HIKAYAT-WPS Office
HIKAYAT-WPS Office
PENGERTIAN
disajikan dengan menonjolkan unsur penceritaan berciri kemustahilan dan kesaktian tokoh-tokohnya
2. KARAKTERISTIK/CIRI-CIRI HIKAYAT
Hikayat merupakan sebuah teks narasi yang berbeda dengan narasi lain. Adapun karakteristik/ciri-ciri
hikayat antara lain (a) terdapat kemustahilan dalam cerita, (b) kesaktian tokoh-tokohnya, (c) anonim, (d)
istana sentris, dan (e) menggunakan alur berbingkai/cerita berbingkai.
a. Kemustahilan
Salah satu ciri hikayat adalah kemustahilan dalam teks, baik dari segi bahasa maupun dari segi cerita.
Kemustahilan berarti hal yang tidak logis atau tidak bisa dinalar.
b. Kesaktian
Selain kemustahilan, seringkali dapat kita temukan kesaktian para tokoh dalam hikayat.
c. Anonim
Anonim berarti tidak diketahui secara jelas nama pencerita atau pengarang. Hal tersebut disebabkan
cerita disampaikan secara lisan. Bahkan, dahulu masyarakat mempercayai bahwa cerita yang
disampaikan adalah nyata dan tidak ada yang sengaja mengarang.
d. Istana Sentris
Hikayat banyak memiliki nilai kehidupan. Nilai-nilai kehidupan tersebut dapat berupa nilai religius
(agama), moral, budaya, sosial, edukasi (pendidikan), dan estetika (keindahan).
a. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur
suatu karya sastra, seperti: (a) tema, (b) tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan gaya
bahasa.
b. Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik ialah unsur yang membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri yang menyangkut
sosiologi, psikologi, dan lain-lain.
Hikayat merupakan karya sastra klasik, artinya usia hikayat jauh lebih tua dibandingkan usia Negara
Indonesia. Meskipun bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia (berasal dari bahasa Melayu),
tidak semua kata dalam hikayat dapat dijumpai dalam bahasa Indonesia sekarang. Kata-kata yang sudah
jarang digunakan atau bahkan sudah asing tersebut disebut sebagai kata arkais.
Penggunaan gaya bahasa (majas) dalam hikayat berfungsi untuk membuat cerita lebih menarik jika
dibandingkan menggunakan bahasa yang bermakna lugas. Ada beberapa gaya bahasa (majas) yang
sering digunakan dalam hikayat yaitu:
1) Antonomasia
Antonomasia adalah penggunaan sebuah epiteta untuk menggantikan nama diri, gelar resmi, dan
jabatan. Contoh: Yang Mulia tak dapat menghadiri pertemuan ini.
2) Metafora
Metafora adalah analogi yang membandingkandua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang
singkat. Contoh: bunga bangsa, buaya darat, buah hati, cindera mata, dan sebagainya.
3) Hiperbola
Hiperbola merupakan gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan. Contoh:
Kemarahanku sudah menjadi-jadi hingga hampir meledak aku.
Perbandingan atau Simile adalah gaya bahasa (majas) yang membandingkan suatu hal dengan hal lainnya
menggunakan kata penghubung atau kata pembanding. Contoh: seperti, laksana, bak dan bagaikan.
b. Konjungsi (Kata Penghubung)
Konjungsi yang digunakan dalam hikayat menggunakan konjungsi yang menyatakan urutan waktu dan
kejadian dalam menceritakan peristiwa atau alur. Contoh: “Pada... Sebelum... Lalu...”, “Ketika...
Selanjutnya...”