Anda di halaman 1dari 25

Sejarah dan Perkembangan Teknologi Bangunan Gedung

Makalah

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari Mata Kuliah Kajian Teknologi
dan Vokasi yang diampu oleh:

Dr. Rina Marina Masri, MP.

Disusun oleh:

Gita Putra Apriyadi (1908979)

Muhammad Azmi Haqqoni (1905726)

Nurul Irawati (1902213)

Sindy Witari (1901299)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim.

Alhamdulillahirabil ‘alamin, rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah


SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehigga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Adapun tujuan dari penulisan resume ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Dr. Rina Marina Masri, M.P. dan Dr. Ir. H. Iskandar Muda P, M.T. pada mata kuliah
Kajian Teknologi dan Vokasi.

Kami beharap agar makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah


pengetahuan rekan-rekan mahasiswa pada khususnya dan para pembaca umumnya.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Dr. Rina Marina Masri, M.P. dan
Dr. Ir. H. Iskandar Muda P, M.T. selaku dosen dari mata kuliah Kajian Teknologi
dan Vokasi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidangg studi yang kami tekuni.

Bandung, 9 November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1


1.2. Identifikasi maslah ............................................................................. 2
1.3. Batasan Masalah ................................................................................. 2
1.4. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.5. Tujuan ................................................................................................ 2
1.6. Sistematika ......................................................................................... 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 5

2.1. Bangunan Gedung .............................................................................. 5


2.2. Sejarah Teknologi Bangunan Gedung ............................................... 5
2.3. SNI dan Peraturan Bangunan Gedung ............................................... 6

BAB III METODOLOGI ............................................................................. 8

3.1. Lokasi Kegiatan ................................................................................. 8


3.2. Waktu Kegiatan .................................................................................. 8
3.3. Metode ................................................................................................ 8
3.4. Data Primer Dan Data Sekunder ........................................................ 8
3.5. Instrumen ........................................................................................... 8
3.6. Teknik Analisis .................................................................................. 8
3.7. Kerangka Berpikir .............................................................................. 9
3.8. Sampel, Populasi,Teknik Sampling ................................................... 9
3.9. Diagram Alir ...................................................................................... 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 10

4.1. Pengertian Bangunan Gedung ............................................................ 10


4.2. Sejarah Teknologi Bangunan Gedung ................................................ 11

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 18

5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 18


5.2. Implikasi ............................................................................................. 18
5.3. Rekomendasi ...................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 19


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rumah Gua .................................................................................... 11

Gambar 2. Gedung Merdeka yang dahulunya warung kopi ........................... 15

Gambar 3. The Avava Britespace ..................................................................... 16

Gambar 4. The Waterhaus .............................................................................. 16

Gambar 5. The Milan Granny Flat ................................................................. 16

Gambar 6. Rumah 3D Printing ........................................................................ 17


DAFTAR TABEL

Tabel 1. SNI dan Peraturan Bangunan Gedung .............................................. 6


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknologi bangunan gedung kian mengalami perkembangan yang


signifikan baik dari strukturnya maupun dari bentuknya. Menurut Undang-
Undang Republik Indonesia Nomer 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan
Gedung Pasal 1 Dan Pasal 2 Mengatakan Bahwa Bangunan gedung adalah
wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat
kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam
tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan
kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan,
kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.
Penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan
yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta
kegiatan pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran. Bangunan gedung
adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat
kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam
tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan
kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan,
kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.
Bangunan gedung umum adalah bangunan gedung yang fungsinya
untuk kepentingan publik, baik berupa fungsi keagamaan, fungsi usaha,
maupun fungsi sosial dan budaya. Perkembangan teknologi bangunan
gedung tidak lepas dari sejarah perkembangan bangunan sejak zaman
dahulu kala. Setelah merdeka, Indonesia mengalami pencampuran budaya
dari Belanda dan Jepang, salah satunya dalam bidang konstruksi bangunan
gedungnya. Bangunan dirian zaman penjajah terkenal dengan struktur yang
kuat dan bentuknya yang kuno. Berbagai macam bangunan gedung
konstruksi belanda dan jepang dijadikan sebagai bangunan sejarah yang
kemudian dikembangkan menjadi pemodelan konstruksi di Indonesia oleh
para ahli dalam bidang teknik sipil.

