Anda di halaman 1dari 315

SPESIFIKASI TEKNIK

PEMBANGUNAN BENDUNGAN AMERORO


PAKET I
Spesifikasi Umum & Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

DAFTAR ISI RINGKAS

DAFTAR ISI RINGKAS ........................................................................................... i

SPESIFIKASI UMUM ....................................................................................... SU-1

SPESIFIKASI TEKNIK PAKET 1 (BENDUNGAN)

BAB I PEKERJAAN PERSIAPAN .............................................................. ST I-1

BAB II PENGELAKAN SUNGAI DAN PENGALIHAN AIR .......................... ST II-1

BAB III PROTEKSI DAN PENYANGGA GALIAN ....................................... ST III-1

BAB IV GALIAN DAN TIMBUNAN ............................................................ST IV-1

BAB V PEMBORAN DAN GROUTING ....................................................... ST V-1

BAB VI INSTRUMENTASI BENDUNGAN ..................................................ST VI-1

BAB VII PEKERJAAN BETON .................................................................. ST VII-1

BAB VIII PEKERJAAN JALAN ................................................................. ST VIII-1

BAB IX PEKERJAAN BATU .......................................................................ST IX-1

i
Spesifikasi Umum & Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

SPESIFIKASI UMUM
Spesifikasi Umum & Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

SPESIFIKASI TEKNIK
Spesifikasi Umum
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

SPESIFIKASI UMUM

1. GAMBARAN UMUM
1.1 LATAR BELAKANG PEKERJAAN

Bendungan Ameroro merupakan bendungan yang direncanakan terletak pada Sungai


Ameroro dan terletak di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara. Rencana
pembangunan Bendungan Ameroro bersama dengan Bendungan Ladongi yang
sedang dilaksanakan konstruksinya diharapkan dapat mereduksi banjir di wilayah
Kolaka dan Konawe secara signifikan. Selain untuk pengendalian banjir, maka
Bendungan Ameroro mempunyai potensi multiguna, yaitu sebagai waduk
penampung air untuk penyediaan air baku irigasi dan domestik, untuk konservasi
sumber daya air dan sebagai tempat wisata/rekreasi.

Rencana pembangunan Bendungan Ameroro ini dimulai sejak tahun 2015 dengan
Studi Kelayakan/Feasibility Study Bendungan Ameroro; dilanjutkan tahun 2017
dengan DED Bendungan Ameroro Kabupaten Konawe; dilanjutkan pada tahun 2018
dengan Penyelidikan Geologi Detail dan Model Test Bendungan Ameroro Kab.
Konawe; serta pada tahun 2019 dilakukan Studi AMDAL, Studi LARAP dan Sertifikasi
Desain Bendungan Ameroro. Sebelum sampai pada tahap konstruksi maka sebagai
salah satu syarat pembangunan bendungan di Indonesia, perlu adanya sertifikasi
desain bendungan yang bertujuan agar sesuai dengan kaidah dan syarat-syarat
desain keamanan yang berlaku.

Aliran Sungai Ameroro dengan debit aliran yang cukup besar di musim hujan, saat ini
menjadi tumpuan harapan utama bagi pemenuhan kebutuhan air irigasi dan air
bersih di wilayah daerah bendungan dan wilayah bagian hilirnya. Dengan adanya
Bendungan Ameroro ini diharapkan dapat memenuhi kontinuitas suplai air irigasi
terutama pada musim kemarau yang selalu kekeringan dan penyediaan kebutuhan
air bersih bagi masyarakat sekitar bendungan, sehingga akan menjadi faktor
pendukung kesejahteraan masyarakat yang sangat nyata dalam proses
pembangunan di masa yang akan datang.

Bendungan merupakan prasarana pengairan yang mempunyai risiko sangat tinggi


jika mengalami kegagalan. Oleh karena itu, sebelum dilaksanakan pembangunan
bendungan terdapat tiga sertifikasi yang harus dimiliki oleh calon pemilik bendungan.
Sertifikasiyang dimaksud adalah sertifikat desain yang bertujuan untuk menguji
kelayakan detail desain yang diajukan oleh tim konsultan; sertifikasi pengisian yang
bertujuan untuk menguji kelayakan fisik bendungan; dan sertifikasi operasional yang
bertujuan untuk mengecek kelayakan fisik bendungan selama kurun waktu tertentu.

Spesifikasi Umum SU-1


Spesifikasi Umum
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Perencanaan desain Bendungan Ameroro yang telah dilaksanakan harus disertifikasi


kelayakan teknis oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Menteri
PUPR) dengan mendapatkan Sertifikat Persetujuan Desain melalui rekomendasi
Komisi Keamanan Bendungan (KKB) dan hasil kajian Balai Keamanan Bendungan.
Oleh karena itu dalam rangka menindaklanjuti kegiatan detail desain yang telah
dilakukan maka pada tahun anggaran 2019 dilakukan kegiatan Sertifikasi Desain
Bendungan Ameroro Kab. Konawe dan untuk mendapat sertifikasi izin kontruksi.

1.2 LOKASI PEKERJAAN

Secara administrasi, lokasi pekerjaan berada di Desa Tamesandi, Kecamatan Uepai,


Kabupaten Konawe, Propinsi Sulawesi Tenggara. Jarak tempuh dari Ibukota Provinsi
Sulawesi Tenggara, Kota Kendari, adalah sejauh ± 80 km, dengan lama perjalanan
menggunakan kendaraan roda 4 selama ± 2 – 2,5 jam.

Pendekatan lokasi Sungai Ameroro pada Peta Wilayah Sungai berdasarkan


Keputusan Menteri PUPR No. 04/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan
Wilayah Sungai, dapat diinformasikan sebagai berikut:
 No. Kode WS : 05.19.A2
 Wilayah Sungai : Lasolo – Konaweha
 No. DAS : 022 – DAS Konaweha

1.3 LINGKUP PEKERJAAN

Penyedia Jasa harus menyediakan tenaga kerja lengkap dengan peralatannya,


material, peralatan operasi konstruksi, jalan kerja sementara, dan lain-lain yang
diperlukan pada waktu pelaksanaan konstruksi (pembangunan).

Penyedia Jasa harus melaksanakan secara keseluruhan dan memelihara hasil


pekerjaannya sesuai dengan spesifikasinya dan gambar rencana dan atau sesuai
dengan pengarahan dari Pengawas Pekerjaan. Konstruksi bendungan untuk
Bendungan Ameroro Paket-1 (Bendungan) akan terdiri dari pekerjaan pokok sebagai
berikut:
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Pembuatan Jalan
3. Pekerjaan Bendungan Pengelak
4. Pekerjaan Bendungan Utama
5. Pekerjaan Bangunan Pengambilan
6. Penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK)

Spesifikasi Umum SU-2


Spesifikasi Umum
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

2. PERMOHONAN PELAKSANAAN (REQUEST)


Penyedia Jasa harus mengajukan permohonan (request) kepada Pengawas
Pekerjaan paling tidak 7 (tujuh) hari sebelum suatu pekerjaan dimulai, ditindaklanjuti
dengan pemasangan bowplank, penyediaan alat dan bahan bangunan yang akan
dikerjakan. Bila semuanya sudah siap Penyedia Jasa bisa mengajukan Izin
Pelaksanaan kepada Pengawas Pekerjaan.

Suatu pekerjaan tidak boleh dilaksanakan tanpa dilengkapi Request dan Ijin
Pelaksanaan dari Pengawas Pekerjaan, pekerjaan yang dilaksanakan tanpa
permohonan dan Ijin Pelaksanaan dapat dimungkinkan untuk tidak diakui oleh
Direksi dan Pengawas Pekerjaan.

3. PEMBUATAN DATA VOLUME PEKERJAAN SELESAI (BACK UP DATA)


Penyedia Jasa harus menyiapkan data perhitungan volume pekerjaan yang telah
selesai dikerjakan secara periodik untuk data pendukung sertifikat pembayaran,
dengan terlebih dahulu menyesuaikan Gambar Kerja sesuai dengan hasil
pelaksanaan di lapangan.

Hasil perhitungan tersebut kemudian diajukan ke Direksi dan Pengguna Jasa untuk
mendapat persetujuan dan kemudian juga sertifikat pembayarannya dapat disetujui.

4. PEKERJAAN PERSIAPAN

Penyedia Jasa wajib menyediakan medan (tempat) kerja dan daerah kerja termasuk
sewa tanah yang diperlukan dan pembersihan medan kerja dari tanaman
(tumbuhan) agar siap digunakan.

Sebelum kegiatan fisik dimulai Penyedia Jasa harus:


a. Melaksanakan uitzet, pengukuran dengan alat ukur, untuk mendapatkan gambar
Mutual Check Awal (MC-0).
b. Memasang patok-patok tetap, patok-patok bantu, bouwplank profil yang peil
schaal-nya diambil dari peil schaal pokok.
c. Memasang patok as bangunan dan batas bangunan yang dikerjakan.
d. Patok titik tetap (bench mark) bangunan harus dipasang di tempat yang aman
tidak terusik oleh pelaksanaan pekerjaan.
e. Patok as, profil, bouwplank yang dipasang harus kokoh tidak mudah berubah.
f. Untuk kontrol peil sehubungan besarnya beda tinggi maka harus dibuat
bouwplank untuk peil-peil bantu.
g. Setelah uitzet selesai dikerjakan, Penyedia Jasa harus segera meminta Pengawas
Pekerjaan untuk mengeceknya.

Spesifikasi Umum SU-3


Spesifikasi Umum
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

5. JALAN KERJA (HAUL ROAD)


Jalan kerja (haul road) adalah jalan yang dipergunakan oleh penyedia jasa dari
borrow area atau stock pile menuju ke lokasi pekerjaan. Lebar dan kondisi jalan
kerja harus memenuhi syarat untuk lalu-lintas kerja dengan aman dan harus
mendapatkan persetujuan dari Direksi.

Penyedia Jasa wajib memelihara dan memperbaiki jalan kerja, gorong-gorong


jembatan yang rusak akibat lalu-lintas kegiatan pekerjaan.

6. PAPAN NAMA PEKERJAAN


Penyedia Jasa harus membuat papan nama pekerjaan ukuran 0,80 m x 1,20 m,
dengan bentuk standar dari, dipasang di tepi jalan masuk pekerjaan sesuai petunjuk
Pengawas Pekerjaan. Papan nama pekerjaan harus sudah dipasang sebelum fisik
pekerjaan di mulai.

7. UITZET, PROFIL DAN BOUWPLANK


Uitzet
Uitzet dilakukan dengan menggunakan alat ukur. Duga ketinggian (peil) diambil dari
Titik Tetap (BM) yang telah ditetapkan Pengawas Pekerjaan.

Profil
Profil dibuat sesuai dengan rencana bentuk konstrusksi dan terpasang kokoh, dari
bahan kayu 2 cm x 3 cm, dipasang tiap jarak maksimum 10 meter.

Bouwplank
Bouwplank dibuat dengan balok kayu dan papan kayu, tiap jarak 50 meter. Tiang
bouwplank dibuat dari balok kayu yang berukuran sekurang-kurangnya 5 cm x 7 cm
terpasang kokoh. Bouwplank dipasang dengan peil yang diambil dari Titik Tetap
(BM). Pada bouwplank harus ditegaskan posisi as dan angka peil-nya.

8. KEAMANAN
Penyedia Jasa wajib menjaga keamanan di sekitar lokasi pekerjaan. Sehubungan
dengan keamanan tersebut, Penyedia Jasa wajib menyediakan orang personil
keamanan di lokasi pekerjaan. Minimal 2 (dua) orang personil keamanan harus selalu
ada di lokasi pekerjaan selama 24 jam. Pembayaran untuk keamanan seperti
disebutkan di atas tidak dibayar terpisah, namum termasuk dalam penawaran harga
satuan pekerjaan.

Spesifikasi Umum SU-4


Spesifikasi Umum
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

9. GAMBAR RENCANA PELAKSANAAN DAN GAMBAR DETAIL


9.1 UMUM

Pelaksanaan pengukuran awal oleh Penyedia Jasa yang dilaksanakan sejak


diterimanya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dari Pengguna Jasa, dimaksudkan
untuk mendapatkan gambaran kondisi lapangan sesungguhnya dibandingkan dengan
gambar yang diterima oleh Penyedia Jasa dari Pengguna Jasa.

Data dan hasil pengukuran awal oleh Penyedia Jasa yang telah disahkan dan
disetujui oleh Direksi pekerjaan tersebut, akan menjadi acuan dan dasar pembuatan
gambar-gambar selama waktu pelaksanaan sampai selesai pekerjaan.

Gambar-gambar hasil pengukuran awal tersebut, akan merupakan dasar pokok


kesepakatan bersama antara Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa untuk menghitung
volume dari masing-masing jenis pekerjaan yang harus dan telah dilaksanakan oleh
Penyedia Jasa, serta yang harus dibayar oleh Pengguna Jasa.

Semua gambar-gambar yang dipersiapkan oleh Penyedia Jasa, harus bisa


memberikan secara jelas hal-hal yang berkaitan dengan rencana pelaksanaan
pekerjaan yang meliputi antara lain:
 Bentuk tiap jenis bangunan yang akan dikerjakan.
 Elevasi muka tanah asli dan masing-masing bangunan.
 Dimensi bangunan lengkap.
 Jenis serta komposisi material yang dipergunakan.
 Rencana garis galian fondasi.
 Hal-hal lain sesuai petunjuk Direksi pekerjaan.

Adapun gambar yang harus dipersiapkan oleh Penyedia Jasa meliputi:


 Gambar Konsruksi atau Gambar Kerja
 Shop Drawing
 As Built Drawing

Semua gambar-gambar tersebut diatas, baru bisa dipakai sebagai pedoman


pelaksanaan pekerjaan dan acuan dasar perhitungan volume pekerjaan
sesungguhnya, apabila sudah mendapat persetujuan dan disahkan oleh Pengguna
Jasa.

9.2 GAMBAR KONSTRUKSI

Gambar Konstruksi (construction drawing) atau Gambar Kerja (working drawing)


adalah gambar rencana bangun yang telah disesuaikan dengan kondisi lapangan
sesungguhnya dan telah disetujui dan disahkan oleh Pengguna Jasa.

Spesifikasi Umum SU-5


Spesifikasi Umum
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Semua dimensi bangunan, jenis serta komposisi jenis material dan rencana elevasi
posisi dan kedudukan dari masing-masing jenis bangunan yang tergambar pada
“Construction Drawing” atau Working Drawing” harus mengacu dan didasarkan pada
“Design Drawing” yang diberikan oleh Pengguna Jasa.

Apabila karena kondisi dan situasi lapangan sesungguhnya, sehingga mengakibatkan


perlu adanya penyesuaian dimensi, elevasi posisi dan kedudukan bangunan, maka
Penyedia Jasa harus konsultasi dan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari
Pengguna Jasa.

Atas dasar persetujuan Pengguna Jasa, jika ada penyesuaian dimensi, elevasi posisi
dan kedudukan bangunan, maka kondisi terakhir rancang bangun yang telah
disepakati bersama, disetujui dan disyahkan Pengguna Jasa adalah yang mengikat
pada kondisi awal pelaksanaan pekerjaan, dan merupakan dasar serta acuan utama
bagi Penyedia Jasa pada pelaksanaan pekerjaan.

Gambar Konstruksi (construction drawing) atau Gambar Kerja (working drawing)


yang dipersiapkan oleh Penyedia Jasa tersebut, harus bisa memberikan satu
gambaran rancang bangun yang akan dilaksanakan pada kondisi nyata lapangan,
sehingga perlu dan harus dicantumkan antara lain :
 Garis elevasi muka tanah asli hasil pengukuran awal.
 Dimensi rencana bangunan.
 Elevasi posisi dan kedudukan bangunan.
 Jenis dan komposisi material yang akan dipakai dan lain-lain.

Gambar Konstruksi atau Gambar Kerja yang disyahkan oleh Pengguna Jasa, dipakai
sebagai dasar dan acuan perhitungan volume awal saat akan dimulainya
pelaksanaan pekerjaan atau Mutual Check pada kondisi pelaksanaan 0%.

Penyedia Jasa wajib membuat copy Gambar Konstruksi atau Gambar Kerja sebanyak
minimum 5 (lima) hard copy ukuran A1, dengan distribusi satu (1) copy A1 untuk
Direksi pekerjaan, satu (1) copy A1 untuk Pengawas Pekerjaan, satu (1) copy A1
dipasang di barak kerja, satu (1) copy A1 untuk Penyedia Jasa dan satu (1) copy A1
beserta gambar aslinya dari kertas milar atau sejenis termasuk soft file-nya dalam
bentuk eksternal disk, harus diserahkan kepada Pengguna Jasa.

Selama waktu pelaksanaan pekerjaan dari waktu ke waktu, dimungkinkan adanya


penyesuaian pelaksanaan karena kondisi lapangan engineering adjusment, atau
perubahan desain revised design, semuanya bisa mengakibatkan perubahan volume
pelaksanaan pekerjaan menjadi bertambah atau berkurang.

Untuk kondisi engineering adjusment, tidak diperlukan adanya gambar baru yang
disaahkan oleh Pengguna Jasa, namun Penyedia Jasa wajib memberikan laporan

Spesifikasi Umum SU-6


Spesifikasi Umum
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

tertulis serta sketsa penyesuaian guna mendapatkan persetujuan dari Direksi


Pekerjaan dan tembusan kepada Pengguna Jasa.

Sedangkan pada kondisi perubahan desain atau revised design, Pengguna Jasa
secara resmi akan memberikan gambar perubahan desain yang telah disahkan oleh
Pengguna Jasa kepada Penyedia Jasa secara administratif dalam bentuk variation
order.

Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan Gambar Konstruksi atau
Gambar Kerja termasuk penggandaannya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan
beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasuk overhead pada
analisa harga satuan pekerjaan.

Penyedia Jasa wajib menyerahkan gambar kerja (working drawing) dan dokumen
yang dapat dibaca dengan jelas kepada PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) untuk
diperiksa dan disetujui. Format gambar kerja dan dokumen tersebut harus terlebih
dahulu disetujui PPK. Dalam waktu 15 (lima belas) hari sesudah menerima gambar
kerja dan dokumen dari Penyedia Jasa, PPK akan mengirimkan kembali kepada
Penyedia Jasa 1 (satu) copy dengan dibubuhi keterangan klasifikasi hasil
pemeriksaan: ”SETUJU” atau ”PERBAIKI”

Klasifikasi hasil pemeriksaan (persetujuan) pada gambar kerja (working drawing) dan
dokumen:
(a) “DISETUJUI”
(b) ”DISETUJUI DENGAN SYARAT-SYARAT”
(c) ”DIKEMBALIKAN UNTUK DIKOREKSI”
(d) ”TIDAK DISETUJUI”

Setelah gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen yang telah ditandai dengan


klasifikasi (a) atau (b) diterima, Penyedia Jasa akan diberi wewenang untuk
memproses gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen lebih lanjut, membuat
pembetulan (koreksi) jika terdapat kesalahan yang telah ditunjukkan oleh PPK.
Semua rekaman gambar kerja yang disetujui harus dikelola di kantor lapangan
Penyedia Jasa dan dicetak ulang dengan biaya sendiri seperti yang diminta oleh PPK.

Bila gambar-gambar kerja (working drawings) dan dokumen-dokumen yang


dikembalikan dengan diberi tanda dengan klasifikasi (c) seperti tersebut, Penyedia
Jasa harus segera membuat perbaikan (koreksi) dan atau revisi pada gambar-
gambar kerja dan dokumen-dokumen dengan cepat dan tepat dan
menyampaikannya lagi gambar dan dokumen yang telah direvisi kepada PPK.

Sesudah revisi gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen tersebut diterima, PPK


akan melakukan (melanjutkan) pemeriksaannya atas gambar-gambar kerja dan
dokumen-dokumen dalam lima belas (15) hari kerja; bergantung dari tingkat

Spesifikasi Umum SU-7


Spesifikasi Umum
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

kesalahan dan koreksi (revisi) gambar kerja dan dokumen yang diperiksa
sebelumnya. Prosedur ini akan berlanjut hingga gambar-gambar kerja dinyatakan
dalam klasifikasi (a) atau (b) seperti tersebut.

Apabila gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen yang telah dikembalikan


dinyatakan ke dalam klasifikasi (d) seperti tersebut, berarti gambar-gambar kerja
dan dokumen-dokumen tidak disetujui oleh PPK.

Tidak satupun pekerjaan permanen boleh dilaksanakan hingga gambar-gambar kerja


dan dokumen-dokumen yang dipakai telah mendapatkan persetujuan oleh PPK.
Sebelum memulai pekerjaan, pemeriksaan bersama akan dilakukan oleh PPK dan
Penyedia Jasa untuk memastikan bahwa gambar-gambar kerja dan dokumen-
dokumen yang disetujui telah sesuai secara penuh. Jika ditemukan beberapa
perbedaan dan ketidak efisiensian, Penyedia Jasa harus membetulkannya dan
memperoleh persetujuan dari PPK seperti cara yang telah dijelaskan.

Bila diperlukan revisi atas gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen yang telah
disetujui, Penyedia Jasa harus menyampaikannya kepada PPK untuk persetujuannya
seperti tata cara yang telah dijelaskan.

PPK mempunyai wewenang memerintahkan Penyedia Jasa menambahkan rincian,


perubahan atau modifikasi pada gambar-gambar kerja dan atau dokumen-dokumen
yang diperlukan agar sesuai dengan ketentuan dan syarat yang ditetapkan dalam
Spesifikasi dan Penyedia Jasa harus melaksanakannya tanpa penambahan biaya

9.3 SHOP DRAWING

Apabila pada konstruksi bangunan yang akan dikerjakan, ada unit bangunan yang
harus dikerjakan pembuatannya diluar areal perkerjaan, dan karena sifat
kekhususannya harus dan terpaksa dikerjakan oleh Sub-Penyedia Jasa, maka
sebelumnya Sub-Penyedia Jasa yang bersangkutan diharuskan membuat dan
menyerahkan Shop Drawing (gambar rencana) bentuk unit bangunan tersebut,
lengkap dengan perhitungan konstruksinya.

Shop Drawing tersebut, harus diserahkan kepada Pengguna Jasa, diperiksa, dikoreksi
apabila perlu, dan untuk selanjutnya disahkan oleh Pemilik Pekerjaan. Gambar unit
bangunan atau Shop Drawing tersebut harus secara lengkap memuat:
 Bentuk unit bangunan serta dimensinya.
 Material yang akan dipakai serta spesifikasinya.
 Daftar/list komponen unit bangunan yang memuat:
a) Panjang, lebar, tebal komponen unit bangunan.
b) Berat persatuan komponen unit bangunan.
c) Jumlah komponen unit bangunan dan lain-lain.

Spesifikasi Umum SU-8


Spesifikasi Umum
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Gambar dan bar list pekerjaan pembuatan dan pemasangan tulangan konstruksi
termasuk dalam kategori Shop Drawing.

Penyedia Jasa wajib membuat copy Shop Drawing sebanyak minimum 4 (empat)
copy ukuran A1 dan 1 (satu) copy ukuran A3. Gambar-gambar tersebut
didistribusikan sebagai berikut: 1 (satu) copy A1 untuk Direksi Pekerjaan atau
Pengawas Pekerjaan, 1 (satu) copy A1 dipasang di barak kerja, 1 (satu) copy A1
untuk arsip Penyedia Jasa dan 1 (satu) copy A1 dan 1 (satu) copy A3 serta gambar
aslinya harus diserahkan kepada Pengguna Jasa.

Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan Shop Drawing termasuk
penggandaannya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Penyedia Jasa,
serta sudah harus diperhitungkan termasuk overhead pada analisa harga satuan
pekerjaan.

9.4 GAMBAR PURNA BANGUN

Setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan sesuai gambar pelaksanaan, berikut


pekerjaan tambah atau kurang berdasarkan Variation Order yang diberikan oleh
Pengguna Jasa, dan Penyedia Jasa telah melakukan pengukuran ulang akhir
pekerjaan, maka Penyedia Jasa diwajibkan membuat Gambar Purna Bangun atau As
Built Drawing.

Gambar Purna Bangun atau As Built Drawing tersebut, harus lengkap berisi antara
lain :
 Garis elevasi muka tanah yang sekarang ada.
 Dimensi dan masing-masing bangunan.
 Elevasi posisi dan kedudukan masing-masing bangunan.
 Jenis material dan komposisi yang telah dipergunakan.

Gambar purna bangun yang telah selesai tersebut harus diserahkan Penyedia Jasa
kepada Direksi pekerjaan untuk diperiksa dan disetujui, selanjutnya diserahkan
kepada Pengguna Jasa guna mendapatkan pengesahan dari Pengguna Jasa.

Perhitungan volume akhir dari pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh Penyedia Jasa
atau yang Mutual Check volume pekerjaan 100%, semua mengacu dan didasarkan
pada gambar purna bangun yang telah disahkan oleh Pengguna Jasa, dan
merupakan volume akhir yang akan dibayar oleh Pengguna Jasa kepada Penyedia
Jasa.

Penyedia Jasa wajib membuat copy Gambar Purna Bangun ( As Built Drawing)
sebanyak 5 (lima) set hard copy dengan ukuran A1 sebanyak 2 set dan A3 sebanyak
3 set, satu (1) set print out dalam kertas milar atau sejenis yang berukuran A1 dan

Spesifikasi Umum SU-9


Spesifikasi Umum
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

soft file dalam external disk diserahkan kepada Pengguna Jasa, termasuk data dan
perhitungan hasil pengukuran akhir sebagai pendukungnya.

Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan Gambar Purna Bangun ( As
Built Drawing) sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Penyedia Jasa, serta
sudah harus diperhitungkan termasuk overhead pada analisa harga satuan
pekerjaan.

10. PEIL (DUGA KETINGGIAN)


Peil (duga ketinggian) pokok ditetapkan oleh PPK, dan akan ditunjukan oleh
Pengawas Pekerjaan. Atas dasar duga ketinggian pokok tersebut Penyedia Jasa
harus mengadakan pengukuran dan uitzet untuk penentuan bentuk dan tinggi
bangunan yang akan dikerjakan.

Untuk memperlancar pelaksanaan, Penyedia Jasa harus membuat patok bantu dari
beton dengan duga ketinggian diambil dari peil pokok (titik tetap) yang ditetapkan.
Patok bantu dibuat dari beton campuran 1 Pc : 2 Psr : 3 Kr berukuran 20 cm x 20 cm
x 50 cm dengan diberi baut (paku) pada bidang atasnya.

Patok bantu dibuat secukupnya dan ditempatkan sedemikian agar aman selama dan
selesainya pekerjaan.

11. IZIN KERJA


Untuk memulai pelaksanaan pekerjaan, Penyedia memperoleh Surat Perintah Mulai
Kerja (SPMK) dan Berita Acara Penyerahan Lapangan dari PPK.

12. RAPAT PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN (PCM)


Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender terhitung setelah SPMK, Penyedia Jasa
harus sudah menyerahkan Rencana Mutu Kontrak (RMK), Rencana Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K-3) serta program (rencana) kerja terperinci untuk pelaksanaan
pekerjaan.

Penyedia Jasa harus mempresentasikan RMK, Rencana K3 dan program (rencana)


kerja atau metoda kerja secara rinci. Rencana Kerja berupa Time Schedule secara
detail yang dilengkapi dengan:
 Rencana pengerahan tenaga kerja.
 Rencana penggunaan peralatan.
 Volume kegiatan bagian-bagian pekerjaan.
 Rencana penggunaan bahan bangunan.
 Gambar tahapan kegiatan pekerjaan dan lain-lain.
 Dilengkapi dengan grafik (kurva-S) rencana kemajuan pekerjaan.

Spesifikasi Umum SU-10


Spesifikasi Umum
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Rencana Mutu Kontrak (RMK), Rencana Kerja (Metoda Kerja) dan Rencana K-3
tersebut diatas dibuat oleh Penyedia Jasa dan dimintakan persetujuan PPK.
Persetujuan terhadap RMK, Rencana kerja (Metoda Kerja) dan Rencana K-3 ini
tidak membebaskan Penyedia Jasa dari tanggung jawabnya.

Apabila diperlukan, Penyedia Jasa wajib mengadakan penyempurnaan atas RMK,


Rencana Kerja (Metoda Kerja) dan Rencana K-3 tersebut atau sehubungan dengan
adanya keterlambatan, perubahan-perubahan pelaksanaan, dengan persetujuan PPK.
Penyedia Jasa dapat mengadakan perubahan kembali RMK, Rencana Kerja (Metoda
Kerja) dan Rencana K-3 tersebut.

13. KEMAJUAN PELAKSANAAN


Penyedia Jasa harus membuat:
 Gambar-gambar yang menunjukkan bagian-bagian kegiatan yang sudah
dilaksanakan/diselesaikan.
 Grafik-grafik kemajuan pekerjaan.
 Grafik-grafik tenaga kerja, bahan bangunan.
 Data pendukung lainnya.

Gambar kegiatan dan grafik-grafik di atas di-plot setiap minggu dan harus ditempel
di kantor Direksi.

14. PERSONALIA DAN TENAGA KERJA


Penyedia Jasa selaku pelaksana pekerjaan ini wajib menugaskan personalia yang
cakap dan berpengalaman dalam bidang tugasnya untuk menyelesaikan tugas-tugas
lapangan.

Tenaga kerja (yang tidak memerlukan keahlian khusus) yang dikerahkan untuk
pelaksanaan pekerjaan ini diusahakan menggunakan tenaga kerja setempat. Dalam
hal tenaga kerja setempat kurang (tidak) mencukupi kebutuhan tenaga, dapat
mendatangkan tenaga kerja dari luar daerah.

15. JAM KERJA


Penyedia Jasa menentukan sendiri jam kerja bagi petugas dan pekerja yang
dikerahkan untuk melaksanakan pekerjaan ini, dengan mengingat peraturan
perburuhan yang berlaku.

Dalam rangka mempercepat penyelesaian pekerjaan agar dapat mencapai target


pelaksanaan fisik atau tepat pada waktunya ataupun karena sifat (syarat)

Spesifikasi Umum SU-11


Spesifikasi Umum
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

pelaksanaan pekerjaan tidak boleh terputus maka Penyedia Jasa dapat


melaksanakan pekerjaan di luar jam kerja (lembur) bila perlu sampai malam hari.

Dalam hal Penyedia Jasa akan bekerja di luar jam kerja/lembur maka Penyedia Jasa
harus memberitahukan kepada Pengawas Pekerjaan secara tertulis sekurang-
kurangnya 24 jam sebelumnya.

16. MATERIAL BANGUNAN UNTUK PELAKSANAAN PEKERJAAN


Material (bahan) yang akan didatangkan terlebih dahulu diajukan kepada PPK untuk
mendapatkan persetujuan. Proses mendatangkan bahan-bahan ke lokasi pekerjaan
adalah sebagai berikut:
a. Dalam mendatangkan bahan-bahan guna pelaksanaan pekerjaan Penyedia Jasa
harus melaporkannya kepada Pengawas Pekerjaan untuk diperiksa. Segala biaya
dan tanggung jawab pengadaan bahan-bahan ini menjadi beban Penyedia Jasa
sepenuhnya.
b. Bahan-bahan yang setelah diperiksa Pengawas Pekerjaan dapat diterima
(disetujui), maka bahan tersebut masuk di gudang Job Site dan di bawah
pengawasan Pengawas Pekerjaan, tidak boleh ditarik keluar guna pekerjaan
Penyedia Jasa yang lain, kecuali atas persetujuan tertulis atas Pengawas
Pekerjaan.
c. Bahan-bahan yang didatangkan di lokasi pekerjaan tetapi tidak memenuhi
persyaratan dan ditolak Pengawas Pekerjaan, harus dibawa keluar lokasi
pekerjaan dengan batas waktu paling lama tiga (3) hari terhitung dari keputusan
penolakan oleh Pengawas Pekerjaan. Biaya pengeluaran bahan tersebut menjadi
beban Penyedia Jasa. Bila Penyedia Jasa dengan sengaja membiarkan bahan-
bahan afkir tersebut dilokasi pekerjaan maka Penyedia Jasa dikenakan denda
kelalaian.
d. Penggantian merk (kualitas) bahan bangunan harus mendapat persetujuan PPK.

Spesifikasi Umum SU-12


Spesifikasi Umum
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Pemeriksaan bahan bangunan dan kualitas pekerjaan:


a. Apabila dipandang perlu, PPK berhak meminta kepada Penyedia Jasa untuk
memeriksakan kualitas pekerjaan ke Laboratorium dengan biaya ditanggung oleh
Penyedia Jasa.
b. Pengawas Pekerjaan (Petugas Pelaksana Pekerjaan) berhak mengadakan
pemeriksaan ulang terhadap bahan-bahan yang sudah diterima. Dan bila dari
hasil pemeriksaan ulang ternyata memang tidak memenuhi syarat, maka barang
tersebut dinyatakan tidak memenuhi syarat dan harus dikeluarkan dari lokasi
pekerjaan seperti yang telah disebutkan.

Penggunaan bahan-bahan yang belum diperiksa:


Apabila Penyedia Jasa menggunakan (memasang) bahan-bahan yang belum
diperiksa oleh Pengawas Pekerjaan, maka apabila Pengawas Pekerjaan
meragukan kualitas bahan tersebut, Pengawas Pekerjaan berhak memerintahkan
untuk membongkar pasangan tersebut. Biaya akibat pembongkaran ini menjadi
tanggungan Penyedia Jasa.

17. PEMERIKSAAN PEKERJAAN


Penyedia Jasa wajib minta kepada Pengawas Pekerjaan (Petugas Pelaksana
Pekerjaan) untuk memeriksa pekerjaan yang telah dikerjakan sebelum mulai
pelaksanaan selanjutnya.

Bila Pengawas Pekerjaan (Petugas Pelaksana Pekerjaan) menganggap perlu untuk


memeriksa pekerjaan atau bila Penyedia Jasa memintanya secara tertulis untuk
penyerahan seluruh pekerjaan, sebagian pekerjaan atau guna permintaan
pembayaran, maka Penyedia Jasa atau pelaksana harus hadir ditempat pekerjaan
selama waktu pemeriksaan.

Hasil pemeriksaan ditulis pada laporan hasil pemeriksaan yang ditandatangani oleh
kedua belah pihak yang memeriksa.

18. LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN

Penyedia Jasa wajib menyediakan 2 (dua) buah buku besar yang digunakan untuk :
a. Mencatat semua kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang selanjutnya disebut Buku
Harian Pelaksanaan Pekerjaan.
b. Mencatat semua kegiatan alat-alat yang dipergunakan yang selanjutnya disebut
Buku Harian Peralatan.
c. Kedua Buku Harian tersebut harus diisi setiap hari dan ditandatangani bersama-
sama oleh Pelaksana dan Pengawas Lapangan. Pada serah terima pekerjaan
selesai atau penyerahan pertama kalinya, buku-buku tersebut harus diserahkan
kepada PPK.

Spesifikasi Umum SU-13


Spesifikasi Umum
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Buku harian dibuat (diisi) setiap hari untuk mencatat hal-hal sebagai berikut:
a. Catatan tenaga kerja yang terdiri dari: jumlah pekerja, mandor, tukang, kepala
tukang serta tenaga personalia dari Penyedia sendiri.
b. Catatan bahan meliputi: stock bahan yang datang, bahan yang ditolak dan bahan
yang digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan.
c. Jenis kegiatan bagian konstruksi yang dilaksanakan pada hari tersebut.
d. Hasil fisik pekerjaan yang dicapai.
e. Volume galian, timbunan, pasangan batu yang dicapai pada hari itu.
f. Jumlah alat baik yang dioperasikan maupun yang tidak.
g. Keadaan cuaca (hujan, banjir dan lain-lain).

Pencatatan dalam Buku Harian dibuat oleh petugas Pelaksana dan diperiksa
(diketahui) kebenarannya oleh Pengawas Pekerjaan dengan memberi paraf tiap hari.

Penyedia Jasa wajib membuat laporan:


 Laporan harian prestasi pekerjaan harian.
 Laporan mingguan prestasi pelaksanaan pekerjaan
 Laporan bulanan prestasi pelaksanaan pekerjaan
 Laporan dan perhitungan hasil test laboratorium

Laporan tersebut diatas dibuat dalam rangkap 5 (lima) yaitu untuk :


 Satu (1) set untuk Kepala SNVT PJSA BWS Sulawesi IV, cq. PPK.
 Satu (1) set untuk Pelaksana Teknik dan Pengendalian di lingkungan BWS
Sulawesi IV
 Satu (1) set untuk arsip Penyedia Jasa.
 Satu (1) set untuk Pengawas Wilayah / PSP Tk.II.
 Satu (1) set untuk Pengawas Lapangan.

Laporan dimaksudkan didasarkan pada Buku Harian Pelaksanaan. Laporan harus


ditandatangani oleh Penyedia Jasa dan Pengawas Pekerjaan. Laporan mingguan
yang dilampiri Laporan Harian diserahkan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah
akhir minggu yang bersangkutan dan Laporan Bulanan diserahkan selambat-
lambatnya pada tanggal 5 pada bulan berikutnya.

19. TAGIHAN PEMBAYARAN


Setiap bulan sekali Penyedia Jasa dan Pengawas Wilayah wajib mengadakan opname
pekerjaan bersama yang akhirnya menjadi sertifikat bulanan. Meskipun pekerjaan
telah diterima pada Sertifikan Bulanan, namun Penyedia Jasa tetap wajib
memelihara dan membetulkan apabila ada kerusakan sampai dengan saat
penyerahan yang kedua.

Spesifikasi Umum SU-14


Spesifikasi Umum
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

20. PEKERJAAN YANG TIDAK LANCAR


Bagi pekerjaan yang tidak lancar yang tidak sesuai dengan rencana kerja, terlambat
atau terhenti sama sekali, maka PPK atau Pengawas Pekerjaan akan memberikan
peringatan-peringatan (teguran-teguran) secara tertulis kepada Penyedia Jasa.

21. PEKERJAAN TAMBAH DAN KURANG

Pekerjaan tambah dan kurang hanya boleh dilakukan oleh Penyedia Jasa atas
perintah tertulis Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Pekerjaan tambah yang
dilakukan oleh Penyedia Jasa diluar ketentuan ayat ini sepenuhnya menjadi
tanggungan Penyedia Jasa.

22. ALAT DAN PERALATAN KERJA PENYEDIA JASA


Penyedia Jasa harus dan wajib menyediakan sendiri semua jenis alat peralatan
maupun perlengkapan kerja yang diperlukan untuk kegiatan pelaksanaan pekerjaan.
Alat peralatan dimaksud harus dalam keadaan siap dipakai, kerusakan yang terjadi
selama pelaksanaan agar segera diperbaiki atau dicarikan penggantinya. Untuk
pekerjaan ini Penyedia Jasa wajib menyediakan peralatan antara lain:
 Alat angkut secukupnya.
 Peralatan berat
 Genset untuk lampu penerangan bila diperlukan lembur.
 Pompa air

Biaya angkut, pengadaaan maupun biaya operasional semua peralatan menjadi


tanggungan Penyedia Jasa sesuai yang tercantum dalam daftar kuantitas dan harga.
Penyedia Jasa wajib menyediakan tambahan peralatan jika peralatan yang ada dinilai
tidak mencukupi. Keamanan alat selama pelaksanaan menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa sendiri.

Spesifikasi Umum SU-15


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB I
PEKERJAAN PERSIAPAN

1.1 MOBILISASI DAN DEMOBILISASI PERALATAN


1) Lingkup Pekerjaan
Dalam daftar kuantitas tetap disediakan biaya tetap untuk mobilisasi. Mobilisasi yang
dimaksud adalah Peralatan Berat yang menunjang pelaksanaan pekerjaan sesuai yang
disyaratkan. Penyedia Jasa mengajukan terlebih dahulu peralatan yang akan di
mobilisasi dan Direksi menyetujui. Biaya ini termasuk:
 Biaya transportasi untuk mendatangkan dan mengembalikan Alat Berat termasuk
perijinannya.
 Biaya Pengusahaan jalan masuk ke lokasi
Semua alat berat yang didatangkan ke lokasi proyek, dianggap sebagai penyediaan
untuk proyek tidak diperkenankan untuk kegiatan diluar proyek atau tidak boleh
dipindahkan sebelum pekerjaan selesai tanpa ijin tertulis dari Direksi. Dalam hal ini
Penyadia Jasa bertanggung jawab agar penyediaan peralatan mencukupi dan efisien.

2) Pembayaran
a. Pembayaran untuk mobilisasi dan demobilisasi akhir harus dibuat atas dasar harga
lump sum dalam daftar kuantitas pekerjaan.
b. Cara pembayaran harus dibuat sebagai berikut:
Penyedia Jasa berhak atas pembayaran 50 % dikenakan retensi 5% dari nilai
mobilisasi dan demobilisasi setelah Alat didatangkan dan disetujui oleh direksi.
Penyedia Jasa berhak atas pembayaran 50 % dikenakan retensi 5% dari nilai
mobilisasi dan demobilisasi setelah pekerjaan selesai alat dikembalikan dan disetujui
oleh direksi.

1.2 KANTOR LAPANGAN


Yang dimaksud dengan pekerjaan kantor lapangan adalah pembuatan kantor seluas 200
m2 yang digunakan bersama untuk kantor:
 Kantor untuk Penyedia Jasa
 Kantor untuk Konsultan Supervisi
 Kantor untuk Direksi

1) Lingkup Pekerjaan
Ruang lingkup pekerjaan meliputi :
 Pembersihan lahan
 Pengupasan
 Pekerjaan pondasi:

Pekerjaan Persiapan ST I-1


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

 Pasangan batu kali (1PC : 3Ps)


 Beton K-175
 Bekisting
 Timbunan tanah

 Pekerjan Dinding :
 Pasangan batu bata (1PC : 4Ps)
 Beton K-175
 Bekisting
 Plesteran (1PC : 3 PS)
 Pengecatan tembok

 Pekerjan Lantai:
 Keramik 30 x 30 cm

 Pekerjaan Atap :
 Kuda-kuda WF 150.150
 Gording 8/12
 Rangka Kuda-kuda L. 50.50.5
 Nock 8/12
 Atap Asbes Gelombang Kecil

 Plafon Eternit
 Pekerjaan Pintu dan Jendela:
 Kusen Pintu
 Kusen Jendela
 Daun Pintu
 Kaca Rayban Polos Tebal 5 mm

 Pekerjaan Lain-lain:
 Wastafel
 Kloset Jongkok
 Kran Air
 Bak Mandi (0,60 x 0,60 x 0,80)
 Grendel
 Engsel
 Kunci Tanam Besar Kuda Terbang 2
 Septik tank

Spesifikasi teknik pada item pekerjaan kantor lapangan ini mengikuti masing- masing
spesifikasi pekerjaan yang sesuai dengan pekerjaan yang lain.
Rencana tata letak harus sudah diserahkan kepada Direksi dalam tiga puluh (30) hari
dari tanggal diterimanya Surat Perintah Mulai Kerja untuk mendapatkan persetujuan.

Pekerjaan Persiapan ST I-2


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Biaya untuk penyediaan kantor dan fasilitas umum dimasukkan dalam harga lump sum
seperti yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

2) Pembayaran
Cara pembayaran untuk pekerjaan ini sesuai progress pelaksanaan pekerjaan yang
dilaksanakan dan pada saat pekerjaan selesai maksimum pembayaran 80% dan 20%
sisa akan dibayarkan apabila bangunan tersebut selesai digunakan dan telah dilakukan
pembongkaran atas ijin atau persetujuan direksi.

1.3 BARAK PEKERJA


Yang dimaksud dengan pekerjaan barak pekerja adalah pembuatan barak pekerja seluas
70 m2.

1) Lingkup Pekerjaan
Ruang lingkup pekerjaan meliputi:
 Pengupasan
 Pekerjaan Pondasi :
 Pasangan Batu Kali (1PC : 3Ps)
 Beton K-175
 Bekisting
 Timbunan Tanah

 Pekerjan Dinding :
 Pasangan Batu Bata (1PC : 4Ps)
 Beton K-175
 Bekisting
 Plesteran (1PC : 3 PS)
 Pengecatan Tembok
 Keramik 30 x 30 cm

 Pekerjaan Atap :
 Kuda-kuda Kayu Meranti
 Kayu Usuk Kamper/Reng Meranti
 Listplank Kayu Kamper
 Wuwung Asbes Gelombang Kecil
 Atap Asbes Gelombang Kecil

 Pekerjaan Pintu dan Jendela :


 Kusen Pintu
 Kusen Jendela
 Daun Pintu

Pekerjaan Persiapan ST I-3


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

 Pekerjaan Lantai
 Timbunan Tanah
 Tegel Plain Abu-abu
 Tegel Porselin
 Tegel Traso

 Pekerjaan Plafon

 Pekerjaan Lain-lain:
 Wastafel
 Kloset Jongkok
 Kran Air
 Bak Mandi (0,60 x 0,60 x 0,80)
 Grendel
 Engsel
 Kunci Tanam Besar Kuda Terbang 2 atau yang setara
 Septik tank

Spesifikasi teknik pada item pekerjaan barak pekerja ini mengikuti masing-masing
spesifikasi pekerjaan yang sesuai dengan pekerjaan yang lain.
Rencana tata letak harus sudah diserahkan kepada Direksi dalam tiga puluh (30)
hari dari tanggal diterimanya Surat Perintah Mulai Kerja untuk mendapatkan
persetujuan.
Biaya untuk penyediaan kantor dan fasilitas umum dimasukkan dalam harga lump
sum seperti yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

2) Pembayaran
Cara pembayaran untuk pekerjaan ini sesuai progress pelaksanaan pekerjaan yang
dilaksanakan dan pada saat pekerjaan selesai maksimum pembayaran 80% dan 20%
sisa akan dibayarkan apabila bangunan tersebut selesai digunakan dan telah dilakukan
pembongkaran atas ijin atau persetujuan direksi.

1.4 PENYEDIAAN SARANA LISTRIK DAN PENERANGAN


1) Lingkup Pekerjaan
Penyedia Jasa harus menyediakan, mengoperasikan dan memelihara fasilitas tenaga
listrik yang digunakan selama pelaksanaan pekerjaan diantaranya untuk penerangan
barak kerja, kantor lapangan, penerangan jalan dan keamanan serta kebutuhan listrik
dilokasi pekerjaan sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut dapat berjalan
lancar.
Penyedia Jasa harus menyerahkan rencana dan gambar detail fasilitas tenaga listrik
tersebut kepada Direksi untuk mendapat persetujuan.

Pekerjaan Persiapan ST I-4


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Biaya pemakaian tenaga listrik yang digunakan tidak dibayarkan secara terpisah tetapi
harus sudah termasuk dalam harga satuan atau harga lump sum untuk masing-masing
item pekerjaan seperti tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

2) Cara pembayarannya
Cara Pembayaran pekerjaan ini akan dibayar sesuai progress pelaksanaan pekerjaan
dan maksimum pembayaran adalah sampai 65%, 20% dapat dilakukan pembayaran
dalam bulan berjalan sebagai biaya operasional setiap bulan dan 15% akan dilakukan
pembayaran setelah tidak digunakan lagi dan fasilitas tersebut telah dilakukan
pembongkaran dan mendapatkan persetujuan direksi.

1.5 PENYEDIAAN SARANA DAN FASILITAS TELEKOMUNIKASI


Penyedia Jasa berkewajiban mengadakan semua kebutuhan peralatan komunikasi untuk
kepentingan Direksi dan Penyedia Jasa di lapangan serta kantor PPK. Penyedia Jasa harus
dapat mengatur/mengoperasikan dan memelihara atas semua beban biaya yang timbul
akibat adanya alat komunikasi tersebut.

Penyedia Jasa harus menyerahkan rencana sistem telekomunikasi kepada Direksi untuk
mendapat persetujuan. Penyedia Jasa tidak boleh memasang sistem telekomunikasi tanpa
persetujuan Direksi.

Pembayaran untuk penyediaan sarana telekomunikasi dilaksanakan berdasarkan harga


lump sum seperti yang tertera dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

Cara Pembayaran pekerjaan ini akan dibayar sesuai dengan diterimanya peralatan
telekomunikasi, maksimum pembayaran adalah sampai 80%, 20% sisanya dilakukan
pembayaran dalam bulan berjalan sebagai biaya operasional setiap bulan. Seluruh
peralatan telekomunikasi harus diserahkan kepada Direksi pada saat selesai pelaksanaan
pekerjaan.

1.6 PENYEDIAAN SARANA LABORATORIUM


Penyedia berkewajiban mengadakan peralatan laboratorium yang terdiri dari item seperti
berikut ini.

Pekerjaan Persiapan ST I-5


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

No Nama Alat Uraian/Spesifikasi Jumlah


HYDROMETER ANALYSIS TEST 1 SET
SET
ASTM D – 422 / AASTO T – 88

Terdiri dari:
Hydrometer A (152 H) : Glass,stream line,range 0 to 60gr soil/ltr 1bh
Hydrometer B (151 H ) : Glass,stream line, range 0.995 to 1.038 1bh
Mechanical Stirer : Electric,220 volt,cast alumunium frame,10.000 1bh
rpm
Dispersion Cup : Stainless steel cup, 3.75” top diameter, 2.6” 1bh
bottom dia. 7” height brass baffles
: Steel sheet, fibre glass
Hydrometer jar Bath couted, temperature control 1bh

Terdiri dari:
1
Bath : Steel sheet, fibre glass coated, 60x30x40 cm 1bh
Water heater dispension agent : Electric, range amblent to 402 C 1 bh

Terdiri dari:
Sodium hexa : Bottled, powder 1kg
Water Glass : Bottled, liquid 1kg
Hidrometer jar : Glass,1000 ml capacity, 21/2” diameter 3 bh
Graduated Cylinder approx 1bh
Thermometer : 1000 ml capacity 1 bh
: Range 0 to 50o C
Standard supply with instruction manual
operating
Dimension (lxwxh) : 90x50x50cm
Gross Weight : 50 kg

2 SPEEDY MOITURE TESTER 1 SET


(In-situ Test)
AASHTO-217

Terdiri dari:
Speedy Gauge : M/C range 0-20%, sens : 0.2%, sample
weight 20gr 1 bh
Speedy Balance Calibrated by KAN Register LK-011-IDN
Calcium Carbide : Digital 200 gr capacity x 0.1gr sensitivity 1 bh
Crushing Ball : Reagent calcium carbide 1 can
Cleaning Brush : Steel ball,31.7mm diameter 2 bh
Carrying Case : Plastic bruss/ plastic holder 1 bh
: Wooden case with handle 1 bh
Standard supply:
- Calibration Certificate Registered LK-
011-IDN
- Instruction user manual Dimension
(lxwxh) : 45x45x30cm Gross Weight :
15 Kg

3 SAND CONE TEST SET 1 SET


ASTM D-1556/ AASHTO T-191,
According Standard R-SNI 2828
: 2008

Pekerjaan Persiapan ST I-6


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

No Nama Alat Uraian/Spesifikasi Jumlah

Terdiri dari: : Plastic,4ltr,capacity,approx


Sand Cone Bottle : Seamless metal, turning stopper, 61/2” 1 bh
Sand Cone Funnel diameter 1 bh
bottom,1/2 neck diameter
Base Plate : Cast alumunium, 12”x12” 1 bh
Graduated Sand : Uncemented Sand, passing # 10, 1 zak
retained # 60,25 kg cap.
Sample Can : Round can, tinned metal 6 bh
Scoop Spoon : Cast alumunium, large size, round buttom 1 bh
Trowel : Stainless steel, large size 1 bh
Onisel : Pointed type, wooden handle 1 bh
Rubber Mallet : Hardened steel, 30cm length 1 bh
: Rubber head, 0.5 Kg weight, wooden 1 bh
handle
Standard supply with instruction manual
operating
Dimension (lxwxh): 70x50x50 cm
Gross Weight : 50 Kg
4 SLUMP TEST SET 1 SET
ASTM C-143 / AASHTO-119

Terdiri dari:
Slump Cone : Heavy gauge sheet steel, 4” top dia, 8” 1 bh
bottom dia, 12” Height
Inspection Scale : Machine steel, 0-10 cm slump 1 bh
measurement, 1cm Increment
Base Plate : Steel sheet, carrying handle, 600x600x5 mm 1 bh
Scoop : Cast alumunium, large size, round buttom 1 bh
Trowel : Pointed type, wooden handle 1 bh
Steel Wire Brush : Wooden handle 1 bh
Tamping Rod : Machine steel, galvanized 16mm dia, 1 bh
600mm length
Standard supply with instruction manual
operating
Dimension (lxwxh) : 70x70x50 cm
Gross weight : 30 kg

5 COMPRESSION MACHINE 1 SET


2000 kN Capacity
ASTM C-39; According SNI 03-
1974-1990
10kN Increments; Electric
Hidraulic Pump

Technical data:
Frame : Frame –duty welded steel construction 30 cm

Pekerjaan Persiapan ST I-7


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

No Nama Alat Uraian/Spesifikasi Jumlah


Profile steel colums 10 cm thick bottom and
Hydraulic System upper
Plate
Hydraulic Pump : Hard – chromed piston 230mm diameter;
Force gauge maximum Working pressure 50.000 kPa; overall
Compressive dimension 300 mm dia x 320mm height;single
Platen action;gravity return
Clearence : Electric 220 V-AC,50-60Hz,1000 Watt, 1 Phase,
Dimension l x w x h Single action, variable speed, 6.000 kPa,
Weight single
action;gravity return.
: Bourdon tube manometer;280mm dial
diameter with Maximum load pointer (red
pointer); steel box housing Calibrated by KAN
Register LK-011-IDN
: Upper 180x180mm ball seating
: Lower 250mm diameter
: Horizontal 290mm; Vertical 310mm
: 760x620x1400 mm approx
: 500 kg approx
Standard supply:
- Calibration Certficate Registered LK- o11-
IDN
- Instruction user manual
6 CONCRETE TEST HAMMER ASTM C805, B5 1881; 202 EN 12504/2, 1 SET
ASTM C-805, N-TYPE UNI 7997, DIN 1048 Original type: C 380
Matest – Italy
Spring impact energy 0.225 mkg (2.207
joule)
Suitable for finished concrete structures and
buildings
Having strength resistances from 10 to 70
N/sq.mm.
This concrete test hammer, entirely produced
by Matest, has alumunium frame, and thanks
to its very accurate manufacture processing
and selected components ensures high
precision test results in the time. The top
quality test hammer available om the market.
Supplied complete with calibration curve
chart, abrasive stone, carrying case. Standard
supply:
- Calibration Certificate Registered LK-
011-IDN
- Instruction user manual
Weight: 3 Kg
7 SPECIFIC GRAVITY OF 1 SET
HYDRAULIC CEMENT TEST
ASTM C-188 / AASHTO T-133

Terdiri dari:

Pekerjaan Persiapan ST I-8


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

No Nama Alat Uraian/Spesifikasi Jumlah


Le Chatelier Flask : 250 ml cap, the neck graduated 0-1 ml, and 1 bh
Kerosene 15-24ml 1 ltr
Funnel : Deaired kerosene 1 bh
Wash Bottle :Glass made, narrow mouth 1 bh
Pipette : Plastic, 250 ml capacity 1 bh
Thermometer : Glass, 5 ml capacity 1 bh
: Range 0 to 50° C, glass, alcohol indicator, 30cm 1 bh
Spatula length 1 bh
Soft Brush : Plastic handle, stainless blade, 150 mm
length
: Black hair, round type
Standard supply with instruction manual
operating
Dimension ( l x w x h) : 20x20x30 cm
Gross weight: 8 kg
8 SOUNDNESS TEST SET 1 SET
ASTM C-88 / AASTHO T-104

Terdiri dari:
Stock Solution : Sodium sulphate solution (Na2s04), 1 litre 1 btl
Mixing Bowl : Stainless steel, 24cm diameter 1 bh
Beaker Glass : Glass made, with spout, 1000 ml capacity 1 bh
Thermometer : Range 0 to 100o C, Glass, alcohol indicator, 1 bh
30cm length Standard supply with instruction
manual operating Dimension (l x w x h) : 80 x
50 x 40 cm
Gross weight : 8 Kg

9 SPECIFIC GRAVITY & 1 SET


ABSORPTION OF
COARSE AGGREGATE
TEST SET ASTM C-127 /
AASHTO T-85

Terdiri dari:
Mounting Table Welded steel table, elevated container support 1 set
Water Container Galvanized container, 20 litre capacity Capacity 1 bh
Heavy duty Solution Balance (metric): 20kg; Readability (metric): 1 set
1g Additional tare capacity (g): 2270
Front beam calibration (g) : 100 x 1
Rear beam calibration (g) : 1000 x 100
Platform construction : Stainless Steel plate
Platform size (Dia) (in/cm) : 11/27.g
Calibrated by KAN Register LK-011-IDN
Sample Basket # 8 mesh, 200 mm diameter, 200 mm height.
Standard supply: 1 bh
- Calibration Certificate Registered LK – 011-
IDN
- Instruction user manual
Dimension (l x w x h) : 85 x 50 x 130 cm Gross
Weight: 60 kg
10 AGREGATE IMPACT TEST 1 SET
Bs – 812

Pekerjaan Persiapan ST I-9


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

No Nama Alat Uraian/Spesifikasi Jumlah


Terdiri dari:
Impact Machine Heavy – duty steel construction, safety locking 1 set
bar, built in counter.
Cylindrical Measure Mechanical steel, 75mm dia, 50mm deep 1 bh
Tamping Rod Galvanized steel, 3/8” dia, 8” length 1 bh
Standard supply with instruction manual
operating Dimension ( l x w x h ) : 50 x 30 x 90
cm
Gross Weight : 80 Kg
11 UNCOFINED COMPRESSION 1 SET
MACHINE
ASTM D-2166 / AASHTO-208

Terdiri dari:
Uncinfined Compression Macl Electric, 220V-AC, 200 W, Variable Speed, 1 set
adjustable height

Sample tubes
Terdiri dari: 35.0 mm dia x 70 mm height 1 bh
Sample Tubes 47.5 mm dia x 95 mm height 1 bh
Sample Tubes 70.0 mm dia x 140 mm height 1 bh
Sample Tubes

Split Sample Tubes


Terdiri dari:
Split Sample Tubes 35.0 mm dia x 70 mm height 1 bh
Split Sample Tubes 47.5 mm dia x 95 mm height 1 bh
Split Sample Tubes 70.0 mm dia x 140 mm height 1 bh

Sample Extruder
Terdiri dari:
Extruder 34.5 mm dia x 71mm height 1 bh
Extruder 47.0 mm dia x 96 mm height 1 bh
Extruder 69.5 mm dia x 141 mm height 1 bh
Trimmer Steel frame, 3 tube size 1 set
Proving Ring 100 kg capacity 1 set
Calibrated by KAN Register LK-011-IDN
Dial Indicator Range 30 mm x 0.01 mm 1 bh
Thin Box Wire Alumunium, 60 gr capacity 12 bh
Saw 10 cm length approx 1 bh
Standard supply:
- Calibration Certificated Registered LK-
011-IDN
- Instruction user manual
Dimension (l x w x h) : 80 x 70 x 100 cm
Gross Weigth: 60 Kg

Pekerjaan Persiapan ST I-10


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

No Nama Alat Uraian/Spesifikasi Jumlah


12 COMPACTION 1 SET
PERMEAMETER TEST SET

Terdiri dari:
Compaction Permeameter 1/30 cu.ft.mold, 4 inch I.d, Inlet-Outlet
connector, overflow, valve, porous stone. Cast 1 set
Frame alumunium base, alumunium column,
3 burette (5, 10, 15mm diameter) 1 set
Graduated Cylinder Glass made, 100 ml capacity, single
Stop Watch numbering, 1 bh
Precision timer, stainless steel body, 60 sec 1 bh
sweep
x 30 Min standard supply with instruction
manual operating Dimension (l x w x h) :
30 x 30 x 50 cm
Gross Weigth : 30 Kg

13 COMBINATION 1
PERMEAMETER SET
ASTM D-2434 / AASHTO T-215

Terdiri dari:
Sample Chamber Transparent flore glass, 2 1/2 “ I.d, 8”
height, compressive spring, cast, 1 set
Funnel alumunium body
Frame Plastic, wide mouth, with over flow 1 bh
Parous Stone Alumunium frame 1 bh
Burette 2 ½” diameter 1 bh
Graduated Cylinder 50 ml capacity 1 bh
Stop Watch Glass made, 100ml capacity, single 1 bh
numbering
Precision timer, stainless steel body, 60 sec
sweep x 30 min
Standard supply with instruction manual
operating
Dimension (l x w x h) : 110 x 40 x 30 cm
Grass Weight : 10 kg

Pekerjaan Persiapan ST I-11


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

No Nama Alat Uraian/Spesifikasi Jumlah


14 COMPACTION TEST SET 1
ASTM D-698/D-1557; T-99/ T- SET
180

Terdiri dari:
Standard Proctor Mold Machine steel, plated, 4” i.d, 4.584”, 2”
Height, 2” Height of collar. 1 bh
Modified Proctor Mold Machine steel, plated, 6” i.d, 4.584”, 2”
Height, 2” Height of collar. 1 bh
Standard Proctor Hammer Machine steel, plated, 12” drop height, 5.5 lbs
Modifed Proctor Hammer weight 1 bh
Extruder Machine steel, plated, 18” drop height, 10 lbs 1 bh
Square pan weight 1 set
Thin Box Steel frame, hydraulic jack 1 bh
Graduated Cylinder Galvanized steel 65 x 65 x 7.5 cm 12 bh
Scoop Trowel Alumunium, 60 gr capacity 1 bh
Straigth Edge Plastic 1000 ml capacity with scale 1 bh
Rubber Mallet Cast alumunium, large size, round buttom 1 bh
Steel Wire Brush Pointed type, wooden handle Galvanized 1 bh
steel, 30 cm length Rubber head, 0.5 Kg 1 bh
weight, wooden handle
Steel wire, wooden handle standard supply with
instruction manual operating Dimension (l x w x
15 SHRINKAGE LIMIT TEST SET h) : 62 x 62 x 40 cm Gross Weigth: 120 Kg 1
ASTM D-427 /AASHTO T-29 SET

Terdiri dari: 1.6 mm thick hard plastic 76.2 mm square,


Prong Plate 3 stainiess 1 bh

Monel Sherinkage Dish Steel needies, 0.8 mm dia 3.2 helght Flat
Cristalizing Dish bottom; 44.4 i.d, 12.7 mm helght approx. 1 bh
Terdiri Glass made
dari: Dish
OverFlow Dish 1 bh
Mercury Glass, 57,2 mm I.d, 12.7 mm helght 1 bh
Glass Plate approx 1 kg
Thin Box 9 cm dia approx 1 bh
Graduated Cylinder Bottled 12 bh
Evaporating Dish Glass 10 mm thick, 30 x 30 cm 1 bh
Spatula Alumunium, 60 gr capacity 1 bh
Scraper Glass made, 100 ml capacity, single 1 bh
numbering 1 bh
Heat resistance porcelain, 12 cm dia. 250
ml capacity.
Plastic handle, stainless blade, 150 mm
length.
Plastic handle, stainless blade, 100 mm
length.
Standard supply with instruction manual
operating
Dimension ( l x w x h ) : 10 X 10 X 30 cm
Gross Weight : 6 kg

Pekerjaan Persiapan ST I-12


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

No Nama Alat Uraian/Spesifikasi Jumlah


16 LIQUID LIMIT TEST SET 1
ASTM D-4318/ AASHTO T- SET
89

Terdiri dari:
Liquid Limit Device Electric,220 V-AC, brass cup, hard rubber base, 1 set
provided with counter
Machine steel, head gauge.
ASTM Grooving Tool Brass plate 1bh
Cassagrande Grooving Tool Alumunium, 60 gr capacity 1 bh
Thin Box Glass made, 100 ml capacity, single 12 bh
Graduated Cylinder numbering 1 bh
Evaporating Dish Heat resistance porcelain, 12 cm dia. 250 1 bh
Spatula ml capacity. 1 bh
Scraper Plastic handle, stainless blade, 150 mm 1bh
length.
Plastic handle, stainless blade, 100 mm
length.
Standard supply with instruction manual
operating
Dimension ( l x w x h ) : 40 X 40 X 40 cm
Gross Weight : 7 kg
PLASTIC LIMIT TEST SET 1
17 ASTM D-4318/ AASHTO T- SET
90

Terdiri dari:
Plastic Limit Plate Glass made 1 bh

Terdiri dari:
Reference Rod Stainless steel rod, 3.2 mm diameter 1 bh
Glass Plate Thin Glass 10 mm thick, 30 x 30 cm 12 bh
Box Alumunium, 60 gr capacity 1 bh
Graduated Cylinder Glass made, 100 ml capacity, single 1 bh
Evaporating Dish numbering 1 bh
Spatula Heat resistance porcelain, 12 cm dia. 250 ml 1 bh
Scraper capacity. 1 bh
Plastic handle, stainless blade, 150 mm
length.
Plastic handle, stainless blade, 100 mm
length.
Standard supply with instruction manual
operating
Dimension ( l x w x h ) : 40 X 40 X 40 cm
Gross Weight : 5 kg

Pekerjaan Persiapan ST I-13


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

No Nama Alat Uraian/Spesifikasi Jumlah


18 DIRECT SHEAR TEST SET 1 Set
ASTM D-3080/ AASHTO T-
236

Terdiri dari: Terdiri dari:


Loading Machine Welded steel frame hand operated Machine 1 set
Frame steel, galvanized, supplied, with load 1 set
Loading Hanger Cast alumunium box, 63.5 mm sample 1 bh
Shear Box diameter, poros stone, loading capacity.
Siotted, machine steel, galvanized.

Load
Terdiri dari:
Load 3167 gr weight 2 bh
Load 6334 gr weight 1 bh
Sample tube Machine steel, 63.5 mm dia, galvanized, with 1 set
Proving Ring extruder 100 100 kg capacity. Calibrated by 1 set
KAN Ragister LK – 011 -IDN Range 10 mm x
0.01 mm.
Dial Indicator Range 20 mm x 0.01 mm. 1 bh
Dial Indicator 10 cm length approx 1 bh
Wire Saw Standard supply with instruction manual 1 bh
operating
Dimension ( l x w x h ) : 130 X 50 X 130
Cm
Gross Weight : 125 kg

Pekerjaan Persiapan ST I-14


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

No Nama Alat Uraian/Spesifikasi Jumlah


19 MOISTURE CONTENT TEST 1
SET ( In Laboratory) SET

Terdiri dari:
Cent O-Gram Balance 311 gr capacity x 0,01 gr readability 1 bh
Front beam : 1g x 0.01g ; second beam :
10g x 1g
Third beam : 100g x 10g rear beam : 200g x
100g
Drying Oven Calibrated by KAN Register LK-011-IDN 1 bh
53 litre capacity ; natural air circulation,
temperature
Stainless steel interior (w x h x d)
=400x400 x330 mm
Stainless steel exterior (w x h x d)
=550x680 x480 mm
From +30°C (however,at least 5° above
amblent ) up to +220°C
Precission (at 100°C) with mech/electr
control = ± 1,0/0.5°C
Thin Box Alumunium, 60 gr capacity. 12 bh
Dessicator Transparent glass, 24 cm diameter approx non 1 bh
vacuum type, supplied with silica gel Standard
supply :
-
011-IDN

Dimension ( l x w x h ) : 80 X 80 X 90 cm
Gross Weight : 70 kg

20 AG-200..x GRAIN SIZE


ANALYSIS TEST
ASTM E-11

Dimension ( l x w x h ) : 22 X 22 Brass Round 8 inch diameter, mesh 101.6 mm 1 bh


X 6.5 opening
Gross Weight : 0.75 kg Brass Round 8 inch diameter, mesh 88.9 1 bh
SIEVE 4” mm opening
SIEVE 3 ½ “ Brass Round 8 inch diameter, mesh 76.2 mm 1 bh
SIEVE 3 “ opening
SIEVE 2 ½ “ Brass Round 8 inch diameter, mesh 1 bh
SIEVE 2” 62.5 mm opening
SIEVE 1 ¾ “ Brass Round 8 inch diameter, mesh 1 bh
50.8 mm opening
Brass Round 8 inch diameter, mesh 1 bh
44.4 mm opening

Pekerjaan Persiapan ST I-15


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

No Nama Alat Uraian/Spesifikasi Jumlah


SIEVE 1 ½ “ Brass Round 8 inch diameter, mesh 1 bh
SIEVE 1 ¼ “ 38.1 mm opening
SIEVE 1 “ Brass Round 8 inch diameter, mesh 1 bh
SIEVE 7/8 “ 31.7 mm opening
SIEVE 3/4” Brass Round 8 inch diameter, mesh 1 bh
SIEVE 5/8 “ 25.4 mm opening
SIEVE 1/2" Brass Round 8 inch diameter, mesh 1 bh
SIEVE 7/16” 22.2 mm opening
SIEVE 3/8” Brass Round 8 inch diameter, mesh 1 bh
SIEVE 5/16” 19.0 mm opening
SIEVE 1/4” Brass Round 8 inch diameter, mesh 1 bh
SIEVE #4 15.8 mm opening
SIEVE #8 Brass Round 8 inch diameter, mesh 1 bh
12.7 mm opening
SIEVE # 10 Brass Round 8 inch diameter, mesh 1 bh
11.1 mm opening
SIEVE # 12 Brass Round 8 inch diameter, mesh 9.5 mm 1 bh
opening
SIEVE # 16 Brass Round 8 inch diameter, mesh 7.9 mm 1 bh
opening
SIEVE # 20 Brass Round 8 inch diameter, mesh 6.3 mm 1 bh
opening
SIEVE # 30 Brass Round 8 inch diameter, mesh 1 bh
4.75 mm opening
SIEVE # 40 Brass Round 8 inch diameter, mesh 1 bh
2.36 mm opening
SIEVE # 50 Brass Round 8 inch diameter, mesh 1 bh
2.00 mm opening
SIEVE # 60 Brass Round 8 inch diameter, mesh 1 bh
1.70 mm opening
SIEVE # 70 Brass Round 8 inch diameter, mesh 1 bh
1.18 mm opening
SIEVE # 80 Brass Round 8 inch diameter, mesh 1 bh
0.850 mm opening
SIEVE # 100 Brass Round 8 inch diameter, mesh 1 bh
0.600 mm opening
SIEVE # 120 Brass Round 8 inch diameter, mesh 1 bh
0.425 mm opening
SIEVE # 140 Brass Round 8 inch diameter, mesh 1 bh
0.300 mm opening
SIEVE # 170 Brass Round 8 inch diameter, mesh 1 bh
0.250 mm opening
Brass Round 8 inch diameter, mesh 1 bh
0.212 mm opening
Brass Round 8 inch diameter, mesh 1 bh
0.180 mm opening
Brass Round 8 inch diameter, mesh 1 bh
0.150 mm opening
Brass Round 8 inch diameter, mesh 1 bh
0.125 mm opening
Brass Round 8 inch diameter, mesh 1 bh
0.106 mm opening
SIEVE # 200 Brass
Brass Round
Round 88 inch
inch,diameter, mesh
mesh 0.075 mm 11 bh
bh
0.090 mm opening
opening
PAN & COVER Brass Round 8 inch diameter, Receiver with 1 Set
lid

Pekerjaan Persiapan ST I-16


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

No Nama Alat Uraian/Spesifikasi Jumlah


21 TRIAXAL TEST SET 1 Set
ASTM D-2850

The unit incorpororates :


Triaxial Compression Machine CD or UU & CU, Capacity 300 kgf, loading 1 bh
speed 0.00 to 3.00 mm per minute, cell
(speciment) size 35mm and 50mm maximum,
control power on-of switch, fast advanced
selector switch.
Variabel speed, hand-operated and
motorized operated with electric
consumption220 V AC/200 W.

Load Measuring Load ring 300 kgf capacity 1 bh

Displacement Measuring Dial gauge 30 mm x 0,01mm 1 set


Panel Control Terdiri dari : 1 bh
Measuring Pore Presurre 10 kg/cm (Digital reading for pore pressure 1 bh
Measuring Cell Presurre value) 1 bh
Measuring Back Presurre 10 kg/cm (Manometer)
10 kg/cm (Manometer)

Burrate For mesurring pore pressure 1 bh


Top Water Tank Plastic, 3 litre capacity Stainless 1 bh
Buttom Water Tank steel, 5 litre capacity Stanless steel 1 bh
Vacum Tank tank 1 bh
Triaxal Ceils (Cell Chamber) Terdiri dari :
Chamber Made of non corrosive material and acrylic 1 bh
transparent.
Sample Pad Sample For 35 mm diameter specimen For 1 bh
Pad Constant 50 mm diameter specimen Terdiri 1 bh
Presurre Air dari :
Regulator For cell presurre For Back pressure 1bh
Air Regulator Compressor pump 0-10 kg/cm 1 bh
Compressor Unit Vacum pump 0-70 cm Hg, rotary type, 1 Set
Vacuum Unit 220 V- AC, ½ HP, 1 phase 1 set

O-ring, 50 mm diameter O-ring, 35


Placing Tool mm diameter Stainless steel, 50 mm 1 set
Placing Tool diameter Stainless steel, 35 mm 1 set
Suction Membrane Device diameter 1 set
Suction Membrane Device 50 mm diameter 1 set
Two ways split Former 35 mm diameter 1 bh
Two ways split Former Stainless steel, 50 mm diameter 1 bh
Sample Tube Stainless steel, 35 mm diameter 1 bh
Sample Tube 1 bh
Membrane 10 bh
Membrane 10 bh

Pekerjaan Persiapan ST I-17


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

No Nama Alat Uraian/Spesifikasi Jumlah


Membrane Sealing Ring rubber 50 mm diameter 4 bh
Membrane Sealing Ring rubber 35 mm diameter 4 bh
ring rubber 50 mm diameter ring
rubber 35 mm diameter Sandard
supply :
-
011-IDN

Overall dimension : 200 X 80 X 180 cm


Gross Weight : 195 kg

Semua pengadaan peralatan laboratorium harus mendapat persetujuan dari Pengawas


Pekerjaan.
Cara Pembayaran pekerjaan ini akan dibayar sesuai dengan diterimanya peralatan
laboratorium, maksimum pembayaran adalah sampai 75%. 25% sisanya dilakukan
pembayaran dalam bulan berjalan sebagai biaya operasional setiap bulan. Seluruh
peralatan laboratorium harus diserahkan kepada Direksi pada saat selesai pelaksanaan
pekerjaan.

1.7 PEMANTAUAN LINGKUNGAN


Penyedia wajib menyediakan sarana pemantauan lingkungan diantaranya yaitu
pemantauan kualitas air, polusi udara dan kebisingan termasuk tenaga ahli lingkungan.
Personil dan peralatan pemantauan lingkungan yang harus tersedia untuk menunjang
pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
• Ahli lingkungan
• Tenaga pemantau/pengambilan uji sampel
• Evaluator dan pembuat laporan
Kegiatan ini dilakukan secara periodik dalam satu kali perbulan
Cara Pembayaran untuk pemantauan lingkungan seperti disebutkan di atas dibayar sesuai
periodik pelaksanaan pemantauan lingkungan berdasarkan harga satuan lumpsum yang
tercantum dalam daftar kuantitas dan harga.

1.8 PENYELENGARAAN K3 KONSTRUKSI


Penyedia wajib menyediakan sarana prasarana dan penyelengaraan kegiatan dalam
rangka Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Program detail safety plan yang
mencakup keseluruhan kegiatan pekerjaan termasuk pengadaan peralatan dan peraga
K3, koordinasi dengan instansi lain dan pelatihan dan simulasi berkaitan dengan K3 harus
diserahkan dan disetujui oleh Direksi sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan
konstruksi.
Penyedia Jasa harus menyampaikan laporan kegiatan ini dalam periode bulanan.

Pekerjaan Persiapan ST I-18


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Cara Pembayaran untuk penyelenggaraan K3 seperti disebutkan di atas dibayar sesuai


periodik pelaksanaan penyelenggaraan K3 berdasarkan harga satuan lumpsum yang
tercantum dalam daftar kuantitas dan harga.

Pekerjaan Persiapan ST I-19


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB II
PENGELAKAN SUNGAI DAN PENGALIHAN AIR

2.1 PENGELAKAN DAN PENGALIHAN SUNGAI


2.1.1 Umum

Kontraktor harus menyediakan semua material, tenaga kerja, dan alat yang diperlukan
untuk membangun saluran pengelak sebelum konstruksi Bendungan dimulai.

Kontraktor dilarang menghalangi atau mengganggu aliran air sungai asli atau aliran lain
di area kerja Kontraktor untuk maksud apapun tanpa persetujuan Direksi.

Direksi telah mempelajari dan menyiapkan rencana mengenai saluran pengelak seperti
terdapat dalam Gambar Tender. Adalah tanggung jawab Kontraktor untuk
mengembangkan secara detail rencana dan jadwal pembuatan saluran pengelak
tersebut dan harus mendapat persetujuan dari Direksi.

Paling tidak 14 (empat belas) hari sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus
mengajukan kepada Direksi, rencana pengendalian air termasuk metode untuk
memindahkan aliran air sungai selama masa konstruksi bendungan. Rencana dan
metode tersebut harus mengacu kepada jadwal Konstruksi secara keseluruhan.

Biaya pelaksanaan seluruh pekerjaan meliputi pemeliharaan dan pengelakan sungai


selama konstruksi pekerjaan berjalan harus dianggap sudah dimasukkan ke dalam harga
satuan untuk pekerjaan pengelakan dan pemeliharaan sungai dalam daftar kuantitas
dan harga.

2.1.2 Data Perencanaan untuk Pengelakan dan Pemeliharaan Sungai

Data hidrologi (dalam data teknis) untuk area proyek Bendungan Bagong diberikan pada
Spesifikasi Umum. Data-data tersebut diberikan hanya sebagai informasi umum untuk
membantu Kontraktor dalam perencanaan konstruksi pengelak dan pemeliharaan sungai
selama pelaksanaan konstruksi. Direksi dan Pemberi Kerja tidak bertanggung jawab
terhadap ketelitian atau kebenaran data dan segala konsekuensi dan resiko dalam
menginterpretasikan data sepenuhnya merupakan tanggung jawab Kontraktor.

Banjir 25 tahunan dipakai sebagai dasar untuk mendesain bendungan pengelak (main
cofferdam). Kontraktor disarankan untuk mengevaluasi dan memodifikasi rencana
bendungan pengelak berdasarkan hasil pengamatan dan informasi terakhir yang didapat
atas persetujuan Direksi. Semua resiko dan kerugian yang terjadi selama masa
pelaksanaan dengan adanya perubahan desain adalah merupakan tanggung jawab
Kontraktor.
Dalam kejadian bila terjadi banjir besar melebihi kapasitas dari fasilitas pengelakan atau
melebihi elevasi maksimum banjir yang diizinkan, Kontraktor tidak akan memikul dan
bertanggung jawab terhadap kegagalan atau kerusakan terhadap cofferdam atau

Pengelakan Sungai dan Pengalihan Air ST II-1


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

pekerjaan yang lainnya dapat dianggap sebagai “resiko yang tidak diharapkan (force
major)”.

2.1.3 Rencana Pengelakan dan Pengaturan Sungai

Paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum memulai pekerjaan, yang berkenaan dengan
pengelakan dan pemeliharaan sungai dan konstruksi pekerjaan pengelakan, Kontraktor
harus mengirimkan kepada Direksi detail pekerjaan yang dilengkapi dengan metode
pengelakan dan pemeliharaan sungai selama periode pelaksanaan konstruksi untuk
memperoleh persetujuan.

Metode konstruksi dan program untuk pelaksanaan pekerjaan pengelakan dan


pekerjaan lain yang diperlukan untuk pengelakan dan pemeliharaan sungai selama
periode konstruksi harus memperhitungkan seluruh kebutuhan dan hambatan selama
konstruksi yang diuraikan detail pada Spesifikasi Teknik ini atau sesuai arahan Direksi.

Program pelaksanaan yang berkaitan dengan pengelakan dan pemeliharaan sungai


harus memenuhi kesepakatan sebagaimana ditunjukkan pada Program Konstruksi yang
disahkan. Program kerja yang telah disepakati, bukan berarti membebaskan Kontraktor
dari tanggung jawab dan kewajibannya sebagaimana ditentukan dalam kontrak.

2.1.4 Main Cofferdam

Main Cofferdam merupakan bagian dari timbunan bendungan utama yang akan
digunakan untuk mengelakkan sungai ke dalam saluran pengelak selama periode
pelaksanaan untuk pekerjaan bendungan, spillway, dan timbunan lain dan pekerjaan
outlet.

Kontraktor harus membuat main cofferdam berdasarkan gambar rencana, spesifikasi,


jadwal, prosedur, dan kondisi sebagaimana diberikan dalam dokumen kontrak atau
arahan Direksi.

Pekerjaan timbunan untuk main cofferdam hulu dan cofferdam hilir yang merupakan
bagian dari timbunan bendungan permanen, maka semua kegitan pekerjaan galian,
pondasi, persiapan, dan konstruksi timbunan harus dilaksanakan seperti yang
ditunjukkan dalam gambar atau sesuai dengan arahan dari Direksi, persyaratan dan
spesifikasi yang berhubungan seperti diuraikan pada Bab 3 “Pekerjaan Galian dan
Timbunan” pada Spesifikasi Teknik ini. Main Cofferdam harus dikerjakan dalam dua
tahap seperti yang ditunjukkan dalam gambar yang terdiri dari:

i) Tahap-1
Tahap pertama, konstruksi main cofferdam harus meliputi galian pondasi dan
konstruksi timbunan cofferdam seperti pada gambar, di bagian mulut sungai,
bentang main cofferdam 106 meter dengan lebar puncak 6 m, agar dapat membawa
aliran sungai selama pelaksanaan galian pondasi dan konstruksi timbunan ke dalam
saluran pengelak.

Pengelakan Sungai dan Pengalihan Air ST II-2


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Guna melindungi pekeraan main coffferdam, maka Kontraktor wajib membuat


temporary/primary cofferdam yang menjaga dan menjamin pelaksanaan pekerjaan
aman terhadap banjir tahunan dan menjaga agar area kerja tidak terdapat
genangan air. Lebar temporary cafferdam kurang lebih 10 meter melintang sungai
dengan ketinggian 6 meter (muka air banjir tahunan)
Kontraktor harus bertanggung jawab dan harus melakukan tindakan yang diperlukan
untuk perlindungan terhadap erosi dan mengurangi kontaminasi atau kerusakan
yang diakibatkan oleh pengaruh air pada bagian pekerjaan yang telah diselesaikan
sebelumnya, antara lain galian pondasi dan timbunan main cofferdam dan
bendungan utama atau bagian yang lain dari pekerjaan yang permanen selama
tahap pengelakan sungai ini.

ii) Tahap-2
Tahap kedua, konstruksi main cofferdam harus meliputi penyelesaian cofferdam
dengan membuat timbunan pada bagian yang telah ditutup dan melakukan
pengeringan pada area yang ada di dalamnya.
Bagian dari pekerjaan ini harus dilaksanakan pada kondisi air paling minimum dalam
musim kering, selain itu juga diperlukan konstruksi primary cofferdam pada bagian
hulunya agar galian pondasi dan konstruksi timbunan dapat dikerjakan terutamanya.
Perencanaan dan konstruksi cofferdam sementara (temporary/primary),
pengontrolan dan pengelakan air selama konstruksi timbunan pada bagian main
cofferdam harus menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Penutupan main cofferdam tidak harus dilaksanakan sebelum pelaksanaan saluran
pengelak telah selesai dan tidak boleh dimulai tanpa persetujuan atau pengarahan
dari Direksi.
Paling tidak 30 (tiga puluh) hari sebelum penutupan main cofferdam, Kontraktor
harus mengirimkan usulan program, urutan pekerjaan dan pembuatan konstruksi
cofferdam hilir kepada Direksi untuk disetujui. Program harus menyatakan waktu
yang spesifik mulai pekerjaan termasuk detail usulan tindak lanjut secara umum
pekerjaan pengeringan, pembersihan, galian, dan persiapan pondasi cofferdam
seperti halnya pembersihan khususnya zone kontak timbunan pada main cofferdam
hulu dan metode kerja konstruksi timbunan.
Sesudah penyelesaian pekerjaan main cofferdam, aliran Sungai Bagong harus
dialihkan ke saluran pengelak selama pekerjaan konstruksi kecuali pemasangan
peralatan hydromechanical.
Kontraktor harus bertanggung jawab untuk melakukan pemeliharaan cofferdam
selama periode pengelakan sungai, dan timbunan bendungan utama memenuhi
persyaratan spesifikasi dan gambar.
Dengan seizin Direksi, Kontraktor diizinkan untuk memakai puncak timbunan hulu
sebagai jalan sementara untuk pengangkutan material. Walaupun demikian
Kontraktor harus melakukan tindakan pencegahan terhadap kerusakan dan
memindahkan semua material di permukaan jalan sementara atau material yang
tertumpah sebagaimana arahan Direksi dan tidak ada biaya tambahan untuk itu.

Pengelakan Sungai dan Pengalihan Air ST II-3


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

2.1.5 Saluran Pengelak (Diversion Channel)

Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja, peralatan, dan material untuk membangun
saluran pengelak sungai sesuai dengan gambar, spesifikasi, jadwal pelaksanaan,
prosedur dalam dokumen kontrak atau sesuai arahan Direksi.

Galian saluran pengelak harus dilaksanakan mengikuti bab 3 “Pekerjaan Galian dan
Timbunan” pada Spesifikasi Teknik ini dengan cara proporsional material yang digali
dapat digunakan untuk konstruksi timbunan tubuh bendungan.

Kontraktor harus menyiapkan semua persyaratan yang diperlukan untuk melindungi


terhadap erosi, mengurangi pencemaran, atau kerusakan akibat pengaruh air terhadap
bagian yang telah diselesaikan sebelumnya pada pondasi main cofferdam, timbunan
atau bagian yang lain dari pekerjaan permanen selama pelaksanaan pengelakan sungai.

Pekerjaan timbunan untuk penutupan Saluran Pengelak merupakan timbunan sementara


dan semua pekerjaan galian, persiapan pondasi, dan timbunan harus dikerjakan sesuai
gambar atau arahan Direksi. Spesifikasi yang terkait sebagaimana diuraikan pada Bab 3
“Pekerjaan Galian dan Timbunan” pada Spesifikasi Teknik ini.

Penutupan Saluran Pengelak harus dilakukan dalam musim kering dimana saat itu aliran
sungai sangat minim, dan harus atas persetujuan atau pengarahan Direksi.

2.1.6 Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran dan pembayaran untuk konstruksi main cofferdam dan saluran pengelak
akan dibuat sesuai dengan ketentuan yang berkaitan dengan pengukuran dan
pembayaran untuk macam-macam item pekerjaan seperti galian, persiapan, dan
perbaikan pondasi dan konstruksi timbunan, dan selanjutnya diberikan pada Bab 3
“Pekerjaan Galian dan Timbunan” pada Spesifikasi Teknik ini.

Pembayaran untuk pekerjaan yang sebelumnya akan dibuat dalam harga satuan seperti
yang ditawarkan untuk item pekerjaan yang berkaitan pada daftar kuantitas dan harga.
Pembayaran untuk semua perlengkapan pengelakan dan pemeliharaan sungai selama
konstruksi termasuk material, tenaga kerja, dan peralatan yang diperlukan dibuat dalam
harga satuan seperti yang ditenderkan untuk item pengelakan dan pemeliharaan sungai
dalam daftar kuantitas dan harga.

2.2 PENANGANAN AIR


2.2.1 Umum

Kontraktor harus menyediakan, memasang, menjaga, dan mengoperasikan semua


pompa dan alat lain atau metode lain yang diperlukan untuk menguras/mengeringkan
(dewatering) pada setiap bagian pekerjaan baik di permukaan, galian terbuka, dan
galian bawah tanah. Dewatering tersebut diperlukan untuk menjaga pondasi dan bagian
lain dari pekerjaan agar bebas dari air. Dewatering juga perlu dilakukan selama
pelaksanaan bagian-bagian dari pekerjaan dan mungkin diperlukan setelah bagian-

Pengelakan Sungai dan Pengalihan Air ST II-4


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

bagian dari pekerjaan tersebut telah selesai seperti misalnya untuk inspeksi, keamanan,
pemasangan, atau untuk alasan-alasan tertentu yang ditentukan oleh Direksi.

