhan struktur jembatan terhadap suatu
pembebanan khusus bila diperlukan untuk menunjang analisis teoritis
d. Analisis dengan menggunakan model matematik bisa dilakukan asalkan model
tersebut memang bisa diterapkan pada struktur jembatan dan dapat dibuktikan
kebenarannya, atau sudah teruji kehandalannya dalam analisis struktur terdahulu
Plat baja ASTM A36 adalah baja karbon rendah yang memiliki kekuatan yang baik dan
juga ditambah dengan sifat baja yang bisa dirubah bentuk menggunakan mesin dan juga
dilakukan pengelasan. Plat baja ASTM A36 juga dapat dilakukan pelapisan coating
ataupun galvanish untuk memberikan ketahanan terhadap korosi. Plat baja ASTM A36
dapat digunakan untuk berbagai macam aplikasi, tergantung pada ketebalan plat dan
juga tingkat ketahanan korosinya. Beberapa produk yang menggunakan plat baja jenis
ini antara lain konstruksi bangunan, tangki, dan juga pipa.
Untuk membuat konstruksi yang kokoh dan stabil secara kualitas tidak terlepas dari
faktor pemilihan profil baja dan dimensinya yang akan menentukan apakah struktur
suatu bangunan akan kokoh ataupun tidak, termasuk dalam konstruksi jembatan pipa
gas. Terdapat 2 macam bentuk profil baja berdasarkan cara pembuatannya, yaitu hot
rolled shapes dan cold rolled shapes. Berikut ini adalah bentuk-bentuk profil baja yang
digunakan sesuai dengan kebutuhan konstruksi.
6
- Hot rolled shapes
2.6. Pembebanan
Dalam perencanaan, beban dan kombinasi pembebanan harus digunakan yang sesuai
dengan pertimbangan beban, material serta gaya yang terjadi baik dari dalam ataupun
gaya luar. Perhitungan beban dilakukan saat melakukan perencanaan dengan metode
apapun, baik itu dengan metode kekuatan ataupun perancangan dengan metode tegangan
izin.
7
- Beban Gravitasi (Beban Mati dan Beban Hidup)
- Beban Gempa
- Beban Angin
2. Beban Mati
A. Definisi
Beban mati adalah berat seluruh bahan konstruksi bangunan gedung yang terpasang,
termasuk dinding, lantai, atap, plafon, tangga, dinding partisi tetap, finishing, klading
gedung dan komponen arsitektural dan struktural lainnya serta peralatan layan
terpasang lain termasuk berat keran
B. Berat Material
Dalam menentukan beban mati untuk perancangan, harus digunakan berat bahan dan
konstruksi yang sebenarnya, dengan ketentuan bahwa jika tidak ada informasi yang
jelas, nilai yang harus digunakan adalah nilai yang disetujui oleh pihak yang
berwenang.
3. Beban Hidup
A. Definisi
Beban yang diakibatkan oleh pengguna dan penghuni bangunan gedung atau struktur
lain yang tidak termasuk beban konstruksi dan beban lingkungan, seperti beban angin,
beban hujan, beban gempa, beban banjir, atau beban mati.
8
4. Beban Gempa
A. Gempa Rencana
Dalam perencanaan dan evaluasi struktur bangunan gedung dan non gedung serta
berbagai bagian dan peralatannya secara umum, harus ditentukan juga pengaruh
gempa rencana. Gempa rencana ditetapkan sebagai gempa dengan kemungkinan
terlewati besarannya selama umur struktur bangunan 50 tahun adalah sebesar 2
persen.