1
2

1.2 Identifikasi Masalah

Sejak zaman dahulu dikenal dengan konstruksi bangunan berbahan batu.


Selanjutnya pada zaman penjajahan Belanda dan Jepang, Indonesia mengalami
peleburan dalam bidang konstruksi dengan pemodelan konstruksi dari Belanda
dan Jepang. Di zaman revolusi industri 4.0, Indonesia telah memiliki banyak
bangunan gedung dari hasil perkembangan teknologi seperti bangunan gedung
pencakar langit yang digunakan untuk konstruksi bangunan hotel. Permasalahan
tidak lepas dari perkembangan teknologi, baik yang disebabkan oleh factor
internal atau eksternal dalam proyek konstruksi bangunan gedung.

1.3 Batasan Masalah

Persoalan yang dibahas dibatasi oleh kenyataan perkembangan


teknologi bangunan gedung di Indonesia dari dahulu hingga saat ini. Teknologi
bangunan gedung dan sejarah bangunan gedung serta SNI bangunan gedung
menjadi bahasan pokok.

1.4 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan bangunan gedung ?


2. Bagaimana perkembangan teknologi bangunan gedung ?
3. Bagaimana sejarah bangunan gedung ?

1.5 Tujuan

1. Mengetahui pengertian bangunan gedung.


2. Mengetahui perkembangan teknologi bangunan gedung di Indonesia.
3. Mengetahui sejarah bangunan gedung di Indonesia.
3

1.6 Sistematika

Untuk lebih jelas memahami makalah ini, maka materi – materi dalam
makalah ini dikelompokkan menjadi beberapa bab dan sub bab dengan
sistematika penyampaian sebagai berikut:

1. BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Pembatasan Masalah
1.4 Rumusan Masalah
1.5 Tujuan
1.6 Sistematika

2. BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian bangunan gedung

2.2 Sejarah teknologi bangunan gedung

2.3 SNI Dan Peraturan Bangunan Gedung

3. BAB III METODELOGI


3.1.Lokasi Kegiatan
3.2.Waktu Kegiatan
3.3.Metode
3.4.Data Primer Dan Data Sekunder
3.5.Instrumen
3.6.Teknik Analisis
3.7.Kerangka Berpikir
3.8.Sampel, Populasi,Teknik Sampling
3.9.Diagram Alir
4

4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Pengertian Bangunan Gedung
4.2. Sejarah Teknologi Bangunan Gedung
5. BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan

5.2 Implikasi

5.3 Rekomendasi

6. DAFTAR PUSTAKA
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2. 1. Bangunan Gedung

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 28 Tahun


2002 Tentang Bangunan Gedung Pasal 1 Dan Pasal 2 Mengatakan Bahwa
Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di
atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat
manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal,
kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan gedung, budaya, maupun
kegiatan khusus. Penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan
pembangunan yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan
konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran.

2. 2. Sejarah Teknologi Bangunan Gedung

Pada awalnya, manusia hanya memanfaatkan apa yang ada di alam


sebagai tempat tinggal, jalan, jembatan, serta sarana dan prasarana lainnya
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Misalnya,pada zaman dahulu
manusia menggunakan gua sebagai tempat tinggal. Seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, manusia mulai memanfaatkan apa yang
ada di alam seperti batu, tanah, dan kayu seperti batu, tanah, dan kayu
sebagai bahan untuk membuat infrastruktur dan bangunan.