Kontraktor harus memompa seluruh air dari tempat kerja dan harus menjaga tempat
kerja tersebut bebas air (kering) selama penggalian, persiapan pembuatan pondasi,
penempatan material timbunan, penuangan beton, atau pekerjaan lain untuk
menyelesaikan keseluruhan pekerjaan. Kontraktor harus bertanggung jawab dan harus
memperbaiki atas biaya sendiri segala kerusakan pada pondasi, lereng galian, struktur
atau bagian lain dari pekerjaan karena air, termasuk banjir.

Kontraktor dilarang memindahkan pompa yang telah dipasang tanpa ijin tertulis dari
Direksi.

Kontraktor harus membuat suatu cara untuk memindahkan air dari seluruh area pondasi
dan galian dan mengajukannya kepada Direksi untuk persetujuan paling tidak seminggu
sebelum pelaksanaan lapangan. Jika penggalian harus diperdalam sampai dibawah
muka air tanah, muka air tanah harus diturunkan sesuai kemajuan pekerjaan galian.
Dewatering harus dikerjakan dengan tetap menjamin kestabilan lereng dan dasar galian.
Kontraktor harus mengendalikan air dari mata air dan dari rembesan sepanjang galian
pondasi bendungan Pada dasar galian zona kedap air mungkin memerlukan sistem
dewatering khusus seperti pipa untuk mengarahkan air dari pondasi ke tempat
tampungan air untuk selanjutnya dipompa keluar area galian.

2.2.2 Pengendalian dan Pemindahan Air Selama Penempatan Material Timbunan

Selama penempatan dan pemadatan timbunan tanah untuk zona kedap air, muka air di
setiap titik harus dijaga tetap berada di bawah dasar timbunan sampai lapisan yang
telah dipadatkan mencapai ketinggian 3 meter dari dasar timbunan. Setelah itu muka air
harus dijaga tidak boleh lebih tinggi dari 1,5 meter dari permukaan timbunan padat.

Jika perlu, atas persetujuan Direksi, Kontraktor harus memasang pipa drain yang
diselimuti oleh sandy gravel untuk pengendalian dan pemindahan air selama
penempatan material timbunan termasuk pada pekerjaan penimbunan kembali
(backfill).

2.2.3 Pengukuran dan Pembayaran

Pembayaran untuk Penanganan Air akan dibuat dalam format harga Lump Sump
didalam Daftar Kuantitas dan Harga. Harga Lump Sump tersebut sudah termasuk semua
biaya tenaga kerja, alat, dan material yang diperlukan untuk pekerjaan yang dimaksud.

Pembayaran pekerjaan Penanganan Air akan dilakukan dengan cara:

 50% dari Harga Lump Sump akan dibayarkan jika Direksi telah menyatakan secara
tertulis bahwa aliran sungai telah secara memuaskan dialihkan melalui diversion
channel dan pengeluaran lainnya, cofferdam telah berfungsi, dan timbunan di cut off
trench sudah selesai.

Pengelakan Sungai dan Pengalihan Air ST II-5


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

 25% dari Harga Lump Sump akan dibayarkan jika Direksi telah menyatakan secara
tertulis bahwa aliran sungai telah secara memuaskan dialihkan melalui struktur out
let, penimbunan di diversion channel selesai, dan struktur out let selesai.
 Sisa 25% dari Harga Lump Sump akan dibayarkan jika Direksi telah menyatakan
secara tertulis bahwa semua pekerjaan pengendalian air selama pekerjaan lapangan
telah selesai.

Untuk pekerjaan saluran dan bendungan pengelak pembayaran dilaksanakan sesuai


dengan volume galian dan timbunan yang dilaksanakan di lapangan dan spesifikasi
teknis yang telah ditentukan.

Pengelakan Sungai dan Pengalihan Air ST II-6


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB III
PROTEKSI DAN PENYANGGA GALIAN

3.1 UMUM
Kontraktor harus mempersiapkan, membuat dan memasang struktur penyangga tetap
maupun sementara pada pekerjaan galian batuan atau batuan lapuk, baik secara
terpisah atau menjadi satu kesatuan dari metoda pelaksanaan sebagaimana terlihat
pada gambar, atau spesifikasi teknis atau atas petunjuk Direksi.
Struktur penyangga dari pekerjaan galian mencakup satu atau gabungan konstruksi dari
struktur-dibawah ini :

 Rockbolt (baut batuan),


 Anchor bar (batang angker),
 Shotcrete (beton semprot), dan
 Wire mesh (anyaman kawat baja).
Secara umum, rockbolt, anchor bar, wire mesh dan shotcrete harus digunakan jika
diperlukan, sebagai struktur penyangga sementara atau permanen pada pekerjaan
penggalian. Pemasangan dilakukan setelah selesainya penggalian, sebelum pekerjaan
konstruksi stuktur atau penimbunan dilaksanakan.
Rockbolt, anchor bar, shotcrete tanpa wire mesh dan shotcrete dengan wire mesh akan
dipasang sebagai bagian dari struktur penyangga sementara atau permanen,
sebagaimana terlihat pada gambar atau atas petunjuk Direksi.
Kontraktor tidak diperkenankan melakukan penggalian sampai kedudukan titik-titik
struktur penyangga yang diperlukan atau sampai struktur penyangga yang telah
dipasang sesuai dengan keperluan dan mendapat persetujuan Direksi.
Ketepatan, stabilitas dan keamanan pekerjaan galian menjadi tanggung jawab
Kontraktor. Persetujuan Direksi tidak boleh mengurangi tanggung jawab Kontraktor
terhadap ketepatan dan keselamatan pekerjaan galian.

3.2 ROCKBOLT
3.2.1 Umum

Kontraktor harus mengadakan dan memasang rockbolt untuk menopang permukaan


galian seperti ditunjukkan dalam gambar atau arahan Direksi dan pelaksanaannya harus
atas persetujuan Direksi.
Apabila dalam gambar desain tidak ditunjukkan posisi rockbolt pada permukaan galian
tersebut, maka Kontraktor nantinya harus mengusulkan dalam Shop Drawing atas
arahan dan harus mendapat persetujuan Direksi.

Proteksi dan Penyangga Galian ST III-1


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Pelaksanaan rockbolt meliputi satu (1) set besi yang sebagian berdrat dengan
perlengkapan bearing plate, baut (nut) dan ring (washer).
Kontraktor harus mengajukan gambar yang menunjukkan desain rockbolt dengan
posisinya untuk mendapat persetujuan Direksi paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja
sebelum pelaksanaan instalasi dari rockbolt tersebut dilaksanakan, dan semuanya harus
disiapkan dilapangan baik spare part ataupun bahan cadangan lainnya.
Kontraktor harus siap pengadaannya di gudang agar tidak sampai mengganggu jalannya
pelaksanaan galian, karena dapat mengganggu kestabilan lereng galian. Pelaksanaan
pengangkeran dari kontraktor tersebut tidak membebaskan tanggung jawab Kontraktor
terhadap ketidakstabilan dari lereng galian walaupun sudah dipasang rockbolt, artinya
apabila dalam pelaksanaannya mengalami kegagalan, hal itu adalah menjadi tanggung
jawab Kontraktor.

3.2.2 Material

Rockbolt mempunyai ukuran sebagai berikut:


Diameter : 25 mm
Panjang : berkisar antara 1.5 sampai 9.0 m
Material baja tersebut harus mempunyai komponen-komponen sbb :
 Batang baja harus sesuai ASTM A 615 ulir grade 40 (U-40)
 Pelat tumpuan (bearing plate) harus sesuai ASTM A 283
 Nut (baut) harus sesuai ASTM A 563
 Washer (ring) harus sesuai ASTM A 220
Pelat tumpuaan harus dapat berfungsi sedemikian rupa dan dapat dipasang pada posisi
kemiringan sampai 30°, dan ukurannya minimum 150mm x 150mm x 8mm.

3.2.3 Lubang Bor

Lubang dalam bahan tersebut harus dapat men-set cartridge sedemikian rupa sehingga
tepat pada diameternya dan spasi / kelonggarannya tidak lebih dari 6 mm atau atas
persetujuan Direksi.
Pengeboran dapat mempergunakan rotary boring atau dengan percussion drilling
machine atau dengan yang lainnya atas inisiatif Kontraktor yang dalam penilaiannya
lebih mudah asal semuanya atas seijin Direksi.
Lubang tersebut harus dibersihkan dengan air jet compression atau peralatan lain, yang
menurut Kontraktor dapat mempermudah dalam pelaksanaannya.

Proteksi dan Penyangga Galian ST III-2


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

3.2.4 Instalasi

Pelaksanaan Instalasi Rockbolt harus sedemikian rupa sehingga baik komponen-


komponennya maupun batang besi rockbolt dapat saling mengikat menjadi satu
kesatuan dan dapat berfungsi sebagai penahan beban keruntuhan dinding batuan.
Rockbolt harus dipasang dan diinstal sesuai rekomendasi dari pabriknya dan harus
sesuai dengan Spesifikasi Teknik dan atas persetujuan Direksi. Efektifitas dari rockbolt
tersebut harus dapat menahan tarik (working stress) antara 65% sampai 70%
kekuatan.
Kontraktor diharuskan mengusulkan Sub-Kontraktor yang sudah berpengalaman dalam
instalasi ini, beserta rockbolt catalog dan certificate mill, juga metode pelaksanaannya
secara detail dan yang dianjurkan ke Direksi untuk disetujui. Usulan ini diajukan paling
tidak 30 (tiga puluh) hari sebelum pelaksanaan instalasi rockbolt dilaksanakan.
Pola dan lokasi pemasangan rockbolt harus sesuai dengan Gambar atau atas arahan dan
persetujuan Direksi.

3.2.5 Grouting

Bilamana dalam gambar tidak ditunjukkan atau dalam instruksi Direksi tidak dijelaskan
mengenai grout resin, maka resin grout sebagai ganti dari penyuntikan/grouting,
dengan campuran cement milk sebagai berikut :

 Satu (1) bagian berat dari semen


 Satu (1) bagian berat dari pasir halus
 Grouting dan admixture dengan kualitas setara INTRAPLAST – SIKA dan
penggunaannya ialah 1% dari berat semen
 Perbandingan air dengan semen (W/C) adalah 0.5 sampai dengan 0.7
Prosedur pelaksanaan dan penyuntikan grouting seperti dalam Bab IV pemboran dan
Groting.
Lubang bor untuk lubang rockbolt harus menjadi satu kesatuan dengan cairan mortar
grout yang mendapat tekanan, mortar grout disuntikkan sedemikian rupa ke dalam
lubang bor dengan bertekanan sehingga lubang tersebut penuh berisi cairan grouting
secara sempurna.
Penyuntikan sedemikian rupa sehingga seluruh besi baja terbungkus dengan cairan
grout, sehingga kelebihan cairan grout halus/meleleh keluar melalui pipa ventilasi.
Bilamana ada bocoran grout lewat celah-celah batuan, maka celah/fissure harus
disumbat dengan batuan sehingga cairan grout sudah tidak meleleh lewat celah
tersebut.

Proteksi dan Penyangga Galian ST III-3


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

3.2.6 Pengetesan

Test tarik harus dilaksanakan oleh Kontraktor pada batuan yang ditentukan oleh Direksi,
dan hasilnya dipakai sebagai acuan pada pelaksanaan pengangkeran dalam terowongan.
Hal ini untuk mengklarifikasi proposalnya Kontraktor pada tipe rockbolt yang diusulkan
apakah efisien atau tidak.
Rockbolt akan diinstalasi di terowongan atau tebing-tebing yang potensial longsor,
bilamana hasil pull-out test tersebut sukses dan terbukti baik, akan mendapat
persetujuan Direksi, atau bila ada tipe rockbolt lain yang diusulkan oleh Kontraktor,
maka Kontraktor harus menyerahkan proposal, catalog dan spesifikasi dari tipe rockbolt
yang lain itu ke Direksi serta harus melakukan uji coba pull-out lagi. Apabila hasilnya
baik, maka Direksi bisa saja menyetujuinya. Atau Kontraktor mengusulkan tipe rockbolt
yang lebih sederhana tapi dengan catatan instalasinya harus lebih rapat jaraknya dari
desain sehingga desain stressnya tercapai, akan tetapi penambah biaya tidak
diperkenankan oleh Direksi.
Kontraktor harus melaksanakan test tarik tersebut sebanyak paling tidak 5% dari
banyaknya rockbolt yang dipasang dan telah disuntik dengan mortar grout.
Bilamana satu titik atau lebih dari pelaksanaan rockbolt yang dilaksanakan oleh
Kontraktor tersebut hasilnya tidak memenuhi kriteria desain (meluncur tanpa ikatan),
maka Direksi berhak menentukan pemasangan rockbolt pada lokasi di dekatnya tanpa
biaya tambahan. Semua test baik metode maupun titik rockbolt yang akan diuji coba,
akan ditentukan oleh Direksi.

3.2.7 Pengukuran dan Pembayaran

Rockbolt, pemboran dan injeksi mortar grout dibayar secara terpisah.


1) Rockbolt

Pengukuran untuk pembayaran untuk pengadaan, pemotongan, pembuatan drat


(tread) dan pemasangan rockbolt dan asesori (plat tumpuan, baut & ring) dilakukan
berdasarkan berat rockbolt dan asesori yang dipasang sesuai dengan gambar atau
atas perintah Direksi.

Pembayaran untuk pengadaan dan pemasangan rockbolt dan asesori untuk proteksi
dan penyangga galian dilakukan berdasarkan harga satuan per kilogram sesuai
dengan harga penawaran seperti tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga,
dimana harga satuan tersebut sudah termasuk ongkos tenaga kerja, material dan
peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan, termasuk pemakaian
scaffolding perancah yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan dan
pengetesan.

Bilamana hasil pekerjaan rockbolt tersebut tidak memenuhi syarat/tidak berfungsi


sebagai penahan/pekerjaannya tidak diterima oleh Direksi, maka Kontraktor tidak

Proteksi dan Penyangga Galian ST III-4


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

ada pembayaran untuk pekerjaan tersebut.

2) Pemboran

Pengukuran untuk pembayaran pada pekerjaan drilling (pemboran) akan diukur


berdasarkan panjang kedalaman lubang yang telah dikerjakan sesuai gambar
pelaksanaan atau atas arahan Direksi.

Bilamana Kontraktor membuat kesalahan dalam pengeboran, tidak sesuai dengan


spesifikasi teknik, sebagai contoh, tanpa request, langsung melakukan drilling yang
drilling tersebut tidak sesuai arahan Direksi dan tidak ada dalam gambar, atau tidak
sesuai sudut arahan drilling dan sebagainya, sehingga menghasilkan lubang-lubang,
maka lubang tersebut harus di grout (sementasi) atas biaya dan tanggung jawab
Kontraktor.

Bilamana Kontraktor gagal dalam membersihkan lubang bor yang telah


dilaksanakan, dan karena suatu sebab sehingga lubang tersebut tidak dapat
digrouting, maka Kontraktor harus melaksanakan re-drilling atau drilling didekat titik
tersebut atas biaya dan tanggung jawab Kontraktor.

Bilamana Kontraktor berkeinginan memakai mata bor yang lebih besar diameternya
dari ketentuan spesifikasi, maka harus meminta izin pada Direksi. Dan apabila
disetujui, hal tersebut tidak menimbulkan biaya tambahan.

Kerusakan pada mesin bor beserta peralatannya, yang diakibatkan miss-


management di lapangan oleh Kontraktor, maka hal tersebut menjadi tanggung
jawab Kontraktor dan Kontraktor hanya berhak untuk meminta perpanjangan waktu.

3) Grouting

Pengukuran untuk pembayaran material grouting (semen dan agregat halus),


berdasarkan pada berat material dalam kg (kilogram) yang masuk ke dalam lubang
bor atau atas petunjuk dan persetujuan Direksi. Harga ini sudah termasuk biaya
untuk pekerja, material semen dan pasir, peralatan, dan lain-lain.

Pembayaran untuk material grouting adalah semen dan agregat halus. Dibayar
berdasarkan harga satuan berat (kg) yang tertera dalam Daftar Kuantitas dan
Harga. Harga tersebut sudah termasuk biaya untuk pengadaan, pelaksanaan,
pekerja, peralatan yang dibutuhkan, material semen dan agregat halus dan segala
hal yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan grouting.

Proteksi dan Penyangga Galian ST III-5


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

3.3 ANCHOR BAR


3.3.1 Umum

Spesifikasi anchor bar (batang angker yang digroting) ini meliputi pemasangan baja
tulangan ulir (deform-bar) kedalam batuan (bed rock) dan injeksi grouting pada lubang
bor seperti ditunjukkan pada gambar atau arahan dari Direksi.
Anchor bar pada spesifikasi ini berbeda penerapannya dengan grouted anchore bars,
dimana grouted anchore bar dipakai untuk penahan struktur beton pada fondasi
tumpuannya.

3.3.2 Material

Material berupa besi angker (anchor bar) dengan diameter tulangan minimum 16 mm.
Tulangan tersebut harus bergerigi (deform-bar) dan sesuai dengan spesifikasi teknik
dengan mutu baja minimal U-40.

3.3.3 Grouting

Material grouting harus sesuai dengan spesifikasi dari grouting. Campuran (mixing)
grouting
Campuran mix. desain dari grout adalah suatu campuran yang dimasukkan kedalam
lubang bor sebelum lubang bor itu diisi oleh besi angker, komposisi campurannya ialah
sebagai berikut :

 Satu (1) bagian berat dari semen


 Dua (2) bagian berat dari pasir halus (ayakan)
 Perbandingan air dengan cement rationya ialah antara 0.6 sampai 0.8
 Admixture untuk grouting adalah setara dengan Intraplast-Sika atau bahan lain
yang sejenis dengan kualitas yang sama yang disetujui oleh Direksi.
 Pengujian diperlukan di laboratorium untuk menentukan grout-mix yang sangat
efektif dan cocok untuk kondisi medan kerja yang berlainan.
 Sebelum dimasukkan kedalam lubang (sebelum injeksi), mortar grout tersebut
harus disaring dengan saringan No.14 agar nantinya mortar dapat masuk ke
lubang dengan baik.

3.3.4 Lubang Bor

Lubang bor harus sedalam yang dibutuhkan, pelaksanaan dapat mempergunakan rotary
drilling atau percussion drilling machine. Setelah itu baik lubang bor maupun besi beton
harus dibersihkan, dalam pelaksanaan ini Direksi harus diberitahu dan jika Direksi setuju
maka shop-drawing dapat diajukan untuk persetujuan Direksi. Diameter lubang bor
minimal sebesar 50 mm.

Proteksi dan Penyangga Galian ST III-6


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Pada Pelaksanaan pekerjaan Anchor-bar, Kontraktor diwajibkan untuk mengadakan trial


test baik untuk kedalaman lubang bor, metode drilling, metode instalasi besi baja, grout
mix dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan desain anchor-
bar tersebut.

3.3.5 Instalasi

Pada pelaksanaannya, angker tersebut harus ditempatkan secara miring dan dengan
kedalaman yang telah ditentukan dalam gambar atau yang disetujui oleh Direksi.
Lubang bor harus dibersihkan seluruhnya dengan water jet, setelah itu dengan
compressor udara hingga bersih. Metode pembersihan harus mempertimbangkan
kondisi dan jenis batuannya.
Sebelum memasukkan injeksi cement grout, lubang bor angker harus sudah bersih dan
kering, tidak ada air yang menggenang. Setelah kering benar, maka cement grout dapat
dimasukkan kedalam lubang bor tersebut. Campuran yang digunakan ialah 1 cement : 2
pasir halus. Lalu besi angker dimasukkan kedalam lubang yang sudah terisi mortar grout
itu. Setelah itu, dimasukkan mortar grout yang ke 2 (kedua) dengan campuran 1
cement : 1 pasir halus dan ditekan. Besi angker yang dimasukkan harus dalam kondisi
sudah bersih, bebas dari kotoran, minyak dan sebagainya. Cara memasukkan besi
angker tersebut adalah dengan cara ditekan kuat kuat kedalam dan digetarkan sampai
seluruh batang besi itu kontak dan lekat dengan mortar grout sebelum mortar grout
tersebut mengeras.

3.3.6 Grouting

1) Komposisi Campuran Mortar Grout

Perbandingan campuran antara air-semen harus proposional, dan Direksi dari waktu
ke waktu berhak mengubah ratio campuran air-semen tersebut; tergantung kondisi
dan test pada lubang bor dilapangan. Perubahan tersebut bisa dilakukan dengan
tiba-tiba, apabila Direksi memandang bahwa kondisi dilubang bor tersebut
meragukan.

Campuran didalam lubang sebelum besi angker dimasukan;

 Satu bagian berat dari semen


 Dua bagian berat pasir halus
 Perbandingan air dengan semen dari 0.5 sampai 0.7

Bilamana lubang bor sudah dimasuki besi angker maka campurannya sebagai
berikut;

 Satu bagian berat dari semen


 Satu bagian berat dari pasir yang halus
 Perbandingan air dengan semen dari 0.6 sampai 0.8

Proteksi dan Penyangga Galian ST III-7


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

2) Klasifikasi Campuran Mortar Grout

Ada 2 macam kelas tipe grout yaitu :

 Mortar grout terdiri dari semen, pasir halus dan air bila memungkinkan ditambah
admixture.
 Semen grout terdiri dari semen, air dan kalau memungkinkan ditambah
admixture antara lain Intraplast-Sika (1% dari berat semen) dan bentonite.

Perbandingan campuran dari semen, pasir halus, dan air akan ditetapkan oleh
Direksi. Kontraktor diharuskan mengadakan proposal campuran tersebut
berdasarkan uji coba test grouting dilapangan dan hasilnya diserahkan ke Direksi
untuk disetujui.

Bilamana injeksi grout tersebut tidak dapat dilaksanakan, apapun penyebabnya


dalam waktu 2 jam berturut-turut, maka mixing plant harus dibuang dengan biaya
Kontraktor.

Bila diperintah oleh Direksi, maka Kontraktor harus menyiapkan uji coba di
laboratorium lapangan sebagai sample dari injeksi semen grout tersebut.

3) Perbandingan Air Semen (W/C Ratio)

Perbandingan air dan semen dalam ukuran berat sangat bervariasi, hal ini sangat
ditentukan oleh karakteristik dari tiap lubang bor dan hasil dari WPT (water pressure
test) tersebut. Perbandingan Air : Semen bervariasi antara 4 : 1 dan 0.6 : 1.

Sebagai perkiraan, dapat digunakan acuan seperti yang dibicarakan pada bagian
pekerjaan sementasi.

3.3.7 Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran untuk pembayaran untuk pengadaan, pemotongan, pembengkokan dan


pemasangan anchor bar dilakukan berdasarkan berat anchor bar yang dipasang sesuai
dengan gambar atau atas perintah Direksi.
Biaya yang dikeluarkan untuk pemboran untuk memasang anchor bar dihitung dengan
pembayaran terpisah.
Biaya yang dikeluarkan untuk mortar grout untuk menggroting anchor bar dihitung
dengan pembayaran terpisah.

Proteksi dan Penyangga Galian ST III-8


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

3.4 SHOTCRETE
3.4.1 Umum

Spesifikasi ini diterapkan pada seluruh pekerjaan dimana shotcrete akan dipakai, seperti
memperkuat permukaan batu, perlindungan lereng, perlindungan pondasi bendungan
bagian zona inti, pendukungan khusus pada konstruksi konduit, dan bervariasi jenis
lapis perlindungan permukaan yang tipis.
Shotcrete dikenal sebagai perpaduan campuran antara portland cement, agregat, air
dan zat additive, yang dapat disemprotkan dengan cara menyemprotkan udara
bertekanan melalui sebuah lubang semprotan ke suatu sasaran. Bila shotcrete
menggunakan perbandingan yang benar, dicampur, dicor dan dibasahi dengan benar,
maka akan membentuk sebuah beton berkekuatan tinggi yang sangat keras.
Penyedia Jasa akan menerapkan shotcrete pada lereng galian terbuka, baik dengan atau
tanpa anyaman kawat baja (steel wire mesh) seperti yang ditunjukkan dalam Gambar
atau diperintahkan oleh Direksi. Dimana shotcrete digunakan untuk proteksi dan
stabilisasi pekerjaan penggalian, Penyedia Jasa akan menerapkan shotcrete dengan
tebal seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau diperintahkan oleh Direksi. Tebal
shotcrete dengan steel wire mesh 10 cm dan tebal shotcrete tanpa steel wire mesh 5.0
cm. Direksi dapat memerintahkan kepada Penyedia Jasa untuk menambah ketebalan
lapisan shotcrete pada tempat-tempat tertentu apabila diperlukan.
Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Penyedla Jasa harus menyerahkan detil metode
pekerjaan, instalasi konstruksi yang digunakan, usulan desain campuran, usulan gradasi
agregat halus, agregat kasar dan jadwal kerja untuk dimintakan persetujuannya dari
Direksi.
Secara khusus kualitas dari pengecoran shotcrete tergantung dari seberapa lama
pengalaman kerja dan kehandalan tenaga kerja semprot sebagaimana jarak keluaran
(nozzle) yang benar dan sudut penyemprotan. Untuk itu Penyedia Jasa harus
memperkerjakan tenaga kerja yang berkeahlian dalam pekerjaan ini.

3.4.2 Material

1) Semen dan Air

Semen dan air untuk shotcrete harus sama dengan untuk beton yang ditentukan
dalam bagian (Semen dan Bahan Pencampur) dan bagian (Air).

2) Agregat

Agregat untuk shotcrete harus partikel yang seragam, bergradasi, padat dan keras
mengacu pada persyaratan pada Agregat Halus dan Agregat Kasar serta perlu untuk
menghindari butiran yang remuk dan berbentuk bubuk halus dengan
melewatkannya melalui nozzle.

Proteksi dan Penyangga Galian ST III-9


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Secara garis besar, interval yang direkomendasikan untuk gradasi agregat adalah
sebagai berikut :

Gradasi Agregat Halus (< 5 mm)

Ukuran saringan Persen lolos thd berat


(mm) (%)
10 100 - 100
5 95 - 100
2.5 80 - 100
1.2 50 - 85
0.6 25 - 60
0.3 10 - 50
0.15 2 - 10

• Interval Modulus kehalusan yang direkomendasi : FM = 2.5-3.3

Gradasi Agregat Kasar (20 mm - 5 mm)

Ukuran saringan Persen lolos thd berat


(mm) (%)
25 100
20 90 - 100
10 20 - 55
5 0 - 10
2.5 0-5

Kemurnian dan keseragaman fraksi, keduanya harus selalu dijamin dalam kondisi
standar secara terus-menerus. Agregat harus disimpan dalam jumlah yang cukup
dengan suatu cara sehingga kemurnian dan komposisi tetap tidak berubah.

3) Admixture

Hanya agen akseterator yang bebas dari klorida yang boleh dlgunakan. Admixture
harus tidak mengakibatkan korosi dan efek merugikan terhadap baja dan pola
pengerasan beton. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab penuh terhadap
kecocokan admixture. la harus memiliki surat jaminan kualitas barang dari pembuat
admixture.

Kuantitas harus dijaga dengan keperluan seminim mungkin. Admixture dimasukkan


dengan mesin secara langsung dan dengan perbandingan yang pasti terhadap berat.

Proteksi dan Penyangga Galian ST III-10


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

4) Wire mesh

Anyaman kawat baja (steel wire mesh) yang dipakai untuk shotcrete seperti
ditunjukkan dalam Gambar atau seperti yang diarahkan oleh Direksi, harus terdiri
dari anyaman kawat baja berat (heavy steel wire mesh).

Anyaman kawat baja berat dibuat dari kawat baja dia. 4 mm yang spesifikasinya
mengacu pada JIS G3532-62 atau yang setara yang disetujui Direksi. Anyaman
kawatnya berbentuk bujur sangkar dengan jarak masing-masing 150 mm atau yang
disetujui oleh Direksi. Anyaman kawat baja berat digunakan pada shotcrete dengan
dukungan rockbolt dan anchore bar yang dipasang untuk melindungi permukaan
galian seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau atas arahan Direksi.

Anyaman kawat baja (wire mesh) harus dikencangkan dengan penjepit/paku yang
pada interval kurang lebih 0.5 m untuk masing-masing arah dan pengencangan
dengan anchor bar dia. 16 mm, yang diangker pada batuan dengan kedalaman 100
cm dan interval 2 m untuk setiap arahnya, seperti ditunjukkan pada gambar atau
atas arahan Direksi. Supaya wire mesh tidak menempel pada permukaan
batuan/tanah, pada bagian bawah tulangan diberi beton decking.

3.4.3 Perbandingan Campuran dan Kendali Mutu

Penyedia Jasa harus mengusulkan perbandingan campuran yang dibutuhkan dari


semen, agregat, air dan additive yang cocok untuk ditambahkan sesuai dengan
persetujuan Direksi. Penyedia Jasa harus membuat upaya utk menjamin kekuatan tekan
umur 28 hari lebih dari 200 kg/cm2. Perbandingan campuran akhir dan kuat tekan
minimum ditentukan dengan berdasar pada hasil pengujian yang ditentukan oleh Direksi
untuk tujuan pengajuan desain campuran.
Penyedia Jasa harus rnenyiapkan tidak kurang dari 3 panel pengujian untuk masing-
masing campuran untuk diuji oleh Direksi secara langsung paling lambat 20 hari
sebelum shotcrete mulai dikerjakan, sebelum per-setujuan penggunaan additive
diberikan, bila penggunaan perlengkapan baru diusulkan, dan kemudian, bilamana
menurut Direksi, shotcrete yang diproduksi tidak sesuai dengan Spesifikasi ini. Untuk
perkiraan, setiap 1000 m2 dari bagian penting shotcrete, satu pengujian yang terdiri dari
3 panel harus dilaksanakan.
Bila hasil pengujian tidak memuaskan, pengujian harus dilakukan kembali dengan biaya
dari Penyedia Jasa sendiri dengan sampel diambil dari shotcrete yang ada di lapangan.
Dengan permintaan khusus, contoh harus dibor dan diangkat utuh dari struktur yang
telah selesai atau lapisan pelindung lainnya dan dibawa ke laboratorium lapangan.
Kumpulan 3 panel dari usulan desain campuran dan untuk pengendalian mutu rutin
harus terdiri dari satu tembakan ke bawah pada sebuah permukaan horisontal.

Proteksi dan Penyangga Galian ST III-11


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Seluruh panel harus mempunyai tebal minimum 8 cm. Panel-panel harus dibuat dengan
kehadiran Direksi. Panel-panel harus dibiarkan tanpa gangguan pada titik pengecoran
hingga kumpulan akhir (final set) diletakkan.
Direksi akan menentukan kuat tekan shotcrete dengan pengujian kubus 8 cm yang
dipotong dari panel pengujian langsung sebelum pengujian. Lubang bekas potongan
harus ditutup mengacu ASTM Kode C 192 atau yang setara.
Hasil pengujian kubus akan secara statistik dianalisa mengacu pada rekomendasi ACI-
214. Hasil pengujian harus konsisten dengan kuat tekan rata-rata pada 28 hari yang
diperlukan untuk membatasi probabilitas pengujian jatuh di bawah kuat tekan hancur,
satu (1) diantara lima (5) pengujian dengan sebuah koefisien variasi 15% untuk
pengujian desain campuran yang disetujui dan 20% untuk test kendali mutu. Rata-rata
dari 6 pengujian berturut-turut kuat tekan hancur harus tidak kurang dari yang
ditentukan.

3.4.4 Peralatan Shotcrete

Penyedia Jasa harus menjaga ketersediaan semua peralatan shotcrete, mesin-mesin


dan lain sebagainya, memenuhi persyaratan prosedur pengecoran shotcrete yang
bersambungan, mempunyai tenaga ahli membangun lapisan shotcrete yang tebal, dan
bila ada, dengan fungsi struktural. Penyedia Jasa harus memasok Direksi tentang
nama, tipe, jumlah dan kapasitas mesin shotcrete yang diajukannya, bersamaan dengan
seluruh peralatan yang dibutuhkan untuk operasi shotcrete. Seluruh peralatan
mendapat persetujuan dari Direksi.
Mesin shotcrete harus mempunyai kapasitas pengecoran yang cukup untuk menjamin
tundaan minimum terhadap penggalian dan operasi lainnya. Peralatan harus mampu
mendukung pencampuran additive pemercepat pengerasan (rapid hardening additive)
dan hal tersebut dilakukan langsung sebelum pengecoran. Penyedia Jasa harus
menjamin kecukupan air dan udara yang dipasok ke dalam mesin seperti yang
ditentukan pembuat peralatan dan seperti yang disetuiui Direksi.
Peratatan pengganti yang cocok harus siap sedia dan mempunyai persediaan suku
cadang yang dijaga cukup untuk digunakan.

3.4.5 Persiapan Permukaan

Seluruh batuan lepas, beton dan juga material tajam menonjol dan juga pula debu,
pelumas, oli, kerak, air dan material lain yang mengotori harus dibuang dengan hati-
hati. Kemudian, bagian dasar yang akan disemprot harus seluruhnya dibersihkan
dengan air bertekanan udara. Air yang tersisa harus dibersihkan dengan penyemprotan
udara yang bertekanan.
Rembesan air setempat yang masuk harus ditangani dengan cara yang sesuai, seperti
boring drainage dengan pipa yang digrouting, dihubungkan dengan weep hole,

Proteksi dan Penyangga Galian ST III-12


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

peralatan segel lokal (local sealing measures), dan tindakan drainase lainnya. Air
apapun harus dijaga tidak berhubungan dengan shotcrete segar hingga waktunya cukup
untuk mengeras.
Seperti ditunjukkan pada gambar atau bila disarankan oleh Direksi, weep hole dengan
pipa PVC berpori (perporated) berdiameter 50 mm yang dibungkus dengan geotextile
harus dibuat 1 buah dalam setiap luasan ± 4 m2 permukaan shotcrete.
Pemasangan weep hole harus ditempatkan secara miring pada lubang bor dengan
kedalaman seperti ditentukan dalam gambar atau yang disetujui oleh Direksi. Sebelum
pipa PVC dimasukkan lubang bor, lubang bor harus dibersihkan dengan water jet dan
setelah itu dengan compressor udara hingga bersih. Metode pembersihan juga harus
mempertimbangkan kondisi dan jenis batuannya.
Ketebalan shotcrete harus dapat dipastikan agar memenuhi persyaratan minimum,
dengan menggunakan alat bantu seperti benang, lidi pengatur ketebalan atau alat bantu
lain yang dapat diterima oleh Direksi. Alat bantu tersebut harus dipasang menonjol
tegak lurus bidang, sehingga ketebalan minimum dapat tercapai. Jarak maksimum alat
bantu sama dengan jarak antara nail. Bila digunakan benang, maka harus dipastikan
benang terpasang dengan kencang, lurus, dan ditempatkan sedemikian rupa sehingga
memungkinkan dilakukan pengencangan kembali. Benang tersebut harus dilepaskan
setelah selesai menempatkan shotcrete.

3.4.6 Aplikasi

Shotcrete harus tidak diaplikasikan pada permukaan tanpa persetujuan Direksi. Direksi
harus mempelajari permukaan batuan setelah peledakan dan kegiatan penyesuaian
skala serta harus menginstruksikan Penyedia Jasa, jika diperlukan, untuk melanjutkan
proses pekerjaan shotcrete secara langsung terhadap permukan, pengecoran shotcrete
harus dilakukan tidak lebih dari 4 jam setelah peledakan ( blasting) dan sebelum
pengeboran dari sesi berikutnya. Anyaman kawat (wire mesh) harus dipasang seperti
ditunjukkan dalam Gambar dengan penjepit sekuat mungkin diangkur.
Pekerjaan shotcrete di atas tanah harus tidak dilakukan ketika, menurut pendapat
Direksi shotcrete tidak dapat dicor secara efektif karena area pekerjaan yang merugikan
hingga shotcrete perlu dibasahi secukupnya untuk rnencegah kerusakan.
Penyedia Jasa harus menyusun prosedur pengoperasian dan operasi yang sesuai
dengan keinginan Direksi, sehingga menghasilkan:

- Pantulan minimum,
- Tidak ada inklusi pantulan dari shotcrete yang telah mengeras,
- Permukaan yang telah selesai harus sehalus mungkin,
- Tidak ada area berongga dalam shotcrete,
- Retakan susut yang minimum,
- Rekatan yang bagus dari shotcrete dan batuan atau permukaan lain.

Proteksi dan Penyangga Galian ST III-13


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Kuantitas shotcrete yang dimuntahkan melalui nozzle harus ditentukan dengan dasar
dari ketebalan rata-rata shotcrete yang ditunjukkan dalam Gambar atau yang
dtbutuhkan oleh Direksi dan dengan memperhatikan pantulan yang terjadi. Bila satu kali
prosedur pengecoran shotcrete telah dibuat, pekerjaan setanjutnya harus dilaksanakan
dengan mengacu padanya.
Seluruh perlengkapan yang dibutuhkan untuk disiapkan, campuran dan pengecoran
shotcrete harus dijaga bersih dan dijaga dalam kondisi operasi yang bagus pada setiap
waktu selama pekerjaan konstruksi berlangsung. Ketika pekerjaan shotcrete dilakukan
didekat struktur eksisting, Penyedia Jasa harus menjamin tidak adanya kerusakan
terhadapstruktur dan harus menjaga permukaan struktur sebelum penyemprotan.
Sambungan konstruksi (construction joints) atau titik henti (stop joints) harus disediakan
seperti yang disetujui atau diinginkan oleh Direksi dan harus memiliki kemiringan lereng
≤ 45° dengan permukaan shotcrete yang bersambungan dalam keadaan bersih dan sisi
ujung yang tetap. Sebelum pengecoran dalam pekerjaan yang berkaitan, bagian yang
miring dari shotcrete yang bersambungan harus disiapkan seperti dinyatakan di dalam
spesifikasi ini. Sebelum lapisan shotcrete berikutnya dicor, lapisan sebelumnya harus
diperiksa kepadatannya dengan mengetuk shotcrete sesuai dengan saran dari Direksi.
Penyedia Jasa harus memperbaiki area yang berpasir, bersuara ketika diketuk (tidak
padat), retak atau menyempal dari area manapun, yang mana menurut pendapat
Direksi, shotcrete adalah gagal, dengan memindahkan shotcrete ke area yang cukup
keras yang terdiri dari batuan atau shotcrete, menyiapkan permukaan seperti yang
dinyatakan di dalam spesisfikasi ini dan dilakukan penyemprotan ulang pada area
tersebut sesuai dengan saran Direksi.

3.4.7 Pembasahan

Pembasahan dilakukan dalam satu periode disesuaikan dengan kondisi lokal yang ada,
dan dengan persetujuan Direksi. Selama pembasahan, shotcrete harus dijaga dan
ditempatkan ditempat yang terlindung dari sinar matahari, cuaca dingin, hujan, aliran
air, bahan kimia, getaran dan kelembaban hingga mengeras minimal selama 7 hari.

3.4.8 Pengukuran dan Pembayaran

1) Shotcrete dengan wire mesh

Pengukuran untuk pembayaran shotcrete dengan penguat anyaman kawat baja


(steel wire mesh) dihitung berdasarkan luas dalam meter persegi (m 2) terhadap
permukaan shotcrete yang telah selesai dan diterima. Luas area bersih dihitung
terhadap permukaan rata bagian luar seperti yang tercantum dalam gambar atau
atas persetujuan Direksi.

Pembayaran shotcrete dengan penguat anyaman kawat baja (steel wire mesh),
sesuai dengan harga satuan per meter persegi (m2) penawaran yang terdapat dalam

Proteksi dan Penyangga Galian ST III-14


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Daftar Kuantitas dan Harga, harga satuan tersebut sudah meliputi ongkos tenaga
kerja, admixture, bahan, peralatan, tulangan wire mesh termasuk klip, staples,
pasak/paku, beton decking, percobaan pencampuran, panel uji, pengendalian mutu
dan pelaporan sesuai yang disyaratkan dalam Spesifikasi, serta pemakaian
scaffolding perancah yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini.

Pengukuran dan pembayaran tambahan tidak dilakukan terhadap shotcrete


tambahan yang dibutuhkan untuk menutup rongga yang terjadi akibat penggalian
yang salah, penggalian berlebih atau tidak terencana, atau pengerjaan yang tidak
sesuai dengan toleransi yang telah ditetapkan.

Biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan dan pemasangan anchor bar dihitung
dengan pembayaran terpisah.

2) Shotcrete tanpa wire mesh

Pengukuran untuk pembayaran shotcrete tanpa penguat anyaman kawat baja


dilakukan sesuai dengan luas dalam meter persegi (m2) permukaan galian dimana
shotcrete ditempatkan sesuai dengan gambar perencanaan atau atas persetujuan
Direksi.

Pembayaran shotcrete tanpa penguat anyaman kawat baja, sesuai dengan harga
satuan per meter persegi (m2) penawaran yang terdapat dalam Daftar Kuantitas dan
Harga, harga satuan tersebut sudah meliputi ongkos tenaga kerja, admixture,
bahan, peralatan, percobaan pencampuran, panel uji, pengendalian mutu dan
pelaporan sesuai yang disyaratkan dalam Spesifikasi, serta pemakaian scaffolding
perancah yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini.

Pengukuran dan pembayaran tambahan tidak dilakukan terhadap shotcrete


tambahan yang dibutuhkan untuk menutup rongga yang terjadi akibat penggalian
yang salah, penggalian berlebih atau tidak terencana, atau pengerjaan yang tidak
sesuai dengan toleransi yang telah ditetapkan.

3) Weep hole

Pengukuran untuk pembayaran weep hole pipa PHD perporated (berpori) dia. 50
mm, dilakukan per buah pipa yang dipasang.

Pembayaran weep hole pipa PVC perporated (berpori) sesuai dengan harga satuan
per meter linier yang ditawarkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana dalam
harga tersebut sudah termasuk biaya tenaga kerja, bahan (pipa PHD perporated tipe
AW & geotextile non-woven), pengangkutan dan pemasangan.

Biaya yang dikeluarkan untuk pemboran lubang untuk menempatkan pipa weep hole
dihitung dengan pembayaran terpisah.

Proteksi dan Penyangga Galian ST III-15


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB IV
GALIAN DAN TIMBUNAN

4.1 PENGGALIAN DAN URUGAN KEMBALI

4.1.1 Umum

Menurut Spesifikasi ini, yang termasuk dalam sub-bab Penggalian dan Timbunan
Kembali meliputi semua pekerjaan yang meliputi operasi sebagai berikut:
 Pengupasan dan pembersihan.
 Galian terbuka termasuk parit dan saluran.
 Timbunan kembali, pembuatan lantai kerja dan pekerjaan permukaan.
 Pembuangan atau penggunaan material galian.
 Pekerjaan galian dan timbunan kembali lainnya yang diperintahkan oleh Direksi.
Rencana yang menerangkan bagaimana Penyedia Jasa melaksanakan pekerjaan galian
dan/atau timbunan kembali untuk setiap macam kegiatan, misalnya pekerjaan pada
timbunan bendungan, pelimpah, pekerjaan outlet, pekerjaan pengelakan, bangunan dan
jalan masuk harus diserahkan kepada Direksi untuk meminta persetujuan tak kurang
dari 30 hari kalender sebelum dimulainya pekerjaan. Harga satuan untuk melaksanakan
semua jenis penggalian seperti timbunan kembali, untuk berbagai kegiatan seperti yang
dicantumkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
Apabila menurut Direksi bahwa material galian cocok digunakan untuk timbunan atau
pekerjaan lainnya, maka akan ditimbun di area yang tepat atau diangkut atau langsung
ditempatkan pada konstruksi permanen yang ditentukan oleh Direksi. Timbunan
material harus diratakan sesuai dengan garis dan tingkatan yang dianjurkan oleh
Direksi.
Pada dasarnya, harga satuan untuk material galian dari berbagai lokasi konstruksi harus
mencakup biaya untuk pengangkutannya dan pembuangannya pada lokasi pembuangan
(disposal) yang ditunjuk.

4.1.2 Pembersihan Dan Pengupasan

Seluruh daerah harus dibersihkan dan dikupas (clearing & stripping), untuk persiapan
pondasi yang mana bangunan akan dibangun dan untuk memakai material tanah
maupun batu, akan disesuaikan dengan yang ada pada gambar dan/atau sesuai dengan
yang ditentukan oleh Direksi.
Pekerjaan ini pada dasarnya terdiri atas pembersihan semua pepohonan, semak belukar,
tumbuhan, tunggul pohon (stumps), akar-akaran, sampah dan material lainnya
termasuk bangunan, pondasi, pagar dan dinding penahan yang ada dan memindahkan
top soil dari area (daerah) yang ditentukan untuk memenuhi kepuasan Direksi. Material
yang diperoleh dari operasi pembersihan dan pengupasan harus dibakar atau dibuang
sesuai petunjuk Direksi.

Galian dan Timbunan ST IV-1


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Pohon-pohon di luar daerah tersebut di atas, tidak boleh ditebang tanpa persetujuan
Direksi. Semua yang ditebang dan laku dijual tetap menjadi milik Pemberi Kerja. Lubang
yang diakibatkan pencabutan akar-akaran akan ditimbun kembali dengan material yang
disetujui sesuai dengan ketentuan untuk timbunan pada level terkait.
Semua material yang akan dibakar harus ditumpuk dengan rapi dan kalau
memungkinkan dibakar sekaligus. Pembakaran harus dilakukan sedemikian rupa untuk
meminimalkan risiko kebakaran dan pada waktu yang disetujui oleh Direksi sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
Pembakaran ini harus dilaksanakan secara sempurna sehingga semua menjadi abu.
Penyedia Jasa harus sangat berhati-hati agar api tidak menjalar keluar daerah
penebangan dan perlengkapan pemadam kebakaran harus tersedia setiap saat.
Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan pembersihan dan pengupasan akan dilakukan
dengan dasar seluruh daerah permukaan yang dibersihkan, sesuai dengan petunjuk
Direksi.
Pembayaran untuk pembersihan dan pengupasan dihitung menurut harga satuan per m 2
sebagaimana tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga, yaitu termasuk harga
tenaga/pekerja, material dan peralatan lain yang dibutuhkan untuk pekerjaan ini.

4.1.3 Peledakan dan Bahan Peledak

4.1.3.1 Umum

Dalam menangani bahan peledak maupun melaksanakan operasi peledakan, Penyedia


Jasa harus hati-hati sekali untuk melindungi serta menjaga keamanan manusia,
pekerjaan dan harta benda. Lokasi dan rencana gudang bahan peledak, metode
pengangkutan bahan peledak, pemakaian bahan peledak, format atau bentuk catatan
dan secara umum untuk mencegah kecelakaan harus disesuaikan dengan Undang-
Undang dan peraturan negara Republik Indonesia dan sesuai dengan petunjuk Direksi,
meskipun demikian Penyedia Jasa harus bertanggung jawab apabila sampai terjadi
kecelakaan yang menimbulkan kematian, luka atau kerusakan harta benda yang
disebabkan oleh segala bentuk operasi/pekerjaan peledakan.
Semua biaya untuk peledakan dan penanganan bahan peledak sudah diperhitungkan
oleh Penyedia Jasa dan sudah termasuk dalam harga satuan yang tercantum dalam
Daftar Kuantitas dan Harga untuk pekerjaan penggunaan bahan peledak dan
peledakannya.
Penggunaan bahan peledak bahan bakar minyak ammonium nitrat untuk penggalian
dibawah tanah tidak diperkenankan. Ketentuan lain-lain mengenai bahan peledak dan
peledakan harus disesuaikan dengan Spesifikasi Umum yang terkait.

4.1.3.2 Penanganan Bahan Peledak

Penyedia Jasa harus menyediakan fasilitas pelindung untuk keamanan tempat


penyimpanan berang-barang dan supaya bahan peledak terhindar dari pencurian.

Galian dan Timbunan ST IV-2


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Penyimpanan bahan peledak dan detonator diluar gudang penyimpanan dalam waktu
semalam tidak diperbolehkan.
Penyedia Jasa harus menjaga catatan inventarisasi untuk penyimpanan dan
pengembalian seluruh bahan peledak termasuk detonator. Catatan ini harus disediakan
untuk Direksi dan Direksi sewaktu-waktu dapat memberitahukan bila ada pencurian
bahan peledak. Tutup peledak, detonator atau sekring tidak boleh disimpan di tempat
yang sama dengan dinamit atau bahan peledak lainnya disimpan atau diangkut.

4.1.3.3 Peledakan

Penggalian dengan peledakan sebagian besar dilaksanakan di lokasi rencana saluran


pengelak, pelimpah dan quarry menggunakan smooth blasting dan pre-splitting. Untuk
semua pelaksanaan peledakan, kedalaman dan ukuran lubang serta ukuran dan ciri-ciri
muatan harus direncanakan lebih dahulu untuk mendapat persetujuan dari Direksi.
Bahan peledak untuk setiap peledakan harus dengan jumlah dan kekuatan sedemikian
dan akan digunakan di lokasi yang ditentukan sedemikian rupa agar tidak membuka
lapisan (seam) atau memecahkan batuan diluar batas penggalian. Pola peledakan
harus direncanakan sedemikian rupa untuk menjangkau luas dan arah yang diinginkan.
Kalau pekerjaan penggalian dengan peledakan mendekati garis akhir galian, maka
kedalaman lubang untuk peledakan dan banyaknya bahan peledak yang dipakai per
lubang harus dikurangi sesuai dengan petunjuk Direksi.
Untuk galian pondasi pada zona inti kedap air dan/atau konstruksi bangunan harus
dinaikkan hingga 30 cm diatas garis formasi, penggalian lebih lanjut harus ditunda
sampai pekerjaan konstruksi untuk Zona-1 dan atau bangunan beton siap untuk
melindungi sisi dan bagian bawah batu pondasi dari pecah atau kerusakan karena
pembukaan atau cuaca. Segera sebelum penempatan material Zona-1 dan/atau beton,
pondasi batu akan digali sekaligus hingga garis formasi yang ditentukan dengan alat
manual atau metode lainnya yang disetujui.
Peledakan baru diizinkan untuk dilaksanakan hanya jika sudah dibuat perlindungan
terhadap manusia, pekerjaan dan harta benda milik umum maupun pribadi. Sekalipun
Direksi atau wakilnya sudah menyetujui pelaksanaan pekerjaan ini, Penyedia Jasa tidak
lepas tanggung jawab seperti yang tertera di atas.
Peledakan yang membahayakan pekerjaan tidak akan diizinkan oleh Direksi. Setiap
kerusakan pekerjaan yang diakibatkan oleh peledakan, termasuk penghancuran atau
pelepasan material diluar batas galian yang diperlukan akan diperbaiki dengan biaya
ditanggung oleh Penyedia Jasa. Lereng yang hancur atau yang lepas karena peledakan
akan ditanggung oleh Penyedia Jasa.
Bila peledakan diperlukan untuk menggali sisi kemiringan permanen yang lebih curam
dari kemiringan 1 Vertikal : 1 Horisontal yang mana material isian atau beton akan
ditempatkan, atau ditempat lain yang sesuai petunjuk Direksi, maka Penyedia Jasa
menggunakan cara pre-splitting untuk menjamin bahwa pecahan sepanjang
kemiringan akhir galian dibutuhkan sebelum galian tubuh utama batuan untuk

Galian dan Timbunan ST IV-3


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

meminimalkan kerusakan pada batuan di luar garis permukaan akhir galian yang
dibutuhkan.
Penyedia Jasa harus menyerahkan uraian secara detail mengenai metode dan prosedur
pelaksanaan pekerjaan penggalian dengan peledakan kepada Direksi, untuk disetujui,
paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum pekerjaan galian dimulai, dengan
menggunakan teknik pre-splitting. Jarak dan diameter lubang pre-splitting dan
susunan untuk bahan peledak pada masing-masing lubang dibuat bervariasi untuk
menyesuaikan dengan kondisi batuan dan akan dipilih yang permukaannya dalam
kondisi baik setelah peledakan.
Penyedia Jasa harus melaksanakan percobaan lapangan di daerah yang disetujui oleh
Direksi untuk peledakan dengan teknik pre-splittingnya untuk meminimalkan patahan
batu diluar batas galian di daerah yang akan digali. Percobaan ini akan dilaksanakan
dengan ukuran lubang bor dan pola lubang, kedalaman lubang, jenis bahan peledak
dan jumlah yang bervariasi. Biaya untuk pengembangan teknik ini sudah termasuk
dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk penggalian batu di daerah dimana teknik pre-
splitting diperlukan. Pada saat peledakan, Penyedia Jasa harus mengantisipasi untuk
mencegah kerusakan pada beton atau tekanan groting yang telah diselesaikan.
Penyedia Jasa harus menyediakan alat untuk memonitor kecepatan gelombang
peledakan di lokasi kritis yang ditentukan oleh Direksi. Tak ada peledakan yang
diperbolehkan kurang dari 30 m dari area terkait kecuali disetujui oleh Direksi.

4.1.3.4 Program Keselamatan untuk Penanganan Bahan Peledak dan Peledakan

Detail program keselamatan yang mencakup semua aspek penanganan bahan peledak
dan pelaksanaan operasi peledakan akan disiapkan dan diserahkan oleh Penyedia Jasa
kepada Direksi untuk meminta persetujuan sekurang-kurangnya 60 hari kalender
sebelum waktu Penyedia Jasa membawa alat peledak ke lapangan. Ini tidak terbatas
pada lokasi dan desain gudang bahan peledak, metode pengangkutan bahan peledak,
penggunaan bahan peledak dan penanggulangan secara umum untuk mengantisipasi
kecelakaan yang berkaitan dengan bahan peledak dan peledakan.
Setelah disetujui, Penyedia Jasa akan menyerahkan salinan program keselamatan
untuk penanganan peledakan dan bahan peledak kepada Direksi.

4.1.4 Klasifikasi Pekerjaan Galian

Material yang digali digolongkan untuk pengukuran dan pembayaran sebagai berikut:
1) Galian tanah
Galian tanah merupakan galian terbuka dari semua material yang meliputi, tapi tidak
terbatas pada tanah, lempung, lumpur, pasir, kerikil, batuan lepas dan sebagainya
yang bukan termasuk batuan lapuk dan batuan yang dapat digali secara efisien tanpa
menggunakan bahan peledak atau bulldozer dengan ripper atau penggali hidrolis,
seperti yang ditetapkan oleh Direksi.

Galian dan Timbunan ST IV-4


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

2) Galian Batuan Lapuk dengan Mekanis


Penggalian pada batuan lapuk merupakan penggalian terbuka ( open-cut) dari
material batu yang dihancurkan (biasanya disebabkan oleh cuaca) yang memerlukan
pelonggaran dengan bulldozer dengan ripper kelas 300 kN sebelum dapat digali
secara efisien dan bukan lapisan batu, seperti yang ditetapkan oleh Direksi
3) Galian Batu Keras dengan Peledakan
Penggalian batu keras akan dilakukan dengan penggalian terbuka ( open-cut) di
semua tempat, batuan keras dan utuh yang tidak dapat digali dengan menggunakan
bulldozer dengan ripper kelas 300 kN atau penggali hidrolis yang memakai dengan
bucket backtator 1.0 m3, dan untuk drilling atau peledakan yang memerlukan batuan
pecah atau lepas seperti yang ditetapkan oleh Direksi.
4) Galian Boulder Sungai dengan Mekanis
Penggalian boulder sungai akan dilakukan dengan penggalian terbuka pada
kumpulan boulder yang ditemukan di dasar sungai yang tidak bisa dengan mudah
diklasifikasikan sebagai batuan biasa atau lapuk. Boulder dapat dikategorikan sebagai
galian batuan apabila volume butirannya lebih dari 1,0 m 3 dan sebaliknya apabila
volumenya kurang dari 1,0 m3 maka galian tersebut dikategorikan sebagai galian
tanah.

4.1.5 Galian Terbuka – Secara Umum

4.1.5.1 Tinjauan Umum

Semua galian terbuka yang diperlukan untuk bangunan permanen harus dibuat pada
batas, tingkatan dan ukuran yang ditunjukkan pada gambar atau sesuai petunjuk
Direksi.
Selama pekerjaan berlangsung, Direksi menganggap perlu untuk membuat kemiringan,
tingkatan, ukuran galian yang sudah ditentukan dan Penyedia Jasa tidak berhak
memperoleh tambahan biaya yang melebihi harga satuan yang dicantumkan dalam
Daftar Kualitas dan Harga untuk penggalian dengan alasan perubahan tersebut.
Galian terbuka lain, yang dilaksanakan atas kehendak Penyedia Jasa sendiri, misalnya
membuang material galian, atau untuk keperluan lain, harus sesuai dengan petunjuk
Direksi dan biayanya ditanggung oleh Penyedia Jasa dan tak ada penggantian dari
Pemberi Kerja.
Dalam hal menyimpan material di bawah atau di atas garis galian yang sudah
ditentukan, harus dilaksanakan dengan hati-hati sekali dan pada situasi yang
memungkinkan. Kecuali jika sudah ditentukan oleh Direksi, setiap dan semua
penggalian lebih (over-excavation) yang dilakukan oleh Penyedia Jasa untuk tujuan
atau alasan tertentu, kecuali dengan petunjuk Direksi merupakan penggalian yang
tidak sah dan akan ditanggung oleh Penyedia Jasa tanpa ada penggantian dari
Pemberi Kerja untuk penggalian lebih semacam ini.

Galian dan Timbunan ST IV-5


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Semua penggalian tidak sah termasuk penggalian lebih akan ditimbun kembali dengan
beton K-125 atau material lainnya, sesuai petunjuk Direksi dengan biaya ditanggung
oleh Penyedia Jasa.
Semua penggalian untuk pondasi bangunan yang dilakukan dalam keadaan kering
(dimana “dalam keadaan kering” akan diartikan seperti yang didefinisikan dalam
Pekerjaan Pengeringan). Tak ada tambahan biaya di luar harga satuan yang
ditetapkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga yang akan dilaksanakan untuk material
yang basah.
Semua peledakan dan penanganan bahan peledak akan disesuaikan dengan Spesifikasi
yang ada dalam Sub-bab 4.1.3 pada bab ini. Penggalian akan dilakukan dengan ukuran
(dimensi) penuh yang diperlukan dan akan diselesaikan pada batas dan tingkatan yang
ditentukan, kecuali tonjolan batu yang ujungnya tajam yang tidak terganggu, diizinkan
untuk diperpanjang dalam batas yang ditentukan tak lebih dari 20 cm atau sesuai
petunjuk Direksi, dimana permukaannya boleh tidak ditutup dengan beton. Jika
permukaan ditutup beton, maka harus diratakan sesuai dengan petunjuk Direksi.
Kecuali ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi, pengukuran untuk
keperluan pembayaran pekerjaan galian terbuka harus sesuai dengan kemiringan
seperti tabel berikut ini.

Material Kemiringan Uraian


(1 V :iH)
Batuan 1 : 0,5 Kemiringan tetap
1 : 0,3 Kemiringan sementara
1 : 0,3 Kemiringan timbunan kembali

Batuan Lapuk 1 : 1,0 Kemiringan tetap


1 : 0,5 Kemringan sementara
1 : 0,5 Kemiringan timbunan kembali

Tanah 1 : 2,0 Kemiringan di bawah air


1 : 1,0 Kemiringan di atas air
1 : 0,8 Kemiringan sementara di atas air
1 : 0,8 Kemiringan timbunan kembali

Kemiringan permukaan galian harus dilindungi oleh Penyedia Jasa. Berm dengan lebar
2,0 m harus dibuat setiap interval ketinggian 5,0 m pada kemiringan material biasa,
kecuali bila ditunjukkan dalam gambar atau ada petunjuk Direksi.
Jika diperlukan dan jika diperintahkan oleh Direksi, Penyedia Jasa akan melakukan
menggali saluran terbuka dan tak berbatas untuk mengalihkan permukaan air jauh dari
galian terbuka. Keseluruhan biaya kerja akan ditanggung oleh Penyedia Jasa kecuali
jika saluran semacam ini merupakan bagian dari pekerjaan permanen, dimana
pembayaran untuk penggalian akan dilaksanakan sesuai dengan harga satuan yang
ditetapkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Untuk semua pekerjaan yang terkait
dengan penggalian terbuka, Penyedia Jasa akan melaksanakan langkah-langkah

Galian dan Timbunan ST IV-6


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

konservasi tanah dan biaya untuk item pekerjaan ini akan dimasukkan dalam harga
satuan yang ditetapkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

4.1.5.2 Retakan dan Cacat Yang Lain

Dalam penyelidikan investigasi untuk pondasi dan kemiringan galian, tidak bisa
diketahui semua retakan dan cacat-cacat lain yang mungkin ada.
Hal ini untuk mengantisipasi jika terjadi depresi/penurunan, kegagalan, retakan dan
sekumpulan batu halus, termasuk batuan hancur yang ada pada berbagai arah dalam
pondasi dan kemiringan galian.
Bila terjadi retak, maka harus diperbaiki dengan cara penggalian lokal di bawah
permukaan galian pada garis kedalaman dan ukuran yang ditentukan Direksi. Juga
berdasarkan perintah Direksi, retak dan cacat lain di bawah pondasi, harus diperbaiki
dengan galian setempat. Galian setempat ini juga harus diisi dengan beton K-125 atau
material lain sesuai petunjuk Direksi. Biaya galian dan timbunan ini ditentukan
berdasarkan harga satuan untuk galian terbuka, beton, dsb. yang dicantumkan dalam
Daftar Kuantitas dan Harga.

4.1.5.3 Galian Dimana Beton akan Ditempatkan

Dasar dan sisi kemiringan galian untuk pondasi atau yang akan dicor dengan beton,
harus digali pada batas, tingkatan dan dimensi yang ditunjukkan pada gambar atau
sesuai dengan petunjuk Direksi.
Tak ada material yang diizinkan untuk ditambahkan pada batas bangunan beton. Jika
pada titik tertentu dalam galian, material digali dengan perintah tertulis dari Direksi
diluar batas yang diperlukan untuk bangunan, penggalian tambahan akan ditimbun
dengan baik dengan beton K-125.
Pembayaran untuk penggalian semacam ini akan dilakukan dengan harga satuan per
meter kubik yang ditetapkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk penggalian
untuk bangunan terkait dan pembayaran untuk beton K-125 yang ditempatkan pada
penggalian tambahan tersebut akan dilaksanakan sesuai dengan yang ditetapkan
dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
Galian yang berlebihan yang dikerjakan oleh Penyedia Jasa dengan maksud tertentu
tanpa ada persetujun tertulis dari Direksi, harus ditimbun kembali dengan beton K-125
dan biayanya ditanggung oleh Penyedia Jasa.

4.1.5.4 Pengukuran Dan Pembayaran Untuk Galian Terbuka

Pengukuran untuk pembayaran dari setiap klasifikasi material galian terbuka harus
dibuat menurut batas, tingkatan dan ukuran yang ditunjukkan dalam gambar atau
sesuai dengan petunjuk Direksi dan pengukuran tersebut didasarkan pada permukaan
tanah asli sebelum galian, yang disetujui oleh Direksi. Kelas material galian akan
ditentukan berdasarkan analisa dan pertimbangan Direksi sendiri.

Galian dan Timbunan ST IV-7


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Sebelum dimulainya dan segera setelah penyelesaian penggalian, pembayaran akan


dilaksanakan sesuai dengan kuantitas yang diukur dengan metode survey, Penyedia
Jasa harus melaksanakan survey pengukuran yang memadai untuk menentukan
dimensi/ukuran dan elevasi permukaan asli dan permukaan akhir.
Pengukuran ini akan diperiksa secara bebas oleh Direksi. Tak kurang dari 7 hari kerja
sebelum dimulainya survey pengukuran tersebut, Penyedia Jasa harus menyerahkan
rencana lay out yang menunjukkan referensi Benchmark (BM), bagian melintang dan
metode survey yang digunakan kepada Direksi untuk mendapat persetujuan.
Referensi batas dan titik diatur pada tanah dan stasiun survey permanen. Tidak kurang
dari 24 (dua puluh empat) jam sebelum dimulainya pekerjaan survey, Direksi harus
diberitahu. Catatan lapangan asli harus diserahkan kepada Direksi bersama dengan
catatan pengukuran kuantitas aktual. Setiap pengukuran yang merupakan dasar
kuantitas untuk klaim pembayaran harus dengan kehadiran Direksi. Penyedia Jasa
harus memberitahukan tujuan pengukuran tersebut kepada Direksi.
Pembayaran untuk setiap klasifikasi galian pada galian terbuka dilakukan sesuai
dengan harga satuan per m3 seperti dicantumkan pada Daftar Kuantitas dan Harga.
Harga satuan tersebut sudah termasuk biaya semua tenaga kerja, peralatan dan
material yang diperlukan untuk pekerjaan galian termasuk pekerjaan peledakan,
ketentuan instrumen untuk pengukuran dan observasi peledakan lintas gelombang,
perlindungan luncuran, kontrol erosi dan pekerjaan lainnya yang diperlukan untuk
menjaga penggalian dalam susunan yang baik selama konstruksi.
Harga satuan dalam Daftar Kuantitas dan Harga bagi setiap klasifikasi material untuk
galian terbuka ini, sudah termasuk semua biaya pemindahan material dan penempatan
galian ke tempat pembuangan (disposal), material yang dipindah dari galian terbuka
yang cocok untuk digunakan dalam konstruksi permanen akan ditempatkan pada stock
pile yang ditunjukkan pada Gambar untuk digunakan di waktu yang akan datang atau
ditimbun untuk selanjutnya langsung ditempatkan pada konstruksi permanen, sesuai
dengan petunjuk Direksi.

4.1.6 Galian Terbuka Untuk Parit

Macam pekerjaan yang tercantum pada Daftar Kuantitas dan Harga untuk galian dari
berbagai klasifikasi material, termasuk galian semua macam parit seperti terlihat pada
gambar atau atas petunjuk Direksi meliputi hal hal berikut ini :
a) Parit untuk pipa beton, saluran lintas, galian saluran dan saluran parit sisi untuk
jalan masuk permanen.
b) Parit untuk pondasi untuk serambi grouting di tanggul bendungan.
c) Parit untuk saluran pipa di bawah mercu pelimpah dan saluran pelimpah.
d) Parit untuk alat pengukur kebocoran air.
e) Parit untuk saluran parit dan kabel palung dan galian sekitar bangunan.
f) Parit lain sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar atau sesuai petunjuk Direksi.

Galian dan Timbunan ST IV-8


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Penggalian parit terbuka akan dilakukan dengan menggunakan alat manual dan/atau
peralatan mekanis lainnya yang disetujui sedemikian rupa untuk melindungi kehancuran
pada sisi samping dan bagian bawah galian.
Apabila Penyedia Jasa mau menanggung resiko dan telah disetujui Direksi, maka batas
lubang bor dan peledakan ringan bisa dilakukan di lokasi tersebut, seperti yang telah
dicantumkan pada Sub-bab 4.1.3 pada Bab ini.
Penyedia Jasa akan menyediakan, membangun dan menjaga semua papan penopang,
strutting dan penunjang lainnya yang diperlukan untuk menahan sisi penggalian parit
terbuka dalam kondisi aman. Penggalian parit terbuka akan disesuaikan dengan
ketentuan dalam Sub-bab 4.1.5 pada Bab ini.
Pengukuran untuk pembayaran setiap klasifikasi material pada galian terbuka untuk
parit harus dilakukan berdasarkan ukuran kedalaman galian sesuai dengan gambar atau
petunjuk Direksi dan sesuai dengan Sub-bab 4.1.5. pada Bab ini. Klasifikasi material
galian ditentukan berdasarkan analisa dan pertimbangan Direksi.
Pembayaran untuk berbagai macam galian terbuka untuk parit dilakukan berdasarkan
harga satuan per meter kubik (m3) seperti yang tercantum pada Daftar Kuantitas dan
Harga dan sesuai dengan yang tercantum pada Sub-bab 4.1.5. pada Spesifikasi ini.

4.1.7 Pekerjaan Urugan Kembali, Lantai Kerja, Pekerjaan Permukaan Dan


Stabilisasi Lereng

4.1.7.1 Umum

Penyedia Jasa harus mendapatkan dan menempatkan berbagai macam material untuk
timbunan kembali, lantai kerja dan permukaan di lokasi seperti ditunjukkan dalam
Gambar dan petunjuk dari Direksi.
Mutu material di atas harus mendapatkan persetujuan dari Direksi dan tidak termasuk
semua zat organik atau material pengganggu lainnya. Penyedia Jasa akan memakai
alat stabilisasi lereng lainnya seperti rock bolt, rock anchor dan shotcrete seperti yang
ditunjukkan pada Gambar atau sesuai petunjuk Direksi.

4.1.7.2 Timbunan Lolos Air (Free Drain)

Timbunan (urugan kembali) lolos air harus ditempatkan pada batas-batas dan dimensi
seperti tertera pada Gambar atau petunjuk dari Direksi.
Material yang dipergunakan untuk timbunan lolos air harus dipilih dari material lolos air
yang sudah dipilih dengan ukuran butiran maksimum 15 cm dan tidak berisi lebih dari
5% material dengan ukuran 0,074 mm (No. 200) yang ditetapkan pada JIS Z-8801.
Fragmen yang lebih besar dari 15 cm dapat digunakan jika disetujui oleh Direksi,
asalkan pecahan batu seperti itu tidak melebihi 10% dan harus didistribusikan rata
pada timbunan kembali.
Material tersebut harus ditangani dan ditempatkan sedemikian rupa untuk mencegah
terjadinya segregasi. Cara penempatan timbunan lolos air harus lebih dahulu

Galian dan Timbunan ST IV-9


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

mendapat persetujuan Direksi. Timbunan lolos air harus ditempatkan dalam keadaan
basah pada lapisan horizontal tidak lebih dari 30 cm sebelum pemadatan dan
dipadatkan dengan sempurna dengan cara yang sudah disetujui Direksi, yaitu 60%
dari berat isi kering atau seperti yang disarankan Direksi.

4.1.7.3 Timbunan Random

Timbunan (urugan kembali) random harus ditempatkan pada batas-batas garis dan
dimensi seperti terlihat pada gambar atau sesuai petunjuk Direksi.
Material yang dipakai untuk timbunan random dipilih semua bekas material yang
ditumpuk atau yang digali dimana saja. Kualitas material tersebut harus mendapat
persetujuan Direksi dan harus bebas dari semua zat organik atau zat pengganggu
yang lain seperti bongkahan batu yang besar, batu-batu besar dan sebagainya.
Material akan ditangani dan ditempatkan sedemikian rupa untuk mendapatkan
pemadatan dan kepadatan yang diinginkan. Metode penanganan, penempatan, kontrol
kelembaban dan pemadatan timbunan sembarang harus sesuai dengan spesifikasi
atau persetujuan Direksi.
Timbunan random harus ditempatkan dalam keadaan kadar air mendekati optimum
dengan ketebalan tidak lebih dari 30 cm sebelum dipadatkan dan derajat kepadatan
terpenuhi tidak kurang dari 95%.

4.1.7.4 Lantai Kerja Batuan Dan Permukaan Gravel

Lantai kerja batuan untuk pondasi bangunan harus ditempatkan dengan batas-batas
garis dan dimensi seperti ditunjukkan pada gambar atau petunjuk Direksi.
Catatan :
Spesifikasi untuk material lantai kerja batuan dan material pelindung untuk
bangunan drainase seperti gorong-gorong, saluran pembuang dan sebagainya,
seperti tercantum dalam Bab 7 – Pekerjaan Beton.
Permukaan gravel (kerikil) akan ditempatkan pada batas, tingkatan dan dimensi
seperti yang ada pada Gambar, atau sesuai petunjuk Direksi. Kerikil dibawah ukuran
40 mm yang diperoleh dari sungai akan digunakan. Material untuk batu cobble akan
dipilih dari batu angular alami dari endapan sungai yang mempunyai kekuatan dan
daya tahan yang cukup. Jika kerikil dan batu cobble tersebut mutunya tidak baik atau
tidak memadai volumenya, material akan digunakan untuk lantai kerja dan permukaan
akan diambil dari quarry dan batuan pecah dengan kualitas yang disetujui Direksi.
Penyedia Jasa akan menangani dan menempatkan material lantai kerja dan
permukaan sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya segregasi. Cara penempatan
lantai kerja batuan untuk bangunan yang bukan drainasi dan permukaan batuan harus
terlebih dahulu mendapat persetujuan Direksi. Bila perlu ditambah air sehingga kadar
air dapat terdistribusi secara merata dan material harus dipadatkan dengan alat yang
sudah disetujui Direksi.

Galian dan Timbunan ST IV-10


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

4.1.7.5 Rip-rap Batu

Penyedia Jasa akan menyediakan dan menempatkan rip-rap batu di lokasi seperti yang
ditunjukkan pada Gambar atau sesuai petunjuk Direksi.
Ukuran material untuk rip-rap batu berkisar antara 20 cm dan 60 cm yang mana sesuai
dengan permintaan dari Direksi. Batunya harus keras, padat dan kuat. Sumber
material rip-rap mengacu pada persetujuan Direksi.
Ukuran dan gradasi material rip-rap batu akan diuji di tempat oleh Direksi. Setiap
partikel yang lebih besar dari ukuran maksimum yang ditentukan akan dipindah kecuali
jika disetujui oleh Direksi.
Operasi Penyedia Jasa dalam pengangkutan, penempatan dan penyelesaian rip-rap
batu akan dilakukan sedemikian rupa untuk mendistribusikan fragmen batu yang lebih
besar atau kecil untuk mengisi rongga antar batuan yang lebih besar untuk
menghasilkan sambungan dan permukaan yang baik. Kluster partikel yang lebih kecil
dan ruang kosong yang besar tidak diperbolehkan.
Ketebalan tiap-tiap lapisan tidak boleh lebih dari 100 cm atau sesuai petunjuk Direksi.
Tak ada pemadatan yang dilakukan untuk rip-rap.

4.1.7.6 Pasangan Batu Kali

Pekerjaan dalam bagian ini meliputi penyediaan dan penempatan batu kali yang tepat
sesuai dengan Gambar dan Spesifikasi ini atau sesuai petunjuk Direksi. Batu kali
diperoleh dari sungai atau quarry, atau diambil dari tempat lain.
Batu kali yang digunakan untuk pasangan batu harus bersiku, batu sungai atau quarry
dengan kualitas yang disetujui, bebas dari seam(retakan) dan kerusakan lainnya.
Semua batu untuk pasangan batu yang ditimbun di lapangan harus disimpan
sedemikian rupa agar agak basah pada saat akan digunakan. Batu yang digunakan
untuk pekerjaan atau bagian pekerjaan maksimum ukuran 30 cm dan minimum 15 cm.
Batu bulat diperbolehkan untuk dipakai hanya dalam jumlah terbatas dengan
kombinasi batu bersiku. Mortar semen digunakan untuk sambungan batu
diklasifikasikan menurut rasio (perbandingan) volume semen - pasir. Perbandingan
semen dan pasir sesuai dengan volume yang ada pada Tabel berikut ini. Semen dan
pasir disesuaikan dengan ketentuan dalam Bab 7 Pekerjaan Beton.
a) Bangunan utama, satu bagian semen dengan tiga bagian pasir (1Pc : 3 Psr)
b) Permukaan akhir, satu bagian semen dengan dua bagian pasir (1Pc : 2 Psr)
Sebelum konstruksi pasangan batu dengan batu kali, pasir dan kerikil ditempatkan dan
dipadatkan dengan sempurna. Penyelesaian diatur sesuai dengan Gambar dan akan
diperiksa dan disetujui oleh Direksi.
Batu harus dibasahkan dengan cukup sebelum ditempatkan. Batu untuk pasangan
batu basah harus ditempatkan dengan tangan dimana tiap batu harus dikelilingi
dengan mortar. Mortar 1 Pc : 3 Psr akan digunakan untuk sambungan.

Galian dan Timbunan ST IV-11


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Batu akan dimasukkan ke tempat sedemikian rupa agar mortar dapat bersinggungan
dengan utuh dengan batu di semua sambungan. Batu akan dilonggarkan dan
dikonsolidasikan dengan alat pemukul (palu) baja dan yang pecah harus dipindahkan,
dibersihkan dan digunakan kembali dengan mortar baru. Sambungan akan disediakan
dengan bebas dengan mortar dan akan dipererat dengan menjepitkan bilah batu
kedalam sambungan. Lebar sambungan pada permukaan batu tak boleh lebih dari 3
cm.
Sambungan pada permukaan untuk semua batu untuk pasangan batu akan
diselesaikan dengan baik. Mortar pada sambungan pasangan batu akan dipindah lebih
dulu hingga kedalaman 2 cm. Kemudian sambungan akan dibersihkan secara
keseluruhan dengan sikat kawat dari semua material lepas dan ditimbun dengan
mortar 1 Pc : 2 Psr. Permukaan batu akan dibersihkan dari semua mortar setelah
penyelesaian operasi akhir. Sambungan konstruksi disediakan pada tiap 10 m.

4.1.7.7 Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran untuk pembayaran untuk timbunan lolos air, timbunan random tanah,
lantai kerja batu, permukaan kerikil, pasangan batu kali dan rip-rap batu akan
dilakukan untuk material yang ditempatkan pada batas, tingkatan dan dimensi yang
ditunjukkan pada Gambar atau sesuai dengan petunjuk Direksi.
Pembayaran untuk timbunan lolos air, timbunan random tanah, lantai kerja batu,
permukaan kerikil, stone pitching, pitching balok beton dan riprap batu akan dilakukan
sesuai harga satuan per m3 yang ditetapkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, yang
mana harga satuan mencakup biaya untuk tenaga kerja, peralatan dan material yang
diperlukan untuk penggalian atau perolehan material ini dari sumber alaminya atau
temapt lain sesuai petunjuk Direksi, yang diproses pada pabrik penghancur/ klasifikasi,
mengangkutnya ke lokasi yang akan ditempatkan, disebar dan dipadatkan sesuai yang
diperlukan dan semua pekerjaan lain yang terkait.
Pengukuran untuk pasangan batu dari batu kali dalam dasar meter kubik yang
diselesaikan dan diterima oleh Direksi sesuai Gambar. Hanya pekerjaan yang diterima
akan diukur untuk pembayaran dan perhitungan kuantitas yang didasarkan pada
daerah dalam dimensi terbatas yang ditentukan dalam Gambar.
Pembayaran untuk pasangan batu dari batu kali akan dilaksanakan sesuai harga
satuan per meter kubik yang ditetapkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, yang mana
satuan harganya mencakup persiapan lereng (kemiringan) dan kompensasi penuh
untuk penyediaan semua tenaga kerja, perkakas, peralatan, penyediaan dan material
dan semua pengeluaran lain-lain, atau pekerjaan tambahan yang diperlukan untuk
penyelesaian pekerjaan yang berhasil sesuai dengan Gambar atau Spesifikasi atau
petunjuk Direksi. Harga satuan termasuk pasir dan kerikil yang ditempatkan dan
dipadatkan.

Galian dan Timbunan ST IV-12


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

4.1.8 Penggalian Untuk Pondasi Bendungan

4.1.8.1 Umum

Penggalian terbuka untuk pondasi bendungan akan disesuaikan dengan ketentuan


dalam Sub-bab 4.1.5 dan juga ketentuan dalam Spesifikasi ini.
Item pekerjaan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk penggalian pondasi
bendungan meliputi semua penggalian yang diperlukan untuk mendapatkan batas dan
dimensi seperti yang ditunjukkan pada Gambar atau sesuai petunjuk Direksi, termasuk
penggalian setempat dibawah permukaan pondasi umum untuk perbaikan retakan
yang terjadi atau kerusakan lainnya, tambahan pembersihan pondasi jika diperlukan
dan semua penggalian terbuka dalam daerah pondasi.
Penggalian terbuka untuk pondasi bendungan termasuk pemindahan material biasa,
pemindahan batuan lapuk baik sebagian maupun keseluruhan, pemindahan batu ke
batas dan tingkatan yang diperlukan, pemindahan material yang mungkin
mempengaruhi ikatan timbunan bendungan ke pondasi atau pemadatan yang baik
pada timbunan bendungan, dan pemindahan material dengan kekuatan yang tidak
memadai sesuai petunjuk Direksi.
Luas dan kedalaman penggalian terbuka untuk mencapai pondasi yang sesuai akan
ditentukan oleh Direksi.
Penggalian untuk pondasi bendungan akan dilakukan hingga kedalaman yang sesuai
seperti yang ditentukan oleh Direksi untuk mendapatkan tingkatan pondasi yang dapat
diterima, yang bebas dari pelapukan yang berlebihan, retakan terbuka atau kerusakan
lainnnya. Apabila penggalian pondasi harus menggunakan bahan peledak, semua
peledakan dan penanganan bahan peledak akan disesuaikan dengan spesifikasi yang
ada dalam Sub-bab 4.1.3 pada Bab ini. Juga, Direksi akan memerintahkan penggalian
pada potongan berturut-turut sampai mencapai pondasi yang sesuai, dan setiap tahap
penggalian akan mencakup pembersihan yang memadai untuk memungkinkan Direksi
menentukan apakah penggalian selanjutnya diperlukan atau tidak.
Abutment bendungan untuk daerah inti kedap air akan digali sesuai petunjuk Direksi
untuk menghindari perubahan yang tiba-tiba di slope (kemiringan) yang dapat
mengakibatkan perbedaan penurunan pada lapisan timbunan bendungan. Pada
abutment, boulder besar yang tidak stabil, kumpulan formasi material yang terlepas
atau semi-lepas, dan permukaan batuan yang menggantung harus dipindahkan.
Secara umum, material yang menurut anggapan Direksi berpotensi tidak stabil,
mempengaruhi keselamatan konstruksi atau mengganggu ikatan material timbunan
dengan abutment akan dipindahkan. Jika diminta oleh Direksi, abutment dalam daerah
inti kedap air pada timbunan bendungan akan disambung ratakan agar tidak ada
kemiringan yang lebih curam dari 1 Horisontal dengan 2 Vertikal (1V : 2H), dan
kemiringan curam yang diizinkan dibatasi hingga 1,0 m tingginya.
Semua material yang digali akan diangkut ke disposal atau ke daerah stockpile.

Galian dan Timbunan ST IV-13


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Jika kerusakan alami dan bukan karena kesalahan Penyedia Jasa ditemukan di
permukaan pondasi bendungan, Direksi dapat merubah batas penggalian dan
memerintahkan batas penggalian baru. Biaya untuk penggalian semacam ini akan
dibayarkan kepada Penyedia Jasa, dengan memakai harga satuan yang sama untuk
material penggalian yang ditetapkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
Setelah penggalian dirampungkan hingga batas formasi seperti yang diminta oleh
Direksi, semua material formasi lepas yang halus dan item yang rusak akan dipindah
dari permukaan. Sebagai tambahan, semua retakan, patahan, kantong, dan lain-lain
akan dibersihkan dan ditimbun kembali dengan beton K-125.
Karena penggalian untuk pondasi pada daerah inti kedap air (zona-1) dilaksanakan
sampai dengan 30 cm di atas garis formasi galian rencana, penggalian akan ditahan
sampai pelaksanaan konstruksi untuk Zona-1 sudah siap, hal ini untuk mencegah
bagian sisi dan bawah pondasi dari kehancuran karena cuaca. Segera sebelum
penempatan material Zona-1, pondasi akan digali penuh sampai dengan batas galian
rencana yang diperlukan dengan menggunakan alat manual atau metode lain yang
disetujui Direksi sedemikian rupa untuk menghindari pelapukan permukaan pondasi
batuan.
Rencana batas galian ditentukan secara visual dan berdasarkan hasil uji laboratorium
mekanika tanah dan batuan, bukan hanya berdasarkan gambar desain/ rencana.
Galian pondasi bila sesuai dengan batas rencana galian belum ditemui kriteria yang
dipersyaratkan, maka harus diperdalam sampai dengan kriteria yang dipersyaratkan.
Sebaliknya bila belum mencapai batas galian sudah ditemui kriteria tersebut, pekerjaan
galian dapat dihentikan.

4.1.8.2 Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran, untuk pembayaran tiap kelas material penggalian terbuka akan


dilaksanakan pada dimensi dan hingga kedalaman galian yang ditentukan seperti yang
ada dalam Gambar atau sesuai petunjuk Direksi.
Kelas material galian akan ditentukan berdasarkan analisa dan penilaian Direksi.
Pembayaran untuk berbagai kelas penggalian terbuka akan dilaksanakan pada harga
satuan per meter kubik (m3) yang ditetapkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

4.1.9 Penggalian Untuk Pengelak dan Pekerjaan Saluran Lainnya

4.1.9.1 Umum

Penyedia Jasa akan menyerahkan rencana penggalian untuk pengelak sungai dan
pekerjaan saluran lainnya untuk jalannya air, kepada Direksi untuk mendapatkan
persetujuannya. Penyedia Jasa dalam melaksanakan penggalian terbuka untuk saluran
akan disesuaikan dengan ketentuan dalam Bab ini.
Penggalian untuk bangunan pengelak (dan pekerjaan saluran lainnya) akan dilakukan
hingga kedalaman yang sesuai seperti yang ditentukan oleh Direksi untuk

Galian dan Timbunan ST IV-14


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

mendapatkan tingkatan yang dapat diterima, yang bebas dari pelapukan yang
berlebihan, retakan terbuka atau kerusakan lainnnya. Apabila penggalian untuk
bangunan pengelak (dan pekerjaan saluran lainnya) harus menggunakan bahan
peledak, semua peledakan dan penanganan bahan peledak akan disesuaikan dengan
spesifikasi yang ada dalam Sub-bab 4.1.3 pada Bab ini. Juga, Direksi akan
memerintahkan penggalian pada potongan berturut-turut sampai mencapai tingkatan
yang sesuai, dan setiap tahap penggalian akan mencakup pembersihan yang memadai
untuk memungkinkan Direksi menentukan apakah penggalian selanjutnya diperlukan
atau tidak.

4.1.9.2 Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran untuk pembayaran untuk tiap- tiap kelas material yang dipindahkan dari
galian terbuka untuk pekerjaan pengelak sungai didasarkan pada harga satuan yang
tertuang pada daftar kuantitas dan harga. Pengukuran untuk pembayaran tiap kelas
material yang dipindah dari penggalian terbuka untuk saluran dan saluran lain yang
ditentukan dalam Gambar akan dilakukan sesuai batas dan tingkatan yang ditunjukkan
pada Gambar, dengan pengukuran tersebut didasarkan pada permukaan tanah asli
sebelum penggalian dan permukaan galian sebenarnya sesuai dengan ketentuan
dalam Sub-bab 4.1.5 Spesifikasi ini.
Pembayaran untuk tiap-tiap kelas material yang digali untuk saluran yang ditentukan
akan dilakukan dengan harga satuan per meter kubik (m3) yang ditetapkan dalam
Daftar Kuantitas dan Harga.

4.1.9.2 Penggalian untuk Jalan Masuk

Penyedia Jasa akan menyerahkan rencana yang diusulkan untuk penggalian terbuka
jalan masuk untuk meminta persetujuan Direksi.
Operasi Penyedia Jasa untuk jalan pada setiap kelas dari penggalian terbuka untuk
jalan akan disesuaikan dengan ketentuan dalam Bab ini dan Bab 8 – Pekerjaan Jalan.