- Untuk perioda yang lebih kecil dari T0, spectrum respons percepatan desain, Sa, harus
diambil persamaan:
𝑇
Sa=SDS (0,4+0,6 )
𝑇0
- Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari atau sama
dengan Ts, spectrum respons percepatan desain, Sa, sama dengan SDS
- Untuk perioda lebih besar dari Ts, spekstrum respons percepatan desain, Sa, diambil
persamaan
𝑆𝐷1
Sa=
𝑇
Keterangan:
SDS = parameter respons spectral percepatan desain pada perioda pendek
SD1 = parameter respons spectral percepatan desain pada perioda 1 detik
T = perioda getar fundamental struktur
𝑆𝐷1
T0 = 0,2
𝑆𝐷𝑆
𝑆𝐷1
Ts =
𝑆𝐷𝑆
9
Gambar 2.8. Spektrum respons desain
5. Beban Angin
Beban angin adalah beban yang timbul akibat bergeraknya udara yang kebanyakan
secara horizontal dan menghasilkan tekanan terhadap permukaan suatu struktur. Dalam
perencanaan gedung ataupun struktur lain perlu diperhitungkan dan dirancang untuk
menahan beban angin. Dalam menghitung beban angin, terdapat parameter-parameter
yang harus dilengkapi terlebih dahulu sebagai data perhitungan. Parameter-parameter
tersebut adalah sebagai berikut:
10
Tabel 2.1. Faktor Arah Angin, Kd
C. Kateogir Eksposur
Eksposur didasarkan padakekasaran permukaan tanah dilokasi struktur tersebut.
Eksposur dibagi menjadi 3 kategori yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Kategori Kondisi
11
E. Faktor Topografi (Kzt)
Efek peningkatan kecepatan angin dimasukkan dalam perhitungan beban angin. Jika
kondisi struktur tidak berada pada lokasi yang memerlukan perhitungan khusus
seperti diatas bukit, bukit memanjang, dan tebing curam, faktor topografi, Kzt = 1.
Analisis Struktur adalah suatu cara yang bertujuan untuk mengetahui efek dari beban terhadap
struktur fisik dan komponen-komponen yang terpasang pada suatu sistem struktur. Adapun
tahapan-tahapan yang dilakukan dalam melakukan analisis struktur adalah sebagai berikut:
1. Data Struktur
Data struktur adalah data teknis baik data dari plat baja yang digunakan dan juga data
jembatan. Data teknis baja tersebut antara lain data bentuk dan mutu dari profil baja,
modulus elastisitas, tengangan leleh, tegangan geser, dan spesifikasi yang bersangkutan.
Sedangkan data jembatan, data dapat diambil dengan melakukan pengukuran langsung di
lokasi jembatan.
2. Data Pembebanan
Data pembebanan adalah beban yang direncanakan untuk diterima oleh struktur jembatan,
sehingga dalam desain kekuatan struktur dapat menerima seluruh beban tersebut tanpa
mengalami kerusakan.
3. Analisis Struktur
Berdasarkan data struktur dan data pembebanan tersebut, kemudian dianalisa dengan
perhitungan properties penampang dan perhitungan gaya momen, gaya lintang dan gaya
normal yang terjadi pada struktur jembatan.
SAP2000 adalah program yang diciptakan untuk membantu memudahkan engineer melakukan
analisis struktur tanpa melakukan perhitungan secara manual yang sangat panjang. SAP2000 ini
adalah versi pertama dari SAP yang dengan lengkap terintegrasi dengan Microsoft Windows.
Prinsip utama penggunaan program ini adalah pemodelan struktur, eksekusi analisis dan
12
pemeriksaan atau optimasi desain yang semuanya dilakukan dalam satu langkah atau satu
tampilan. Beberapa kemampuan yang dimiliki oleh program ini antara lain:
- Analisis yang cepat dan akurat
- Model pembebanan yang lebih lengkap baik berupa beban statis ataupun beban dinamis
- Analisis dinamik dengan Ritz dan Eigenvalue
- Sistem koordinat ganda untuk bentuk geometri struktur yang kompleks.
13
BAB III
PEMBEBANAN
3.1. Umum
Suatu struktur dirancang untuk dapat menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut.