5
6

2. 3. SNI dan Peraturan Bangunan Gedung

Tabel 1. SNI dan Peraturan Bangunan Gedung

BIDANG KETERANGAN
SNI 2833:2008 Tata Cara Perencanaan Gempa
Untuk Jembatan (Revisi dari SNI 03-2833-1992)
SNI 03-2395-1991 Tata Cara Perencanaan dan
Perancangan Bangunan Radiologi di Rumah Sakit
SNI 03-2394-1991 Tata Cara Perencanaan dan
Perancangan Bangunan Kedokteran Nuklir di
Rumah Sakit
Struktur SNI – 1726 – 2002 Standard Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung

SNI 03 – 2847 – 2002 Tata Cara Perhitungan


Struktur Beton. Untuk Bangunan Gedung

SNI 03 – 1729 – 2002 Tata Cara Perhitungan


Struktur Baja. Untuk Bangunan Gedung

SNI-4153-2008 Cara uji penetrasi lapangan dengan


SPT
SNI 2827-2008 Cara uji penetrasi lapangan dengan
alat sondir
Tanah ASTM D 3441 – 98 Standard Test Method for
Mechanical Cone Penetration Test (ASTM CPT)
SNI 03-2835-2002 Tata cara perhitungan harga
satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan
gedung dan perumahan
7

Manajemen Konstruksi SNI-2839-2008 Tata cara perhitungan harga satuan


(Analisa Harga Satuan pekerjaan langit-langit untuk konstruksi bangunan
Pekerjaan) gedung dan perumahan

SNI-3434-2008 Tata cara perhitungan harga satuan


pekerjaan kayu untuk konstruksi bangunan gedung
dan perumahan

SNI-7394-2008 Tata cara perhitungan harga satuan


pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung
dan perumahan

SNI 03-3989- 2000 Tata cara perencanaan dan


pemasangan gedung springkler otomatik untuk
pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan
gedung
SNI 04-7018-2004 Sistem Pasokan Daya Listrik
Darurat dan Siaga

Mekanikal dan Elektrikal

SNI 04-0225-2000 Persyaratan Umum Instalasi


Listrik 2000 (PUIL 2000)

SNI 04-7019-2004 Sistem pasokan daya Listrik


darurat menggunakan energi tersimpan (SPDDT)
BAB III

METODOLOGI

3.1. Lokasi Kegiatan

Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan


Indonesia.

3.2. Waktu Kegiatan

Malakah ini dikerjakan dalam kurun waktu 7 hari, 4-10 November 2019.

3.3. Metode

Metode yang digunakan merupakan metode studi literatur.

3.4. Data Primer Dan Data Sekunder

Data Primer : -
Data Sekunder : jurnal, buku, blog website (internet).

3.5. Instrumen

Instrument penelitian untuk penelitian kualitatif merupakan sebuah metode


yang menekankan paa aspek pemahaman lebih mendalam terhadap suatu
masalah daripada melihat suatu permasalahan.

3.6. Teknik Analisis

Teknik mengumpulkan data yang digunakan dalam makalah ini adalah


studi literatur (pustaka) yaitu mengumpulkan data dari bebagai hasil tulisan
ilmiah yang berkaitan dengan materi bahasan.

8
9

3.7. Kerangka Berpikir

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 28 Tahun 2002


Tentang Bangunan Gedung Pasal 1 Dan Pasal 2 Mengatakan Bahwa Bangunan
gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan
tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di
dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan
kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan,
kegiatan usaha, kegiatan gedung, budaya, maupun kegiatan khusus.

3.8. Sampel, Populasi,Teknik Sampling

Mahasiswa / i Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas


Pendidikan Indonesia.

3.9.Diagram Alir

Mulai

Selesai
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengertian Bangunan Gedung

Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi


yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya
berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai
tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat
tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan gedung, budaya,
maupun kegiatan khusus.

Bangunan gedung umum adalah bangunan gedung yang fungsinya


untuk kepentingan gedung, baik berupa fungsi keagamaan, fungsi usaha,
maupun fungsi gedung dan budaya. Bangunan gedung tertentu adalah
bangunan gedung yang digunakan untuk kepentingan umum.