4.1.9.4 Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran untuk pembayaran pada tiap kelas material yang dipindah dari penggalian
terbuka untuk jalan permanen akan dilaksanakan sesuai batas dan tingkatan yang
ditunjukkan pada Gambar atau sesuai dengan perintah Direksi, dengan pengukuran
yang didasarkan pada permukaan tanah asli sebelum penggalian dan permukaan
galian sebenarnya, sesuai dengan ketentuan dalam Sub-bab 4.1.5. Kelas material
galian akan didasarkan pada analisa dan penilaian Direksi sendiri.
Pembayaran untuk tiap kelas material galian untuk jalan permanen akan dilaksanakan
sesuai harga satuan per meter kubik yang ditetapkan pada Daftar Kuantitas dan
Harga, sesuai dengan ketentuan dalam Sub-bab 4.1.5.

Galian dan Timbunan ST IV-15


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

4.1.10 Penggalian Pada Daerah Batuan Buruk

4.1.10.1 Umum

Penyedia Jasa harus menyerahkan rencana penggalian terbuka pada daerah batuan
buruk untuk reformasi pada sisi slope (lereng) yang diusulkan untuk meminta
persetujuan Direksi. Penyedia Jasa melaksanakan galian terbuka pada semua kelas
untuk daerah batuan buruk akan disesuaikan dengan ketentuan dalam Bab ini.
Seperti dijelaskan dalam Sub-bab 4.1.1, jumlah tertentu dari material galian dari
daerah batuan buruk akan digunakan untuk material timbunan sembarang, sementara
sisanya akan diangkut dan dibuang di disposal.

4.1.10.2 Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran untuk pembayaran tiap kelas material yang dipindah dari penggalian
terbuka pada daerah batuan buruk akan dilakukan sesuai batas dan tahapan yang
ditunjukkan pada Gambar atau sesuai perintah Direksi, dengan pengukuran yang
didasarkan pada permukaan tanah asli sebelum penggalian dan permukaan galian
sebenarnya, sesuai dengan ketentuan dalam Sub-bab 4.1.5. Kelas material galian akan
ditentukan berdasarkan analisa dan penilaian Direksi sendiri.
Pembayaran untuk tiap kelas material galian dari daerah batuan buruk akan
dilaksanakan berdasarkan harga satuan per m3 seperti yang tercantum dalam Daftar
Kuantitas dan Harga, sesuai dengan ketentuan dalam Sub-bab 4.1.5.

4.1.10.3 Pembuangan Material Galian

Tumpukan sampah pada disposal akan ditempatkan sedemikian rupa agar tidak
mempengaruhi arus sungai alami, dengan operasi waduk, atau dengan arus air dari
konduit pengelak, pelimpah atau pekerjaan outlet, dan juga agar tidak mempengaruhi
aksesibilitas struktur (bangunan) untuk operasi dan agar tidak mengurangi hasil proyek
yang sudah dirampungkan. Jika diperlukan, sesuai petunjuk Direksi, tumpukan sampah
akan diratakan, dibuat tingkatan untuk drainase, dilindungi terhadap erosi dan
keseimbangan yang layak pada batas reguler.
Perubahan lokasi, atau tambahan pada daerah pembuangan untuk kenyamanan
Penyedia Jasa sendiri akan dibuat biayanya ditanggung sendiri oleh Penyedia Jasa
sesuai petunjuk Direksi.
Penyedia Jasa akan menyerahkan proposal (usulan) kepada Direksi untuk meminta
persetujuan untuk pembuangan material di daerah lain dari yang sebelumnya disetujui
dan untuk perlindungan material ini dari erosi, sekurang-kurangnya dalam 30 hari
kalender sebelum dimulainya pengang-kutan material ke area tersebut.
Biaya untuk pengangkutan material yang tidak cocok ke disposal dan untuk menjaga
daerah pembuangan yang ditentukan dimasukkan dalam harga satuan per meter kubik
untuk material galian yang ditetapkan pada Daftar Kuantitas dan Harga.

Galian dan Timbunan ST IV-16


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

4.2 TIMBUNAN TUBUH BENDUNGAN


4.2.1 Umum

Pekerjaan timbunan terbesar yang akan dilaksanakan adalah pelaksanaan bendungan


utama, bendungan pengelak utama hulu dan bendungan pengelak hilir.
Untuk spesifikasi yang ditetapkan di sini, yang dimaksud dengan “bendungan” adalah
bendungan utama termasuk bendungan pengelak utama hulu dan bendungan
pengelak hilir. Berikut adalah daftar berbagai tipe material yang akan digunakan untuk
bendungan utama dan bendungan pengelak utama:
1. Bendungan Utama:
a) Zona inti kedap air (Zona-1)
b) Zona filter halus (Zona-2)
c) Zona filter kasar/transisi (Zona-3)
d) Zona timbunan batu (Zona-5)
e) Zona rip-rap (Zona-6)
2. Bendungan Pengelak Utama Hulu:
a) Zona inti kedap air (Zona-1)
b) Zona filter halus (Zona-2)
c) Zona timbunan batu (Zona-5)
d) Zona rip-rap (Zona-6)
3. Bendungan Pengelak Hilir:
a) Zona inti kedap air (Zona-1)
b) Zona filter halus (Zona-2)
c) Zona timbunan batu (Zona-5)
d) Zona rip-rap (Zona-6)
Sebelum pelaksanaan galian bendungan utama (main dam) dilaksanakan timbunan
cofferdam hulu, di bagian hilir dilakukan timbunan cofferdam setinggi elevasi berm
hilir.
Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sebelum pekerjaan timbunan, Penyedia Jasa
diharuskan mengajukan rencana penghamparan timbunan bendungan kepada Direksi
guna mendapatkan persetujuan, disamping pekerjaan yang berkaitan dengannya
seperti pelaksanaan bangunan pelimpah, saluran pengelak, outlet, jalan masuk, dan
sebagainya.
Timbunan bendungan harus dilaksanakan sesuai dengan garis, angka dan dimensi
seperti ditunjukkan pada Gambar-gambar; dan pembagian garis antara zona-zona
timbunan bisa bervariasi pada setiap saat sebelum dan atau selama pelaksanaan, dan
Penyedia Jasa tidak berhak mengajukan tambahan harga diatas harga satuan
penawaran seperti yang telah tersebut dalam Daftar Kuantitas dan Harga Pekerjaan
akibat adanya variasi tersebut.

Galian dan Timbunan ST IV-17


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Semak, akar-akar, rumput dan material lain yang tidak sesuai untuk timbunan harus
dibuang dalam menghampar timbunan. Kelayakan tiap bagian pondasi dimana
timbunan akan diletakkan diatasnya serta semua material yang digunakan dalam
pelaksanaan timbunan akan ditentukan oleh Direksi. Material timbunan tidak boleh
dihampar di atas permukaan pondasi sebelum mendapat persetujuan dari Direksi.
Metode pemuatan dan pengangkutan material timbunan merupakan kebebasan
Penyedia Jasa, yang harus mendapat persetujuan dari Direksi.
Material timbunan dapat diperoleh dari tempat pengambilan tanah (borrow area) dan
pengambilan batu (quarry) seperti ditunjukkan pada Gambar atau ditunjuk oleh
Direksi. Sebelum material ditetapkan untuk digunakan sebagai bahan timbunan pada
sumber material (borrow area dan quarry) perlu dilakukan uji sifat fisik dan sifat teknis
sesuai dengan SNI-8062-2015 Tata cara desain tubuh bendungan tipe urugan untuk
konfirmasi parameter desain.
Sebagian material hasil galian dari tempat lain seperti galian pelimpah, pekerjaan
outlet dan galian bendungan, juga akan digunakan untuk timbunan bendungan. Dalam
hal material hasil galian tersebut tidak layak dipakai sebagai material timbunan, maka
material tersebut harus diangkut dan dibuang ke tempat pembuangan ( disposal)
seperti ditunjukkan pada Gambar atau seperti ditunjuk oleh Direksi.
Penyedia Jasa diharuskan memelihara timbunan dengan cara yang disetujui sampai
pekerjaan dinyatakan selesai dan sampai diserahkannya pekerjaan. Penyedia Jasa
harus bertanggung jawab terhadap pengawasan terjadinya erosi permukaan timbunan,
dan material timbunan yang hilang akibat erosi tersebut harus diganti atas biaya
Penyedia Jasa.
Setiap tipe bukaan yang dibuat di timbunan selama pelaksanaan (untuk pemasangan
instrument, dsb.) harus mendapatkan persetujuan dari Direksi dan bukaan tersebut,
apabila disetujui, harus dilaksanakan sedemikian sehingga lereng permukaan antara
timbunan yang ada dan timbunan yang akan dihampar tidak lebih terjal dari satu
vertikal ke dua horisontal (1V: 2,0H) untuk zona inti kedap air (Zona-1), zona filter
halus (Zona-2) dan zona transisi/filter kasar (Zona-3). Dan satu vertikal ke satu
setengah horisontal (1V : 1,5H) untuk zona random (Zona-4) dan zona timbunan batu
(Zona-5). Permukaan ikatan antara timbunan yang lama dengan yang baru harus
disiapkan dan dibuat kasar untuk kepuasan Direksi.
Percobaan timbunan (trial embankment) untuk material yang digunakan pada
pelaksanaan timbunan bendungan yang dilakukan sebelum timbunan, harus dibuat
sesuai dengan ketentuan pada Sub-bab 4.2.8. Pengujian-pengujian pada pengawasan
kualitas material timbunan juga harus dibuat sesuai dengan ketentuan pada Sub-bab
4.2.9. Direksi berhak untuk membuat penyesuaian terhadap gradasi, kandungan air,
kepadatan, syarat-syarat penghamparan dan pemadatan yang telah ditentukan untuk
berbagai tipe material timbunan apabila dipandang perlu.
Setiap pemuatan material yang dihampar di timbunan, tanpa menghiraukan
sumbernya, harus dihampar di lokasi yang disetujui Direksi dan Penyedia Jasa tidak

Galian dan Timbunan ST IV-18


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

berhak mengajukan tambahan kelonggaran di atas harga satuan penawaran seperti


tersebut dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk keperluan ini. Semua bagian
timbunan akan diukur dan dibayar berdasarkan “material yang terhampar” setelah
dipadatkan, dimana pemadatan diperlukan.
Material timbunan tidak boleh melewati batas zona-zona melebihi dari toleransi yang
diizinkan seperti ditentukan pada Tabel-3-1, diukur mendatar tegak lurus as
bendungan dari pembagian garis timbunan seperti ditunjukkan pada Gambar atau
disesuaikan oleh Direksi.
Catatan:
Ukuran untuk pembayaran material timbunan akan dibuat berdasarkan garis seperti
ditunjukkan pada Gambar atau disesuaikan oleh Direksi meskipun ada variasi
terhadap garis-garis ini seperti diizinkan dalam toleransi yang ditetapkan dalam
spesifikasi ini.
Untuk meminimalkan kontaminasi material filter dengan material yang lebih halus
selama pekerjaan timbunan, perbedaan permukaan timbunan zona-zona yang
berdekatan harus dijaga dalam batas-batas sebagai berikut:
1) Zona-2 ke Zona-1 : 30 – 60 cm lebih tinggi dari Zona-1
2) Zona-2 ke Zona-3 : 40 cm lebih tinggi dari Zona-3
Lapisan-lapisan tiap zona harus dihampar membentang penuh ke arah lebar dan
panjang zona sesuai dengan kapasitas alat pemadatan.Perubahan-perubahan
permukaan ke arah memanjang semua zona (yaitu sejajar as bendungan) harus
berada pada tahap satu lapis, dimana lebar tiap tahap tidak boleh kurang dari empat
kali tingginya.
Direksi dapat memerintah untuk menunda pekerjaan timbunan apabila dipandang
perlu untuk tidak meneruskan pekerjaan karena rendahnya kualitas berkaitan dengan
bagian pekerjaan, alat, material, tenaga dan efisiensi, atau karena kondisi cuaca yang
tidak menguntungkan. Penyedia Jasa tidak berhak mengajukan kompensasi tambahan
di atas harga satuan penawaran seperti dalam Daftar Kuantitas dan Harga dengan
alasan adanya penundaan pekerjaan yang ditetapkan oleh Direksi.
Apabila pekerjaan dihentikan pada bagian Zona-1 timbunan akibat hujan, maka
permukaan timbunan harus dibuat miring dan dihaluskan untuk fasilitas pengeringan/
drain. Sebelum pekerjaan dimulai lagi, kandungan air pada permukaan timbunan harus
dibuat sesuai dengan persyaratan dalam spesifikasi.
Apabila selama atau setelah menghampar material timbunan di zona manapun
terkontaminasi oleh material dari zona lain atau oleh tanah atau material yang tidak
layak lainnya yang disebabkan oleh lintasan mesin-mesin pemadatan atau oleh sebab
lain, maka semua material terkontaminasi tersebut harus dibuang, dan Penyedia Jasa
tidak berhak untuk mengajukan kompensasi tambahan diatas harga satuan penawaran
seperti tercantum pada Daftar Kuantitas dan Harga pekerjaan untuk pelaksanaan,
dengan alasan adanya kejadian ini.

Galian dan Timbunan ST IV-19


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Kepantasan prosedur Penyedia Jasa untuk pemadatan material timbunan akan


ditetapkan oleh Direksi. Pemadatan tiap lapis material timbunan harus dimulai dengan
cara yang sistimatis, berurutan dan berkesinambungan, untuk menjamin tiap bagian
lapisan mendapat kepadatan yang telah ditentukan. Pemadatan harus dilakukan
dengan lintasan alat pemadatan sejajar dengan as bendungan, kecuali dalam hal
lintasan tersebut tidak dapat dilakukan seperti pada daerah perputaran, pada daerah
yang berdekatan dengan sandaran (abutment) atau pada daerah lain yang ditentukan
oleh Direksi. Permukaan material timbunan yang diakibatkan oleh bekas roda dan
akibat pemadatan yang tidak rata, harus diratakan kembali sebelum lapisan yang
berikutnya dihampar, dan apabila dipandang perlu oleh Direksi, harus dipadatkan
kembali oleh Penyedia Jasa tanpa adanya tambahan biaya dari Direksi.
Tipe peralatan yang diperlukan untuk pemadatan material timbunan ditentukan dalam
spesifikasi ini; akan tetapi Penyedia Jasa dapat mengusulkan tipe yang lain.
Penggunaan tipe alternatif peralatan pemadatan akan dipertimbangkan untuk
mendapatkan persetujuan asalkan pengujian yang dilakukan oleh Penyedia Jasa di
lapangan, atas biaya Penyedia Jasa sendiri, menunjukkan pemadatan yang
memuaskan dan syarat lain memenuhi ketentuan dalam spesifikasi ini. Pengujian-
pengujian pemadatan harus dilakukan dengan simulasi keadaan yang sebenarnya
dengan menggunakan semua peralatan dan metoda yang diusulkan untuk
penghamparan dan pemadatan material timbunan. Dalam pengajuan usulannya,
Penyedia Jasa diminta untuk mengajukan semua detail peralatan pemadatan termasuk
penggunaan sebelumnya pada pekerjaan yang sejenis dan harus menyebut
keuntungan-keuntungannya dari segi waktu dan biaya kepada Direksi.
Jalur lereng sementara untuk keperluan pelaksanaan konstruksi akan diizinkan di luar
permukaan timbunan bendungan, asalkan:
1) Lokasi lereng (tanjakan) harus disetujui Direksi sebelum pembuatan lereng.
2) Lereng (tanjakan) dibuat dari material yang terdahulu.
3) Kecuali bila disetujui Konsultan/Direksi semual lereng (tanjakan) diletakkan di luar
timbunan bendungan atau di sebelah luar batas timbunan seperti yang ditunjukkan
dalam gambar rencana atau sesuai dengan arahan Konsultan/Direksi harus
dipindahkan pada saat penyelesaian pelaksanaan konstruksi dan permukaan
timbunan dikembalikan sesuai dengan persetujuan Konsultan/Direksi.
Untuk material timbunan yang dihampar dan berhubungan dengan struktur beton,
penghamparannya harus ditunda sampai struktur beton mencapai umur antara 7 hari
sampai dengan 28 hari seperti diperintahkan oleh Direksi. Material timbunan kemudian
harus dihampar sedapat mungkin merata disekeliling bangunan beton untuk
meminimalkan ketidak seimbangan beban pada struktur yang mungkin tidak
diperhitungkan dalam desain.
Penyedia Jasa juga harus berhati-hati dalam memadatkan material timbunan yang
berdekatan dengan struktur beton yang lainnya. Kerusakan pada struktur beton yang
disebabkan oleh peralatan Penyedia Jasa harus diperbaiki atas biaya Penyedia Jasa.

Galian dan Timbunan ST IV-20


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

4.2.2 Zona Inti Kedap Air (Zona-1)

4.2.2.1 Umum

Zona inti kedap air (Zona-1) untuk bendungan utama dan bendungan pengelak utama
hulu harus dilaksanakan sesuai dengan sub-bab ini dan spesifikasi lain yang dapat
dipakai. Material inti kedap air harus didapat dari tempat pengambilan tanah ( borrow
area) seperti ditunjukkan pada Gambar atau atas arahan Direksi.
Gradasi material Zona-1 akan ditetapkan secara pasti oleh Direksi sebelum dimulainya
timbunan bendungan.

4.2.2.2 Persiapan Pondasi untuk Bendungan Utama

Tidak boleh ada material yang dihampar di sembarang bagian zona inti kedap air dari
bendungan utama sampai pondasi untuk bagian tersebut telah selesai digali,
dikeringkan dan disiapkan dengan pantas, serta disetujui Direksi. Semua bagian-bagian
bekas galian yang dibuat untuk sumur uji atau investigasi bawah tanah lain dan semua
rongga, celah, dan ketidak beraturan lain yang ada yang ditemukan dalam pondasi
bendungan utama yang memanjang di bawah atau melampaui garis galian yang telah
ditentukan untuk pondasi bendungan, harus diisi dengan material isian beton (dental
work) atau sementasi (slush grout) atau seperti ditunjuk oleh Direksi, dan pembayaran
untuk ini dibuat sebagaimana disediakan dalam item pekerjaan dalam Daftar Kuantitas
dan Harga Pekerjaan.
Penggalian pondasi batuan harus terbatas sampai kedalaman 30 cm di atas batas
galian rencana yang diperlukan untuk mencegah sisi-sisi dan bagian bawah pondasi
pecah akibat bukaan yang berlebihan terhadap cuaca. Segera sebelum menghampar
zona inti kedap air (Zona-1), pondasi batuan harus selesai digali sampai ke formasi
yang diperlukan dengan menggunakan peralatan tangan atau metoda lain yang
disetujui untuk mencegah hancurnya permukaan pondasi.
Permukaan pondasi dimana bagian Zona-1 timbunan bendungan akan dihampar di
atasnya, harus dibersihkan dari kotoran dan sisa material lepas dengan menggunakan
pompa udara bertekanan atau dengan pompa air bertekanan sesuai dengan kondisi
batuan pondasi. Semua material yang lepas atau goyah dan material yang tidak
menguntungkan lainnya harus dibuang sebelum menghampar lapisan pertama material
Zona-1.
Kondisi batuan pondasi sebelum penghamparan dibuat lembap namun tidak terdapat
genangan air. Genangan air yang ada harus dibuang dari bagian terendah dan semua
permukaan pondasi harus dalam keadaan basah dan dirawat secukupnya untuk
memperoleh ikatan yang baik dengan material Zona-1 yang akan dihampar di atasnya.
Sebelum penimbunan lapisan Zona-1, di permukaan pondasi dihampar lapisan contact
clay dengan ketebalan 30 cm yang dipadatkan setiap 10 cm sebagaimana disyaratkan
pada Sub-bab 4.2.2.8.

Galian dan Timbunan ST IV-21


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

4.2.2.3 Persiapan Pondasi Untuk Bendungan Pengelak Utama

Permukaan pondasi dimana lapisan inti kedap air untuk bendungan pengelak utama
hulu akan dihampar di atasnya harus dibersihkan dari semua material lepas dan
material yang tidak menguntungkan lainnya dengan cara seperti disyaratkan pada
Sub-bab 4.2.2.2.

4.2.2.4 Gradasi Material Zona-1

Material zona inti kedap air (Zona-1) merupakan material galian dari tempat
pengambilan tanah (borrow area) seperti ditunjukkan pada Gambar atau yang ditunjuk
oleh Direksi.
Spesifikasi material untuk timbunan inti adalah :
1) Ukuran butir maksimum 10 cm
2) Persentase berat butiran yang lolos saringan No. 200 (0,074 mm) antara 40%
sampai dengan 75%.
3) Persentase berat butiran yang tertahan saringan No. 4 (4,75 mm) tidak boleh lebih
dari 10%.
4) Kadar air material selama dan sesudah pemadatan antara -3% di bawah kadar air
optimum sampai dengan 3% di atas kadar air optimum atau menurut petunjuk
Direksi.
5) Koefisien permeabilitas lebih kecil dari 2 x 10-5 cm/detik setelah dipadatkan.
6) Merupakan campuran homogen antara lempung, silt, pasir dan kerikil.
7) Tidak mengandung akar-akar tanaman, tonggak-tonggak kayu, humus dan
kotoran lainnya.
8) Plasticity Index (PI) antara 15% sampai 45%.
9) Dry density lapangan harus lebih besar atau sama dengan 95% dry density dari
tes pemadatan standar (Standard Compaction Test).
10) Nilai Ɣd minimal 1,25.

Hasil uji gradasi harus masuk di dalam batas kriteria desain gradasi Zona-1. Bila
terdapat material yang keluar dari batas disesuaikan dengan petunjuk Direksi.

Penyedia Jasa bertanggung jawab untuk menyediakan dan membawa material inti ke
lokasi penimbunan menurut spesifikasi tersebut.
Jika kadar air material tidak memenuhi syarat, maka Penyedia Jasa wajib
mengusahakan agar syarat kadar air seperti disebut dalam Spesifikasi Teknik dapat
dipenuhi, misalnya dengan jalan menambahkan air kedalam material dan
mencampurkannya sampai merata jika material terlalu kering, atau menjemur terlebih
dahulu jika material terlalu basah. Tidak ada biaya tambahan atau kompensasi untuk
usaha-usaha mencapai kadar air material seperti yang disyaratkan. Cara lain adalah

Galian dan Timbunan ST IV-22


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

dengan jalan mengganti material yang tidak memenuhi syarat dengan material baru
sesuai Spesifikasi Teknik atas biaya Penyedia Jasa sendiri.
Di atas permukaan pondasi dihampar lapisan contact clay dengan ketebalan 30 cm
yang dipadatkan setiap 10 cm. Kriteria kadar air contact clay antara 5% sampai
dengan 10% dari kadar kelembapan optimum (optimum moisture content; OMC) dan
bersifat lebih plastis, sebagaimana disyaratkan pada Sub-bab 4.2.2.8

4.2.2.5 Pengawasan Kadar Air dan Kepadatan

Kadar air (moisture content) material Zona-1 sebelum dan selama pemadatan harus
dijaga di setiap lapis material. Kisaran yang diizinkan kadar air untuk material yang
akan dihampar adalah berdasarkan pertimbangan desain. Untuk keperluan pekerjaan
proyek ini, kadar air yang tertinggi biasanya didefinisikan sebagai kadar air yang akan
menghasilkan kepadatan kering maksimum material yang didapat dari Borrow Area
atau daerah lain yang mungkin ditunjukkan oleh Direksi.
Kadar air material Zona-1 harus dijaga selama dan sesudah pemadatan, berada dalam
kisaran -1% sampai dengan 3% dari OMC hasil Test Pemadatan Standar (Standard
Proctor Test) di laboratorium. Tingkat kepadatan kering (dry density) timbunan harus
tidak boleh lebih kecil dari 95% (sembilan puluh lima persen) dari kepadatan kering
maksimum berdasarkan Test Proctor di di laboratorium.
Kadar air isian dan kadar air tertinggi material Zona-1 akan ditentukan oleh Direksi dari
contoh tanah yang dipilih secara acak. Apabila kadar air yang ditentukan dari contoh
tanah tidak berada dalam batasan yang diperlukan, Penyedia Jasa harus memperbaiki
material sedemikian sehingga kadar air berada dalam batasan yang diperlukan seperti
dibuktikan dengan rangkaian uji-uji selanjutnya.
Direksi berhak untuk menyesuaikan batas kadar air yang diizinkan berdasarkan
informasi yang didapat dari percobaan timbunan dan/atau pelaksanaan yang
sesungguhnya, dan dalam hal ini tidak ada perubahan mengenai harga satuan per
meter kubik (m3) Zona-1 sebagaimana tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga
pekerjaan.
Sebagaimana disebut secara rinci pada Sub-bab 4.2.9, sebelum pengangkutan material
Zona-1 dari borrow area, kadar air material harus berada pada tingkat yang diperlukan
dan kemudian material diangkut ke tempat timbunan dan dihampar; akan tetapi,
apabila Direksi menetapkan bahwa kadar air material di Borrow Area berada pada
tingkat yang memuaskan, izin mungkin dapat diberikan kepada Penyedia Jasa untuk
menggali material di Borrow Area dan langsung diangkut ke tempat timbunan untuk
dihampar dan dipadatkan.
Bila diperlukan dari borrow area ke tempat sementara atau stock pile, perlu dilakukan
pengawasan kadar air.
Sepanjang dapat dilakukan, material Zona-1 harus berada dalam kadar air yang layak
sebelum dibawa ke tempat timbunan. Apabila disetujui oleh Direksi, tambahan air tidak
lebih dari 3% (tiga persen) dari berat material, dapat ditambahkan dengan penyiraman

Galian dan Timbunan ST IV-23


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

atau cara lain untuk menjamin kadar air yang seragam. Di sisi lain, apabila permukaan
material Zona-1 terlalu basah untuk pemadatan yang layak, maka harus dikeringkan
atau dikerjakan dengan digaru atau dengan peralatan lain yang layak untuk
mengurangi kadar air sampai ke jumlah nilai yang diperlukan dan kemudian di
padatkan kembali. Apabila material Zona-1 tidak dapat mencapai ke angka kadar air
yang ditentukan, maka harus dibuang dan diganti dengan material yang memadai.
Penyedia Jasa bertanggung jawab untuk mendapatkan kadar air Zona-1 yang telah
ditetapkan sehubungan dengan metoda yang diusulkannya dan telah disetujui oleh
Direksi.

4.2.2.6 Penghamparan

Distribusi dan gradasi material yang dihampar harus sedemikian hingga lapisan
tersebut bebas dari lensa-lensa, kantong-kantong, atau lapisan-lapisan material lain
yang mempunyai perbedaan besar dalam susunan atau gradasi atau kelembaban
material disekitarnya. Kombinasi operasi penggalian dan penghamparan harus
sedemikian hingga material tersebut bila dipadatkan akan menghasilkan kestabilan dan
derajat pemadatan yang paling baik.
Material Zona-1 harus dihampar secara berkesinambungan, tebal lapisan mendatar
tidak lebih dari 30 cm (tiga puluh senti meter) sebelum dipadatkan.
Timbunan material secara berurutan harus dilakukan sedemikian sehingga
menghasilkan distribusi material yang paling baik setelah mendapat persetujuan dari
Direksi, dan jika dipandang perlu untuk mencapai tujuan ini, Direksi dapat menunjuk
lokasi timbunan dimana timbunan secara sendiri-sendiri perlu dilakukan.
Butiran yang mempunyai ukuran lebih dari 10 cm (sepuluh senti meter) harus tidak
diikut sertakan sebagai material timbunan. Butiran yang lebih besar dari 10 cm yang
ditemukan dalam material timbunan harus dibuang sebelum material timbunan
tersebut dipadatkan. Sampah atau kotoran, akar pohon, ranting dan lain-lain di sekitar
hamparan zona 1 harus dibuang untuk mencegah terjadinya kemungkinan bocoran
(piping) di sepanjang permukaan yang bersinggungan (contact surface). Bongkah-
bongkah tanah harus diurai terlebih dahulu sebelum dipadatkan agar timbunan
menjadi homogen.
Kemiringan yang cukup untuk drainasi harus disediakan sebelum atau selama hujan
pada tempat yang sedang dilakukan penimbunan.

4.2.2.7 Pemadatan Biasa

Sebelum pemadatan harus dilakukan trial embankment (percobaan timbunan). Apabila


tiap lapisan material sudah dalam keadaan mempunyai kadar air yang dipersyaratkan,
maka lapisan ini harus dipadatkan dengan tingkat kepadatan tidak kurang dari 95%
(sembilan puluh lima persen) dari kepadatan kering maksimum (hasil Proctor Test)
dengan menggunakan alat pemadatan berupa sheepfoot roller tanpa digetarkan atau

Galian dan Timbunan ST IV-24


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

yang sejenis dengan banyaknya lintasan seusai dengan hasil trial embankment/
percobaan timbunan. Pemadatan dilakukan pada setiap jalur (setara dengan lebar
sepanjang roda alat pemadatan) lapisan hingga seluruh lebar lapisan zona-zona selesai
dipadatkan sampai mencapai kepadatan yang diperlukan.
Tingkat kepadatan kering (dry density) timbunan harus tidak boleh lebih kecil dari 95%
(sembilan puluh lima persen) dari kepadatan kering maksimum berdasarkan Test
Proctor di di laboratorium.
Jumlah lintasan sebenarnya yang diperlukan untuk alat pemadatan akan ditentukan
berdasarkan pada percobaan timbunan (trial embankment) yang dilakukan seperti
ditentukan pada Sub-bab 4.2.8 berikut ini. Sedemikian, hingga Direksi berhak untuk
menentukan variasi jumlah lintasan alat pemadatan tergantung ke pada hasil
percobaan timbunan. Sebagai tambahan, Direksi akan melakukan uji-uji seperti
ditentukan pada Sub-bab 4.2.9 berikut ini untuk menentukan apakah kepadatan yang
diperlukan bisa dicapai.
Sambungan timbunan baru dengan timbunan lama (seperti timbunan pada palung
sungai dengan timbunan bantaran kanan-kiri), permukaan sambungan timbunan lama
harus dibuat miring 1V : 4H.
Tipe spesifik tamping roller atau roller dengan memakai ban angin atau yang
sejenisnya yang diusulkan oleh Penyedia Jasa harus mendapat persetujuan dari
Direksi.
Pemuatan, pengoperasian dan kecepatan laju alat pemadat roller harus dilakukan
seperlunya untuk mendapatkan pemadatan yang diinginkan. Jika lebih dari satu alat
roller digunakan untuk pemadatan pada satu lapisan, semua alat roller yang digunakan
harus mempunyai tipe yang sama dan harus mempunyai ukuran yang sama. Traktor
yang digunakan untuk menarik alat pemadatan roller harus mempunyai tenaga yang
cukup untuk menarik alat roller dengan sempurna apabila drum atau ban roller dalam
keadaan muatan penuh.
Selama pengoperasian alat pemadat, Penyedia Jasa harus menjaga ruang antara ujung
kaki pemadat atau ban dan permukaan drum atau ban, agar bersih dari tanah yang
dapat mengumpul yang dapat mengganggu keefektifan kerja ban roller.
Apabila dipandang perlu oleh Direksi, permukaan lapisan material yang akan di- roller
terlalu kering atau terlalu halus untuk dapat mengikat dengan baik dengan lapisan
material yang akan dihampar padanya, maka lapisan tersebut harus dibasahi dan/atau
dikerjakan dengan alat garu, atau dengan menggunakan alat yang layak lainnya yang
disetujui, pada kedalaman yang cukup, untuk mendapatkan ikatan permukaan yang
baik sebelum lapisan material yang selanjutnya dihampar. Apabila dipandang perlu
oleh Direksi, dimana permukaan lapisan material yang sudah diroller di lapangan
terlalu basah bagi pemadatan material yang akan dihampar di atasnya, maka lapisan
material tersebut harus dibuang dan dikeringkan atau dikerjakan dengan alat garu,
atau dengan menggunakan alat yang layak lainnya untuk mengurangi kadar airnya

Galian dan Timbunan ST IV-25


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

sampai pada nilai yang diperlukan. Kemudian lapisan material tersebut harus
dipadatkan lagi sebelum lapisan berikutnya dihampar di atasnya.

4.2.2.8 Pemadatan Contact Clay

Material ini harus dipilih dari material yang lebih plastis dan lebih halus di borrow area
sebagaimana ditunjuk Direksi, untuk dihampar dan dipadatkan secara khusus dengan
tebal 10 cm (sepuluh senti meter) sebanyak 3 (tiga) lapis hamparan di atas semua
permukaan pondasi Zona-1 (termasuk lereng tumpuan) dan di sekitar struktur beton
capping dan bangunan pelimpah.
Material ini harus dihampar kurang lebih berupa lapisan horisontal dengan tebal tidak
lebih dari 10 cm (sepuluh senti meter) setelah dipadatkan kecuali apabila
diperintahkan oleh Direksi. Lapisan material ini harus mempunyai kadar air sebesar
5%-10% dari OMC dari material Zona-1 biasa yang sudah ditentukan kadar airnya
yang digunakan untuk timbunan bendungan utama. Material contact clay ini harus
dipadatkan dengan alat pemadat mekanis yang dioperasikan dengan tangan (hand
stamper, baby roller atau alat lain yang disetujui Direksi) sehingga mempunyai lekatan
yang kuat pada semua permukaan pondasi yang tidak beraturan dan juga harus
dipadatkan sempurna pada struktur beton.
Tingkat kepadatan kering (dry density) timbunan harus tidak boleh lebih kecil dari 95%
(sembilan puluh lima persen) dari kepadatan kering maksimum berdasarkan Test
Proctor di laboratorium.
Apabila material ini ditempatkan pada permukaan pondasi yang miring (tumpuan) dan
pada dinding beton maka timbunan dibuat miring 1V : 6H dan arah gerakan
pemadatan harus tegak lurus lereng tumpuan agar tekanan alat pemadat mengarah
langsung ke permukaan pondasi.
Apabila, pondasi yang tidak beraturan terlampau kecil, sehingga penggunaan alat
pemadatan mekanis yang dioperasikan dengan tangan tidak dapat dilaksanakan, maka
material ini harus dipadatkan secara khusus sesuai dengan petunjuk Direksi; dan
bagaimanapun juga tidak ada penyesuaian harga satuan untuk pelaksanaan dengan
hal ini.
Pengukuran untuk pembayaran material Zona-1 yang dipadatkan secara khusus seperti
yang ditentukan pada sub-ayat ini akan dibuat berdasarkan garis, angka dan dimensi
yang ditentukan oleh Direksi.
Pembayaran untuk material Zona-1 dan pemadatan khususnya seperti ditentukan pada
sub-ayat ini akan dibuat berdasarkan harga satuan per meter kubik dalam penawaran
seperti tercantum pada Kuantitas Pekerjaan, dan akan dipisah dengan pembayaran
untuk pelaksanaan Zona-1 timbunan bendungan biasa seperti ditentukan pada Sub-
bab 4.2.9. Harga satuan ini terdiri dari untuk semua tenaga kerja, material dan
peralatan yang perlu untuk pelaksanaan pekerjaan termasuk penggalian material di
Borrow Area, pengangkutan sampai ke pondasi bendungan utama, penempatan,

Galian dan Timbunan ST IV-26


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

penyebaran, pemadatan khusus, pembasahan atau pengeringan dan penggaruan


bilamana perlu serta semua pengujian (testing).

4.2.2.9 Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran untuk pembayaran pemadatan material Zona-1 biasa (seperti ditentukan


pada Sub-bab 4.2.2.6 dan 4.2.2.7) pada timbunan bendungan akan dibuat
berdasarkan semua material yang sudah dihampar di tempat dan diterima, sesuai
dengan garis, angka dan dimensi yang ditetapkan oleh Direksi.
Pembayaran untuk pelaksanaan pemadatan Zona-1 di timbunan biasa bendungan akan
dibuat berdasarkan harga satuan per meter kubik (m3) penawaran seperti tercantum
pada Daftar Kuantitas dan Harga pekerjaan. Harga satuan tersebut terdiri untuk semua
tenaga kerja, material dan peralatan yang perlu untuk melaksanakan pekerjaan
termasuk galian material dan pekerjaan lain di Borrow Area di luar pembersihan
(clearing) dan pengupasan (stripping) seperti diuraikan pada Sub-bab 4.2.9,
pengangkutan, penempatan, penyebaran, pemadatan biasa, pembasahan atau
pengeringan dan penggaruan bilamana perlu, dan semua pengujian termasuk
pengujian pelaksanaan timbunan. Dalam hal dimana diperlukan Penyedia Jasa untuk
melakukan lebih atau kurang dari 8 (delapan) kali lintasan pemadatan, maka tidak
perlu ada penyesuaian pada harga satuan penawaran dalam Daftar Kuantitas dan
Harga.
Pengukuran dan pembayaran untuk pemadatan khusus material Zona-1 di bendungan
utama harus mengikuti ketetentuan pada Sub-bab 4.2.2.8.

4.2.3 Zona Filter Halus (Zona-2)

4.2.3.1 Umum

Material filter halus (Zona-2) dan filter kasar atau transisi (Zona-3) harus terdiri dari
partikel material alam, keras dan awet bentukan dari hancuran batuan andesit vulkanik
yang didapat dari endapan sungai yang terdiri dari pasir dan kerikil atau diproses
melalui penghancuran, pengayakan dan pencucian sebagaimana untuk mendapatkan
gradasi yang diperlukan. Material bentukan dari hancuran batuan tuf (breksi tuf) tidak
boleh dipergunakan untuk material ini.
Material filter halus (Zona-2) harus bersih, material tidak berkohesi terutama terdiri
dari pasir dan kerikil (gravel) dengan ukuran butir maksimum 50 mm (lima puluh
milimeter), persentase berat butiran lolos saringan No. 200 (0,074 mm) kurang dari
5% (lima persen) dan persentase berat butiran tertahan saringan No.4 (4,76 mm)
kurang dari 35% (tiga puluh lima persen).
Gradasi material Zona-2 akan ditetapkan secara pasti oleh Direksi sebelum dimulainya
timbunan bendungan.
Sebelum dan selama pemadatan, material di setiap lapisan zona filter harus dalam
keadaan basah untuk mencapai tingkat kepadatan yang memuaskan.

Galian dan Timbunan ST IV-27


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Ukuran dan gradasi material Zona-2 dan Zona-3 akan diuji di lapangan oleh Direksi
setelah pemadatan.
Kontraktor harus menyediakan instalasi, perlengkapan dan peralatan yang diperlukan
untuk memproses/memproduksi filter sesuai spesifikasi yang ditetapkan.

4.2.3.2 Penghamparan

Apabila terdapat fragmen batuan pada material yang dihampar lebih besar dari ukuran
yang ditentukan, maka harus dibuang sebelum material tesebut dipadatkan, kecuali
apabila diperintah oleh Direksi, dimana fragmen batuan yang harus dibuang itu
memenuhi syarat untuk zona batuan, maka dapat ditempatkan pada zona timbunan
random tanah (Zona-4) atau zona timbunan batu (Zona-5).
Material Zona-2 harus dihampar terlebih dahulu sebelum penghamparan material
Zona-1. Ketebalan hamparan sebelum dipadatkan tidak boleh lebih dari 40 cm (empat
puluh senti meter).
Pengoperasian Penyedia Jasa dalam penanganan, penghamparan dan pemadatan
material Zona-2 harus sedemikian sehingga akan menghasilkan distribusi dan gradasi
material yang dapat diterima di semua zona. Kantong-kantong batuan dan sekelompok
batuan yang akan mengganggu pemadatan material dengan sempurna tidak boleh
ada.
Material untuk Zona-2 harus dihampar secara terus menerus, kurang lebih berupa
lapisan mendatar untuk mencegah terjadinya pemisahan butiran (segregation) atau
terjadinya formasi rongga. Tebal tiap lapis tidak boleh lebih dari 40 cm (empat puluh
senti meter) sebelum dipadatkan. Apabila permukaan yang dihampar terkontaminasi
oleh material timbunan yang lain, maka permukaan yang dihampar harus dibersihkan
atau dikupas dari material yang menyebabkan kontaminasi sebelum lapis yang
berikutnya dihampar. Butiran yang lebih besar dari ⅔ dari tebal lapisan setelah
dipadatkan harus dibuang.
Timbunan material secara berurutan harus dilakukan sedemikian sehingga
menghasilkan distribusi material yang paling baik setelah mendapat persetujuan dari
Direksi, dan jika dipandang perlu untuk mencapai tujuan ini, Direksi dapat menunjuk
lokasi timbunan dimana timbunan secara sendiri-sendiri perlu dilakukan.

4.2.3.3 Pemadatan

Tiap lapis material untuk Zona-2 harus dipadatkan sampai kepadatan relatif (relative
density) paling sedikit 75% (tujuh puluh lima persen) dengan menggunakan alat
pemadat dengan getar (vibratory roller) dengan berat lebih dari 110 kN (11 ton) atau
berdasarkan program trial embankment. Hal ini akan dapat dilakukan dengan lintasan
sesuai hasil trial embankment pada setiap jalur (sama dengan lebar sampai panjang
dari drum roller) lapisan hingga seluruh lapisan zona-zona selesai dipadatkan sampai
mencapai kepadatan yang diperlukan.

Galian dan Timbunan ST IV-28


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Jumlah lintasan sebenarnya yang diperlukan untuk alat pemadatan akan ditentukan
berdasarkan pada percobaan timbunan (trial embankment) yang dilakukan seperti
ditentukan pada Sub-bab 4.2.8 berikut ini. Sedemikian, hingga Direksi berhak untuk
menentukan variasi jumlah lintasan alat pemadatan tergantung ke pada hasil
percobaan timbunan. Sebagai tambahan, Direksi akan melakukan uji-uji seperti
ditentukan pada Sub-bab 4.2.9 berikut berikut ini untuk menentukan apakah
kepadatan yang diperlukan bisa dicapai.
Tipe spesifik vibratory roller yang digunakan Penyedia Jasa untuk pemadatan material
Zona-2 harus diajukan dan mendapatkan persetujuan dari Direksi
Pengoperasian alat roller getar, termasuk frekuensi getaran dan kecepatan lintasan
harus sesuai dengan petunjuk Direksi. Jika lebih dari satu alat roller getar yang
digunakan, maka semua alat roller harus mempunyai tipe yang sama dan yang
terpenting mempunyai dimensi yang sama pula.
Mesin penarik traktor harus mempunyai tenaga yang cukup untuk menarik alat
pemadatan roller dengan baik dalam semua keadaan yang ditemui pada pekerjaan
timbunan. Permukaan roller harus dijaga agar bebas dari tanah yang menempel
padanya; dan apabila terdapat tanah atau material lain menempel padanya, maka
harus dibuang. Roller harus dipelihara dengan baik sedemikian hingga karakteristik
pemadatan dapat dipertahankan secara konsisten.
Apabila, pada pemadatan lapisan Zona-2, pada bagian permukaan lapisan terdapat
material yang dapat menghalangi jalannya air keluar melalui zona, dan/atau dapat
mencegah lekatan yang baik dengan material yang selanjutnya, maka Penyedia Jasa
harus membuang material yang dapat menghalangi jalannya air keluar tersebut ketika
dipadatkan dan/atau digaru atau kalau tidak dipersiapkan permukaan lapisan
sedemikian sehingga diperoleh lekatan yang baik diantara lapisan tersebut.

4.2.3.4 Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran untuk pembayaran Zona-2 pada timbunan bendungan akan dibuat


berdasarkan pada semua material yang sudah dipadatkan di lapangan pada garis,
ukuran dan dimensi yang ditentukan oleh Direksi.
Pembayaran untuk pelaksanaan Zona-2 di timbunan bendungan akan dibuat
berdasarkan harga satuan per meter kubik (m3) penawaran seperti tercantum pada
Daftar Kuantitas dan Harga pekerjaan. Harga satuan ini terdiri untuk semua tenaga
kerja, material dan alat yang dipakai untuk melaksanakan pekerjaan termasuk galian
material di tempat quarry; proses dan penumpukan (stock pile) material,
pengklasifikasian dan pencucian, pengangkutan, penempatan, penghamparan
pengeringan atau pembasahan, penggaruan sebagaimana perlu dan pemadatan,
termasuk semua pengujian yang diperlukan untuk pelaksanaan timbunan. Pada
keadaan dimana Penyedia Jasa diperlukan untuk membuat lebih atau kurang dari 4
(empat) kali lintasan untuk alat pemadatan roller getar, maka tidak ada penyesuaian
harga satuan penawaran yang akan dibuat pada Daftar Kuantitas dan Harga.

Galian dan Timbunan ST IV-29


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

4.2.4 Zona Filter Kasar (Zona-3)

4.2.4.1 Umum

a. Semua materal untuk filter akan didapatkan dari quarry seperti ditunjukkan dalam
Gambar.
b. Semua pekerjaan penggalian di quarry akan dikerjakan sesuai dengan Sub-Bab.
c. Penyedia Jasa akan mengajukan metode kerja berkaitan dengan produksi filter dan
penempatan/panghamparan material filter untuk mendapatkan persetujuan dari
Direksi. Paling tidak/minimal 60 hari sebelum instalasi peralatan produksi material
filter, Penyedia Jasa harus mengajukan gambar, metode kerja berkenaan dengan
pengaturan plant, deskripsi peralatan, metode kerja penghamparan dan material
filter.
d. Material Zona-3 diperoleh dari hasil crushing dan belum dilakukan uji gradasi. Pada
saat awal pelaksanaan konstruksi harus dilakukan uji gradasi dari hasil crushing
tersebut.
e. Gradasi material dan Zona-3 akan ditetapkan secara pasti oleh Direksi sebelum
dimulainya timbunan bendungan.

4.2.4.2 Kualitas Material Filter Kasar

a. Material filter kasar harus merupakan komposisi dari material batuan keras yang kuat
dan awet dan tidak mengandung lempung, lanau dan material organik, material batu
untuk kebutuhan filter kasar didapat dari hasil penggalian quarry. Material bentukan
dari hancuran batuan tuf (breksi tuf) tidak boleh dipergunakan untuk material ini.
Hanya batuan lapuk sedang ke batuan keras yang diizinkan dipergunakan untuk
material ini.
b. Material untuk filter kasar ini harus diproses untuk memenuhi kebutuhan
sebagaimana disebutkan dalam sub bab 3 dalam Bab ini. Seperti proses pekerjaan
dimaksud adalah pemecahan, pengayakan, pencucian, pemisahan dan pencampuran
(blending) sudah termasuk dalam pekerjaan pemrosesan material filter kasar ini.
c. Penyedia Jasa akan membangun fasilitas pemorosesan untuk material filter kasar ini.

4.2.4.3 Pengujian

a. Sebelum melaksanakan penimbunan maka Penyedia Jasa harus melakukan pengujian


sesuai dengan pedoman pengujian material ASTM 1141. Material akan ditolak
apabila:
 Kehilangan material kurang dari 45% terhadap berat total menggunakan LA Abrasi
pada 500 putaran.
 Pengujian soundness dengan menggunakan sodium sulphate 5 siklus, kehilangan
material terhadap berat total tidak lebih dari 14%.

Galian dan Timbunan ST IV-30


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

b. Pada saat penghamparan dan pemadatan material filter kasar harus sudah sesuai
dengan gradasi seperti ditunjukkan dalam Gambar. Kurva gradasi akan ditentukan
kemudian oleh Direksi.
c. Penyedia Jasa akan membuang material filter kasar yang tidak memenuhi syarat
sesuai sub bab ini. Gradasi material filter harus memenuhi kriteria yang akan
melindungi material lempung yang diambil dari borrow area.

4.2.4.4 Penghamparan

Apabila terdapat fragmen batuan pada material yang dihampar lebih besar dari ukuran
yang ditentukan, maka harus dibuang sebelum material tesebut dipadatkan, kecuali
apabila diperintah oleh Direksi, dimana fragmen batuan yang harus dibuang itu
memenuhi syarat untuk zona batuan, maka dapat ditempatkan pada zona timbunan
random (Zona-4) atau zona timbunan batu (Zona-5).
Material Zona-3 harus dihampar terlebih dahulu sebelum penghamparan material
Zona-1. Ketebalan hamparan sebelum dipadatkan tidak boleh lebih dari 40 cm (empat
puluh senti meter).
Pengoperasian Penyedia Jasa dalam penanganan, penghamparan dan pemadatan
material Zona-3 harus sedemikian sehingga akan menghasilkan distribusi dan gradasi
material yang dapat diterima di semua zona. Kantong-kantong batuan dan sekelompok
batuan yang akan mengganggu pemadatan material dengan sempurna tidak boleh
ada.
Material untuk Zona-3 harus dihampar secara terus menerus, kurang lebih berupa
lapisan mendatar untuk mencegah terjadinya pemisahan butiran ( segregation) atau
terjadinya formasi rongga. Tebal tiap lapis tidak boleh lebih dari 40 cm (empat puluh
senti meter) sebelum dipadatkan. Apabila permukaan yang dihampar terkontaminasi
oleh material timbunan yang lain, maka permukaan yang dihampar harus dibersihkan
atau dikupas dari material yang menyebabkan kontaminasi sebelum lapis yang
berikutnya dihampar.
Timbunan material secara berurutan harus dilakukan sedemikian sehingga
menghasilkan distribusi material yang paling baik setelah mendapat persetujuan dari
Direksi, dan jika dipandang perlu untuk mencapai tujuan ini, Direksi dapat menunjuk
lokasi timbunan dimana timbunan secara sendiri-sendiri perlu dilakukan.

4.2.4.5 Pemadatan

Tiap lapis material untuk Zona-3 harus dipadatkan sampai kepadatan relatif (relative
density) paling sedikit 70% (tujuh puluh persen) dengan menggunakan alat pemadat
tanpa getar (vibratory roller) dengan berat lebih dari 110 kN (11 ton). Hal ini akan
dapat dilakukan dengan lintasan alat pemadat kurang lebih 4 (empat) kali lintasan
pada setiap jalur (sama dengan lebar sampai panjang dari drum roller) lapisan hingga

Galian dan Timbunan ST IV-31


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

seluruh lapisan zona-zona selesai dipadatkan sampai mencapai kepadatan yang


diperlukan.
Jumlah lintasan sebenarnya yang diperlukan untuk alat pemadatan akan ditentukan
berdasarkan pada percobaan timbunan (embankment trial) yang dilakukan seperti
ditentukan pada Sub-bab 4.2.8 berikut ini. Sedemikian, hingga Direksi berhak untuk
menentukan variasi jumlah lintasan alat pemadatan tergantung ke pada hasil uji
timbunan. Sebagai tambahan, Direksi akan melakukan uji-uji seperti ditentukan pada
Sub-bab 4.2.9 berikut ini untuk menentukan apakah kepadatan yang diperlukan bisa
dicapai.
Tipe spesifik vibratory roller yang digunakan Penyedia Jasa untuk pemadatan material
Zona-3 harus diajukan dan mendapatkan persetujuan dari Direksi.
Pengoperasian alat roller getar, termasuk frekuensi getaran dan kecepatan lintasan
harus sesuai dengan petunjuk Direksi. Jika lebih dari satu alat roller getar yang
digunakan, maka semua alat roller harus mempunyai tipe dan dimensi yang sama.
Mesin penarik traktor harus mempunyai tenaga yang cukup untuk menarik alat
pemadatan roller dengan baik dalam semua keadaan yang ditemui pada pekerjaan
timbunan. Permukaan roller harus dijaga agar bebas dari tanah yang menempel
padanya; dan apabila terdapat tanah atau material lain menempel padanya, maka
harus dibuang. Roller harus dipelihara dengan baik sedemikian hingga karakteristik
pemadatan dapat dipertahankan secara konsisten.
Apabila, pada pemadatan lapisan Zona-3, pada bagian permukaan lapisan terdapat
material yang dapat menghalangi jalannya air keluar melalui zona, dan/atau dapat
mencegah lekatan yang baik dengan material yang selanjutnya, maka Penyedia Jasa
harus membuang material yang dapat menghalangi jalannya air keluar tersebut ketika
dipadatkan dan/atau digaru atau kalau tidak dipersiapkan permukaan lapisan
sedemikian sehingga diperoleh lekatan yang baik di antara lapisan tersebut.

4.2.4.6 Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran untuk pembayaran Zona-3 pada timbunan bendungan akan dibuat


berdasarkan pada semua material yang sudah dipadatkan di lapangan pada garis,
ukuran dan dimensi yang ditentukan oleh Direksi.
Pembayaran untuk pelaksanaan Zona-3 di timbunan bendungan akan dibuat
berdasarkan harga satuan per meter kubik (m3) penawaran seperti tercantum pada
Daftar Kuantitas dan Harga pekerjaan. Harga satuan ini terdiri untuk semua tenaga
kerja, material dan alat yang dipakai untuk melaksanakan pekerjaan termasuk galian
material di tempat quarry; proses dan penumpukan (stock pile) material,
pengklasifikasian dan pencucian, pengangkutan, penempatan, penghamparan
pengeringan atau pembasahan, penggaruan sebagaimana perlu dan pemadatan,
termasuk semua pengujian yang diperlukan untuk pelaksanaan timbunan. Pada
keadaan dimana Penyedia Jasa diperlukan untuk membuat lebih atau kurang dari 4

Galian dan Timbunan ST IV-32


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(empat) kali lintasan untuk alat pemadatan roller getar, maka tidak ada penyesuaian
harga satuan penawaran yang akan dibuat pada Daftar Kuantitas dan Harga.

4.2.5 Zona Timbunan Batu (Zona-5)

4.2.5.1 Umum

Material zona timbunan batu (Zona-5) untuktimbunan bendungan harus diperoleh dari
quarry atau daerah lain yang disetujui oleh Direksi, dan harus berupa campuran batu
yang cukup keras, awet dan bergradasi baik.
Material zona-5 harus berupa campuran pilihan yang mempunyai ukuran partikel
maksimum 75 cm (tujuh puluh lima senti meter), prosentase berat butiran yang
tertahan pada ayakan No.4 (4,76 mm) tidak boleh kurang dari 80 % (delapan puluh
persen), dan prosentase berat butiran yang lolos ayakan No.200 (0,074 mm) tidak
boleh lebih dari 1 % (satu persen).
Pada tempat-tempat dimana Zona-5 berdekatan dengan Zona-3, Zona-4 dan pondasi
bendungan, Penyedia Jasa harus berhati-hati untuk menjamin tidak ada material yang
ukurannya lebih dari 20 cm (dua puluh senti meter) terhampar di lokasi tersebut.
Pondasi di bawah Zona-5 timbunan bendungan harus dipersiapkan sesuai petunjuk
Direksi sehingga permukaan pondasi dapat dipadatkan dan mempunyai lekatan yang
baik dengan lapisan pertama material Zona-5 yang akan dihampar di atasnya.
Material zona-5 tidak boleh dihampar di timbunan bendungan sampai pondasi tersebut
sudah disiapkan dengan baik dan disetujui oleh Direksi.
Gradasi material Zona-5 akan ditetapkan secara pasti oleh Direksi sebelum dimulainya
timbunan bendungan.

4.2.5.2 Penghamparan

Material untuk Zona-5 harus dihampar secara terus menerus, kurang lebih berupa
lapisan horisontal untuk mencegah terjadinya pemisahan butiran (segregation),
kantong-kantong batuan atau terjadinya formasi rongga. Tebal tiap lapis tidak boleh
lebih dari 100 cm (seratus senti meter).
Timbunan material secara berurutan harus dilakukan sedemikian sehingga
menghasilkan distribusi material yang paling baik setelah mendapat persetujuan dari
Direksi, dan jika dipandang perlu untuk mencapai tujuan ini, Direksi dapat menunjuk
lokasi timbunan dimana timbunan secara sendiri-sendiri perlu dilakukan.

4.2.5.3 Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran untuk pembayaran Zona-5 pada timbunan bendungan dibuat berdasarkan


pada semua material yang sudah dipadatkan di lapangan pada garis, ukuran dan
dimensi yang ditentukan oleh Direksi.

Galian dan Timbunan ST IV-33


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Pembayaran untuk pelaksanaan Zona-5 pada timbunan bendungan akan dibuat


berdasarkan harga satuan per meter kubik (m3) penawaran seperti tercantum pada
Daftar Kuantitas dan Harga pekerjaan. Harga satuan ini terdiri untuk semua tenaga
kerja, material dan alat yang dipakai untuk melaksanakan pekerjaan termasuk galian
material dari tempat stockpile dan pengangkutan ke tempat timbunan, penghamparan,
penyebaran, pembasahan dan pemadatan material dengan roller; dan pengujian
termasuk pengujian pelaksanaan timbunan. Pada keadaan dimana Penyedia Jasa
diperlukan untuk membuat lebih atau kurang dari jumlah lintasan untuk alat
pemadatan roller getar yang ditentukan seperti tersebut di atas, maka tidak ada
penyesuaian harga satuan penawaran yang akan dibuat pada Daftar Kuantitas dan
Harga.

4.2.6 Zona Rip-Rap (Zona-6)

4.2.6.1 Umum

Material untuk zona rip-rap (zona pelindung) adalah batu pilihan yang berasal dari
quarry atau dari tempat lain yang disetujui Direksi. Ukuran butir maksimum timbunan
rip-rap adalah 100 cm untuk tebal zona rip-rap 1,0 m dan 60 cm untuk tebal zona rip-
rap 0,60 m. Untuk Zona rip-rap tidak perlu ada pemadatan.
Gradasi material Zona-6 akan ditetapkan secara pasti oleh Direksi sebelum dimulainya
timbunan bendungan.

4.2.6.2 Penghamparan

Apabila pada material yang dihampar terdapat partikel yang lebih besar dari pada
ukuran maksimum yang telah ditetapkan, maka material tersebut harus dibuang
kecuali apabila mendapat persetujuan dari Direksi.
Operasi Penyedia Jasa dalam pengangkutan, penghamparan dan penyelesaian
permukaan kemiringan harus sedemikian sehingga menghasilkan fragmen batu besar
menyebar rata dengan ukuran maksimum membesar ke arah luar kemiringan dan
fragmen batu yang lebih kecil akan mengisi tempat-tempat di antara fragmen batu
yang lebih besar agar menghasilkan ikatan saling mengunci yang baik serta
menghasilkan permukaan yang cukup kasar. Adanya kelompok partikel-partikel yang
lebih kecil dan adanya rongga-rongga yang besar tidak diizinkan.
Material untuk zona rip-rap harus dihampar secara terus menerus, kurang lebih berupa
lapisan mendatar untuk mencegah terjadinya pemisahan butiran ( segregation) dan
formasi rongga besar yang membahayakan. Tebal tiap lapis tidak boleh lebih dari 100
cm (seratus senti meter). Apabila permukaan pondasi yang akan dihampar menjadi
halus atau terkontaminasi sedemikian sehingga menggangu lekatan yang baik dengan
material yang akan dihampar di atasnya, maka permukaan tersebut harus dikasarkan
atau bagian yang terkontaminasi harus dibuang agar mendapatkan lekatan yang baik
dengan material selanjutnya yang akan dihampar.

Galian dan Timbunan ST IV-34


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Timbunan material secara berurutan harus dilakukan sedemikian sehingga


menghasilkan distribusi material yang paling baik setelah mendapat persetujuan dari
Direksi, dan jika dipandang perlu untuk mencapai tujuan ini, Direksi dapat menunjuk
lokasi timbunan dimana timbunan secara sendiri-sendiri perlu dilakukan.

4.2.6.3 Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran untuk pembayaran zona rip-rap pada timbunan bendungan dibuat


berdasarkan pada semua material yang sudah dihampar di lapangan pada garis,
ukuran dan dimensi yang ditunjukkan pada Gambar atau seperti ditentukan oleh
Direksi.
Pembayaran untuk pelaksanaan Zona rip-rap pada timbunan bendungan akan dibuat
pada harga satuan per meter kubik (m3) seperti tercantum pada Daftar Kuantitas
Pekerjaan. Harga satuan ini merupakan kompensasi penuh untuk semua tenaga kerja,
material dan alat yang dipakai untuk melaksanakan pekerjaan termasuk pengadaan
material ke tempat timbunan, pengangkutan, penghamparan dan penyebaran
sebagaimana ditunjuk oleh Direksi.

4.2.7 Percobaan Timbunan (Trial Embankment)

4.2.7.1 Umum

Sub-bab ini meliputi pelaksanaan percobaan timbunan ( trial embankment) untuk


menentukan keefektifan berbagai metoda dalam penghamparan, penyebaran dan
pemadatan material yang tersedia untuk pelaksanaan timbunan bendungan. Setelah
percobaan timbunan selesai, kesemuanya harus dibongkar oleh Penyedia Jasa kecuali
apabila diperintahkan lain oleh Direksi.
Sebelum pelaksanaan timbunan bendungan (termasuk bendungan pengelak utama),
uji coba lapangan harus dilakukan untuk mengevaluasi cara penghamparan serta
kemampuan dari alat pemadat timbunan. Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada
Direksi, dokumen usulan program uji coba timbunan paling lambat 30 (tiga puluh) hari
sebelum dimulainya pelaksanaan uji coba timbunan, untuk mendapatkan
persetujuannya. Dokumen usulan program percobaan timbunan harus meliputi
pelaksanaan percobaan timbunan seperti ditunjuk oleh Direksi, lengkap dengan lokasi
uji coba, jumlah lintasan pemadatan, tempat perputaran peralatan dan hal-hal lain
yang perlu, dan pemadatan percobaan timbunan dengan menggunakan alat
pemadatan yang telah ditetapkan. Berkenaan dengan ini, maka uraian berikut ini akan
diterapkan.
1) Kebutuhan Material untuk Percobaan Timbunan
a) Material inti kedap (Zona 1)
b) Material filter halus (Zona-2)
c) Material filter kasar (Zona-3)
d) Material timbunan random (Zona-4)

Galian dan Timbunan ST IV-35


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

e) Material timbunan batu (Zona-5)


f) Material lain yang dipandang perlu oleh Direksi.
2) Lingkup percobaan timbunan
Percobaan timbunan harus dibuat pada material yang telah ditetapkan untuk
evaluasi sebagai berikut:
a) Metode untuk pengambilan, pengangkutan dan penghamparan material yang
diusulkan oleh Penyedia Jasa.
b) Pengaruh tebal lapisan timbunan.
c) Pengaruh lintasan dan pemadatan alat pemadatan (roller).
d) Hal-hal lain yang dipandang perlu oleh Direksi.
Pengujian penggalian, pengangkutan dan penghamparan akan ditujukan untuk
menetapkan prosedur pelaksanaan yang akan merupakan prosedur yang konsisten
yang layak dipertahankan untuk zona-zona yang telah ditetapkan.
3) Jadwal percobaan timbunan
Percobaan timbunan harus dilakukan, dan semua pengujian yang diperlukan harus
diselesaikan, untuk setiap zona material, sebelum dilakukan penghamparan dan
pemadatan setiap tipe material pada zona timbunan masing-masing. Pelaksanaan
pengujian timbunan dan produksi material, untuk itu harus dikoordinasikan dan
dijadwalkan untuk menjamin selesainya pengujian serta evaluasi hasilnya
sehubungan dengan kebutuhan jadwal pelaksanaan pekerjaan.
4) Percobaan timbunan
Direksi akan menginstruksikan Penyedia Jasa untuk melakukan pengujian-pengujian
di lapangan meliputi: kepadatan lapangan, permeabilitas lapangan, dan kadar air
(untuk Zona-1). Selain itu dilakukan pengambilan sampel undisturbed untuk
dilakukan uji laboratorium agar diperoleh sifat fisik dan sifat teknik timbunan,
meliputi: gradasi, kadar air, index properties, dan kuat geser dan lain-lain yang
dianggap perlu, dan melakukan observasi penurunan (settlement) serta inspeksi
yang diperlukan untuk mengevaluasi pelaksanaan percobaan timbunan. Penyedia
Jasa harus menyediakan peralatan, dan bantuan apabila diperlukan oleh Direksi
untuk penyelenggaraan pekerjaan ini.
5) Volume materialyang disediakan
Kuantitas material yang harus disediakan untuk pelaksanaan percobaan timbunan
untuk masing-masing zona diperkirakan sebagai berikut :
a) Material inti kedap air (Zona-1) : 1.00 m3
b) Material filter halus (Zona-2) : 1.00 m3
c) Material filter kasar (Zona-3) : 1.00 m3
d) Material random (Zona-4) : 1.000 m3
e) Material batu (Zona-5) : 1.000 m3
f) Material lain seperti ditunjukkan oleh Direksi

Galian dan Timbunan ST IV-36


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

4.2.7.2 Peralatan

Semua peralatan pelaksanaan percobaan timbunan harus disediakan oleh Penyedia


Jasa sebagaimana diperlukan untuk penggalian, pemrosesan, penumpukan,
pengangkutan, penyebaran, pengawasan kelembaban, dan pemadatan. Kecuali apabila
disetujui oleh Direksi, peralatan untuk pemadatan dan penyiraman air harus
mempunyai tipe yang sama sebagaimana yang akan dipergunakan pada pelaksanaan
timbunan bendungan nantinya. Penggunaan peralatan alternatif pada pelaksanaan
timbunan akan diizinkan oleh Direksi, hanya apabila pengujian menunjukkan
kemampuan alat paling sedikit sama seperti peralatan yang ditentukan pada
percobaan timbunan.

4.2.7.3 Percobaan Timbunan

1) Sumber Material
Material untuk pelaksanaan pengujian timbunan harus didapat dari borrow area,
tempat quarry yang telah disetujui atau tempat lain yang ditunjuk oleh Direksi.
2) Proses Material
Untuk material yang harus diproses sampai ke gradasi yang diperlukan di tempat
pemecahan batu, penyesuaian-penyesuaian metode campuran dasar harus dibuat
sebagaimana perlu dan tidak ada tambahan biaya sehubungan dengan perbaikan
kekurangan yang dinyatakan oleh prosedur pengujian, dan tambahan pengujian
harus dibuat sebagaimana perlu dalam mengevaluasi metode yang dimodifikasi.
Apabila, selama pelaksanaan pekerjaan, prosedur pencampuran dimodifikasi,
percobaan tambahan harus dilaksanakan sebagaimana perlu untuk evaluasi
metode dan pengaruh modifikasi pada penghamparan, penyebaran dan
pemadatan sebelum mendapat persetujuan.
3) Persiapan Lapisan Bawah (Sub-Grade)
Lapisan bawah pada setiap lokasi percobaan timbunan harus dibersihkan dari
tumbuhan dan semua kotoran dan material yang tidak memenuhi syarat. Daerah
pengujian harus dibuat miring seperlunya untuk menyediakan permukaan untuk
pengaliran air (drained) yang cukup layak untuk pengujian. Apabila permukaan di
setiap lokasi pengujian timbunan telah dibersihkan, dibuat miring dan disetujui
oleh Direksi, lapisan bawah (sub-grade) harus dipadatkan sesuai dengan petunjuk
Direksi.
4) Penghamparan dan Penyebaran
Material harus dihampar dan disebar pada lapisan yang seragam di semua arah
melebar dan memanjang daerah pengujian timbunan. Tebal lapisan akan
ditentukan oleh Direksi. Ukuran fragmen maksimum yang diizinkan pada lapisan
yang akan dipadatkan harus seperti yang telah ditentukan dan harus tidak
melebihi tebal lapisan. Metode yang dipergunakan untuk pengangkutan,
penghamparan dan penyebaran harus mempunyai tipe yang akan dapat

Galian dan Timbunan ST IV-37


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

mengurangi pemisahan (segregation) ukuran material sekecil mungkin.


Kemiringan-kemiringan yang bervariasi tidak boleh lebih dari yang ditunjukkan
pada Gambar. Setelah setiap lapisan disebar sampai ketebalan yang seragam,
sistem jaringan sebagaimana diarahkan oleh Direksi harus dibuat pada permukaan
percobaan timbunan berdasarkan tanda (patok) referensi yang dipasang di luar
batas pengujian timbunan. Pelat besi harus dipasang pada perpotongan-
perpotongan jaringan di atas lapisan dan lokasinya diidentifikasi dengan tanda
yang dicat untuk pengamatan perubahan elevasi yang berurutan sebagai hasil dari
pemadatan.
5) Pengawasan Kelembapan
Pengawasan kelembapan dan pemberian air akan diperlukan sehubungan dengan
penghamparan Zona-1. Kadar air harus disesuaikan melalui proses yang disetujui
oleh Direksi ke dalam batas variasi dari nilai maksimum yang diizinkan yang
ditentukan oleh Direksi.
6) Pemadatan
Pemadatan harus dilakukan dengan lintasan yang berurutan di atas pengujian
timbunan dengan peralatan pemadatan yang ditentukan.Tiap bagian pengujian
timbunan harus mendapatkan kepadatan yang diperlukan. Peralatan untuk
pengangkutan, penyebaran, dan penyiraman air yang melintas di atas timbunan
harus tidak diperhitungkan dalam mengeva-luasi kepadatan dan penurunan, dan
lalu lintas di atas permukaan pengujian timbunan harus terbagi rata untuk
menghindari daerah menerima pemadatan yang berlebihan.
Pada daerah yang menerima pengaruh lalu lintas yang berlebihan harus digaruk
dan dihampar kembali sebelum mulai operasi pemadatan. Bagian permukaan
timbunan yang seragam harus dimiringkan untuk jalannya air ( drainage) setelah
pemadatan.

4.2.7.4 Pengujian

Contoh-contoh pengujian (samples) material timbunan untuk pengujian gradasi,


kepadatan dan kadar air akan diambil oleh Direksi dan diuji pada interval yang sering,
dan koreksi atau penyesuaian atau modifikasi metode dan kadar air dimana percobaan
timbunan menunjukkan perlu, harus dilakukan oleh Penyedia Jasa tanpa biaya
tambahan untuk mendapatkan data pengujian dan informasi yang diperlukan.
Kecepatan penghamparan material percobaan timbunan dan kemajuan program
percobaan timbunan akan dipengaruhi oleh pengambilan contoh tanah yang
diperlukan dan operasi pengujian. Pemadatan yang diperoleh di bagian-bagian
pengujian individu akan ditentukan dari pengujian kepadatan di lapangan dan pada
material yang mempunyai partikel yang besar yang bisa memberi pengaruh yang besar
terhadap hasil yang diperoleh, dengan pengujian penurunan (settlement) atau dengan
kedua metode bila perlu. Pengujian parit (test trench) harus digali melintang timbunan
yang dipadatkan pada lokasi yang ditentukan oleh Direksi untuk menentukan efisiensi

Galian dan Timbunan ST IV-38


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

dan keefektifan metode pelaksanaan timbunan yang digunakan. Foto dokumentasi


permukaan yang terbuka harus dibuat atas petunjuk Direksi atas biaya Penyedia Jasa,

4.2.7.5 Pembayaran Untuk Percobaan Timbunan

Tidak ada pembayaran terpisah yang perlu dibuat untuk percobaan timbunan maupun
untuk tambahan percobaan timbunan. Biaya untuk pelaksanaan percobaan timbunan
maupun tambahan percobaan timbunan untuk tiap-tiap bagian zona termasuk biaya
pembongkarannya seperti diperintahkan oleh Direksi harus sudah termasuk dalam
harga satuan untuk tiap zona timbunan bendungan sebagaimana dalam penawaran
pada Daftar Kuantitas dan Harga.

4.2.8 Pengujian Material Timbunan

4.2.8.1 Umum

Penyedia Jasa harus melakukan pengujian material timbunan di laboratorium dengan


perlengkapannya yang disediakan oleh Penyedia Jasa, dan menyediakan pelatihan
(training) bagi staff Direksi, dan harus membantu Direksi untuk melakukan semua
pengujian yang diperlukan untuk menjamin material timbunan memenuhi semua
persyaratan dalam spesifikasi ini. Pengujian-pengujian ini termasuk 3 (tiga) kepadatan
lapangan (field density) dan pengujian kepadatan cepat (rapid density test) untuk
setiap 1.500 m3 material Zona-1 yang terhampar ditimbunan, dan harus termasuk 3
(tiga) pengujian kepadatan lapangan dan pengujian kepadatan laboratorium
3
(laboratory density test) untuk setiap 1.000 m material Zona-2 dan Zona-3. Juga
pengujian tersebut termasuk 1 (satu) pengujian ukuran butiran ( grain size test) untuk
setiap 500 m3 material Zona-2 dan Zona-3. Pengujian-pengujian lain untuk Zona-1
yang mungkin diperlukan oleh Direksi juga harus dibuat. Pengujian-pengujian untuk
zona lain akan dilakukan jika dipandang perlu oleh Direksi.
Kecuali apabila disebutkan dalam ayat ini, pengujian lapangan dan laboratorium
material timbunan harus berdasarkan pada metoda pengujian yang ada dan secara
praktis direkomendasikan oleh American Society for Testing and Materials (ASTM),
Japanese Industrial Standards (JIS), atau standar-standar yang disetujui lainnya,
dengan memakai ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1) Contoh-contoh tanah Zona-1 harus disiapkan berdasarkan ASTM Designation
D2217, Procedure B, kecuali apabila pengurangan kadar air contoh tanah tidak
melebihi pada temperatur 50ºC.
2) Kepadatan kering maksimum dan kadar air maksimum material Zona-1 harus
ditentukan berdasarkan kepada ASTM D698 atau JIS A-1210, dimana ditetapkan:
(a) Material pengujian segar yang disiapkan untuk tiap contoh tanah harus
dipadatkan. Penggunaan ulang material yang sudah dipadatkan tidak diizinkan.
(b) Contoh tanah untuk bahan pengujian yang dipadatkan lebih kering dari kadar
air timbunan, dapat dikeringkan sendiri-sendiri sampai kadar air pengujian

Galian dan Timbunan ST IV-39


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

yang diinginkan, untuk setiap bahan pengujian.


3) Gradasi contoh material Zona-1 harus ditentukan berdasarkan kepada ASTM D422
atau JIS 1204, kecuali apabila dalam pembuyaran atau pengadukan contoh tanah
tidak menggunakan alat pengaduk mekanis. Contoh tanah harus diaduk dengan
menggunakan cawan pengaduk pancaran udara (air-jet) dengan prinsip yang
serupa seperti ditunjukkan di ASTM D422.

4) Untuk Zona-1, sebagaimana pengawasan penghamparan rutin, kepadatan


lapangan harus diukur di tempat timbunan sesuai dengan ASTM D 1556 dan
keseimbangan kandungan air di lapangan dan kandungan air maksimum, dan rasio
kepadatan kering lapangan dan kepadatan kering maksimum ditetapkan
berdasarkan prinsip-prinsip yang tercantum dalam ASTM Special Technical
Publication 479, 5th Edition, dalam Suggested Method of Test for Rapid
Compaction Control oleh J.W. Hilf. Ringkasan prosedur pengujian berdasarkan
prinsip-prinsip ini akan disediakan oleh Direksi. Apabila menggunakan prosedur ini,
campuran mekanis material pengujian tidak boleh digunakan, dan semua
pengoperasian selama persiapan, campuran dan pemadatan material pengujian
harus dilakukan pada keadaan basah.
5) Untuk zona yang lain, kepadatan lapangan akan diukur dengan metode seperti
ditetapkan oleh Direksi, dan maksimum dan minimum kepadatan kering ditentukan
berdasarkan pada Bagian B dari Designation E-12 (Relative Density Cohesionless
Soils) dari US Bureau of Reclamation’s Earth Manual, Second Edition (Revised in
1974), atau metode yang setara.

Tabel 4. 1 Frekuensi Pengujian Material Timbunan


No
Zona Material Jenis Tes Frekuensi
.
1. Zone-1 Inti/ clay Kadar air 1 x tes tiap 2.000 m3 atau
(water content) minimal 1 x tes per lapis
timbunan atau sesuai instruksi
Direksi
1 x tes tiap 2.000 m3 atau
Kepadatan lapangan
minimal 1 x tes per lapis
(field density)
timbunan atau sesuai instruksi
Direksi
1 x tes tiap 3 lapis timbunan
Permeabilitas lapangan
atau sesuai instruksi Direksi
(field permeability)

1 x tes tiap 20.000 m3 atau


Standart Compaction
setiap penggantian jenis
material

Galian dan Timbunan ST IV-40


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

No
Zona Material Jenis Tes Frekuensi
.
Specifik gravity 1 x tes tiap 20.000 m3
Atterberg limit 1x tes tiap 20.000 m3
Gradasi + hydrometer 1x tes tiap 20.000 m3

2. Zone-2 Filter Halus Kepadatan lapangan 1 x tes tiap 500 m3 atau


dan 3 dan Filter (field density) minimal 1 x tes per 3 lapis
Kasar timbunan atau sesuai instruksi
Permeabilitas lapangan Direksi
(field permeability) 1x tes tiap 3 lapis timbunan
Gradasi atau sesuai instruksi Direksi

Clay content 1 x tes tiap 2.000 m3


1 x tes tiap 2.000 m3

4. Zone-5 Batu Kepadatan lapangan 1 x tes tiap 20.000 m3 atau


(field density) sesuai instruksi Direksi

Large scale compaction 1 x tes tiap 20.000 m3 atau


sesuai instruksi Direksi

Specifik gravity
1 x tes tiap 15.000 m3
Gradasi
1 x tes tiap 20.000 m3

5. Zone-6 Rip-rap Soundness tes 5 x tes


Unconfined compressive 5 x tes
strength

4.2.8.2 Pembayaran untuk Pengujian

Tidak ada pembayaran terpisah akan dibuat, untuk pengujian yang diperlukan dalam
ayat ini. Biaya yang dikeluarkan oleh Penyedia Jasa untuk melaksanakan pengujian ini,
harus sudah termasuk dalam harga satuan penawaran yang dipakai untuk pelaksanaan
timbunan bendungan dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

4.2.9 Pengoperasian Borrow Area

Pengoperasian borrow area harus merupakan tanggung jawab Penyedia Jasa di bawah
petunjuk Direksi.
Material Zona-1 didapat dari Borrow Area seperti ditunjukkan pada Gambar atau atas
petunjuk Direksi.

Galian dan Timbunan ST IV-41


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Pengujian material di borrow area dilakukan sesuai Standar Nasional Indonesia di bawah
petunjuk Direksi.
Batas garis-garis pada Borrow Area seperti ditunjukkan pada Gambar hanya merupakan
pendekatan saja, dan mungkin dapat diperluas apabila diperlukan. Dalam hal dapat
diperluas, Penyedia Jasa tidak berhak untuk mengajukan tambahan biaya di atas harga
satuan dalam penawaran seperti dalam Daftar Kuantitas dan Harga, untuk material
tersebut.
Borrow Area harus dibersihkan dan dikupas (stripping) seperti disyaratkan pada Sub-bab
4.1.2 pada Spesifikasi ini sampai kedalaman seperti ditunjuk oleh Direksi. Penyedia Jasa
diharuskan menjaga semua daerah permukaan yang dikupas agar bebas dari tumbuhan
sampai operasi penggalian di borrow area selesai. Material yang diperoleh dari stripping
harus sementara ditempatkan di tempat yang berdekatan dengan borrow area dan
mendapat persetujuan dari Direksi. Apabila di borrow area ditemukan material yang
tidak layak atau tidak diperlukan untuk pelaksanaan yang permanen, maka material
tersebut harus dibiarkan ditempatnya atau digali dan ditempatkan di daerah yang
ditunjuk untuk penempatan material hasil kupasan ( stripping), sebagaimana ditunjuk
oleh Direksi.
Atas persetujuan Direksi, Penyedia Jasa akan mengatur urutan dan kedalaman operasi
penggalian di borrow area sedemikian untuk menjamin agar gradasi material dapat
diterima ketika dipadatkan.
Borrow area harus dioperasikan sedemikian sehingga tidak mengganggu kegunaan
maupun merusak pemandangan bagian Proyek. Bentuk dan lokasi material hasil
stripping maupun material yang tidak layak dipakai dari borrow area harus diatur
sedemikian sehingga dapat menimbulkan erosi sekecil mungkin.
Apabila di borrow area ditemukan ada butiran yang menpunyai ukuran lebih dari 10 cm
(sepuluh sentimeter), material tersebut harus dibuang oleh Penyedia Jasa baik di
Borrow Area maupun di lokasi timbunan bendungan sebelum material digilas dan
dipadatkan.
Selama pengoperasian borrow area dan pengangkutan material, Penyedia Jasa harus
melakukan tindakan yang perlu untuk pengawasan terhadap debu di sekitar borrow area
dan di sepanjang jalan.
Setelah penggalian di borrow area selesai, material hasil stripping (termasuk material
yang tidak layak dipakai) harus dikembalikan ke borrow area, pada saat akan ditutup
sebagaimana perintah Direksi untuk mencegah bahaya terhadap manusia maupun
binatang ternak.
Apabila pada lokasi borrow area (sebelum atau selama operasi penggalian) terdapat
kelembaban yang berlebihan, maka atas ketentuan Direksi, suatu langkah tindakan
harus diambil untuk mengurangi kelembaban seperti: dengan penggalian secara selektif
untuk menjamin material yang lebih kering, dengan menganginkan, dengan
menempatkan material yang kedapatan mengandung kelembaban yang berlebihan dan
membiarkannya kering, atau dengan cara lainnya. Penyedia Jasa tidak berhak untuk

Galian dan Timbunan ST IV-42


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

mendapatkan tambahan harga satuan penawaran pada Dafar Kuantitas dan Harga
untuk material Zona-1, sehubungan dengan kesulitan yang timbul akibat adanya
material yang basah di borrow area.
Penyedia Jasa akan diminta untuk menggali material yang layak dipakai dalam jumlah
yang cukup untuk menyelesaikan timbunan bendungan sesuai dengan spesifikasi-
spesifikasi ini, tanpa menghiraukan apakah keadaan basah kerena air tanah, hujan,
kesulitan pengeringan, atau untuk alasan yang lain.
Untuk menghindari terjadinya genangan air di borrow area, saluran-saluran drainasi dari
borrow area ke saluran pembuang yang terdekat harus digali oleh Penyedia Jasa dimana
menurut Direksi saluran drainasi tersebut diperlukan. Apabila diperlukan, Penyedia Jasa
harus melindungi borrow area untuk mencegah erosi yang berlebihan dengan membuat
saluran-saluran drainasi, plengsengan, dan lain-lain.
Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap desain, membuat dan memelihara
jalan sementara untuk borrow area untuk kepuasan Direksi. Tidak ada tambahan biaya
untuk pekerjaan ini. Biaya untuk semua tenaga kerja, material dan peralatan untuk
pelaksanaan pekerjaan ini harus sudah termasuk dalam biaya untuk pekerjaan yang
sesuai dengannya dalam penawaran seperti tercantum pada Daftar Kuantitas dan
Harga.
Tidak kurang dari 60 (enam puluh) hari sebelum beroperasi, Penyedia Jasa diharuskan
menyerahkan ke Direksi untuk mendapatkan persetujuan mengenai detail usulan
metoda cara bekerja di borrow area, termasuk urutan pengoperasian, tinggi galian,
letak berm dan tata letak borrow area yang diusulkan. Berm horisontal harus dibuat
pada interval yang teratur dan borrow area harus ditinggal dalam keadaan yang rapi
dan aman menurut kepuasan Direksi.
Penyedia Jasa harus mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan setiap saat untuk
menjamin terhadap keamanan umum dan keamanan personil, peralatan dan harta milik
lainnya yang berada di dekat dan di dalam borrow area.
Penyedia Jasa tidak diperbolehkan me-ngambil material dari borrow area untuk
keperluannya sendiri tanpa mendapat persetujuan dari Direksi. Jika diperintah-kan oleh
Direksi, material galian dari borrow area oleh Penyedia Jasa digunakan untuk
keperluannya sendiri, dimana material tersebut dapat dipergunakan pada pekerjaan
yang permanen, maka harus diperhitungkan tersendiri.
Biaya semua pekerjaan (kecuali stripping dan pembuangan material yang tidak layak
dipakai pada borrow area) termasuk akan tetapi tidak terbatas pada galian, drainasi,
memelihara kemiringan yang stabil dan seragam, tindakan konservasi tanah, dan
pekerjaan phisik lain yang dilakukan di borrow area, harus sudah termasuk dalam harga
satuan untuk pelaksanaan zona inti kedap air (Zona-1) di timbunan bendungan
sebagaimana disebut dalam penawaran pada Daftar Kuantitas dan Harga.
Pengukuran untuk pembayaran material yang harus dibersihkan dan dikupas ( clearing &
stripping) dari borrow area akan dibuat seperti ditentukan pada Sub-bab 4.1.2.

Galian dan Timbunan ST IV-43


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Tidak ada pengukuran dan pembayaran terpisah akan dibuat, untuk material yang tidak
layak dipakai yang harus dibuang dari borrow area dan ditempatkan pada daerah yang
ditunjuk untuk material hasil stripping. Biaya yang diperlukan untuk galian dan
penempatan material yang tidak layak dipakai pada daerah yang ditunjuk untuk material
hasil stripping, harus sudah termasuk pada harga satuan pada macam pekerjaan yang
sesuai dalam penawaran dan tercantum pada Daftar Kuantitas dan Harga.
Ketentuan-ketentuan yang dapat dipakai yang berhubungan dengan pekerjaan galian
yang termasuk pada Sub-bab 4.1 Spesifikasi ini, harus dipatuhi sepenuhnya selama
periode Penyedia Jasa beroperasi di borrow area.

4.2.10 Pengoperasian Quarry

Pengoperasian quarry harus merupakan tanggung jawab Penyedia Jasa di bawah


petunjuk Direksi. Direncanakan material tersebut dibawah ini akan didapat dari quarry :
1) Timbunan batu (Zona-5) dan timbunan rip-rap (Zona-6), digunakan di bendungan
utama dan bendungan pengelak.
2) Batu yang diproses di crushing plant untuk agregat beton dan untuk perkerasan
jalan masuk (access road).
3) Zona filter halus (Zona-2) dan filter kasar (Zona-3), apabila perlu diproses di
crushing plant.
Sebagaimana disebut pada Sub-bab 4.2.1, material yang layak dipakai hasil galian dari
pondasi saluran pengelak, bendungan, bangunan pelimpah, dan sebagainya, dapat
digunakan sebagai pengganti material dari quarry jika ditetapkan oleh Direksi dimana
dalam hal ini harga material akan ditentukan oleh Direksi berdasarkan negosiasi dengan
Penyedia Jasa.
Material batu yang digunakan untuk produksi material filter, agregat beton dan agregat
untuk jalan masuk (access road) akan digali dari quarry dan diangkut ke tempat
pemecah batu (crushing plant) untuk diproses (processing) dan ditumpuk (stockpiling).
Setelah diproses, material Zona-2 dan Zona-3 akan diangkut ke tempat timbunan untuk
di hampar dan dipadatkan dan akan dipakai sebagai agregat bilamana perlu.
Material batu untuk digunakan sebagai Zona-5 dan Zona-6, akan digali di tempat quarry
dan diangkut langsung ke tempat timbunan untuk dihampar dan dipadatkan.
Permukaan quarry harus dibersihkan dan dikupas sesuai dengan ketentuan pada Sub-
bab 4.1.2 Spesifikasi ini.
Batu yang tidak layak dipakai sebagai material timbunan atau pekerjaan yang perlu
lainnya, harus dibiarkan ditempatnya atau digali dan ditempatkan pada daerah yang
berdekatan dengan tempat quarry, seperi ditentukan oleh Direksi.
Garis-garis batas pada tempat quarry, seperti ditunjukkan pada Gambar, hanya kira-kira
(pendekatan) saja dan dapat diperluas bilamana diperlukan. Dalam hal diperluas,
Penyedia Jasa tidak berhak untuk mengajukan tambahan untuk material galian.