Secara umum, struktur suatu bangunan dikatakan aman apabila struktur tersebut telah mampu
menahan beban gravitasi (beban mati dan beban hidup) dan beban gempa yang bekerja pada
struktur tersebut. Dalam melakukan analisis struktur juga perlu diidentifikasi beban-beban yang
bekerja pada sistem struktur. Beban-beban yang dianalisis pada pengerjaan tugas ini yaitu:
Load
Case Deskripsi
DL Berat Sendiri Struktur dan Beban Mati Tambahan
LL Beban Hidup
EQx Beban Gempa Arah Sumbu X
EQz Beban Gempa Arah Sumbu Z
WLz+ Beban Angin Arah Sumbu Z+
WLz- Beban Angin Arah Sumbu Z-
LC Deskripsi Keterangan
101 DL Permanen
102 DL+LL Permanen
103 DL+0,7EQx+0,21EQz Sementara
104 DL+0,7EQz+0,21EQx Sementara
14
LC Deskripsi Keterangan
105 DL+0,6WLz+ Sementara
106 DL+0,6WLz- Sementara
107 0,6DL+0,6WLz+ Sementara
108 0,6DL+0,6WLz- Sementara
1. Material Baja
2. Pipa
3. Gas
15
2. Beban Hidup (Live Load)
Beban hidup yang digunakan adalah sebesar 4kN/m yang mengacu pada Dokumen PGN.
Panduan Konstruksi – Metode Jembatan Pipa
Beban gempa pada lokasi jembatan pipa gas didapat dengan mencari respon spektrum
berdasarkan data yang terdapat pada Desain Spektra Indonesia yang diakses pada website
http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/. Pada saat peninjauan
ke lapangan, diketahui bahwa jenis tanah dilokasi adalah tanah sedang, yang kemudian
jenis tanah tersebut dipakai untuk pengambilan data desain spektra untuk beban gempa.
Data desain spektra pada lokasi jembatan pipa gas adalah sebagai berikut:
16
4. Beban Angin (Wind Load)
Berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam SNI 1727:2013 yang kemudian disesuaikan
dengan tinjauan lapangan pada lokasi jembatan, didapat data untuk perhitungan beban
angin adalah sebagai berikut:
1. Beban Mati
Beban jembatan berasal dari berat sendiri jembatan yang dapat dihitung secara otomatis
dengan menggunakan program SAP 2000. Hasil daripada perhitungan beban mati
struktur dengan program tersebut dirangkum dalam tabel berikut ini:
Beban mati tambahan pada struktur jembatan pada tugas ini adalah beban yang berasal
dari pipa dan gas yang ditopang oleh struktur jembatan. Perhitungan beban pipa dan gas
dilakukan secara manual yang dihitung berdasarkan data spesifikasi dari pipa dan gas
yang diasumsikan sebagai fluida penuh yang mengalir pada pipa. Perhitungan beban
mati tambahan adalah sebagai berikut:
17
A. Beban Pipa
Data pipa yang ditopang oleh jembatan pipa gas adalah sebagai berikut:
= 0,5842 m
= 0,2919 m2
= 0,26804
= 0,02385 m2
= 186,84 kg/m
= (186,84 x 9,81) N
= 1832,9 N/m
B. Beban Gas
18
Beban gas diasumsikan adalah beban fluida yang terisi penuh didalam pipa,
sehingga beban gas didapatkan melalui perhitungan sebagai berikut ini:
= 5,36kg/m
= 52,59 N/m
= 1885,49 N/m
Pipa pada struktur ditopang dengan perletakan di setiap bentang plat sepanjang
5 m, sehingga gaya reaksi yang terdapat pada perletakan pipa adalah sebagai berikut
= 4713,7 N
19
Gambar 3.4. Gaya reaksi pada perletakan pipa
Sehingga beban yang diterima oleh struktur adalah seperti gambar berikut
Beban
No. Deskripsi Satuan
Dasar
1 Pipe Load 1832,9 N/m
2 Gas Load 52,59 N/m
Total Superdead Load 1885,49 N/m
Applied Load 4713,7 N
2. Beban hidup
Beban hidup diasumsikan beban orang yang besar bebannya mengacu pada dokumen
Panduan Konstruksi Jembatan yang dimiliki PGN.