Bangunan gedung khusus adalah bangunan teknis sipil lainnya yang


tidak termasuk bangunan gedung, gedung umum dan gedung tertentu yang
dalam pembangunan dan/atau pemanfaatannya membutuhkan pengelolaan
khusus dan/atau memiliki kompleksitas tertentu yang dapat menimbulkan
dampak penting terhadap masyarakat dan lingkungannya seperti
gedung/tower telekomunikasi, gedung transmisi, tanki bahan bakar,
jembatan, billboard/megatron dan instalasi pengolahan/pemanfaatan
sumber daya alam. Bangunan Permanen adalah bangunan yang ditinjau dari
segi konstruksi dan umur bangunan dinyatakan lebih dari 15 Tahun.

10
11

4.2. Sejarah Teknologi Bangunan Gedung

Gambar 1. Rumah Gua

Pada awalnya, manusia hanya memanfaatkan apa yang ada di alam sebagai
tempat tinggal, jalan, jembatan, serta sarana dan prasarana lainnya untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Misalnya,pada zaman dahulu manusia
menggunakan gua sebagai tempat tinggal. Seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, manusia mulai memanfaatkan apa yang ada di alam seperti batu,
tanah, dan kayu seperti batu, tanah, dan kayu sebagai bahan untuk membuat
infrastruktur dan bangunan.
Ilmu pengetahuan teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Pada akhirnya manusia mulai menggunakan bahan-bahan olahan hasil rekayasa
dari bahan alam maupun gedung yang dinilai memiliki kekuatan, keindahan,
dan kepraktisan lebih tinggi dibandingkan dengan bahan-bahan dari alam.
Misalnya, dahulu sebagian besar masyarakat Indonesia menggunakan bilik
kayu/gedung sebagai dinding rumahnya. Akan tetapi, saat ini gedung sebagian
besar masyarakat Indonesia telah banyak memilih tembok yang terbuat dari
semen dan bata sebagai dinding rumahnya. Tembok dianggap lebih kukuh dan
lebih kuat. Saat ini telah banyak bahan bangunan lain hasil rekayasa manusia
yang memberikan pengaruh positif dalam kehidupan manusia.
Kemajuan teknologi konstruksi tidak hanya terlihat dari bahanbahan yang
digunakan. Alat-alat yang digunakan untuk membuat produk konstruksi pun
semakin berkembang pesat. Dulu alat-alat yang digunakan untuk membuat
bangunan konstruksi masih bersifat sederhana sehingga membutuhkan waktu
pengerjaan yang lebih lama. Namun kini, telah banyak alat-alat pertukangan
berteknologi canggih sehingga dapat mempermudah dan mempercepat
12

pekerjaan konstruksi. Misalnya dahulu kegiatan pencampuran semen dengan


bahan lainnya hanya dapat mengandalkan usaha manusia, tetapi kini kegiatan
tersebut dapat dibantu dengan sebuah alat yang dinamakan molen. Alat ini
menggunakan teknologi mesin sehingga dapat mencampur adonan semen
sampai 50 Kg. Hal itu tentunya dapat membantu manusia untuk mempercepat
dan mempermudah pekerjaannya. Dengan adanya kemajuan alat dan bahan
konstruksi yang semakin baik, maka bentuk konstruksi yang ada saat ini pun
menjadi semakin beragam terutama di kota-kota besar. Tempat tinggal biasanya
hanya memiliki satu atau dua lantai, akan tetapi berkat kemajuan teknologi
konstruksi yang ada saat ini, tempat tinggal manusia dapat mencapai beberapa
puluh lantai dengan bentuk yang beragam.
Infrastruktur pun semakin berkembang pesat. Mungkin dulu kita belum
dapat membayangkan adanya jalan gedung, bandar udara, gedung apartemen
berpuluh-puluh tingkat, gedung yang menjulang tinggi dan bentuk-bentuk
konstruksi modern lainnya yang membantu manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Oleh sebab itu, sudah sepantasnya kita bersyukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa atas akal dan pikiran yang diberikan oleh-Nya, sehingga
manusia mampu berfkir dan menciptakan teknologi-teknologi yang luar biasa.
Ketika masa revolusi sedang hangatnya memang terjadi kehancuran dan
kerusakan dari sejumlah gedung-gedung penting. Pembangunannya kembali
berlangsung sangat lambat karena keadaan negara yang sedang dalam musim
pancaroba. Namun dari segi lain, ada titik-titik cerah bagi perkembangan
arsitektur, umpamanya di tahun-tahun peralihan (1945-1949) ketika kekuasaan
RepublikIndonesia menjadi mutlak diakui oleh Belanda.Sejak saat itu dan
seterusnya selama 4 windu Merdeka perkembangan arsitektur Indonesia,
seakan-akan terpusat di Jakarta. Boleh kita pandang, bahwa pangkal
perkembangan arsitektur tersebut dimulai tahun 1948 ketika kota satelit
Kebayoran Baru menjadi kenyataan. Pembangunna kota baru di selatan Jakarta
itu sangat penting artinya dari segi arsitektur karena perluasan kota tersebut
menumbuhkan berbagai gaya bangunan rumah,gedung-gedung umum. Gaya-
gaya yang dikembangkan bertitik berat pada ‘meng-Indonesia-kan’ sebagai
identitas baru Indonesia Merdeka, berlangsung di segala bidang kehidupan
13