Galian dan Timbunan ST IV-44


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Penyedia Jasa diharuskan membuat drainasi tangkapan (catch drains) atau bentuk
saluran drainasi lainnya bilamana diperlukan, untuk mengalirkan aliran permukaan
(surface run-off) dari tempat quarry.
Ketentuan-ketentuan yang dapat dipakai yang berhubungan dengan pekerjaan galian
yang termasuk pada Sub-bab 4.1 Spesifikasi ini harus diikuti sepenuhnya oleh Penyedia
Jasa selama periode mengoperasikan quarry.
Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap perencanaan, pembuatan dan
pemeliharaan jalan sementara ke quarry untuk kepuasan Direksi. Biaya untuk semua
tenaga kerja, material dan peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan ini harus sudah
termasuk dalam biaya untuk pekerjaan yang sesuai dengannya dalam penawaran
seperti tercantum pada Daftar Kuantitas dan Harga.
Paling lama 60 (enam puluh) hari sebelum beroperasi quarry, Penyedia Jasa diharuskan
menyerahkan ke Direksi untuk mendapatkan persetujuan mengenai usulan metoda kerja
di borrow area, termasuk urutan pengoperasian, tinggi galian, letak berm dan tata letak
quarry, dll. Kecuali apabila mendapat persetujuan dari Direksi, semua kemiringan galian
yang sudah selesai tidak boleh lebih terjal dari 1 Vertikal ke 0,75 Horizontal (1V : 0,75H)
setelah pengoperasian quarry selesai. Berm horisontal harus dibuat pada interval yang
teratur dan quarry harus ditinggal dalam keadaan yang rapi dan aman menurut
kepuasan Direksi. Penyedia Jasa harus mengajukan detail pengujian peledakan ( blasting
test) dan bahan peledak bilamana perlu ke pada Direksi untuk mendapatkan
persetujuan.
Penyedia Jasa harus mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan setiap saat untuk
menjamin terhadap keamanan umum dan keamanan personil, peralatan dan harta milik
lainnya yang berada di dekat dan di dalam daerah quarry.
Penyedia Jasa tidak diperbolehkan mengambil material dari quarry untuk keperluannya
sendiri tanpa mendapat persetujuan dari Direksi. Jika diperintahkan oleh Direksi,
material galian dari quarry oleh Penyedia Jasa digunakan untuk keperluannya sendiri,
dimana material tersebut dapat dipergunakan pada pekerjaanpermanen, maka harus
diperhitungkan tersendiri.
Setelah penggalian di quarry selesai, material yang tidak layak dipakai yang mungkin
telah dipindah atau ditempatkan di lokasi dekat quarry, maka harus dikembalikan ke
quarry bilamana perlu. Pada saat tempat quarry akan ditutup sebagaimana perintah
Direksi, untuk mencegah bahaya terhadap manusia maupun binatang ternak.
Biaya semua pekerjaan di quarry (kecuali pembersihan dan pengupasan) sudah
termasuk akan tetapi tidak terbatas pada galian, drainase, memelihara kemiringan yang
stabil, dan pekerjaan fisik lain yang dilakukan di quarry, harus sudah termasuk dalam
harga satuan untuk macam pekerjaan yang sesuai, seperti pelaksanaan Zona-5, dan
Zona-6 untuk timbunan bendungan, agregat beton, agregat lapis dasar (base course)
dan lapis permukaan (surface course) untuk jalan, dan lain-lain., sebagaimana disebut
dalam penawaran pada Daftar Kuantitas dan Harga.

Galian dan Timbunan ST IV-45


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Pengukuran untuk pembayaran pembersihan dan pengupasan ( clearing & stripping) di


quarry, akan dibuat sehubungan dengan Sub-bab 4.1.2 Spesifikasi ini.
Tidak ada pengukuran dan pembayaran terpisah akan dibuat, untuk batu yang tidak
layak dipakai yang harus dibuang dari quarry dan ditempatkan pada daerah yang dekat
dengan tempat quarry. Biaya yang diperlukan untuk membuang batu yang tidak layak
dipakai, harus sudah termasuk pada harga satuan pada jenis pekerjaan yang sesuai
dalam penawaran dan tercantum pada Daftar Kuantitas dan Harga.

Tabel 4. 2 Batas Toleransi Penimbunan


Terhadap Zona Terhadap Zona
Zona Timbunan
Sebelumnya (m) Sesudahnya (m)
I. Bendungan Utama :
Di antara lapisan kedap air (core) Zona-1 0,0 0,5
dengan filter halus (Zona-2)

Di antara zona filter halus (Zona-2) dengan 0,5 0,5


filter kasar (Zona-3)

Di antara filter kasar (Zona-3) dengan 0,5 1,0


Timbunan batu (Zona-5)

Di antara filer kasar (Zona-3) dengan 0,5 0,5


timbunan Tanah Random (Zona-4)

Di antara timbunan batu (Zona-5) dengan 1,0 0,5


rip–rap batu pilihan (Zona-6)

Untuk permukaan luar di bagian hulu dan 0,5 0,0


bagian hilir timbunan

II. Bendungan Pengelak Hulu :


Di antara timbunan kedap air (Zona-1) 0,0 0,5
dengan lapisan filter kasar (Zona-3)

Di antra lapisan filter kasar (Zona-3) dengan 0,5 1,0


timbunan batu (Zona-5)

Untuk permukaan bagian hulu dan bagian 0,5 0,0


hilir permukaan timbunan

Tabel 4. 3 Batasan Gradasi Rip-rap


Ukuran Partikel (mm)
100 200 500 800 1000
Persentase(%) 0–4 0 – 10 25 – 55 80 – 100 100

Galian dan Timbunan ST IV-46


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB V
PEMBORAN DAN GROUTING

5.1 UMUM
Pekerjaan yang termasuk dalam Bab ini meliputi penyediaan semua tenaga kerja,
peralatan dan material, dan kinerja seluruh pekerjaan yang diperlukan untuk pemboran
melalui beton atau batu, pembersihan dan pengujian tekanan lubang grouting dan
pengadaan, pengangkutan, pencampuran dan penyuntikan grouting;
material
pengadaan dan instalasi pipa grouting, headers, risers, groove (galur) dan grouting
outlet; pemboran inti dan pengujian tekanan air pada lubang uji; semuanya seperti
yang ada pada Gambar atau sesuai petunjuk Direksi dan yang ditentukan berikut.

Modifikasi teknik pemboran dan grouting diperlukan sehingga pengetahuan dan


pengalaman tentang sifat batuan dan kondisi pondasi di lapangan dapat diperoleh.
Penyedia Jasa akan memerlukan waktu secepatnya untuk merubah operasinya untuk
memenuhi modifikasi tersebut sesuai petunjuk Direksi.

Penyedia Jasa akan mempekerjakan Sub-Penyedia Jasa spesialis yang disetujui untuk
melaksanakan pekerjaan grouting kecuali jika dia dapat menunjukkan kinerja yang
bagus kepada Direksi bahwa dia dapat melaksanakan pekerjaan serupa sebelumnya
dan dia memiliki peralatan dan staff terampil yang diperlukan. Penyedia Jasa akan
bertanggung jawab untuk pengerjaan dan pelaksanaan yang tepat pada semua kelas
pekerjaan pemboran dan grouting.

Consolidation grouting akan dilaksanakan untuk tujuan menyatukan dan memperkuat


batuan pondasi pada bendungan, pelimpah, batuan di sekitar terowongan, dan
bangunan lainnya yang diperlukan dengan menyuntikkan semen grouting dengan
tekanan tertentu pada lubang bor untuk mengkosolidasi adanya retakan dan patahan
pada batuan pondasi.

Curtain grouting akan dilaksanakan untuk tujuan membentuk zona permeabilitas air
rendah di batuan pondasi bendungan dan bangunan sekitarnya dengan menyuntikkan
semen grouting dengan tekanan tertentu kedalam lubang bor untuk mengisi adanya
retakan dan patahan pada batuan pondasi.

Blanket grouting akan dilaksanakan untuk tujuan membentuk zona permeabilitas


rendah di bagian yang landai pada batuan pondasi bendungan disekitar daerah Curtain
grouting untuk mengindari kebocoran dan penyebaran Curtain grout dan untuk
membuat Curtain grouting yang efektif, dan juga untuk mengindari kontak berbahaya
pada dasar inti kedap air dengan arus rembesan air yang melalui pondasinya.

Pemboran dan Grouting ST V-1


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Rim grouting akan dilaksanakan jika diperlukan untuk tujuan memperluas Curtain
grouting diluar ujung puncak bendungan terutama pada lokasi terowong yang
berbatasan dengan inti kedap air.

Slush grouting akan dilaksanakan untuk tujuan menimbun dengan semen atau mortar
grout setiap lubang pada permukaan batuan pondasi untuk daerah inti kedap air untuk
menghindari rembesan atau kebocoran arus air agar tidak membentuk kontak yang
bahaya dengan dasar inti kedap air.

Backfill grouting akan dilaksanakan untuk tujuan menimbun lubang antara lapisan
beton pada adit dan permukaan batu galian untuk menyatukan lapisan beton dan batu
sekitarnya dengan menyuntikkan cement grout atau mortar grout ke dalam lubang
dibelakang lapisan.

Contact grouting akan dilakukan untuk tujuan menimbun lubang antara permukaan
bagian dalam pada lapisan beton pada konduit dan pada sumbat atau antara pipa baja
dan encasing betonnya dan jenis timbunan beton lainnya dengan alat injeksi semen
atau grouting mortar melalui pipa yang diletakkan dalam beton, atau melalui lubang
yang dibor dalam beton.

Lubang uji pengeboran inti akan dilaksanakan untuk tujuan penyelidikan kondisi
geologi batu pondasi dan batuan disekitar bangunan bawah tanah yang akan
digrouting dan untuk menyelidiki pengaruh grouting .

Sebelum dimulainya setiap pemboran dan grouting, Penyedia Jasa harus menyerahkan
program detail yang berisi perintah pekerjaan yang dia usulkan dan detail lengkap
material yang diusulkan dan peralatan termasuk lay out-nya kepada Direksi untuk
meminta persetujuan. Penyedia Jasa akan menyediakan duplikat catatan akurat untuk
Direksi setiap hari atas semua pelaksanaan grouting yang dilakukan hari sebelumnya.
Jika grouting di lubang sudah diselesaikan, Penyedia Jasa akan memberikan duplikat
catatan lengkap kepada Direksi tentang pekerjaan grouting pada lubang tersebut.
Catatan tersebut akan dilengkapi dengan duplikat grafik dari pencatat pengukur
tekanan otomatis.

Consolidation grouting, Curtain grouting dan grouting lainnya yang diikuti dengan
pengujian tekanan air pada lubang pengeboran akan disesuaikan dengan petunjuk
Direksi. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mendapatkan informasi kualitas batu
untuk menentukan konsistensi grouting yang digunakan dan untuk membasahi
permukaan lapisan batu untuk menghindari penyegelan prematur pada lapisan dengan
menebalkan campuran grouting.

Semua lubang bor di lokasi bendungan akan ditimbun dengan material grouting yang
tebal setelah pelaksanaan grouting dirampungkan, sesuai dengan petunjuk Direksi.

Setelah pekerjaan diselesaikan, Penyedia Jasa akan membersihkan lokasi pekerjaan.

Pemboran dan Grouting ST V-2


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

5.2 MATERIAL GROUTING


Material grouting terdiri atas campuran semen Portland, jenis JIS R5210 biasa atau
jenis I atau II desain ASTM C150 dan air ditambah dengan campuran yang
diperbolehkan. Campuran tersebut akan didesain oleh Penyedia Jasa dan disetujui oleh
Direksi untuk menyesuaikan dengan kondisi tertentu dari batunya. Penggunaan pasir
atau zat lainnya harus dengan petunjuk Direksi.

Campuran air untuk grouting harus air segar, bersih dan bebas dari zat berbahaya
seperti minyak, asam, alkali, garam, zat organic atau berbahaya lainnya.

Semua semen untuk grouting harus mempunyai kualitas yang setara dengan semen
Portland jenis biasa atau jenis I atau II yang ditetapkan dalam JIS R 5210 atau desain
ASTM C150 dan/atau sesuai petunjuk Direksi.

Jika pasir ditambahkan pada material grouting, maka pasir tersebut harus bersih,
terdiri atas partikel batu yang kuat, bebas dari gumpalan tanah liat dan zat asing
lainnya dan dengan ukuran butiran yang disetujui oleh Direksi.

Isian mineral untuk grouting, bentonite, dll. akan digunakan sesuai petunjuk Direksi.
Penyedia Jasa harus menyerahkan dalam penawarannya material alternatif yang
diusulkan dengan informasi lengkap. Prosedur pencampuran isian mineral akan
ditentukan oleh kondisi lapangan dan sesuai petunjuk Direksi.

Ketentuan untuk jenis alat pemercepat pada campuran grouting akan ditentukan oleh
Direksi.

5.3 PERALATAN
Semua peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan akan disediakan oleh
Penyedia Jasa.

5.3.1 Peralatan Pengeboran

Untuk consolidation grouting, lubang akan dibor dengan peralatan pemboran


perkusi standar atau peralatan pemboran rotasi yang mampu membor hingga
kedalaman 70 m. Diameter lubang tak kurang dari 45 mm. Bor perkusi akan
dilengkapi dengan alat pemutar air (water swivel) atau alat lainnya untuk
penggelontoran lubang secara terus menerus.

Untuk curtain grouting dan rim grouting, peralatan pengeboran yang mampu
mengebor hingga kedalaman 100 m akan digunakan. Bor bit dengan diameter
tak kurang dari 45 mm sesuai petunjuk Direksi. Deviasi lubang bor, sesuai
dengan posisi yang direncanakan tidak boleh melebihi 3% dari bagian
melintangnya.

Pemboran dan Grouting ST V-3


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Kecuali jika diminta oleh Direksi, pengeboran tersebut akan dilakukan tanpa
pengambilan contoh. Alat pemboran yang digunakan tipe rotary atau tipe
percussion atau sesuai petunjuk Direksi.

Untuk Pemboran dengan percussion diijinkan digunakan untuk kondisi sebagai


berikut:

Jika dalam pemboran perkusi, bit dalam bentuk yang tepat harus mempunyai
pergerakan rotasi yang cukup, agar pada saat pengeboran lubang,
dindingnya agak halus untuk dapat dipasang dengan baik pada packer
(menghindari gejala galur helocoidal di dinding lubang yang dibor).

Pada saat palu perkusi atau bor wagon digunakan, pemboran harus
dilaksanakan dengan tekanan air dan jumlah yang cukup untuk memastikan
pembersihan yang efisien pada lubang dan untuk sedimen selanjutnya
(jumlah minimum air outflow adalah 0.5 liter untuk lubang 45 mm).

Untuk blanket grouting, lubang akan dibor dengan peralatan pemboran rotary
dan/atau perkusi standar yang mampu mengebor hingga kedalaman 15 m,
dengan diameter lubang tak kurang dari 45 mm. Bor perkusi akan dilengkapi
dengan water swivel atau alat lainnya untuk peng-gelontoran lubang secara
terus menerus.

Untuk pemboran inti pada lubang uji, peralatan pemboran rotasi standar yang
mampu membor hingga kedalaman tak kurang dari 100 m akan digunakan.
Barrel inti dipakai dari “jenis swivel tabung ganda atau triple” atau “jenis
wireline”. Untuk mendapatkan inti tinggi dari daerah batu lapuk halus, barrel
inti mata air dengan jenis retractor akan disiapkan. Diameter lubang pemboran
inti tak boleh kurang dari 65 mm. Penyedia Jasa akan menyerahkan detail
diameter pemboran yang diusulkan untuk digunakan memastikan inti
maksimum.

5.3.2 Peralatan Pengujian Tekanan Air

Peralatan pengujian tekanan air meliputi jenis packer atau rakitan uji tekanan
air jenis packer ganda, fasilitas penyimpanan air, pengukur arus, pengukur
tekanan termasuk pengukur protector, katup, selang karet, perabot lainnya dan
pompa yang mampu menghasilkan sekurang-kurangnya 100 liter air/menit
pada tekanan maksimum tak kurang dari 2.000 kPa (kira-kira 20 kg/cm2) dan
menjaga tekanan konstan. Packer secara mekanis akan mengembang dari jenis
lingkar karet dan atau jenis sleeve (packer udara) dengan ukuran yang
disesuaikan dengan diameter lubang bor. Jenis packer bervariasi untuk
menyesuaikan dengan kondisi batu, sesuai petunjuk Direksi.

Karet packer menggunakan tipe mekanik, pneumatik ataupun hidro harus

Pemboran dan Grouting ST V-4


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

mendapat persetujuan dari Direksi. Pompa harus dlengkapi dengan pengukur


tekanan (pressure gauge).

Pressure gauge yang dibutuhkan harus menunjukkan tekanan sampai


maksimum 20 kg/cm2 (bar). Semua gauge harus mempunyai dial dengan
kenaikan 0.1 kg/cm2 (bar).

Water meter harus mampu menahan tekanan air sampai 20 kg/cm 2 (bar)
dengan penyaluran air paling sedikit 6 liter/detik. Dial gauge harus dilengkapi
dengan accumulative totalizer dan knob reset. Meteran air harus mampu
membaca paling tidak 9999 liter dengan dial graduated 1 (satu) liter. Strainer
yang mempunyai cleaning valve dapat disetujui untuk meteran airnya agar
mencegah pasir atau abrasi dari partikel yang masuk ke instrumentasi.

Valve cut-off yang cepat diperlukan dalam meteran tersebut. Kontraktor harus
mengetes ketelitian meteran air secara periodik dan diadakan perbaikan
sehingga ketelitiannya harus dalam 2%.

5.3.3 Peralatan untuk Grouting

Peralatan untuk grouting atau fasilitas penghasil grouting mampu untuk


menyediakan, mencampur, menggerakkan dan memompa material grouting
sesuai petunjuk Direksi.

Fasilitas penghasil material grouting terdiri atas peralatan sebagai berikut:

Pompa grouting jenis piston reciprocating dengan kapasitas maksimum 60


liter/min pada 3.000 kPa (kira-kira 30 kg/cm2) dengan tekanan maksimal.

Pencampur yang dioperasikan secara mekanis untuk mencampur material


grouting. Pencampur akan dilengkapi dengan drum ganda, yang mana
masing-masing drum kapasitasnya tak kurang dari 200 liter, dari jenis
colloidal kecepatan tinggi dengan kecepatan putaran 1.000 sampai 1.500
rpm. Waktu pencampuran tiap campuran kurang dari 2 menit. Hasil
pencampuran akan dikirim ke tempat air yang bergolak, yang secara
konstan digerakkan dan dihubungkan secara mekanis dengan tabung
penghisap pada pompa grouting. Fasilitas untuk pengukuran yang akurat
akan disediakan pada pencampur agar proporsi campuran dapat dikontrol
dengan baik.

Agitator grout harus mempunyai paddle type yang biasa digunakan untuk
menggerakan/memutar semen grout. Pengukuran dan peralatan untuk
pencampuran additive harus disediakan pada tiap mixer.

Katup, pengukur air, pengukur tekanan termasuk pengukur protector, tekanan


selang air, pipa, alat dan perkakas lainnya yang diperlukan untuk

Pemboran dan Grouting ST V-5


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

penyediaan grouting dan kontrol tekanan dengan akurat. Pengukur dengan


tingkat ketelitian tinggi (dengan Sertifikat dari Pengujian Laboratorium)
akan disediakan untuk pengecekan ketelitian dari semua ukuran yang
digunakan dalam sistem grouting. Ukuran tersebut akan di sesuaikan
kembali setiap 90 hari dengan oleh laboratorium terpercaya, atau sesuai
petunjuk Direksi. Ukuran tekanan harus mempunyai skala pencatat
maksimum 2.000 kPa dengan ketelitian 50 kPa. Pengukur tekanan otomatis
akan dipasang di tiap batas suplai. Packers yang dipakai adalah seperti
yang dijelaskan dalam Sub-bab 5.3.2 tentang Peralatan Pengujian Tekanan.

Kontraktor harus menyediakan instrumentasi pencatatan tekanan grouting


secara otomatis (Automatic Pressure Recorder) pada tiap pompa grouting.
Instrumentasi pencatat harus dioperasikan secara elektrik dengan range
voltase tidak melebihi 10% dan ketelitiannya harus 3%.

Sentral Mixing Plant; Bila campuran grouting didistibusikan ke lubang dengan


stasiun pompa pusat, Kontraktor harus menyediakan automatic mixing
plant. Sarana harus termasuk silo untuk semen dan pasir, unit weighing,
meteran air, dan admixture dispersion dan sebuah automatic recorder.
Recorder harus menghasilkan cetakan ( printout) atau autographic record
pada kartu visible single atau tipe weight campuran grout. Pompa grouting
mixing plant utama hanya difungsikan untuk injection material grouting
pada lubang bor. Kontraktor tidak diizinkan untuk melaksanakan injeksi
grout menggunakan pompa dari central mixing plant.

Kontraktor harus menyediakan semua peralatan yang akan dipergunakan untuk


pengetesan campuran grout di laboratorium.

Fasilitas akan selalu dipelihara dalam kondisi pelaksanaan kelas satu dan lubang
grouting yang hilang atau rusak karena kegagalan mekanis pada peralatan atau
ketidakcukupan penyediaan grouting akan dibor ulang dengan biaya
ditanggung Penyedia Jasa.

Sistem sirkulasi akan digunakan disemua pelaksanaan grouting. Satu saluran


akan menyediakan grouting ke header atau manipol (pipa bermulut banyak)
pada bagian atas lubang dan saluran kedua akan dihubungkan dengan manipol
(header) kembali ke pencampur (mixer).

Katup lubang grouting akan diletakkan antara manipol dan penghubung packer,
atau pada pentil grouting (nipple). Dua katup pengontrol akan diletakkan pada
manipol sebagai katup jalur suplai, dan katup jalur sebaliknya. Pengukur
tekanan diletakkan pada pompa grouting. Pengukur tekanan lainnya diletakkan
antara katup lubang grouting dan bagian atas lubang yang menunjukkan
tekanan di lubang. Jalur balik (kembali) akan tidak menunjukkan injeksi
simultan pada beberapa lubang bor dari pompa tunggal yang diijinkan.

Pemboran dan Grouting ST V-6


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

5.4 PERBAIKAN PONDASI PERMUKAAN


Dalam perbaikan pondasi, baik untuk tujuan perapian penampang saja atau perbaikan
pondasi permukaan maupun keduanya perlu diawali dengan pembersihan permukaan
(surface cleaning).

Semua sisa galian, lapukan, serpihan dan kotoran-kotoran harus dibersihkan secara
manual atau dengan peralatan. Pencukilan (chipping), penyapuan (brooming),
penyemprotan dengan air (water jetting) maupun peniupan dengan udara (air jetting)
perlu dilakukan setelah pekerjaan dengan alat berat dan peledakan selesai.

Pengujian ditempat (insitu test) harus dilakukan apabila ditemui gua (cavity) perlu diuji
dengan pengisian air apakah lubang buntu atau bagian dari gua yang besar. Begitu
pula apabila ditemui zona lemah yang telah terisi lempung perlu ditelusuri
penyebarannya dan sifat fisik serta mekanisnya.

Seperti terlihat dalam penampang tipikal dibawah, perbaikan pondasi permukaan harus
dilakukan disesuaikan dengan cacat batuan yang dijumpai.

Batuan dasar pondasi retak terbuka, mengisinya dengan pasir dan pecahan batu. Pada
bendungan tanah homogen, harus mendapat perhatian khusus, agar butiran-butiran
tanah tidak lolos/tercuci melalui retakan batuan tersebut, bersamaan dengan aliran
rembesan.

Pemboran dan Grouting ST V-7


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Slush grouting pada rekahan terbuka zone inti pada pondasi rock

Pada tebing rekahan yang terbuka, diisi dengan pasir dan gravel, kemudian dipasang
pipa grouting dan pipa ventilasi, dan kemudian digrouting. Grouting dengan tekanan
rendah dilakukan setelah permukaan rekahan ditutup dengan beton.

Pipa Ventilasi

Pasir dan Gravel


Co
ncr
Pipa Grouting ete
cap

Tutup Beton

Perbaikan Celah Tebing

Pengukuran dan pembayaran untuk pekerjaan perbaikan pondasi permukaan dilakukan


berdasarkan volume dental concrete, contact grouting , slush grouting yang
dilaksanakan dalam meter kubik. Dan shotcrete dalam meter persegi. Harga satuan
yang dicantumkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga meliputi semua biaya untuk
tenaga kerja, material, pipa grouting untuk injeksi material grouting, pencucian lubang,
pengaturan bahan grouting, pencampuran dan penginjeksian material grouting
pengeboran ulang lubang yang tersumbat dengan mengalirkan material grouting
keluar serta semua pekerjaan insidentil yang terkait dalam pekerjaan ini.

5.5 PEMBORAN DAN GROUTING UNTUK PONDASI BENDUNGAN DAN


PELIMPAH
5.5.1 Consolidation Grouting untuk Pondasi

(1) Lokasi dan Ukuran Lubang

Consolidation grouting akan dilakukan di pondasi pada bendungan dan


tempat lain sesuai petunjuk Direksi.

Lubang akan dibor, dibersihkan, tekanan diuji dan digrouting dalam


rangkaian yang ditentukan di lapangan oleh Direksi untuk menyesuaikan
kondisi di lapangan.

Pemboran dan Grouting ST V-8


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Lubang grouting di pondasi bendungan akan disusun dengan interval 2 m,


kecuali dengan petunjuk Direksi.

Diameter lubang tak boleh kurang dari 45 mm. Kedalaman akhir lubang
biasanya 5 m dibawah permukaan batu dan maksimal 10 m jika diperlukan.

(2) Pemboran Lubang Grouting

Lubang grouting untuk consolidation akan dibor hingga kedalaman 5 m


dalam satu operasi. Kedalaman lubang akan diperiksa oleh Direksi sebelum
grouting dimulai.

Penggunaan bentonite dan rod dope, rod grease atau pelumas lainnya pada
rod bor tidak akan diijinkan.

Setelah selesainya pemboran, tiap lubang akan dibersihkan seluruhnya


dengan tekanan tertentu tak kurang dari 10 menit dan sampai air sisanya
bening. Tes tekanan air akan dilakukan setelah pemboran sesuai petunjuk
Direksi. Setelah pencucian, tiap lubang akan ditutup untuk mencegah
masuknya material asing. Jika ada lubang yang tersumbat atau terhalang
sebelum selesainya operasi, lubang tersebut harus dikosongkan dan
dibersihkan, atau lubang lainnya dibor disekitar lubang itu dengan biaya
ditanggung Penyedia Jasa.

(3) Prosedur Consolidation Grouting

Consolidation grouting akan dilakukan dengan tingkatan bagian 5 m, kecuali


jika ditentukan lain.

Hubungan pipa grouting ke lubang grouting akan dilakukan dengan


memasukkan packer dalam beton atau di bagian atas lubang dalam 0.5 m
pada permukaan batu, atau dengan menghubungkan pentil (nipple)
grouting yang dilindungi dengan mortar semen pada bagian atas lubang.
Metode selanjutnya akan digunakan jika batuan rusak karena pemanjangan
packer tidak dapat diletakkan.

Tekanan grouting maksimum yang diperbolehkan sesuai petunjuk direksi.

(4) Konsentrasi Grouting

Slurries dan mortar grouting akan diuji oleh Penyedia Jasa di laboratorium
yang disiapkan di lapangan dengan biayanya sendiri dan dilengkapi dengan
semua tes dan pengukuran yang diperlukan. Penyedia Jasa akan
menyerahkan proposalnya untuk konsentrasi slurries dan mortar grouting
untuk pekerjaan kepada Direksi untuk mendapat persetujuan.

Grouting akan mulai dengan injeksi grouting dengan konsentrasi


perbandingan 10:1 antara air / semen. Sesuai dengan perubahan volume

Pemboran dan Grouting ST V-9


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

injeksi dan tekanan, konsentrasi grouting selanjutnya akan dirubah menjadi


5:1, 3:1, 2:1 dan 1:1 dan waktu untuk perubahan konsentrasi grouting
akan disesuaikan dengan hasil grouting test atau petunjuk Direksi.

Penyedia Jasa juga akan menyerahkan prosedur grouting yang


menunjukkan proporsi campuran, tingkat pelepasan dan tekanan injeksi
pada tiap tahapan grouting dan pada tiap jenis pelaksanaan grouting
kepada Direksi untuk mendapat persetujuan. Dokumen ini harus
menjelaskan semua tindakan pencegahan yang dilakukan Penyedia Jasa
untuk mencegah kerusakan yang ada pada bagian pekerjaan.

(5) Waktu Penyelesaian

Pada saat tekanan maksimum yang diijinkan sudah dicapai, injeksi grouting
dilanjutkan hingga diperoleh tekanan yang sama dengan mengatur katup
jalur balik, dan menjaga konsentrasi yang sama, sampai rata- rata injeksi
menurun dibawah 0,2 liter per menit. Kemudian, konsentrasi grouting akan
diturunkan lagi hingga perbandingan air/semen 10:1, dan injeksi akan
diteruskan dengan tekanan maksimum yang diperboleh-kan selama 10
menit. Jika rata-rata injeksi masih dibawah 0,2 liter per menit, setelah 10
menit injeksi, katup suplai akan ditutup, dan jika tekanan maksimum yang
diperbolehkan dijaga pada batas ini selama 10 menit, grouting akan
diselesaikan.

Jika tekanan lebih rendah selama injeksi akhir pada grouting 10:1 atau
selama 10 menit terakhir tanpa injeksi, seluruh proses grouting akan
dimulai lagi, dengan menggunakan konsentrasi encer pada awalnya.

Setelah selesainya grouting, tekanan akan dijaga sampai injeksi grouting


masuk dan tidak mengalir keluar pada saat tekanan diberikan.

(6) Perawatan Kebocoran Grouting

Pada saat grouting yang diinjeksi bocor hingga ke permukaan atau


bangunan melalui retakan, patahan, dll, dalam rangkaian grouting ini,
bagian kebocoran ini akan ditambal atau disumbat dengan efektif sesuai
petunjuk Direksi.

Selama grouting lubang, lubang disekitarnya harus dibiarkan tidak ditutup


untuk memudahkan jalannya udara dan air. Jika grouting bocor dari lubang
ini maka akan disumbat untuk sementara. Lubang ini akan di grouting
secepat mungkin sebelum grouting mengalir ke luar.

(7) Penolakan Grouting yang telah disiapkan

Jika proses grouting terganggu karena kegagalan peralatan, atau karena

Pemboran dan Grouting ST V-10


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

alasan lain, untuk lebih dari satu jam, grouting yang disiapkan di mixer/
pencampur akan dibuang.

Jika kualitas grouting yang disiapkan kurang baik menurut penilaian Direksi,
maka akan dibuang.

5.5.2 Curtain Grouting

(1) Lokasi dan Ukuran Lubang

Curtain grouting (grouting tirai) akan dilakukan di pondasi pada grouting as


bendungan atau grouting tunnel di bawah daerah inti kedap air dan
bangunan pelimpah.

Lubang curtain grouting direncanakan pada interval 3 m pada dua garis


paralel dengan jarak 1,5 m. Perubahan yang memungkinkan pada susunan
ini akan disesuaikan dengan hasil uji grouting (grouting test) atau oleh
petunjuk Direksi.

Diameter lubang tidak boleh kurang dari 45 mm. Kedalaman tiap lubang
seperti yang ada pada Gambar dengan kedalaman maksimum 50 m.

Lubang dibuat vertikal atau miring pada sudut tertentu seperti yang ada
pada Gambar.

Kedalaman perbaikan pondasi dengan curtain grouting ditetapkan maksimal


50 meter (pada bagian pondasi terdalam) lalu ke arah tumpuan kiri dan
kanan, kedalamannya berkurang sesuai dengan ketinggian bendungan.
Sedangkan kedalaman minimum curtain grouting adalah 20 meter.
Konfigurasi tersebut telah disesuaikan dengan kondisi lapangan (⅓ tinggi
head air).

Pertimbangan untuk memperdalam curtain grouting akan ditetapkan


berdasarkan hasil grouting test.

(2) Pemboran Lubang Curtain Grouting

Curtain grouting akan dilaksanakan dengan tahapan panjang lubang


grouting 5 m dan dengan metode split spacing daerah yang dibagi seperti
yang dijelaskan berikut. Bidang vertikal Curtain grout akan dibagi menjadi
daerah-daerah menurut perbedaan tekanan penolakan maksimum yang
diperbolehkan untuk diaplikasikan. Tiap daerah terdiri atas satu atau lebih
tahapan grouting.

Daerah pertama terdiri atas tahapan yang mencakup 5 bagian yang diukur
dari permukaan dasar batuan. Semua lubang grouting dalam daerah yang
dibagi pada pondasi bendungan, sesuai petunjuk Direksi akan di grouting
untuk daerah pertama sebelum pemboran daerah selanjutnya.

Pemboran dan Grouting ST V-11


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Metode split spacing merupakan prosedur dimana lubang utama dialoksikan


pada interval yang agak besar akan dibor dan di grouting duluan dan
selanjutnya lubang sekunder akan dibor dan di grouting pada pertengahan
antara dua lubang primer, dan kemudian lubang tersier antara grouting
lubang sebelumnya, dan sebagainya. Untuk lubang primer, grouting akan
dilakukan dengan menurunkan tahapan, seperti pada prosedur sebelumnya.

Tahapan pemboran pertama di batu akan diperluas hingga kedalaman 5 m


dari permukaan batu. Tahapan pengeboran kedua akan mengikuti setelah
selesainya grouting tahap pertama, dengan pemboran kembali bagian yang
digrouting pertama dan dipenetrasi kedalam batu untuk kedalaman 5 m
lainnya. Proses ini akan diulang sampai grouting mencapai kedalaman yang
ditentukan selesai sesuai petunjuk Direksi. Pemboran tahap selanjutnya
tidak akan diawali sampai 4 jam lewat setelah selesainya kerja grouting,
dan tiap tahap tidak boleh melebihi kedalaman yang ditentukan. Kedalaman
lubang bor akan diperiksa oleh Direksi sebelum grouting tahap akhir.

Lubang percontohan seperti yang ditunjukkan pada gambar akan dibor


pertama sebelum lubang primer dibor. Lubang percontohan harus dibor inti
dan harus membentuk lubang curtain grouting.

Untuk lubang sekunder dan tersier pada daerah kedua, grouting akan
dilakukan dengan menaikkan tahapan, jika disetujui Direksi. Metode ini
akan mengebor lubang hingga kedalaman akhir yang ditentukan,
selanjutnya grouting dengan tahap 5 m dengan menaikkan packer dari
bawah ke atas lubang.

Penggunaan bentonite, rod dope, rod grease atau pelumas lainnya pada rod
bor tidak diijinkan.

Sebelum grouting masing-masing tahapan setelah selesainya pemboran,


lubang akan dicuci seluruhnya dengan air bersih dari ujung rod bor yang
dimasukkan ke lubang. Pencucian akan terus dilakukan hingga tak kurang
dari 10 menit dan sampai air sisa pencucian jernih. Setelah pencucian, tiap
lubang akan ditutup untuk mencegah masuknya material asing. Pengeboran
yang lebih dekat 8 m dari tahap lubang yang digrouting atau yang telah
digrouting 4 jam sebelumnya tidak diijinkan. Dengan metode tahap mundur,
lubang akan dicuci seluruhnya sebelum grouting pada tahapan yang paling
rendah.

Sebelum grouting, pengujian tekanan air akan dilakukan di lubang yang


selesai dibor sesuai petunjuk Direksi.

(3) Prosedur Curtain Grouting

Packer harus dipasang 0,5 m di atas bagian atas bagian yang di grouting.

Pemboran dan Grouting ST V-12


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Pada tahap pertama, packer akan diatur dalam lantai beton (grouting cap),
atau jika tidak ada tutup beton, pada 0,5 m dari permukaan batuan.

Tekanan penolakan maksimum yang diperbolehkan untuk grouting tiap


tahapan adalah bervariasi untuk berbagai daerah. Tekanan penolakan
maksimum yang diperbolehkan disesuaikan dengan hasil grouting test atau
ditentukan oleh Direksi

Rata-rata kontrol injeksi dan tekanan grouting selama proses grouting akan
dilakukan sesuai petunjuk Direksi.

Rangkaian lubang yang akan digrouting akan diarahkan oleh Direksi di


lapangan. Konsentrasi grouting, waktu penyelesaian, perawatan kebocoran
dan penolakan grouting yang disiapkan akan sama seperti pada Sub-bab
5.4.1 kecuali jika tekanan yang paling tinggi adalah tekanan penolakan
maksimum yang diperbolahkan untuk grouting pada tiap tahapan.

5.5.3 Blanket Grouting

(1) Lokasi dan Ukuran Lubang

Blanket grouting akan dilakukan di pondasi daerah inti kedap air pada
bendungan. Lubang, dengan kedalaman 5 m pada batu, akan disusun pada
jarak 2 - 3 m pada garis parallel pada garis curtain grouting dan pada jarak
masing- masing 2 m atau sesuai dengan hasil uji grouting, seperti yang ada
pada Gambar.

Diameter lubang tak boleh kurang dari 45 mm. Blanket grouting akan
dilakukan sebelum dimulainya Curtain grouting.

(2) Pemboran Lubang Blanket Grout

Blanket grouting akan dilakukan dengan tahap sepanjang 5 m. Prosedur


dan metode pemboran sama seperti yang dijelaskan pada Sub-bab 5.4.2
untuk metode tahapan mundur.

(3) Prosedur Blanket Grouting

Prosedur blanket grouting sama seperti yang dijelaskan pada Sub-bab


5.4.2.

Jika memungkinkan, perawatan tambahan untuk blanket grouting akan


disesuaikan dengan petunjuk Direksi, dengan menggunakan grouting tunnel
untuk pengeboran dan grouting lubang yang miring. Dalam hal ini, tekanan
maksimum yang diperbolehkan akan ditentukan oleh Direksi dalam
hubungannya dengan tinggi bendungan yang dibangun pada saat itu.

Pemboran dan Grouting ST V-13


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

5.5.4 Rim / Kipas Grouting

Rim grouting akan dilakukan untuk tujuan memperluas curtain grout kedepan
sayap lokasi bendungan atau area lain sesuai petunjuk Direksi. Lubang akan
direncanakan di jalan yang sama seperti curtain grouting. Ukuran lubang,
prosedur pengeboran dan grouting sama seperti yang dijelaskan pada Sub-bab
5.4.2 tentang curtain grouting.

5.5.5 Slush Grouting

Slush grouting akan dilakukan untuk tujuan menimbun dengan grouting setiap
lubang di permukaan pondasi batu untuk daerah inti kedap air atau bangunan
lainnya.

Semen atau mortar grout akan di sapu kedalam permukaan pondasi dengan
sapu atau objek lainnya, sehingga dapat menutup seluruh retakan, celah dan
ketidaksempurnaan minor di permukaan batu.

5.5.6 Contact Grouting

(1) Lokasi Contact Grouting

Contact grouting akan dilakukan untuk menimbun lubang antara


permukaan beton bagian dalam dan steker (plug) beton di konduitan
pengelak, dan antara pipa baja dan beton encasing.

Grouting akan diinjeksi melalui sistem pipa grouting yang ditanam di beton
dan melalui lubang yang ada pada pipa baja.

(2) Sistem Pipa Grouting

Sistem pipa grouting di steker (plug) beton di konduitan pengelak meliputi


pengadaan headers, headers ulang, vent headers dan vent headers ulang,
semuanya dari pipa baja dengan diameter 40 mm dan dari pipa riser baja
dengan diameter 20 mm yang dihubungkan dengan headers ke outlet
grouting dan vent headers ke bagian groove. Katupnya akan diletakkan
pada bagian ujung dari semua headers.

Sebelum diletakkan, semua pipa akan dibersihkan baik bagian dalam


maupun luarnya dari semua material asing sedemikian rupa sesuai petunjuk
Direksi. Pipa grouting akan diletakkan dengan hati-hati dan di simpan dalam
posisi seperti yang ditunjukkan pada Gambar atau sesuai petunjuk Direksi
pada saat beton diletakkan.

Outlet grouting dari jenis yang disetujui akan disediakan dalam posisi dan

Pemboran dan Grouting ST V-14


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

dalam cara seperti pada Gambar atau sesuai petunjuk Direksi.

Groove, jika perlu akan disediakan pada lapisan konduit atau di batian dan
di sambungan kontraksi pada steker beton dengan posisi dan sedemikian
rupa sesuai Gambar atau petunjuk Direksi. Groove akan ditutup dengan
pelat baja dengan pipa riser yang di las pada tiap ujungnya.

Tak ada sistem pipa grouting terpisah yang diperlukan untuk Contact
Grouting dengan menimbun void (ruang kosong) pada beton encasing
dibelakang pipa baja. Grouting akan dibuat melalui lubang grouting yang
ada pada pipa baja oleh Penyedia Jasa lain.

Grouting

Sebelum grouting, semua pipa dan lubang sepanjang kontak sambungan


akan dicuci seluruhnya dengan air bersih yang diinjeksi melalui headers
dengan tekanan tertentu tak melebihi tekanan yang diperbolehkan. Air yang
diberi tekanan akan disimpan di pipa, dan jika kebocoran terjadi pada
permukaan steker (plug) atau di tempat lain, maka akan disumbat
sedemikian rupa sesuai petunjuk Direksi. Air akan disalurkan sebelum
grouting dimulai.

Konsentrasi grouting yang digunakan berkisar antara 2:1 sampai 1.4:1


untuk perbandingan air/semen. Perubahan konsentrasi akan disesuaikan
dengan petunjuk Direksi.

Grouting akan diinjeksi melalui header suplai. Pada saat grouting yang
diinjeksi bocor dari ujung headers, katup yang dikaitkan pada header
tersebut akan ditutup satu per satu, sampai semua katup headers tertutup.
Pada saat tekanan maksimum yang diperbolehkan tercapai dan nilai injeksi
turun sampai nol (0), katup header suplai akan akan ditutup. Grouting
kemudian diinjeksi melalui lubang headers sampai tingkat injeksi turun
hingga mencapai titik nol (0) dengan tekanan maksimum yang
diperbolehkan. Setelah semua proses yang digambarkan diatas selesai,
semua katup akan ditutup. Grouting akan diselesaikan jika tekanan
maksimum dijaga selama 10 menit.

Katup headers tidak akan dibuka sampai grouting yang diinjeksi diset
(diatur) dan tidak mengalir dengan pengenduran tekanan tersebut.

Pada saat grouting yang diinjeksi bocor melalui retakan, patahan, dll. dalam
rangkaian grouting, kebocoran tersebut harus disumbat secara efektif
sesuai petunjuk Direksi.

Pemboran dan Grouting ST V-15


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

5.5.7 Lubang Tes Pemboran Inti

Penyedia Jasa memerlukan pemboran lubang tes untuk mendapatkan contoh


inti dan melaksanakan tes tekanan air untuk usulan penyelidikan kondisi
geologi atau untuk menyelidiki efektifitas dari grouting. Diameter lubang tes
tidak boleh lebih kecil dari 65 mm maupun lebih besar dari 87 mm, kecuali jika
diarahkan oleh Direksi. Persepsi tersebut bukan berarti menolak pemboran
dengan diameter besar untuk keperluan menyelubungi lubang bilamana
diperlukan.

Penyedia Jasa akan menyimpan core box, untuk Direksi dari setiap lubang yang
dibor yang mana akan dicatat koordinatnya, lokasi, elevasi dan kedalaman final
dari lubang, sifat batuan yang dibor dan data-data lain yang ada yang biasanya
dicatat pada log lubang bor, seperti ditemukannya inti lubang persentasinya,
RQD nya dsb.

Contoh inti harus diletakkan pada kotak kayu dengan tutup berengsel yang
disediakan oleh Penyedia Jasa. Contoh inti masing-masing lubang dipisah-
pisahkan dalam kotak dengan pembatas dan akan diidentifikasikan dengan
memakai label kayu dimasukkan di ujung lubang, sehingga kedalaman lubang
bisa ditandai.

Semua kotak contoh inti ditandai dengan jelas dengan jumlah lubang dimana
contoh inti tersebut diambil serta tanggal pemborannya. Setelah pemeriksaan
contoh inti dan pekerjaan logging selesai dikerjakan, core box akan dikirim oleh
Penyedia Jasa ketempat penyimpanan di lokasi proyek seperti ditunjukkan oleh
Direksi.

Sebelum core box disimpan semua contoh inti harus difoto warna dengan skala
yang diperkecil yaitu 1:7 sehingga detail tanda dalam kotak akan terlihat pada
foto. Skala linier akan tercakup dalam foto. Penyedia Jasa harus menyerahkan
satu foto negatif dan 2 foto positipnya setiap foto kepada Direksi. Contoh inti
harus dicuci sebelum difoto dan ketika difoto harus masih lembab sehingga
sifat batuan dan ciri- cirinya tampak jelas.

Pengujian tekanan air di lubang uji dilaksanakan pada descending stage yang
panjangnya 5 m atau kurang dari 5 m seperti yang disarankan Direksi.

Lubang tes harus termasuk lubang contoh, lubang kontrol terhadap akibat dari
grouting yang harus digrouting dengan langkah turun setiap 5 m kecuali jika
diarahkan oleh Direksi, tetapi pemboran ke arah atas untuk mendapatkan
konfirmasi zona geologi lubang drainase tidak perlu di grouting.

Pemboran dan Grouting ST V-16


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

5.5.8 Tes Tekanan Air

Di dalam tes lubang pemboran inti atau lubang lainnya yang disetujui oleh
Direksi, tes tekanan air akan dilaksanakan untuk kepentingan menaksir kondisi
batuan sebelum dan sesudah grouting. Packer akan di set dengan kuat sekitar
0,5 m di atas permukaan yang harus dites dan air bersih harus dipompa ke
dalam lubang di bawah tekanan yang konstant yang akan dikontrol dengan
pengaturan katup saluran. Injeksi air tersebut kontinyu untuk sekurang-
kurangnya 10 menit di bawah suatu tekanan tertentu setelah injeksi tersebut
berjalan stabil.

Sebagian besar tetapi tidak secara khusus di dalam beberapa pengeboran inti
(tidak lebih dari 7) tekanan berbeda sesuai arahan Direksi, akan diterapkan di
dalam urutan masing-masing langkah. Tekanan tidak boleh melebihi tekanan
maksimum yang diijinkan untuk menekan grouting atau tidak boleh lebih dari
1.000 kPa kecuali jika ditentukan oleh Direksi.

Penyedia Jasa harus membuat catatan data setiap tes termasuk jumlah lubang,
langkah, elevasi dari manometer elevasi water table, posisi dari packer,
tekanan, kecepatan injeksi, dll. Kehilangan produksi energi selama tes antara
manometer dan bagian tes harus diperhitungkan.

Untuk tes tekanan air dengan beberapa tekanan yang berbeda, hasil tes
tekanan airnya harus diberikan dalam bentuk grafik, yang mana semuanya
dalam skala yang sama ditunjukkan dalam absis tekanan efektif setiap tahapan,
diambil untuk mempertimbangkan energi tetap dan kehilangan energi dan
diordinat tingkat aliran keluar air dalam ukuran liter per menit dan per meter.
Grafik untuk lubang pengeboran yang sama akan dilampirkan log geologi.

5.5.9 Pemboran untuk Pemasangan Instrumen

Lubang untuk pemasangan instrumen harus di bor dengan diameter,


kedalaman dan sudut sesuai yang ditunjukkan dalam gambar atau petunjuk
Direksi. Untuk penyelesaian pemboran, lubang harus dicuci dengan air bersih
yang bertekanan sampai air kembalian harus bersih dan harus ditutup untuk
melindungi lubang dari material asing sampai pemasangan instrumen
terlaksana.

5.5.10 Grouting Zona Sesar

Zona sesar yang memotong pengelak dan pelimpah (sesar F3 dan F4) akan
dilakukan perbaikan pondasi dengan grouting konsolidasi dan kalau zonanya
lebar material hancuran (weak zone) akan diganti dengan beton yang akan
disesuaikan dengan kedalaman kondisi zona hancurannya.

Pemboran dan Grouting ST V-17


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Untuk zona sesar didaerah genangan (F1 dan F2) yang berpotensi
menimbulkan bocoran waduk akan dilakukan dengan penimbunan blanket cley
selebar zona hancur

5.6 UJI GROUTING (GROUTING TEST)


5.6.1 Umum

Kontraktor harus melakukan uji grouting (grouting test) minimum 2 lokasi


dengan kondisi batuan yang berbeda, sebagaimana ditentukan oleh Direksi.
Grouting test harus diambil sedemikan rupa sehingga terbentuk range
keseluruhan pelaksanaan yang berkaitan dengan tekanan grouting untuk
pekerjaan permanen termasuk pemboran, pengetesan permeability, grouting,
lubang grout, dibandingkan dengan pekerjaan dan metode yang berbeda dan
pemilihan campuran grout yang sesuai dan tekanan groutingnya dan lain-lain.
Pada pekerjaan test grouting pada lokasi lubang pemeriksaan (check hole),
untuk mengetahui penyebaran semen digunakan zat pewarna yang akan
ditentukan oleh Direksi

Lokasi percobaan grouting diadakan pada bagian pekerjaan grouting permanen


atau secara terpisah pada area yang disiapkan. Kontraktor harus memasukkan
biaya keseluruhan untuk pengeboran dan grouting termasuk pelaksanaan trial
grouting, pelaksanaan akibat produksi yang rendah berdasarkan pada asumsi
sebagai berikut:

- Pengukuran dan pembayaran pengeboran, pengetesan tekanan air dan


grouting dibuat dengan dasar dan rate yang berhubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan permanen.

- Pekerjaan untuk melaksanakan grouting test tidak melebihi 5% dari jumlah


total pelaksanaan yang berhubungan dengan pekerjaan permanen
sebagaimana diestimasikan dalam daftar kuantitas.

5.6.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari test pelaksanaan test grouting (sementasi) adalah
untuk mendapatkan gambaran yang lebih detail mengenai pengaturan jarak
dan pola lubang grouting, besarnya tekanan injeksi pada waktu pelaksanaan,
banyaknya material yang akan digunakan dalam pelaksanaan sementasi nanti
dan juga jenis alat yang akan digunakan.

Pemboran dan Grouting ST V-18


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

5.6.3 Lokasi Test Grouting

Test Grouting dilaksanakan pada poros bendungan yaitu Sandaran Kiri pada
pondasi batugamping. Daerah pengetesan dikupas tanah penutupnya (soil)
hingga tersingkap batuan dasarnya dan membentuk tempat yang cukup datar
kurang lebih 20 m x 15 m. Pengukuran geodetik dilakukan untuk menentukan
titik-titik bor.

Lokasi test grouting ditentukan dari kondisi geologi melintang poros bendungan
dan uji permeabilitas / Lugeon dari lubang bor investigasi sebelumnya (profil
Lugeon).

Pemboran dan Grouting ST V-19


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

5.6.4 Pengaturan Jarak dan Pola Lubang

Pengaturan jarak dan pola lubang disusun seperti pada gambar berikut ini.

4,00
m
G3 D/S

G4 CH-2

CH-1

G1 G2
8.0 m

Gambar 5. 1 Pola Lubang Grouting Test

G1,G2 danG3 ; primary grout holes


CH1 : primary check hole
G4 : secondary grout hole
CH2 : secondary check hole

Catatan :

- G1, CH1 dan CH2 pemboran dengan core sampling.

- CH1 setelah selesai sebagai primary check hole akan dipergunakan


juga sebagai secondary grout hole.

5.6.5 Material yang digunakan

Meterial yang digunakan untuk test grouting adalah semen (PC), air, bentonit
(10% berat semen) dan ditambah zat warna. Zat warna larutan Phenolphtaline
merah (C2OH14O3) ditambah sebanyak 3% berat semen, yang berfungsi untuk
mengetahui jangkauan penyerapan campuran grouting.

5.6.6 Perbandingan dan perubahan campuran grouting

Perbandingan dimulai dari yang encer (10:1) dan seterusnya menjadi semakin
pekat (1:1).

Pemboran dan Grouting ST V-20


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Tabel 5. 1 Perbandingan dan Perubahan Campuran Grouting


Semen masuk
0-50 50–100 100–150 150–200 >200
(Kg/m)
Perbandingan
10 : 1 5:1 3:1 2:1 1:1
campuran (w/c)

5.6.7 Tekanan Injeksi

Tekanan injeksi (sementasi) ditentukan sesuai dengan keadaan struktur batuan


dasar dan tanah penutupnya. Tekanan bertambah sesuai dengan tahapan
sementasi, semakin kedalam tekanan akan semakin besar sesuai dengan rumus
(USBR) :

P = 0,4 H ( kg/cm2)

Dimana H adalah jarak antara setengah panjang dari bagian yang digrouting
sampai permukaan tanah.

Tabel 5. 2 Tekanan Injeksi dan Penempatan Packer


Posisi
Kedalaman Tekanan Grouting
Stage Penempatan
(m) (kg/cm2)
Packer (m)
1 0,00 – 5,00 1.5 - 0,50
2 5,00 – 10,00 2.0 - 5,00
3 10,00 – 15,00 2.5 - 10,00
4
5
6
7

5.6.8 Ukuran lubang bor

Diameter bor untuk lubang grouting tidak boleh kurang dari 45 mm, sedangkan
lubang pilot dan check hole tidak boleh kurang dari 55 mm dan tidak boleh
lebih dari 87 mm.

5.6.9 Prosedur Grouting

Prosedur yang dipakai untuk test grouting adalah metode down stage
(descending) dan harus menunggu 4 jam untuk melanjutkan stage berikutnya
(di bawahnya).

Pemboran dan Grouting ST V-21


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

5.6.10 Pengambilan Contoh Batuan (Core Sampling)

Pada lubang pilot dan check hole dilaksanakan pengeboran dengan


pengambilan contoh inti batuan. Pengeboran inti tersebut bertujuan untuk
mengetahui efektifitas sebelum dan sesudah pelaksanaan grouting, apakah
sudah memadai atau belum. Contoh inti yang terambil diletakkan di dalam
kotak terbuat dari kayu dengan ukuran 1 x 0,5 x 0,1 meter dan masing-masing
diberi sekat sehingga cukup untuk menyimpan contoh inti sepanjang 5 m.
Untuk pengamanan dalam penyimpanan dan transportasi, supaya jangan rusak,
kotak contoh diberi tutup beserta kuncinya.

Studi Grouting Test

Location : Bend. Logung


Hole No :
Total Depth :

Depth :

40
cm

110
cm

Gambar 5. 2 Bentuk Corebox

5.6.11 Uji Permeabilitas

Sebelum grouting uji permeabilitas lubang bor dilaksanakan pada lubang pilot
dan check hole dengan tujuan memperkirakan kondisi permeabilitas batuan
sebelum dan sesudah grouting.

Untuk mendapatkan harga permeabilitas batuan pondasi, pemakaian


maksimum tekanan yang digunakan adalah 0,4 kg/cm2 tiap meter kedalaman
sampai pertengahan yang ditest dan dilakukan 7 kali pengetesan masing-
masing selama 10 menit (untuk mendapatkan pola Aliran Lugeon). Sedangkan
pada lubang bor lain yang tidak mengambil sample hanya dilakukan tes
permeabilitas 1 kali pengetesan (10 menit) dengan menggunakan tekanan
maksimum yang diizinkan.

Perhitungan nilai lugeon / permeabilitas seperti rumus sebagai berikut :

Pemboran dan Grouting ST V-22


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Q L
k ln
2 LH R
Dimana : k = koef. Permeabilitas
Q = debit (dibaca pada alat)
L = panjang stage
R = jari-jari lubang bor
P = tekanan (pada manometer)
d = kedalaman sampai ujung packer
H = P + tinggi manometer

10Q
lu  , dimana : lu = nilai lugeon
LH

Tabel 5. 3 Tekanan Lugeon vs Stage

Pengetesan 1 2 3 4 5 6 7

Maksimum Stage 1 0.2 0.5 1.0 1.5 1.0 0.5 0.2


Tekanan
Stage 2 1.5 1.0 1.5 2.0 1.5 1.0 0.5
yang
dijinkan Stage 3 0.5 1.5 2.0 2.5 2.0 1.5 0.5
(kg/cm2)

Interpretasi aliran Lugeon (oleh Houlsby, tahun 1976), dapat dibagi menjadi 5
group, yaitu:

 Aliran Laminer
 Aliran Turbulen
 Aliran Dilatasi
 Wash-out dan
 Void Filling

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel IV.

Pola aliran Lugeon sangat tergantung dari :

 Jenis batuan
 Jenis rongga pada batuan, apakah antar butir atau rekahan
 Jenis dan ukuran kekar / rongga, terbuka atau tertutup
 Macam isian kekar (mudah larut atau tidak)
 Hubungan antar rekahan
 Ukuran butir tanah

Pemboran dan Grouting ST V-23


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

5.6.12 Waktu Penyelesaian

Jika tekanan maksimum yang diijinkan telah tercapai hingga kecepatan injeksi
menurun di bawah 0,2 lt/menit dan tekanan tetap (konstan) selama 15 menit,
kemudian katub ditutup. Grouting dianggap selesai jika tekanan maksimum
yang diijinkan bisa dipertahankan dalam waktu 15 menit tanpa injeksi.

5.6.13 Sasaran

Apabila dari hasil test grouting tidak efektif dan koefisien permeabilitasnya
masih besar, maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :

1. Jarak lubang diperkecil sampai 2.00 m dan 1.00 m sampai nilai


permeabilitas / Lugeon menjadi kecil.
2. Prosentase bentonit dalam campuran grouting ditambah.
3. Semen untuk campuran grouting diganti yang lebih halus (micro / fine
cement).

5.7 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


5.7.1 Pemboran Lubang Grouting

Pengukuran dan pembayaran untuk pemboran lubang curtain grouting, blanket


grouting dan consolidation grouting dibuat berdasarkan pada meter panjang
dari lubang grouting yang di bor sesuai dengan spesifikasi dan atau petunjuk
Direksi. Panjang dari bagian lubang grouting yang dibor ulang karena
kekurangan atau kesalahan Penyedia Jasa tidak termasuk dalam pengukuran
dan pembayaran. Panjang dari pengeboran untuk pelindung lubang dan
pembersihan di dalam lubang sekali pengeboran tidak termasuk dalam
pengukuran dan pembayaran.

Pengukuran dan pembayaran untuk pemboran ke arah bawah untuk langkah


curtain grouting dibuat untuk pengeboran lubang grouting atau bagian dari
lubang grouting dengan metode langkah menurun dengan panjang biasanya 5
m tetapi ada kalanya bervariasi dari 1 m hingga 10 m dengan petunjuk Direksi.

Pengukuran dan pembayaran untuk pemboran ke arah bawah tanpa langkah-


langkah untuk curtain grouting akan dibuat untuk pengeboran lubang grouting
atau bagian lubang grouting yang telah di grouting dengan metode langkah naik
dengan apapun juga panjang langkahnya.

Pengukuran dan pembayaran untuk cakupan kedalaman pemboran untuk


lubang curtain grouting, blanket grouting dan consolidation grouting yang
ditentukan pada Daftar Kuantitas dan Harga yang akan dibuat untuk
pengeboran bagian dari lubang grouting dalam cakupan kedalaman yang
ditentukan. Oleh karena itu perbedaan harga satuan akan dipakai untuk

Pemboran dan Grouting ST V-24


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

pengeboran bagian lain dari lubang grouting sesuai dengan kedalaman dari
bagian tersebut. Harga satuan untuk pengeboran akan selalu bervariasi
tergantung dari sudut kemiringan dari lubang tersebut kecuali untuk
pengeboran untuk batas luar dari konduit atau adit.

Harga satuan untuk pemboran lubang grouting sudah termasuk semua biaya
untuk penyediaan tenaga kerja, material, tempat dan semua kegiatan yang
diperlukan untuk pengeboran melalui tanah, batuan dan beton, pemindahan
peralatan, pencucian dengan tekanan dari lubang bor, perlindungan lubang
sampai grouting pengeboran ulang pada grouting yang keras pada metode
langkah turun dan semua pekerjaan insidentil yang berkaitan dengan
pengeboran sesuai dengan spesifikasi.

5.7.2 Pemboran Inti Lubang Tes

Pengukuran dan pembayaran untuk pemboran inti lubang tes ke arah bawah
dibuat berdasarkan meter panjang dari lubang tes yang telah dibor sesuai
dengan spesifikasi dan atau petunjuk Direksi. Panjang pengeboran ulang dari
lubang tes akibat kegagalan Penyedia Jasa tidak termasuk dalam pengukuran
untuk pembayaran. Panjang pemboran untuk selubung dari lubang dan untuk
pembersihan dalam lubang untuk sekali pengeboran tidak termasuk dalam
pengukuran dan pembayaran.

Pengukuran dan pembayaran untuk cakupan kedalaman pemboran untuk


pengeboran inti lubang tes seperti ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan
Harga yang akan dibuat untuk pemboran bagian lubang tes dalam cakupan
kedalaman yang direncanakan. Maka harga satuan yang berbeda akan
digunakan untuk pemboran yang berbeda dari bagian lubang tes menurut
kedalaman bagian tersebut. Harga satuan untuk pengeboran akan bervariasi
tergantung dari sudut kemiringan dari lubang kecuali untuk pengeboran di
konduit.

Harga satuan untuk pemboran inti lubang tes mengarah ke bawah sudah
termasuk semua biaya penyiapan tenaga kerja, material, tempat dan semua
peralatan yang dibutuhkan untuk pengeboran inti melalui tanah, batuan dan
beton, pemindahan mesin, pencucian dengan tekanan untuk lubang bor,
perlindungan lubang sampai pelaksanaan grouting, pengeboran ulang grouting
yang mengeras untuk grouting dalam metode menurun dan semua pekerjaan
yang berkaitan dengan pengeboran inti sesuai dengan spesifikasi.

Pengukuran dan pembayaran pemboran inti lubang tes ke atas 0 sampai 30
ke arah vertikal dan kedalaman sampai 30 m dibuat berdasarkan meter
panjang dari lubang tes yang mana telah dibor naik pada sudut dan ke dalam
dalam cakupan yang direncanakan, sebagian besar sebagai pengeboran inti

Pemboran dan Grouting ST V-25


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

lubang drainase sesuai dengan spesifikasi dan atau petunjuk Direksi. Harga
satuan sudah termasuk semua biaya penyediaan tenaga kerja, material, tempat
dan semua kegiatan yang diperlukan untuk pengeboran inti melalui tanah,
batuan dan beton, pemindahan mesin, pencucian dengan tekanan dari lubang
pengeboran dan semua pekerjaan insidentil yang berkaitan dengan pengeboran
inti naik sesuai dengan spesifikasi.

5.7.3 Grouting (Curtain, Blanket dan Consolidation)

Pengukuran dan pembayaran untuk Curtain grouting, blanket dan consolidation


grouting dibuat atas dasar berat dalam ton dari semen kering yang disuntikkan
ke dalam lubang grouting dan lubang tes. Harga satuan sudah termasuk semua
biaya untuk penyediaan tenaga kerja, material grouting, tempat, penyediaan
grouting dan sistem pengembalian dan semua operasi yang diperlukan untuk
menghubungkan jalur penyedia grouting dengan pipa grouting atau pipa suntik,
pencucian pipa, pengangkutan material grouting, pencampuran dan
penyuntikan grouting dan pengeboran kembali lubang jika lubang tersebut
tersumbat yang menyebabkan ada aliran grouting keluar dan pekerjaan-
pekerjaan lain yang terkait grouting sesuai dengan spesifikasi.

Pengukuran dan pembayaran untuk slush grouting akan dibuat berdasarkan


berat dalam ton dari semen kering yang dipakai untuk grouting yang benar-
benar disemprotkan dan disapukan di pondasi bendungan atau struktur lainnya.
Harga satuan sudah termasuk semua biaya untuk menyiapkan tenaga kerja,
material selain dari material grouting yang digunakan, tempat, sistem
penyediaan grouting dan semua opersai yang diperlukan dalam pengangkutan
material grouting, pencampuran, penyediaan ke lokasi, penyebaran dan
penyapuan atau pembukaan paket grouting dan pekerjaan insidentil yang
berkaitan dengan slush grouting sesuai dengan spesifikasi.

5.7.4 Backfill Grouting

Perngukuran dan pembayaran untuk backfill grouting untuk galeri dan konduit
lain tidak boleh dibuat terpisah dan harus menjadi bagian dari dinding
perkuatan beton. Harga satuan untuk dinding perkuatan beton sudah sudah
termasuk semua biaya untuk penyiapan tenaga kerja, material termasuk
material grouting, tempat / lokasi, penyuplai grouting dan sistem baik termasuk
pipa baja diameter 50 mm untuk pipa grouting dan semua operasi yang
dibutuhkan untuk pemasangan pipa grouting pada dinding beton dan atau
pengeboran lubang grouting melalui dinding beton, berhubungan dengan
saluran penyuplai grouting dengan pipa grouting atau pipa penyuntik secara
tepat di lubang grouting dengan packer, pemasangan packer, penyiapan,

Pemboran dan Grouting ST V-26


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

pengangkutan material grouting, pencampuran, penyuntikan grouting untuk


semua ruang kosong yang terletak diantara dinding perkuatan beton dan
batuan di batas luar konduit, pencampuran dan pemompaan untuk
menentukan proporsi campuran grouting sebelum pekerjaan backfill grouting
dimulai, tambahan pengeboran lubang grouting tanpa inti dengan panjang 2 m
atau ditentukan oleh Direksi dan semua pekerjaan insidentil sesuai dengan
spesifikasi.

Backfill grouting pada konduit pengelak perkecualian dimana pengeboran


dibayar berdasarkan meter panjang dan grouting berdasarkan ton berat dari
semen yang disuntikkan.

5.7.5 Contact Grouting

Pengukuran dan Pembayaran untuk contact grouting pada proses penutupan


konduit pengelak dibuat atas dasar harga lump sum. Harga lump sum yang ada
pada Daftar Kuantitas dan Harga sudah termasuk semua biaya penyiapan
tenaga kerja, material, peralatan dan semua operasi yang dibutuhkan untuk
pemasangan semua sistem pemasangan pipa grouting seperti ditunjukkan
dalam gambar pada beton penutup dimana ditempatkan dan perkuatan beton
dengan pengeboran pendek, berhubungan dengan penyedia grouting dan
saluran balik ke sistem pipa grouting pada saat grouting, pengujian dan
pencucian dengan tekanan air bersih, pengangkutan material grouting,
pencampuran dan penyuntikan grouting, pemindahan material, peralatan dan
tempatnya setelah pelaksanaan grouting dan semua pekerjaan yang terkait
sesuai dengan spesifikasi. Biaya untuk pipa dalam sistem pipa grouting,
pengeboran dari perkuatan semen sudah termasuk dalam harga lump sum.

5.7.6 Penyiapan dan Pemasangan Packer

Pengukuran dan pembayaran untuk penyiapan dan pemasangan packer, dibuat


berdasarkan pada jumlah packer yang terpasang yang mana secara nyata
dibuat untuk usulan pengujian tekanan air dan/atau grouting di lubang grouting
dan pengujian lubang. Harga satuan sudah termasuk semua biaya untuk
menyiapkan tenaga kerja, material, peralatan dan seluruh operasi yang
dibutuhkan untuk pemasangan dan pemindahan packer, menghubungkan ke
suntikan melalui pipa dan pipa lainnya dan pekerjaan lainnya yang terkait
sesuai dengan spesifikasi.

Pengukuran dan pembayaran untuk penyiapan dan pemasangan packer


berdasarkan urutan pekerjaan dari dasar ke atas, dibuat berdasarkan pada

Pemboran dan Grouting ST V-27


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

pemasangan packer pada lubang atau bagian dari lubang yang mana telah diuji
tekanan airnya dan/atau digrouting sesuai metode urutan pengerjaannya.

Pengukuran dan pembayaran untuk penyiapan dan pemasangan packer dalam


urutan dari dasar lubang ke bagian atas dibuat untuk pemasangan packer pada
lubang atau bagian lubang yang mana tes tekanan air dan atau grouting dalam
metode.

Pengukuran dan pembayaran untuk cakupan kedalaman seperti yang


ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga yang dibuat dari pemasangan
dalam cakupan kedalaman yang ditunjuk.

5.7.7 Material Grouting

Material grouting terdiri dari material grouting kering seperti semen, bentonite,
pasir dan admixtures yang mana akan disuntikkan ke dalam lubang Curtain
grouting, blanket grouting dan consolidation grouting dan lubang tes.

Pengukuran untuk pembayaran dibuat berdasarkan berat semen dalam ton


yang benar-benar disuntikkan. Pembayaran didasarkan pada harga satuan per
ton dari semen yang mana termasuk semua biaya untuk menyiapkan semua
material, pengangkutan ke lokasi, proporsi campuran yang dibutuhkan dan
injeksi ke dalam lubang sesuai spesifikasi dan petunjuk Direksi.

Pembayaran untuk backfill grouting dan contact grouting sesuai dengan yang
ada pada sub-bab 5.5.4 dan 5.5.5.

5.7.8 Tes Tekanan Air

Pengukuran dan pembayaran untuk tes tekanan air di lubang bor dilakukan
berdasarkan waktu atau berapa kali telah dilakukan pengujian atau pengukuran
terhadap tes tekanan air dari pemasukan air di bawah tekanan sesuai
spesifikasi atau petunjuk atau persetujuan Direksi. Harga satuan yang
dicantumkan dalam tender sudah termasuk semua biaya untuk penyediaan
tenaga kerja, material, peralatan dan semua operasi yang diperlukan untuk
pengujian serta samua pekerjaan insidental yang terkait, seperti tertera pada
spesifikasi.

5.7.9 Pemboran untuk Pemasangan Instrumentasi

Pengukuran dan pembayaran untuk pemboran lubang guna pamasangan


instrumentasi dilakukan berdasarkan meter panjang dari panjang lubang yang
telah di bor untuk pemasangan instrumentasi sesuai dengan spesifikasi dan
atau petunjuk Direksi. Harga satuan tersebut sudah termasuk semua biaya

Pemboran dan Grouting ST V-28


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

untuk penyediaan tenaga kerja kerja, material, peralatan dan semua operasi
yang dibutuhkan untuk pemboran, pembersihan, perlindungan lubang sesuai
dengan spesifikasi.

Pemboran dan Grouting ST V-29


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB VI
INSTRUMENTASI BENDUNGAN

6.1 UMUM

Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang instrumentasi / alat pengukuran


pada pondasi dan tubuh bendungan, dan menyediakan serta memasang semua alat
pengukuran penunjang pada bangunan terminal, sesuai dengan yang tertera dalam
Spesifikasi Teknik dan Gambar.

Peralatan pengukuran pada tubuh bendungan dan pondasinya terdiri dari:

- Pneumatic Piezomenter
- Standpipe piezometer
- Inklinometer kombinasi dengan Multi layer settlement
- Surface settlement point
- Crest settlement point
- Total stress cell
- Strong motion accelerograph
- Observation well
- Seepage water measuring device
- Automatic water level recorder (AWLR)
- Automatic wheather station/ Automatic wheather season

Tipe alat yang diuraikan disini bisa diusulkan oleh Penyedia Jasa tetapi harus ada
persetujuan dari Pengawas Pekerjaan. Seratus delapan puluh hari (180) sesudah
diterbitkannya kontrak, Penyedia Jasa harus menyerahkan secara rinci semua alat-alat
instrumentasi dan material yang diusulkan untuk mendapat persetujuan Pengawas
Pekerjaan serta detail prosedur untuk pemasangan alat dan operasi pembacaan dan
pemeliharaan.

Usulan yang harus diserahkan oleh Penyedia Jasa, meliputi:

- Uraian secara rinci alat-alat yang diusulkan, tipe dan data teknisnya.
- Uraian referensi lokasi bendungan dimana peralatan sudah dipasang.
- Bukti-bukti bahwa alat-alat yang ditempatkan pada timbunan isian tanah dalam
jangka waktu 5 (lima) tahun masih dalam keadaan baik.
- Prosedur yang dibuat pabrik bagi pemasangan dan operasi alat-alat.

Instrumentasi Bendungan ST VI-1


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

- Gambar-gambar detail untuk perubahan yang diperlukan bagi bangunan terminal


dan boxes.
- Penetapan harga dari pabrik bila peralatan dikirimkan langsung ke lokasi.
- Jaminan bahwa instrumentasi yang dipasang mampu berfungsi dalam jangka
waktu yang ditentukan.

Penyedia Jasa harus memasang semua peralatan sesuai dengan prosedur yang dibuat
oleh pabrik dan sesuai dengan syarat spesifikasi. Bagi pemasangan peralatan ini,
Penyedia Jasa menugaskan supervisor/pengawas yang berpengalaman dalam
pemasangan pekerjaan ini yang disetujui Pengawas Pekerjaan. Supervisor / Pengawas
dari Penyedia Jasa ini juga harus memberi pengarahan kepada staf tim Operasi dan
Pemeliharaan Bendungan Lolak dalam pembacaan, pengoperasian dan pemeliharaan
serta perawatan peralatan instrumentasi yang terpasang.

6.2 SPESIFIKASI TEKNIK


6.2.1 Pneumatic Piezometer

Pneumatic Piezometer yang dipasang terdiri dari dua jenis, yaitu foundation pneumatic
piezometer sejumlah 12 buah dan embankment pneumatic piezometer sejumlah 25
buah. Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang semua piezometer, termasuk
pipa-pipa dan peralatan lain seperti ditunjukkan pada gambar.

Spesifikasi Teknik pisometer pneumatik sebagai berikut :

URAIAN SPESIFIKASI

a. Tipe Sensor Pneumatic


b. Range pengukuran 0,2; 0,5; 1,0; 2,0; 5,0 MPa
c. Overload 30% FS
d. Sensitiitas 0.01% FS
e. Akurasi < 0,3 FS
f. Thermic zero shift 0.00025% FS/oC
g. Thermic sensitivity shift < 0.01% /oC
h. Suply tenaga listrik 12 – 24 V DC
i. Sinyal Output 4 – 20 Ma mV/V on request (*)
j. Electric insulation 4 KV
k. Bridge resistance 15 ± 3 KΩ
l. Temp. operating range -10 to + 55oC
m. Temp. sensor -

Instrumentasi Bendungan ST VI-2


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

URAIAN SPESIFIKASI

n. Material Stainless steel


o. Diameter 28 mm
p. Filter Unit
(1) Material Sinterised s / steel vjon Ceramic HAE Value

(2) Diameter (OD) Disc 18 mm Disc 15 mm


(3) Ukuran Pore 40/50 micron 0,25 micron
(4) Jumlah Konduktor 2 bh 2 bh

 Tata Cara Kalibrasi Alat Piezometer


Kalibrasi pembacaan dilaksanakan di danau atau waduk dengan kedalaman yang
sesuai dengan tinggi rencana Bendungan Ameroro.
Cara pengujian/ Kalibrasi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Alat baca diisi nitrogen sampai penuh.
b. Twin tubing dipotong sesuai dengan kebutuhan.
c. Menyambungkan twin tubing dengan piezometer
d. Uji kebocoran klep piezometer dengan cara memasukkan ke dalam air dan diberi
tekanan yang berasal dari alat baca piezometer.
e. Setelah selesai dan tidak ada kebocoran maka Piezometer dihubungkan dengan
alat baca dan mulai dimasukkan ke dalam air waduk dengan kedalaman yang
bervariasi dimulai dari 5 m
f. Pada kedalaman tersebut piezometer akan dibaca. Bila sudah selesai pembacaan
piezometer akan diturunkan sampai kedalaman 10 m dibaca lagi, setelah itu
dilaksanakan secara berulang dengan kedalaman yang diperlukan dengan
beberapa tahapan kedalaman.
g. Bila sudah selesai piezometer akan diangkat dan diberi tanda bahwa sudah di uji
pembacaannya.
h. Pelaksanaan untuk piezometer yang lain dilakukan secara berulang sesuai
dengan tahapan c sampai dengan g.

Spesifikasi teknik tipe dan range piezometer yang terpasang adalah sebagai
berikut :

Pondasi
Penjelasan spesifikasi alat piezometer (material, tipe, range kesalahan, dll)
Kapasitas bacaan

Instrumentasi Bendungan ST VI-3


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Timbunan
Penjelasan spesifikasi alat piezometer (material, tipe, range kesalahan, dll)
Kapasitas bacaan
- Di atas elevasi xx,xx
- Di bawah elevasi xx,xx

Penamaan Kode Range Bacaan


No Pneumatic Piezometer Tipe (kPa)

A. di Timbunan Inti
1 PP.1-1 HAE 350
2 PP.1-2, PP.1-3, PP.1-4 HAE 500
3 PP.2-1 HAE 250
4 PP.2-2, PP.2-3 HAE 350
5 PP.2-4, PP.2-5, PP.2-6 HAE 500
6 PP.2-7, PP.2-8, PP.2-9 HAE 700
7 PP.2-10, PP.2-11, PP.2-12 HAE 1000
8 PP.3-1 HAE 170
9 PP.3-2, PP.3-3 HAE 350
10 PP.3-4, PP.3-5, PP.3-6 HAE 500
B. di Pondasi
1 FPP.1-1, FPP.1-2 LAE 700
2 FPP.2-1, FPP.2-2 LAE 1000 ~ 1 Mpa
3 FPP.2-3, FPP.2-4 LAE 1500 ~ 1,5 Mpa
4 FPP.3-1, FPP.3-2 LAE 700
HAE = High Air Entry; dipasang di Timbunan
LAE = Low Air Entry; dipasang di Pondasi

 Persiapan Pemasangan
a. Twin-tubings dipotong dengan panjang sesuai jarak dari posisi masing-masing
Piezometer Tip ke instrument house ditambah 10% panjang [hindari sambungan
di dalam zona-1 (inti kedap)]. Masing-masing potongan twin-tubings ditandai
dengan isolasi warna dan dipasang pada setiap interval 5 m dan masing-masing
set digulung terpisah.
b. Piezometer Tip yang sudah dikalibrasi, direndam (saturasi) dulu di dalam air
bersih untuk menghilangkan gelembung-gelembung udara di dalam tip selama
24 jam, atau dengan metode yang lain.
c. Salah satu ujung twin tubing disambungkan dengan Piezometer tip dan ujung
lainnya disambung dengan quick release coupling Sambungan ditutup dengan
Silicon Sealant sebagai pengaman tambahan.
d. Untuk pemasangan pada lubang bor yang perlu persiapan tambahan :

Instrumentasi Bendungan ST VI-4


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

- Bentonite Powder direndam pada drum yang berisi air dan dibiarkan selama
2-3 hari.
- Setelah itu bentonite diambil sebagian untuk membuat Bentonite Ball.
Bentonite Ball dibuat dari bentonite yang sudah direndam dicampur dengan
Bentonite Powder (kering) dan kemudian dibentuk menjadi bulatan-bulatan
kecil seperti bola.
- Menimbang Bentonite Ball dan bentonite rendaman untuk pemasangan pada
lubang bor.
- Mencuci pasir.

 Metode Pemasangan pada pondasi


- Install piezometer dipondasi dilakukan, setelah semua pekerjaan perbaikan
fondasi selesai dilaksanakan,
- Pada titik pemasangan dibuat lubang bor dengan diameter 7.56 mm (3 inch) dan
kedalaman sesuai dengan elevasi yang telah ditentukan.
- Bila lubang bor dianggap memenuhi syarat, Piezometer dipasang pada
kedalaman yang telah ditentukan.
- Piezometer Tip ditutup dengan pasir ayak (D max : 5mm) sampai setebal 1.0m
diukur dari dasar tip dan diatasnya dimasukkan bentonite balls (bentonite yang
dibentuk seperti bola) 0,5 m kemudian diberi grouting cemen.
- Tujuan pemasangan lapisan bentonite balls adalah untuk menyekat tekanan pori
dari bagian atas lubang, sehingga tekanan pori yang terukur adalah tekanan pori
yang ada disekitar Piezometer Tip.

 Metode Pemasangan pada Timbunan


- Pada saat timbunan sudah mencapai 1 m diatas elevasi yang diinginkan.
Timbunan didaerah tersebut dihentikan dan digali lubang sampai pada elevasi
yang diinginkan.
- Setelah elevasi dan posisi tempat Piezometer Tip serta trench dipetakan dan
dicatat, Piezometer tip dimasukkan kedalam lubang.
- Lubang galian ditutup kembali dengan material pasir, dan material embankment .
- Digali parit (Trench) untuk jalur twin-tubings menuju ke instrument house
sedalam 0,5 m.
- Twin-tubings di dalam parit akan dipasang berkelok-kelok (snaking) menuju
rencana rumah instrumen dengan allowance antara 5 sampai 10%. Allowance ini

Instrumentasi Bendungan ST VI-5


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

dimaksudkan untuk memberikan kelebihan panjang pada twin-tubings sehingga


bila terjadi gerakan pada tubuh bendungan maka tubings tidak menjadi regang
dan terputus.
- Twin-tubings yang melalui material impervious core dan filter sand akan ditutup
dan dipadatkan dengan material yang sama
- Bila sudah selesai maka daerah galian akan ditutup kembali dan dipadatkan.

Pada saat pemasangan instrumen piezometer, perlu diperhatikan hal sebagai berikut:

a). Bagian Tip harus betul-betul bersentuhan langsung dengan material tanah agar
tidak ada udara yang terperangkap di dalam sistim

b). Kadar air material tanah disekitar Tip harus sama atau mendekati kadar air
material tanah keseluruhan.

c). Paritan untuk kabel diberi lapisan penyekat kedap air, biasanya digunakan bentonit
untuk menghindari terjadinya erosi buluh disepanjang paritan.

d). Kabel, slang dan penghantar lainnya dipasang secara berkelok-kelok tidak lurus
agar tidak rusak sewaktu terjadi regangan yang tinggi.
.
6.2.2 Standpipe Piezometer

Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang semua Standpipe piezometer


sejumlah 6 buah pada lokasi seperti pada gambar.

Spesifikasi stand pipe piezometer sebagai berikut :

Tata Cara Pemasangan :


- Apabila timbunan sudah berada ± 1,5 m diatas elevasi rencana, pekerjaan timbunan
disekitar lokasi dihentikan.
- Pada titik tersebut dilakukan pengeboran sampai dengan elevasi rencana.
- Bila sudah selesai, alat bor ditarik dan elevasi diukur.
- Pasir yang sudah dicuci dimasukkan ± 0,5 m.
- Alat porous plastic tip, drive in tip dan pipe di setting, kemudian dimasukkan kedalam
lubang.
- Setelah peralatan stand pipe piezometer terpasang, masukkan pasir dengan
ketinggian ± 0,5 m, dilanjutkan dengan bola-bola bentonit dengan ketinggian ± 0,5
m.
- Di grouting semen dengan ketinggian ± 1,0 m.

Instrumentasi Bendungan ST VI-6


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Penyambungan pipa Standpipe piezometer.

1. Bagian pipa atas pipa diberi lem, kemudian dibor.


2. Setelah bor diangkat, dimasukkan paku rivet yang sudah diberi lem dilanjutkan
pemasangannnya (dirivet).
3. Ambil pipa bagian atas, masukkan kedalam Straigt coupling pada pipa yang sudah
tertanam kemudian dibor.
4. Angkat kembali pipa tersebut, kemudian diberi lem dan dimasukkan kembali
kedalan straight coupling.
5. Paku rivet diberi lem dan dimasukkan kedalam lubang bor yang ada, kemudian
dipasang (dirivet)
6. Untuk mengatasi bidang yang lemah akibat pemasangan paku rivet, setelah
selesai dirivet diatas diberi lem kemudian pada bagian sambungan tersebut ditutup
dengan denso tipe yang kemudian ditutup dengan flushing tape.
7. Penutupan yang dilakukan adalah mulai dari pipa dibawah sambungan sampai
dengan pipa diatas sambungan.
8. Demikian berlanjut pada sambungan pipa berikutnya.

URAIAN SPESIFIKASI
Tipe Sensor Casagranda
Element Diameter 27mm
Lengths 300 mm
Overall diameter 32 mm
Pore diameter 60 micron
-4
Permeability 3 x 10 m/s (low entry)
Material Galvanised/plated steel
Tubing and Copling
Tubing material Galvanised steel
Tubing lengths 3m
Coupling material Galvanised steel
Coupling threading Threaded
End cap material Galvanised steel
End cap threading Threaded
Nominal Inner diameter 19 mm
Water level meter
Cable 100 m

Instrumentasi Bendungan ST VI-7


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

6.2.3 Total Stress Cell

Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang semua total stress cell sejumlah 3
set pada lokasi seperti pada gambar. Pemasangan peralatan termasuk tubing, kabel,
pipa dan peralatan lain seperti ditunjukkan di gambar.

Spesifikasi teknik pressure cell sebagai berikut :

Tipe sensor Vibrating wire

Skala / Full scale 700 KPa


10 MPa
Overload 100% FS
Resolution 0.25% FS
Akurasi < 0.5 % FS
Output signal Frequency
Operating temp range -20oC + 100oC
Material Stainless steel

Persiapan pemasangan dan kalibrasi

1. Kabel dipotong sesuai dengan kedalaman rencana dan ditambah dengan allowance
10 %.
2. Persiapkan alat total stress meter dan dicatat seriesnya guna pemasangan dilokasi
serta table kalibrasi alat dari pabrik, kemudian masukkan persamaan alat total
stress kealat baca.
3. Hubungkan alat total stress meter dengan alat baca guna memeriksa alat tersebut
sudah bisa dibaca. Bila bisa dibaca maka kondisi alat tersebut baik dan bisa
dipasang di timbunan, bila tidak bisa terbaca maka kondisi alat tersebut dikatakan
rusak dan harus diganti oleh kontraktor.
4. Sambung alat tersebut dengan kabel yang sudah direncanakan untuk dipasang.
5. Bila pemasangan sudah selesai, sekali lagi alat tersebut disambungkan dengan
readout/ alat baca. Bila sudah terbaca maka alat tersebut dalam kondisi baik dan
siap untuk dipaang di tubuh bendungan.

Instrumentasi Bendungan ST VI-8


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Pemasangan Pressure Cell / Stress Meter :


1. Pada lokasi alat akan dipasang ditimbunan zona inti, digali dengan ukuran bawah
2 m x 2 m sedalam 1 m dengan kemiringan galian 45o, pada timbunan zona batu
digali sedalam 1 m.
2. Bagian bawah diukur dan bentuk 1 x 1 m, kemudian dari sisi dibuat timbunan
dengan kemiringan 45o . setelah dibentuk alat dipasang diposisi as kotak dan pada
sisi kotak diberi ketinggian 0,15 m. Elevasi dan lokasi cell diukur dan dicatat.
3. Setelah diletakkan maka alat tersebut harus dibaca sebagai kalibrasi awal, setelah
itu baru ditimbun.
4. Kabel diletakkan berkelok di parit galian. Pada zona batu, dasar galian ditimbun
material halus sedangkan pada zona tanah inti, kabel diurug kembali dengan
material inti dan parit galian ditutup dengan material lempung dan bentonit
setebal 20 cm, setiap interval 3 m – 4 m.
5. Setelah pemasangan selesai, pembacaan pertama setiap earth pressure meter
dilakukan dan hasil pembacaan dicatat.

6.2.4 Strong Motion Accelerograph

Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang alat strong motion accelerograph
sejumlah 3 (tiga) buah, termasuk semua peralatan penunjangnya seperti ditunjukkan
di gambar.

Spesifikasi teknik strong motion accelerograph sebagai berikut :


Tipe Sensor solid state accelerometer
Axis uniaxial or biaxial
Range ±10o, ±20o, ±90o
Sensor resolution 0.01% FS
Akurasi Total > ±0.4% FS*
Skala thermal faktor sensitivitas ±0.01% FS/oC
Excitation voltage 8 to 30V DC
Signal output ±50 mV/±1400 mV
4-20 mA
Load impedance -
Current consumption Max 5 mA
Temperature operating range -40oC to + 85oC
Temp. compensated range -25oC to + 80oC

Instrumentasi Bendungan ST VI-9


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

6.2.5 Inclinometer Kombinasi dengan Multi Layer Settlement

Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang semua paralatan inclinometer


kombinasi dengan multi layer settlement termasuk pipa-pipa, dan peralatan lain
sebanyak 3 set seperti ditunjukkan di gambar. Multilayer settlement harus dipasang
pada 3 (tiga) lokasi / section bendungan dengan posisi dan kedalaman seperti pada
gambar.