20
Tabel 3.9 Beban Hidup
3. Beban Gempa
Respons spektrum desain pada pengerjaan tugas ini didapatkan dengan menggunakan
program komputer SAP 2000 seperti dibawah ini
21
4. Beban Angin
Beban
No. Deskripsi Satuan
Dasar
1 Wind Load (Velocity Pressure) 0,590 kN/m2
Tekanan Velositas (Velocity Pressure) pada tabel diatas didapat berdasarkan data angin
pada tabel 3.10 melalui perhitungan sebagai berikut
Kategori Eksposur =C
Koefisien Eksposur (Kz) = 1,04
Faktor Topografi =1
Faktor Arah Angin (Kd) = 0,85
Kecepatan Angin Dasar (V) = 33m/s
Gust Factor = 0,85
22
BAB IV
PEMODELAN STRUKTUR
4.1. Umum
Jembatan pipa gas yang ditinjau pada tugas ini adalah struktur yang dibuat untuk menopang pipa
gas dengan ukuran diameter 24 inci. Jembatan ini memiliki bentang sepanjang 105 m dengan 2
menara yang menopang bagian atas yang terletak di ujung kedua sisi jembatan. Kedua menara
memiliki ketinggian struktur yang berbeda. Menara yang lebih tinggi memiliki ketinggian struktur
12,5 m, sedangkan menara lebih rendah memiliki ketinggian struktur 10 m. Pemodelan struktur
pada tugas ini seluruhnya dikerjakan dengan menggunakan program SAP 2000. Secara
keseluruhan model struktur jembatan pipa gas cibeet adalah sebagai berikut:
Material yang digunakan pada struktur jembatan ini adalah plat baja ASTM A36 dengan
spesifikasi material sebagai berikut:
23
4.3. Profil Plat Baja
Berikut ini adalah data-data dari profil plat baja yang digunakan pada jembatan pipa gas cibeet
Gambar 4.4. T 200 (1/2 H 400x200x9x12) Gambar 4.5. Wide Flange (H 400x200x9x12)
Gambar 4.6. Wide Flange (H 200x200x8x12) Gambar 4.7. Star 100 (100x100x10)
24
Gambar 4.10. Reinforced L100x100x10
Perletakan struktur yang digunakan pada jembatan adalah perletakan jepit yang terletak pada
keempat sisi kolom pada kedua menara jembatan. Perletakan jenis ini seolah-olah dibuat dari balok
yang ditanam pada tumpuan sehingga menahan gaya gaya maupun momen dan juga torsi.
Tumpuan jepit berupa balok yang terjepit pada kolom, dimana memberikan reaksi terhadap gaya
vertikal, gaya horizontal, dan bereaksi terhadap momen. Lokasi perletakan pada struktur jembatan
adalah seperti gambar berikut:
25
BAB V
ANALISIS STRUKTUR
5.1 Umum
Analisis struktur bertujuan untuk mengetahui efek dari beban terhadap struktur fisik yang
terpasang pada suatu sistem struktur. Analisis struktur pada tugas ini dilatarbelakangi oleh
adanya aktivitas pihak ketiga yang melakukan pencurian beberapa profil baja pada struktur
jembatan. Tujuan dilakukan analisis struktur adalah untuk mengetahui efek yang terdampak
setelah suatu struktur kehilangan beberapa profil baja sehingga dapat diketahui apakah struktur
tersebut masih dalam keadaan aman ataukah butuh perbaikan dengan segera.