masyarakat Indonesia. Para perencana rumah dan bangunan-bangunan,


kebanyakan masih gedung yang berlatar belakang gedung Belanda, bahkan
banyak arsitek-arsitek Belanda yang turut aktif dalam proyek pembangunan
tersebut. Peng-Indonesiaan gaya arsitektur di tahun 50-an umumnya
menonjolkan bentuk atap yang ‘khas’ Indonesia dengan bentuknya yang lebih
sederhana gedung gaya arsitektur Belanda. Contoh karya sekitar tahun 1950-an
ini antara lain kantor pusat Bank Pembangunan Industri di Jakarta dan sekitar
tahun 1960-an dibangun kantor Pusat Bank Indonesia di jalan Thamrin Jakarta.
Ketika jalur jalan utama yang menghubungkan Jakarta dan Kebayoran Baru
dalam tahap-tahap perkembangan, di jalan tersebut didirikan banyak gedung-
gedung. Jenis gedung tersebut merupakan jenis yang baru (pertama kali) di
Indonesia. Contoh edung-gedung yang dimaksud adalah Gedung PP dan
Gedung Kedutaan Besar Kerajaan Inggris. Gedung PP (PT Pembangunan
Perumahan) adalah gedung bertingkat yang direncanakan dengan konsep
perencanaan modern pada masa setelah perang dunia. Bentuknya polos dan
jendela-jendelanya diberi penahan sinar terik. Gedung Kedutaan Besar
Kerajaan Inggris merupakan bangunan modern yang menyesuaikan dengan
lingkungan (perumahan) sekelilingnya. Selanjutnya mulai bermunculan
bangunan-bangunan yang jumlah tingkatannya semakin banyak dan dilengkapi
dengan peralatan modern. Salah satu contohnya adalah Hotel Indonesia; hotel
modern pertama di Indonesia. Perlu diingat kembali bahwa dalam 10 tahun
terakhir sebelum Belanda takluk kepada Jepang, gaya arsitektur di Indonesia
yang berlaku pada waktu itu mula-mula lebih cenderung pada kubisme-
fungsionil (tahun 30an) yang kemudian disesuaikan dengan kepribadian
Indonesia. Di dalam sepuluh tahun pertama Indonesia merdeka, keadaan
ekonomi negara belum kuat. Hal ini mempengaruhi dunia arsitektur; adanya
keterbatasan dana untuk menggalakan kegiatan pembangunan dan sarana
arsitektur lainnya. Perpaduan antara konstruksi bangunan yang hemat dengan
pencarian bentuk kepribadian Indonesia telah menghasilkan rencana-rencana
bangunan yang modern dengan tetap adanya cirri-ciri Indonesia. Salah satu
contohnya adalah rumahan bertingkat milik Departemen Luar Negeri yang
dibangun tahun 1956. Bangunan ini merupakan bangunan perumahan pertama
14