Spesifikasi teknik inclinometer dan Multilayer sebagai berikut :

Alat Baca Inklinometer


Pipe
Material Galvanised steel
Tubing and Coupling
Tubing material Galvanised steel
Tubing lengths 3m
Coupling material Galvanised steel
Coupling threading Threaded
End cap material Galvanised steel
End cap threading Threaded
Nominal Inner diameter 19 mm
Probe
Face ratio 1:1,3
Gauge length 500 mm
Diameter 44 mm
Calibrated range ±86,8 mm/500 mm (±0,05)
Operating temperature -10 to 50o C
Cable length 100 m
Cable Standard Cable
Type Kevlar reinforced Polyuretane coated 4 core
cable
Weight 42 g per m (approx)
Cable meter Hard anodized colour coded
Cable rel
Cable Standard
Batteray life 12 hours continues use
Field PC
Program footprint 128 kB
Dimension 165mm x 95 mm x 45 mm
Weight 520 g
Operation temperature -30o to +60o C
Battery Life Up to 20 hours
Key Fob (remote handheld activator)
Weight 26 g
Batteray 1 x GP23 A

Instrumentasi Bendungan ST VI-10


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Alat Baca Multilayer (Setlement)


Probe/ Reel
Range 50 m
Resolution ± 1 mm
Repeatability ± 2 mm
Indicator Audio
Phrobe material Stainless steel
Tape material Polyethylene coated
Battery life 12 hrs continuous use
Magnet Targets
Type Spider Plate Datum
Bodi Material PVC PVC PVC
Leg Material Stainless steel N/A N/A

Pemasangan Inclinometer dan Multilayer dilaksanakan secara bersamaan dengan


langkah sebagai berikut :
1 Penyiapan blanko isian pemasangan instrumen dilengkapi dengan lokasi koordinat,
elevasi, rencana pemakaian material, jadwal dan rencana metode pemasangan
2 Diperiksa semua bagian instrumen, material dan peralatan apakah sudah lengkap.
3 Pipa inklino diinstal diatas tanah, diujung pipa yang akan ditanam diberi penutup
pipa, kemudian diatasnya dipasang datum magnet dan spider magnet sesuai
dengan elevasi rencana.
4 Bila sudah selesai pipa untuk grouting dimasukkan, kemudian dilanjutkan dengan
memasukkan pipa yang sudah terinstall tersebut.
5 Atur arah rel dalam pipa inklino dengan arah datar horizontal sejajar arahnya
dengan As Bendungan dan arah vertical tegak lurus (90 0) dengan As tubuh
Bendungan.
6 Bila sudah selesai maka pipa tersebut siap untuk digrouting.
7 Grouting masukkan lewat pipa grout yang yang ditarik secara perlahan, bila sudah
mendekati spider, grouting berhenti dulu dan tali spider ditarik supaya tertanam
sesuai dengan elevasi rencana baru pekerjaan grouting dilanjutkan sampai selesai.

8 Setelah sehari dilanjutkan dengan penentuan pembacaan awal (initial condition)


secara bersama dengan konsultan dan direksi dan dibuatkan persetujuannya.

Penyambungan pipa inklino.

9. Bagian pipa atas pipa diberi lem, kemudian dibor.


10. Setelah bor diangkat, dimasukkan paku rivet yang sudah diberi lem dilanjutkan
pemasangannnya (dirivet).

Instrumentasi Bendungan ST VI-11


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

11. Ambil pipa bagian atas, masukkan kedalam Straigt coupling pada pipa yang sudah
tertanam kemudian dibor.
12. Angkat kembali pipa tersebut, kemudian diberi lem dan dimasukkan kembali
kedalan straight coupling.
13. Paku rivet diberi lem dan dimasukkan kedalam lubang bor yang ada, kemudian
dipasang (dirivet)
14. Untuk mengatasi bidang yang lemah akibat pemasangan paku rivet, setelah
selesai dirivet diatas diberi lem kemudian pada bagian sambungan tersebut ditutup
dengan denso tipe yang kemudian ditutup dengan flushing tape.
15. Penutupan yang dilakukan adalah mulai dari pipa dibawah sambungan sampai
dengan pipa diatas sambungan.
16. Demikian berlanjut pada sambungan pipa berikutnya.

Pemasangan piringan multi layer

1. Pada elevasi rencana dilakukan dengan alat ukur.


2. Piringan multilayer dimasukkan kedalam pipa dan diukur elevasinya.
3. Bila sudah selesai piringan tersebut .ditimbun.
4. Dilakukan pembacaan sebagai initial reading.

Pengamanan dan pemadatan

Pada pelaksanaan timbunan, didaerah pipa inti terdapat pelemahan karena terdapat
kondisi bila dipadatkan dengan menggunakan alat berat maka dikhawatirkan pipa
tersebut patah. Oleh karena itu maka :

1. Diberi pengamanan pagar 1,5 m disekeliling pipa inklino.


2. Pemadatan menggunakan stamper dengan tinggi tanah 25 cm sebelum dipadatkan
menjadi 15 cm setelah dipadatkan.
3. Area pemadatan dengan stamper adalah 1,5 m x 1,5 m disekeliling pipa.
4. Pada saat pemadatan dan setelah pemadatan dilakukan control kelurusan pipa
keatas tidak boleh miring, karena pipa ini akan dipergunakan juga untuk
pengukuran inclinometer.
5. Uji kelurusan dapat dilakukan bersamaan dengan pembacaan inclinometer.
6. Selama pelaksanaan pemadatan timbunan, ujung pipa harus selalu tertutup.

Instrumentasi Bendungan ST VI-12


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

6.2.6 Surface Settlement Point dan Crest Settlement Point

Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang semua surface settlement point dan
crest settlement point, termasuk pipa-pipa, pipe fittings dan beton seperti ditunjukkan
gambar termasuk juga pengadaan alat baca yaitu Total Station 1 set lengkap.

Surface settlement point dipasang pada lokasi upstream sejumlah 10 buah dan pada
lokasi downstream sejumlah 30 buah.

Crest settlement point dipasang pada lokasi upstream sejumlah 6 buah dan pada
lokasi downstream sejumlah 5 buah.

Penyedia Jasa harus melaksanakan semua pekerjaan yang diperlukan untuk


memasang surface settlement dan crest settlement points, dalam 1.5 m dari posisi
yang diperlukan seperti ditunjukkan pada gambar dan harus menyelesaikan
pemasangan segera setelah penempatan batuan pada lokasi dimana surface
settlement survey points diperlukan.

Pipa-pipa dan fittings untuk slope surface settlement dan crest surface settement
survey points harus terbuat dari baja lunak yang digalvanisir.

Pemasangan dan pembetonan pipa untuk semua surface settlement pont harus selesai
segera setelah penemptan material pada lokasi dimana diperlukan Surface Settlement
Survey Points.

Segera setelah pemasangannya pada titik-titik tertentu, posisi dan ketinggian di survai
dan data ini dilaporkan kepada Pengawas Pekerjaan.

Pemasangan Surface Settlement Point :


1. Disiapkan dulu kotak beton bertulang pracetak dengan pipa galvanis dan besi
tulangan
2. Sebelum dipasang, disurvai elevasi dari posisi alat dan urugan batu dilaksanakan
disekitar lokasi tersebut
3. Setelah kotak beton, pipa galvanis dan besi tulangan terpasang, urugan material
disekitar kotak beton dilaksanakan dengan menggunakan pemadat tamper atau
baby roller.
4. Setelah kotak dan dalam kondisi stabil, posisi dan elevasi alat disurvai dan dicatat
sebagai nilai awal

Instrumentasi Bendungan ST VI-13


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Pemasangan Crest Settlement Point :


1. Setelah lapisan base coarse dipuncak bendungan dipadatkan, pada lokasi
instrumen digali dengan kedalaman 1 m dan lebar serta panjang 1 m.
2. Disiapkan kotak beton pracetak dengan dilengkapi pipa galvanis dan besi tulangan
3. Pipa drainasi disiapkan pada posisi blockout, elevasi alat disurvai kemudian
blockout dicor beton.
4. Setelah beton mengeras kotak beton precast diletakkan. Kemudian lokasi dan
elevasi alat disurvai sebagai nilai bacaan awal dan dicatat.

6.2.7 Seepage Water Measuring Device (V-Notch)

Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang 3 (tiga) unit alat ukur rembesan
atau seepage water measuring device pada hilir bendungan (kaki), sebelah kanan dan
kiri bendungan, termasuk semua peralatan penunjangnya seperti ditunjukkan di
gambar.

Alat ukur rembesan (seepage water measuring device) dilengkapi dengan pressure
sensor system dan semua assesiris yang diperlukan sehingga dapat dibaca melalui
rumah instrument tanpa harus mengukur langsung pada lokasi alat.

Pemasangan seepage water measuring device :


1. Disiapkan beton untuk ruangan alat disertai lubang blockout untuk ambang V-notch
dan pelat baffle dan lubang parit drainasi. Elevasi blockout disurvai dulu sebelum
beton dicor
2. Dipasang ambang V-notch pada posisi dan elevasi rencana, kemudian beton dicor.
3. Dipasang pelat baffle pada posisi rencana kemudian beton dicor bersamaan dengan
pengecoran ambang V-nocth.
4. Pemasangan peilschall.
5. Elevasi datum mistar ukur (staff gauge) disurvai dan dicatat.

6.2.8 Observation Well

Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang sumur pengamatan (observation


well) sebanyak 7 buah disebelah hilir kaki bendungan utama, 3 (tiga) buah pada bukit
tumpuan kiri, 3 (tiga) buah pada bukit kanan dan dan 1 (satu) pada kaki bendungan
serta dilengkapi dengan peralatan pengukurnya seperti pada Gambar dengan
persetujuan Pengawas Pekerjaan.

Instrumentasi Bendungan ST VI-14


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Panjang kabel deep meter didak urang dari 100 m.

Tata cara pemasangan :

- Pengeboran OW sampai mencapai 2 m dibawah muka air tanah.


- Apabila dinding bor tidak runtuh, maka stang bor diangkat sampai habis.
- Pipa perforated di sambung dengan ujung pipa PVC kemudian pipa PVC
diturunkan.
- Pada saat penyambungan pipa PVC harus hati-hati dan menunggu sampai lem
PVC yang dioleskan di tiap sambungan mengering.
- Bila Pipa PVC sudah diturunkan mencapai kedalam yang telah ditentukan,
masukkan pasir sampai ketinggian ±1,5 m dari dasar.
- Menurunkan bentonit ball setinggi ± 0,5 m untuk penyekat supaya cemen tidak
bocor kebawahnya.
- Mengisi dengan grouting cement sampai dengan elevasi tanah yang ada.
- Melakukan pengecoran tutup pipa sesuai dengan desain dan untuk memberi
pengamanan terhadap alat tersebut.
- Chek kembali GWL yang ada.
- Meminta elevasi puncak pipa dan koordinat OW pada team ukur.

6.2.9 AWLR (Automatic Water Level Recorder)

Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang 1 set alat ukur elevasi air otomatis
(AWLR) serta papan duga air yang diletakkan seperti pada Gambar dengan
persetujuan Pengawas Pekerjaan.

6.2.10 ARR (Automatic Rainfall Recorder)

Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang 1 set alat Penakar hujan yang terdiri
dari 1 Alat pengukur Hujan Manual dan Alat Pengukur Hujan Otomatis (ARR) untuk
mengetahui curah hujan yang terjadi di lokasi Bendungan. Peletakan alat tersebut
diletakkan seperti pada Gambar dengan persetujuan Pengawas Pekerjaan.

Instrumentasi Bendungan ST VI-15


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Spesifikasi teknik Automatic Rainfall Recorder sebagai berikut :


Power 12Vdc or 24Vdc ±10% / 35W
Type of output contact NC contact (opens during commutation) or wi fi
Precision ± 2% between 20÷300 mm/h
Operating temperature range -20°C ... +60°C
Heater intervention temperature +4°C
Collector area 400 cm2

8.2.11 Alat Klimatologi Otomatis (Wheather Station)

AWS (Automatic Weather Stations) merupakan suatu peralatan atau sistem terpadu
yang di disain untuk pengumpulan data cuaca secara otomatis serta di proses agar
pengamatan menjadi lebih mudah. AWS ini umumnya dilengkapi dengan sensor, RTU
(Remote Terminal Unit), Komputer, unit LED Display dan bagian-bagian lainnya.

Sensor-sensor yang digunakan meliputi sensor temperatur, arah dan kecepatan angin,
kelembaban, presipitasi, tekanan udara, pyranometer, net radiometer.

RTU (Remote Terminal Unit) terdiri atas data logger dan backup power, yang berfungsi
sebagai terminal pengumpulan data cuaca dari sensor tersebut dan di transmisikan ke
unit pengumpulan data pada komputer.
Masing-masing parameter cuaca dapat ditampilkan melalui LED (Light Emiting Diode)
Display, sehingga para pengguna dapat mengamati cuaca saat itu (present weather )
dengan mudah

Penyedia jasa harus menyediakan dan memasang 1 set alat pengukur klimatologi yang
terdiri dari 1 rangkaian alat ukur yang meliputi beberapa komponen, yaitu :
 Arah dan kecepatan angin
 Curah Hujan
 Suhu dan Kelembaban Udara
 Intensitas Radiasi matahari
 Tekanan Udara (Barometer)
 Logger

Spesifikasi Alat Klimatologi sebagai berikut :


Arah Angin
 Azimuth accurancy ± 3o
 Transducer 20 k ohm pot, single wiper
 Distance constant 1,5 „
 Measurement range 0 – 360o mechanical, 355o electrical
 Mounting 1” a.d. pipa

Instrumentasi Bendungan ST VI-16


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Kecepatan Angin
 Turning radius 4.25”
 Tranducer Magnetic reed switch
 Accuranci 0.5 mph
Curah Hujan
 Sensore type Tipping bucket with magnetic reed switch
 Accurancy ±4%
 Output Contack closure
 Dimension rain collector 8,75 “, diameter x 9.5” high (16.5 x 24
cm)
 Collection area 31 in3 (200 cm3)
Suhu Udara
 Temperature measurement - 40o to +140o F (-40o C t0 +60 o C)
 Temperatur accurancy 1.1 o F (± 0.6oC) @ =68oF (+20oC)
 Output signal 0 to 1 vdc standard, 0 to 5 vdc available
Kelembaban
 Humadity measurement range 10 to 90 %
 Humadity accurancy Better than ± 3 % @ =68oF (+20oC)
 Stability ± 2 % RH over 2 years
 Housing material Chrome coated aluminium (IP 65)
 Cable connector Screw on 4 pin M8 molded 1.5 “ L (37
mm)
Intensitas Radiasi Matahari
 Sensitivity Approx 80 mV/1000 W/m2
 Spectral response Equals silicon
 Temperatur range -30 o C to + 70 oC
 Responbility time Less than 1 sec
 Range + 2000 W/m2
Tekanan Udara (Barometer)
 Measure range 500 to 1100 mb
 Resolution 0.01 MB
 Long term stability 0.1 mb/yr
 Operating temperature - 40o F to +140o F (-40o C t0 +60 o C)
 Response time < 100 m sec
Logger
 Tipe Micro controller
 Data Transmisi GSM (sms/GPRS service)
 Data storage Micro SD
Power Sistem
 Solar cell system
 Batteray 12 v 24 Ah
 Power Regulator

6.2.12 Penangkal Petir

Penyedia jasa harus menyediakan Instrumen Penangkal Petir guna melindungi daerah
disekeliling Instrumen dan waduk.

Spesifikasi Alat penangkal petir sebagai berikut :


 Tipe : Aktif
 Range Area : 200 m.

Instrumentasi Bendungan ST VI-17


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

6.2.13 Bangunan Rumah Instrumen

Penyedia Jasa harus membuat bangunan rumah instrument untuk terminal (terminal
structure) dan box pada lokasi seperti ditunjukkan pada Gambar dengan persetujuan
Pengawas Pekerjaan. Pada bangunan tersebut harus dipasang alat instrumentasi yang
relevan dengan dihubungkan ke alat yang dipasang.

Bangunan harus terbuat dari beton bertulang serta dari bahan–bahan lain yang sudah
disetujui Pengawas Pekerjaan.

Penyedia Jasa harus menyelesaikan bangunan rumah instrument setidaknya dalam


waktu 21 hari sebelum pemasangan alat-alat penyambungan instrumentasi yang akan
dihubungkan langsung ke bangunan rumah instrument.

6.3 PEMBACAAN INSTRUMENTASI


6.3.1 Pembacaan Awal Instrumentasi

Pembacaan awal instrumentasi hendaknya dilakukan dengan cermat karena digunakan


sebagai rujukan (datum) untuk pembacaan selanjutnya. Pembacaan awal dilakukan
sebagai berikut :
a. Pembacaan perdana, yang merupakan bagian dari uji penyerahan, minimal dua
kali pembacaan.
b. Pembacaan harian, yang dilakukan setiap hari hingga menunjukkan pembacaan
yang stabil
c. Pembacaan formal, yaitu pembacaan resmi setelah pembacaan stabil tercapai.
d. Pemantapan/ stabilisasi, yaitu beberapa hari pembacaan setelah pembacaan
formal sampai pembacaan menunjukkan kecenderungan yang betul-betul stabil.

6.3.2 Pembacaan Rutin Instrumentasi

Pembacaan rutin instrumen dilaksanakan dengan frekuensi sesuai dengan kebutuhan


dan atau kondisi bendungan. Sedangkan metoda pembacaannya bisa dilakukan secara
manual sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan. Freuensi pembacaan dalam
kondisi normal ditentukan sesuai kebutuhan yakni dengan mempertimbangkan faktor-
faktor seperti tingkat resiko, dan kelas bahaya bendungan, dimensi bendungan dan
waduk. Pembacaan sering dilakukan bila tingkat faktor semakin tinggi.

Pada kondisi tidak normal atau kondisi khusus, frekuensi pembacaan lebih ditingkatkan
lagi dari pada kondisi normal, akan ditentukan oleh Pengawas Pekerjaan.

Instrumentasi Bendungan ST VI-18


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

6.3.3 Catatan dan Laporan

Hasil pembacaan dan pengukuran instrumen yang dilakukan pada waktu konstruksi
dan pengisian waduk, harus dicatat secara sistematis dan dilaporkan secara teratur
kepada Pengawas Pekerjaan sebagai bahan evaluasi.

6.3.4 Program Pelatihan

Pembacaan dan pemeliharaan peralatan pemantauan harus dilakukan oleh personil


yang memenuhi syarat, terlatih dan berpengalaman, yang dapat memahami informasi
yang ditampilkan oleh alat pantau. Evaluasi hasil pemantauan dilakukan oleh personil
yang profesional seperti ahli rekayasa dan surveyor.

Program pelatihan hendaknya diberikan kepada staf atau petugas operator yang
menangani pelaksanaan Operari pemeliharaan dan Pengamatan Bendungan. Program
seyogyanya diberikan sejak awal, mencakup pengenalan instrumen, instalasinya, tata
cara pengukuran / pembacaan, pengeplotan data, perawatan dan instrumen serta cara
mengatasi permasalahan yang mungkin timbul. Pelatihan dilakukan oleh Instruktur
yang disediakan pihak Penyedia Jasa dan dari pabrik pembuat instrumen.

6.4 KALIBRASI DAN PERAWATAN INSTRUMENTASI

Instrumen yang terpasang ditubuh bendungan ini akan dimonitoring selama umur
bendungan. Dengan demikian maka kerusakan yang ada di instrument akan
mengurangi data yang digunakan untuk membuat keyakinan kondisi keamanan tubuh
bendungan.

Untuk menjamin hal tersebut maka Kotraktor/Penyedia jasa bertanggung Jawab dan
memberikan garansi sebagai berikut :

6.4.1 Kalibrasi Instrumentasi

Penyedia Jasa harus melaksanakan kalibrasi semua instrumentasi yang dipasang


dengan persetujuan Pengawas Pekerjaan. Kalibrasi instrumentasi adalah mencocokkan
kinerja dan ketepatan pembacaan instrumen dengan peralatan standar. Selain
penerapan parameter-parameter tertentu dan terukur sesuai standar, kalibrasi dapat
pula berarti pengujian pertama fungsi instrumen yang dilakukan segera setelah
pemasangannya.

Instrumentasi Bendungan ST VI-19


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Kalibrasi dilakukan dalam tiga tahap, yaitu :


a. Kalibrasi pabrik, yang dilakukan sebelum pengiriman instrumen ke lapangan
Bendungan Ameroro.
b. Kalibrasi lapangan, yakni pada saat instrumen diserahkan kepada pengguna, bila
tidak dapat dilakukan secara komprehensif, maka kalibrasi bisa berupa uji
pembacaan segera setelah instrumen terpasang.
c. Kalibrasi pengguna, yang dilakukan dalam rangka mengecek fungsi dan ketepatan
pembacaan instrumen selama masa penggunaannya.

6.4.2 Pemasangan dan Perawatan

Penyedia Jasa harus melaksanakan Pemasangan dan perawatan instrumen selama


pelaksanaan konstruksi sampai dengan masa pemeliharaan sesuai kontrak ditambah 1
tahun setelah selesai pembangunan konstruksi.

Secara umum kegiatan tersebut mencakup :


1. Pemasangan alat instrument, perlindungan dan monitoring instrument pada saat
pembangunan
2. Penggantian alat instrument yang rusak pada saat kalibrasi dan pembangunan.
3. Penggantian alat baca yang rusak pada saat pembangunan sampai dengan 1 tahun
setelah pembangunan selesai.
4. Mengadakan Alih teknologi dan penggunaan alat selama pelaksanaan konstruksi
sampai 1 tahun setelah pelaksanaan pembangunan Bendungan selesai.
5. Bekerjasama dengan konsultan dan direksi pelaksana untuk setiap methode
pelaksanaan dan pelakanaan pekerjaan instrument.
6. Setiap alat instrument harus disetujui oleh Direksi pekerjaan dan sepengetahuan
konsultan sebagai quality control.

6.4.3 Perawatan Instrumentasi

Penyedia Jasa harus melaksanakan perawatan semua intrumentasi yang dipasang


selama pelaksanaan pembangunan sampai dengan 1 (satu) tahun setelah pelaksanaan
fisik.

Hal-hal yang harus dilakukan di dalam perawatan instrumen :


a. Panel Instrument dalam kotak box harus dalam keadaan bersih dan kering agar
dapat berfungsi lama dan dapat diandalkan.

Instrumentasi Bendungan ST VI-20


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

b. Bagian yang berputar/bergerak harus dibersihkan dan diminyaki secara teratur


pada selang waktu tertentu.
c. Pita ukur harus dicuci setelah digunakan
d. Baterei / accu yang digunakan untuk peralatan baca diupayakan selalu hidup dan
diganti apabila tidak berfungsi.
e. Tutup atau sumbat yang digunakan pada peralatan baca harus dibersihkan
f. Komponen elektrik dan mekanik pada peralatan baca agar dijaga secara hati-hati,
baik penempatan / penyimpanannya, pengangkutan dan instalasinya.
g. Penggantian label initial instrumen yang sudah rusak.
h. Memberikan pelumasan terhadap kunci gembok.
i. Perawatan terhadap tutup instrumen yang berada diluar rumah instrumen.
j. Memberikan alamat dari supplier instrument kepada direksi guna dihubungi pada
saat operasi dan pemeliharaan.

6.5 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

Pengukuran dan pembayaran untuk instrumentasi dan alat-alat pengukur dalam unit
atau buah sesuai dengan harga satuan yang terdapat dalam Daftar Kuantitas dan
Harga Pekerjaan. Harga satuan sudah termasuk upah tenaga kerja, bahan, alat-alat
yang diperlukan dalam pengadaan, kalibrasi, pemasangan, pembacaan awal dan
pembacaan rutin, penyelesaian dan operasi dan pemeliharaan pekerjaan tersebut
sampai selesainya masa pemeliharaan sesuai kontrak.

Instrumentasi Bendungan ST VI-21


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB VII
PEKERJAAN BETON

7.1 UMUM
Semua pekerjaan beton harus dilaksanakan seperti yang tercantum pada spesifikasi dan
seperti pada gambar dan sesuai dengan petunjuk Direksi. Semua pekerjaan beton
dilaksanakan pada waktu ada Direksi.
Enam puluh (60) hari sebelum pemasangan instalasi atau alat apa saja yang dipakai
untuk pemrosesan, pengerjaan, pengangkutan, penyimpanan dan penentuan, proporsi
material beton, pencampuran dan pengangkutan serta penempatan beton dan mortar,
Penyedia Jasa harus menyerahkan flow chart, gambar dan penjelasan tertulis agar ada
perencanaan yang baik dalam memproduksi dan menempatkan beton dan mortar yang
terkait dengan Pekerjaan dalam spesifikasi ini.
Sesudah dipasang, maka operasi instalasi fasilitas, peralatan dan penampungan harus
sudah disetujui Direksi.
Bila dalam spesifikasi ini memerlukan tipe peralatan khusus yang harus dipakai atau
prosedur tertentu yang harus diikuti, maka Penyedia Jasa dilarang menentukan
kebutuhan peralatan tersebut, kecuali Penyedia Jasa bisa menunjukkan bahwa hasil
yang diperoleh dengan pemakaian peralatan dengan alternatif tersebut sama
sebagaimana disebutkan dalam spesifikasi.
Seluruh tindakan penanganan atau pencegahan yang benar harus ditangani oleh
Penyedia Jasa untuk mengurangi pasokan ke dalam sungai dari air yang mengandung
material terendap kasat mata yang akan dihasilkan dari segala proses untuk
memproduksi agregat dan beton. Di lokasi dimana Direksi merasa pasokan tersebut
terjadi, Penyedia Jasa harus membangun, memelihara dan mengoperasikan kolam
pengendap yang cocok atau cara lain yang efektif yang mungkin perlu untuk
mencegah arus atau sungai terkontaminasi.
Persetujuan dari fasilitas instalasi dan peralatan atau perlengkapan atau operasi atau
dari prosedur konstruksi apapun, harus tidak dijalankan untuk merubah atau
memodifikasi peraturan-peraturan atau persyaratan-persyaratan yang terkandung dalam
Buku Spesifikasi ini yang mengatur kualitas dari material-material atau pekerjaan
penyelesaian.
Penyedia Jasa tidak berhak memperoleh biaya tambahan melebihi harga satuan yang
tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk beton karena terbatasnya batching,
mixing, pengangkutan dan penempatan beton yang diperlukan seperti yang disyaratkan
pada spesifikasi.
Sebelum pelaksanaan pekerjaan beton, Penyedia Jasa akan mendirikan laboratorium
beserta kelengkapannya yang diperlukan dan instrumen yang dibutuhkan di lokasi
konstruksi, untuk menjalankan pengujian rutin dan harian. Penyedia Jasa harus

Pekerjaan Beton ST VII-1


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

mengoperasikan dan memelihara laboratorium seperti diarahkan oleh Direksi selama


masa Kontrak, dan harus memperkerjakan pengawas (supervisor) yang berkualifikasi
dan asisten laboratorium untuk menjalankan pengujian-pengujian tertentu. Penyedia
Jasa harus mengatur untuk mendapat pengujian lain di laboratorium utama, seperti
yang ditunjukkan oleh Direksi dan ia harus menanggung seluruh biaya untuk
pengangkutan material, biaya kerja dan tagihan lainnya untuk pengujian, segala bentuk
dukungan tenaga kerja untuk menyediakan pengujian seperti itu Kecuali selain
disediakan dalam Buku Spesifikasi ini, beton harus diproduksi, diangkut, diletakkan,
dikeringkan, diselesaikan dan diuji oleh Penyedia Jasa dengan acuan pada instruksi-
instruksi atau buku petunjuk yang diterbitkan oleh Direksi atau persetujuan setara
yang disetujui oleh Direksi.

7.2 SEMEN DAN BAHAN PENCAMPUR (ADMIXTURES)


7.2.1 Semen

Semen yang dipakai pada pekerjaan ini harus berkualitas sama dengan semen
Portland, tipe biasa seperti standar JIS R 5210 atau yang disarankan ASTM C 150
dan atau yang disarankan oleh Direksi.
Sebelum pemesanan semen, Penyedia Jasa harus memberitahukan kepada
Direksi, mengenai semen yang akan dibeli. Semen harus dikirimkan ke lokasi
disertai dengan mutu pabrik dan sertifikat pengujiannya, yang harus diserahkan
kepada Direksi.
Bila perlu Penyedia Jasa harus menangani pengujian untuk pengaliran semen
sesuai arahan Direksi. Dalam menyediakan fasilitas penyimpanan. Penyedia Jasa
harus memperhitungkan semua factor yang menyebabkan keterlambatan
penyediaan semen seperti kapasitas produksi, gudang penyimapanan di pabrik,
waktu untuk pengangkutan dari pabrik ke lokasi, hari libur, kondisi cuaca dan
kemacetan.
Bagaimanapun juga, Penyedia Jasa harus menyediakan pengangkutan yang cukup
dan fasilitas penyimpanan untuk setidaknya penyediaan semen selama 4 bulan
di lokasi proyek.

Ruangan penyimpanan yang terbuat dari besi (metal) di batching plant untuk
semen harus tahan cuaca dan dibangun sedemikian rupa sehingga tidak ada
simpanan mati (dead storage). Jika menurut Direksi, tidak ada alasan untuk
mempercayai tentang adanya simpanan mati terdapat dalam tempat isian material
(bin) manapun, tempat isian material tersebut harus dikosongkan dan
dibersihkan paling sedikit satu kali setiap dua bulan.
Semen dikirimkan dalam kantung harus diangkut dalam suatu cara yang telah
disetujui Direksi dan harus disimpan dalam gudang penyimpanan yang benar-
benar tahan cuaca dengan aturan-aturan yang cukup untuk mencegah absorpsi

Pekerjaan Beton ST VII-2


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

cairan, ditambahkan disini, fasilitas penyimpanan harus mengacu persetujuan dari


Direksi dan diatur sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan akses yang
mudah untuk pemeriksaan dan identifikasi dari setiap pengiriman semen.

Semen harus disimpan di gudang yang lantainya lebih dari 30 cm dari permukaan
tanah, sedemikian pengaturannya sehingga yang masuk lebih dahulu nanti
dikeluarkan lebih dahulu. Diantara tumpukan semen harus ada cukupruang.
Dalam satu tumpukan tidak boleh ditempatkan lebih dari 13 kantung, atau kurang
dari 13 kantung seperti yang disarankan Direksi, dan jangka waktu didalam
gudang tidak boleh lebih dari 60 hari. Biaya gudang semen termasuk dalam
masing-masing satuan beton seperti yang tertera pada Daftar Kuantitas dan
Harga.
Tidak ada semen yang sudah disimpan selama 90 hari atau lebih yang dibenarkan
dipakai untuk Pekerjaan ini, kecuali bila hasil pengujian cukup memuaskan untuk
dipakai pada pekerjaan ini.
Penyedia Jasa harus menjamin bahwa persediaan semen masih cukup. Pada hari
pertama setiap bulan Penyedia Jasa harus memberi tahu kepada Direksi mengenai
data sebagai berikut:
(a) Persediaan semen di lokasi pada setiap akhir bulan
(b) Pengiriman semen yang diterima bulan itu
(c) Semen yang dipakai bulan itu.
(d) Semen yang dibuang atau hilang pada bulan itu dan alasannya.
(e) Data lain yang diperlukan Direksi.

7.2.2 Bahan Pencampur (Admixture)

(1) Umum
Penyedia Jasa harus menyediakan mengangkut dan memasukkan bahan
tambahan beton (bahan pencampur) ke dalam campuran beton untuk
menyempurnakan pelaksanaan pekerjaan dan penyelesaian pekerjaan beton
dan menaikkan sifat spesial lainnya. Bahan pencampur tidak boleh digunakan
sebelum mendapat persetujuan Direksi. Penyedia Jasa harus terlebih dahulu
memberi tahu kepada Direksi darimana asal diperolehnya bahan pencampur,
kemudian melengkapinya dengan informasi teknik dan contoh pengujiannya
setidaknya 90 hari sebelum waktu pemakaiannya. Informasi tersebut
termasuk:
(a) Dosis tipikal dan efek kekurangan dari sebuah kelebihan atau kekurangan
dari dosis.
(b) Nama kimia dari daftar campuran utama yang aktif dalam admixture.
(c) Apakah admixture mengandung chlorida atau tidak, dan bila iya,
kandungan FeCl2 dinyatakan dalam persentase dari berat adxmiture.

Pekerjaan Beton ST VII-3


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(d) Apakah admixture mengarah kepada entrainment dari udara ketika


digunakan pada dosis yang direkomendasikan pembuat.

Admixture tambahan dideskripsikan atau dapat digunakan dibawah perintah


tertulis dari Direksi, dan hal tersebut hanya dengan cara dan kendali yang
ditentukan Direksi. Seluruh pengujian untuk admixture harus dibuat oleh
Penyedia Jasa dengan biayanya sendiri dan hasil pengujian harus diserahkan
pada Direksi untuk diminta persetujuan-nya. Kompatibilitaas dari admixture,
dimana lebih dari satu digunakan, harus dibuktikan sesuai dengan arahan
Direksi dan hasil pengujian yang dipersyaratkan harus terpenuhi sebelum
dimasukkan dalam pekerjaan. Ketika lebih dari satu admixture digunakan,
setiap admixture harus diukur dalam alat pengukurnya sendiri- sendiri dan
ditambahkan ke dalam campuran air secara terpisah pula sebelum
dimasukkan dalam alat pencampur (mixer). Jumlah dari admixture yang
digunakan dalam masing-masing campuran beton dan bagian dari pekerjaan
dimana itu akan digunakan. Admixture harus ditambahkan dalam campuran
dengan suatu automatic dispenser yang disetujui. Batasan yang ditentukan
dari slump maksimum, kehilangan slump selama pengangkutan, dan waktu
yang diperbolehkan bagi beton untuk berada di mixer dapat dirubah oleh
Direksi bila persetujuan penggunaan admixture diberikan. Seluruh biaya
insidental dari penggunaan admixture harus telah dimasukkan dalam harga
satuan penawaran dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk materi yang
dapat diterapkan dari pekerjaan beton yang mana diperlukan admixture.

(2) Admixture “Air-entraining ”


Bahan pencampur “air-entraining” harus dipakai pada semua beton, dengan
mengacu pengarahan dari Direksi dan berdasar pada ASTM Kode C 260 atau
yang setara. Bahan pencampur tersebut harus mempunyai konsistensi dan
kualitas yang sama pada setiap container dari satu tempat ke tempat
lain.
Admixture ini yang telah disimpan selama 6 bulan harus tidak digunakan
hingga dites ulang yang membuktikan jika dapat dipakai. Banyaknya bahan
pencampur air-entraining yang dipakai pada setiap pencam-puran beton
adalah sebagai berikut:

Total Entrained Air


Ukuran
(Prosentase yang
Agregat Kasar
disesuaikan dengan
Maksimum
volume beton)
(mm)
20 5,0 + 1
40 4,0 + 1
80 3,0 + 1

Pekerjaan Beton ST VII-4


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Bahan pencampur air-entraining harus dilarutkan menjadi larutan dengan


kandungan zat padat tidak lebih dari 15% berat larutan dengan PH stabil
dan konstan.
Bahan pencampur pada larutan harus dijaga sehingga kekuatannya tetap
sama (merata) dan harus dimasukkan ke batch dengan porsi yang sesuai
dengan air pencampurannya. Bila peryaratan di atas sudah dipenuhi,
pemakaian air yang mengurangi bahan pencampur yang mengandung
bahan pencampur air-entraining, diperkenankan.

(3) Admixture “Set Retarding”


Sebuah admixture water reducing harus ditambahkan ke dalam campuran
beton dalam jumlah yang disetujui dan bila diinstruksikan oleh Direksi.
Admixture ini harus mengacu pada persyaratan dari ASTM C494, Tipe A atau
yang setara yang disetujui.

(4) Admixture “Set Retarding”


Merek, asal dan tipe bahan pencampur set retarding harus dipilih Penyedia
Jasa dan diserahkan kepada Direksi untuk mendapatkan perstujuan. Bahan
pencampur “set retarding” harus sesuai dengan air-entraining seperti
diuraikan di atas dan harus masukkan dalam batch dan dimasukkan ke beton
dengan cara seperti yang diuraikan di atas seperti penambahan air entraining
bahan pencampur. Kuantitas bahan pencampur “ set-retarding” yang dipakai
harus sesuai dengan petunjuk yang diberikan pabrik, seperti yang disarankan
Direksi.

(5) Penyimpanan Bahan Pencampur


Bahan pencampur dalam bentuk cair atau bubuk untuk beton harus
disimpan di gudang anti air (water proof) yang bisa mencegah penyerapan
air. Gudang tersebut harus diatur sedemikian rupa sehingga material yang
diperguna-kan dalam urutan seperti waktu datangnya material tersebut di
lokasi. Bila ada bahan pencampur yang sudah kadaluarsa, containernya
harus ditandai dengan jelas. Untuk menjamin kelancaran penempatan beton
maka harus ada cukup persediaan bahan pencampur di gudang.

7.3 AGREGAT

7.3.1 Umum

Material yang dipakai untuk menghasilkan agregat halus dan kasar diperoleh dari
quarry site atau borroew area di dasar sungai seperti pada gambar atau dari lokasi
lain yang disarankan Direksi.

Pekerjaan Beton ST VII-5


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Test yang sudah dilakukan sejauh ini pada sample yang diambil dari quarry area
menunjukkan bahwa sampel tersebut mengandung material yang mana pada saat
diproses akan disesuaikan dengan agregat kasar dan halus.
Penyedia Jasa bertanggung jawab untuk membayar dengan cara royalti atau
tonasi untuk material yang diambil sendiri dari quarry area dan dipakai pada pada
pekerjaan dalam spesifikasi ini. Persetujuan Direksi mengenai pemakaian material
oleh Penyedia Jasa dari quarry site tidak boleh ditafsirkan sebagai persetujuan
untuk semua material yang diambil dari quarry site dan Penyedia Jasa harus
bertanggung jawab atas kualitas semua material yang dipakai untuk pekerjaan ini.
Bila material untuk agregat harus diperoleh selain dari sumber lain ataupun quarry
site, Penyedia Jasa harus menyerahkan sampel/contoh masing-masing sebanyak
50 kg untuk agregat halus dan kasar, yang diusulkan untuk dipakai pada
pekerjaan ini, setidak-tidaknya 3 bulan sebelum material tersebut diperlukan.
Biaya untuk pengujian tersebut ditanggung oleh Penyedia Jasa.
Bila material diambil dari lokasi selain quarry area, yang digunakan untuk
memperoleh material sebagai produksi agregat beton. Penyedia Jasa harus
melakukan pembersihan tumbuh-tumbuhan, akar-akaran, rerumputan dan
lempung serta pasir dan kerikil yang tidak memadai, batuan lapuk dann batuan
yang tidak memadai serta benda-benda lain dari permukaan di mana diperoleh
material untuk agregat.
Lokasi dimana diambilnya material untuk agregat harus dijaga dan dioperasikan
agar tidak mengurangi manfaat atau nilai material lainnya dan juga dilindungi,
sepanjang dapat dilaksanakan, kelak dikemudian bermanfaat dan mempunyai nilai
tambah.
Material yang dipindahkan dari lokasi tersebut dan tidak dimanfaatkan dalam
pekerjaan harus ditumpuk sesuai saran Direksi.
Pemrosesan material termasuk pemecah, pemisahan, pencucian, pencampuran
dan sebagainya untuk menghasilkan agregat halus dan kasar yang sesuai dengan
persyaratan spesifikasi dengan cara yang disetujui Direksi. Air yang digunakan
untuk mencuci agregat harus bebas dari zat-zat organik, alkali, garam-garaman
dan kotoran yang lain.
Setelah pencucian, agregat halus harus disimpan dalam tempat penyimpanan
(stockpile) dengan sebuah dasaran drainase bebas (free draining base) untuk
jangka waktu paling sedikit 7 jam dan harus secara berturut-turut ditangani untuk
menjamin pasir terkirim ke instalasi pencampuran (batching plant) harus secara
seragam dan berkadar air yang stabil. Bilamana permukaan dari penyimpanan
yang mana pasir dikirimkan secara langsung ke instalasi pencampuran secara
substantif lebih kering atau lebih basah daripada kumpulan pasir di penyimpanan,
penanganan harus mengecualikan permukaan pasir ini dari instalasi pencampuran.
Sebelum pengadaan fasilitas instalasi untuk pemrosesan agregat, Penyedia Jasa
harus menyerahkan kepada Direksi untuk persetujuan sebuah deskripsi yang

Pekerjaan Beton ST VII-6


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

naratif, diagram alur, dan gambar-gambar dalam detail yang mencukup untuk
memperlihatkan layout, tipe dan kapasitas dari penghancur ( crusher), penyaringan
(screening), pencucian (washing), pengangkutan (conveying) dan proses agregat
yang lain serta instalasi penanganan. Bagaimanapun, persetujuan Direksi tidak
dapat meniadakan Penyedia Jasa dari tanggung jawab penuhnya untuk
kesesuaian dari pengaturan yang diusulkan. Biaya dari produksi agregat yang
dibutuhkan dalam Buku Spesifikasi ini harus termasuk dalam harga satuan yang
ditenderkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk jenis-jenis materi pekerjaan
konsruksi beton yang mana agregat digunakan.
Harga satuan harus termasuk juga seluruh biaya dari Penyedia Jasa dalam
penggalian, penanganan, pemprosesan, pengangkutan dan penyimpanan
material.
Penyedia Jasa tidak berhak memperoleh kompensasi tambahan untuk material
yang dibuang percuma dari quarry atau area lain yang disetjui, termasuk
penghancur halus, (fine crusher), material berlebihan dari segala jenis ukuran
yang mana untuk menjadi agregat-agregat yang digunakan untuk dipisahkan oleh
Penyedia Jasa, dan material-material yang mana tidak dipindahkan dengan alasan
berada di atas ukuran maksimum yang ditentukan untuk dipakai.

7.3.2 Agregat Halus

Istilah agregat halus dimaksudkan untuk memberi istilah agregat dengan partikel
maksimum 5 mm. Agregat halus untuk beton, mortar dan grouting harus
disediakan Penyedia Jasa.
Direksi akan melaksanakan pengujian untuk pengetesan agregat halus dan
Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang fasilitas yang disetujui Direksi
dalam menyediakan sampel untuk pengujian. Agregat halus terdiri dari pecahan
batuan bersih, keras, padat, tahan lama dan tidak dicat dengan gradasi memadai
dan harus bebas kotoran, debu, lempung atau zat organik lain atau material lain
yang tidak diperlukan. Kadar air agregat halus yang dibawa ke batching plant
dapat bervariasi tidak lebih dari 1.0 % dari total air yang ada pada agregat halus
dalam waktu 1 jam dan tidak boleh bervariasi melebihi 3.0% dalam waktu kerja 1
shift.
Agregat halus harus terdiri dari partikel yang bentuknya baik. Partikel yang
bentuknya baik adalah partikel yang mempunyai dimensi / ukuran maximum tidak
lebih besar dari 3 kali ukuran minimum.
Agregat halus, seperti yang sudah digolongkan, harus dipilih dengan tepat dan
harus sesuai dengan batas-batas di bawah ini tetapi bisa bervariasi bila ada saran
dari Direksi dan Penyedia Jasa tidak berhak mendapatkan biaya tambahan.

Pekerjaan Beton ST VII-7


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Persentasi standart
Ukuran
untuk berat material
ayakan
yang lewat pada
(mm)
masing-masing ayakan
10.00 100
5.00 90 – 100
2.50 80 – 100
1.20 50 – 90
0.60 25 – 65
0.30 10 – 35
0.15 2 - 10

Persentasi zat yang merugikan pada agregat halus tidak melebihi nilai berikut:

Uraian Persentasi
Berat
Gumpalan 1.0
lempung 3.0 *)
Material yang
lewat saringan 0.5
0.088 m
Material yang
tertinggal pada
saringan 0.297
mm dan
terapung yang
mempunyai berat
jenis 1.95

 ) Bila material lebih halus dari pada lubang saringan berukuran 0.088 mm, terdiri dari
debu batuan yang bebas dari lempung atau pasir, persentasi ini bisa ditingkatkan
menjadi 5.0.
Besarnya persentasi benda-benda yang mengganggu seperti yang dibawa ke
mixer tidak boleh melampaui 3 % beratnya atau 5 % pada material seperti *).
Agregat halus mungkin ditolak bila mengeluarkan warna lebih gelap daripada
standar di pengujian colorimetric untuk kotoran-kotoran organic seperti yang
dipersyaratkan pada JIS designation A 1105.
Hilangnya agregat halus karena 5 siklus pengujian sodium sulfat, tidak boleh
melebihi 10 %.
Gradasi agregat halus harus diawasi sehingga saat kapan saja modulus kehalusan
setidaknya dari 9 atau 10 sampel penguji yang bertaraf agregat halus, bila diambil
setiap jam sekali, tidak melebihi 0.20 modulus kehalusan rata-rata dari 10 sampel
yang diuji. Modulus kehalusan dari agregat halus adalah antara 2,5 dan 3,3. Bila
agregat dari sumber yang berlainan akan digunakan pada batching plant pada
saat sama, harus dicampur sedemikian rupa sehingga peng- klasifikasiannya sama
dalam pencampuran berikutnya.

Pekerjaan Beton ST VII-8


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

7.3.3 Agregat Kasar

Istilah agregat kasar dipakai untuk agregat yang ukuran nominalnya 5 mm dan
digradasikan mulai dari 5 mm sampai ukuran terbesar seperti yang diperlukan
dalam pekerjaan. Agregat kasar untuk beton harus disediakan Penyedia Jasa dari
material yang diperoleh dari lokasi quarry yang disetujui oleh Direksi.
Direksi akan melaksanakan pengujian agregat kasar dan Penyedia Jasa
menyediakan dan memasang fasilitas yang sesuai dengan pengarahan Direksi.
Agregat kasar harus bersih, keras, baru, tidak lapuk, berbentuk baik, padat, tidak
dicat fragmen batuan yang tahan lama dan bebas dari jumlah partikel-partikel
yang panjang atau datar yang jumlahnya tidak disetujui, zat-zat organik atau
material lain yang mengganggu.
Gradasi agregat kasar (persentasi standarnya dengan melewatkan ke dalam
saringan) harus seperti di bawah ini, tetapi bila bervariasi harus ada saran Direksi
dan bila ini yang menjadi keputusan Direksi, Penyedia Jasa tidak berhak
mendapatkan biaya tambahan:

Ukuran Saringan untuk Agegrat


Ayakan Kasar (mm)
(mm) 80 – 60 40 – 5 20 – 5
100 100 – –
80 100 – 90 – –
60 70 – 45 – –
50 – 100 –
40 15 – 0 100 – 95 –
30 – – –
25 – – 100
20 5.0 70 – 35 100 – 90
15 – – –
10 – 30-10 55 – 20
5 – 5–0 10 – 0
2.5 – 5–0

Banyaknya zat yang merugikan pada agregat kasar tidak boleh melampaui batas-
batas yng tertera berikut:

Uraian Persentasi Berat

Gumpalan lempung 0.25


Partikel halus 5.00
Material yang lewat saringan 1.00*)
0.088
Material yang terapung 5.00
dengan berat jenis 2.0

 ) Bila material lebih halus dari saringan 0.088 mm terdiri dari debu batuan yang
bebas dari lempung atau silt, maka persentasi berat bertambah hingga 1.5.
Besar persentasi benda yang merugikan berukuran berapapun, seperti yang
terbawa ke mixer, beratnya tidak boleh melampaui 5 % dari berat benda tersebut.

Pekerjaan Beton ST VII-9


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Agregat kasar ditolak, bilamana:


(a) Bagian yang hilang mempunyai gradasi melampaui 10 % berat pada 100
bahan uji, atau 40 % beratnya pada 500 bahan uji, dengan menggunakan
pengujian abrasi Los Angeles.
(b) Berat agregat yang hilang lebih dari 12% berat, bila diuji dengan sodium sulfat
5 siklus untuk mengetahui bagus tidaknya.
(c) Persentasi berat partikel yang bentuknya kurang memadai, lebih dari 60%.
Partikel dianggap kurang baik bila dimensi maksimumnya lebih dari 3 kali
dimensi minimumnya.

Agregat kasar harus disaring dengan “vibrating screens” dinaikkan ke “rock


crushing plant” atau bila sesuai dengan pendapat Penyedia Jasa, screens bisa
dinaikkan di tanah yang berdekatan dengan crushing plant. Pemisahan agregat
kasar menurut ukuran seperti pada spesifikasi, sesudah finish-screening, adalah
sebagai berikut, kalau agregat diuji dengan saringan seperti tabel berikut; material
yang lolos dari mata jaring tidak lebih dari 2% beratnya dan semua material harus
lolos mata saringan.

Ukuran Saringan
Ukuran (segiempat)
Agregat Untuk Untuk
(mm) pengujian pengujian
undersize oversize

10 STM No. 5 11 mm
20 7 mm 22 mm
40 16 mm 44 mm
80 32 mm 88 mm

7.4 AIR
Air yang dipakai untuk beton, grouting dan mortar untuk pencucian agregat dan untuk
pembasahan beton harus betul-betul bersih dan bebas jumlah yang tidak disetujui dari
lumpur, zat-zat organik, alkali, garam, asam dan kotoran yang lain.
Fasilitas penyimpanan air yang memadai harus disediakan untuk pelaksanaan
penempatan beton secara kontinyu.
Metode pengiriman dan penyimpanan air harus mengacu pada saran dari Direksi. Jika
dibutuhkan oleh Direksi, air harus diuji dengan standar pengujian yang disetujui. Seluruh
biaya yang terlibat dalam pengujian ini harus menjadi tanggungan Penyedia Jasa.

Pekerjaan Beton ST VII-10


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

7.5 CAMPURAN BETON

7.5.1 Komposisi

Beton harus terdiri dari semen Portland, air, agregat halus dan kasar dan bahan
pencampur yang sudah disetujui, semuanya dicampur dan diaduk sampai
mencapai ketetapan yang tepat.

7.5.2 Perbandingan Campuran dan Klasifikasi Beton

Penyedia Jasa harus melaksanakan pengujian untuk menentukan disain campuran


dari beton (concrete design mix) di bawah pengawasan dari Direksi di
laboratorium sedemikian rupa untuk menjamin seluruh beton yang diletakkan
dalam berbagai macam struktur yang berkaitan dengan Pekerjaan harus
memenuhi persyaratan dari Spesifikasi.
Data dari perbandingan campuran harus disiapkan dan diusulkan oleh Penyedia
Jasa untuk mendapatkan beton yang memiliki faktor air semen (water cement
ratio), pengerjaan yang cocok, ketahanan, penyusutan yang rendah dan kekuatan
disain yang dibutuhkan dengan kandungan semen minimal dan sejumlah agregat
halus.
Perbandingan campuran beton akan diseleksi Direksi data yang akan
dikonfirmasikan melalui pengujian campuran yang dilaksanakan oleh Penyedia
Jasa dengan cara yang telah ditentukan ini.
Berdasar hasil yang diperoleh dari percobaan campuran di atas, Direksi akan
memberitahu Penyedia Jasa bahwa perbandingan campuran untuk beton yang
akan digunakan dalam berbagai macam bagian pekerjaan. Perbandingan
campuran dapat dimodifikasi sesuai dengan jenis pekerjaan bilamana Direksi
berpendapat penting untuk adanya pengembangan lebih jauh.
Penyedia Jasa harus menyediakan contoh dari semen yang dipakai untuk
pekerjaan dalam jumlah yang diperlukan untuk mendisain campuran beton, biaya
tersebut harus dipertimbangkan untuk termasuk dalam harga satuan yang sesuai
untuk beton yang ditenderkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
Penentuan dari perbandingan campuran oleh Direksi tidak membebaskan Penyedia
Jasa dari tanggung jawabnya untuk memproduksi dan meletakkan beton sesuai
dengan persyaratan yang ditentukan. Sebelum mencampur beton untuk struktur
apapun atau untuk bagian apapun, Penyedia Jasa harus meyakinkan dirinya
sendiri bahwa beton yang dicampur dengan perbandingan yang ditentukan oleh
Direksi akan mengijinkan Penyedia Jasa untuk memproduksi dan meletakaan
beton sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.
Pemenuhan dari syarat kekuatan tekan beton, persyaratanya harus berdasar pada
uji kuat tekan yang dilaksanakan dengan sebuah beton silinder standar

Pekerjaan Beton ST VII-11


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm saat umur beton mencapai 28 hari dengan


acuan standar JIS yang dapat diaplikasikan.
Beton akan mempunyai interval dari beton tidak bertulang yang memiliki 40 mm
ukuran agregat maksimum sampai beton bertulang yang memiliki ukuran agregat
maksimum 40 mm. Penyedia Jasa harus menggunakan spesifikasi campuran beton
tipe tertentu untuk struktur yang berkaitan seperti ditunjukkan dalam Gambar dan
dinyatakan dalam Daftar Kuantitas dan Harga atau seperti instruksi dari Direksi.
Campuran beton harus diklasifikasikan menjadi beberapa klas dan aplikasi dari
setiap campuran beton pada struktur harus dibuat dalam prinsip- prinsip dibawah
ini:
Penggunaan kelas beton adalah sebagai berikut:

Ukuran Tegangan
Interval Kandungan
Agregat minimum
Kelas Slump Semen
Maksimum pada umur 28
(cm) (kg/m3)
(mm) hari (kg/cm2)

K. 350 25 350 7-12 448


K. 225 25 225 7-12 342
K. 175 25 175 7-12 232
K. 125 25 125 5-10 218

Perlu diberi catatan bahwa kandungan semen yang tertulis dalam tabel di atas
bersifat secara garis besar untuk memperkirakan kuantitas semen untuk keperluan
tender. Kuantitas aktualnya ditentukan dalam Percobaan Campuran.
Sekalipun demikian kandungan semen yang diberikan dalam tabel di atas, Direksi
harus menyimpan hak untuk menganekaragamkan kandungan semen dari salah
satu atau berbagai tipe beton dan perbandingan campuran, berdasar pada
percobaan campuran dan dari waktu ke waktu selama proses pekerjaan
berlangsung. Penyedia Jasa harus tidak diberikan kompensasi tambahan untuk
pekerjaan beton dalam variasi kuantitas semen karena perubahan apapun dari
Direksi akan dibuat dalam perbandingan campuran.
Disain kuat tekan dari beton seperti ditunjukkan di atas dan tipe beton seperti
ditunjukkan dalam Gambar. Dimana kuat tekan adalah kriteria yang menentukan,
kendali mutu (quality control) dari beton harus proporsional sehingga kekuatan
mencapai 80 % dari specimen pengujian lebih besar dari disain kuat tekan yang
ditentukan dan kekuatan rata-rata yang diperlukan akan ditentukan dengan rumus
berikut:

Dimana

Pekerjaan Beton ST VII-12


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

f av : kuat tekan rata-rata yang diperlukan


f‟c : kuat tekan disain
V: koefisien dari variasi yang dinyatakan dalam desimal

Penentuan Perbandingan campuran oleh Direksi tidak berarti Penyedia Jasa bebas
dari tanggung jawab menghasilkan dan mendapatkan beton yang sesuai dengan
persyaratan yang dibutuhkan. Sebelum campuran beton digunakan untuk
bangunan atau bagian bangunan, Penyedia Jasa harus merasa yakin bahwa
perbandingan campuran beton yang ditentukan Direksi mengijinkan Penyedia Jasa
memproduksi beton yang sesuai dengan persyaratan yang diperlukan.
Penyedia Jasa harus memberitahukan kepada Direksi apabila ada keberatan
mengenai perbandingan campuran dan harus menyerahkan kepada Direksi
proporsi alternatifnya untuk mendapatkan persetujuan dan bila sudah disetujui,
harus dipakai untuk menghasilkan beton. Penyedia Jasa tidak berhak
mendapatkan biaya tambahan bila ada penambahan perbandingan campuran.
Ukuran maksimum agregat kasar dalam beton untuk bagian apapun dari
pekerjaan harus merupakan ukuran paling besar dari ukuran yang ditentukan,
kegunaannya adalah dapat diaplikasikan dari suatu titik standar dari pemadatan
yang benar dari beton oleh getaran seperti disebutkan dalam Gambar atau
diarahkan oleh Direksi. Dikatakan bahwa pengurangan ukuran agregat maksimum
akan diinstruksikan oleh Direksi pada struktur dengan ketebalan yang minim.

7.5.3 Kandungan Air dan Slump

Jumlah dari air yang digunakan dalam beton harus diatur oleh Direksi dengan
batas yang disahkan olehnya untuk faktor air semen yang dibutuhkan untuk
menjamin konsistensi yang benar dari beton, perlu dipertimbangkan efek dari
penggunaan admixture tertentu dan beberapa variasinya atau keduanya
bersamaan antara kadar kelembaban dan gradasi dari agregat yang dimasukkan
ke dalam mixer.
Penambahan dari air untuk mengimbangi kekakuan dari beton sebelum peletakan
tidak diperbolehkan. Keseragaman dari konsistensi beton dari ember pengumpul
ke ember pengumpul sangat dibutuhkan.
Pengecekan dari slump harus diambil setelah beton dikumpulkan tetapi
sebelumnya dipadatkan. Kegunaan dari ember (buckets), gerobak (hoppers ),
ember luncur ( chutes) atau perlengkapan angkut dan peralatan penanganan lain
yang tidak siap dipakai dan meletakkan beton seperti lesser slump harus tidak
diijinkan. Direksi akan menentukan slump yang dapat diterima untuk masing-
masing kelas dari beton dan Penyedia Jasa harus mengacu terhadap hal itu.

Pekerjaan Beton ST VII-13


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

7.6 CAMPURAN PERCOBAAN

Enam puluh (60) hari sebelum dimulai-nya pekerjaan beton yang permanen, Penyedia
Jasa harus melaksanakan campuran untuk percobaan untuk setiap kelas beton seperti
yang disyaratkan di bawah pengawasan Direksi, penggunaan semen, admixture dan
semua agregat yang dihasilkan, dan operasi batching plant, dan concrete mixing plants,
yang disediakan oleh Penyedia Jasa untuk melaksanakan pekerjaan ini. Trial mix seperti
itu harus berlangsung terus sampai menghasilkan beton sesuai dengan spesifikasi.
Tidak ada pembayaran secara terpisah yang dilaksanakan terhadap ketentuan yang
ada dalam paragraf ini dan semua yang berkaitan dengan pekerjaan trial mix
termasuk biaya material, kecuali penyediaan dan pemasangan alat pengujian, sudah
termasuk pada harga satuan beton yang sesuai, pada Daftar Kuantitas dan Harga.

7.7 PENGUJIAN BETON DAN MATERIAL BETON


Kecuali kalau telah dikatakan di lain tempat, pembuatan sampel dan pengujian dari
material beton, beton segar dan beton yang diperkeras harus dilaksanakan oleh
Penyedia Jasa dibawah arahan dari Direksi dengan mengacu pada Japan Industrial
Standard atau ASTM atau standard lain yang ekivalen. Cek pengujian dari agregat
beton, beton baru, dan beton yang mengeras akan termasuk, kecuali tidak perlu
dibatasi, terhadap daftar berikut:

Uji pada Beton Nomor Standar


Sampling dari beton JIS A lll5-75 (ASTM C l72)
JIS A ll08-76, A ll32-76
Tegangan Tekan
(ASTM C 39, C l92)
Slump JIS A ll0l-75 (ASTM C l43)
Flow test JIS A 5201
Kadar udara JIS A lll8-75 (ASTM C 23l)
Berat jenis JIS A lll6-75 (ASTM C l38)
Kuat Momen JIS A 1106 and A 1132

Uji pada Beton Nomor Standar


Material lolos saringan no.
JIS A ll03-64 (ASTM C ll7)
0,088 mm (atau no. 200)
Kelembaban permukaan JIS A llll-76
Kotoran organis JIS A ll05-76 (ASTM C 40)
Uji kekerasan Na2SO4 JIS A ll22-76 (ASTM C 88)
JIS A ll02-76 (ASTM C
Gradasi agregat
l36)
JIS A ll2l-76 (ASTM C l3l,
Abrasi Los Angeles
C 535)
Berat jenis JIS A ll04-76 (ASTM C 29)
Specific gravity dan JIS A ll09-76, A lll0-76
absorpsi (ASTM C l27, C l28)
ASTM C 289
Reaktivitas Alkali
Agregat untuk mortar BS 1200

Pekerjaan Beton ST VII-14


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Penyedia Jasa harus melakukan pengujian beton secara rutin untuk menentukan
tegangan tekan, slump, kandungan udara dan berat jenisnya. Jumlahnya dan frekuensi
pengujian beton baru harus seperti yang dianjurkan Direksi setiap saat dan pengujian
dilakukan 2 kali untuk setiap kelas beton, yang ditempatkan selama penugasan.
Kalau keadaannya lain, misalnya kalau kalau kadar air agregat halus naik turun, maka
diperlukan pengujian beton baru yang lebih sering dan Penyedia Jasa tidak berhak
mendapatkan biaya tambahan, karena sampel atau pengujian tambahan untuk beton
baru di lokasi manapun, harus sesuai saran Direksi. Hasil pengujian tersebut secara
rutin harus diserahkan Direksi dalam bentuk dan interval seperti yang disarankan
Direksi.
Direksi harus melakukan tes material beton, beton baru dan beton keras bila dianggap
perlu. Penyedia Jasa harus membantu Direksi untuk pelaksanaan tes sesuai dengan
standard desain. Tegangan tekan beton harus ditentukan dengan tes silinder yang
tingginya 30 cm dan diameternya 15 cm. Beton yang mengandung agregat yang lebih
kasar dari 40 mm harus diayak dalam keadaan basah untuk menghilangkan partikel yang
lebih besar sebelum pembuatan sillinder.
Penyedia Jasa harus menyediakan alat-alat, fasilitas, material dan tenaga kerja yang
diperlukan untuk membuat, menangani dan membuang sisa-sisa sampel yang diuji
seperti yang disyaratkan di sini.
Sampel yang diperlukan adalah semua bahan beton yang harus ditempatkan di
stockpiles dan beton baru di batching mixing plant dan pada bekisting dimana beton
tersebut akan ditempatkan. Batching plant harus dilengkapi dengan alat- alat untuk
sampel dan fasilitas-fasilitas yang sudah disetujui Direksi dalam mendapatkan sampel
air, es (bila perlu), semen, agregat dan bahan pen-campur beton.
Alat-alat seperti itu sering dipergunakan dan harus didesain sedemikian rupa sehingga
contoh/sampel material yang di-perlukan bisa diperoleh dengan kerusakan minimal.
Penyedia Jasa harus menanggung semua biaya yang terkait dengan penyediaan fasilitas
untuk sampel, tenaga kerja dan sampel yang diambil dan tidak berhak mendapatkan
biaya tambahan bila ada kelambatan atau biaya penyediaan sampel.
Untuk sampel material yang diuji, tidak ada pembayaran khusus, tetapi biaya
pemeliharaan dan operasi laboratorium di lapangan dan untuk pengujian material
beton, sudah termasuk dalam harga satuan seperti tercantum pada Daftar Kuantitas dan
Harga untuk item beton yang sesuai.

7.8 BATCHING
Penyedia Jasa harus memasang, memelihara dan mengoperasikan alat batching yang
diperlukan untuk menentukan dan mengontrol ketelitian mengenai banyaknya material,
termasuk air, semen, bahan pencampur, agregat halus dan kasar yang dipakai pada
beton.

Pekerjaan Beton ST VII-15


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Banyaknya air, semen, agregat, halus dan kasar harus ditentukan Direksi dengan
menimbangnya. Banyaknya bahan pencampur “air entraining” harus ditentukan dengan
mengukur volume pada dispenser atau ditimbang dengan alat lain, dinaikkan sehingga
tidak ada getaran alat pada saat batching plant dijalankan dengan segala kondisi.
Bak pada batching plant harus dibangun sehingga bisa membersihkan secara otomatis
pada waktu turun baik diturunkan sampai betul-betul kosong, setidaknya 3 kali
seminggu. Material harus diendapkan pada bak dengan segera melalui pintu
pengeluaran. Agregat kasar harus diendapkan pada bak dengan segera melalui tangga
batu dengan jarak dimana agregat jatuh, lebih dari 1.5 m.
Alat untuk membawa material yang dicampur dari batcher atau hopper ke mixer harus
dibuat, dipelihara dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga tidak ada pengotoran
material campuran pada batching plant. Alat yang tidak sesuai dengan persyaratan ini
harus diubah atau diganti dengan alat yang sudah disetujui Direksi.
Pelaksanaan dan ketelitian untuk penimbangan dan alat pengukuran harus dipelihara
dengan ketelitian 0.4 % dengan skala kapasitas. Alat tersebut harus bisa langsung
disetel untuk mengetahui variasi berat dengan beberapa kandungan kelembaban agregat
dan memberikann perubahan-perubahan pada perbandingan campuran beton.
Alat batching harus dipelihara dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga ketidaktelitian
dalam mengukur material tidak lebih dari 1% untuk air dan bahan pencampur air-
entraining dan 3% untuk semen dan agregat. Semen dan air akan ditimbang pada
container tersendiri dan masing-masing beratnya ditunjuk kepada skala yang berbeda.
Penyedia Jasa harus melakukan pengujian secara periodik dengan melakukan
pengukuran pada pengoperasian batching dengan mempergunakan timbangan pengujian
standar atau alat penunjang yang lain untuk memeriksa pengoperasian setip timbangan
atau alat ukur yang lain. Pengujian tersebut harus dilaksanakan dengan dihadiri Direksi
dan pengujiannya harus dapat membuktikan ketelitian alat ukur. Pengujian alat-alat
untuk pelaksanaan pekerjaan harus dilakukan sekali setiap bulan, kecuali kalau ada
pengarahan dari Direksi. Penyedia Jasa harus melakukan penyetelan, perbaikan atau
penggantian bila perlu, sesuai dengan persyaratan ketelitian pengukuran.
Cara kerja pada alat batching harus dilakukan sehingga tidak terjadi kebocoran bila
katup ditutup. Setelah pelaksanaan tidak ada bagian dari jumlah air campuran yang
telah ditetapkan yang ditahan di pengumpul air.
Perlengkapan batching harus dipelihara dan dioperasikan dalam suatu cara dimana dapat
diketahui penambahan debu dalam instalasi selama pengukuran dan pelepasan dari
masing-masing ember pengumpul dari material dicegah. Gerobak penimbang juga
dikonstruksikan sedemikin rupa sehingga memudahkan pemindahan konvensional dari
material yang kelebihan beban, dalam kelebihan dari toleransi yang ditentukan
sebelumnya, dapat diterapkan. Agregat tidak boleh dikumpulkan untuk beton atau
mortar bila air bebas menetes dari agregat atau bila agregat terkontaminasi oleh debu.
Penyedia Jasa harus menyiapkan dan menyerahkan detail dari data pengumpulan dalam
materi-materi berikut kepada Direksi, jika diminta.

Pekerjaan Beton ST VII-16


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(a) Tanggal dan waktu


(b) Nomor ember pengumpul
(c) Tipe dari beton
(d) Berat total per ember pengumpul per hari
(e) Berat dari masing-masing material seperti semen, agregat kasar, agregat halus, air,
admixture per ember pengumpul per hari.

7.9 PENCAMPURAN
Komposisi beton harus dicampur sepenuhnya dalam ember pengumpul mixer milik
Penyedia Jasa hingga keseragaman yang cukup melalui ember pengumpul pencampur
diperoleh untuk sampel beton diambil dari awal hingga akhir dari pelaksanaan
pencampuran untuk memenuhi syarat JIS Kode A1119 seperti berikut:
(a) Berat jenis udara bebas mortar dari 2 sampel tersebut, tidak boleh berbeda
melebihi 0,8 % dari rata-rata berat 2 sampel
(b) Berat jenis agregat kasar dari 2 sampel yang volume masing-masingnya 50 liter,
tidak boleh berbeda melebihi 5 % dari rata-rata berat 2 sampel

Pencampuran dengan tangan tidak boleh digunakan untuk beton yang akan digunakan
dalam struktur permanen, dan bila digunakan untuk struktur sementara, harus secara
ketat mengacu pada persetujuan dari Direksi. Kecuali selain diinstruksikan atau diijinkan
oleh Direksi, pencampuran dari masing- masing ember pengumpul harus berkelanjutan
tidak kurang dari atau bahkan lebih dari 3 kali dari jumlah berikut dalam menit, setelah
seluruh komposisi kecuali dengan jumlah penuh air dan admixture berada di dalam
mixer.

Kapasitas Waktu mencampur


mixer (m3) (menit)

3 sampai 2 2.5
2 sampai 1.5 2
1.5 atau kurang 1.5

Penambahan pencampuran harus kontinu kurang 1 menit setelah semua air yang
diperlukan selesai ditambahkan. Lamanya untuk pencampuran harus ditentukan oleh
Direksi sesudah melaksanakan pengujian efisiensi mixer yang didasarkan atas
perbandingan sampel yang diambil mulai dari keluarnya campuran yang pertama sampai
terakhir seperti diuraikan pada awal bab ini. Lamanya pencampuran minimal seperti yang
disyaratkan, tergantung kepada kondisi material yang dimasukkan ke bak pencampur,
sehingga menghasilkan pencampuran yang efisien dn memudahkan operasi
pencampuran dengan kecepatan yang ditetapkan. Direksi mempunyai hak untuk
menentukan waktu pencampuran atau batas-batas ukuran bak (batch) kalau operasi
pengisian dan mixing gagal menghasilkan batch beton yang sesuai dengan yang

Pekerjaan Beton ST VII-17


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

diperlukan dan dengan pencampuran yang baik. Beton, begitu lepas dari mixer harus
rata komposisinya dan konsistensi dalam batch dan dari batch ke batch, kecuali bila
diperlukan perubahan dalam komposisi ataupun konsistensi.
Air harus ditambahkan sebelum, selama dan sesudah pelaksanaan pengisian mixer. Tidak
diperbolehkan adanya kelebihan pencampuran sehingga memerlukan tambahan air untuk
memperoleh konsistensi beton yang diperlukan. Beton yang berada pada mixer lebih
dari 1 jam, harus dibuang. Bak pencampur (mixer) yang tidak memenuhi persyaratan
harus segera diperbaiki atau diganti. Bak pencampur harus diisi sesuai dengan
kapasitasnya atau sesuai dengan ukuran batch, yang dtentukan sesuai dengan
persyaratan kecuali kalau mencampur mortar atau beton untuk penempatan beton. Bak
pencampur tidak boleh diisi lebih dari kapasitas yang ditentukan kecuali atas pengarahan
direksi, tetapi pada keadaan tertentu kapasitas bak pencampur dapat melebihi
kapasitasnya sekitar 10 %. Setiap bak pencampur harus dilengkapi dengan pengatur
waktu dan pemberi tanda yang menunjukkan dan memastikan bahwa periode
pencampuran berakhir.

7.10 PENGECORAN
7.10.1 Umum

Pengecoran beton belum bisa dilaksanakan sampai pemasangan bekisting


pemasangan bagian yang ditanamkan dan persiapan untuk penutupan
permukaan diselesaikan dulu oleh Penyedia Jasa dan sudah diperiksa dan
disetujui Direksi. Pengecoran beton tidak boleh dilakukan pada waktu turun
hujan atau pada waktu air menggenang kecuali ada saran dari Direksi, tetapi
kalau terlanjur, beton harus ditempatkan pada air yang mengalir. Fasilitas
komunikasi antara peralatan pencampur dan lokasi pengecoran harus disediakan,
dioperasikan dan dipelihara oleh Penyedia Jasa dimana perlu atau layak
ditentukan oleh Direksi. Untuk ini tidak ada biaya tambahan bagi Penyedia Jasa.

7.10.2 Persiapan Untuk Pengecoran

Sebelum dilaksanakan pengecoran, semua permukaan formasi pondasi dimana


beton akan dicor, harus dibersihkan dari minyak, lumpur, zat organik, potongan-
potongan kayu, pecahan batuan dari reruntuhan atau batuan lepas atau material
berbahaya lainnya, dengan menggunakan “air water jet” dengan kecepatan
tinggi atau alat lain seperti disarankan Direksi. Semua permukaan bekisting dan
material yang melekat dengan mortar kering atau material grouting dari beton
yang ditempatkan lebih dulu, harus bersih dari mortar atau material grouting
sebelum beton yang berdekatan ditempatkan. Permukaan pondasi batuan harus
dilembabkan dengan baik sebelum beton ditempatkan, dan air yang menggenang
harus dihilangkan.

Pekerjaan Beton ST VII-18


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Permukaan tanah atau pondasi pasir dan kerikil dimana beton akan ditempatkan
harus bebas dari air yang menggenang atau air yang mengalir, perca-perca kayu
atau material lainnya yang dianggap mencemari. Untuk tanah atau pondasi
pasir dan kerikil, kondisinya harus lembab sebelum beton ditempatkan.
Permukaan “construction joint‟” yang berhubungan dengan pengecoran beton
baru atau mortar baru harus bersih dan lembab dengan cara yang disetujui
Direksi.
Pembersihan ini harus terdiri dari penghilangan semua adukan semen atau mortar
yang mengering dan dari segala kotoran. Permukaan sambungan dari beton lama
dimana beton baru harus ditempatkan, harus dikasarkan dengan mengelupas
(chipping) atau dengan cara lain lalu dibiarkan lembab dimana jangka waktunya
ditentukan Direksi, sebelum menempatkan beton baru.
Permukaan “construction jont” harus benar-benar bersih terhadap tambahan
beton atau material yang lain, dengan mengerik, mengelupas atau dengan cara
lain yang disetujui Direksi. Sambungan akan diberi campuran cat pelindung
seperti saran Direksi, untuk mencegah pengikatan dengan beton yang
ditempatkan pada sisi sambungan yang lain.

7.10.3 Suhu Beton Pada Waktu Pengecoran

Suhu beton pada waktu pengecoran tidak boleh melebihi 35 oC. Bila perlu,
Penyedia Jasa mempertahankan suhu beton di bawah 35 oC saat pengecoran
beton dan Penyedia Jasa harus memakai cara yang efektif untuk pendinginan
agregat, mendinginkan air pencampur, penambahan, serpihan es ke dalam air
pencampur pengecoran di malam hari atau cara apa saja yang disarankan Direksi.
Penyedia Jasa tidak berhak mendapatkan tambahan biaya untuk memenuhi
persyaratan pada pasal ini.

7.10.4 Alat untuk Pengangkutan dan Pengecoran Beton

Cara dan alat yang dipakai untuk mengangkut dan mengecor beton dan waktu
yang hilang selama pengangkutan tidak boleh menyebabkan segregasi agregat
kasar, turunnya slump sampai lebih dari 25 mm atau hilangnya kandungan udara
sebelum konsolidasi sampai lebih dari 1 % pada waktu beton di cor pada
pekerjaan.
Bila beton diangkut dan atau di cor dengan alat seperti di bawah ini, alat
tersebut harus dipasang dan ditangani sebagai berikut:

(1) Truk Pengaduk (Agitator Truck)


Kecepatan pengadukan dari drum harus berada pada 2 atau 4 revolusi per
menit. Volume dari beton yang dicampur dalam drum harus tidak mencapai
tingkat yang ditentukan pembuat ataupun tidak pula melebihi 70% berat

Pekerjaan Beton ST VII-19


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

kotor dari drum. Dengan persetujuan dari Direksi, truk pencampur dapat
dipakai sebagai pengganti truk pengaduk untuk transportasi beton. Interval
antara memasukkan air kedalam drum pencampur dan pelepasan beton dari
pengaduk harus tidak melebihi dari 1 jam. Selama interval ini, air harus
diaduk secara bersambungan pada kecepatan yang disebutkan di atas.

(2) Truk Non-pengaduk (Non-agitator Truck )


Bodi non-agitator truck harus halus dan kedap air, dan harus ada tutup bila
diperlukan untuk melindunginya dari air hujan. Non-agitator truck harus
membawa beton ke lokasi pekerjaan, yaitu beton yang dicampur dengan
baik dan rata.
Beton dianggap rata pencampurannya bila sampel dari seperempat beban,
dan tiga perempat beban mempunyai perbedaan slump tidak lebih dari 2.5
cm. Pengecoran beton harus rampung dalam 1.0 jam sesudah
memasukkan air pencampur pada semen dan agregat.

(3) Chutes
Secara garis besar, pengangkutan beton dengan mempergunakan “chute”
(terjunan) tidak dibenarkan, kecuali bila ada saran dari Direksi. Bila
disetujui, chute harus mempunyai potongan (profil) dengan sudut bulat
dan kemiringannya harus bagus sehingga beton mengalir dengan lancar
tanpa ada segregasi. Ujung chute bawah harus dilengkapi dengan drop
chute, yang tingginya tidak lebih dari 1.5 m, untuk mencegah adanya
segregasi dari beton yang jatuh. Chute harus terlindung dari sinar matahari
langsung.

(4) Pompa Beton dan Alat Cor


Tipe dan kapasitas dari pompa harus ditentukan untuk memenuhi
persyaratan yang ditentukan, perlu dipertimbangkan tentang kecepatan
penghamparan, jadwal konstruksi, kualitas beton, lokasi dimana beton
akan dihampar dan sebagainya. Diameter pipa penghantar harus tidak
lebih kecil dari 3 kali ukuran maksimal dari agregat yang digunakan pada
beton. Pipa penghantar harus dipasang sedemikian rupa sehingga
memudahkan untuk dipindahkan. Sebelum dimulainya operasi pemompaan
atau penghamparan, sekitar 1 m3 mortar dengan perbandingan yang sama
terhadap air, admixture, semen dan agregat halus seperti yang telah didisain
untuk campuran beton reguler harus melalui pipa. Pipa harus diatur lurus
dan sehorizontal mungkin untuk mencegah penyumbatan campuran beton
dalam pipa. Udara tekan berpendorong harus tidak digunakan kecuali dimana
keadaan keluaran dari pipa secara penuh tertancap pada minimal 2 m beton
segar. Pendukung dari batang pipa harus cukup kaku untuk memperbaiki

Pekerjaan Beton ST VII-20


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

pipa secara lembut tanpa efek merugikan pada bekisting dan besi
tulangan yang telah dipasang pada posisinya. Kehati-hatian harus dilakukan
untuk mencegah kebocoran dari campuran beton dari batang pipa atau pada
bagian lain.

(5) Sabuk Penghantar (Belt-conveyer)


Pengangkutan beton dengan sabuk penghantar tidak diperkenankan kecuali
disetujui oleh Direksi. Jika diperbolehkan, sabuk penghantar harus
digunakan dengan kehatian-hatian yang mana sabuk dilindungi dari hujan,
angin dan sinar terik matahari, dan dengan gerobak yang benar atau chute
vertikal yang digunakan pada akhiran dari masing-masing penghantar untuk
membatasi jatuhan beton yang akan diletakkan dengan ketinggian
maksimum 1.5 m.
Detil penuh terdiri dari katalog, cetak biru, dan lainnya dari pembuat, untuk
masing-masing tipe dari mater-materi yang dideskripsikan di atas dari
perlengkapan harus diserahkan pada Direksi. Seluruh perlengkapan harus
dioperasikan dan dipelihara dengan mengacu pada cetakan instruksi dari
pembuat.
Tipe dari perlengkapan selain yang ditulis di atas harus disetujui Direksi
maksimal 30 hari sebelum mereka akan digunakan.

7.10.5 Pengecoran

Penyedia Jasa harus selalu konsultasi dengan direksi mengenai waktu


pelaksanaan pengecoran beton. Pengecoran beton harus dilaksanakan dengan
disaksikan Direksi.
Seluruh permukaan yang secara garis besar horisontal harus dilindungi dengan
sebuah layer terbuat dari mortar dengan ketebalan sekitar 2 cm untuk permukaan
batuan, dan 1.5 m untuk permukaan beton, jika seperti yang diinstruksikan oleh
Direksi, dilakukan langsung sebelum peletakan beton. Peletakan mortar tersebut
harus dikoordinasikan dengan peletakan beton sedemikian rupa sehingga beton
diletakkan langsung di atas mortar segar.
Di dasar balok atau pelat, dimana berkumpulnya baja tulangan didekat bekisting
membuat peletakan menjadi sulit, sebuah lapisan dari mortar dengan komposisi
yang cocok dengan kekuatan beton yang diperlukan seperti instruksi, harus
pertama kali diletakkan untuk menutup permukaan hingga kedalaman sekitar 2
cm. Beton apapun yang telah menjadi kaku sehingga pengecoran yang benar
tidak dapat dijamin kecuali dikeraskan ulang (retempered), atau yang mana
tinggi slump telah dikurangi dengan 2.5 cm atau lebih, seperti yang ditentukan
oleh Direksi, harus dibuang ke tampat yang telah ditentukan oleh Direksi, dan
tidak ada pembayaran yang dibuat untuk beton seperti itu. Beton harus
ditempatkan langsung ke posisi akhir dan tidak boleh sampai mengalir sehingga

Pekerjaan Beton ST VII-21


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

menyebabkan segregasi. Cara dan alat-alat yang dipakai dalam pengecoran beton
pada bekisting harus baik sehingga agregat kasar tidak terpisah dari beton.
Penyedia Jasa harus mempunyai cara untuk membatasi dan mengontrol tinggi
jatuh beton, sehingga tidak menyebabkan segregasi atau benturan keras yang
dapat mengenai besi tulangan dan bekisting yang sudah dirakit. Tinggi jatuh
beton tidak melebihi 1.5 meter.
Semua beton yang dituangkan, kecuali beton lining untuk struktur bawah
tanah, harus ditempatkan pada lapisan horisontal yang ketebalannya tidak
melebihi 40 cm. Direksi mempunyai hak untuk meminta kedalaman lapisan lebih
kecil apabila lapisan beton setebal 40 cm tidak bisa dicor sesuai dengan
persyaratan spesifikasi. Tinggi satu angkutan pengecoran beton haruslah seperti
yang disarankan Direksi atau seperti pada gambar. Kecuali selain yang diijinkan
oleh Direksi, beton lining untuk struktur bawah tanah harus diletakkan dengan
pompa beton atau pengecor kedalam bekisting tanpa pelepasan berkecepatan
tinggi (high velocity discharge ).
Beton harus dipaksakan menyesuaikan ketidakseragaman permukaan batuan
sehingga tidak ada rongga tersisa. Bilamana beton terbalik dicor terpisah dari
dinding samping dan beton melengkung, dan tanpa bekisiting bagian dalam,
perlengkapan cor pneumatic (pneumatic placing equipment) tidak boleh
digunakan, kecuali tipe tertentu yang disetujui mampu mencegah segregasi
tersedia. Sebelum memulai pengecoran beton, mortar harus dimasukkan melalui
pipa dari pompa beton atau pengecor. Saat mengisi puncak melengkung dalam
struktur bawah tanah, bagian akhir dari pipa pompa beton harus tetap dijaga
terendam paling sedikit 2 meter dari beton segar. Perlengkapan cor harus
dioperasikan hanya oleh tenaga yang berpengalaman. Penopang (struts), penguat
(stays) dan pengikat (braces) yang membantu sementara untuk menahan
bekisting agar berada pada bentuk yang benar dan siku, harus dipindahkan bila
pengecoran beton telah mencapainya dan dukungannya sudah tidak diperlukan
lagi. Bagian- bagian sementara ini selain dari yang terbuat dari besi harus
dibuang seluruhnya dari bekisting dan tidak terkubur dalam beton. Sambungan
yang dingin harus dihindari bilamana diterapkan dalam pengecoran beton dalam
konduit. Bila terjadi kerusakan dari perlengkapan, atau bila dengan alasan lain
pengecoran dari beton mengalami gangguan, Penyedia Jasa harus secara
menyeluruh mengkonsolidasi beton pada sambungan tersebut sehingga seragam
dan berkemiringan stabil pada waktu beton dalam kondisi plastis. Sambungan
yang dingin kemudian harus diperlakukan seperti konstruksi sambungan.
Pengecoran beton tanpa bekisting pada kemiringan yang cukup tajam,
sebagaimana membuat getaran internal terhadap beton tidak dapat diterapkan
tanpa penggunaan bekisting, beton harus diletakkan didepan dari slip form cor-
coran yang belum digetar, kira-kira 80 cm lebih panjang dari bagian belakang sisi
depannya. Beton yang berada di depan slip form cor-coran harus dipadatkan

Pekerjaan Beton ST VII-22


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

dengan vibrator internal sedemikian rupa sehingga menjamin pengisian yang


penuh berada dibawah slip form.
Bila beton dicor secara monolit pada tempat yang mempunyai dimensi vertikal
lebih besar dari 60 cm, atau jika beton dek, lantai, plat, balok, girder atau bagian
struktur yang serupa dicor monolit dengan beton pendukung, petunjuk sebagai
berikut diperhatikan:

(a) Pengecoran dapat ditunda tidak kurang dari 1 jam atau lebih dari 3 jam pada
bacaan atas lubang dan pada bagian bawah bevel di bawah deck lantai beam
girder atau bagian bangunan lainnya pada saat bevel ditentukan dan pada
bagian bawah anggota bangunan tersebut bila bevel tidak ditentukan, tetapi
jika pe-ngecoran ditunda terlalu lama hingga unit vibrasi / getar tidak
dalam berat yang siap untuk menembus beton yang dimasukkan sebelum
penundaan tersebut. Bila konsolidasi beton ditempatkan sesudah penundaan,
unit vibrasi akan menembus dan menggetarkan kembali beton yang dicor
sebelum penundaan.

(b) 60 cm atau lebih dari beton yang ditempatkan sebelum penundaan harus
ditempatkan dengan slump yang rendah dan Penyedia Jasa harus merasa
yakin bahwa konsolidasi beton sudah terlaksana dengan baik.

(c) Permukaan beton dimana terjadi keterlambatan harus dibersihkan dan


bebas dari kotoran bila pengecoran beton dimulai sesudah terjadi
kelambatan.

(d) Beton yang dicor di atas bagian yang terbuka dan di dek, lantai, balok,
girder dan bagian-bagian semacam-nya harus dicor dengan slump serendah
mungkin dan Penyedia Jasa harus merasa yakin bahwa konsolidasi beton
tersebut terlaksana dengan baik.

Untuk pekerjaan tersebut Penyedia Jasa tidak berhak mendapatkan biaya


tambahan melebihi harga satuan seperti tercantum dalam Daftar Kuantitas dan
Harga, karena ada batas-batas pengecoran beton seperti yang disyaratkan pada
pasal ini.
7.10.6 Konsolidasi

Masing-masing lapisan beton harus segera dikonsolidasi dengan alat yang


memadai sehingga beton menjadi padat sampai mencapai kerapatan
maksimum dan tertutup dengan rapi bagi semua permukaan bekisting dan
material yang berdekatan. Lapisan beton berikutnya tidak dicor terlebih dahulu
sampai lapisan yang dicor sebelumnya sudah bagus keadaannya seperti
spesifikasi yang disyaratkan. Secara garis besar, beton harus dikonsolidasi
dengan tenaga listrik atau tenaga pneumatik, vibrator tipe internal, yang

Pekerjaan Beton ST VII-23


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

operasinya dengan kecepatan setidaknya 7000 putaran per menit bila dicelupkan
ke beton. Kepala vibrator harus dimasukkan ke beton secara vertikal, setidaknya
5 cm ke dalam lapisan di bawahnya. Bila sukar menggunakan internal vibrator,
beton bisa dikonsolidasi dengan external vibrator seperti diuraikan di bawah
ini atau dipadatkan dengan “hand plunger” sesuai saran direksi.
Konsolidasi beton pada bagian-bagian bangunan yang nantinya akan tampak
harus dengan “immersion vibrator” yang bisa pula dipakai sebagai alat yang bisa
membantu dan disarankan Direksi. Bisa menggunakan “heavy duty vibrator”.
Form vibrator ini harus dipasang kuat-kuat pada bekisting pada saat operasi tetapi
vibrator harus bisa segera dibongkar dan dipasang lagi ke posisi lain pada
bekisting dan harus beroperasi dengan kecepatan sedikitnya 8000
putaran/menit.
Pelaksanaan pekerjaan di atas harus sangat berhati-hati sehingga vibrasinya bisa
sistematis sehingga beton betul-betul padat. Di daerah di mana baru saja
ditempatkan beton yaitu pada pada setiap lapisan dicor terlebih dahulu dan
beton sudah mengeras, harus dilakukan vibrasi yang lebih dari biasanya. Vibrator
menembus dalam sekali dengan interval pendek di sepanjang hubungan ini.
Hubungan antara kepala vibrator dengan permukaan bekisting harus dihindari.