Metode analisis yang digunakan adalah dengan metode Allowable Stress Design (ASD) yang
dilakukan melalui perhitungan menggunakan software SAP2000. ASD adalah suatu metode
yang membandingkan beban atau gaya dalam terhadap tahanan atau kekuatan struktur yang
terpasang. Dalam pengerjaan analisis penulisan ini, analisis dilakukan pada dua kondisi yaitu
pada saat struktur sebelum masih utuh dan setelah pencurian baja yang kemudian dapat diketahui
dampak yang terjadi akibat pencurian baja tersebut. Diagram alir pengerjaan adalah sebagai
berikut:
26
5.3 Hasil Analisis Struktur
1. Capacity ratio
Capacity ratio (R) adalah rasio antara gaya atau momen ultimate pada penampang yang
terjadi (beban terfaktor: Pu atau Mu atau Nu) terhadap kuat nominal penampang (Pn atau
Mn atau Nn) yang tentunya telah memasukkan faktor reduksi (phi). Perhitungan dan hasil
capacity ratio digunakan untuk mengetahui apakah elemen pada suatu struktur telah
memenuhi persyaratan atau tidak. Output daripada capacity ratio adalah suatu nilai angka,
sehingga membantu memudahkan untuk mengetahui atau membandingkan antara satu
komponen dengan komponen yang lainnya, mana yang kritis, dan atau yang aman kekuatan
strukturnya. Rumus mencari nilai capacity ratio adalah sebagai berikut:
𝑃𝑢
𝑅=
∅𝑃𝑛
Keterangan:
R = Capacity Ratio
𝑃𝑢 = Beban Terfaktor
Pemeriksaan kekuatan profil baja didapat melalui perhitungan dengan menghitung faktor-
faktor yang mempengaruhi jembatan, yaitu material yang digunakan, bentuk profil baja,
sambungan, serta seluruh beban yang diterima oleh struktur. Pemeriksaan kekuatan profil
baja dilakukan terhadap 2 kondisi, yaitu saat struktur utuh dan saat setelah kehilangan
beberapa profil baja akibat aktivitas pihak ketiga. Hasil analisis ditinjau berdasarkan
perhitungan capacity ratio yang didapat dengan program SAP2000. Berikut ini adalah hasil
pemeriksaan yang didapat adalah sebagai berikut:
Pada pemeriksaan saat kondisi struktur utuh, digunakan nilai capacity ratio sebagai
acuan untuk menentukan kondisi setiap profil baja yang terpasang pada struktur.
Diketahui juga profil baja yang capacity ratio yang maksimum pada struktur yang
kemudian disebut sebagai lokasi kritis pada struktur. Lokasi kritis pada saat kondisi
struktur utuh adalah sebagai berikut:
27
Tabel 5.2. Lokasi Kritis (Struktur Utuh)
Capacity Ratio
No Member Properties ratio Limit Lokasi Keterangan
1 L100X100X10 0,446 0,950 Beam OK
2 L100X100X10 0,442 0,950 Beam OK
3 H200x200x8x12 0,417 0,950 Column OK
4 H200x200x8x12 0,394 0,950 Column OK
Berdasarkan hasil analisis kekuatan struktur pada tabel diatas, diketahui bahwa capacity
ratio yang terdapat pada struktur adalah sebesar 0,446 dengan ratio limit adalah 0,950.
Dengan hasil tertinggi tersebut diketahui bahwa seluruh hasil capacity ratio pada
struktur berada pada rentang nilai dibawah daripada batas ratio izin (ratio limit),
sehingga dapat diketahui bahwa seluruh komponen yang terpasang pada struktur telah
dalam kondisi baik dan aman.
Lokasi kritis pada struktur yang tercantum pada tabel 5.2. diatas adalah seperti gambar
dibawah ini:
28
Gambar 5.3. Lokasi Kritis B (Struktur Utuh)
Lokasi kritis yang terletak disisi kanan dan sisi kiri memiliki lokasi yang sama, namun
dengan nilai yang sedikit berbeda. Perbedaan nilai tersebut diakibatkan adanya
perbedaan ketinggian struktur yang menyebabkan terdapatnya perbedaan massa dan
perbedaan kekuatan struktur di kedua menara.