yang bertingkat empat dan berbentuk flat (konsep barat) dengan atapnya yang
berbentuk atap limas (tradisional). Contohnya adalah Bank Indonesia, Gedung
Pos dan Telkom, Gedung PLN, Bangunan gerbang Taman Pahlawan Jakarta,
dll. Sepuluh tahun kemudian bentuk atap joglo pun mulai muncul. Sementara
itu di tahun-tahun lima puluhan ini, teori-teori bangunan serta teknologi baru
masuk ke Indonesia baik secara langsung (para ahli) maupun secara tidak
langsung (buku-buku dsb). Teknologi tersebut dari cara-cara menahan terik
matahari (sun-louvers) sampai ke teknologi beton tinggi (sophisticated).
Penerapannya di Indonesia berlangsung dengan perlahan dan secara
berangsur. Hal ini disebabkan adanya keterbatasan tenaga, peralatan dan biaya.
Bangunan bertingkat pada masa itu belum menggunakan peralatan modern
seperti AC dan lift. Cara penahan sinar matahari dengan pembias (louvers)
adalah cara yang umum. Gedung Depertemen Pertanian di Jakarta (1950) dan
Gedung DPMB (1953) merupakan gedung-gedung yang pertama direncanakan
dengan cara itu di Indonesia. Perhatian Presiden Soekarno terhadap penonjolan
nasionalisme di segala bidang – termasuk arsitektur – sangat menentukan
perkembangan selanjutnya. Bantuan-bantuan dari luar negeri di bidang gedung-
gedung dari berbagai pelosok dunia. Di samping itu, kesempatan-kesempatan
untuk menciptakan karya dimantapkan, dengan peranan utama oleh Presiden
Soekarno sendiri, dengan dibantu juga oleh arsitek Silaban dan Sudharsono.
Proyek-proyek mercusuar dibangun berurutan, mulai dari pendirian patung-
patung (untuk memperindah kota), monument-monumen kejayaan, stadion olah
raga raksasa, dan gedung-gedung pemerintahan yang megah. Semuanya dari
yang ‘biasa’ sampai pada yang ‘luar biasa’. Beberapa bangunan perlu dicatat
sebagai bangunan yang bernilai sejarah karena bangunan tersebut merupakan
sesuatu yang pertama atau baru dan mempunyai kekhasan, serta mempengaruhi
perkembangan gaya arsitektur Indonesia di kota-kota lainnya, yaitu dalam
bentuk peniruan yang kemudian menjadi ‘mode’ secara nasional.
Menjelang Asean Games IV tahun 1962, ketika Indonesia mendapatkan
kehormatan untuk menjadi tuan rumah, kesempatan itu mengundang banyak
teknisi dari luar negeri untuk menjadi pendamping dan konsultan bagi teknisi
Indonesia untuk berbagai macam proyek pembangunan sipil dan arsitektur.
15

Teknisi atau konsultan dari USA umpamanya terlibat dalam pembangunan


jalan raya termasuk termasuk jembatan Semangi; teknisi dari atau konsultan
dari Rusia untuk stadion olah raga, dari Denmark untuk Hotel Indonesia, dari
RRC untuk gedung pameran dan gedung DPR / MPR, dan dari Jepang untuk
Wisma Nusantara.
Meskipun dari sudut dunia teknologi bangunan, apa yang dikaryakan oleh
teknisi-teknisi asing itu bukanlah hal yang terlalu baru atau istimewa di negara
mereka, namun bagi Indonesia arsitektur yang terwujud itu adalah sesuatu yang
baru. Stadion Utama di Senayan yang dibangun tahun 1958 umpamanya, adalah
salah satu stadion yang terbesar di Asia Tenggara dan stadion yang pertama
mempunyai atap melingkar dan menutupi tempat duduk. Kubah restoran utama
dari Hotel Indonesia, Jakarta, yang dibangun tahun 1960, adalah kubah pertama
di Indonesia yang dibangun dengan kontruksi cangkang (shell construction).
Kubah terbesar di Indonesia adalah kubah utama Masjid Istiqlal, Jakarta. Kubah
yang juga berukuran besar adalah kubah gedung DPR / MPR.