7.11 PEMBASAHAN BETON


Syarat-syarat pembasahan harus diperhati-kan setiap saat. Pada cuaca yang panas dan
kering ada bahaya keretakan lebih besar karena adanya pengeringan yang mendadak.
Karena itu Penyedia Jasa harus benar-benar mematuhi persyaratan seperti berikut ini.
Penyedia Jasa harus melindungi semua beton dari benda-benda yang bisa merusak atau
membahayakan yang bisa menyebabkan pengeringan yang mendadak atau
pembebanan mendadak atau karena vibrasi, sampai beton betul-betul keras sehingga
bisa mencegah kerusakan. Bila memung-kinkan, permukaan beton yang selesai harus
dilindungi dari sinar matahari langsung setidaknya 3 hari sesudah pengecoran. Semua
beton harus dibasahi dengan cara “pembasahan langsung dengan air” atau
“pembasahan dengan diberi karung spoil basah” sesuai dengan persyaratan spesifikasi
disini, kecuali bila beton cetak dibasahi dengan “stream cured” dengan cara yang sudah
disetujui Direksi. Permukaan beton untuk “construction joint” harus dibasahi dengan air.
Permukaan dinding atau pelat atau tiang teratas yang tidak dibekesting harus
diembabkan dengan air atau dengan cara lain yang efektif pada saat beton menjadi
keras, sehingga bisa mencegah kerusakan yang disebabkan oleh air. Permukaan dan
kemiringan yang tajam serta permukaan vertikal yang dibekisting harus betul-betul
lembab, sebelum dan pada saat pembongkaran yaitu dengan mengaliri permukaan yang
dibekisting dan dibiarkan mengalir turun antara bekisting dan muka beton yang
dibekisting. Prosedur ini diikuti dengan cara “pembasahan langsung dengan air” atau
“pembasahan dengan diberi karung goni basah”, dengan syarat-syarat sebagai berikut:

Pekerjaan Beton ST VII-24


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(a) Pembasahan langsung dengan air


Beton yang dibasahi dengan air harus tetap basah setidaknya 14 hari sesudah
pengecoran beton, atau sampai tertutup dengan beton yang baru, yaitu dengan
direndam air atau dengan pipa penyemprot atau penyemprot mekanis atau dengan
cara lain yang disarankan Direksi, sehingga semua permukaan terus menerus dalam
keadaan basah. Pembasahan harus ditangani sedemikian rupa sehingga mencegah
terbentuknya noda pada permukaan beton.

(b) Pembasahan Sistem Membran


Pembasahan dengan diberi karung goni basah diterapkan dengan menggunakan
sebuah tipe Senyawa Curing Berpigmen Putih (white pigmented curing compound)
yang membentuk sebuah membran penahan air pada permukaan air; asalkan pada
permukaan beton yang secara permanen terlihat untuk menunjukkan Senyawa
Curing Berpigmen Abu-abu (Grey pigmented curing compound) diperlukan. Senyawa
curing (curing compound) harus digunakan pada permukaan beton yang telah jadi
sesuai instruksi Direksi. Senyawa curing harus dipakaikan pada permukaan beton
dengan penyemprotan sehingga terbentuk sebuah lapisan pelindung untuk
menciptakan membran yang seragam dan menyeluruh di semua area, dengan
lingkupan yang maksimum per liternya seperti diinstruksikan oleh Direksi dengan
mengacu pada kekasaran permukaan yang akan dilindungi.
Bila perlu untuk menutup permukaan yang memadai, seperti yang telah ditentukan
oleh Direksi dilakukan “coat of curing compound” kedua kali. “Mortar encrustations”
dan penutup akhir pada permukaan dimana finishing B2 yang disyaratkan, harus
dibongkar dari permukaan yang dibekisting, sebelum pemakaian “curing compound”.
Bila “curing compound” dipakai pada permukaan beton yang tidak dibekisting,
pemakaian bahan campurannya harus dimulai segera setelah pelaksanaan pekerjaan
akhir selesai. Bila “curing compound” dipakai pada permukaan beton yang
dibekisting, permukaan harus dilembabkan dengan sedikit menyemprotkan air
setelah bekisting dibongkar, dan harus tetap basah sehingga permukaan tidak lagi
menyerap kelembaban lebih banyak. Segera apabila kelembaban di permukaan film
hilang tapi permukaan masih tampak lembab, harus dipergunakan “curing
compound”, yang mungkin dipergunakan pada permukaan yang luas dimana bahan
campuran diletakkan pada tepi, sudut sudut dan di tempat yang kasar dari
permukaaan yang dibekisting.
Sesudah pemakaian “curing compound” selesai dan lapisan telah kering bila
disentuh, maka dilakukan perbaikan di permukaan beton. Setiap perbaikan, sesudah
difinishing harus dilembab-kan dan dilapisai "curing compound”, sesuai dengan
persyaratan. Peralatan dan cara yang dipakai untuk penanganan “curing compound”
harus disetujui oleh Direksi. Lalu lintas Penyedia Jasa dan pelaksanaan lainnya
harus dapat mencegah kerusakan lapisan “curing compound” selama 28 hari
sesudah pemakaian “curing compound”. Bila dalam pelaksanaan tidak mungkin,

Pekerjaan Beton ST VII-25


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

maka untuk mencegah lalu lintas yang melewati permukaan yang baru dilapisi
dengan “curing compound”, “membrane” harus dilindungi, dengan menutupinya
dengan pasir yang tebalnya tidak kurang dari 25 mm, atau dengan cara lain.
Penutupan untuk tujuan melindungi permukaan ini, tidak ditempatkan dulu sampai
lapisan pelindung betul-betul kering. Sebelum penerimaan pekerjaan akhir, Penyedia
Jasa harus menghilangkan semua pasir tersebut dengan cara yang sudah disetujui
Direksi. Bila ada kerusakan pada lapisan pelindung yang mengelupas dari
permukaan beton sesudah 28 hari dipakai, maka harus diperbaiki tanpa ditunda lagi,
dengan cara yang sudah disetujui Direksi. Tipe “curing compound” yang diusulkan,
diperlukan untuk pengambilan sampel, dan pengetesan harus diserahkan direksi,
setidaknya 30 hari sebelum dipakai. Kecuali bila sampel dan pengetesan disisihkan
oleh Direksi, maka “curing compound” tidak boleh dipakai dulu, kecuali bila sudah
dites oleh Direksi. Penyedia Jasa harus menyediakan, fasilitas-fasilitas dan bantuan
yang diperlukan untuk pengambilan sampel dan pengetesan “curing compound” atas
biaya Penyedia Jasa. Petunjuk yang disediakan pabrik harus diikuti, dalam
penyimpanan, pencampuran dan pemakaian “curing compound” tersebut.
Selain menyemprot dengan “membrane curing”, lembaran plastik bisa juga dipakai,
terutama pembasahan pada pelat dan semua bentuk konstruksi. Dalam hal semacam
ini, segera setelah beton mengeras dan terhindar dari kerusakan, permukaan harus
disemprot sedikit dengan air, lalu ditutup dengan lembaran plastik putih yang telah
disetujui oleh Direksi. Lembaran tersebut harus kedap udara dan anti uap untuk
mencegah hilangnya kelembaban kedap udara, dan harus dilakukan dengan hati-
hati, dengan memukul-mukul bagian tepi dan memeperkuatnya dengan lapisan
pelindung. Lapisan tersebut harus dijaga minimum selama 14 hari.
Semua “construction joint” harus terus menerus lembab, yaitu dengan “water curing”
dari waktu ke waktu sampai tertutup beton. Bila dianggap perlu untuk mengadakan
penundaan pengecoran beton baru di atas construction joint, maka pembasahan
untuk melembabkan permukaan joint harus dihentikan pada saat pembasahan
dianggap kadaluarsa, tetapi bila pembasahan dihentikan, harus dimulai lagi dalam 48
jam sebelum pengecoran beton baru pada sambungan itu.
Bila pengkasaran bagian beton yang membuka belum dilaksanakan sampai
pembasahan menjadi kadaluarsa, maka permukaan bagian yang membuka harus
terus dalam keadaan lembab setidaknya 4 jam sebelum pengisiannya (filling). Biaya
penyediaan dan pemakaian semua material untuk pembasahan beton, harus
termasuk dalam harga satuan beton seperti tercantum dalam Daftar Kuantitas dan
Harga.

7.12 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN UNTUK BETON


Pengukuran untuk pembayaran setiap kelas beton yang diperlukan untuk dicor
langsung ke permukaan galian, dilakukan sesuai dengan garis batas dimana

Pekerjaan Beton ST VII-26


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

pembayaran untuk galian dilakukan. Pengukuran untuk pembayaran setiap kelas beton,
dilakukan sesuai dengan garis batas kerapian konstruksi, seperti tercantum dalam
gambar, kecuali bila tercantum dalam spesifikasi. Tidak ada pengukuran untuk
pembayaran pemrosesan dan pengangkutan agregat, persiapan pondasi, penyesuaian
titik sambung konstruksi (construction joint treatment) termasuk mortar yang dipasang
sebelum pengecoran beton, perbaikan, fitur-fitur arsitektural dan lain sebagainya, untuk
pembasahan atau untuk pembetonan cuaca panas. Pengukuran untuk pembayaran
beton pengisi dilakukan sesuai dengan volume beton aktual yang ditempatkan pada
lokasi- lokasi yang memerlukan pengisian.
Dalam mengukur beton untuk pembayarannya, volume semua bagian yang terbuka,
bagian ceruk, saluran, pipa, pekerjaan kayu dan pekerjaan besi, yang ternyata lebih
luas 0.05 m2, maka harus dikurangi pembayarannya. Kecuali tercantum dalam
spesifikasi, pembayaran setiap kelas beton di berbagai bagian pekerjaan, dilakukan
berdasarkan harga satuan per m3 seperti yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan
Harga, dimana harga satuan tersebut termasuk semua biaya peralatan, tenaga kerja dan
material yang diperlukan dalam penerimaan air dari sistem suplai air, dan penanganan
air untuk pencampuran beton, pembasahan, pendinginan dan pembersihan;
pengangkutan, penyimpanan dan pencampuran agregat diluar jalur produksi agregat
seperti penggalian, pemecahan, penyaringan dan pencucian; suplai semen termasuk
pengaturan, pengangkutan, penyimpanan dan pengiriman, pengumpulan, pencampuran,
pemadatan, penyelesaian permukaan, perlindungan dan perbaikan beton, pemeliharaan
titik sambung konstruksi, pekerjaan pengujian, kecuali bekisting dan penyelesaian,
pekerjaan akhir besi tulangan, “joint filler” dan “Waterstop” dimana pembayarannya
dilakukan secara terpisah.
Pembayaran tidak dilakukan untuk beton yang dicor diluar garis yang ditentukan dari
garis bawah batas penggalian hingga garis atas batas penggalian atau dengan alasan
lain, kecuali telah ada ketentuan lain yang disetujui. Tiada pembayaran yang dilakukan
untuk beton atau mortar yang cacat atau dibuang. Beton apapun yang mana dicor
Penyedia Jasa atau dengan menggunakan instalasinya sendiri atau dengan inisiatifnya
sendiri, harus menjadi tanggungan dari Penyedia Jasa.
Tidak ada pengukuran untuk pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan admixture.
Seluruh biaya insidental yang berkaitan dengan penggunaan admixture harus termasuk
dalam harga satuan penawaran dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk materi
pekerjaan beton yang berkaitan, yang mana admixture dipakai.

7.13 PEKERJAAN BEKISTING DAN FINISHING


7.13.1 Umum

Bila diperlukan atau sesuai saran Direksi, bekisting harus dipakai, untuk
membentuk beton sesuai dengan yang diinginkan. Bila diperlukan, bekisting harus
disanggah dengan kayu penyangga. Penyedia Jasa harus menentukan dan

Pekerjaan Beton ST VII-27


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

memper-timbangkan unsur efisiensi dan keselamatan, apakah tipe bekisting dan


kayu penyangga yang diperlukan dibuat dari baja atau kayu dan Penyedia Jasa
harus menyerahkan gambar perencanaan-nya kepada Direksi untuk disetujui
sebelum membuat bekistingnya. Bekisting dan kayu penyangga yang diperlukan
harus mempunyai kekuatan dan kekakuan yang cukup, untuk menahan beton dan
tekanan yang disebabkan pengecoran dan vibrasi, tanpa ada kerusakan.
Permukaan semua bekisting yang berhubungan dengan beton, harus bersih,
kaku dan kokoh untuk mencegah hilangnya mortar.
Tepi-tepi pada perpotongan permukaan beton yang akan terlihat terus dan
bagian tepi beton harus dibuat serong atau bulat, tidak lebih dari 2 cm, dengan
mempergunakan “molding strips”. Bekisting diklasifikasikan hanya dengan
tujuan penyelesaian beton saja, seperti yang ditunjukkan dalam Buku Gambar.
Bekisting untuk permukaan beton yang selesai B3 dan B4 dinyatakan tidak harus
dibangun secara bersambungan dari lift ke lift tetapi harus dipindahkan setelah
beton pada sebuah lift telah mengeras, dan digunakan untuk lift berikutnya.
Bekisting untuk lubang ganjalan (tie holes) harus dilokasikan dalam pola yang
umum dan disetujui oleh Direksi sebelum bekisiting dipasang. Bekisting yang
dipasang kembali harus overlap beton yang sudah mengeras pada lift yang
sebelumnya dicor tidak lebih dari 30 mm dan harus dikencangkan dengan rapi
bersama dengan beton yang mengeras sehingga ketika pengecoran beton selesai,
bekisting tidak menyebar dan seimbang atau kehilangan mortar pada titik
sambung konstruksi.
Baut tambahan atau bekisting kembar harus digunakan seperlunya untuk
menahan bekisting yang dipasang kembali dengan kuat bersama beton yang
mengeras. Seluruh sambungan dan alur harus kuat dan jelas.
Sebelum memulai pembuatan bekisting yang diperlukan untuk membentuk
permukaan beton yang selesai selain dari B1, Penyedia Jasa harus menyerahkan
usulan tentang metode konstruksi bekisting untuk mendapatkan tipe
permukaan akhir yang ditentukan.

7.13.2 Material Untuk Bekisting

Semua material yang dipakai untuk bekisting, dari kayu atau dari baja, harus
lebih dulu disetujui Direksi. Kayu harus bagus dan lurus, bebas dari
penyimpangan, bengkokan dan kekeroposan, serta lebar dan tebalnya harus sama
dan halus, sebelum pembuatan bekisting.
Bekisting yang dipakai pada alur air dan untuk beton yang akan tampak harus
ditutup dengan plywood dan harus bebas dari semua cacat yang
menghasilkan noda pada permukaan beton. Bila yang dipakai adalah plywood,
maka tidak boleh dibungkus, tidak kerut-kerut dan diproduksi dengan lem
khusus anti air. Kalau bisa, plywood harus punya lebar dan panjang sama.
Lapisan kulit kayu atau harus berjenis dan berkualitas tertentu atau harus diolah

Pekerjaan Beton ST VII-28


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

atau dilapis sedemikian rupa sehingga tidak ada bahan kimia perusak atau
pemudaran permukaan beton yang mengeras. Tipe dan kondisi dari lapis kulit
kayu, kemampuan bekisting untuk menjaga gangguan yang disebabkan oleh
peletakan dan getaran beton, dan pengerjaan yang diterapkan dalam konstruksi
bekisting harus sedemikian rupa sehingga permukaan yang keras mengacu
dengan persyaratan yang dapat diterapkan dengan Buku Spesifikasi ini berkaitan
dengan penyelesaian akhir permukaan beton.
Bila yang dispesifikasikan finishing B2, B3 dan B4, bahan bekisting harus
ditempatkan sedemikian rupa sehingga tanda-tanda sambungan pada permukaan
beton yang kontinyu, dan bahan bekisting yang dipakai pada permukaan seperti
itu harus terbatas pada satu bentuk pekerjaan besar saja. Papan bekisting untuk
permukaan beton dimana F4 yang harus dipakai, harus menggunakan plywood
yang dilapisi dengan plastik atau dammar epoxy dan lembaran yang dipakai
harus lebar. Sebelum pemakaian ulang, papan bekisting, harus dibersihkan,
lubang- lubang harus disumbat dan bila perlu dipermukaan dilapisi lagi.
Bahan bekisting harus sesuai dengan persayaratan berikut, kecuali bila ada
saran dari Direksi.

Finishing atau
Bahan bekisting dari Bahan bekisting dari
permukaan bekisting
kayu baja
yang diperlukan

Tipe apa saja seperti Seperti yang


F1 (NON EXPOSE) yang disarankan disarankan dan
Direksi diijinkan Direksi

Tipe yang sudah


Seperti yang
F2 ( EXPOSE) disetujui Direksi atau
disarankan dan
plywood
diijinkan Direksi

F4 ( EXPOSE) Plywood Tidak diperbolehkan

7.13.3 Pemasangan Bekisting

Bekisting harus dipasang sedemikian rupa sehingga tanda-tanda sambungan pada


permukaan beton ada dalam alinyemen horisontal dan vertikal dan sambungan
antara permukaan harus halus. Bagian tepi dan sudut-sudut beton yang terlihat
terus, harus dihaluskan seperti yang terlihat pada gambar atau yang disarankan
oleh Direksi.
Sebelum pengecoran beton, semua bekisting harus kaku dan kokoh dan
betul-betul bersih dan semua sisa potongan kayu-kayu kecil, debu bekas gergaji,
sisa mortar yang kering dan zat pengotor yang lain atau air yang berlebihan
harus dihilangkan dari bekisting. Permukaan bekisting harus diminyaki dengan

Pekerjaan Beton ST VII-29


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

minyak mineral yang disuling, dari jenis yang sudah disetujui Direksi. Minyak
bekisting harus digunakan sebelum besi tulangan diletakkan.
Bekisting yang mana telah ditinggal untuk periode tertentu mengakibatkan
kering, harus dilakukan perbaikan permukaan sesuai arahan Direksi. Bila
bekisting untuk permukaan yang menerus ditempatkan pada pengangkatan
berikutnya, harus dilakukan dengan hati-hati sekali agar penempatan bekisting
persis di atas permukaan seluruhnya, untuk mencegah kebocoran mortar dari
beton dan untuk menjaga alinyemen permukaan yang baik.
Bekisting yang dipakai lebih dari satu kali, kondisinya harus dijaga dan harus
betul-betul bersih untuk dipakai lagi. Bekisting untuk permukaan dinding
bagian luar harus bersih betul, yaitu dengan menyemprot kayu dengan air.
Sebelum beton ditempatkan, harus diperhatikan bahwa semua bekisting ada pada
alinyemen yang baik, sehingga semua penyangga bekisting pada kondisi yang
bagus dan kokoh.

7.13.4 Internal Ties (Ganjalan pada Bagian Dalam)

Ganjalan (beton tahu) yang diletakkan untuk menahan bekisting harus tetap
melekat, dan kecuali dimana penyelesaian F1 telah dibolehkan, harus mengurangi
tidak kurang dari dua diameter atau dua kali dimensi minimum dari ganjalan atau
5 mm, yang mana yang terbesar, dari permukaan beton yang mengeras. Bila
penyelesaian F1 dibolehkan, ganjal dapat dipotong sama tinggi atau rata
dengan permukaan beton yang mengeras kecuali ganjal diikat pada tulangan.
Ganjal kawat yang melewati bekisting, tidak boleh dipakai kecuali bila disarankan
oleh Direksi. Ganjal harus dibuat sedemikian rupa sehingga pemindahan
penyumbat akhir bisa dilakukan tanpa menyebabkan adanya serpihan pada beton
permukaan. Lubang-lubang yang disebabkan karena pemindahan ujung ganjal
bekisting harus diisi.

7.13.5 Pengangkatan Bekisting

Bekisting tidak boleh diangkat apabila beton belum mengeras dan cukup kuat
untuk menanggung beban dengan aman ditambah beban kostruksi yang akan
didukungnya. Bekisting diangkat bila sudah disetujui Direksi. Bekisting harus
diangkat setelah beton mengeras untuk mencegah kerusakan yaitu dengan
mengangkatnya sedemikian rupa sehingga mempermudah kegiatan berikutnya
yaitu dengan pembasahan dan memudahkan perbaikan pada permukaan yang
kurang baik. Tetapi harus yakin betul bahwa kekuatan beton ketika dilakukan
pengangkatan tidak menyebabkan runtuhnya atau gagalnya beton.

Pekerjaan Beton ST VII-30


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Waktu minimum pelepasan bekisting yang direkomendasikan


Waktu min. untuk
Posisi Bekisting mengeras di atas
o
10 C
Permukaan Vertikal atau hampir vertikal
36 jam
untuk mass concrete atau lapisan kanal
Permukaan Vertikal atau hampir vertikal
48 jam
untuk dinding geser, balok dan kolom
Bekisting di sisi bawah balok dan pelat
(tak terbebani dan penyangga dibiarkan 7 hari
ada)
Penyangga balok dan pelat, selama
14 hari
mungkin tetapi tidak kurang dari

Bekisting harus dihilangkan dengan segera, setelah beton sudah mengeras untuk
mencegah penggantungan atau keruntuhan. Bila perlu dilakukan perbaikan pada
permukaan yang miring, dan segera diteruskan dengan pembasahan. Untuk
menghindari tegangan yang berlebihan pada beton akibat dari pemuaian pada
bekisting, bekisting kayu untuk bagian dinding yang terbuka harus dilonggarkan
sehingga hal ini bisa dikerjakan tanpa merusak beton. Beton untuk bagian yang
terbuka harus dilakukan sehingga memudahkan pelepasannya.
Dengan terlebih dulu minta saran Direksi, bekisting pada permukaan beton yang
dekat dengan permukaan batuan yang digali harus dibiarkan ditempatnya,
asalkan jarak antara permukaan beton dengan batuan kurang dari 50 cm sehingga
bekisting tidak tampak sesudah pekerjaan selesai. Bekisting harus diangkat
dengan hati-hati sehingga beton tetap bagus, dan bila terjadi kerusakan harus
segera diperbaiki.

7.13.6 Pekerjaan Penyelesaian / Pekerjaan Akhir

(a) Umum
Pekerjaan akhir / finishing dari permukaan beton hanya dilaksanakan oleh
tenaga yang terampil Penyedia Jasa harus selalu berkonsultasi kepada
direksi mengenai waktu pelaksanaan finishing beton. Finishing beton harus
dilakukan bila kehadiran Direksi, karena bila ada kasus spesifik yang
membutuhkan pengaturan dari Direksi. Permukaan beton dites oleh Direksi
untuk menentukan apakah ketidak-teraturan yang terjadi masih dalam
batas pada spesifikasi.
Ketidakteraturan permukaan diidentifikasikan sebagai „kasar‟ atau „miring‟.
Keseimbangan yang disebabkan dengan pergeseran atau salah peletakan
lapis permukaan kayu bekisting, atau karena mata kayu yang rusak atau
bekisting yang cacatpun akan dianggap sebagai ketidakteraturan kasar,
dan dites melalui pengukuran langsung.
Ketidakteraturan yang lain dianggap ketidakteraturan berjalan dan akan dites
dengan menggunakan acuan yang terdiri dari pinggiran yang lurus untuk

Pekerjaan Beton ST VII-31


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

permukaan yang lengkung. Panjang acuan 1.5 meter untuk menguji


permukaan yang bekisting dan 3 meter untuk menguji permukaan yang
tidak dibekisting.

(b) Permukaan yang dibekisting


Kelas finishing untuk permukaan beton yang dibekisting disarankan
menggunakan kode F1, F2 dan F4. Untuk permukaan yang dibekisting tidak
diperlukan pengasahan/ penggosokan, kecuali perbaikan permukaan yang
kurang sempurna. Kecuali kalau dicantumkan pada Gambar, kelas finish
harus sebagai berikut:
F1 – Finishing
F1 harus dipergunakan dimana akan ditempatkan material pengisian atau
beton. Tidak termasuk “construction joint”, permukaan tersebut tidak
memerlukan perbaikan sesudah bekisting diangkat, kecuali untuk perbaikan
beton yang cacat dan pengisian lubang akibat pengangkatan “penambat”
dari ujung batang ganjal. Pembetulan untuk ketidakberesan pada
permukaan hanya diakukan untuk depresi, yaitu bila setelah diukur melebihi
25 mm.
F2 – Finishing
F2 harus dipergunakan bagi permukaan bekisting untuk permukaan yang
terus tampak dan harus tampak menarik, seperti yang disarankan Direksi.
Ketidakteraturan permukaan yang diukur seperti yang dijelaskan di atas,
tidak boleh melebihi 6 mm bagi ketidakteraturan yang tiba- tiba.
F4 – Finishing
F4 adalah finishing yang dipakai untuk permukaan yang dibekisting untuk
alinyemen dan permukaan yang rata amat penting untuk menghilangkan
kerusakan akibat gerak air. Ketidakteraturan permukaan yang diukur seperti
yang dijelaskan di atas tidak boleh tidak boeh lebih dari 3 mm untuk
ketidakteraturan tiba-tiba yang tidak sejajar dengan arah arus, dan 6 mm
untuk ketidakteraturan tiba-tiba yang sejajar dengan arah arus, dan 10 mm
untuk semua ketidakteraturan bertahap yang kemiringannya lebih curam
vertikal 1 dan horisontal 20, dan semua ketidakteraturan tiba-tiba seperti
lubang harus dibetulkan.

(c) Permukaan yang tidak dibekisting


Kelas finishing untuk permukaan beton yang tidak dibekisting disarankan
dengan kode U1, U2 dan U3. Permukaan dalam harus miring untuk drainasi
seperti tercantum pada gambar atau seperti disarankan Direksi. Permukaan
yang kena cuaca dimiringkan untuk drainasi. Kecuali telah ditunjukkan pada
gambar, atau yang disarankan Direksi, maka permukaan yang terkena

Pekerjaan Beton ST VII-32


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

pergantian cuaca dan yang mendatar harus dimiringkan sekitar vertikal 1


dan horisontal 50. Kecuali telah tercantum gambar, kelas finishing harus
sebagai berikut:

U1 – Finishing
U1 adalah lapisan finishing (screeded finish) yang dipakai untuk permukaan
yang tidak dibekisting yang akan ditutup dengan material pengisi atau
dengan beton. Finishing U1 juga dipakai sebagai tahap pertama sebelum
finishing U2 dan U3 yang dipakai. Pelaksanaan finishing harus terdiri dari
pemerata-an dan pelapisan yang memadai untuk menghasilkan permukaan
yang rata. Ketidakteraturan pada permukaan tidak boleh lebih dari 20
mm.
U2 – Finishing
U2 adalah finishing (floated finish) yang digunakan untuk permukaan yang
tidak dibekisting yang harus tampak, seperti puncak spillway, puncak dinding
dan tiang (piers). Finishing U2 digunakan sesudah finishing U3. Floating
dilaksanakan dengan alat yang digerakkan mesin atau tangan, yang dimulai
setelah permukaan yang di screeded sudah mengeras, dan harus
menghasilkan permukaan yang bebas dari tanda-tanda screed dan teksturnya
harus rata. Bila finishing U3 yang harus dipakai, floating dilanjutkan sampai
sedikit mortar tanpa penambahan air terbawa ke permukaan, sehingga
memungkinkan untuk disekop. Irregularitas permukaan yang diukur seperti
uraian di atas, harus esuai dengan persyaratan untuk finishing F2.
U3 – Finishing
U3 adalah finishing yang disekop yang dipergunakan untuk permukaan
pelat dan bagian lain yang tidak difinishing yang tidak dibekisting. Bila
“floated finish” sudah cukup mengeras sehingga mencegah masuknya
material halus tertarik ke permukaan, maka harus dimulai penyekopan, yang
dilaksanakan dengantekanan kuat seperti akan meratakan bentuk permukaan
floated yang berpasir dan menghasilkan permukaan yang rata yang lembab,
bebas dari cacat dan tanda-tanda sekop. Ketidakteraturan permukaan yang
diukur seperti ketentuan yang lebih dulu, harus sesuai dengan kebutuhan
finishing F4. Pemercikan permukaan dengan semen kering atau material lain
selama pelaksanaan finishing diperlukan untuk mengeringkan beton agar
memudahkan penyekopan atau untuk tujuan yang lain, tidak diperbolehkan.

7.13.7 Perbaikan Permukaan Beton yang Cacat atau Rusak

Beton yang cacat atau rusak harus dibongkar dan diganti dengan beton lain oleh
Penyedia Jasa dan biayanya ditanggung Penyedia Jasa sendiri. Alinyemen yang
tidak teratur karena kurangnya finishing pada permukaan, tonjolan bekisting atau

Pekerjaan Beton ST VII-33


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

cacat yang lain harus diperbaiki dan biaya dtanggung oleh Penyedia Jasa.
Sebelum pekerjaan akhir diterima, Penyedia Jasa harus membersihkan semua
permukaan beton yang tampak dari semua noda, semen, mortar atau
grouting dan semua noda yang tidak baik dihilangkan demi kepuasan Direksi.
Perbaikan pada beton harus dilakukan oleh tenaga yang terampil. Penyedia Jasa
harus terus berkonsultasi dengan Direksi, kapan perbaikan beton harus dilakukan
dengan hadirnya Direksi kecuali bila Direksi tidak melakukan pengawasan.
Penyedia Jasa harus memperbaiki semua cacat pada permukan beton, untuk
menghasilkan permukaan yang sesuai dengan persyaratan. Kecuali bila sudah
disetujui Direksi, perbaikan beton yang cacat harus diselesaikan dalam waktu 24
jam sesudah pengangkatan bekisting, atau untuk beton yang tidak dibekisting
selama 24 jam sesudah pengecoran beton. Kecuali bila diperlukan perbaikan
dengan damar epoxy, perbaikan tdak dilakukan dulu sampai 28 hari sesudah
beton dicor.
Noda harus dipindahkan dengan rapi dari permukaan yang mana penyelesaian
B3 dan B4 yang disyaratkan dan noda juga harus dibersihkan dari permukaan
yang mana penyelesaian U2 dan U3 disyaratkanBila tonjolan dan
ketidakteraturan melebihi pada batas yang disyaratkan di sub bab 5.16, pada
permukaan yang dibekisting, dimana yang diperlukan adalah finishing selain F1,
penonjolannya harus diperkecil dengan dipalu atau diratakan sehingga
permukaan seperti yang disyaratkan.
Beton yang rusak dan beton yang retak atau cacat karena tekanan permukaan
yang melebihi, harus digali dan dibentuk lagi sehingga permukaan mempunyai
garis batas seperti yang disyaratkan, atau harus dibongkar dan diganti dengan
mortar kering atau beton seperti yang disarankan di sini. Pengisian lubang di
permukaan, dimaksudkan untuk mendapatkan finishing F1, yang akan
diperlukan bila lubang tersebut lebih dalam dari 25 mm, di dinding yang
tebalnya kurang dari 30 cm atau lebih.
Pembongkaran beton yang rusak dilakukan dengan mengkasarkan permukaan
yang terbuka. Luas dan dimensi pengkasaran harus seperti yang disarankan
Direksi. Lubang yang dikelupas tepi- tepinya harus tajam dan terkunci dan harus
diisi sampai batas yang diperlukan, dengan mortar atau beton, seperti petunjuk
Direksi. Bila yang dipakai untuk pengisian adalah beton, lubang yang dikelupas
tidak lebih dari 8 cm dalamnya. Dry-pack yang berupa campuran yang sudah
disetujui Direksi harus digunakan untuk mengisi lubang yang setidaknya punya 1
dimensi permukaannya dan tidak lebih besar daripada kedalaman lubang, bagi
celah lubang sempit untuk perbaikan keretakan, lubang pipa grout dan untuk
lubang-lubang ganjal penguat dari batang seperti tertera dalam spesifikasi. Dry-
pack tidak dibenarkan bila dipakai untuk mengisi di sebelah penulangan atau
untuk mengisi lubang yang membentang melalui bagian (section) beton.

Pekerjaan Beton ST VII-34


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Pengisian dengan mortar, yang ditempatkan dengan menggunakan “mortar


gun” dipakai untuk memperbaiki cacat-cacat yang terlalu lebar bila diisi dengan
“dry- pack” dan terlalu dangkal bila diisi dengan beton dan tidak terlalu dalam
dibandingkan dengan sisi paling ujung dari besi tulangan yang terdekat
dengan permukaan.
Mortar untuk penambalan harus terdiri dari satu bagian semen, 2 bagian pasir
beton biasa dan air secukupnya, sehingga sesudah bahan-bahan dicampur,
mortar akan menyatu bila dipadatkan dengan tenaga manusia.
Mortar harus baru bila ditempatkan dan mortar tidak berguna dalam waktu 2 jam
sesudah disiapkan, harus dibuang. Sebelum pemakaian mortar, permukaan di
mana mortar harus disikat, dilembabkan lalu digosok dengan sedikit mortar,
dengan sikat menggunakan kawat.
Bila pembukaan yang dikelupas lebih dari 3 cm dalamnya, mortar harus
dipakai pada lapisan yang tebalnya tidak lebih dari 2 cm, untuk menghindari
ambles / penurunan. Sesudah tiap lapisan dilaksanakan, kecuali yang terakhir
harus dilaksanakan dengan menggantinya sekop sehingga ikatan dengan lapisan
berikutnya efektif. Finishing lapisan terakhir harus halus yaitu dengan sekop agar
membentuk permukaan halus dengan beton disekelilingnya, dengan menambah
sedikit air ke permukaan tambahan sudah jadi sehingga finishing menjadi halus,
tetapi selain untuk ini tidak diperbolehkan menambah air lagi. Semua
penambahan di permukaan yang tampak, harus bersih dan halus dan harus
sedpat mungkin berwarna sama dengan beton penggabungnya. Semua tambalan
harus terikat betul-betul ke permukaan opening yang dikelupas, harus baik
dan tidak retak atau mengkerut.
Pengisian dengan beton harus diperguna-kan untuk lubang yang meluas ke bagian
beton, untuk lubang yang lebih besar dari 1000 cm2 dan lebih dalam dari 10
cm dan untuk lubang pada beton bertulang dimana luasnya lebih dari 500 cm2
dan yang mana diperluas melebihi penulangan yang paling dekat dengan
permukaan. Kelas beton harus seperti yang disarankan oleh Direksi. Dalam
memperbaiki kerusakan atau beton yang cacat di lokasi yang penting,
Penyedia Jasa harus mempergunakan bahan pengikat damar epoxy, sesuai
saran Direksi. Semua cacat dan lubang yang diperbaiki dengan damar epoxy
harus dikelupas lagi menjadi beton yang sempurna dan tepi lubang dibentuk
empat persegi, dengan kedalaman minimum 3 mm. Persyaratan di bawah ini
harus sesuai untuk melakukan perbaikan dengan damar epoxy walaupun bisa
bervariasi tergantung kepada analisa situasinya.
(a) Sebelum perbaikan dilaksanakan, permukaan beton pada lubang harus bebas
dari semua kotoran yaitu dengan sandblasting, etching dengan larutan asam
hidroklorik 5% atau cara lain yang disetujui Direksi. Bila etching dengan asam
disetujui, segera setelah pembuihan berhenti, lubang harus digelontor dengan
air baru yang bersih untuk menghilangkan asam, sehngga daerah itu bersih.

Pekerjaan Beton ST VII-35


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Permukaan lubang harus dipel bersih dan bila perlu, air dipermukaan harus
dihilangkan dengan cara lain yang efektif. Permukaan lubang dan beton
disekitarnya harus dikeringkan dan dipanaskan dengan menggunakan lampu
(oxe-acetylene flame) yang sesuai untuk heate, “descalling tip”, “dry oil-free
compressed air” atau dengan cara lain yang sudah disetujui Direksi.
Pemanasan dan pengeringan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
mencegah kerusakan pada beton dan sehingga lubang bebas dari
o
kelembaban di permukaannya, dan diperoleh suhu + 20 C dan tetap seperti
itu sampai sekitar 30 menit.

(b) Bila telah siap sesuai pasal sebelumnya, permukaan lubang harus dicat
dengan satu atau dua lapis dengan damar epoxy seperti saran Direksi, yang
dsiapkan dilembabkan sesaui petunjuk dari pabriknya. Damar epoxy dan filler
yang telah disetujui, dipersiapkan sesuai petunjuk pabrik dan harus dipakai
dipermukaan yang bersih tanpa damar epoxy, baja yang dikeringkan di
permukaan yang halus dan dibiarkan lembab seperti pengarahan Direksi.
Diperkirakan akan diperlukan pembasahan dengan suhu 20oC dalam waktu
24 jam. Selama saat itu, daerah tersebut harus tetap kering.

(c) Damar epoxy yang tidak dipakai, bik yang diisikan atau yang tidak
diisikan, harus dibuang bila syarat keplastisannya telah hilang. Damar yang
lebih atau tumpah harus dibersihkan pada waktu dalam keadaan plastis.

(d) Bila harus mempergunakan bekisting untuk mencetak campuran damar, juga
material yang dipakai untuk bekisting harus sesuai dengan damar atau
bekisting yang harus dilapisi dengan zat khusus.

(e) Dalam hal melakukan finishing dengan damar epoxy, penggilingan yang
diperlukan harus dilakukan dengan mempergunakan karbid silikon atau
abrasif lain yang cocok. Kecuali untuk material yang dipakai untuk perbaikan
dengan damar epoxy, semua material yang dipakai untuk memperbaiki beton
harus sesuai dengan persyaratan spesifikasi dan saran dari Direksi. Semua
pengisian harus terikat ke permukaan lubang dengan baik dan harus bebas
dari keretakan karena mengkerut dan daerah “drummy” sesudah pengisian
dibasahi dan menjadi kering.

Semua penambahan dan perbaikan harus terus dalam keadaan lembab


untuk jangka waktu 7 hari dan dijaga agar tidak kena sinar matahari
langsung, setidaknya 3 hari sesudah diselesaikannya perbaikan atau
penambahan. Biaya semua material, tenaga kerja dan peralatan yang
diperlukan dalam memperbaiki beton, harus ditanggung Penyedia Jasa.

Pekerjaan Beton ST VII-36


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

7.13.8 Pengukuran dan Pembayaran untuk Pekerjaan Bekisting dan Finishing

Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan bekisting untuk beton dibuat dalam


satuan luasan m2 untuk permukaan bekisting dari beton seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar. Pengukuran termasuk lereng yang lebih curam dari 1 satuan
vertikal dengan 2 satuan horisontal, dari permukaan bekisting dari construction
joint dan construction joint terlihat pada Gambar atau diinstruksikan Direksi
dan dari permukaan bekisting dari blockouts dengan luas lebih besar dari 0.1
m2. Permukaan-permukaan berikut ini tidak akan diukur untuk pembayaran
pekerjaan bekisting:
(a) Permukaan yang tidak lebih curam dari 1 satuan vertikal dan 2 satuan
horisontal, dengan bekisting ataupun tidak.
(b) Permukaan material, struktur dan instalasi yang diperlukan tetap pada
tempatnya setelah beton yang dipasang di atasnya mengeras.
(c) Permukaan bekisting dari construction joint yang tidak ada dalam Gambar.
(d) Bekisting yang digunakan untuk mengisi kelebihan volume galian.
(e) Alur dan penyudutan pada sambungan-sambungan dimanapun.
(f) Blockout yang mempunyai luas tidak lebih besar dari 0.1 m2.
(g) Bekisting yang digunakan untuk construction joint dari beton lapisan
permukaan konduit kecuali seperti yang ditentukan dalam Gambar
(h) Permukaan lain yang ditentukan oleh Direksi

Pembayaran bekisting dan perancah untuk beton bilamana diperlukan, dibuat


dalam harga satuan m2 seperti yang ditenderkan untuk Daftar Kuantitas dan
Harga, yang mana termasuk biaya untuk pekerja, perlengkapan dan material yang
diperlu-kan untuk pekerjaan pembekistingan yang di dalamnya termasuk
pembuatan (fabrication), pengecoran, perancah, pemindahan, pembersihan,
perbaikan dan materia pekerjaan yang serupa.

7.14 BESI TULANGAN


7.14.1 Umum

Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang semua besi tulangan yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. Pengiriman penulangan ini harus
dijadwal agar Penyedia Jasa dapat memberi penyediaan yang mencukupi untuk
memulai pemotongan dan pembengkokan penulangan untuk konstruksi, 60
(enam puluh) hari sebelum jadwal pengecoran beton di sekitar tulangan. Jadwal
pengiriman didasarkan pada program pelaksanaan Penyedia Jasa secara rinci,
termasuk amandemen (bila ada), dan ditinjau kembali oleh Direksi.
Kecuali bila tercantum pada spesifikasi, besi tulangan harus menggunakan
tulangan ulir (D-form) yang dibuat oleh pabrik yang sudah disetujui Direksi
dan harus sesuai dengan JIS G 3112 atau ASTM A 15-16 atau standar yang

Pekerjaan Beton ST VII-37


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

sejenis yang disetujui Direksi. Penyedia Jasa harus menyiapkan dengan biayanya
sendiri seluruh detil dari gambar penulangan. Gambar-gambar ini harus mencakup
gambar letak tulangan, gambar pembengkokan tulangan, daftar tulangan dan
gambar penulangan lain yang mungkin dibutuhkan untuk mendukung fabrikasi
dan peletakan tulangan. Gambar-gambar tersebut harus mendapat persetujuan
dari Direksi sebelum tahap fabrikasi dan peletakan. Detail konstruksi untuk
penulangan dan jadwal pembengkokan tulangan harus disiapkan oleh Penyedia
Jasa dan diserahkan pada Direksi untuk disetujui. Detil harus berdasar pada data
akhir yang tergambar dalam Gambar.

7.14.2 Fabrikasi dan Pemasangan

Penulangan harus ditempatkan sesuai dengan saran Direksi. Jarak antara


tulangan dan permukaan beton serta detail kait, bengkokan, overlap dan angker,
semuanya harus sesuai dengan standar yang tertera pada Gambar Penulangan.
Sebelum penulangan ditempatkan, permukaan tulangan dan permukaan begel
harus bersih dari karat, kotoran, minyak atau zat-zat lain yang menurut
Direksi harus dibersihkan dari karat dan kotoran lain, sebelum diisi beton. Bila
perlu, sesuai dengan arahan Direksi, tulangan yang telah dipasang sebelumnya
dan terkena matahari harus dibersihkan dari karat dan reruntukan lain sebelum
ditutupi dengan beton.
Kecuali kalau tercantum pada gambar, tulangan harus ditempatkan dalam posisi
yang tepat sehingga ada jarak yang tegas setidaknya 40 mm antara tulangan dan
diantara pekerjaan baja yang diletakkan didekatnya sehingga tulangan tidak
meleset letaknya pada waktu pengecoran beton.
Dudukan, penggantung pengukur jarak dan penyangga dari logam atau beton
yang lain harus disediakan dan dipakai Penyedia Jasa untuk menyanggah
tulangan dan untuk menjaga jarak yang diperlukan dari permukaan bekisting
atau pondasi. Penyangga dari beton, bila dipakai, harus sesuai dengan
persyaratan beton pada spesifikasi ini. Pengukuran jarak dari baja yang bisa
menyebabkan karat dan mengotori permukaan yang sudah jadi, tidak dibenarkan
untuk dipakai. Tulangan harus diikat pada semua perpotongan sesuai saran
Direksi, dengan menggunakan kawat baja penguat dengan diameter 0.9 mm.
Sambungan atau overlap pada tulangan harus dilakukan pada posisi seperti
pada gambar, kecuali bila penggunaan sckrup kopel seperti yang dibutuhkan
pada gambar yang disetujui tulangan harus dipukul-pukul pada semua overlap
sesuai dengan saran Direksi.
Pengelasan untuk sambungan atau overlap pada tulangan harus dilakukan atas
persetujuan Direksi dan harus sesuai dengan JIS Z 3801 atau ASTM A 185.
Pengelasan bertekanan gas, bila dipakai harus mengacu dengan JIS Z 3881
dan Z 3120. Untuk pengelasan tidak ada pembayaran secara terpisah.

Pekerjaan Beton ST VII-38


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Penyedia Jasa harus bertanggung jawab atas ketelitian pemotongan,


pembengkokan, dan penempatan penulangan. Penulangan diperiksa ukuran,
bentuk, panjang, lokasi sambungan, posisi dan banyaknya, sesudah ditempatkan.
Bila sesudah penempatan tulangan banyak waktu tertentu hilang, maka tulangan
harus diperiksa lagi oleh direksi sebelum pengecoran beton.

7.14.3 Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran untuk pembayaran untuk penyediaan, pemotongan, pembengkokan


dan penempatan tulangan dilakukan berdasarkan berat tulangan yang dipasang
pada beton sesuai dengan gambar dan saran direksi.
Pembayaran untuk penyediaan, pemotongan, pembengkokan, dan penempatan
tulangan dilakukan berdasarkan harga satuan per kilogram seperti tercantum
dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga satuan tersebut termasuk biaya
tenaga kerja, peralatan dan material yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan yang tercantum dalam pasal ini.
Harga satuan tersebut harus meliputi juga biaya pemasangan begel dan
penyangga beton, logam atau penyangga lain, pembersihan dan pemeliharaan
pada posisi semua tulangan dan biaya bila yang ini diperlukan.

7.14.4 Blockout Beton

Beton penutup dalam beton harus dibangun, seperti tercantum pada Gambar atau
seperti yang disarankan Direksi, untuk pemasangan dan penyetelan pekerjaan
baja untuk peralatan mekanik yang harus dipasang pada beton. Blockout seperti
itu harus diisi dengan beton klas A, kecuali kalau ada arahan Direksi sesudah
pemasangan selesai.
Sebelum pengecoran beton klas A pada blockout, permukaan beton harus
dikasarkan dan dibersihkan. Pengasaran harus dilakukan dengan mengelupas
(chipping) atau dengan cara lain yang disetujui, sehingga tidak meretakkan
atau merusakkan beton yang ada di atas permukaan kasar. Sesudah dikasarkan,
permukaan beton harus dibersihkan dan kondisinya harus baik dan cukup keras
sehingga pemasangan peralatan mekanis antara beton yang sudah ada dan
beton baru dijamin baik. Semua beton yang tidak keras, tidak lembab dan tidak
awet harus dibongkar sampai kedalaman tertentu agar permukaan memuaskan.
Sesudah membersihkan permukaan yang kasar sampai memuaskan Direksi,
permukaan harus tetap dalam keadaan lembab setidaknya selama 24 jam
sebelum pengecoran beton di blockout.
Penyedia Jasa harus menempatkan beton pada blockout penutup sedemikian rupa
agar ikatan dengan beton yang lama bagus dan menghasilkan sambungan yang
baik dengan pekerjaan baja yang dipasang pada beton blockout dan untuk
menghindari salah penempatan pada pekerjaan baja. Bila Direksi menyetujui,

Pekerjaan Beton ST VII-39


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

beton yang dipasang di blockout harus berisi “expander” untuk memperkecil


kerutan berikutnya. Biaya untuk membuat permukaan beton di mana akan
ditempatkan beton blockout, sudah termasuk dalam harga satuan beton klas A
untuk blockout.
Pengukuran untuk pembayaran blockout dilakukan berdasarkan dimensi seperti
tercantum pada gambar. Pembayaran untuk beton blockout dilakukan dengan
harga satuan per meter kubik seperti tercantum pada Daftar Kuantitas dan
Harga.

7.15 TOLERANSI PELAKSANAAN


Penyedia Jasa harus bertanggung jawab untuk pemasangan dan pemeliharaan
bekisting beton dalam batas-batas toleransi dan harus merasa yakin bahwa pekerjaan
tersebut bisa diselesaikan dengan toleransi yang disyaratkan di sini.
Pekerjaan beton yang melampaui batas toleransi ini harus di-bongkar atau diganti atas
biaya Penyedia Jasa.
(a) Toleransi Pelaksanaan untuk Pekerjaan Beton
Perbedaan pada unting-unting, dari permukaan lengkung pada garis beton dan
permukaan pada kolom tiang, dinding, bagian lengkung (arc sections) dan alur
sambungan vertikal serta batas-batas yang menyolok adalah:
12 mm dalam 3 m
18 mm dalam 6 m
30 mm dalam 12 m
(Untuk konstruksi dalam tanah, toleransinya 2 kali lipat).
Perbedaan ketinggian atau tingkatan yang ditunjukkan pada Gambar, yaitu pada
lantai, langit-langit, balok, alur sambungan horisontal dan pada batas- batas lain
adalah:
6 mm dalam 3 m
12 mm dalam 10 m atau lebih
(Untuk konstruksi dalam tanah, toleransinya harus 2 kali lipat).

Perbedaan garis-garis bangunan linear dari bagian yang ditetapkan pada


perencanaan adalah:
12 mm dalam 6 m
18 mm dalam 12 m atau lebih

Perbedaan dimensi potongan melintang untuk kolom, balok, dan ketebalan pelat
dan dinding:
Minus 6 mm
Plus 12 mm

Perbedaan unting-unting dan ketinggian pada ambang dan dinding samping untuk
pintu dan alur trashrack:

Pekerjaan Beton ST VII-40


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

3 mm dalam 3 m

Perbedaan tangga:
2 mm untuk naik
3 mm untuk tapak

Variation dalam langkah-langkah berurutan:


2 mm untuk naik
3 mm untuk tapak

(b) Toleransi Pelaksanaan untuk Penempatan Penulangan pada pelindung konduit


berawal dari alinyemen atau kemiringan yang ditetapkan tetapi paralel padanya:
12 mm
Variasi ketebalan lapisan pelindung pada setiap titik:
Minimum 0 mm
Maksimum, tidak ada batas dengan alasan yang ditentukan oleh Direksi Variasi dari
dimensi bagian dalam
0.5%

(c) Toleransi konstruksi untuk peletakan tulangan. Variasi untuk lapisan pelindung
6 mm dengan pelindung <50 mm
9 mm dengan pelindung 51 - 60 mm
12 mm dengan pelindung >60 mm
Variasi dari jarak spasi yang ditentukan (terhadap satu baris tulangan)
25 mm

(d) Toleransi konstruksi untuk peletakan sambungan dengan baja


Minus 6 mm
Plus 6 mm
(e) Toleransi untuk Warna Beton
Perubahan warna dengan tiba-tiba pada permukaan beton luar yang tampak oleh
umum, tidak dibenarkan. Penyedia Jasa harus menjamin bahwa bila memungkinkan
permukaan tersebut harus dengan warna, yang diperboleh- kan adalah perubahan
secara bertahap.

7.16 BETON UNTUK SUMBAT KONDUIT PENGELAK


Penyedia Jasa harus mengecor beton K-175 untuk sumbat dari konduit pengelak seperti
ditunjukkan dalam Gambar. Sebelum pengecoran dari beton sumbat ini, Penyedia Jasa
harus memindahkan pelat pelindung baja penyekat sementasi yang terpasang untuk
menyambung isian sementasi dan irisan kayu tipis agar tersedia bidang geser yang
dianggap cukup menurut saran Direksi. Plat baja yang dipindah dan irisan kayu tipis
harus merupakan properti milik Pemberi Kerja. Permukaan lapisan beton pelindung

Pekerjaan Beton ST VII-41


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

harus dikasarkan dengan hati-hati sedemikian rupa sehigga tidak merusak outlet
grouting eksisting yang digunakan saat contact grouting sedang dilakukan. Untuk
mengisi rongga-rongga antara lapisan permukaan konduit dan beton sumbat. Lapisan
permukaan harus dibasahi tidak kurang dari 48 jam sebelum pengecoran beton sumbat.
Sumbat konduit harus dibangun dalam 1.0 meter dari tumpangan dasar atau seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar, dengan waktu minimum yang dibutuhkan sebanyak 72 jam
antara tumpangan yang berurutan. Tabung dinding yang tipis dipasang pada
tumpangan beton sumbat seperti ditunjukkan dalam Gambar untuk penggunaan sirkulasi
air melalui pipa-pipa untuk mengontrol temperatur beton yang sedang dicor. Penyedia
Jasa harus menjamin bahwa seluruh klem atau pelapis antara beton lapis permukaan
dan sumbat beton pada konduit pengelak harus sepenuhnya terisi dengan contact
grouting.
Perlu dicatat bahwa pengaturan khusus harus dibuat untuk pemindahan bekisting bagian
atas setelah sumbat selesai seperti yang ditunjukkan oleh Direksi.
Pengukuran, untuk pembayaran dan pembayaran beton untuk penyumbatan dibuat
dengan harga satuan per m3 yang ditenderkan untuk Daftar Kuantitas dan Harga.
Harga satuan tersebut untuk tenaga kerja, material dan perlengkapan termasuk
mencacah permukaan beton untuk bagian sumbat dan seluruh pekerjaan yang
berkaitan dengannya. Sedangkan pembayaran untuk penyediaan dan perakitan sistem
pendingin dibuat berdasarkan harga lump sum yang ditenderkan untuk Daftar Kuantitas
dan Harga.
Pengukuran, untuk pembayaran dan pembayaran beton untuk bekisting dan
2
penyelesaian akhir dibuat dengan mengacu harga satuan per m yang ditenderkan untuk
Daftar Kuantitas dan Harga. Harga satuan tersebut digunakan untuk seluruh tenaga
kerja, material dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk menjalankan pekerjaan ini.
Pembayaran untuk sistem pipa untuk contact grouting dan grouting yang dicor
antara lapisan beton pelindung dan beton sumbat dibuat dengan harga lump sum seperti
yang dinyatakan dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
Pengukuran, untuk pembayaran dari instalasi dan pemindahan plat baja pelindung harus
dibuat dengan dasar lump sum. Pembayaran untuk plat baja pelindung menggunakan
harga satuan lump sum, yang mana termasuk biaya yang dibutuhkan untuk pemindahan,
pengangkutan dan penyimpanannya sesuai dengan instruksi Direksi.
Pengukuran, untuk pembayaran dari instalasi dan pemindahan irisan kayu tipis harus
dibuat dengan dasar lump sum. Pembayaran untuk plat baja pelindung menggunakan
harga satuan lump sum, yang mana termasuk biaya yang dibutuhkan untuk pemindahan,
pengangkutan dan penyimpanannya sesuai dengan instruksi Direksi.

7.17 BETON UNTUK PEMBUNGKUS PIPA BAJA DAN SALURAN


Area yang ditentukan untuk menempatkan pipa baja dan saluran yang akan dibungkus
beton akan diisi secara keseluruhan dan padat dengan mutu beton yang ditunjukkan

Pekerjaan Beton ST VII-42


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

pada gambar perencanaan atau sesuai rekomendasi Direksi. Penyedia Jasa harus
memastikan semua permukaan pondasi dimana beton ditempatkan dibersihkan sebelum
penuangan beton, hingga beton tersebut dapat melekat pada pori pori batu atau beton
yang dicor sebelumnya.
Sebelum beton dicor, permukaan luar dari pipa baja dan saluran dibersihkan dari
semua karat yang melekat, kerak atau material pengganggu lain, dan kondisi ini dijaga
hingga beton ditempatkan. Pekerjaan pengelasan dan semua hal yang menyangkut
penyambungan pipa baja dan saluran diselesaikan dengan persetujuan Direksi sebelum
pipa baja dan saluran diselubungi beton. Semua pendukung temporer dan penopang
harus dipindah-kan dari sekitar pipa baja dan saluran sebelum beton ditempatkan.
Semua bagian pipa baja dan saluran yang akan diselubungi dengan beton harus
ditopang dan dipasak dengan baja atau beton crandle sebagai penopang seperti yang
ditunjukkan dalam gambar perencanaan atau menurut persetujuan Direksi. Lokasi
pengelasan penopang atau pasak pada bagian luar pipa baja dan saluran tidak
diperbolehkan. Temporary internal stiffeners untuk pipa dan saluran tidak boleh
dipindahkan minimal 24 jam setelah beton dituangkan, kecuali atas persetujuan Direksi.
Contact grouting yang akan dilaksanakan untuk mengisi rongga diantara pipa baja dan
penutup beton.
Pengukuran dan pembayaran untuk pekerjaan beton, bekisting / finishing dan besi
tulangan yang digunakan untuk selubung pipa baja dan saluran ditentukan dengan
harga satuan sesuai dengan penawaran untuk pekerjaan tersebut yang tercantum dalam
Daftar Kuantitas dan Harga, harga satuan tersebut telah meliputi: seluruh ongkos tenaga
kerja, peralatan dan bahan selama melaksanakan pekerjaan tersebut. Pengukutan dan
pembayaran untuk contact grout.

7.18 BETON UNTUK JEMBATAN SPILLWAY


Jembatan spillway harus dibangun seperti jembatan beton yang sederhana dengan 1
bentang. Pelaksanaannnya bisa dengan menggunakan beton pracetak atau sesuai saran
direksi. Pengukuran untuk pembayaran pembangunan jembatan dari beton untuk
jembatan spillway dilakukan berdasarkan volume beton yang ada di tempat. Pembayaran
tersebut dilakukan berdasarkan harga satuan per m3 seperti dicantumkan pada Daftar
Kuantitas dan Harga, dimana harga satuan tersebut termasuk biaya semua tenaga kerja,
material dan peralatan, juga untuk bekisting tetapi tidak termasuk biaya menyediakan
dan menempatkan tulangan, rel pengaman, dan perkerasan permukaan dengan mortar,
untuk jembatan.

7.19 BETON UNTUK PEKERJAAN MENAMBAL


Pekerjaan untuk bagian ini terdiri dari penempatan beton untuk pekerjaan menambal
pada bagian yang retak atau bercelah yang ditemukan pada bendungan dan pondasi
bangunan pelimpah. Lokasi dan bagian beton untuk pekerjaan penambalan harus sesuai

Pekerjaan Beton ST VII-43


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

dengan pengarahan Direksi. Spesifikasi dari bab ini yang bisa diterapkan untuk beton
bagi pekerjaan penambalan, juga bisa dipakai.
Pengukuran untuk pembayaran beton pada pekerjaan penambalan, dilakukan sesuai
dengan banyaknya beton yang ditempatkan seperti saran Direksi. Pembayaran untuk
beton pada pekerjaan penambalan dilakukan berdasarkan harga satuan per meter kubik
yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga satuan tersebut
termasuk biaya semua tenaga kerja, material dan peralatan, seperti bekisting kasar atau
pekerjaan lain yang terkait yang diperlukan.

7.20 BETON UNTUK KONDUIT


Beton untuk pelapisan konduit disesuaikan dengan spesifikasi yand disyaratkan,
sedangkan untuk pengukuran dan pembayaran pembetonan, pekerjaan begesting dan
penguatan jika ditampilkan, akan dibuat sama dengan spesifikasi pembetonan lainnya
dan tidak ada sambungan beton sepanjang konduit yang berada di bawah timbunan
material inti.

7.21 BETON PRECAST


Penyedia Jasa diperbolehkan memilih penggunaan beton precast untuk beberapa item
tertentu, seperti dinding parapet, kerbs pipe untuk culverts, lined drain ditches, dll. Jika
Penyedia Jasa memutuskan untuk memilih material ini, mereka dapat membeli
dimanapun pada perusahaan penyedia beton precast yang mempunyai nama baik
dikalangan kontraktor dilapangan. Dan jika material tersebut jadi terbeli, maka harus
sesuai standart yang ada, seperti JIS A 5302- 1975 untuk pipa beton, atau yang setara
dengan persetujuan Direksi. Jika Penyedia Jasa memutuskan menggunakan precast untuk
penyelesaian di lapangan, mereka harus menyampaikan detailnya kepada Direksi
sedikitnya 45 hari sebelum unit beton precast dibuat.
Detail tersebut mencakup metoda yang digunakan dalam memproduksi unit tersebut
seperti tipe prestress sistem, tipe kawat atau kabel prestress, ukuran agregat,
campuran beton, tulangan baja, bekisting, penempatan, finishing, pembasahan,
penanganan, pengangkutan, penyimpanan, pemasangan, dll. Saat menerima detail
tersebut Direksi akan meninjau ulang hal tersebut dan jika modifikasi yang dilakukan
Penyedia Jasa memuaskan maka akan disetujui, sesuai dengan spesifikasi yang
dimasukkan tersebut. Seluruh unit beton precast yang dibeli oleh Penyedia Jasa harus
mematuhi spesifikasi yang telah disetujui tersebut.

7.22 CONSTRUCTION DAN CONTRACTION JOINT


7.22.1 Construction Joint

Permukaan beton dimana nantinya beton baru melekat, merupakn permukaan


yang telah kaku, sehingga beton baru nantiya tidak dapat menyatu secara integral

Pekerjaan Beton ST VII-44


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

dengan beton yang ada sebelumnya, untuk itu perlu diperlakukan sebagai
sambungan konstruksi.
Beberapa sambungan yang ditunjukkan dalam gambar dengan garis menerus
ataupun putus putus merupakan construction joint utama. Construction joint ini
tidak dapat dirubah dan beton tidak akan ditempatkan pada sambungan selama
3 hari untuk ketebalan dibawah 90 cm dan 7 hari untuk beton dengan
ketebalan di atas 90 cm, kecuali atas persetujuan Direksi. Urutan penempatan
sambungan untuk konstruksi utama ini mengacu pada gambar, dan tidak akan
berubah kecuali atas pengarahan dari direksi.
Construction joint lain yang ditempatkan bukan pada sambungan utama, mengacu
pada persetujuan dari direksi. Penyedia Jasa diperbolehkan mengatur
penempatan construction joint jenis ini dan urutan pengecoran yang
ditunjukkan dalam gambar, dengan syarat bahwa Penyedia Jasa telah
menyesuaikan tulangan, dan direksi telah menyetujui dan tanpa menambah
beban biaya pada pemberi kerja.
Sebagai tambahan, construction joint tersebut ditunjukkan dalam gambar,
Penyedia Jasa harus menyiapkan gambarnya sendiri yang menunjukkan lokasi
dari construction joint yang mana diinginkannya untuk dibuat termasuk urutan
pengecoran beton. Penulangan yang diperlukan harus pula didetilkan dalam
gambarnya sedemikian rupa sehingga cocok dengan titik sambung. Bila
disetujui, seluruh pekerjaan yang dibutuhkan dan berhubungan harus dibuat
tanpa biaya tambahan pada Pemberi Kerja.
Construction Joint harus sedemikian horisontal atau vertikal kecuali selain yang
ditunjukkan dalam Gambar atau dinyatakan oleh Direksi dan harus diberikan
bentuk yang telah dinyatakan sebelumnya tentang penggunaan bekisting, bila
perlu, atau dengan maksud lain yang akan menjamin sambungan yang cocok
dengan pekerjaan berikutnya; asalkan, selain yang ditunjukkan dalam Gambar,
keyway tidak diperlukan pada construction joint. Seluruh persimpangan dari
construction joint dengan beton permukan yang mana sengaja untuk
diperlihatkan harus dibuat lurus, datar atau rata.
Permukaan dari construction joint harus dijaga bersih dan lembab ketika
diselubungi dengan beton segar atau mortar. Kebersihan harus mencakup
pembuangan seluruh beton rusak atau cacat, lapis pelindung (coating), pasir dan
senyawa penutup (sealing compound) bila dipakai, dan material asing lainnya.
Permukaan seluruh construction joint harus dikasarkan dan dicuci. Pengasaran
dan pencucian harus dilakukan pada kesempatan akhir sebelum pengecoran
beton. Permukaan dari seluruh construction joint, termasuk permukaan
penutup harus dicuci seluruhnya dengan air bertekanan udara sebelum
pengecoran atau penyambungan beton. Seluruh genangan air harus dibuang
dari permukaan construction joint sebelum beton baru dicor.

Pekerjaan Beton ST VII-45


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Biaya construction joint harus termasuk dalam harga satuan per m3 yang
ditenderkan untuk Daftar Kuantitas dan Harga Beton yang mana
membutuhkan titik sambung.
Tidak ada construction joint (sambungan) pada pekerjaan beton konduit
pengelak di posisi sepanjang bagian bawah timbunan material inti pada tubuh
bendungan. Pada posisi tersebut beton konduit pengelak dikonstruksi menerus.

7.22.2 Contraction Joint

Contraction joint harus diletakkan dan dibuat sesuai dengan gambar atau sesuai
dengan saran dari Direksi. Sambungan harus dibuat dengan memasang bekisting
beton pada salah satu sisi sambungan dan dipasang sebelum beton ditempatkan
pada sisi sambungan yang lain. Permukaan beton yang ditempatkan pertama kali
pada “Contraction joint”, harus dibersihkan dan dilapisi dengan lapisan
pembasahan untuk memecahkan ikatan, sebelum beton di sisi sambungan
yang lain di tempatkan.
Biaya untuk contraction joint termasuk harga satuan per meter kubik seperti
tertera pada Rencana Biaya Pekerjaan untuk beton yang memerlukan sambungan
seperti itu.

7.22.3 Expansion Joint Filler

Penyedia Jasa harus meletakkan elastic joint filler seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar atau seperti yang diinstruksikan oleh Direksi. Material elastic
joint filter harus merupakan tipe expanded polystrene dan berstandar ASTM D
2125 kelas 1, grade 15, atau yang setara dan disetujui serta cukup tebal untuk
menutup seluruh celah atau rongga. Penyedia Jasa harus memotong dan
membuat joint filter agar cukup menutup seluruh lubang seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi.
Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan pemasangan dan penyediaan elastic
joint filter dibuat berdasar luasan yang telah dipasang dalam satuan m2 yang
ditentukan dengan dimensi seperti terdapat dalam Gambar atau seperti yang
disetujui oleh Direksi.
Pembayaran untuk elastic joint filter dibuat dalam jumlah luasan m2 yang
diukur seperti disebutkan di atas dengan harga satuan dinyatakan dalam
Daftar Harga dan Kuantitas, yang mana harga satuan untuk elastic joint filter itu
harus termasuk seluruh biaya tenaga kerja, peralatan, memasang dan material-
material dan termasuk pula penyediaan, pengangkutan, pembuatan,
pemasangan elastic joint filter dengan pelapis aspal dan materi pekerjaan lain
yang diperlukan untuk melengkapi pekerjaan.

Pekerjaan Beton ST VII-46


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

7.23 WATERSTOP

7.23.1 Umum

Waterstop dengan Tipe A (lebar 300mm) dan Tipe B (lebar 200 mm), harus
disediakan Penyedia Jasa dan ditempatkan pada posisi seperti dalam gambar
atau seperti pengarahan dari Direksi. Tidak ada penggunaan Waterstop pada
pekerjaan beton sepanjang konduit di bawah timbunan inti karena tidak ada
sambungan beton di tempat tersebut.
Waterstop harus dari material plastik yang memenuhi persyaratan JIS K 6773
atau standar lain dan terlebih dahulu harus disetujui Direksi.
Untuk jalur Waterstop yang harus ditempatkan pada contraction joint, harus
diperhatikan betul-betul agar terpasang dengan tepat. Yang harus lebih
diperhatikan adalah pengisian beton pada jalur bagian bawah. Dalam
mencetak beton di bawah harus Waterstop pada titik-titik yang kritis ini, beton
harus divibrasi betul-betul sehingga bisa mengalir dengan arah sejajar dengan
sambungan. Dan waterstop harus divibrasi, bila cukup berat untuk menahan
vibrasi tanpa ada kerusakan atau pemindahan.

7.23.2 Sambungan Waterstop

Banyaknya sambungan pada waterstop harus sesedikit mungkin, dan semua


sambungan dan belokan harus dibuat sesuai dengan Gambar atau sesuai dengan
saran Direksi. Banyaknya sambungan yang lurus harus dibuat seminimal mungkin
dan semua sambungan “T”, “Cross” dan “L” harus buatan dari pabrik atau
dibuat di bengkel Kontraktor yang berada di lapangan, sesuai saran dari
Direksi. Peralatan yang dipakai untuk membuat sambungan (di bengkel lapangan)
pada waterstop adalah polivinil klorid yang disetujui Direksi.
Semua sambungan harus dibuat di bawah alat pengontrol suhu seperti spesifikasi
pabrik sedemikian rupa sehingga menjamin hal-hal sebagai berikut:
(a) Bahwa material tidak rusak karena panas, tegangan atau karena pemakaian
material semen
(b) Bahwa sambungan mempunyai kekuatan tarik (tensile stress) tidak kurang
dari 80% yang diperlukan material
(c) Sambungan kedap air dan
(d) Perkuatan (rib) dan bola tengah (central bulb), harus cocok betul dan rata.

7.23.3 Penyimpanan dan Pemasangan

Semua waterstop harus disimpan di suatu tempat yang cukup dingin dan tidak
dibenarkan diletakkan di tempat terbuka dan kena sinar matahari. Semua
waterstop harus disimpan sedemikian rupa sehingga memudahkan sirkulasi udara
secara bebas.

Pekerjaan Beton ST VII-47


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Penyedia Jasa harus menyediakan penyangga dan pelindung pada waktu


pekerjaan sedang dilaksanakan, untuk melindungi waterstop dari kerusakan atau
menjadi melengkung.
Waterstop harus dipasang dengan lebar yang sama dengan material yang
dipasang pada beton, pada masing-masing sisi sambungan. Beton harus
ditempatkan secara hati-hati dan divibrasi di sekitar waterstop, untuk meyakinkan
pengikatan yang sempurna antara beton dan semua daerah disekitar waterstop
dipasang. Sesudah pemasangan, dan sebelum dipasang pada beton, waterstop
harus dilindungi dari sinar matahari langsung.
Waterstop harus mempunyai kekuatan yang memadai sehingga tetap berada
di posisinya pada waktu pembetonan. Tipe waterstop harus sesuai dengan
lokasi bangunan di mana waterstop dipasang dan polanya harus sedemikian rupa
sehingga beton bisa ditempatkan di sekitarnya dengan konsolidasi yang baik,
tidak ada bagian yang kosong atau rongga-rongga.
Waterstop yang dipakai pada setiap lokasi, sudah termasuk setidak-tidaknya
satu jalur paku yang ditempatkan sedemikian rupa sehingga efisiensi penutup
(seal ) tidak terganggu, dan mempunyai ketebalan minimum 5 mm seperti yang
disetujui Direksi. Lebar penutup harus dalam toleransi 12 mm dari lebar nominal
jalur paku.

7.23.4 Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran untuk pembayaran untuk penyediaan dan penempatan waterstop,


dilakukan berdasarkan panjang waterstop yang berada di tempat, tanpa ada
pembayaran untuk overlap pada sambungan, celah dan perpotongan. Waterstop
yang dipasang oleh Penyedia Jasa pada construction joint pada lokasi yang
lain dari yang tercantum pada gambar atau sesuai saran Direksi, tidak dilakukan
pengukuran untuk pembayarannya.
Pembayaran untuk penyediaan dan pemasangan Waterstop dilakukan
berdasarkan harga satuan per meter panjang seperti tercantum dalam Daftar
Kuantitas dan Harga, dimana harga satuan tersebut termasuk biaya penyediaan
semua material, tenaga kerja dan peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan ini.

7.24 BANTALAN TUMPU ELASTOMER

7.24.1 Umum

Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang seluruh bantalan tumpu


elastomer untuk tumpuan jembatan spillway seperti ditunjukkan dalam Buku
Gambar dan yang lainnya seperti diarahkan oleh Direksi. Material yang dipakai
dan metode yang diterapkan pada bantalan tumpu elastomer harus mengacu
pada spesifikasi yang ada pada paragraf ini.

Pekerjaan Beton ST VII-48


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

7.24.2 Bantalan Tumpu Elastomer

Bantalan tumpu elastomer yang diusulkan harus bantalan besi cor non-laminasi,
yang dicor dalam cetakan dengan tekanan dan panas. Bantalan tumpu harus
direkatkan dengan plat baja anti karat pada permukaan atas dan bawahnya.
Variasi ketebalan dari bantalan tumpu elastomer, diukur pada dua titik sembarang
tidak mencapai 0,8 mm. Bantalan harus dipasang dalam jangka waktu 12
bulan dari tanggal pembuatan.
Penyedia Jasa harus menyerahkan pada Direksi usulan penggunaan 60 hari
sebelum menggunakan detil dari usulan metode pembuatan dan contoh pengujian
dari bantalan tumpu elastomer. Bantalan harus memiliki kondisi fisik seperti
berikut ini:
Kekerasan, ASTM D1415, I.R.H.D
atau 60 + 5,
atau 50 + 5,
atau seperti yang diperintahkan,

Kuat tarik, ASTM D412, perpanjangan minimum waktu putus, minimum persen
300% untuk 70 kekerasan
400% untuk 60 kekerasan
500% untuk 50 kekerasan
Pengujian koyak, ASTM D624-Die “C”, minimum 45 kg/cm2
Set Tekanan, ASTM D3395, 24 + 0 jam
Pada 70C- Metode B, -2, di bawah defleksi konstan, maksimum persen 25
Kekakuan Suhu Rendah, ASTM D1053, pada suhu - 40C,
Efek penuaan demgam oven, 14 hari pada suhu 70oC, ASTM D573
Kekerasan, titik perubahan, maksimum
Kuat tarik, % perubahan, maksimum
Perpanjangan saat putus, % perubahan, maksimum
Ketahanan terhadap Ozon, ASTM D1149 p.p.m ozon dalam udara dengan volume,
100 jam, ketahanan 20% pada 40+1C
Penyedia Jasa harus menyimpan bantalan tumpu elastomer dengan suatu cara
yang mana dapat mencegah kerusakan, seperti yang telah disetujui oleh Direksi.

7.24.3 Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran, untuk pembayaran, dari penyediaan dan pemasangan bantalan


tumpu elastomer dibuat sesuai dengan jumlah bantalan dan plat yang diletakkan
seperti ditunjukkan dalam gambar atau yang diinstruksikan oleh Direksi.
Pembayaran untuk penyediaan dan pemasangan bantalan tumpu elastomer dibuat
dalam harga satuan tiap jumlah yang ditenderkan dalam Daftar Harga dan

Pekerjaan Beton ST VII-49


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Kuantitas, yang mana harga satuan sudah termasuk biaya tenaga kerja,
material dan perlengkapan yang dibutuhkan oleh Buku Spesifikasi ini.

Pekerjaan Beton ST VII-50


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB VIII
PEKERJAAN JALAN

8.1 UMUM
Penyedia Jasa harus membangun jalan masuk seperti tercantum dalam gambar dan
sesuai dengan saran dari Direksi. Selain itu Penyedia Jasa bertanggung jawab atas
perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan berbagai konstruksi jalan sementara dan
jalan akses.

Macam pekerjaan yang terkait dengan konstruksi jalan seperti pengontrolan dan
pembuangan air, galian dan timbunan kembali, timbunan, drainasi, pekerjaan beton, Lapis
Pondasi Bawah (LPB) / Lapis Pondasi Atas (LPA) dan Lapis Permukaan (LP), guard railing
dan sebagainya, harus sesuai dengan spesifikasi yang tercantum pada bab ini dan bab lain
yang berkaitan dengan masalah ini.

Dalam hal alinyemen horisontal dan alinyemen vertikal, direksi akan menyediakan gambar-
gambar untuk Penyedia Jasa, dimana gambar-gambar tersebut menunjukkan lokasi-lokasi
dari titik perpotongan garis-garis kemiringan. Gambar-gambar tersebut juga menunjukkan
data-data dari lengkung horisontal dan lengkung vertikal termasuk bagian transisi serta
tingkat superelevasinya, bila hal ini diperlukan.

Penyedia Jasa harus mengawasi pekerjaan dan sebelum dimulainya pekerjaan harus ada
persetujuan dari Direksi. Bila menurut Direksi, perlu dibuat modifikasi kemiringan atau
alinyemen, sebelum atau sesudah pengawasan, maka direksi akan menyampaikan
petunjuk secara detail kepada Penyedia Jasa akan modifikasi itu dan Penyedia Jasa harus
memperbaiki dan nantinya dikonsultasikan lagi kepada direksi untuk mendapat
persetujuan. Syarat ini harus dipenuhi tanpa ada pembayaran tambahan.

Syarat-syarat untuk drainasi harus meliputi pembangunan saluran pembuangan, cross


drains dan gorong-gorong. Penyedia Jasa juga harus melengkapi “templates” dan
“straightedges” untuk mengontrol permukaan perkerasan yang sudah selesai. “Templates”
dan “straightedges” ini harus diserahkan kepada Direksi, untuk disetujui dan setiap waktu
harus dipelihara Penyedia Jasa, agar menghasilkan profil potongan melintang yang benar.
Bila perlu, dikontrol setiap interval, diperbaiki dan diatur seperti saran Direksi. Penyediaan
dan pemeliharaan “templates” dan “straightedges” tidak dilaksanakan pembayaran secara
langsung, tapi semua biaya yang ada termasuk dalam harga penawaran yang dicantumkan
pada Daftar Kuantitas dan Harga, untuk konstruksi jalan.
Gradasi, pengaturan kelembaban, kepadatan, penempatan, pemadatan dan syarat-syarat
pemakaian aspal untuk timbunan, lapis pondasi bawah, lapis pondasi atas, dan lapis
permukaan harus dilaksanakan seperti yang dicantumkan di sini. Tetapi Direksi berhak
untuk mempertimbangkan persyaratan ini, dan untuk hal ini tidak ada perubahan dalam

Pekerjaan Jalan ST VIII-1


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

harga satuan untuk pekerjaan seperti ini, seperti dicantumkan dalam Daftar Kuantitas dan
Harga.

8.2 PENGONTROLAN DAN PEMBUANGAN AIR

Pengontrolan dan pembuangan air selama pelaksanaan konstruksi jalan masuk


dikerjakan sesuai dengan ketentuan yang ada dalam Spesifikasi Bab 1.

Pembayaran untuk pengontrolan dan pembuangan air selama pekerjaan galian dan
pekerjaan timbunan tidak dilakukan secara terpisah tetapi sudah termasuk didalam harga
satuan yang sesuai masing-masing pekerjaan seperti yang tercantum dalam Daftar
Kuantitas dan Harga.

8.3 PEMBERSIHAN
Lahan dimana dibangun jalan, yaitu selebar satu (1) meter di luar semua bagian yang
dipotong dan satu (1) meter dari ujung-ujung timbunan jalan raya, dan tanah di
sepanjang saluran samping (drain ditch), harus dibersihkan dari pepohonan, semak-
semak, sampah dan barang-barang lain yang tidak dikehendaki. Permukaan tanah di
bawah timbunan jalan, harus dibersihkan dari bonggol pohon, akar-akaran dan benda-
benda lain kecuali tanah yang berada minimum satu (1) meter di bawah sub grade atau
kemiringan timbunan. Semua bahan hasil pembersihan harus dibuang dengan cara sama
seperti yang telah diuraikan atau seperti saran dari Direksi.
Semua kayu hasil pembersihan lokasi yang telah dibuang tetap menjadi milik Direksi.

Pengukuran untuk melaksanakan pembayaran pekerjaan pembersihan, didasarkan per


m2 lahan yang dibersihkan dengan batas-batas seperti tertera pada gambar atau seperti
yang ditetapkan Direksi. Lahan yang tidak diperlihatkan pada perencanaannya tidak
diukur dan tidak dibayar.

Pembayaran untuk pekerjaan pembersihan tersebut dilaksanakan berdasarkan harga


satuan seperti dicantumkan pada Daftar Kuantitas dan Harga. Pembayaran tersebut
meliputi kompensasi untuk tenaga kerja, peralatan dan material termasuk pengangkutan,
pembuangan dan lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini.

8.4 PEKERJAAN DRAINASI DAN PEKERJAAN BETON


Semua pekerjaan drainasi untuk jalan masuk permanen seperti saluran pembuangan
(drain ditches) and catch basin, gorong-gorong pipa beton dan cross drains termasuk
concrete headwalls, side walls dan aprons, pipa drain PVC dan sebagainya, dibangun
sesuai dengan yang ada di Gambar.

Spesifikasi detail yang menguraikan tentang saluran pembangunan, catch basins gorong-
gorong dan cross drains, headwalls dan sebagainya, untuk jalan masuk termasuk
pengukuran dan pembayarannya, seperti tercantum pada bab Drainasi dan Bab Pekerjaan

Pekerjaan Jalan ST VIII-2


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Beton. Spesifikasi pada bab ini harus disesuaikan dengan bab-bab tersebut.

Penyedia Jasa harus membangun parit (ditches) dan gorong-gorong seperti yang
terdapat pada Gambar. Untuk menjaga agar timbunan lapis pondasi bawah dan atas
bebas dari air selama waktu pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa harus melengkapinya
dengan drainasi, dengan membangun parit-parit dan gorong-gorong sehingga drainasi
tersebut bisa beroperasi sebelum pekerjaan timbunan dan perkerasan dimulai. Sarana
drainasi ini harus bersih dan dirapikan pinggirnya sehingga arus air berjalan lancar selama
periode kontrak. Apabila ada kerusakan yang disebabkan drainasi yang kurang baik atau
kegagalan fungsi drainasi maka Direksi akan memerintahkan kepada Penyedia Jasa untuk
memperbaiki kerusakan tersebut dan biaya ditanggung Penyedia Jasa.

Pembayaran pekerjaan drainasi dan pekerjaan pembetonan yang terkait, didasarkan pada
harga satuan yang dicantumkan di Daftar Kuantitas dan Harga.

8.5 GALIAN
8.5.1 Umum

Semua klasifikasi material (tanah dan batuan) yang ditemukan dalam penggalian jalan
harus digali sampai ke kemiringan dan batas seperti yang ditunjukkan dalam gambar
atau disarankan Direksi. Spesifikasi detil mengenai penggalian untuk jalan masuk,
termasuk pengukuran dan pembayarannya, seperti tercantum pada bab 3 Pekerjaan
Galian Timbunan. Spesifikasi pekerjaan ini harus sesuai dengan bab di atas.

Bila subgrade berada pada potongan tanah biasa maka harus dibentuk potongan
melintang yang tepat dan bila diperlukan dibentuk profil memanjang, tetapi pada
kemiringan yang lebih tinggi dari pada tingkat kemiringan akhir (final) dimana
dimungkinkan adanya pengaruh pemadatan. Material harus dipadatkan dengan roller yang
sudah disetujui Direksi dan kadar air harus disesuaikan sebelum pemadatan yaitu dengan
penyiraman air dengan menggunakan truck sprinkler atau cara lain yang sudah disetujui
Direksi atau mungkin dengan mengeringkan bila perlu agar menghasilkan pemadatan
seperti yang dikehendaki.

Apabila subgrade berada pada potongan batuan, maka batuan harus digali dengan rapi
sehingga didapat potongan melintang dan profil memanjang yang tepat dan diperiksa
dengan “straightedges”. Tidak ada pembayaran bagi penggalian pada batuan di bawah
permukaan kemiringan. Penyedia Jasa harus menyingkirkan semua batuan lepas (loose)
dan bila perlu meningkatkan kemiringan hingga diperoleh permukaan yang tepat yaitu
dengan menambahkan bahan bergradasi yang dipadatkan dengan roller. Batuan tidak
boleh lebih dari 4 cm di atas kemiringan yang diijinkan pada pekerjaan ini.

Material yang digali dalam batas-batas jalan masuk, harus secara efektif dimanfaatkan
untuk formasi timbunan jalan kecuali ditentukan lain oleh direksi. Batuan galian yang
lebih setelah dimanfaatkan timbunan jalan, harus dibuang sesuai dengan yang

Pekerjaan Jalan ST VIII-3


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

tercantum pada Bab 3. Galian dan Timbunan.

8.5.2 Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran untuk pembayaran bagi setiap klasifikasi material yang dipindahkan dari
penggalian untuk jalan masuk, dilaksanakan berdasarkan batas dan tingkat
kemiringan seperti tercantum dalam gambar atau seperti yang disarankan Direksi dan
pengukuran seperti itu harus didasarkan pada permukaan tanah asli sebelum di-
laksanaan penggalian dan pada permukaan yang digali seperti yang disetujui Direksi,
seperti diuraikan pada bab 3. Klasifikasi material galian akan ditentukan hanya
berdasarkan analisa dan pertimbangan dari Direksi.

Pembayaran setiap klasifikasi material galian untuk jalan masuk dilakukan berdasarkan
harga satuan per m3 seperti dicantumkan di Daftar Kuantitas dan Harga dan sesuai
dengan Bab 3. Galian dan Timbunan.

8.6 TIMBUNAN
8.6.1 Umum

Timbunan untuk jalan masuk harus dibangun di lokasi-lokasi yang mana trase jalan
(lines), kemiringan dan dimensinya seperti tercantum dalam Gambar atau seperti yang
disarankan Direksi.

Material tanah untuk timbunan jalan masuk terdiri dari material dari hasil galian jalan
masuk, atau dari daerah lain seperti disarankan oleh Direksi, dan harus bebas dari
semak-semak akar-akaran, tumbuh-tumbuhan atau batu-batu besar serta material lain
yang tidak sesuai.

Material ini tidak boleh ditempatkan pada bagian jalan yang akan ditimbun kecuali bila
pondasinya sudah siap dan sudah disetujui Direksi.
Sesudah pemadatan, gradasi dari material timbunan harus sesuai dengan ketentuan yang
diberikan oleh Direksi.

Gradasi material tersebut dapat dimodifikasi selama pelaksanaan pekerjaan tersebut


1) Ukuran partikel maximum 30 cm.
2) Material, yang ukuran partikelnya masuk dalam interval antara No 4 (4.76 mm) dan
30 cm jumlahnya sebaiknya kurang dari 50 % dari total material.
3) Material yang ukuran partikelnya lebih kecil dari No 200 sebaiknya jumlahnya
lebih besar dari 5 % total material.

8.6.2 Pengaturan Kadar Air dan Kepadatan

Kecuali disetujui sebaliknya atau ditentukan oleh Direksi, kadar air bahan timbunan
selama dan sesudah pemadatan, harus berkisar antara minus empat (4)% sampai plus
dua (2)% dari kadar air optimal dan harus seragam di setiap lapisan timbunan yang

Pekerjaan Jalan ST VIII-4


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

dipadatkan.

Kadar air optimal bahan timbunan adalah kadar air yang menghasilkan berat isi kering (dry
density) maksimum yang didapat dari hasil tes pemadatan.

Kadar air dan kadar air optimal dari material yang ditempatkan di bagian timbunan jalan,
harus ditentukan oleh direksi dari pemilihan contoh secara acak (random). Apabila kadar
air yang ditentukan dari contoh tidak memenuhi syarat spesifikasi, Penyedia Jasa harus
mengusahakan agar material sedemikian rupa sehingga kadar airnya mencapai syarat
yang diperlukan, yang nantinya ditunjukkan lagi dari hasil serangkaian tes.

Penyedia Jasa bertanggung jawab untuk memperoleh kadar air yang ditentukan untuk
timbunan jalan masuk dan untuk itu Penyedia Jasa harus menerapkan metode yang
disetujui direksi.

Setiap lapisan timbunan harus dipadatkan tidak kurang dari 92% berat isi kering
maksimal, sesuai dengan ASTM D 698, JIS A-1210 atau standar lain yang disetujui Direksi.

8.6.3 Penempatan Timbunan dan Pemadatan

Timbunan jalan harus diletakkan dalam lapisan horizontal menutupi semua lebar
timbunan sampai kemiringan yang diinginkan. Ketebalan setiap lapisan sebelum
pemadatan tidak boleh lebih dari 30 cm. Setiap lapisan harus dipadatkan dengan vibrator
atau roller seperti saran Direksi.

Timbunan jalan tidak boleh diperlebar dengan bahan lepas (loose) yang ditumpahkan
dari atas. Untuk memperoleh konsolidasi timbunan maksimum alat yang dijalankan di
atas timbunan jalan pada waktu pelaksanaan konstruksi harus diatur rutenya.

Dalam mengangkut, menyebarkan dan memadatkan material untuk timbunan,


Penyedia Jasa harus melaksanakannya sedemikian rupa sehingga distribusi dan
kemiringan material bisa diterima.