29
B. Case 2: Akibat Aktivitas Pihak Ketiga
Setelah terjadi kasus pencurian pada beberapa batang baja akibat aktivitas pihak ketiga,
dilakukan kembali analisis struktur untuk mengetahui efek yang terjadi pada struktur
ketika telah kehilangan beberapa batang baja. Lokasi pencurian profil baja adalah pada
bagian menara yang memiliki ketinggian struktur 12,5 m seperti gambar berikut:
30
Setelah Pencurian
Lokasi kehilangan bracing pada struktur menara berada pada lingkaran merah
seperti gambar berikut:
31
Setelah kehilangan beberapa profil baja akibat pencurian, terjadi perubahan lokasi kritis
pada struktur. Lokasi kritis pada struktur setelah pencurian batang baja akibat aktivitas
pihak ketiga adalah sebagai berikut:
Dari hasil yang ditunjukkan pada tabel 5.6 diatas, dapat diketahui bahwa lokasi kritis
pada struktur setelah kasus pencurian beberapa profil baja menjadi bertambah
dibandingkan dengan hasil sebelumnya pada struktur yang masih utuh. Capacity ratio
tertinggi setelah kasus pencurian adalah pada profil baja H200x200x8x12 yang
mencapai ratio sebesar 0,469. Lokasi capacity ratio pada tabel diatas dapat dilihat pada
gambar dibawah ini
32
Gambar 5.13. Lokasi Capacity Ratio Tertinggi Setelah Pencurian (B)
Diketahui bahwa lokasi pencurian profil baja terjadi pada menara yang lebih tinggi.
Profil L100x100x10 yang pada saat kondisi struktur utuh memiliki capacity ratio
tertinggi dengan nilai 0,446 juga mengalami peningkatan menjadi 0,452 atau sebanyak
1,345%. Lokasi pencurian baja dan lokasi profil baja L100x100x10 yang dimaksud
adalah seperti gambar dibawah ini
Gambar 5.14. Lokasi Pencurian dan Lokasi Capacity Ratio Tertinggi Struktur Utuh
33
3. Perbandingan Struktur Utuh dan Kondisi Aktual Akibat Pihak Ketiga
Untuk mengetahui perubahan yang terjadi setelah terjadinya kasus pencurian beberapa
elemen baja yang dilakukan oleh pihak ketiga, dibuatlah perbandingan terhadap kondisi
awal dengan hasil sebagai tabel-tabel berikut:
Tabel 5.9. Capacity Ratio Tertinggi disetiap Profil Baja (Setelah Pencurian)
Capacity Capacity
Ratio Ratio Ratio Keterangan
No Member Properties (Case 1) (Case 2) Limit
1 L100X100X10 0,446 0,452 0,950 OK
2 2L100X100X10 0,113 0,115 0,950 OK
3 T 200 0,234 0,234 0,950 OK
4 H400x200x9x12 0,299 0,299 0,950 OK
5 H200x200x8x12 0,417 0,469 0,950 OK
6 STAR 100 0,211 0,300 0,950 OK
7 reinforced200x200x8x12 0,094 0,094 0,950 OK
8 reinforced400x200x9x12 0,083 0,083 0,950 OK
9 reinforced100x100x10 0,094 0,094 0,950 OK
34
C. Perbandingan Capacity Ratio pada Lokasi Pencurian Profil Baja
Setelah pencurian baja pada struktur terjadi perubahan lokasi kritis pada struktur.
Perubahan capacity ratio yang terjadi dari keadaan struktur utuh dan setelah terjadi
pencurian adalah sebagai gambar berikut:
Gambar 5.16 Ratio Menara Setelah Pencurian (Keterangan pada box merah
menunjukan profil yang mengalami peningkatan rasio paling tinggi)
35
BAB VI
6.1 Kesimpulan
Analisa struktur berguna untuk mengetahui ketahanan struktur terhadap seluruh beban yang
diterima oleh struktur. Pada tugas ini, analisa struktur menggunakan metode ASD (Allowable
Stress Design), yaitu metode yang membandingkan beban atau gaya dalam terhadap tahanan
atau kekuatan suatu struktur.
Analisis struktur jembatan pipa gas di sungai cibeet pada tugas ini dilakukan untuk mengetahui
efek yang terjadi akibat kehilangan beberapa profil baja yang disebabkan oleh ‘pihak ketiga’.