Gambar 2. Gedung Merdeka yang dahulunya warung kopi


16

Berikut ini beberapa inovasi terkini dalam teknologi konstruksi yang dapat
mengubah gedung operasi pembangunan pada masa mendatang.

1) Prefabrikasi

Gambar 3. The Avava Britespace

Gambar 4. The Waterhaus

Gambar 5. The Milan Granny Flat


17

Teknologi ini memungkinkan pekerja konstruksi mengetahui lebih banyak


tentang proses pembangunan suatu proyek. Caranya dengan mengakses
informasi melalui aplikasi di telepon seluler. Dengan demikian, diketahui secara
lebih detail tentang tahap yang harus dikerjakan dalam suatu proyek bangunan
dari awal hingga akhir. Orang pun mengoreksi jika ada sesuatu yang dinilai
kurang pas dan membuat hasilnya lebih efektif. Konstruksi modular seperti ini
semakin popular di wilayah Amerika Utara dan Eropa.

2) 3D printing

Gambar 6. Rumah 3D Printing

Kehadiran teknologi 3D printing cukup membuat pekerjaan para arsitek dan


desainer bangunan menjadi lebih mudah. Mereka merancang suatu bangunan,
kemudian mengoreksi desainnya dengan membuang hal yang tidak penting dan
mencetak kembali dengan desain yang telah disempurnakan. Sebelumnya 3D
hanya diaplikasikan pada desain bangunan kecil, tetapi sekarang sudah
diterapkan pada suatu bangunan besar Misalnya rumah dan gedung kantor
secara utuh.hal ini dianggap sebagai langkah maju yang signifikan.
Penerapannya pun menjadi tidak terbatas. Bahkan digunakan untuk
pembangunan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah di berbagai
pelosok dunia.
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan

Perkembangan bangunan sama halnya dengan perkembangan teknologi dimana


manusia semakin menginginkan kemudahan. Perkembangan ini berawal dari
bangsa mesir kuno, babylonia dan bangsa mesopotamia yang dikenal dengan
peradaban majunya.

5.2 Implikasi
Dengan adanya kemajuan teknologi yang semakin pesat dalam dunia
konstruksi, memungkinkan pengelola proyek untuk memilih salah satu metode
pelaksanaan konstruksi tertentu dari beberapa alternative metode pelaksanaan
konstruksi yang ada. Salah satu usaha yang dilakukan oleh pengelola proyek adalah
mengganti cara -cara konvensional menjadi lebih modern

5.3 Rekomendasi

Perkembangan teknologi bangunan harus selaras dengan kebutuhan umat


manusia sehingga kita dapat mampu mempermudah beberapa hal yang kita
butuhkan. Dan juga perkembangan teknologi konstruksi bangunan harus selaras
dengan sumber daya manusia yang ada

18
DAFTAR PUSTAKA

http://ciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/UU_No_28_Tahun_2002_-
_Bangunan_gedung.pdf. Diakses pada 7 November 2019.

http://rudiniaciel.blogspot.com/2012/05/pengertian-bangunan-gedung.html.

Diakses pada 7 November 2019.

http://archefan.blogspot.com/2011/04/arsitektur-di-zaman-kemerdekaan.html

Diakses pada 7 November 2019.

http://walpaperhd99.blogspot.com/2018/03/perkembangan-dan-fungsi-
teknologi.html. Diakses pada 8 November 2019.

https://jefrihutagalung.wordpress.com/2014/03/02/standard-dan-peraturan-sni-
bangunan-dan-gedung/. Diakses pada 8 November 2019.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Terobosan Terbaru


dalam Teknologi Konstruksi",
https://properti.kompas.com/read/2019/03/29/150000221/terobosan-
terbaru-dalam-teknologi-konstruksi?page=all. Penulis : Erwin
Hutapea Editor : Hilda B Alexander. Diakses pada 8 November 2019.

19

Anda mungkin juga menyukai