Kepadatan harus sama di setiap lapisan pemadatan. Harus dihindari adanya kantung
batuan atau gugusan batuan yang akan mengganggu pemadatan material.

Bila setiap lapisan material sudah dibuat sedemikian rupa sehingga kadar air sesuai
dengan spesifikasi, kemudian dipadatkan dengan roller sampai berat isi kering dari semua
lapisan sama atau lebih tinggi dari berat isi kering yang dipersyaratkan. Detail mengenai
tipe-tipe roller yang akan dipakai Penyedia Jasa, harus diserahkan kepada Direksi untuk
mendapatkan persetujuan.

Pembebanan, pengoperasian dan kecepatan jalannya roller harus menghasilkan


kepadatan yang disyaratkan. Pada perbatasan antara lintasan roller terdahulu dan yang
baru harus terjadi overlap selebar tidak kurang 50 (lima puluh) cm. Bila yang dipakai pada
suatu lapisan pengisian lebih dari satu roller, maka tipe roller ataupun dimensinya harus
sama.

Pekerjaan Jalan ST VIII-5


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Traktor yang dipakai untuk menarik roller harus bertenaga cukup besar sehingga bisa
menarik roller dengan baik terutama kalau dibebani beberapa drum yang penuh.
Apabila menurut Direksi permukaan lapisan material yang sudah dipadatkan terlalu kering
atau halus untuk dapat digabungkan dengan lapisan berikutnya, oleh karena itu lapisan
material tersebut harus dilembabkan dan / atau dikerjakan dengan garu, penggaruk atau
dengan peralatan lainnya yang sesuai, dalam cara-cara yang disetujui hingga kedalaman
yang cukup untuk mendapatkan permukaan yang diinginkan sebelum lapisan material
berikutnya ditempatkan.
Apabila menurut Direksi permukaan lapisan material yang sudah dipadatkan terlalu basah
untuk kepadatan lapisan material yang tepat maka lapisan tersebut harus dipindahkan
dan dikeringkan atau dikerjakan dengan garu atau penggaruk atau dengan alat lain
untuk mengurangi kadar air sampai ke tingkatan yang ditentukan, lalu dipadatkan ulang
sebelum lapisan material berikutnya ditempatkan. Tidak diadakan penyesuaian harga
satuan sebagai akibat tambahan pekerjaan seperti diperlukan pada sub-paragraph ini.
Bila Penyedia Jasa merasa yakin bahwa jumlah lintasan roller yang dilewatkan di
permukaan untuk mencapai kepadatan seperti yang disyaratkan maka Penyedia Jasa
harus meminta Direksi untuk mengadakan tes kepadatan di lapangan untuk mengetahui
hasilnya. Hasil tes tersebut harus sesuai dengan JIS A-1214., ASTM D 1556 atau metode
lain yang disetujui Direksi. Sesudah dilaksanakan tes, Direksi akan memberitahu Penyedia
Jasa mengenai hasilnya dan kalau sudah diperoleh kepadatan seperti yang disyaratkan,
Direksi akan mengijinkan Penyedia Jasa memulai menempatkan dan memadatkan lapisan
berikutnya.
Apabila material timbunan ditimbun hanya pada satu sisi dinding atas gorong-gorong dan
sebagainya, daerah yang sangat berdekatan dengan bangunan harus dijaga agar tidak
dipadatkan sampai pada tingkatan yang akan menyebabkan overturning atau tekanan
yang berlebihan pada bangunan.
Material timbunan jalan harus ditempat-kan di sepanjang jalur subgrade seperti
tercantum dalam Gambar dan harus dirapikan pinggirnya sampai permukaan-nya punya
toleransi + 3 cm setiap lebar 5 m.
Bagian jalur subgrade manapun yang sudah diselesaikan harus dilindungi terhadap
kekeringan dan keretakan atau dari kerusakan apapun yag diakibatkan kelalaian Penyedia
Jasa, harus diperbaiki sesuai yang disarankan Direksi, tanpa adanya pembayaran
tambahan.

8.6.4 Pengukuran dan Pembayarannya

Pengukuran, untuk melaksanakan pembayaran timbunan jalan masuk, didasarkan pada


material yang dipadatkan pada batas timbunan jalan dan kemiringan seperti
tercantum dalam gambar atau seperti yang disarankan oleh Direksi.
Pembayaran untuk timbunan jalan masuk didasarkan pada harga satuan per m3 seperti

Pekerjaan Jalan ST VIII-6


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

dicantumkan pada Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga satuan tersebut meliputi
biaya tenaga kerja, peralatan dan bahan, termasuk penggalian, pengangkutan,
penempatan, penyebaran, pengeringan atau pembasahan (seperti yang diperlukan),
pemadatan, levelling serta pengujian-pengujian, sesuai dengan yang diuraikan pada
spesifikasi.

8.7 LAPIS PONDASI BAWAH (SUB-BASE COURSE) TERMASUK BAHU JALAN

8.7.1 Umum

Penyedia Jasa harus melaksanakan pembangunan lapisan pondasi bawah dengan


memanfaatkan material hasil galian dari pemotongan bagian jalan masuk atau material
lain yang disetujui Direksi. Material untuk lapis pondasi bawah harus ditempatkan dan
dipadatkan, dan lapis tidak boleh melebihi (20) cm sesudah pemadatan.

Ketebalan total sub-base course seperti yang dicantumkan dalam gambar atau seperti
yang disarankan oleh Direksi. Lapis pondasi bawah tidak boleh ditempatkan pada bagian
batuan yang dipotong kecuali atas saran Direksi.
Penyedia Jasa harus mengerjakan lapis pondasi bawah termasuk bahu jalan dengan
ketebalan seperti tercantum pada gambar atau seperti yang disarankan direksi.

Sesudah dilakukan pemadatan, gradasi material lapis pondasi bawah harus sesuai dengan
ketentuan seperti di bawah ini :

Macam Ayakan
(mm) / Nominal 63 37,5 19,0 9,5 4,75 2,36 1,18 0,425 0,075
Sieve SizeBerat
Persen (mm)
Lolos / Percentage 100 67-100 40-100 25-80 16-66 10-55 6-45 3-33 0-20
Passing

8.7.2 Pengaturan Kadar Air dan Kepadatan

Spesifikasi untuk pengaturan kadar air dan kepadatan dari material lapis pondasi bawah
harus sama dengan yang dicantumkan pada sub bab 8.6.2, kecuali bila kadar air berkisar
antara minus tiga persen (3%) sampai plus satu persen (1%) dari kadar air optimal dan
berat isi kering untuk setiap layer material lapis pondasi bawah tidak boleh kurang dari
sembilan puluh lima persen (95%) berat isi kering maksimum, sesuai dengan ASTM D 698
dan JIS A-1210 atau standar lain yang disetujui Direksi.

Material lapis pondasi bawah harus dipadatkan minimum 40% dari nilai CBR yang
ditentukan dalam ASTM D 1883, JIS A-1211 atau standar yang sama dengan standar
tersebut.

8.7.3 Penempatan dan Pemadatannya

Spesifikasi untuk penempatan dan pemadatan material lapis pondasi bawah termasuk

Pekerjaan Jalan ST VIII-7


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

pengujiannya harus sama, seperti yang tercantum dalam sub bab 8.6.3, kecuali bahwa
ketebalan setiap lapisan sesudah pemadatan, tidak lebih dari dua puluh (20) cm.

8.7.4 Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran, untuk menentukan pembayaran lapis pondasi bawah termasuk bahu jalan,
dilaksanakan berdasarkan volume pemadatan secara nyata dalam m3 yang ditentukan
oleh garis rencana dan tingkatan, seperti tampak pada gambar atau seperti saran Direksi.

Pembayaran untuk lapis pondasi bawah termasuk bahu jalan dilaksanakan berdasarkan
harga satuan per m3 seperti dicantumkan pada Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga
satuan tersebut meliputi kompensasi biaya tenaga kerja, peralatan, dan bahan termasuk
pembebanan (loading), pengangkutan (hauling), penempatan, penyebaran pembasahan
atau pengeringan bila diperlukan, pemadatan, pembentukan dan penyelesaian
pengujian dan pekerjaan lain yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini.

8.8 LAPIS PONDASI ATAS (BASE COURSE)


8.8.1 Umum

Lapis pondasi atas adalah bagian jalan yang terletak antara bagian atas lapis
pondasi bawah dan bagian bawah lapisan permukaan bitumen.

8.8.2 Pengaturan Kadar Air dan Kepadatan

Spesifikasi untuk pengaturan kadar air material lapis pondasi bawah sama dengan
spesifikasi yang tercantum pada sub bab 8.6.2, kecuali kadar airnya berkisar antara minus
tiga (3) % sampai plus satu (1) % dari kadar air optimal.

Material lapis pondasi bawah harus dipadatkan paling tidak delapan puluh (80) % dari
nilai CBR, yang ditentukan dalam ASTM D 1883, JIS A-1211 atau standar yang sama
dengan standar tersebut.

8.8.3 Bahan yang Diproses

Semua material lapis pondasi bawah harus terdiri dari bahan yang digali dari quarry site
atau dari tempat lain yang disetujui Direksi, yang sudah diproses dengan peralatan
penghancur (crushing and classifying) sehingga memenuhi spesifikasi gradasi yang
diperlukan. Material tersebut harus disetujui lebih dulu oleh Direksi, sebelum pelaksanaan
pekerjaan dan mungkin perlu diperiksa oleh Direksi, pada waktu pemrosesan dan
pemakaian material ini. Material yang masih diragukan, yang masih harus diuji dan yang
ditangguhkan, tidak boleh dijadikan satu dengan yang sudah disetujui dan diterima,
apabila tingkatan dan kualitas material tidak sesuai dengan yang diinspeksi atau yang
diuji sebelumnya atau tidak sesuai dengan spesifikasi, Direksi berhak menolak bahan
tersebut.

Pekerjaan Jalan ST VIII-8


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Sampel harus memenuhi syarat yang diperlukan dan sesuai dengan spesifikasi serta
disetujui Direksi. Penyedia Jasa harus mengijinkan Direksi untuk mengadakan inspeksi
dan/atau pengetesan material yang dipakai atau akan dipakai, pada saat selama atau
sesudah disiapkan untuk dipakai atau saat sedang dipakai untuk pelaksanaan
pekerjaan atau sesudah pekerjaan selesai. Semua material yang tidak sesuai dengan
yang tertera pada spesifikasi, sudah berada di tempat atau belum, harus ditolak dan
harus segera dipindahkan dari lokasi pekerjaan.

Penyedia Jasa harus melengkapi semua faktor yang diperlukan seperti material, tenaga
kerja, alat dan peralatan untuk melaksanakan pengetesan. Material harus disimpan
sedemikian rupa sehingga memenuhi kualitas dan sesuai untuk pekerjaan. Material
tersebut harus ditempatkan di permukaan yang keras dan dan bersih seperti yang
disetujui Direksi dan ditempatkan sedemikian rupa sehingga mudah melaksanakan
inspeksinya. Bagian tengah penyimpan bahan harus tinggi dan dengan sisi- sisi yang
miring untuk memudahkan drainasi. Material harus disimpan sedemikian rupa sehingga
melindunginya dari segregasi serta menjamin gradasi dan kelembabannya. Jadi harus
dibuat tumpukan-tumpukan dengan lapisan tidak lebih dari satu (1) meter. Tingginya
tidak melebihi lima (5) meter, kecuali bila ada saran lain dari Direksi.

Semua agregat yang diproses harus terdiri dari fragmen-fragmen yang bersih, keras,
tahan lama (durable) bersegi runcing dan bebas dari potongan-potongan tipis
memanjang dan bersih dari batu lunak dan mudah lepas, dan bersih dari kotoran-kotoran
atau zat-zat yang lain.

Material untuk lapis pondasi atas terdiri dari material yang diproses, harus sesuai dengan
syarat gradasi yang diberikan oleh Direksi.

Macam Ayakan
63 37,5 19,0 9,5 4,75 2,36 1,18 0,425 0,075
(mm) / Nominal
Sieve Size (mm)
Persen Berat Lolos
/ Percentage 100 100 65-81 42-60 27-45 18-33 11-25 6-16 0-8
Passing

8.8.4 Penempatan, Pencampuran dan Pemadatan

Penyedia Jasa harus mengangkut material lapis pondasi bawah yang berasal dari
peralatan penghancur (crushing plant) dan menempatkan material tersebut pada lapis
pondasi bawah yang sudah disiapkan sebelumnya. Sesudah penempatan material pada
setiap lapisan, material harus di campur pada kadar air yang diperlukan dengan alat
grader atau alat lain yang disetujui Direksi, sehingga campurannya rata.

Material tersebut ditempatkan dan dipadatkan pada lapisan-lapisan dengan ketebalan


tidak lebih dari (15) cm, sesudah dipadatkan.

Apabila pengangkutan material dilakukan di atas material yang baru diletakkan, alat
pengangkutan harus disebarkan merata di atas permukaan lapisan yang dibangun

Pekerjaan Jalan ST VIII-9


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

sebelumnya agar pemadatan dapat merata dan tidak ada rutting.

Sesudah penyebaran (spreading) dan penghalusan terakhir, setiap lapisan dipadatkan


sesuai dengan lebarnya roller, “pneumatics-tired rollers” atau peralatan lain yang sesuai
dan mampu memadatkan material sampai kepadatan yang diinginkan. Detail setiap
macam alat pemadatan tertentu harus diserahkan kepada Direksi untuk mendapatkan
persetujuan.

Berat beban, operasi dan kecepatan roller harus sedemikian rupa untuk memperoleh
kepadatan seperti dalam spesifikasi. Bekas roller yang sebelumnya dengan sesudahnya
harus overlap tidak kurang dari 50 cm. Bila yang dipakai lebih dari satu roller, maka tipe
dan dimensinya harus sama.

Pemadatan dengan roller setahap demi setahap dari pinggir ke tengah, sejajar dengan
garis tengah jalan, dan harus dilanjutkan terus sampai semua permukaan dipadatkan.
Bagian yang tidak rata atau depresi harus dibetulkan dengan merenggangkan bahan di
tempat tersebut dengan menambahkan atau mengurangi bahan sampai permukaan
menjadi rata dan seragam. Tempat yang tidak bisa dilewati roller, bahan harus dipadatkan
dengan tamper atau compactor. Bahan harus diratakan atau/dan digilas sampai diperoleh
permukaan yang rata.

Pelaksanaan Penyedia Jasa dalam menangani penyebaran (spreading) dan pemadatan


bahan untuk timbunan jalan harus sedemikian rupa sehingga distribusi dan gradasi bahan
diseluruh timbunan disetujui oleh Direksi. Kepadatan harus rata pada setiap lapisan.
Tidak diijinkan ada kantong-kantong batuan dan kelompok batuan (cluster) yang akan
menghalangi pemadatan bahan.

Apabila menurut Direksi, permukaan lapisan yang dipadatkan terlalu kering atau terlalu
basah atau terlalu licin, maka harus diperlakukan sedemikian rupa sehingga sesuai
dengan spesifikasi pada sub bab 8.6.3.
Pengetesan base course ini harus dilakukan sesuai dengan JIS A-1214 atau ASTM D 1556.
Ketinggian (level) permukaan yang sudah selesai dipadatkan harus sesuai dengan
gambar atau sesuai dengan pengarahan Direksi, dengan toleransi + 3 cm tiap lebar 5
meter.

8.8.5 Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran lapis pondasi atas untuk melakukan pembayarannya, dilaksanakan


3
berdasarkan volume nyata bahan yang ditempatkan dalam m sesuai dengan trase jalan
dan kemiringannya seperti tercantum dalam gambar atau seperti yang disarankan Direksi.

Pembayaran untuk lapis pondasi atas dilakukan berdasarkan harga satuan per m3 seperti
yang dicantumkan pada Daftar Kuantitas dan Harga. Harga satuan tersebut meliputi
semua biaya kompensasi untuk tenaga kerja, peralatan dan bahan, termasuk penggalian
bahan di quarry atau ditempat lain yang sudah disetujui Direksi serta pemrosesannya

Pekerjaan Jalan ST VIII-10


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

di crushing plant, pengangkutannya ke jalan raya, penyebaran, pemadatannya,


pengeringan atau pembasahan (bila diperlukan) finishing dan pengujian serta pekerjaan
lain yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.

8.9 LAPIS PERMUKAAN


8.9.1 Umum

Penyedia Jasa harus membangun lapis permukaan dari penetrasi makadam dengan
alinyemen dan kemiringan seperti ditunjukkan pada Gambar atau seperti yang disarankan
direksi. Pekerjaan ini termasuk juga produksi agregat yang disebarkan dan pembentukan
(shaping) dengan mempergunakan aspal termasuk prime coat, pemadatan, finishing,
pengujian dan operasi-operasi yang lain. Penyedia Jasa bertanggung jawab dalam
memelihara semua bagian jalan yang sudah selesai sampai diserah terimakan kepada
Direksi atau Pemilik.

8.9.2 Prime Coat

Syarat-syarat yang harus dipatuhi untuk penggunaan prime coat, yaitu:


(1) Peralatan
Semua peralatan, alat-alat dan mesin-mesin yang dipakai untuk melaksanakan
pekerjaan, seperti yang ditetapkan dalam pasal ini harus disetujui Direksi, serta
dipelihara setiap saat. Tipe truk untuk distribusi harus seperti pada disain dan
dilengkapi alat untuk mendistribusi bahan bitumen di semua permukaan yang ada.

(2) Persetujuan Mengenai Bahan


Penyedia Jasa harus memilih sumber-sumber pengambilan bahan sebelum bahan
tersebut dipakai dalam pekerjaan. Bahan tersebut harus disetujui Direksi. Pada setiap
pengiriman bahan tersebut dilengkapi dengan analisis pabrik pembuatannya dan
diserahkan kepada Direksi enam puluh (60) hari sebelum dipakai dalam pekerjaan.

(3) Ketentuan Mengenai Cuaca


Prime coat bisa dipakai dengan persetujuan Direksi yaitu bila permukaan lapis
pondasi atas kering basah atau kena hujan. Apabila turun hujan secara tiba-tiba,
maka pekerjaan harus segera dihentikan.

(4) Keadaan Base Course


Sebelum pemakaian prime coat, bahan yang lepas (loose), kotor atau bahan-bahan
lain yang tidak dikehendaki, harus disingkirkan dari permukaan, dan kondisi
permukaan harus licin (halus) seperti pengarahan Direksi.

(5) Bahan untuk Prime Coat


Aspal untuk prime coat harus aspal emulsi, Grade PE-3 sesuai dengan syarat JIS K-
2208 atau standar yang sama, seperti saran Direksi. Aspal emulsi PE-3 harus
dipanaskan bila diperlukan, dengan suhu seperti yang ditentukan pabrik.

Pekerjaan Jalan ST VIII-11


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(6) Pemakaian Prime Coat


Kualitas aspal emulsi PE-3 yang dipergunakan haruslah satu (1) liter per meter
persegi. Cara pemakaian bahan aspal di sambungan-sambungan penyebaran
(spread) tidak
boleh melebihi jumlah yang ditentukan. Bahan aspal yang lebih harus dibersihkan
dari permukaan. Harus dilakukan perbaikan bila ada daerah yang terlewati atau yang
rusak. Building paper atau bahan lain yang disetujui, ditempatkan di atas ujung atau
pemakaian aplikasi sebelumnya dan penyambungan harus dimulai pada building
paper yang dilepas secara baik.
(7) Pembayaran
Pembayaran pekerjaan prime coat yang tercantum pada pasal ini harus dimasukkan
dalam harga satuan dari prime coat per m2 seperti yang tercantum dalam Daftar
Kuantitas dan Harga.

8.9.3 Kuantitas Bahan dan Urutan Operasi

Kuantitas bahan dan urutan operasi untuk konstruksi permukaan (surface course) harus
memenuhi persyaratan :

Jumlah/Kuantitas Material untuk Penetrasi Makadam

(Quantities of Penetration Macadam Materials) per 100m 2


Urutan Pelaksanaan Kebutuhan Aspal Agregat
(Sequence of Operation) (Straight Asphalt) (Aggregate)
l cm3
Tahap 1 / 1 st stage 200 – 220 3.0
Tahap 2 / 2 nd stage 180 – 200 1.0
Tahap 3 / 3 rd stage 100 - 110 0.5

8.9.4 Bahan dan Peralatan yang Dipakai untuk Konstruksi Surface Course

Konstruksi surface course harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:


(1) Bahan Aspal
Bahan aspal yang dipakai harus mempunyai harga penetrasi antara 80-120 dan sesuai
dengan ketentuan JIS atau standar yang sejenis atau relevan, dari yang disetujui oleh
Direksi, sebagai berikut:

Placement
Type of Bitumen Penetration Range Standard
Temperature
Straight Asphalt 80 – 120 130 – 1700C JIS K 2530 or equivalent

Enam puluh (60) hari sebelum diperlukan dalam pekerjaan, sampel bitumen harus
diserahkan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan. Pada tiap pengiriman
bitumen, harus disertai sertifikat dengan analisa kilang minyak dan pabrik, dan

Pekerjaan Jalan ST VIII-12


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

setelah diterima diserahkan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan.

(2) Agregat
Agregat harus diproduksi di peralatan pemecahan batu, dari batu keras yang
diperoleh dari quarry site atau dari lokasi lain yang disetujui Direksi. Agregat
tersebut harus sesuai dengan syarat-syarat gradasi yang diberikan oleh Direksi.

Stage of Surface Course Sieve Size


1 st stage 30 – 20 mm
2 nd stage 10 – 5 mm
3 rd stage 5 – 2,5 mm
4 th stage 5 – 2,5 mm (over aggregate)
Agregat harus bersih, keras, tahan dan bebas dari lempung, lumpur atau benda-
benda lain. Semua agregat yang diproses harus disimpan dan diinspeksi/diuji seperti
yang ditentukan dalam sub bab 8.8.3
(3) Pembatasan Air
Surface course harus dibangun dalam keadaan cuaca kering. Pekerjaan untuk surface
course tidak dijadwal pada musim hujan. Apabila tiba-tiba turun hujan, maka
perkerasan harus dihentikan seketika dan dilanjutkan lagi bila ada persetujuan dari
Direksi.
(4) Peralatan
Semua peralatan, perkakas dan mesin-mesin yang dipakai untuk jalan inspeksi harus
disetujui oleh Direksi dan harus dipelihara sehingga dalam kondisi memuaskan pada
setiap saat. Tipe peralatan khusus yang dipakai seperti yang diusulkan Penyedia Jasa
terdiri dari power blower, peralatan penarikan, self-powered rollres (roda tiga atau
empat dengan bobot sekitar 8 ton) dan/atau “pneumatic-fixed roller”, alat
penyemprot agregat, yang bisa disetel dan bisa menyemprotkan dalam jumlah
tertentu per unit permukaan, “distributor” dan alat untuk memanaskan bahan bitumen
(aspal).
(5) Pelaksanaan
Penyedia Jasa harus mempersiapkan rencana pelaksanaan pekerjaan surface course
dan perencanaan tersebut diserahkan kepada Direksi untuk mendapat persetujuan
paling tidak 30 hari sebelum pekerjaan dimulai.
Prime coat harus dipakai sesuai dengan persyaratan pada sub bab 8.9.2. Sebelum
penempatan surface course tahap pertama, permukaan base course harus bebas dari
semua bahan lepas dan bahan lain dan harus rata seperti yang sudah disetujui Direksi.
Penetrasi makadam harus dibangun dengan mempergunakan kualitas dan urutan
operasi seperti diuraikan pada sub bab 8.9.3.
Pembentukan dan penyebaran setiap tahapan agregat harus dilakukan dengan
peralatan penyebaran agregat yang sudah disetujui. Sesudah disebarkan secara
merata, setiap tahap agregat harus digilas sedemikian rupa sehingga permukaannya

Pekerjaan Jalan ST VIII-13


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

betul-betul padat dan menyatu selebar surface course, seperti yang disarankan Direksi.
Pada waktu pekerjaan pemadatan dilaksanakan, bahan harus dibentuk sesuai dengan
alinyemen dan kemiringan yang ditentukan. Pemisahan bahan halus dan kasar harus
dihindari dan permukaan bahan harus bebas dari gelombang-gelombang selama
waktu pemadatan.
Level permukaan yang sudah dipadatkan harus benar seperti yang tertera pada
Gambar atau seperti yang disarankan oleh Direksi, dengan toleransi 1 cm dalam lebar
5 meter, dimana pengukurannya dengan alat pengukur kemiringan (straightedge).
Waktu yang diperlukan untuk penempatan bahan dan pemadatannya harus
disetujui Direksi.

8.9.5 HRS (Lataston)

8.9.5.1 Umum

(1) Uraian

(a) Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapis perata atau lapis permukaan
padat yang awet, yang terdiri dari agregat dan material aspal dicampur di
pusat pencampur, serta menghampar dan memadatkan campuran
tersebut, diatas lapis pondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan,
sesuai dengan persyaratan ini dan memenuhi bentuk sesuai Gambar
Rencana dalam hal
ketinggian, penampang memanjang dan melintang atau sesuai dengan
yang diperintahkan Direksi Teknik.

(b) Campuran dirancang menggunakan prosedur khusus yang diberikan di


dalam bab ini.

(2) Campuran Beraspal HRS (Lataston)

HRS (Hot Rolled Sheet) / Lataston (Lapis Tipis Aspal Beton), yang
selanjutnya disebut HRS (Lataston).

(3) Tebal Lapisan dan Toleransi

(a) Tebal dari HRS (Lataston) yang dihampar harus diamati dengan benda uji
“inti” (cores) perkerasan yang diambil oleh Kontraktor dibawah
pengawasan Direksi Teknik. Selang antara dan lokasi pengambilan benda
uji harus sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Teknik.

Tabel Jumlah Minimum Benda Uji Inti

Koefisien keragaman dari tebal benda Jumlah minimum benda uji yang
uji untuk semua benda uji dari bagian harus diambil dari bagian jalan
jalan yang diukur untuk pembayaran yang diukur untuk pembayaran

Pekerjaan Jalan ST VIII-14


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

 30 % 6
30 – 40 % 10
41 – 50 % 14
51 – 60 % 20
61 – 70 % 28
71 – 80 % 40
 80 %
(b) Tebal HRS (Lataston) 50
yang sesungguhnya dipasang, sebagaimana
ditetapkan dalam bab ini, harus sama atau lebih besar dari tebal
rancangan nominal pada tabel dibawah ini untuk lapis permukaan, dan
untuk lapisan perata harus sama dengan atau lebih besar dari tebal
yang ditentukan dalam Gambar Rencana dari Dokumen Kontrak. Dalam
beberapa hal, Direksi Teknik atas dasar kerataan perkerasan atau ukuran
maksimum atau data rancangan yang lain boleh menyetujui atau
menerima tebal rata-rata yang kurang dari tebal rancangan nominal,
asalkan HRS (Lataston) yang dipasang pada ketebalan tersebut baik
dalam segala hal lainnya, meskipun begitu, sama sekali tidak ada bagian
dari HRS (Lataston) yang dipadatkan yang kekurangan ketebalannya
melebihi 5 mm dari ketebalan nominal rancangannya.

Tabel Tebal Rancangan Nominal HRS (Lataston)


Jenis Campuran Tebal Rancangan Nominal (cm)

HRS (Lataston) 3

(c) Untuk semua campuran HRS (Lataston), baik yang dibayarkan menurut
luas maupun berat sesungguhnya dari material yang dihamparkan, berat
campuran HRS (Lataston) yang benar-benar dipakai harus dipantau oleh
Kontraktor dengan menimbang setiap muatan truk pengangkut material
yang meninggalkan pusat pencampur. Dalam hal bagian yang manapun
yang sedang diukur untuk menentukan pembayarannya, berat material
yang benar- benar dihamparkan yang dihitung dari timbangan muatan
truk adalah kurang dari ataupun lebih dari lebih besar 5 % dari berat
yang dihitung dari ketebalan dan rata-rata kepadatan contoh lapisan
(cores), Direksi Teknik harus mengambil tindakan untuk menyelidikinya
agar bisa memastikan sebab terjadinya selisih berat tersebut sebelum
menyetujui pembayaran material yang telah dihamparkan itu.

(d) Variasi kerataan permukaan HRS (Lataston) yang telah selesai ditangani
diukur dengan mistar penyipat yang panjangnya 3 meter harus tidak
boleh lebih dari 5 mm pada setiap titik. Keleluasaan harus dibuat untuk
masing-masing kasus terutama untuk perubahan bentuk yang disebabkan
perubahan rancangan punggung perkerasan dan lengkung vertikal pada

Pekerjaan Jalan ST VIII-15


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

profil memanjang.

(e) Pada keadaan dimana campuran HRS (Lataston) digunakan sebagai


lapisan perata atau lapisan penguat dan bukan sebagai lapisan
permukaan, maka tebal lapisan tidak boleh lebih dari 2,5 kali tebal
rancangan nominal yang diberikan pada Tabel bab diatas.

(4) Lapisan Perata


Dalam hal campuran HRS (Lataston) digunakan sebagai Lapisan Perata,
semua persyaratan dari Seksi ini harus berlaku, kecuali :

(a) Material harus disebut HRSL (Lataston Levelling)


(b) Ukuran butir maksimum yang lebih kecil dapat digunakan.

(5) Standar Rujukan

Standar AASHTO
T 50 – 78 Penguji daya apung dari material aspal
T 164 – 76 Quantitative Extraction dari aspal dalam campuran
perkerasan aspal
T 166 – 78 Berat isi dari campuran aspal yang dipadatkan
T 168 – 55 Pengambilan campuran perkerasan aspal
T 209 – 74 Berat jenis maksimum dari campuran perkerasan aspal
T 176 – 73 Plastisitas partikel halus agregat bergradasi dan tanah
menggunakan pengujian ekivalen pasir.
M 17 – 77 Bahan pengisi (filler) mineral untuk campuran
perkerasan aspal
M 226 – 78 Tingkat kekentalan (viscosity) aspal

Standar Indonesia
PA.0301-76 Penetrasi dari material aspal
PB.0206-76 Daya tahan terhadap gerusan dari agregat kasar
berukuran kecil dengan menggunakan Mesin Los
Angeles.
SNI-03-3407-1994 Kelapukan Agregat menggunakan Sodium Sulfat atau
Magnesium Sulfat
Pd M-06-1997-03 Pengaruh dari air pada kohesi campuran aspal yang
dipadatkan
Pd M-03-1996-03 Memperoleh kembali aspal dari larutan dengan metode
Abson
SNI-06-2440-1991 Pengaruh panas dan udara pada material aspal (
pengujian lapisan tipis dengan oven/tungku ).
SNI-03-2439-1991 Penyelaputan dan pengelupasan aspal pada campuran
agregat.

Pekerjaan Jalan ST VIII-16


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

SNI-06-2489-1991 Daya tahan terhadap leleh (flow) plastis dari campuran


aspal menggunakan peralatan Marshall
Pd S-15-1996-03 Tingkat penetrasi aspal semen

(6) Pelaporan
Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Teknik hal berikut ini :

(a) Contoh dari seluruh material-material yang disetujui untuk digunakan,


yang akan disimpan oleh Direksi Teknik selama Periode Kontrak untuk
keperluan rujukan.

(b) Laporan tertulis yang memberikan sifat-sifat hasil pengujian dari seluruh
material, seperti dipersyaratkan dalam tabel diatas bab ini.

(c) Formula campuran kerja dan data uji yang mendukungnya, seperti yang
dipersyaratkan dalam tabel diatas bab ini.

(d) Pengukuran pengujian permukaan seperti yang dipersyaratkan dalam


tabel diatas bab ini.

(e) Laporan tertulis mengenai kerapatan (density) dari campuran HRS


(Lataston) yang dihampar, seperti yang dipersyaratkan dalam tabel diatas
bab ini.

(f) Catatan-catatan tertulis dari pengukuran tebal lapisan HRS (Lataston)


dan dimensi perkerasan seperti yang dipersyaratkan dalam tabel diatas
bab ini.

(g) Untuk setiap material aspal yang diusulkan Kontraktor untuk digunakan,
pernyataan asal sumbernya, bersama dengan data uji yang memberikan
sifat- sifatnya, baik sebelum maupun sesudah pengujian lapisan tipis
dalam oven (Thin Film Oven Test) (SNI-06-2440-1991), meliputi :

(i) Penetrasi pada 25 o C


(ii) Penetrasi pada 35 o C
(iii) “Ring and Ball Softening Point”
(iv) Kekentalan pada 60 o C
(v) Kekentalan pada 135 o C

(7) Pembatasan oleh Cuaca


Campuran HRS (Lataston) hanya bisa dihampar bila permukaannya kering,
bila tidak akan hujan turun atau sedang hujan dan bila dasar jalan yang
sudah disiapkan dalam kondisi yang memuaskan.

Pekerjaan Jalan ST VIII-17


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(8) Perbaikan dari Pekerjaan HRS (Lataston) yang tidak Memuaskan


Lokasi-lokasi dengan tebal atau kepadatan yang kurang dari yang
dipersyaratkan atau angka-angka yang disetujui dan juga lokasi-lokasi yang
tidak memuaskan dalam hal lainya tidak akan dibayar sampai diperbaiki oleh
Kontraktor seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik. Perbaikan dapat
meliputi pembongkaran dan penggantian, penambahan lapisan HRS
(Lataston) dan atau tindakan lain yang dianggap perlu oleh Direksi Teknik.
Bila perbaikan telah diperintahkan, maka jumlah volume yang diukur untuk
pembayaran haruslah volume yang seharusnya dibayar bila pekerjaan aslinya
dapat diterima. Tidak ada pembayaran tambahan yang akan dilakukan untuk
pekerjaan atau volume tambahan yang diperlukan untuk perbaikan.
(9) Pengembalian Bentuk Perkerasan setelah Pengujian
Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti atau lainnya,
harus segera ditutup kembali dengan material campuran HRS (Lataston) oleh
Kontraktor dan dipadatkan hingga kepadatan serta kerataan permukaan
sesuai dengan toleransi yang diperkenankan yang dipersyaratkan dalam Bab
ini.

8.9.5.2 Material

(1) Agregat – Umum


(a) Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa
agar campuran HRS (Lataston) yang proporsinya dibuat sesuai dengan
rumus campuran kerja akan memiliki kekuatan sisa yang tidak kurang dari
75 % bila diuji untuk hilangnya kohesi akibat pengaruh air sesuai
dengan Pd M-061997-03 dan SNI-06-2489-1991.

(b) Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh
Direksi Teknik. Material harus ditimbun sesuai dengan persyaratan pada
Bab – Material dan Penyimpanan.

(c) Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus sudah menimbun paling


sedikit 40 % dari jumlah agregat pecah yang dibutuhkan untuk
campuran HRS (Lataston) dan selanjutnya timbunan persediaan harus
dipertahankan paling sedikit 40 % dari sisa kebutuhanya.

(d) Tiap-tiap agregat harus diangkut ke pusat pencampuran lewat cold bin
yang terpisah. Pencampuran terlebih dahulu agregat dari jenis atau
sumber agregat yang berbeda, tidak diperbolehkan.

(2) Agregat Kasar


(a) Agregat kasar pada umumnya harus memenuhi gradasi yang disyaratkan
seperti tabel dibawah ini dan harus terdiri dari batu pecah atau campuran

Pekerjaan Jalan ST VIII-18


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

yang memadai dari batu pecah dengan kerikil besi.

Ukuran Saringan Persen Berat Lolos


Campuran
(mm) (ASTM) Campuran Normal
Lapisan Perata

20 3/4" 100 100


12,7 1/2" 30 - 100 95 - 100
9,5 3/8" 0 - 55 50 - 100
4,75 #4 0 - 10 0 - 50
0,075 # 200 0-1 0-5

Agregat kasar yang digunakan untuk campuran dapat diterima oleh


Direksi Teknik hanya bila bahan tersebut diperagakan dengan pengujian
laboratorium dan semua ketentuan sifat campuran dalam Tabel tersebut
diatas dapat dipenuhi.

(b) Agregat kasar harus terdiri dari material yang bersih, keras, awet yang
bebas dari kotoran atau bahan yang tidak dikehendaki dan harus
memiliki persentase keausan yang tidak lebih dari 40% pada 500 putaran
seperti yang ditetapkan oleh PB. 0206-76
(c) Bila diuji dengan pengujian-pengujian penyelaputan dan pengelupasan
(Coating and Stripping Tests), SNI-03-2439-1991, agregat tersebut harus
memiliki luas yang terselaput tidak kurang dari 95 %.

(3) Agregat Halus


(d) Biasanya diperlukan sejumlah abu batu hasil pengayakan batu pecah
(“crusher dust”) untuk menghasilkan suatu campuran yang ekonomis dan
memenuhi persyaratan-persyaratan campuran.

Pemuatan komponen abu batu dan pasir alam kedalam mesin pencampur
harus dipisahkan melalui “cold bin feed” yang terpisah sehingga
perbandingan pasir terhadap abu batu dapat dikendalikan.

Ukuran Saringan
(mm) (ASTM) Persen Berat Lolos

9,5 3/8" 100


4,75 #4 90 – 100
2,36 #8 80 – 100
600 mikron # 30 25 – 100
75 mikron # 200 3 – 11

(e) Dalam keadaan apapun, pasir alam yang kotor dan berdebu dan
mengandung partikel halus lolos ayakan no. 200 lebih besar dari 8% dan
atau mempunyai nilai ekivalen pasir kurang dari 50 menurut SNI-03-
4428-1997, tidak boleh digunakan dalam campuran.

Pekerjaan Jalan ST VIII-19


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(4) Bahan Pengisi (Filler) - AASHTO M 17


(a) Bahan pengisi harus terdiri dari abu batu, kapur (limestone dust), semen
portland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan mineral non plastis
lainnya dari sumber yang disetujui oleh Direksi Teknik. Bahan tersebut
harus bebas dari bahan lain yang tidak dikehendaki.

(b) Harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan
pengayakan basah harus mengandung bahan yang lolos saringan 75
mikron tidak kurang dari 75 % beratnya.

(5) Material Aspal


Material aspal pengikat yang dipakai harus dari jenis aspal semen AC-10
(yang kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 80/100), atau AC-20 (yang
kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 60/70) dan harus memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagaimana tertera dibawah ini (Pd S-15-1996-03
dan AASHTO M 226-78 (1996))

Spesifikasi Aspal
Metode Pen. Pen.
Pengujian 60/70 80/100
Jenis Pengujian min mak min mak Satuan

0
1. Penetrasi 25 C, 100 SNI-06-2456- 60 79 80 99 0,1mm
gr, 5 detik 1991

0
2. Titik Lembek SNI-06-2434- 48 58 46 54 C
1991
0
3. Daktilitas 25 C, 5 cm SNI-06-2432- 100 - 100 - Cm
per menit 1991

4. Kelarutan dalam CCL4 SNI-06-2438- 99 - 99 - %


1991
5. Titik Nyala SNI-06-2433- 200 - 225 - 0
C
1991
6. Berat Jenis 250 C SNI-06-2488- 1 - 1 - -
1991
7. Kehilangan Berat 1630 SNI-06-2441- - 0,4 - 0.6 %
C, 5 jam 1991

8. Penetrasi setelah SNI-06-2456- 75 - 75 - % asli


kehilangan berat 1991 Cm

9. Daktilitas setelah 50 - 50 -
0
C
SNI-06-2432-
kehilangan berat
1991

10. Titik lembek setelah 0


SNI-06-2434- - - - - C
penurunan berat
Pekerjaan Jalan 1991 ST VIII-20

11. Perkiraan suhu 0


AASHTO-72- - - - - C
Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Untuk mencapai kekuatan campuran HRS (Lataston) yang ditetapkan


disarankan menggunakan aspal semen AC-20.

Frekuensi pengujian bahan aspal ditentukan lebih lanjut sesuai petunjuk


Direksi Teknik.

8.9.5.3 Persyaratan Sifat Campuran

(1) Campuran HRS (Lataston) harus memenuhi persyaratan yang ditentukan


dalam Tabel dibawah ini.

Tabel Persyaratan Sifat Campuran


Sifat Campuran Spesifikasi
Kadar Aspal Efektif Minimum 6,8
Kadar Penyerapan Aspal Maximum 1,7
Kadar
Kadar Aspal
RonggaTotal (%dari
Udara tehadap berat padat
campuran total) Minimum
Minimum 7,3
4
(% terhadap volume total campuran) Maximum 6
Marshall Quotient (SNI-06-2489-1991) (KN/mm) Minimum 1
Maximum 4
Stabilitas Marshal (SNI-06-2489-1991) (KG) Minimum 450
Maximum -
Stabilitas Marshal tersisa setelah perendaman Minimum 75
0
selama 24 jam pada 60 C (% terhadap stabilitas
semula)

(2) Bahan aspal yang terkandung dari benda uji pada campuran kerja harus
mempunyai nilai penetrasi tidak kurang dari 70 % terhadap nilai penetrasi
aspal sebelum pencampuran dan nilai daktilitas tidak kurang dari 40 cm, bila
diperiksa masing- masing dengan PA.0301-76 dan AASHTO T 51.
(3) Bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara AASHTO T
164. Setelah konsentrasi bahan aspal yang terekstraksi mencapai 200 mm,
partikel mineral yang terkandung harus dipindahkan kedalam suatu
sentrifugal.

8.9.5.4 Rancangan Campuran

(1) Komposisi Umum dari Campuran


Campuran HRS (Lataston) terdiri dari agregat dan bahan aspal. Dalam
beberapa hal penambahan bahan pengisi akan diperlukan untuk
meyakinkan sifat-sifat campuran dapat memenuhi persyaratan yang
ditetapkan. Akan tetapi umumnya pemakaian bahan pengisi harus sesedikit
mungkin.
(2) Kadar Bitumen dari Campuran
Kadar bitumen campuran HRS (Lataston) harus ditetapkan sedemikian rupa
hingga kadar bitumen efektif (yaitu setelah kehilangan oleh absorbsi
agregat) tidak akan kurang dari nilai minimum yang ditetapkan dalam Tabel

Pekerjaan Jalan ST VIII-21


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

diatas di bab ini. Persentase aspal yang sesungguhnya harus ditambahkan


kedalam campuran akan tergantung pada daya absobsi agregat yang
digunakan dan akan ditetapkan oleh Direksi Teknik sewaktu menyetujui
rumus campuran kerja. Nilai kadar aspal yang ditetapkan akan didasarkan
pada data pengujian yang diberikan Kontraktor menurut tabel diatas di
bab ini dan harus lebih besar dari batasan yang dipersyaratkan Tabel diatas.
(3) Proporsi Komponen Agregat
(a) Komponen-komponen campuran agregat harus ditetapkan berkenaan
dengan fraksi-fraksi rencana yang diperlukan, yang dirumuskan sebagai
berikut :

Fraksi Agregat Kasar : Persentase berat dari campuran keseluruhan


material tertahan pada saringan 2,36 mm.
Fraksi Agregat Halus : Persentase berat dari campuran keseluruhan
dari material lolos saringan 2,36 mm tetapi
tertahan pada saringan 75 mikron.
Fraksi Bahan Pengisi : Persentase berat dari campuran keseluruhan
material yang lolos saringan 75 mikron.
(b) Fraksi rancangan dari campuran umumnya harus berada dalam batas-
batas komposisi yang diberikan dalam Tabel dibawah ini. Walaupun
demikian Direksi Teknik dapat menyetujui atau langsung dapat
menggunakan campuran yang melampaui batasan asalkan memenuhi
sifat-sifat campuran yang ditentukan ebagaimana pada Tabel di atas.

Tabel. Fraksi Rancangan Campuran


Fraksi Rancangan Campuran Persen Berat
Total Campuran Aspal
Fraksi Agregat Kasar (CA) 20 – 40
Fraksi Agregat Halus (FA) 47 – 67
Fraksi Bahan Pengisi (FF) 5–9

(4) Penyesuaian Proporsi Campuran dengan Cara Campuran Percobaan

(a) Kontraktor harus membuktikan bahwa seluruh agregat-agregat yang


diusulkan serta proporsi komponen campuran HRS (Lataston) yang
diusulkan memenuhi syarat dengan membuat serta menguji campuran-
campuran percobaan yang dibuat dalam alat campuran (mixing plant)
segera sebelum penghamparan campuran HRS (Lataston).

(b) Pengujian-pengujian yang diperlukan akan meliputi gradasi, berat jenis


(spesific gravity) dan absorbsi air pada agregat kasar dan halus yang
akan digunakan, serta pengujian-pengujian sifat-sifat lain dari agregat
yang mungkin diminta oleh Direksi Teknik. Pengujian pada campuran-
campuran percobaan akan meliputi penentuan berat jenis dari campuran

Pekerjaan Jalan ST VIII-22


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

HRS (Lataston) (ASSHTO T 209-74) dan pengujian sifat-sifat Marshall


(SNI-06-2489-1991).

(c) Percobaan rancangan pertama harus dilaksanakan dengan menggunakan


persediaan material untuk menetapkan perbandingan pasir terhadap abu
batu yang optimum. Jika mungkin campuran-campuran percobaan akhir
harus dibuat dari agregat-agregat yang berkondisi sama seperti sebelum
penakaran campuran untuk alat campur (mixing plants). Untuk alat-alat
penakar sistem timbang (weight-batching plants), dalam hal ini berarti
menggunakan contoh- contoh agregat yang diambil dari hot bin,
sedangkan untuk alat-alat pemasok sistem menerus contoh-contohnya
harus diambil dari cold-feed hoppers. Untuk campuran-campuran
percobaan pada tahap awal, dengan menggunakan contoh agregat dari
tempat-tempat penimbunan, setiap rumus campuran kerja yang
ditentukan harus dianggap sebagai sementara sampai ditetapkan (atau
disesuaikan) sebagai mempunyai gradasi-gradasi agregat yang tepat dan
sifat- sifat yang sesuai pada waktu pencampuran.

(d) Pengujian campuran percobaan laboratarium harus dilaksanakan dalam


tiga langkah dasar, sebagai berikut:
(i) Seleksi resep campuran nominal untuk digunakan sebagai suatu
dasar referensi untuk campuran-campuran percobaan.
(ii) Melakukan campuran-campuran percobaan untuk memilih suatu
resep campuran yang optimum.
(iii) Penegasan campuran yang optimum dengan cara pengujian, bila
perlu dengan mengadakan penyesuaian dari resep campuran yang
dipilih.

(e) Sebelum percobaan-percobaan laboratorium dimulai, maka suatu resep


campuran nominal yang cocok terhadap bahan-bahan campuran yang
diusulkan harus diperkirakan atas dasar pertimbangan rencana campuran
teoritis. Setelah ditentukan perbandingan pencampuran agregat nominal,
kadar aspal dan kadar bahan pengisi yang ditambahkan, kemudian
digunakan sebagai titik permulaan dan dasar referensi untuk variasi-
variasi campuran yang diselidiki dalam percobaan-percobaan
laboratorium dan jika diperkirakan secara tepat, maka akan memudahkan
dan memperbaiki ketepatan dari proses pengujian “coba-coba” yang
diperlukan di laboratorium. Prosedur yang harus digunakan untuk
menaksir suatu resep campuran nominal yang tepat adalah sebagai
berikut :
(i) Proporsi Takaran Campuran Nominal.
Proporsi ini ditentukan dengan mempertimbangkan bentuk kurva

Pekerjaan Jalan ST VIII-23


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

gradasi untuk agregat yang diusulkan dan derajat kesenjangan


gradasi yang diperlukan pada campuran kombinasi.
Untuk agregat-agregat cukup memenuhi batas-batas gradasi yang
dipersyaratkan pada tabel diatas di bab ini, fraksi-fraksi rancangan
untuk agregat kombinasi yang tepat, dari mana perbandingan-
perbandingan takaran nominal yang diminta dapat dihitung,
ditunjukan dalam Tabel diatas di bab ini.
Jika pengaruh gradasi senjang yang dapat diperoleh terhadap
agregat kombinasi jauh lebih kecil atau lebih besar dari yang
diberikan Direksi Teknik, maka rancangan fraksi untuk agregat kasar
masing-masing harus lebih rendah atau mencapai nilai yang
diberikan dalam Tabel dibawah ini. Perhitungan resep takaran
campuran rancangan harus dicatat pada formulir standar yang
diberikan Direksi Teknik.

Tabel Proporsi Campuran Nominal (hanya sebagai Pedoman)


Proporsi Campuran Nominal
Komponen Campuran Persen Berat
Agregat Kasar (CA) Total Campuran
35 Aspal
Agregat Halus (FA) 65 – FF – b
Fraksi Filler (FF)
Total Kadar Aspal dalam campuran 7
b
Total 100

(ii) Kadar Bahan Pengisi (Filler) Nominal.


Kadar bahan pengisi (Filler) nominal harus nol, kecuali kriteria seperti
diberikan pada Tabel diatas tidak terpenuhi. Dalam hal ini, jumlah
filler yang ditambahkan hanyalah sekedar cukup untuk memenuhi
kriteria FF pada campuran nominal, dan jumlah ini harus ditetapkan
sebagai tambahan filler nominal yang diperlukan untuk campuran-
campuran percobaan.
(iii) Kadar Aspal Nominal.
Nilai Laboratorium untuk daya serap air agregat yang diusulkan, akan
digunakan untuk memperoleh perkiraan dari banyaknya aspal yang
mungkin dapat diserap oleh gabungan agregat dalam campuran
nominal. Besarnya penyerapan agregat terhadap aspal dapat
diperkirakan sebesar 50 % dari nilai penyerapan terhadap air yang
telah diukur. Aspal yang terserap tersebut harus diperhitungkan
sebagai tambahan terhadap kadar aspal efektif minimum seperti yang
ditentukan pada Tabel diatas, dan jumlahnya diatur jika perlu, jadi
hasilnya memenuhi total minimum aspal yang sebenarnya diperlukan
menurut Tabel diatas, yang harus merupakan kadar aspal nominal
untuk percobaan-percobaan campuran.

Pekerjaan Jalan ST VIII-24


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(f) Campuran-campuran percobaan laboratorium harus dipersiapkan atas


dasar resep campuran nominal, tetapi dengan variasi-variasi dalam
proporsi-proporsi campuran agregat, kadar bahan pengisi yang
ditambahkan dan kadar bitumen. Untuk setiap variable yang akan
diberikan, maka suatu rangkaian contoh- contoh pengujian Marshall
harus dipersiapkan dalam hal mana salah satu atau dua kepentingan
parameter-parameter campuran divariasikan, sementara semua
parameter-parameter campuran lainnya dipertahankan pada nilai-nilai
yang dapat diterapkan pada campuran-campuran nominal. Variasi-variasi
campuran berikut harus diselidiki :
(i) Variasi Campuran Agregat: Abu Batu.
Paling tidak tiga perbandingan agregat kasar yang terpisah, yang
memenuhi semua batas-batas pada Tabel diatas di bab ini harus
dicoba, demikian pula paling tidak tiga campuran yang berbeda dari
pasir alam dan agregat pecah. Perbandingan campuran pasir terhadap
abu batu harus dicoba dengan perbandingan kira-kira 2:1 sampai kira-
kira 1:2. Salah satu perbandingan agregat kasar dan perbandingan
pasir terhadap abu batu yang dipilih harus merupakan nilai yang sesuai
dengan campuran nominal, sedangkan nilai-nilai lainnya harus dipilih
sehingga kebutuhan batas-batas variasi tercakup dengan baik dan
dengan interval yang sama. Untuk semua variasi tes agregat ini,
perbandingan campuran dan penambahan filler (bila ada) harus
dipegang pada nilai campuran nominal tertentu.
(ii)Variasi Kadar Aspal.
Nilai-nilai kadar aspal sebesar 1% dan 2% (dari berat total campuran
aspal) dibawah kadar aspal dari campuran nominal harus dicoba , dan
juga nilai-nilai 1 % dan 2 % diatas.
(iii) Variasi Kadar Bahan Pengisi yang ditambahkan.
Kadar bahan pengisi (Filler) yang ditambahkan sebesar 2% dan 4%
diatas nilai campuran nominal harus dicoba, juga (nol) apabila nilai
nominalnya belum juga mencapai nol.
(g) Untuk masing-masing variasi campuran yang dicoba, paling sedikit 2
briket Marshall harus disiapkan dan dites, dan sifat-sifat campuran harus
dihitung menggunakan formulir terlampir. Nilai luas Permukaan Agregat
yang diperlukan harus dihitung dengan menggunakan formulir yang
diberikan Direksi Teknik. Sifat-sifat campuran yang diperoleh harus diplot
dengan menggunakan formulir sebagaimana terlampir dan resep
campuran optimum ditentukan dengan membandingkan data grafik
dengan batas-batas sifat-sifat campuran yang telah ditetapkan pada
Tabel diatas di bab ini, dan dengan membandingkan fraksi komponen

Pekerjaan Jalan ST VIII-25


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

campuran yang telah dihitung terhadap batas-batas yang diberikan pada


Tabel diatas di bab ini. Kriteria utama adalah bahwa kadar rongga udara
berada dekat dengan nilai tengah dari batas-batas yang ditentukan.
Stabilitas Marshall serta perbandingan stabilitas terhadap kelelehan dan
ketebalan film aspal juga harus memenuhi, tetapi yang terakhir ini
merupakan kepentingan kedua asalkan nilai-nilainya didalam batas-batas
yang ditetapkan.
(h) Untuk pertimbangan ekonomis, proporsi-proporsi campuran dapat
dioptimasikan secara demikian rupa sehingga kadar aspal dapat
diperkecil dalam batas-batas yang diijinkan yang ditentukan dalam Tabel
diatas di bab ini, tetapi bagaimanapun juga kadar aspal tidak boleh
dikurangi sampai lebih rendah dari batas bawah yang dipersyaratkan.
Dalam memeriksa apakah campuran optimum memenuhi batas bawah
yang ditentukan untuk kadar aspal efektif, nilai kadar aspal yang diserap
yang akan digunakan, pada umumnya harus nilai yang dihitung dari
hasil-hasil pengujian AASHTO T 209-74. Pilihan lain dari nilai-nilai
absorbsi aspal, diperkirakan secara kasar atas dasar berat jenis (specific
gravity) agregat atau nilai-nilai absorpsi air, pada umumnya tidak akan
diterima untuk maksud mengevaluasi pemenuhan persyaratan.
(i) Apabila proses optimisasi campuran yang diuraikan diatas, memerlukan
interpolasi yang cukup besar terhadap data pengujian, sehingga resep
akhir yang dipilih tidak sama dengan setiap resep yang sebenarnya diuji
selama percobaan-percobaan tersebut, Direksi Teknik bisa
memerintahkan agar disiapkan satu percobaan campuran lagi dan diuji
untuk memastikan sifat-sifat dari campuran optimum yang sudah dipilih.
Dengan membandingkan hasil-hasil dari tes pemastian percobaan tunggal
ini dengan hasil-hasil yang diperoleh dari serangkaian campuran
percobaan, maka selanjutnya penyesuaian kecil dari resep campuran
yang dipilih mungkin masih diperlukan. Dengan cara yang sama, selama
pengontrolan berturut-turut atas kualitas campuran tersebut,
modifikasi-modifikasi kecil dari resep campuran dapat didasarkan secara
mudah dengan hanya satu perbandingan terhadap hasil-hasil pengujian
tunggal (setiap pengujian memerlukan paling sedikit tiga benda uji)
dengan perluasan-perluasan (trends) parameter campuran yang
diperoleh dari percobaan-percobaan laboratorium sebelumnya. Prosedur
campuran percobaan yang lengkap (seperti yang diuraikan diatas),
meliputi pengujian paling sedikit, 15 macam campuran yang berbeda,
pada umumnya tidak perlu diulang kecuali ada suatu perubahan besar
dalam material-material campuran (yaitu perubahan jenis agregat atau
sumbernya, perubahan jenis mesin pemecah, perubahan jenis aspal, dan
sebagainya).

Pekerjaan Jalan ST VIII-26


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

8.9.5.5 Rumus Campuran Kerja

(1) Persetujuan
(a) Dalam menyetujui campuran kerja, Direksi Teknik atas dasar
pertimbangannya dapat menggunakan formula yang diserahkan, secara
keseluruhan atau sebagian, atau dapat meminta Kontraktor untuk
melaksanakan pengujian campuran percobaan tambahan atau untuk
menyelidiki alternatif agregat- agregat lainnya.
(b) Campuran kerja harus ditetapkan dan kualitas campuran tersebut harus
dikendalikan, dalam bentuk rancangan fraksi untuk agregat yang
berbeda- beda, seperti diuraikan dalam tabel diatas di bab ini, bukannya
dalam bentuk proporsi takaran agregat.
(2) Menyusul Persetujuan atas Rumus Campuran Kerja oleh Direksi Teknik
Kontraktor harus menghampar percobaan paling sedikit 8 ton campuran
HRS (Lataston) dengan menggunakan produk, peralatan penghampar dan
prosedur yang diusulkan. Apabila percobaan tersebut gagal memenuhi
persyaratan pada salah satu seginya, perlu dibuat penyesuaian dan
percobaan diulang kembali. Pekerjaan pengaspalan yang permanen belum
dapat dimulai hingga percobaan yang memuaskan telah dilaksanakan dan
disetujui oleh Direksi Teknik.
(3) Penerapan Formula Campuran Kerja dan Toleransi yang diijinkan
(a) Semua campuran HRS (Lataston) yang disediakan harus sesuai dengan
Rumus Campuran Kerja yang ditetapkan oleh Direksi Teknik, dalam
batas antara toleransi-toleransi yang ditetapkan dibawah :
Toleransi Komposisi Campuran :
Gabungan agregat yang lolos :  7 % berat total campuran
Saringan 9,5 mm
Gabungan agregat yang lolos :  5 % berat total campuran
Saringan 2,36 mm
Gabungan agregat yang lolos :  2 % berat total campuran
Saringan 150 mikron
Gabungan agregat yang lolos :  1,5 % berat total campuran
Saringan 75 mikron
Kadar bahan aspal : + 0,3 % berat total campuran

Toleransi Temperatur :
Bahan yang meninggalkan tempat pencampuran: ± 10º C.
Bahan-bahan yang diterima di tempat penghamparan : ± 10º C.
(b) Setiap hari Direksi Teknik harus mengambil contoh dari material dan
campuran yang dipandang perlu untuk pengecekan keseragaman yang

Pekerjaan Jalan ST VIII-27


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

diperlukan dari campuran.


(c) Suatu formula campuran kerja yang baru harus diserahkan dan disetujui,
sebelum campuran HRS (Lataston) yang mengandung material baru
dikirimkan.

8.9.5.6 Persyaratan Peralatan Pelaksanaan

(1) Umum
Unit pencampuran (Mixing Plant), yang dapat berupa pusat pencampuran
dengan penakaran (batching) atau pusat pencampuran menerus (continous),
harus memiliki kapasitas yang cukup untuk melayani mesin penghampar
secara menerus (tidak terhenti-henti) sewaktu menghampar campuran pada
kecepatan normal dan ketebalan yang disyaratkan. Pusat pencampur harus
dirancang, disyaratkan dan dioperasikan sedemikian rupa untuk
menghasilkan campuran dalam batas toleransi campuran kerja.

(2) Timbangan pada Pusat Pencampur


(a) Timbangan berupa tipe pembacaan jarum tanpa pegas, dan harus
merupakan produksi rancangan standar yang ketepatannya berkisar
antara ½ % dari bahan maksimum yang diperlukan.
(b) Timbangan harus dilengkapi dengan petunjuk yang dapat disetel untuk
memberi tanda berat-masing-masing material yang akan ditimbang
kedalam campuran. Memiliki konstruksi yang kokoh.
(c) Timbangan untuk menimbang material aspal harus memenuhi
persyaratan sebagai timbangan agregat.
(d) Timbangan harus telah disetujui oleh Direksi Teknik

(3) Peralatan untuk Penyiapan Bahan Aspal


Tangki untuk penyimpanan material aspal harus dilengkapi dengan pemanas
yang selalu dapat dikendalikan secara efektif dan positif sampai pada
temperatur dalam batas yang dipersyaratkan.
Kemampuan penyimpanan tangki harus 30.000 liter dan paling sedikit dua
tangki berkapasitas sama harus disediakan.

(4) Pemasok untuk Mesin Pengering (Feeder for Drier)


Pemasok untuk agregat halus harus dari tipe ban (belt conveyor). Atas
persetujuan Direksi Teknik diperkenankan memakai tipe lain, hanya jika alat
tersebut dapat
menyalurkan/mengangkut bahan basah pada kecepatan yang tetap tanpa
menyebabkan terjadinya penyumbatan. Kedudukan dari pemasok tak boleh
dirubah sama sekali tanpa persetujuan Direksi Teknik.

Pekerjaan Jalan ST VIII-28


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(5) Alat Pengering (Drier)


Alat pengering tersebut harus mampu mengeringkan dan memanaskan
agregat mineral sampai ke temperatur yang disyaratkan.

(6) Ayakan
Alat penyaring tersebut harus memiliki efisiensi pengoperasian yang
sedemikian rupa sehingga agregat yang tertampung dalam setiap
penampung (bin) harus tidak boleh mengandung lebih dari 10 % material
yang berukuran terlampau besar atau terlampau kecil.

(7) Penampung / Bin


Penampung harus dibagi paling sedikit dalam tiga bagian (ruang) dan harus
diatur untuk menjamin penyimpanan yang terpisah serta memadai untuk
masing-masing fraksi agregat, tidak termasuk bahan pengisi.

(8) Unit Pengontrol Aspal


(a) Harus disediakan suatu cara yang memuaskan, baik dengan menimbang
atau mengukur aliran, untuk memperoleh jumlah yang tepat dari
material aspal didalam campuran dalam batas toleransi yang
disyaratkan untuk campuran kerja itu.
(b) Untuk unit pencampuran dengan takaran, harus dapat menyediakan
kualitas aspal yang direncanakan untuk setiap takaran campuran. Untuk
pusat pencampuran menerus, kecepatan operasi dari pompa harus
disinkronkan dengan aliran dari agregat kedalam pencampur dengan
pengendalian penguncian otomatis, dan perangkat ini harus dapat distel
dengan mudah dan tepat.

(9) Perlengkapan Pengukur Panas


(a) Termometer yang dilindungi yang dapat digunakan dari 100º C sampai
200º C harus dipasang dalam saluran pemasukan aspal pada tempat
yang tepat dekat katup pengeluaran (discharge) pada unit pencampur.
(b) Untuk pengaturan temperatur agregat yang lebih baik, penggantian dari
setiap termometer dengan alat pencatat temperatur yang disetujui
mungkin diminta oleh Direksi Teknik, dan juga Direksi Teknik dapat
meminta grafik temperatur harian untuk disimpan sebagai arsip.

(10) Pengumpul Debu (Dust Collector)


Unit Pencampur harus dilengkapi dengan alat pengumpul debu yang dibuat
sedemikian rupa untuk membuang atau mengembalikan secara merata ke
elevator seluruh atau sebagaian dari material yang dikumpulkannya,
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.

Pekerjaan Jalan ST VIII-29


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(11) Pengendalian Waktu Pencampuran


Unit Pencampur harus dilengkapi dengan cara yang positif mengontrol
waktu pencampuran dan mempertahankannya terkecuali kalau dirubah atas
perintah Direksi Teknik

(12) Persyaratan Keselamatan Kerja


(a) Tangga yang memadai serta aman untuk ke landasan (Platform)
pencampur dan tangga berpagar ke unit lainnya harus dipasang pada
seluruh tempat yang diperlukan untuk menuju pengoperasian semua
alat-alat perlengkapan. Untuk mencapai bak dari truk harus disediakan
landasan atau perangkat lainnya yang sesuai.
(b) Lorong yang cukup dan tidak terhalang harus selalu disediakan
pada dan sekitar tempat pemuatan truk.

(13) Persyaratan Khusus untuk Unit Pencampuran Batch (Bacthing Plant)


(a) Kotak Penimbang atau Penampung.
Perlengkapan ini harus mencakup suatu cara untuk menimbang secara
teliti, masing-masing menampung ukuran agregat tertentu dalam kotak
penimbang atau penadah, yang digantung pada timbangan, berukuran
cukup untuk menampung campuran satu takaran penuh tanpa harus
diratakan dengan tangan atau tanpa tumpah
(b) Pencampur (Mixer).
Pencampur batch harus dari tipe “twin pugmill” (pengaduk putar
ganda) yang disetujui yang mampu menghasilkan campuran yang
merata dalam batas toleransi campuran kerja.

(14) Persyaratan Khusus untuk Unit Pencampuran Menerus (Continuous Mixing


Plant)
(a) Unit Pengontrol Gradasi.
Unit harus memiliki suatu alat untuk mengatur proporsi secara teliti
masing- masing penampung dengan ukuran agregat baik dengan
penimbangan atau dengan pengukuran volume.
(b) Kalibrasi Berat dari Pemasukan Agregat.
Unit ini harus mencakup perlengkapan untuk kalibrasi dari bukaan
lubang dengan cara pengujian penimbangan berat contoh sehingga
masing-masing material yang mengalir keluar dari penampung melalui
bukaan dapat dilewatkan secara memuaskan ke kotak-kotak penguji
yang cocok.
(c) Sinkronisasi Pemasukan Agregat dan Aspal .
Kontrol ini harus disertai dengan cara penguncian mekanis atau metode
positif lainnya yang memuaskan Direksi Teknik.

Pekerjaan Jalan ST VIII-30


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(d) Unit Pencampur untuk Metode Menerus.


Perlengkapan ini harus mencakup pencampur menerus tipe pengaduk
ganda yang disetujui, yang mampu menghasilkan campuran yang
merata dalam batas toleransi campuran kerja.
Penetapan waktu pencampuran harus dengan metode berat (Beratnya
harus ditetapkan untuk pekerjaan itu dari pengujian yang dilakukan
oleh Direksi Teknik).
(e) Penampung.
Pencampur harus dilengkapi dengan sebuah penampung pada bagian
pengeluaran, dengan ukuran serta rancangan yang tidak akan
mengakibatkan terjadinya segregasi.

(15) Peralatan Pengangkut

(a) Truk untuk mengangkut campuran HRS (Lataston) harus mempunyai


bak dari logam yang rapat, bersih dan rata, telah disemprot dengan
sedikit air sabun, minyak yang telah diencerkan, minyak tanah, atau
larutan kapur untuk mencegah melekatnya campuran ke bak.
(b) Truk yang menyebabkan segregasi yang berlebihan akibat sistem
pegasnya atau faktor lain, atau yang menunjukkan kebocoran oil yang
nyata, atau yang menyebabkan kelambatan yang tidak perlu, atas
perintah Direksi Teknik harus dikeluarkan dari pekerjaan sampai
kondisinya diperbaiki.
(c) Bila dianggap perlu, agar campuran HRS (Lataston) yang dikirim ke
tempat pekerjaan pada temperatur yang dipersyaratkan, bak truk
hendaknya diisolasi untuk memperoleh temperatur dimana campuran
mudah dikerjakan, dan seluruh penutup harus diikat kencang.

(16) Peralatan Penghampar dan Pembentuk

(a) Peralatan penghampar dan pembentuk harus dari mesin mekanis yang
telah disetujui, mempunyai mesin sendiri yang mampu menghampar
dan membentuk campuran HRS (Lataston) sampai sesuai dengan garis,
permukaan serta penampang melintang yang diperlukan.
(b) Mesin penghampar harus dilengkapi dengan penadah serta ulir
pembagi dari tipe yang berlawanan untuk menempatkan campuran
secara merata dimuka “screed” (sepatu) yang dapat disetel. Mesin ini
harus dilengkapi dengan perangkat kemudi yang cepat dan efesian dan
harus dapat bergerak mundur dan maju.
(c) Mesin penghampar harus mempunyai perlengkapan mekanis seperti
penyeimbang (equalizing runners), pisau (straightedge runners), lengan
perata (evener arms), atau perlengkapan lainnya untuk
mempertahankan kelurusan permukaan dan kelurusan garis tepi

Pekerjaan Jalan ST VIII-31


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

perkerasan tanpa perlu menggunakan pembentuk tepi yang tepat.


(d) Mesin penghampar harus dilengkapi dengan “screed” (sepatu) atau
yang dengan tipe vibrator yang dapat digerakkan dan perangkat untuk
pemanas “screed” pada temperatur yang diperlukan untuk
penghamparan campuran tanpa menggusur atau merusak permukaan.
(e) Istilah “screed” meliputi memangkasan, penutupan, atau tindakan
praktis lainnya yang efektif untuk menghasilkan permukaan akhir
dengan kerataan atau tekstur yang dipersyaratkan, tanpa terbelah,
tergeser atau beralur.
(f) Jika selama pelaksanaan diketahui bahwa perlengkapan penghampar
dan pembentuk dalam pengoperasiannya meninggalkan bekas pada
permukaan atau cacat atau ketidak rataan permukaan lainnya yang
tidak diperbaiki dengan memuaskan dengan pelaksanaan yang
dijadwalkan, maka pengunaan peralatan tersebut. Harus dihentikan dan
peralatan penghampar dan pembentuk lainnya yang memuaskan harus
disediakan oleh kontraktor.

(17) Peralatan Pemadat


(a) Setiap mesin penghampar harus disertai mesin gilas baja (steel wheel
roller) dan mesin gilas ban bertekanan. Semua mesin gilas harus
mempunyai tenaga penggerak sendiri.
(b) Mesin gilas ban bertekanan (pneumatic tired rollers) harus dari tipe
yang disetujui yang memiliki tidak kurang dari tujuh roda ban halus
dengan ukuran dan konstruksi yang sama yang mampu beroperasi
pada tekanan 8,5 kg/cm2 (120 psi).
(c) Mesin gilas, harus mampu menimbulkan beban tekanan pada roda
belakang tidak kurang dari 400 kg per 0,1 m kali lebar minimum roda.
Paling sedikit satu dari mesin gilasnya mampu menimbulkan tekanan
gilas sebesar 600 kg per 0,1 m kali lebar. Mesin gilas harus bebas dari
permukaan yang datar (flat), penyok, robek-robek atau tonjolan yang
akan merusak permukaan perkerasan.

8.9.5.7 Pembuatan dan Produksi Campuran

(1) Kemajuan Pekerjaan


Tidak ada pencampuran takaran yang boleh dilakukan bila tidak cukup
tersedia peralatan pengangkutan, penghamparan atau pembentukan, atau
buruh yang cukup, untuk menjamin kemajuan dengan kecepatan tidak
kurang dari 60% kapasitas alat pencampur.

Pekerjaan Jalan ST VIII-32


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(2) Penyiapan Material Aspal


Material aspal harus dipanaskan sampai temperatur antara 140º C dan 160º
C didalam tangki yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah
terjadinya pemanasan setempat dan mampu mengalirkan bahan aspal secara
berkesinambungan pada temperatur yang merata setiap saat, ke alat
pencampur. Sebelum operasi pencampuran dimulai setiap hari, harus paling
sedikit ada 30.000 liter aspal panas yang siap untuk dialirkan ke pencampur.
`

(3) Penyiapan Agregat


(a) Agregat untuk campuran harus dikeringkan dan dipanaskan pada alat
pengering sebelum dimasukkan kedalam alat pencampur. Api yang
digunakan untuk pengeringan dan pemanasan harus diatur secara ketat
untuk mencegah rusaknya agregat dan mencegah terbentuknya selaput
jelaga pada agregat.
(b) Bila dicampur dengan aspal, agregat tersebut harus kering dan pada
rentang temperatur yang dipersyaratkan untuk material aspal, tetapi
tidak lebih dari 14º C diatas temperatur material aspal.
(c) Bahan pengisi tambahan (filler), jika diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan gradasi, harus ditakar secara terpisah dari penampung kecil
yang dipasang tepat diatas pencampur. Menaburkan bahan pengisi
diatas tumpukan agregat atau menumpahkannya kedalam penampung
pada alat pemecah batu tidak diijinkan.

(4) Penyiapan Campuran


(a) Agregat kering, yang disiapkan seperti yang dijelaskan diatas, harus
digabung di unit pengolah dalam proporsi yang akan menghasilkan fraksi
agregat rancangan sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam rumusan
campuran kerja.
(b) Sewaktu dikeluarkan dari pencampur, temperatur campuran harus pada
temperatur batas absolut seperti, yang dijelaskan pada Tabel 6.6.7,
termasuk toleransi yang diperbolehkan.

8.9.5.8 Penghamparan Campuran

(1) Menyiapkan Permukaan yang akan Dilapisi


(a) Sesaat sebelum penghamparan campuran HRS (Lataston), permukaan
yang ada harus dibersihkan dari material yang lepas dan yang tidak
dikehendaki dengan sapu mesin, dan dibantu dengan cara manual
(dengan tangan) jika diperlukan. Lapis aspal perekat (tack coat) atau
lapis aspal resap pengikat (prime coat) harus digunakan sesuai dengan
petunjuk Direksi Teknik.
(b) Bila permukaan yang akan dilapisi yang terdapat ketidak rataan, rusak,
menunjukkan ketidak stabilan, mengandung material permukaan lama

Pekerjaan Jalan ST VIII-33


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

yang telah rusak secara berlebihan atau tidak melekat dengan baik
perkerasan dengan dibawahnya, harus dibuat rata terlebih dahulu
sebagaimana diperintahkan, seluruh material yang lepas atau yang lunak
harus dibuang, dan permukaannya dibersihkan dan/atau diperbaiki
dengan campuran aspal material lain yang disetujui oleh Direksi Teknik
dan kemudian dipadatkan. Toleransi permukaan setelah diperbaiki harus
sama dengan yang diperlukan untuk konstruksi pondasi agregat.

(2) Sepatu (screed) Tepi


Balok kayu atau kerangka lain yang disetujui harus dipasang sesuai dengan
garis serta ketinggian yang diperintahkan pada tepi-tepi dari tempat dimana
campuran HRS (Lataston) akan dihampar.

(3) Penghamparan dan Pembentukan


(a) Sebelum memulai operasi pelapisan, sepatu (screed) dari mesin
penghampar harus dipanaskan. Campuran HRS (Lataston) harus dihampar
dan diratakan sesuai dengan kelandaian, elevasi, serta bentuk melintang
yang disyaratkan.
(b) Mesin penghampar harus dioperasikan pada suatu kecepatan yang tidak
akan menyebabkan retak permukaan, belahan, atau bentuk ketidak
teraturan lainnya pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus
disetujui oleh Direksi Teknik dan ditaati.
(c) Jika terjadi segregasi, belahan atau alur pada permukaan, mesin
penghampar harus dihentikan dan tidak dijalankan. Tempat-tempat yang
kasar atau tersegregasi dapat diperbaiki dengan menaburkan bahan yang
halus (fine) dan perlahan-lahan diratakan. Perataan (raking) kembali
sebaiknya dihindari sedapat mungkin. Butir-butir kasar tidak boleh
ditaburkan diatas permukaan yang dihampar dengan rapi.
(d) Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin pada
tepi - tepi penadah atau tempat lainnya di mesin.

(4) Pemadatan
(a) Segera setelah campuran HRS (Lataston) dihampar dan diratakan,
permukaan harus diperiksa dan setiap ketidak rataan diperbaiki.

(b) Penggilasan campuran HRS (Lataston) harus terdiri dari tiga operasi
yang berbeda sebagai berikut :

No. Uraian Waktu setelah


Penghamparan
1. Penggilasan awal atau pemecahan 0 – 10 menit
2. Penggilasan sekunder atau antara 10 – 20 menit
3. Penggilasan akhir atau penyelesaian 20 – 45 menit

Pekerjaan Jalan ST VIII-34


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(c) Penggilasan awal atau pemecahan dan penggilasan akhir atau


penyelesaian harus seluruhnya dilakukan dengan mesin gilas roda baja.
Penggilasan sekunder atau antara harus dilakukan dengan mesin gilas ban
angin.

(d) Penggilasan sekunder atau antara harus mengikuti sedekat mungkin


penggilasan pemecah dan harus dilakukan sewaktu campuran masih
berada pada temperatur yang akan menghasilkan pemadatan maksimum.

(e) Sambungan melintang harus digilas pertama-tama dan dalam penggilasan


awal harus digilas ke arah melintang dengan penggunan papan (di tepi
perkerasan) yang mempunyai ketebalan gilas diluar batas perkerasan.
Bila sambungan memanjang tersebut untuk suatu jarak yang pendek.

(f) Pada sambungan memanjang penggilasan harus dimulai ke arah


memanjang dan selanjutnya pada tepi luar dan sejajar dengan sumbu
jalan ke arah tengah jalan, kecuali pada super elevasi pada tikungan
harus dimulai pada bagian rendah dan bergerak ke arah bagian yang
tinggi.

(g) Ketika menggilas sambungan memanjang, mesin gilas pemecah harus


terlebih dulu pindah ke jalur yang telah dihampar sebelumnya sehingga
tidak lebih dari 15 cm dari roda penggerak akan menggilas tepi yang
belum dipadatkan.

(h) Kecepatan dari mesin gilas harus tidak melebihi 4 km/jam untuk roda
baja dan 15 km/jam untuk ban angin dan kecepatan harus selalu cukup
rendah sehingga tidak mengakibatkan tergesernya campuran panas
tersebut.

(i) Penggilasan harus berlangsung secara terus menerus sebagaimana


diperlukan untuk memperoleh pemadatan yang merata sewaktu
campuran masih dalam kondisi yang dapat dikerjakan dan hingga seluruh
bekas tanda gilasan dan ketidak-rataan hilang.

(j) Untuk mencegah penempelan campuran panas ke roda mesin gilas, roda-
roda tersebut harus dibasahkan secara menerus, tetapi air yang
berlebihan tidak diijinkan.

(k) Peralatan berat atau mesin gilas tidak diperbolehkan berada diatas
lapisan yang baru selesai, sampai lapisan-lapisan tersebut betul-betul
telah mendingin dan mengeras.
(l) Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan
atau perlengkapan yang digunakan oleh Kontraktor diatas tiap bagian
perkerasan yang sedang dikerjakan, dapat menjadi sebab pembongkaran

Pekerjaan Jalan ST VIII-35


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

dan penggantian dari perkerasan yang rusak tersebut (oleh Kontraktor).

(m) Permukaan campuran setelah pemadatan harus licin dan sesuai dengan
bentuk dan ketinggian permukaan yang masih dalam batas-batas
toleransi yang dipersyaratkan. Seluruh tonjolan-tonjolan sambungan,
lekukan, dan permukaan yang kasar (cacat) harus diperbaiki
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.

(n) Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Kontraktor


harus memotong tepi-tepi perkerasan agar bergaris rapi.

(5) Sambungan-sambungan
(a) Sambungan melintang harus dipasang secara bertahap dengan minimum
jarak antaranya 25 cm dan harus lurus.
(b) Campuran tidak boleh dihampar pada material yang baru saja digilas
kecuali kalau tepinya tegak lurus atau telah dipotong tegak lurus.

8.9.5.9 Pengendalian dan Pengujian Mutu di Lapangan

(1) Pengujian Permukaan dari Perkerasan


(a) Permukaan harus diuji dengan mistar penyipat yang panjangnya 3 m,
yang disediakan oleh Kontraktor, diletakkan masing-masing secara tegak
lurus dan sejajar dengan sumbu jalan. Kontraktor harus menugaskan
beberapa pegawainya untuk menggunakan mistar tersebut dibawah
petunjuk Direksi Teknik untuk memeriksa seluruh permukaan.

(b) Pengujian-pengujian untuk memeriksa apakah bentuk permukaan telah


memenuhi ketinggian yang dipersyaratkan harus dilakukan segera
setelah pemadatan awal, dan perbedaaan harus diperbaiki dengan
membuang atau menambah material sebagaimana diperlukan/
diperintahkan oleh Direksi Teknik.

(2) Persyaratan Kepadatan


(a) Kerapatan dari campuran yang telah dipadatkan, seperti yang ditentukan
dalam AASHTO T 166, harus tidak kurang dari 98 % dari kerapatan
benda uji yang dipadatkan di laboratorium dari material dengan proporsi
yang sama.

(b) Cara pengambilan contoh-contoh material dan pemadatan dari benda uji
tersebut dalam (a), harus masing-masing sesuai dengan AASHTO T 168
dan SNI-06-2489-1991.

(3) Pengambilan Contoh untuk Pengendalian Mutu Campuran


(a) Contoh-contoh dibawah ini harus diambil untuk pengujian harian :
(i) Agregat dari hot bin untuk gradasi-gradasi hasil pencucian

Pekerjaan Jalan ST VIII-36


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(ii) Gabungan agregat panas untuk gradasi-gradasi hasil pencucian


(iii) Campuran aspal untuk ekstraksi Stabilitas Marshall.
(b) Sebagai tambahan bila mengganti formula campuran kerja, atau sewaktu
waktu sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik, contoh tambahan
akan diambil untuk memungkinkan penentuan Bulk Specific Gravity
untuk agregat dari hot bin dan kerapatan teroritis maksimum dari
campuran aspal (AASHTO T 209-74).

(4) Pengujian Pengendalian Mutu Campuran

(a) Kontraktor harus menyimpan catatan dari seluruh pengujian dan catatan-
catatan ini harus dikirim dengan segera ke Direksi Teknik.

(b) Kontraktor harus menyampaikan pada Direksi Teknik hasil-hasil dan


catatan- catatan pengujian yang berikut, yang dilaksanakan pada setiap
hari produksi bersama dengan lokasi yang tepat dimana produksi tersebut
dihampar :

(i) Analisa saringan (metode pencucian) untuk paling sedikit 2 (dua)


contoh dari setiap hot bin.

(ii) Analisa saringan (metode pencucian) untuk paling sedikit 2 (dua)


contoh dari gabungan agregat panas.

(iii) Temperatur dari campuran sewaktu pengambilan contoh di pusat


pencampur dan diatas jalan (setiap satu jam).

(iv) Kerapatan dari campuran yang dipadatkan di laboratorium


(kerapatan Marshall) untuk paling sedikit 2 (dua) contoh.

(v) Kerapatan dari pemadatan dan persentase pemadatan dari campuran


dibandingkan dengan kerapatan Marshall di laboratorium untuk paling
sedikit 2 (dua) contoh.

(vi) Stabilitas Marshall serta lelehnya (flow-nya) dan hasil angka


perbandingan Marshall, seperti didefinisikan dalam Artikel 6.6.3 paling
sedikit 2 (dua) contoh.

(vii) Kadar aspal dan gradasi agregat dari campuran seperti yang
ditetapkan dari pengujian ektraksi aspal untuk paling sedikit 2 (dua)
contoh. Jika memakai metoda ekstraksi centryfuge, koreksi abu
dilakukan sesuai ketentuan AASHTO T 164 -76.

(viii) Rongga udara dalam campuran, dihitung menurut Maximum


Specific Gravity of Bituminous Paving Mixtures (AASHTO T 209 74).

(ix) Aspal yang diabsorbsi oleh agregat, sebagaimana dihitung atas


dasar Maximum Speciffic Gravity of Bituminous Paving Mixtures

Pekerjaan Jalan ST VIII-37


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(AASHTO T 209-74).

(5) Pengendalian Kuantitas dengan Menimbang Campuran

(a) Untuk pengecekan pada pengukuran kuantitas untuk pembayaran, berat


campuran yang dihampar harus selalu dimonitor secara terus-menerus
dengan tiket pengiriman muatan dari tempat-tempat penimbangan truk.

(b) Penentuan kadar aspal campuran kerja (job mix) di laboratorium harus
dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali per hari produksi dan paling
sedikit 1 (satu) contoh setiap 200 ton campuran yang diproduksi.
Pengambilan contoh dari campuran kerja harus dilakukan dibawah
pengawasan Direksi Teknik.

8.9.5.10 Pengukuran dan Pembayaran

(1) Metode Pengukuran


(a) Kuantitas yang diukur untuk pembayaran HRS (Lataston) haruslah
didasarkan pada beberapa pengaturan dibawah ini :
(i) Untuk bahan lapis permukaan, jumlah meter persegi dari material
yang dihampar dan diterima, yang dihitung sebagai hasil perkalian
dari panjang penampang yang diukur dan lebar yang diterima.

(ii) Untuk bahan lapisan perata, jumlah metric ton dari material yang
telah dihampar dan diterima, yang ditentukan oleh monitoring yang
terus- menerus dari tiket pengiriman muatan dari timbangan truk.

(b) Kuantitas yang diterima untuk pengukuran harus tidak meliputi lokasi-
lokasi dimana tebal HRS (Lataston) kurang dari tebal minimum yang
dapat diterima atau setiap bagian yang terkelupas, terbelah, retak atau
menyempit (tapered) di sepanjang tepi perkerasan atau di tempat
lainnya. Lokasi-lokasi yang materialnya memiliki kadar aspal dibawah
kebutuhan yang disetujui tidak akan diterima untuk pembayaran.

(c) HRS (Lataston) yang dibayar atas dasar meter persegi yang dihampar
langsung diatas permukaan jalan lama, dimana pembuatan lapis
permukaan jalan lama tersebut tidak tercakup pada Kontrak yang
sama, dan menurut pendapat Direksi Teknik memerlukan koreksi yang
cukup besar, harus dibayar atas tebal nominal yang diterima yang
dihitung atas dasar kerapatan laboratorium dari campuran HRS
(Lataston) padat menurut SNI-06-2489-1991, luas bagian yang diukur
dan berat dari campuran, sesuai catatan penimbangan truk yang telah
disetujui, yang benar-benar dibutuhkan dan digunakan untuk pekerjaan
permanen. Jika menurut pendapat Direksi Teknik, tebal rata-rata
campuran HRS (Lataston) yang digunakan, melebihi dari sesungguhnya

Pekerjaan Jalan ST VIII-38


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

yang dibutuhkan (diperlukan untuk perbaikan bentuk), tebal nominal


yang dikurangi dan diterima harus ditentukan berdasarkan atas suatu
perhitungan yang tidak berat sebelah dari tebal rata-rata yang
dibutuhkan.

(d) Lebar hamparan HRS (Lataston) yang akan dibayar, harus seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar Rencana atau yang disetujui oleh Direksi
Teknik dan harus ditetapkan dengan menggunakan pita ukur yang
dilakukan Kontraktor dibawah pengawasan Direksi Teknik.

(e) Panjang hamparan HRS (Lataston) arah memanjang yang akan dibayar,
harus ditentukan dari pengukuran sepanjang sumbu jalan, dengan
menggunakan prosedur pengukuran teknik standar.

(f) Kadar aspal rata-rata dari campuran kerja, seperti yang diperoleh dari
hasil pemeriksaan ekstraksi di laboratorium, harus sama dengan atau
lebih besar dari kadar aspal yang ditetapkan dalam formula campuran
kerja dari Direksi Teknik yang akan diperhitungkan dalam pengukuran
atau pembayaran.

(g) Bila perbaikan HRS (Lataston) yang tidak memuaskan telah diperintahkan
oleh Direksi Teknik, kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah
kuantitas yang akan dibayar bila pekerjaan semula (awal) dapat diterima.
Tidak ada pembayaran tambahan untuk pekerjaan tambahan atau
tambahan kuantitas yang diperlukan untuk perbaikan.

(2) Dasar Pembayaran


Kuantitas yang ditentukan, sebagaimana diuraikan diatas, harus dibayar
menurut Harga Satuan per satuan pengukuran untuk masing-masing Mata
Pembayaran yang terdaftar dibawah dan tercantum dalam Jadual
Penawaran. Harga dan pembayaran ini harus merupakan kompensasi penuh
untuk mengadakan dan memproduksi dan mencampur serta menghampar
semua material, termasuk semua buruh, peralatan, pengujian-pengujian,
perkakas dan perlengkapan-perlengkapan lainnya yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan yang diuraikan dalam bab ini.