Pengerjaan analisis struktur dilakukan dengan 2 kondisi, yaitu pada saat struktur dalam keadaan
utuh, dan pada saat struktur telah kehilangan beberapa profil baja. Pada tugas ini perhitungan
analisis dilakukan dengan menggunakan bantuan software SAP 2000. Pada pengambilan
kesimpulan perhitungan analisis, digunakan capacity ratio sebagai nilai acuan dari perhitungan
analisis yang telah dilakukan. Dari hasil analisis dan evaluasi perhitungan yang didapat,
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan perbandingan capacity ratio dengan ratio limit yang didapat setelah
melakukan analisis, diketahui bahwa pada saat struktur dalam keadaan utuh seluruh
komponen struktur memiliki ketahanan yang cukup aman untuk beroperasi dan melakukan
kerja terhadap seluruh beban yang akan diterima. Nilai capacity ratio tertinggi pada saat
struktur utuh adalah 0,446 pada profil baja L100x100x10.
2. Hasil analisis yang didapat pada saat kondisi setelah pencurian profil baja pada struktur
jembatan, diketahui bahwa capacity ratio tertinggi yang didapatkan adalah sebesar 0,469
pada profil H200x200x8x12 yang sebelumnya bernilai 0,247 sehingga mengalami
kenaikan sebesar 89,87 %. Profil baja L100x100x10 yang memiliki capacity ratio tertinggi
pada case 1 dengan nilai ratio 0,446 berubah menjadi 0,452 sehingga mengalami
peningkatan sebesar 1,345%.
3. Dengan hasil capacity ratio diatas diketahui bahwa terjadi peningkatan ratio setelah
terjadinya pencurian profil baja pada bagian bracing di menara. Peningkatan ratio tersebut
terjadi karena bracing yang berfungsi untuk membuat kekakuan pada struktur telah
berkurang. Dengan kekakuan yang telah berkurang tersebut menyebabkan kuat nominal
penampang menurun. Capacity ratio adalah suatu nilai yang didapat dengan membagi nilai
beban terhadap kuat nominal penampang, sehingga dengan nilai beban yang tetap dan kuat
nominal penampang yang berkurang menyebabkan nilai ratio setelah kasus pencurian
mengalami peningkatan.
36
4. Dengan hasil capacity ratio tertinggi yang didapat setelah terjadi pencurian profil baja
yaitu 0,469 diketahui bahwa ratio tersebut tidak melebihi dari nilai ratio limit (batas aman)
pada metode analisis yaitu 0,950. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kondisi struktur
setelah pencurian profil baja masih memiliki kekuatan yang cukup aman.
6.2 Saran
Dengan adanya peningkatan capacity ratio yang cukup signifikan yaitu sebesar 89,87% yang
terjadi pada profil H200x200x8x12 setelah terjadi pencurian, struktur harus segera diperbaiki
agar kekuatan struktur kembali seperti kekuatan desain awal.
Selain daripada itu, faktor lokasi jembatan pipa yang terletak cukup jauh dari permukiman
penduduk membuat peluang terjadinya pencurian batang baja pada struktur menjadi lebih tinggi.
Untuk mencegah hal tersebut dibutuhkan suatu upaya keamanan yang tepat, salah satunya adalah
patroli area disekitar lokasi yang memungkinkan dilakukannya pencurian baja.
37
Daftar Pustaka
Analisis Struktur dengan SAP 2000. (n.d.). In Laporan Tugas Akhir Desain General Cargo dan Trestle
Tipe Deck On Pile di pelabuhan Pisang Kayu Sulawesi Barat.
Bakara, C. P. (2009). Design Alternatif Jembatan Pipa Gas Dengan Menggunakan Profil IWF
Castellated.
SNI 1726:2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan non
Gedung. (2012). Badan Standardisasi Nasional.
SNI 1727:2013 Beban Minimum Untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain. (2013).
Badan Standardisasi Nasional.
Ufi, B. N. (n.d.). Analisis Portal 2D Staad Pro V.8i Vs SAP 2000 V.14.
38
LAMPIRAN
39