Nomor Mata Satuan


Uraian
Pembayaran Pengukuran

HRS (Lataston) HRSL (Lataston Meter persegi


(1) (2)
Levelling) Ton

Pekerjaan Jalan ST VIII-39


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

8.9.6 ATB (Laston Atas)

8.9.6.1 Umum

(1) Uraian
(c) Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapis perata atau lapis pondasi atas
padat yang awet, yang terdiri dari agregat dan material aspal dicampur di
pusat pencampur, serta menghampar dan memadatkan campuran
tersebut, diatas lapis pondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan,
sesuai dengan persyaratan ini dan memenuhi bentuk sesuai Gambar
Rencana dalam hal ketinggian, penampang memanjang dan melintang
atau sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Teknik.
(d) Campuran dirancang menggunakan prosedur khusus yang diberikan di
dalam Seksi ini, untuk menjamin bahwa asumsi rancangan yang
berkenaan dengan kadar bitumen efektif minimum, rongga udara,
stabilitas, fleksibilitas dan ketebalan film aspal benar-benar terpenuhi.
Dalam hal ini penting diingat bahwa, dalam pembuatan campuran ATB
(Asphalt Treated Base) / Laton Atas (Lapis Aspal Beton Pondasi Atas),
metode konvensional dalam merancang campuran beraspal, yang dimulai
mendapatkan kepadatan agregat maksimum yang paling mungkin, tidak
boleh digunakan karena pendekatan cara ini pada umumnya tidak akan
menghasilkan campuran yang memenuhi persyaratan Seksi ini.
(2) Campuran Beraspal ATB (Laston Atas)

ATB (Asphalt Treated Base) / Laton Atas (Lapis Aspal Beton Pondasi Atas),
yang selanjutnya disebut ATB (Laston Atas), adalah khusus diformulasikan
untuk meningkatkan keawetan dan ketahanan kelelehan. Penting diketahui
bahwa setiap penyimpangan dari Spesifikasi ini, khususnya pengurangan
dalam kadar bitumen, memungkinkan tidak berlakunya rancangan
perkerasan proyek dan memerlukan pelapisan ulang yang lebih tebal.
(3) Tebal Lapisan dan Toleransi
(f) Tebal dari ATB (Laston Atas) yang dihampar harus diamati dengan benda
uji “inti” (cores) perkerasan yang diambil oleh Kontraktor dibawah
pengawasan Direksi Teknik. Selang antara dan lokasi pengambilan benda
uji harus sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Teknik, tetapi
paling sedikit dua buah diambil arah melintang dari masing-masing
setengah lebar penampang yang diselidiki dan selang antara potongan
melintang ke arah memanjang yang diselidiki tidak boleh lebih dari 200
m, dan harus sedemikian rupa sehingga
jumlah total benda uji yang diambil pada setiap segmen yang diukur
untuk pembayaran tidak boleh kurang dari batas-batas yang diberikan
dalam Tabel dibawah ini.

Pekerjaan Jalan ST VIII-40


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Tabel Jumlah Minimum Benda Uji Inti


Koefisien keragaman dari tebal benda Jumlah minimum benda uji yang
uji untuk semua benda uji dari bagian harus diambil dari bagian jalan
jalan yang diukur untuk pembayaran yang diukur untuk pembayaran
 30 % 6
30 – 40 % 10
41 – 50 % 14
51 – 60 % 20
61 – 70 % 28
71 – 80 % 40
 80 % 50

(g) Tebal ATB (Laston Atas) yang sesungguhnya dipasang, sebagaimana


ditetapkan dalam table tersebut diatas, harus sama atau lebih besar dari
tebal rancangan nominal yang ditentukan dalam Gambar Rencana dari
Dokumen Kontrak.

(h) Untuk semua campuran ATB (Laston Atas), baik yang dibayarkan
menurut volume maupun berat sesungguhnya dari material yang
dihamparkan, berat campuran ATB (Laston Atas) yang benar-benar
dipakai harus dipantau oleh Kontraktor dengan menimbang setiap
muatan truk pengangkut material yang meninggalkan pusat pencampur.
Penyelidikan Direksi teknik bisa meliputi, tetapi tidak perlu terbatas pada
hal-hal berikut ini :
(i) Memerintahkan Kontraktor untuk lebih sering atau lebih banyak
atau mencari lokasi-lokasi cores yang lain.
(ii) Memeriksa kalibrasi dan ketepatan timbangan serta prosedur dan
peralatan percobaan laboratorium.
(iii) Memperoleh hasil-hasil pemeriksaan lapangan dan laboratorium
yang independen tentang kepadatan campuran ATB (Laston Atas)
yang dicapai setelah dihamparkan.
(iv) Menetapkan suatu sistem penghitungan dan pencatatan truk secara
terinci.

(i) Variasi kerataan permukaan ATB (Laston Atas) yang telah selesai
ditangani diukur dengan mistar penyipat yang panjangnya 3 meter harus
tidak boleh lebih dari 5 mm pada setiap titik.

(4) Lapisan Perata


Dalam hal campuran ATB (Laston Atas) digunakan sebagai Lapisan Perata,
semua persyaratan dari Seksi ini harus berlaku, kecuali :

(c) Material harus disebut ATBL (Laston Atas Levelling)


(d) Ukuran butir maksimum yang lebih kecil dapat digunakan

Pekerjaan Jalan ST VIII-41


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(5) Standar Rujukan

Standar AASHTO
T 50 - 78 Penguji daya apung dari material aspal
T 164 - 76 Quantitative Extraction dari aspal dalam campuran
perkerasan aspal
T 166 - 78 Berat isi dari campuran aspal yang dipadatkan
T 168 - 55 Pengambilan campuran perkerasan aspal
T 209 - 74 Berat jenis maksimum dari campuran perkerasan aspal
T 176 - 73 Plastisitas partikel halus agregat bergradasi dan tanah
menggunakan pengujian ekivalen pasir.
M 17 - 77 Bahan pengisi (filler) mineral untuk campuran
aspal
perkerasan
M 226 - 78 Tingkat kekentalan (viscosity) aspal
Standar Indonesia

PA.0301-76 Penetrasi dari material aspal


PB.0206-76 Daya tahan terhadap gerusan dari agregat kasar
kecil dengan menggunakan Mesin Los Angeles.
berukuran
SNI-03-3407-1994 Kelapukan Agregat menggunakan Sodium Sulfat
Magnesium Sulfat
atau
Pd M-06-1997-03 Pengaruh dari air pada kohesi campuran aspal yang
dipadatkan
Pd M-03-1996-03 Memperoleh kembali aspal dari larutan dengan metode
Abson
SNI-06-2440-1991 Pengaruh panas dan udara pada material aspal
(pengujian lapisan tipis dengan oven/ tungku).
SNI-03-2439-1991 Penyelaputan dan pengelupasan aspal pada campuran
agregat.
SNI-06-2489-1991 Daya tahan terhadap leleh (flow) plastis dari campuran
aspal menggunakan peralatan Marshall
Pd S-15-1996-03 Tingkat penetrasi aspal semen
(6) Pelaporan

Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Teknik hal berikut ini :


(a) Contoh dari seluruh material-material yang disetujui untuk digunakan,
yang akan disimpan oleh Direksi Teknik selama Periode Kontrak untuk
keperluan rujukan.
(b) Laporan tertulis yang memberikan sifat-sifat hasil pengujian dari seluruh
material, seperti dipersyaratkan dalam tabel tersebut diatas.
(c) Formula campuran kerja dan data uji yang mendukungnya, seperti yang
dipersyaratkan dalam tabel tersebut diatas.
(d) Pengukuran pengujian permukaan seperti yang dipersyaratkan.
(e) Laporan tertulis mengenai kerapatan (density) dari campuran ATB
(Laston Atas) yang dihampar, seperti yang dipersyaratkan.
(f) Data uji laboratorium dan lapangan seperti yang dipersyaratkan dalam
Bab ini untuk pengendalian harian dari takaran campuran dan kualitas
campuran dalam bentuk laporan tertulis
(g) Catatan-catatan harian dari seluruh truk yang ditimbang pada alat
penimbang, seperti yang dipersyaratkan dalam Bab ini.

Pekerjaan Jalan ST VIII-42


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(h) Catatan-catatan tertulis dari pengukuran tebal lapisan ATB (Laston Atas)
dan dimensi perkerasan seperti yang dipersyaratkan.
(i) Untuk setiap material aspal yang diusulkan Kontraktor untuk digunakan,
pernyataan asal sumbernya, bersama dengan data uji yang memberikan
sifat- sifatnya, baik sebelum maupun sesudah pengujian lapisan tipis
dalam oven (Thin Film Oven Test) (SNI-06-2440-1991), meliputi :
(i) Penetrasi pada 25 o C
(ii) Penetrasi pada 35 o C
(iii) “Ring and Ball Softening Point”
(iv) Kekentalan pada 60 o C
(v) Kekentalan pada 135 o C.

(7) Pembatasan oleh Cuaca


Campuran ATB (Laston Atas) hanya bisa dihampar bila permukaannya
kering, bila tidak akan hujan turun atau sedang hujan dan bila dasar jalan
yang sudah disiapkan dalam kondisi yang memuaskan.

(8) Perbaikan dari Pekerjaan ATB (Laston Atas) yang tidak Memuaskan
Lokasi-lokasi dengan tebal atau kepadatan yang kurang dari yang
dipersyaratkan atau angka-angka yang disetujui dan juga lokasi-lokasi yang
tidak memuaskan dalam hal lainya tidak akan dibayar sampai diperbaiki oleh
Kontraktor seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik. Tidak ada
pembayaran tambahan yang akan dilakukan untuk pekerjaan atau volume
tambahan yang diperlukan untuk perbaikan.

(9) Pengembalian Bentuk Perkerasan setelah Pengujian


Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti atau
lainnya, harus segera ditutup kembali dengan material campuran ATB (Laston
Atas) oleh Kontraktor dan dipadatkan hingga kepadatan serta kerataan
permukaan sesuai dengan toleransi yang diperkenankan yang dipersyaratkan
dalam Bab ini.

8.9.6.2 Material

(6) Agregat – Umum


(a) Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa
agar campuran ATB (Laston Atas) yang proporsinya dibuat sesuai dengan
rumus campuran kerja akan memiliki kekuatan sisa yang tidak kurang
dari 75 % bila diuji untuk hilangnya kohesi akibat pengaruh air sesuai
dengan Pd M-06-1997-03 dan SNI-06-2489-1991.

(b) Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh
Direksi Teknik. Material harus ditimbun sesuai dengan persyaratan pada

Pekerjaan Jalan ST VIII-43


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Seksi 1.10 – Material dan Penyimpanan.

(c) Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus sudah menimbun paling


sedikit 40 % dari jumlah agregat pecah yang dibutuhkan untuk campuran
ATB (Laston
Atas) dan selanjutnya timbunan persediaan harus dipertahankan paling
sedikit 40 % dari sisa kebutuhanya.

(d) Direksi Teknik dapat menyetujui, atau memerintahkan penggunaan


agregat yang tidak memenuhi kebutuhan gradasi partikel asalkan dapat
ditunjukkan sampai memuaskan Direksi Teknik bahwa campuran ATB
(Laston Atas) yang dihasilkannya dapat memenuhi persyaratan-
persyaratan sifat campuran yang diberikan.

(e) Tiap-tiap agregat harus diangkut ke pusat pencampuran lewat cold bin
yang terpisah. Pencampuran terlebih dahulu agregat dari jenis atau
sumber agregat yang berbeda, tidak diperbolehkan.

(7) Agregat Kasar

(a) Agregat kasar pada umumnya harus memenuhi gradasi yang disyaratkan
seperti tabel dibawah dan harus terdiri dari batu pecah atau campuran
yang memadai dari batu pecah dengan kerikil besi.

Persen Berat Lolos


Ukuran Saringan

Campuran
(mm) (ASTM) Campuran Normal

Lapisan Perata
20 3/4" 100 100
12,7 1/2" 30 - 100 95 - 100
9,5 3/8" 0 - 55 50 - 100
4,75 #4 0 - 10 0 - 50
0,075 # 200 0-1 0-5
(b) Agregat kasar harus terdiri dari material yang bersih, keras, awet yang
bebas dari kotoran atau bahan yang tidak dikehendaki dan harus
memiliki persentase keausan yang tidak lebih dari 40 % pada 500
putaran seperti yang ditetapkan oleh PB. 0206-76.

(8) Agregat Halus

(a) Biasanya diperlukan sejumlah abu batu hasil pengayakan batu pecah
(“crusher dust”) untuk menghasilkan suatu campuran yang ekonomis dan
memenuhi persyaratan-persyaratan campuran yang dinyatakan dalam ini.

Pekerjaan Jalan ST VIII-44


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Ukuran Saringan
(mm) (ASTM) Persen Berat Lolos

9,5 3/8" 100


4,75 #4 90 – 100
2,36 #8 80 – 100
600 mikron # 30 25 – 100
75 mikron # 200 3 – 11
(b) Dalam keadaan apapun, pasir alam yang kotor dan berdebu dan
mengandung partikel halus lolos ayakan no. 200 lebih besar dari 8%
dan atau mempunyai
nilai ekivalen pasir kurang dari 50 menurut SNI-03-4428-1997, tidak
boleh digunakan dalam campuran.

(9) Bahan Pengisi (Filler) - AASHTO M 17


(b) Bahan pengisi harus terdiri dari abu batu, kapur (limestone dust),
semen portland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan mineral non
plastis lainnya dari sumber yang disetujui oleh Direksi Teknik. Bahan
tersebut harus bebas dari bahan lain yang tidak dikehendaki.
(c) Harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan
pengayakan basah harus mengandung bahan yang lolos saringan 75
mikron tidak kurang dari 75 % beratnya.

(10) Material Aspal


Material aspal pengikat yang dipakai harus dari jenis aspal semen AC-
10 (yang kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 80/100), atau AC-20
(yang kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 60/70) dan harus memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagaimana tertera dibawah ini (Pd S-15-1996-03
dan AASHTO M 226-78 (1996)).

Untuk mencapai kekuatan campuran ATB (Laston Atas) yang ditetapkan,


disarankan menggunakan aspal semen AC-20.

Frekuensi pengujian bahan aspal ditentukan lebih lanjut sesuai petunjuk


Direksi Teknik.

Pekerjaan Jalan ST VIII-45


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Spesifikasi Aspal
Metode Pen. Pen.
Pengujian 60/70 80/100
Jenis Pengujian min mak min mak Satuan

0
1. Penetrasi 25 C, 100 SNI-06-2456- 60 79 80 99 0,1mm
gr, 5 detik 1991

0
2. Titik Lembek SNI-06-2434- 48 58 46 54 C
1991
0
3. Daktilitas 25 C, 5 cm SNI-06-2432- 100 - 100 - Cm
per menit 1991

4. Kelarutan dalam CCL4 SNI-06-2438- 99 - 99 - %


1991
5. Titik Nyala SNI-06-2433- 200 - 225 - 0
C
1991
6. Berat Jenis 250 C SNI-06-2488- 1 - 1 - -
1991
7. Kehilangan Berat 1630 SNI-06-2441- - 0,4 - 0.6 %
C, 5 jam 1991

8. Penetrasi setelah SNI-06-2456- 75 - 75 - % asli


kehilangan berat 1991 Cm

9. Daktilitas setelah - 0
C
SNI-06-2432- 50 50 -
kehilangan berat
1991

(11)
10.Bahan Tambahan
Titik lembek setelahuntuk Aspal
-
0
C
SNI-06-2434- - - -
penurunan berat
Direksi Teknik dapat menetapkan
1991 atau menyetujui penggunaan suatu bahan
tambahan untuk mencapai stabilitas yang ditetapkan, stabilitas sisa atau
11. Perkiraan suhu 0
syarat-syarat sifat lainnya,AASHTO-72- - -
atau untuk meningkatkan - keawetan,
- C
ketahanan
pencampuran
1990
terhadap deformasi atausifat kelelahan.
12. Perkiraan suhu
Bahan tambahan tersebut harus dari jenis- yang- telah- disetujui
AASHTO-72- - oleh Direksi
pemadatan
Teknik. Takaran bahan tambahan
1990 dan metode pencampuran dengan bahan
tambahan lainnya, harus sesuai dengan petunjuk pabrik dan petunjuk Direksi
Teknik.

(12) Sumber Pasokan


(a) Persetujuan awal sumber-sumber pengadaan agregat dan bahan pengisi
mineral harus diperoleh dari Direksi Teknik sebelum pengiriman
material. Contoh-contohnya harus diserahkan seperti yang diperintahkan.
(b) Dalam pemilihan sumber-sumber agregat, Kontraktor harus
memperhitungkan aspal yang akan hilang karena absorbsi (penyerapan)

Pekerjaan Jalan ST VIII-46


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

kedalam agregat, untuk memastikan penggunaan agregat setempat yang


mempunyai daya penyerapan yang paling kecil.

8.9.6.3 Persyaratan Sifat Campuran

(1) Campuran ATB (Laston Atas) harus memenuhi persyaratan yang ditentukan
dalam Tabel dibawah.

Tabel Persyaratan Sifat Campuran


Sifat Campuran Spesifikasi
Kadar Aspal Efektif Minimum 5,5
Kadar Penyerapan Aspal Maximum 1,7
Kadar
Kadar Aspal
RonggaTotal (%dari
Udara tehadap berat padat
campuran total) Minimum
Minimum 6
4
(% terhadap volume total campuran) Maximum 8
Marshall Quotient (SNI-06-2489-1991) (KN/mm) Minimum 1,8
Maximum 5
Stabilitas Marshal (SNI-06-2489-1991) (KG) Minimum 750
Maximum -
Stabilitas Marshal tersisa setelah perendaman Minimum 75
0
selama 24 jam pada 60 C (% terhadap stabilitas
semula)
(2) Bahan aspal yang terkandung dari benda uji pada campuran kerja harus
mempunyai nilai penetrasi tidak kurang dari 70 % terhadap nilai penetrasi
aspal sebelum pencampuran dan nilai daktilitas tidak kurang dari 40 cm, bila
diperiksa masing- masing dengan PA.0301-76 dan AASHTO T 51.

(3) Bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara AASHTO T
164. Setelah konsentrasi bahan aspal yang terekstraksi mencapai 200 mm,
partikel mineral yang terkandung harus dipindahkan kedalam suatu
sentrifugal.

8.9.6.4 Rancangan Campuran

(1) Komposisi Umum dari Campuran


Campuran ATB (Laston Atas) terdiri dari agregat dan bahan aspal. Dalam
beberapa hal penambahan bahan pengisi akan diperlukan untuk meyakinkan
sifat-sifat campuran dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
tabel tersebut diatas.

(2) Kadar Bitumen dari Campuran


Kadar bitumen campuran ATB (Laston Atas) harus ditetapkan sedemikian
rupa hingga kadar bitumen efektif (yaitu setelah kehilangan oleh absorbsi
agregat) tidak akan kurang dari nilai minimum yang ditetapkan dalam Tabel
diatas. Persentase aspal yang ditambahkan kedalam campuran akan
tergantung pada daya absobsi agregat yang digunakan dan akan ditetapkan
oleh Direksi Teknik sewaktu menyetujui rumus campuran kerja.

Pekerjaan Jalan ST VIII-47


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(3) Proporsi Komponen Agregat


(c) Komponen-komponen campuran agregat harus ditetapkan berkenaan
dengan fraksi-fraksi rencana yang diperlukan, yang dirumuskan sebagai
berikut :

Fraksi Agregat Kasar : Persentase berat dari campuran keseluruhan


dari material tertahan pada saringan 2,36 mm.
Fraksi Agregat Halus : Persentase berat dari campuran keseluruhan
dari material lolos saringan 2,36 mm tetapi
tertahan pada saringan 75 mikron.
Fraksi Bahan Pengisi : Persentase berat dari campuran keseluruhan
dari material yang lolos saringan 75 mikron.

(d) Fraksi rancangan dari campuran umumnya harus berada dalam batas-
batas komposisi yang diberikan dalam Tabel dibawah. Walaupun
demikian Direksi Teknik dapat menyetujui atau langsung dapat
menggunakan campuran yang melampaui batasan asalkan memenuhi
sifat-sifat campuran yang ditentukan pada Tabel dibawah ini.

Tabel Fraksi Rancangan Campuran


Fraksi Rancangan Campuran
Persen Berat
Total Campuran Aspal
Fraksi Agregat Kasar (CA) 40 – 60
Fraksi Agregat Halus (FA) 26 – 49,5
Fraksi Bahan Pengisi (FF) 4,5 – 7,5

(4) Penyesuaian Proporsi Campuran dengan Cara Campuran Percobaan

(f) Kontraktor harus membuktikan bahwa seluruh agregat-agregat yang


diusulkan serta proporsi komponen campuran ATB (Laston Atas) yang
diusulkan memenuhi syarat dengan membuat serta menguji campuran-
campuran percobaan yang dibuat dalam alat campuran (mixing plant)
segera sebelum penghamparan campuran ATB (Laston Atas).
(g) Pengujian-pengujian yang diperlukan akan meliputi gradasi, berat jenis
(spesific gravity) dan absorbsi air pada agregat kasar dan halus yang
akan digunakan, serta pengujian-pengujian sifat-sifat lain dari agregat
yang mungkin diminta oleh Direksi Teknik. Pengujian pada campuran-
campuran percobaan akan meliputi penentuan berat jenis dari campuran
ATB (Laston Atas) (ASSHTO T209-74) dan pengujian sifat-sifat Marshall
(SNI-06-2489-1991).
(h) Percobaan rancangan pertama harus dilaksanakan dengan menggunakan
persediaan material untuk menetapkan perbandingan pasir terhadap abu
batu yang optimum.

Pekerjaan Jalan ST VIII-48


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(i) Pengujian campuran percobaan laboratarium harus dilaksanakan dalam


tiga langkah dasar, sebagai berikut :

(iv) Seleksi resep campuran nominal untuk digunakan sebagai suatu


dasar referensi untuk campuran-campuran percobaan.

(v) Melakukan campuran-campuran percobaan untuk memilih suatu


resep campuran yang optimum.

(vi) Penegasan campuran yang optimum dengan cara pengujian, bila


perlu dengan mengadakan penyesuaian dari resep campuran yang
dipilih.
(j) Sebelum percobaan-percobaan laboratorium dimulai, maka suatu resep
campuran nominal yang cocok terhadap bahan-bahan campuran yang
diusulkan harus diperkirakan atas dasar pertimbangan rencana campuran
teoritis. Prosedur yang harus digunakan untuk menaksir suatu resep
campuran nominal yang tepat adalah sebagai berikut :

(i) Proporsi Takaran Campuran Nominal.


Proporsi ini ditentukan dengan mempertimbangkan bentuk kurva
gradasi untuk agregat yang diusulkan dan derajat kesenjangan
gradasi yang diperlukan pada campuran kombinasi.
Jika pengaruh gradasi senjang yang dapat diperoleh terhadap
agregat kombinasi jauh lebih kecil atau lebih besar dari yang
diberikan Direksi Teknik, maka rancangan fraksi untuk agregat kasar
masing-masing harus lebih rendah atau mencapai nilai yang
diberikan dalam Tabel tersebut diatas. Perhitungan resep takaran
campuran rancangan harus dicatat pada formulir standar yang
diberikan Direksi Teknik.

(ii) Kadar Bahan Pengisi (Filler) Nominal.


Kadar bahan pengisi (Filler) nominal harus nol, kecuali kriteria
seperti diberikan pada Tabel dibawah tidak terpenuhi. Dalam hal ini,
jumlah filler yang ditambahkan hanyalah sekedar cukup untuk
memenuhi kriteria FF pada campuran nominal, dan jumlah ini harus
ditetapkan sebagai tambahan filler nominal yang diperlukan untuk
campuran-campuran percobaan.

Pekerjaan Jalan ST VIII-49


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Tabel Proporsi Campuran Nominal (hanya sebagai Pedoman)


Proporsi Campuran Nominal
Komponen Campuran Persen Berat

Total Campuran Aspal


asar (CA) 50
Agregat Halus (FA) Fraksi Filler 50 – FF – b
(FF) 4,5
Total Kadar Aspal dalam b
campuran
Total 100

(iii) Kadar Aspal Nominal.


Nilai Laboratorium untuk daya serap air agregat yang diusulkan,
akan digunakan untuk memperoleh perkiraan dari banyaknya aspal
yang mungkin dapat diserap oleh gabungan agregat dalam campuran
nominal.
Besarnya penyerapan agregat terhadap aspal dapat diperkirakan
sebesar 50 % dari nilai penyerapan terhadap air yang telah diukur.

(k) Campuran-campuran percobaan laboratorium harus dipersiapkan atas


dasar resep campuran nominal, tetapi dengan variasi-variasi dalam
proporsi-proporsi campuran agregat, kadar bahan pengisi yang
ditambahkan dan kadar bitumen. Variasi-variasi campuran berikut harus
diselidiki :

(iv) Variasi Campuran Agregat : Abu Batu.


Perbandingan campuran pasir terhadap abu batu harus dicoba
dengan perbandingan kira-kira 2 : 1 sampai kira-kira 1 : 2. Salah
satu perbandingan agregat kasar dan perbandingan pasir terhadap
abu batu yang dipilih harus merupakan nilai yang sesuai dengan
campuran nominal, sedangkan nilai-nilai lainnya harus dipilih
sehingga kebutuhan batas-batas variasi tercakup dengan baik dan
dengan interval yang sama. Untuk semua variasi tes agregat ini,
perbandingan campuran dan penambahan filler (bila ada) harus
dipegang pada nilai campuran nominal tertentu.

(v) Variasi Kadar Aspal.


Nilai-nilai kadar aspal sebesar 1 % dan 2 % (dari berat total campuran
aspal) dibawah kadar aspal dari campuran nominal harus dicoba , dan
juga nilai-nilai 1 % dan 2 % diatas.

(vi) Variasi Kadar Bahan Pengisi yang ditambahkan.


Kadar bahan pengisi (Filler) yang ditambahkan sebesar 2 % dan 4 %
diatas nilai campuran nominal harus dicoba, juga (nol) apabila nilai
nominalnya belum juga mencapai nol.

Pekerjaan Jalan ST VIII-50


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(l) Untuk masing-masing variasi campuran yang dicoba, paling sedikit 2


briket Marshall harus disiapkan dan dites, dan sifat-sifat campuran harus
dihitung menggunakan formulir terlampir. Nilai luas Permukaan Agregat
yang diperlukan harus dihitung dengan menggunakan formulir yang
diberikan Direksi Teknik. Sifat-sifat campuran yang diperoleh harus diplot
dengan menggunakan formulir sebagaimana terlampir dan resep
campuran optimum ditentukan dengan membandingkan data grafik
dengan batas-batas sifat-sifat campuran yang telah ditetapkan.

(m) Untuk pertimbangan ekonomis, proporsi-proporsi campuran dapat


dioptimasikan secara demikian rupa sehingga kadar aspal dapat
diperkecil dalam batas-batas yang diijinkan yang ditentukan dalam Tabel
diatas, tetapi bagaimanapun juga kadar aspal tidak boleh dikurangi
sampai lebih rendah dari batas bawah yang dipersyaratkan. Dalam
memeriksa apakah campuran optimum memenuhi batas bawah yang
ditentukan untuk kadar aspal efektif, nilai kadar aspal yang diserap yang
akan digunakan, pada umumnya harus nilai yang dihitung dari hasil-hasil
pengujian AASHTO T 209-74.

(n) Apabila proses optimisasi campuran yang diuraikan diatas, memerlukan


interpolasi yang cukup besar terhadap data pengujian, sehingga resep
akhir yang dipilih tidak sama dengan setiap resep yang sebenarnya diuji
selama percobaan-percobaan tersebut, Direksi Teknik bisa
memerintahkan agar disiapkan satu percobaan campuran lagi dan diuji
untuk memastikan sifat-sifat dari campuran optimum yang sudah dipilih.
Dengan membandingkan hasil-hasil dari tes pemastian percobaan tunggal
ini dengan hasil-hasil yang diperoleh dari serangkaian campuran
percobaan, maka selanjutnya penyesuaian kecil dari resep campuran
yang dipilih mungkin masih diperlukan.

8.9.6.5 Rumus Campuran Kerja

(1) Persetujuan
(c) Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus mengajukan kepada
Direksi Teknik secara tertulis suatu Rumus Campuran Kerja yang
diusulkan, untuk campuran ATB (Laston Atas) yang akan disediakan
untuk Proyek. Rumus yang diajukan demikian harus merinci ukuran
partikel maksimum nominal, sumber- sumber agregat, persentase
agregat kombinasi yang lolos saringan-saringan berukuran 2,36 mm (no.
8) dan 75 mikron (no. 200), jumlah dan kadar bitumen efektif yang
dinyatakan sebagai persentase berat jumlah campuran, suatu
temperatur tunggal tertentu dimana campuran tersebut harus
dikosongkan dari alat pencampur, dan suatu temperatur tunggal

Pekerjaan Jalan ST VIII-51


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

tertentu dimana campuran tersebut akan dikirim ke tempat


penghamparan, yang semuanya akan berada dalam batas-batas antara
yang ditetapkan dari komposisi umum dan batas- batas temperatur.
(d) Dalam menyetujui campuran kerja, Direksi Teknik atas dasar
pertimbangannya dapat menggunakan formula yang diserahkan, secara
keseluruhan atau sebagian, atau dapat meminta Kontraktor untuk
melaksanakan pengujian campuran percobaan tambahan atau untuk
menyelidiki alternatif agregat- agregat lainnya.
(e) Sewaktu menyetujui Rumus Campuran Kerja, Direksi Teknik akan
menunjuk agregat tertentu, dan sumber-sumbernya yang mendasari
formula campuran kerja yang diterapkan.
(f) Campuran kerja harus ditetapkan dan kualitas campuran tersebut harus
dikendalikan, dalam bentuk rancangan fraksi untuk agregat yang
berbeda- beda.

(2) Menyusul Persetujuan atas Rumus Campuran Kerja oleh Direksi Teknik
Kontraktor harus menghampar percobaan paling sedikit 8 ton campuran ATB
(Laston Atas) dengan menggunakan produk, peralatan penghampar dan
prosedur yang diusulkan. Pekerjaan pengaspalan yang permanen belum
dapat dimulai hingga percobaan yang memuaskan telah dilaksanakan dan
disetujui oleh Direksi Teknik.

(3) Penerapan Formula Campuran Kerja dan Toleransi yang diijinkan


(d) Semua campuran ATB (Laston Atas) yang disediakan harus sesuai
dengan Rumus Campuran Kerja yang ditetapkan oleh Direksi Teknik,
dalam batas antara toleransi-toleransi yang ditetapkan dibawah :

Toleransi Komposisi Campuran :


Gabungan agregat yang lolos :  7 % berat total campuran
Saringan 9,5 mm

Gabungan agregat yang lolos :  5 % berat total campuran


Saringan 2,36 mm

Gabungan agregat yang lolos :  2 % berat total campuran


Saringan 150 mikron

Gabungan agregat yang lolos :  1,5 % berat total campuran


Saringan 75 mikron
Kadar bahan aspal : + 0,3 % berat total campuran

Toleransi Temperatur :
Bahan yang meninggalkan tempat pencampuran : ± 10º C.
Bahan-bahan yang diterima di tempat penghamparan : ± 10º C.

Pekerjaan Jalan ST VIII-52


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(e) Setiap hari Direksi Teknik harus mengambil contoh dari material dan
campuran atau contoh-contoh tambahan yang dipandang perlu untuk
pengecekan keseragaman yang diperlukan dari campuran.

(f) Jika terjadi perubahan dalam material atau bila ada perubahan dari
sumber material, suatu formula campuran kerja yang baru harus
diserahkan dan disetujui, sebelum campuran ATB (Laston Atas) yang
mengandung material baru dikirimkan.

8.9.6.6 Persyaratan Peralatan Pelaksanaan

(18) Umum
Unit pencampuran (Mixing Plant), yang dapat berupa pusat pencampuran
dengan penakaran (batching) atau pusat pencampuran menerus
(continous), harus memiliki kapasitas yang cukup untuk melayani mesin
penghampar secara menerus (tidak terhenti-henti) sewaktu menghampar
campuran pada kecepatan normal dan ketebalan yang disyaratkan.

(19) Timbangan pada Pusat Pencampur


(e) Timbangan untuk setiap kotak timbangan atau penampung seharusnya
berupa tipe pembacaan jarum tanpa pegas, dan harus merupakan
produksi rancangan standar yang ketepatannya berkisar antara ½ %
dari bahan maksimum yang diperlukan.
(f) Bila timbangan-timbangan tipe pembacaan jarum tanpa pegas
digunakan, ujung dari jarum harus dipasang sedekat mungkin dengan
permukaan dan harus berupa tipe yang bebas dari parallax
(penyimpangan sinar) yang berlebihan.
(g) Timbangan untuk menimbang material aspal harus memenuhi
persyaratan sebagai timbangan agregat. Perbedaan minimum antara
angka-angkanya dalam segala hal harus tidak melebihi dari 1 kg.
(h) Timbangan harus telah disetujui oleh Direksi Teknik dan akan diperiksa
berulang kali, sebagaimana dianggap perlu oleh Direksi Teknik, untuk
selalu menjamin ketepatannya. Kontraktor harus menyediakan dan
siap di tempat tidak kurang dari 10 buah beban standar seberat 20
kg untuk pengujian- pengujian penimbangan.

(20) Peralatan untuk Penyiapan Bahan Aspal


Tangki untuk penyimpanan material aspal harus dilengkapi dengan
pemanas yang selalu dapat dikendalikan secara efektif dan positif sampai
pada temperatur dalam batas yang dipersyaratkan. Pemanasan harus
dilakukan dengan spiral uap (steam coils), listrik, atau cara lainnya yang
mana api harus tidak berhubungan langsung dengan tangki pemanas.
Kemampuan penyimpanan tangki harus 30.000 liter dan paling sedikit dua

Pekerjaan Jalan ST VIII-53


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

tangki berkapasitas sama harus disediakan. Tangki-tangki tersebut harus


dihubungkan ke sistem sirkulasi sedemikian rupa agar masing-masing
tangki dapat diisolasi secara terpisah tanpa mengganggu sirkulasi aspal ke
pengaduk.

(21) Pemasok untuk Mesin Pengering (Feeder for Drier)


Harus disiapkan pemasok untuk masing-masing agregat yang akan dipakai
pada pencampuran. Pemasok untuk agregat halus harus dari tipe ban (belt
conveyor). Atas persetujuan Direksi Teknik diperkenankan memakai tipe
lain, hanya jika alat tersebut dapat menyalurkan/mengangkut bahan basah
pada kecepatan yang tetap tanpa menyebabkan terjadinya penyumbatan.

(22) Alat Pengering (Drier)


Alat pengering yang berputar dengan rancangan yang baik untuk
pengeringan dan pemanasan agregat harus disediakan. Alat pengering
tersebut harus mampu mengeringkan dan memanaskan agregat mineral
sampai ke temperatur yang disyaratkan.

(23) Ayakan
Ayakan yang mampu menyaring seluruh agregat sampai ukuran dan
proporsi yang disyaratkan dan memiliki kapasitas normal sedikit diatas
kapasitas penuh dari pencampur, harus disediakan. Alat penyaring tersebut
harus memiliki efisiensi pengoperasian yang sedemikian rupa sehingga
agregat yang tertampung dalam setiap penampung (bin) harus tidak boleh
mengandung lebih dari 10 % material yang berukuran terlampau besar
atau terlampau kecil.

(24) Penampung / Bin


Perlengkapan harus termasuk penampung-penampung (bins) yang
berkapasitas cukup untuk melayani pencampuran sewaktu beroperasi pada
kapasitas penuh. Penampung harus dibagi paling sedikit dalam tiga bagian
(ruang) dan harus diatur untuk menjamin penyimpanan yang terpisah
serta memadai untuk masing-masing fraksi agregat, tidak termasuk bahan
pengisi.

(25) Unit Pengontrol Aspal


(c) Harus disediakan suatu cara yang memuaskan, baik dengan
menimbang atau mengukur aliran, untuk memperoleh jumlah yang
tepat dari material aspal didalam campuran dalam batas toleransi yang
disyaratkan untuk campuran kerja itu.

(d) Perangkat pengukur aliran untuk material aspal haruslah tipe pompa
meteran aspal yang berputar dengan sistem pemindahan secara positif,
dengan susunan penyemprot, pada pencampur, yang baik. Untuk unit

Pekerjaan Jalan ST VIII-54


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

pencampuran dengan takaran, harus dapat menyediakan kualitas aspal


yang direncanakan untuk setiap takaran campuran.

(26) Perlengkapan Pengukur Panas


(c) Termometer yang dilindungi yang dapat digunakan dari 100º C sampai
200º C harus dipasang dalam saluran pemasukan aspal pada tempat
yang tepat dekat katup pengeluaran (discharge) pada unit pencampur.
(d) Unit harus juga dilengkapi dengan skala cakram tipe air raksa
(mercury- actuated), pyrometer listrik atau perlengkapan pengukur
panas lainnya yang disetujui, yang dipasang pada corong pengeluaran
dari alat pengering untuk mencatat secara otomatis atau menunjukkan
temperatur dari agregat yang dipanaskan.

(27) Pengumpul Debu (Dust Collector)


Unit Pencampur harus dilengkapi dengan alat pengumpul debu yang dibuat
sedemikian rupa untuk membuang atau mengembalikan secara merata ke
elevator seluruh atau sebagaian dari material yang dikumpulkannya,
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.

(28) Pengendalian Waktu Pencampuran


Unit Pencampur harus dilengkapi dengan cara yang positif mengontrol
waktu pencampuran dan mempertahankannya terkecuali kalau dirubah atas
perintah Direksi Teknik

(29) Timbangan dan Rumah Timbang


Timbangan dan Rumah Timbang harus disediakan untuk menimbang truk
yang bermuatan material yang siap untuk dikirim ke tempat pekerjaan.
Timbangan tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai timbangan
seperti yang diuraikan diatas.

(30) Persyaratan Keselamatan Kerja


(c) Tangga yang memadai serta aman untuk ke landasan (Platform)
pencampur dan tangga berpagar ke unit lainnya harus dipasang pada
seluruh tempat yang diperlukan untuk menuju pengoperasian semua
alat-alat perlengkapan. Untuk mencapai bak dari truk harus disediakan
landasan atau perangkat lainnya yang sesuai untuk memungkinkan
Direksi Teknik memperoleh contoh serta data temperatur campuran.
(d) Lorong yang cukup dan tidak terhalang harus selalu disediakan
pada dan sekitar tempat pemuatan truk. Tempat ini harus selalu dijaga
agar bebas dari jatuhan dari platform pencampur.

Pekerjaan Jalan ST VIII-55


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(31) Persyaratan Khusus untuk Unit Pencampuran Batch (Bacthing Plant)


(a) Kotak Penimbang atau Penampung.
Perlengkapan ini harus mencakup suatu cara untuk menimbang secara
teliti, masing-masing menampung ukuran agregat tertentu dalam kotak
penimbang atau penadah, yang digantung pada timbangan, berukuran
cukup untuk menampung campuran satu takaran penuh tanpa harus
diratakan dengan tangan atau tanpa tumpah.
(b) Pencampur (Mixer).
Pencampur batch harus dari tipe “twin pugmill” (pengaduk putar
ganda) yang disetujui yang mampu menghasilkan campuran yang
merata dalam batas toleransi campuran kerja. Pencampur harus
dipanasi dengan selubung uap, minyak panas, atau cara lainnya yang
disetujui Direksi Teknik.
Pencampur harus memiliki pengontrol waktu yang tepat untuk
mengendalikan operasi satu siklus (daur) pencampuran lengkap dengan
penguncian gerbang kotak timbangan setelah pengisian ke
pencampuran sampai penutupan gerbang pencampur pada saat
selesainya siklus tersebut. Pengontrol waktu harus mencapai ember
aspal selama periode pencampuran kering dan basah.

Pengendalian waktu harus fleksibel dan dapat disetel untuk suatu


selang waktu tidak lebih dari 5 detik sampai dengan 3 menit untuk
keseluruhan siklus. Penghitung batch secara mekanis untuk campuran
harus dipasang sebagai bagian dari peralatan pengatur waktu dan
harus dirancang sedemikian rupa sehingga hanya mencatat batch
campuran.

(32) Persyaratan Khusus untuk Unit Pencampuran Menerus (Continuous Mixing


Plant)

(a) Unit Pengontrol Gradasi.


Unit harus memiliki suatu alat untuk mengatur proporsi secara teliti
masing- masing penampung dengan ukuran agregat baik dengan
penimbangan atau dengan pengukuran volume.

(b) Kalibrasi Berat dari Pemasukan Agregat.


Unit ini harus mencakup perlengkapan untuk kalibrasi dari bukaan
lubang dengan cara pengujian penimbangan berat contoh sehingga
masing-masing material yang mengalir keluar dari penampung melalui
bukaan dapat dilewatkan secara memuaskan ke kotak-kotak penguji
yang cocok, masing- masing penampung material dibatasi secara
terpisah. Unit dapat menangani contoh uji seberat 150 kg lebih, berupa
gabungan contoh-contoh dari seluruh penampung, dan tidak kurang

Pekerjaan Jalan ST VIII-56


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

dari 50 kg untuk setiap contoh dari satu penampung.

(c) Sinkronisasi Pemasukan Agregat dan Aspal .


Suatu cara yang memuaskan harus disediakan yang mampu
melaksanakan kontrol saling mengunci antara aliran agregat dari
penampung dengan aliran aspal dari meteran atau sumber pengatur
lainnya. Kontrol ini harus disertai dengan cara penguncian mekanis
atau metode positif lainnya yang memuaskan Direksi Teknik.

(d) Unit Pencampur untuk Metode Menerus.


Perlengkapan ini harus mencakup pencampur menerus tipe pengaduk
ganda yang disetujui, yang mampu menghasilkan campuran yang
merata dalam batas toleransi campuran kerja. Pengaduk harus dari tipe
yang dapat disetel untuk pengaturan sudut dari sumbunya, dan dapat
berputar balik untuk melawan arah aliran dari campuran.
(e) Penampung.
Pencampur harus dilengkapi dengan sebuah penampung pada bagian
pengeluaran, dengan ukuran serta rancangan yang tidak akan
mengakibatkan terjadinya segregasi. Tiap elevator (pengangkat) yang
digunakan untuk memuat campuran keatas kendaraan harus juga
memiliki penampung yang memuaskan juga.

(33) Peralatan Pengangkut


(d) Truk untuk mengangkut campuran ATB (Laston Atas) harus
mempunyai bak dari logam yang rapat, bersih dan rata, telah
disemprot dengan sedikit air sabun, minyak yang telah diencerkan,
minyak tanah, atau larutan kapur untuk mencegah melekatnya
campuran ke bak. Jika ada genangan minyak di bak truk setelah
penyemprotan, harus dibuang sebelum campuran dimasukkan dalam
truk.
(e) Truk yang menyebabkan segregasi yang berlebihan akibat sistem
pegasnya atau faktor lain, atau yang menunjukkan kebocoran oil yang
nyata, atau yang menyebabkan kelambatan yang tidak perlu, atas
perintah Direksi Teknik harus dikeluarkan dari pekerjaan sampai
kondisinya diperbaiki.
(f) Bila dianggap perlu, agar campuran ATB (Laston Atas) yang dikirim ke
tempat pekerjaan pada temperatur yang dipersyaratkan, bak truk
hendaknya diisolasi untuk memperoleh temperatur dimana campuran
mudah dikerjakan, dan seluruh penutup harus diikat kencang.

Pekerjaan Jalan ST VIII-57


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(34) Peralatan Penghampar dan Pembentuk


(g) Peralatan penghampar dan pembentuk harus dari mesin mekanis yang
telah disetujui, mempunyai mesin sendiri yang mampu menghampar
dan membentuk campuran ATB (Laston Atas) sampai sesuai dengan
garis, permukaan serta penampang melintang yang diperlukan.
(h) Mesin penghampar harus dilengkapi dengan penadah serta ulir
pembagi dari tipe yang berlawanan untuk menempatkan campuran
secara merata dimuka “ screed” (sepatu) yang dapat disetel. Mesin ini
harus dilengkapi dengan perangkat kemudi yang cepat dan efesian dan
harus dapat bergerak mundur dan maju.
(i) Mesin penghampar harus mempunyai perlengkapan mekanis seperti
penyeimbang (equalizing runners), pisau (straightedge runners), lengan
perata (evener arms), atau perlengkapan lainnya untuk
mempertahankan kelurusan permukaan dan kelurusan garis tepi
perkerasan tanpa perlu menggunakan pembentuk tepi yang tepat.
(j) Mesin penghampar harus dilengkapi dengan “screed” (sepatu) atau
yang dengan tipe vibrator yang dapat digerakkan dan perangkat untuk
pemanas “screed” pada temperatur yang diperlukan untuk
penghamparan campuran tanpa menggusur atau merusak permukaan.
(k) Istilah “screed” meliputi memangkasan, penutupan, atau tindakan
praktis lainnya yang efektif untuk menghasilkan permukaan akhir
dengan kerataan atau tekstur yang dipersyaratkan, tanpa terbelah,
tergeser atau beralur.
(l) Jika, selama pelaksanaan diketahui bahwa perlengkapan penghampar
dan pembentuk dalam pengoperasiannya meninggalkan bekas pada
permukaan atau cacat atau ketidak rataan permukaan lainnya yang
tidak diperbaiki dengan memuaskan dengan pelaksanaan yang
dijadwalkan, maka pengunaan peralatan tersebut, harus dihentikan dan
peralatan penghampar dan pembentuk lainnya yang memuaskan harus
disediakan oleh Kontraktor.

(35) Peralatan Pemadat


(d) Setiap mesin penghampar harus disertai mesin gilas baja (steel wheel
roller) dan mesin gilas ban bertekanan. Semua mesin gilas harus
mempunyai tenaga penggerak sendiri.

(e) Mesin gilas ban bertekanan (pneumatic tired rollers) harus dari tipe
yang disetujui yang memiliki tidak kurang dari tujuh roda ban halus
dengan ukuran dan konstruksi yang sama yang mampu beroperasi
pada tekanan 8,5 kg/cm2 (120 psi). Roda harus berjarak sama satu

Pekerjaan Jalan ST VIII-58


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

sama lain pada kedua garis sumbu dan diatur sedemkian rupa sehingga
roda pada sumbu yang satu jatuh diantara tanda roda yang lainnya
(tumpang-tindih). Masing-masing ban harus dipertahankan tekanannya
pada tekanan operasi yang dipersyaratkan sehingga selisih antara dua

ban harus tidak melebihi 350 gram/cm2 (5 psi).

(f) Mesin gilas yang dapat bergerak sendiri dapat dibagi dalam tiga tipe:
(i) Mesin gilas tiga roda (Three Wheel Roller)
(ii) Mesin gilas roda tandem (Tandem Wheel Roller)
(iii) Mesin gilas tandem dengan tiga sumbu (Three Axle Tandem Roller).
Mesin gilas harus mampu menimbulkan beban tekanan pada roda
belakang tidak kurang dari 400 kg per 0,1 m kali lebar minimum roda.
Paling sedikit satu dari mesin gilasnya mampu menimbulkan tekanan
gilas sebesar 600 kg per 0,1 m kali lebar.

8.9.6.7 Pembuatan dan Produksi Campuran

(1) Kemajuan Pekerjaan


Tidak ada pencampuran takaran yang boleh dilakukan bila tidak cukup
tersedia peralatan pengangkutan, penghamparan atau pembentukan, atau
buruh yang cukup, untuk menjamin kemajuan dengan kecepatan tidak
kurang dari 60 % kapasitas alat pencampur.

(2) Penyiapan Material Aspal


Material aspal harus dipanaskan sampai temperatur antara 140º C dan 160º
C didalam tangki yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah
terjadinya pemanasan setempat dan mampu mengalirkan bahan aspal secara
berkesinambungan pada temperatur yang merata setiap saat, ke alat
pencampur. Sebelum operasi pencampuran dimulai setiap hari, harus paling
sedikit ada 30.000 liter aspal panas yang siap untuk dialirkan ke pencampur.

(3) Penyiapan Agregat

(d) Agregat untuk campuran harus dikeringkan dan dipanaskan pada alat
pengering sebelum dimasukkan kedalam alat pencampur. Api yang
digunakan untuk pengeringan dan pemanasan harus diatur secara ketat
untuk mencegah rusaknya agregat dan mencegah terbentuknya selaput
jelaga pada agregat.

(e) Bila dicampur dengan aspal, agregat tersebut harus kering dan pada
rentang temperatur yang dipersyaratkan untuk material aspal, tetapi
tidak lebih dari 14º C diatas temperatur material aspal.

Pekerjaan Jalan ST VIII-59


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(4) Penyiapan Campuran


(c) Agregat kering, yang disiapkan seperti yang dijelaskan diatas, harus
digabung di unit pengolah dalam proporsi yang akan menghasilkan fraksi
agregat rancangan sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam rumusan
campuran kerja. Proporsi takaran ini harus ditentukan dari penyaringan
basah pada contoh-contoh yang diambil dari penampung panas (hot bin)
segera sebelum produksi campuran dimulai dan pada selang waktu
tertentu sesudahnya, sebagaimana ditetapkan oleh Direksi Teknik, untuk
menjamin mutu dari penakaran campuran.
(d) Sewaktu dikeluarkan dari pencampur, temperatur campuran harus pada
temperatur batas absolut seperti, yang dijelaskan pada Tabel dibawah,
termasuk toleransi yang diperbolehkan.

(5) Pengangkutan dan Penyerahan di Tempat Kerja


(a) Campuran harus diangkut ke mesin paver dengan temperatur yang
batas mutlaknya ditunjukan pada dibawah ini.

Tabel Persyaratan Batas untuk Viskositas Aspal dan suhu Campuran Aspal
Prosedur Pelaksanaan Viskositas Suhu Campuran Aspal (º C)
Aspal Campuran Campuran
(centistokes memakai AC- memakai AC-
) 20 (Ekivalen 10
dng Aspal (Ekivalen
Pen. 60/70) dng Aspal
Pen. 80/100)
Pencampuran benda uji 170 + 20 155 145
Marshall 280 + 30 140 130
Pemadatan benda uji Marshall
Suhu pencampuran - < 165 <155
maksimum di AMP
Mengosongkan Pencampuran 100 - 400 >135 >125
AMP Kedalam truk 400 - 1000 150 - 120 140 - 110
Penyerahan ke Paver
Pengilasan Break down 1000 - 1800 125 - 110 111 - 102
(silinder baja) 1800 - 10000 110 - 95 102 - 83
Penggilasan ke dua (ban 10000 -100000 95 - 80 83 - 63
karet) Penggilasan akhir
(silinder baja)

(b) Masing-masing kendaraan yang telah dimuati harus ditimbang di tempat


pencampuran, dan harus dibuat catatan dari menyangkut berat kotor,
berat kosong dan berat netto dari tiap muatan. Muatan tidak boleh dikirim
terlalu sore agar penyelesaian hamparan dan pemadatan campuran
sewaktu hari masih terang terkecuali tersedia penerangan yang
memuaskan.

Pekerjaan Jalan ST VIII-60


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

8.9.6.8 Penghamparan Campuran

(6)Menyiapkan Permukaan yang akan Dilapisi


(c) Sesaat sebelum penghamparan campuran ATB (Laston Atas), permukaan
yang ada harus dibersihkan dari material yang lepas dan yang tidak
dikehendaki dengan sapu mesin, dan dibantu dengan cara manual
(dengan tangan) jika diperlukan. Lapis aspal perekat (tack coat) atau
lapis aspal resap pengikat (prime coat) harus digunakan sesuai dengan
petunjuk Direksi Teknik.
(d) Bila permukaan yang akan dilapisi yang terdapat ketidak rataan, rusak,
menunjukkan ketidak stabilan, mengandung material permukaan lama
yang telah rusak secara berlebihan atau tidak melekat dengan baik
perkerasan dengan dibawahnya, harus dibuat rata terlebih dahulu
sebagaimana diperintahkan, seluruh material yang lepas atau yang lunak
harus dibuang, dan permukaannya dibersihkan dan/atau diperbaiki
dengan campuran aspal material lain yang disetujui oleh Direksi Teknik
dan kemudian dipadatkan

(7) Sepatu (screed) Tepi


Balok kayu atau kerangka lain yang disetujui harus dipasang sesuai dengan
garis serta ketinggian yang diperintahkan pada tepi-tepi dari tempat
dimana campuran ATB (Laston Atas) akan dihampar.

(8) Penghamparan dan Pembentukan


(e) Sebelum memulai operasi pelapisan, sepatu (screed) dari mesin
penghampar harus dipanaskan. Campuran ATB (Laston Atas) harus
dihampar dan diratakan sesuai dengan kelandaian, elevasi, serta bentuk
melintang yang disyaratkan.
(f) Mesin penghampar harus dioperasikan pada suatu kecepatan yang tidak
akan menyebabkan retak permukaan, belahan, atau bentuk ketidak
teraturan lainnya pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus
disetujui oleh Direksi Teknik dan ditaati.
(g) Jika terjadi segregasi, belahan atau alur pada permukaan, mesin
penghampar harus dihentikan dan tidak dijalankan. Tempat-tempat yang
kasar atau tersegregasi dapat diperbaiki dengan menaburkan bahan yang
halus (fine) dan perlahan-lahan diratakan. Perataan (raking) kembali
sebaiknya dihindari sedapat mungkin. Butir-butir kasar tidak boleh
ditaburkan diatas permukaan yang dihampar dengan rapi.

(9) Pemadatan
(o) Segera setelah campuran ATB (Laston Atas) dihampar dan diratakan,
permukaan harus diperiksa dan setiap ketidak rataan diperbaiki.
Temperatur campuran yang terhampar dalam keadaan lepas harus

Pekerjaan Jalan ST VIII-61


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

dimonitor dan penggilasan harus dimulai didalam batas viskositas aspal


yang ditunjukkan pada Tabel diatas.
(p) Penggilasan campuran ATB (Laston Atas) harus terdiri dari tiga operasi
yang berbeda sebagai berikut :
o. Uraian Waktu setelah
Penghamparan
1. gilasan awal atau pemecahan 0 – 10 menit
2. gilasan sekunder atau antara 10 – 20 menit
3. gilasan akhir atau penyelesaian 20 – 45 menit

(q) Penggilasan awal atau pemecahan dan penggilasan akhir atau


penyelesaian harus seluruhnya dilakukan dengan mesin gilas roda baja.
Penggilasan sekunder atau antara harus dilakukan dengan mesin gilas
ban angin. Mesin gilas pemecah harus beroperasi dengan roda penggerak
berada di arah mesin penghampar.
(r) Penggilasan sekunder atau antara harus mengikuti sedekat mungkin
penggilasan pemecah dan harus dilakukan sewaktu campuran masih
berada pada temperatur yang akan menghasilkan pemadatan maksimum.
Pemadatan akhir harus dilakukan sewaktu material masih berada dalam
kondisi yang masih dapat dikerjakan untuk menghilangkan bekas tanda-
tanda penggilasan.

(s) Sambungan melintang harus digilas pertama-tama dan dalam penggilasan


awal harus digilas ke arah melintang dengan penggunan papan (di tepi
perkerasan) yang mempunyai ketebalan gilas diluar batas perkerasan. Bila
sambungan memanjang tersebut untuk suatu jarak yang pendek.

(t) Pada sambungan memanjang penggilasan harus dimulai ke arah


memanjang dan selanjutnya pada tepi luar dan sejajar dengan sumbu
jalan ke arah tengah jalan, kecuali pada super elevasi pada tikungan
harus dimulai pada bagian rendah dan bergerak ke arah bagian yang
tinggi. Lintasan yang berurutan dari lebar roda dan lintasan-lintasan harus
tidak berakhir pada titik yang berjarak kurang dari 1 meter dari lintasan
sebelumnya. Usaha penggilasan harus diutamakan pada tepi luar dari lebar
yang dihampar.

(u) Ketika menggilas sambungan memanjang, mesin gilas pemecah harus


terlebih dulu pindah ke jalur yang telah dihampar sebelumnya sehingga
tidak lebih dari15 cm dari roda penggerak akan menggilas tepi yang belum
dipadatkan. Mesin gilas harus meneruskan sepanjang jalur ini, dengan
menggeser posisinya sedikit demi sedikit melewati sambungan dengan
beberapa lintasan, sampai tercapai sambungan yang terpadatkan dengan
rapi.

(v) Kecepatan dari mesin gilas harus tidak melebihi 4 km/jam untuk roda baja
dan 15 km/jam untuk ban angin dan kecepatan harus selalu cukup rendah

Pekerjaan Jalan ST VIII-62


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

sehingga tidak mengakibatkan tergesernya campuran panas tersebut.


Arah dari penggilasan harus tidak berubah secara tiba-tiba, begitu pula
arah dari penggilasan harus tidak berbalik secara tiba-tiba yang akan
menyebabkan tersorongnya campuran panas.

(w) Penggilasan harus berlangsung secara terus menerus sebagaimana


diperlukan untuk memperoleh pemadatan yang merata sewaktu
campuran masih dalam kondisi yang dapat dikerjakan dan hingga seluruh
bekas tanda gilasan dan ketidak-rataan hilang.

(x) Untuk mencegah penempelan campuran panas ke roda mesin gilas, roda-
roda tersebut harus dibasahkan secara menerus, tetapi air yang
berlebihan tidak diijinkan.

(y) Peralatan berat atau mesin gilas tidak diperbolehkan berada diatas
lapisan yang baru selesai, sampai lapisan-lapisan tersebut betul-betul
telah mendingin dan mengeras.

(z) Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan
atau perlengkapan yang digunakan oleh Kontraktor diatas tiap bagian
perkerasan yang sedang dikerjakan, dapat menjadi sebab pembongkaran
dan penggantian dari perkerasan yang rusak tersebut (oleh Kontraktor).

(aa) Permukaan campuran setelah pemadatan harus licin dan sesuai dengan
bentuk dan ketinggian permukaan yang masih dalam batas-batas
toleransi yang dipersyaratkan. Tiap campuran yang menjadi lepas atau
rusak, tercampur dengan tanah, atau rusak dalam bentuk apapun, harus
dibongkar dan diganti dengan campuran panas yang baru, yang harus
dipadatkan secepatnya agar sama dengan sekitarnya.
(bb) Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Kontraktor
harus memotong tepi-tepi perkerasan agar bergaris rapi. Setiap material
berlebihan harus dipotong tegak lurus setelah penggilasan akhir, dan
dibuang oleh Kontraktor diluar daerah milik jalan sehingga tidak kelihatan
dari jalan.

(10) Sambungan-sambungan
(c) Baik sambungan memanjang maupun melintang dalam lapisan yang
berurutan harus diatur sedemikian rupa agar tidak berada satu diatas
lainnya. Sambungan memanjang harus diatur sedemikian rupa agar
sambungan yang berada di lapisan paling atas akan berlokasi di
pemisah jalur lalu lintas. Sambungan melintang harus dipasang secara
bertahap dengan minimum jarak antaranya 25 cm dan harus lurus.
(d) Campuran tidak boleh dihampar pada material yang baru saja digilas
kecuali kalau tepinya tegak lurus atau telah dipotong tegak lurus.

Pekerjaan Jalan ST VIII-63


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Sapuan aspal untuk melekatkan kedua lapisan permukaan harus


diberikan sesaat sebelum campuran tambahan dipasang diatas material
yang sebelumnya digilas.

8.9.6.9 Pengendalian dan Pengujian Mutu di Lapangan

(6) Pengujian Permukaan dari Perkerasan

(c) Permukaan harus diuji dengan mistar penyipat yang panjangnya 3 m,


yang disediakan oleh Kontraktor, diletakkan masing-masing secara tegak
lurus dan sejajar dengan sumbu jalan. Kontraktor harus menugaskan
beberapa pegawainya untuk menggunakan mistar tersebut dibawah
petunjuk Direksi Teknik untuk memeriksa seluruh permukaan.
(d) Pengujian-pengujian untuk memeriksa apakah bentuk permukaan telah
memenuhi ketinggian yang dipersyaratkan harus dilakukan segera
setelah pemadatan awal, dan perbedaaan harus diperbaiki dengan
membuang atau menambah material sebagaimana diperlukan.
Selanjutnya penggilasan harus diteruskan sebagaimana disyaratkan.
Setelah penggilasan akhir, kehalusan dari lapisan harus diperiksa
kembali dan setiap ketidak-rataan dari permukaan yang melewati batas
toleransi yang disediakan diatas, serta lokasi-lokasi yang mempunyai
kerusakan tekstur, kepadatan, atau komposisi harus diperbaiki
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.

(7) Persyaratan Kepadatan


(c) Kerapatan dari campuran yang telah dipadatkan, seperti yang ditentukan
dalam AASHTO T 166, harus tidak kurang dari 98 % dari kerapatan
benda uji yang dipadatkan di laboratorium dari material dengan proporsi
yang sama.
(d) Cara pengambilan contoh-contoh material dan pemadatan dari benda uji
tersebut dalam (a), harus masing-masing sesuai dengan AASHTO T 168
dan SNI-06-2489-1991.

(8) Pengambilan Contoh untuk Pengendalian Mutu Campuran


(c) Contoh-contoh dibawah ini harus diambil untuk pengujian harian :
(iv) Agregat dari hot bin untuk gradasi-gradasi hasil pencucian
(v) Gabungan agregat panas untuk gradasi-gradasi hasil pencucian
(vi) Campuran aspal untuk ekstraksi Stabilitas Marshall.
(d) Sebagai tambahan bila mengganti formula campuran kerja, atau sewaktu-
waktu sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik, contoh
tambahan ini akan diambil untuk memungkinkan penentuan Bulk Specific
Gravity untuk agregat dari hot bin dan kerapatan teroritis maksimum dari
campuran aspal (AASHTO T 209-74).

Pekerjaan Jalan ST VIII-64


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(9) Pengujian Pengendalian Mutu Campuran

(c) Kontraktor harus menyimpan catatan dari seluruh pengujian dan catatan-
catatan ini harus dikirim dengan segera ke Direksi Teknik.
(d) Kontraktor harus menyampaikan pada Direksi Teknik hasil-hasil dan
catatan- catatan pengujian yang berikut, yang dilaksanakan pada setiap
hari produksi bersama dengan lokasi yang tepat dimana produksi tersebut
dihampar :

(x) Analisa saringan (metode pencucian) untuk paling sedikit 2 (dua)


contoh dari setiap hot bin.
(xi) Analisa saringan (metode pencucian) untuk paling sedikit 2 (dua)
contoh dari gabungan agregat panas.
(xii) Temperatur dari campuran sewaktu pengambilan contoh di pusat
pencampur dan diatas jalan (setiap satu jam).
(xiii) Kerapatan dari campuran yang dipadatkan di laboratorium
(kerapatan Marshall) untuk paling sedikit 2 (dua) contoh.
(xiv) Kerapatan dari pemadatan dan persentase pemadatan dari
campuran dibandingkan dengan kerapatan Marshall di laboratorium
untuk paling sedikit 2 (dua) contoh.
(xv) Kadar aspal dan gradasi agregat dari campuran seperti yang
ditetapkan dari pengujian ektraksi aspal untuk paling sedikit 2 (dua)
contoh. Jika memakai metoda ekstraksi centryfuge, koreksi abu
harus dilakukan sesuai ketentuan AASHTO T 164 -76.
(xvi) Rongga udara dalam campuran, dihitung menurut Maximum
Specific Gravity of Bituminous Paving Mixtures (AASHTO T 209-74).
(xvii) Aspal yang diabsorbsi oleh agregat, sebagaimana dihitung atas
dasar Maximum Speciffic Gravity of Bituminous Paving Mixtures
(AASHTO T 209-74).

(10) Pengendalian Kuantitas dengan Menimbang Campuran

(c) Untuk pengecekan pada pengukuran kuantitas untuk pembayaran,


berat campuran yang dihampar harus selalu dimonitor secara terus-
menerus dengan tiket pengiriman muatan dari tempat-tempat
penimbangan truk pada Tabel tersebut diatas.

(d) Penentuan kadar aspal campuran kerja (job mix) di laboratorium


harus dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali per hari produksi dan
paling sedikit 1 (satu) contoh setiap 200 ton campuran yang
diproduksi. Pengambilan contoh dari campuran kerja harus dilakukan
dibawah pengawasan Direksi Teknik.

Pekerjaan Jalan ST VIII-65


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

8.9.6.10 Pengukuran dan Pembayaran

(3) Metode Pengukuran


(h) Kuantitas yang diukur untuk pembayaran ATB (Laston Atas) haruslah
didasarkan pada beberapa pengaturan dibawah ini :
(iii) Untuk bahan lapis pondasi, jumlah meter kubik dari material yang
dihampar dan diterima, yang dihitung sebagai hasil perkalian luas
bagian yang diukur dan tebal nominal yang ditentukan dalam
Gambar Rencana dari Dokumen Kontrak.
(iv) Untuk bahan lapisan perata, jumlah metric ton dari material yang
telah dihampar dan diterima, yang ditentukan oleh monitoring
yang terus- menerus dari tiket pengiriman muatan dari timbangan
truk.

(i) Kuantitas yang diterima untuk pengukuran harus tidak meliputi lokasi-
lokasi dimana tebal ATB (Laston Atas) kurang dari tebal minimum yang
dapat diterima atau setiap bagian yang terkelupas, terbelah, retak atau
menyempit ( tapered) di sepanjang tepi perkerasan atau di tempat
lainnya. Lokasi-lokasi yang materialnya memiliki kadar aspal dibawah
kebutuhan yang disetujui tidak akan diterima untuk pembayaran.

(j) ATB (Laston Atas) yang dibayar atas dasar meter kubik yang dihampar
langsung diatas permukaan jalan lama, dimana pembuatan lapis
permukaan jalan lama tersebut tidak tercakup pada Kontrak yang
sama, dan menurut pendapat Direksi Teknik memerlukan koreksi yang
cukup besar, harus dibayar atas tebal nominal yang diterima yang
dihitung atas dasar kerapatan laboratorium dari campuran ATB (Laston
Atas) padat menurut SNI-06-2489- 1991, luas bagian yang diukur dan
berat dari campuran, sesuai catatan penimbangan truk yang telah
disetujui, yang benar-benar dibutuhkan dan digunakan untuk pekerjaan
permanen. Jika menurut pendapat Direksi Teknik, tebal rata-rata
campuran ATB (Laston Atas) yang digunakan, melebihi dari
sesungguhnya yang dibutuhkan (diperlukan untuk perbaikan bentuk),
tebal nominal yang dikurangi dan diterima harus ditentukan berdasarkan
atas suatu perhitungan yang tidak berat sebelah dari tebal rata-rata yang
dibutuhkan.

(k) Kecuali sebagaimana ditentukan dalam Paragraf (c) diatas, tebal ATB
(Laston Atas) yang diukur untuk pembayaran umumnya harus tidak
lebih besar dari tebal rancangan nominal yang ditetapkan dalam Gambar
Rencana dari Dokumen Kontrak.

Pekerjaan Jalan ST VIII-66


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(l) Lebar hamparan ATB (Laston Atas) yang akan dibayar, harus seperti
yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana atau yang disetujui oleh
Direksi Teknik dan harus ditetapkan dengan menggunakan pita ukur
yang dilakukan Kontraktor dibawah pengawasan Direksi Teknik.

(m) Panjang hamparan ATB (Laston Atas) arah memanjang yang akan
dibayar, harus ditentukan dari pengukuran sepanjang sumbu jalan,
dengan menggunakan prosedur pengukuran teknik standar.

(n) Kadar aspal rata-rata dari campuran kerja, seperti yang diperoleh dari
hasil pemeriksaan ekstraksi di laboratorium menurut tersebut diatas,
harus sama dengan atau lebih besar dari kadar aspal yang ditetapkan
dalam formula campuran kerja dari Direksi Teknik yang akan
diperhitungkan dalam pengukuran atau pembayaran.
(o) Bila perbaikan ATB (Laston Atas) yang tidak memuaskan telah
diperintahkan oleh Direksi Teknik, kuantitas yang diukur untuk
pembayaran haruslah kuantitas yang akan dibayar bila pekerjaan semula
(awal) dapat diterima. Tidak ada pembayaran tambahan untuk pekerjaan
tambahan atau tambahan kuantitas yang diperlukan untuk perbaikan.
(4) Dasar Pembayaran
Kuantitas yang ditentukan, sebagaimana diuraikan diatas, harus dibayar
menurut Harga Satuan per satuan pengukuran untuk masing-masing Mata
Pembayaran yang terdaftar dibawah dan tercantum dalam Jadual
Penawaran. Harga dan pembayaran ini harus merupakan kompensasi
penuh untuk mengadakan dan memproduksi dan mencampur serta
menghampar semua material, termasuk semua buruh, peralatan, pengujian-
pengujian, perkakas dan perlengkapan-perlengkapan lainnya yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan yang diuraikan dalam bab ini.

Nomor Mata
Pembayaran Uraian Satuan Pengukuran
(1)
ATB (Laston Atas) Meter kubik
(2)
ATBL (Laston Atas Levelling) Ton

8.9.7 AC (Laston)

8.9.7.1 Umum

1 Uraian
Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapis permukaan atau lapis perata atau
lapis pondasi atas padat yang awet, yang terdiri dari agregat dan material
aspal dicampur di pusat pencampur, serta menghampar dan memadatkan
campuran tersebut, diatas lapis pondasi atau permukaan jalan yang telah
disiapkan, sesuai dengan persyaratan ini dan memenuhi bentuk sesuai

Pekerjaan Jalan ST VIII-67


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Gambar Rencana dalam hal ketinggian, penampang memanjang dan


melintang atau sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Teknik.
2 Campuran Beraspal AC (Laston)
AC (Asphaltic Concrete) / Laston (Lapis Aspal Beton), yang selanjutnya
disebut AC (Laston), digunakan untuk jalan-jalan dengan lalu lintas berat,
tanjakan, pertemuan jalan dan daerah-daerah lainya dimana permukaan
menanggung beban roda yang berat.
Jenis-jenis campuran AC (Laston) :
AC ( Convensional ), untuk lapis permukaan.
AC – WC 1, untuk lapis permukaan.
AC – WC 2 / AC – Binder, untuk lapis antara.
AC – Base, untuk lapis pondasi atas.
Jenis campuran AC (Laston) harus seperti yang ditentukan pada gambar
rencana atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik.
3 Tebal Lapisan dan Toleransi
Tebal dari AC (Laston) yang dihampar harus diamati dengan benda uji “inti”
(cores) perkerasan yang diambil oleh Kontraktor dibawah pengawasan Direksi
Teknik.
Selang antara dan lokasi pengambilan benda uji harus sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Teknik, tetapi paling sedikit dua buah diambil arah
melintang dari masing-masing setengah lebar penampang yang diselidiki dan
selang antara potongan melintang ke arah memanjang yang diselidiki tidak
boleh lebih dari 200 m, dan harus sedemikian rupa sehingga jumlah total
benda uji yang diambil pada setiap segmen yang diukur untuk pembayaran
tidak boleh kurang dari batas-batas yang diberikan dalam Tabel di bawah ini

Tabel Jumlah Minimum Benda Uji Inti

Koefisien keragaman dari tebal benda uji Jumlah minimum benda uji yang
untuk semua benda uji dari bagian harus diambil dari bagian jalan
jalan yang diukur untuk pembayaran yang diukur untuk pembayaran

 30 % 6
30 – 40 % 10
41 – 50 % 14
51 – 60 % 20
61 – 70 % 28
71 – 80 % 40
 80 % 50
Tebal AC (Laston) kecuali untuk lapisan perata, yang sesungguhnya dipasang
di setiap bagian dari pekerjaan didefinisikan sebagai tebal rata-rata dari
benda-benda uji inti yang diambil dari bagian tersebut.

Pekerjaan Jalan ST VIII-68


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Tebal AC (Laston) yang sesungguhnya dipasang, sebagaimana ditetapkan


dalam table tersebut diatas, harus sama atau lebih besar dari tebal rancangan
nominal yang terdapat pada Tabel dibawah untuk lapis permukaan atau lapis
antara, dan untuk lapisan perata atau lapis pondasi harus sama dengan atau
lebih besar dari tebal yang ditentukan dalam Gambar Rencana dari Dokumen
Kontrak.

Tabel Tebal Rancangan Nominal AC (Laston)


Jenis Campuran Tebal Rancangan
Nominal (cm)
AC 4
AC – WC 1 4
AC – WC 2 5
AC – Base >6

Untuk semua campuran AC (Laston), baik yang dibayarkan menurut luas


maupun berat sesungguhnya dari material yang dihamparkan, berat
campuran AC (Laston) yang benar-benar dipakai harus dipantau oleh
Kontraktor dengan menimbang setiap muatan truk pengangkut material yang
meninggalkan pusat pencampur. Dalam hal bagian yang manapun yang
sedang diukur untuk menentukan pembayarannya, berat material yang benar-
benar dihamparkan yang dihitung dari timbangan muatan truk adalah kurang
dari ataupun lebih dari lebih besar 5 % dari berat yang dihitung dari
ketebalan dan rata-rata kepadatan contoh lapisan (cores), Direksi Teknik
harus mengambil tindakan untuk menyelidikinya agar bisa memastikan sebab
terjadinya selisih berat tersebut sebelum menyetujui pembayaran material
yang telah dihamparkan itu.

Penyelidikan Direksi teknik bisa meliputi, tetapi tidak perlu terbatas pada hal-
hal berikut ini :

Memerintahkan Kontraktor untuk lebih sering atau lebih banyak atau mencari
lokasi- lokasi cores yang lain.
Memeriksa kalibrasi dan ketepatan timbangan serta prosedur dan peralatan
percobaan laboratorium.

Memperoleh hasil-hasil pemeriksaan lapangan dan laboratorium yang


independen tentang kepadatan campuran AC (Laston) yang dicapai setelah
dihamparkan.

Menetapkan suatu sistem penghitungan dan pencatatan truk secara terinci.

Biaya untuk segala penambahan atau lebih seringnya mengambil coring,


untuk tambahan survei geometris ataupun pengujian laboratorium, penerapan
sistem pencatatan muatan truk ataupun tindakan lainya yang dianggap perlu

Pekerjaan Jalan ST VIII-69


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

oleh Direksi Teknik untuk memastikan alasan kelebihan toleransi beratnya,


harus ditanggung oleh Kontraktor sendiri, sesuai dengan yang tercantum
dalam table tersebut.

Variasi kerataan permukaan AC (Laston) yang telah selesai ditangani diukur


dengan mistar penyipat yang panjangnya 3 meter harus tidak boleh lebih dari
5 mm pada setiap titik. Keleluasaan harus dibuat untuk masing-masing kasus
terutama untuk perubahan bentuk yang disebabkan perubahan rancangan
punggung perkerasan dan lengkung vertikal pada profil memanjang.

Pada keadaan dimana campuran AC (Laston) digunakan sebagai lapisan


perata atau lapisan penguat dan bukan sebagai lapisan permukaan, maka
tebal lapisan tidak boleh lebih dari 2,5 kali tebal rancangan nominal yang
diberikan pada Tabel tersebut.

4 Lapisan Perata

Dalam hal campuran AC (Laston) digunakan sebagai Lapisan Perata, semua


persyaratan dari Seksi ini harus berlaku, kecuali :

Material harus disebut ACL (Laston Levelling)


Ukuran butir maksimum yang lebih kecil dapat digunakan.

5 Standar Rujukan

Standar AASHTO
T 50 – 78 Penguji daya apung dari material aspal
T 164 - 76 Quantitative Extraction dari aspal dalam
campuran perkerasan aspal
T 166 - 78 Berat isi dari campuran aspal yang dipadatkan
T 168 - 55 Pengambilan campuran perkerasan aspal
T 209 - 74 Berat jenis maksimum dari campuran perkerasan
aspal
T 176 - 73 Plastisitas partikel halus agregat bergradasi dan
tanah menggunakan pengujian ekivalen pasir.
M 17 - 77 Bahan pengisi (filler) mineral untuk campuran
perkerasan aspal
M 226 - 78 Tingkat kekentalan (viscosity) aspal

Standar Indonesia
PA.0301-76 Penetrasi dari material aspal
PB.0206-76 Daya tahan terhadap gerusan dari agregat kasar
berukuran kecil dengan menggunakan Mesin Los
Angeles.
SNI-03-3407-1994 Kelapukan Agregat menggunakan Sodium Sulfat
atau Magnesium Sulfat

Pekerjaan Jalan ST VIII-70


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Pd M-06-1997-03 Pengaruh dari air pada kohesi campuran aspal


yang dipadatkan
Pd M-03-1996-03 Memperoleh kembali aspal dari larutan dengan
metode Abson
SNI-06-2440-1991 Pengaruh panas dan udara pada material aspal
(pengujian lapisan tipis dengan oven/tungku).
SNI-03-2439-1991 Penyelaputan dan pengelupasan aspal pada
campuran agregat.
SNI-06-2489-1991 Daya tahan terhadap leleh (flow) plastis dari
campuran aspal menggunakan peralatan Marshall
Pd S-15-1996-03 Tingkat penetrasi aspal semen

Pelaporan
Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Teknik hal berikut ini :
Contoh dari seluruh material-material yang disetujui untuk digunakan, yang
akan disimpan oleh Direksi Teknik selama Periode Kontrak untuk keperluan
rujukan.
Laporan tertulis yang memberikan sifat-sifat hasil pengujian dari seluruh
material, seperti dipersyaratkan dalam tabel tersebut diatas.
Formula campuran kerja dan data uji yang mendukungnya, seperti yang
dipersyaratkan dalam tersebut diatas.
Pengukuran pengujian permukaan seperti yang dipersyaratkan dalam table
tersebut diatas.
Laporan tertulis mengenai kerapatan (density) dari campuran AC (Laston) yang
dihampar, seperti yang dipersyaratkan sebagaimana dalam table tersebut
diatas.
Data uji laboratorium dan lapangan seperti yang dipersyaratkan dalam table
tersebut diatas untuk pengendalian harian dari takaran campuran dan kualitas
campuran dalam bentuk laporan tertulis.
Catatan-catatan harian dari seluruh truk yang ditimbang pada alat penimbang,
seperti yang dipersyaratkan dalam table sebagaimana tersebut diatas.
Catatan-catatan tertulis dari pengukuran tebal lapisan AC (Laston) dan dimensi
perkerasan seperti yang dipersyaratkan sebagaimana dalam table tersebut
diatas.
Untuk setiap material aspal yang diusulkan Kontraktor untuk digunakan,
pernyataan asal sumbernya, bersama dengan data uji yang memberikan sifat-
sifatnya, baik sebelum maupun sesudah pengujian lapisan tipis dalam oven
(Thin Film Oven Test) (SNI-06-2440-1991), meliputi :
Penetrasi pada 25 0 C
Penetrasi pada 35 0 C

Pekerjaan Jalan ST VIII-71


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

“Ring and Ball Softening Point”


Kekentalan pada 60 0 C
Kekentalan pada 135 0 C.

Pembatasan oleh Cuaca


Campuran AC (Laston) hanya bisa dihampar bila permukaannya kering, bila
tidak akan hujan turun atau sedang hujan dan bila dasar jalan yang sudah
disiapkan dalam kondisi yang memuaskan.

Perbaikan dari Pekerjaan AC (Laston) yang tidak Memuaskan


Lokasi-lokasi dengan tebal atau kepadatan yang kurang dari yang
dipersyaratkan atau angka-angka yang disetujui dan juga lokasi-lokasi yang
tidak memuaskan dalam hal lainya tidak akan dibayar sampai diperbaiki oleh
Kontraktor seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik. Tidak ada
pembayaran tambahan yang akan dilakukan untuk pekerjaan atau volume
tambahan yang diperlukan untuk perbaikan.

Pengembalian Bentuk Perkerasan setelah Pengujian


Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti atau
lainnya, harus segera ditutup kembali dengan material campuran AC (Laston)
oleh Kontraktor dan dipadatkan hingga kepadatan serta kerataan
permukaan sesuai dengan toleransi yang diperkenankan yang
dipersyaratkan dalam Bab ini.

8.9.7.2 Material

Agregat – Umum
Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa agar
campuran AC (Laston) yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumus campuran
kerja akan memiliki kekuatan sisa yang tidak kurang dari 75 % bila diuji untuk
hilangnya kohesi akibat pengaruh air sesuai dengan Pd M-06-1997-03 dan SNI-
06-2489-1991.

Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh Direksi
Teknik. Material harus ditimbun sesuai dengan persyaratan.

Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus sudah menimbun paling sedikit


40 % dari jumlah agregat pecah yang dibutuhkan untuk campuran AC (Laston)
dan selanjutnya timbunan persediaan harus dipertahankan paling sedikit 40 %
dari sisa kebutuhanya.

Direksi Teknik dapat menyetujui, atau memerintahkan penggunaan agregat yang


tidak memenuhi kebutuhan gradasi partikel asalkan dapat ditunjukkan sampai
memuaskan Direksi Teknik bahwa campuran AC (Laston) yang dihasilkannya

Pekerjaan Jalan ST VIII-72


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

dapat memenuhi persyaratan-persyaratan sifat campuran yang diberikan


sebagaimana disebutkan dalam table diatas.

Tiap-tiap agregat harus diangkut ke pusat pencampuran lewat cold bin yang
terpisah. Pencampuran terlebih dahulu agregat dari jenis atau sumber agregat
yang berbeda, tidak diperbolehkan.

Agregat Kasar
Agregat kasar pada umumnya harus memenuhi gradasi yang disyaratkan seperti
tabel dibawah dan harus terdiri dari batu pecah atau campuran yang memadai
dari batu pecah dengan kerikil besi.

Ukuran Saringan Persen Berat Lolos

Campuran
(mm) (ASTM) Campuran Normal
Lapisan Perata
20 3/4" 100 100
12,7 1/2" 30 - 100 95 - 100
9,5 3/8" 0 - 55 50 - 100
4,75 #4 0 - 10 0 - 50
0,075 # 200 0-1 0-5

Agregat kasar harus terdiri dari material yang bersih, keras, awet yang bebas dari
kotoran atau bahan yang tidak dikehendaki dan harus memiliki persentase
keausan yang tidak lebih dari 40 % pada 500 putaran seperti yang ditetapkan
oleh PB. 0206-76.

Bila diuji dengan pengujian-pengujian penyelaputan dan pengelupasan (Coating


and Stripping Tests), SNI-03-2439-1991, agregat tersebut harus memiliki luas
yang terselaput tidak kurang dari 95 %.

Agregat kasar harus mempunyai angularitas sebagaimana disyaratkan dalam


tabel dibawah ini. Angularitas agregat kasar diartikan sebagai butir agregat yang
lebih besar dari 4,76 mm (No.4) dan mempunyai paling sedikit satu bidang
pecah, yang dinyatakan dalam satuan persen berat (DoT Pensylvania Test Method,
PTM No. 621).

Pengujian Lalu Lintas Standa Nilai


r
Pengujia
< n 85/80
Angularitas 1.000.000
(Kedalaman <100 mm) SST
DoT,Pensylvania
> 95/90
Test Method,
1.000.000
PTM No. 621
SST

Pekerjaan Jalan ST VIII-73


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

< 60/50
Angularitas 1.000.000
(Kedalaman >100 mm) SST
> 80/75
1.000.000
SST
Agregat pipih dan ASTM D-4791 Maks 10
lonjong %

Catatan: SST = Setara Sumbu Standar Tunggal


85/80 = 85% mempunyai satu bidang pecah dan 80%
mempunyai dua bidang pecah. Prosedur
pengujian dapat dilihat dalam Lampiran.

Agregat Halus
Biasanya diperlukan sejumlah abu batu hasil pengayakan batu pecah (“crusher
dust”) untuk menghasilkan suatu campuran yang ekonomis dan memenuhi
persyaratan-persyaratan campuran yang dinyatakan dalam Tabel dibawah.

Ukuran Saringan
Persen Berat Lolos
(mm (ASTM)
)
9,5 3/8" 100
4,75 #4 90 – 100
2,36 #8 80 – 100
600 mikron # 30 25 – 100
75 mikron # 200 3 – 11

Dalam keadaan apapun, pasir alam yang kotor dan berdebu dan mengandung
partikel halus lolos ayakan no. 200 lebih besar dari 8 % dan atau mempunyai
nilai ekivalen pasir kurang dari 50 menurut SNI-03-4428-1997, tidak boleh
digunakan dalam campuran.

Agregat halus harus mempunyai angularitas sebagaimana disyaratkan dalam


tabel dibawah ini.

Pengujian Lalu Lintas Standar


Pengujian Nilai
Angularitas < 1.000.000 SST Min 40%
(Kedalaman < 100 > 1.000.000 SST Min 45%
mm)
Angularitas < 1.000.000 SST AASHTO TP-33 Min 40%
(Kedalaman > 100 > 1.000.000 SST Min 40%
mm)

Catatan : SST = Setara Sumbu Standar Tunggal

Pekerjaan Jalan ST VIII-74


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Bahan Pengisi (Filler) - AASHTO M 17


Bahan pengisi harus terdiri dari abu batu, kapur (limestone dust), semen
portland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan mineral non plastis lainnya
dari sumber yang disetujui oleh Direksi Teknik. Bahan tersebut harus bebas
dari bahan lain yang tidak dikehendaki.
Harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan
pengayakan basah harus mengandung bahan yang lolos saringan 75 mikron
tidak kurang dari 75 % beratnya.

Material Aspal
Material aspal pengikat yang dipakai harus dari jenis aspal semen AC-10
(yang kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 80/100), atau AC-20 (yang
kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 60/70) dan harus memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagaimana tertera dalam tabel dibawah ini (Pd S-
15-1996-03 dan AASHTO M 226-78 (1996)).
Untuk mencapai kekuatan campuran AC (Laston) yang ditetapkan, disarankan
menggunakan aspal semen AC-20.

Pekerjaan Jalan ST VIII-75


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Frekuensi pengujian bahan aspal ditentukan lebih lanjut sesuai petunjuk Direksi Teknik.
Spesifikasi Aspal
Metode Pen. Pen.
Jenis Pengujian Pengujian 60/70 80/100 Satuan
min mak min mak

1. Penetrasi 250 C, SNI-06-2456- 60 79 80 99 0,1mm


1991
100
gr, 5 detik
SNI-06-2434- 48 58 46 54 0C
1991
2. Titik Lembek
SNI-06-2432- 100 - 100 - Cm
1991
3. Daktilitas 250 C, 5
cm SNI-06-2438- 99 - 99 - %
per menit 1991
SNI-06-2433- 200 - 225 - 0C
4. Kelarutan dalam CCL4 1991
SNI-06-2488- 1 - 1 -
5. Titik Nyala 1991 -
SNI-06-2441- - 0,4 - 0.6
%
6. Berat Jenis 250 C 1991

SNI-06-2456- 75 - 75 -
7. Kehilangan Berat 1630 1991 % asli
C, 5 jam Cm
SNI-06-2432- 50 - 50 -
8. Penetrasi setelah 1991 0C
kehilangan berat
SNI-06-2434- - - - -
9. Daktilitas setelah 1991 0C
kehilangan berat
AASHTO-72- - - - -
10. Titik lembek setelah 1990
penurunan berat 0C
AASHTO-72- - - - -
11. Perkiraan suhu 1990
pencampuran

12. Perkiraan suhu


pemadatan

Pekerjaan Jalan ST VIII-76


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Bahan Tambahan untuk Aspal


Direksi Teknik dapat menetapkan atau menyetujui penggunaan suatu bahan
tambahan untuk mencapai stabilitas yang ditetapkan, stabilitas sisa atau syarat-
syarat sifat lainnya, atau untuk meningkatkan keawetan, ketahanan terhadap
deformasi atau sifat kelelahan.
Bila diperlukan oleh Direksi Teknik, Kontraktor harus mengirimkan contoh
bahan tambahan tersebut disertai data teknis dan data kimiawinya.

Sumber Pasokan
Persetujuan awal sumber-sumber pengadaan agregat dan bahan pengisi mineral
harus diperoleh dari Direksi Teknik sebelum pengiriman material. Contoh-
contohnya harus diserahkan seperti yang diperintahkan.
Dalam pemilihan sumber-sumber agregat, Kontraktor harus memperhitungkan
aspal yang akan hilang karena absorbsi (penyerapan) kedalam agregat, untuk
memastikan penggunaan agregat setempat yang mempunyai daya penyerapan
yang paling kecil.

8.9.7.3 Persyaratan Sifat Campuran

Campuran AC (Laston) harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam Tabel


dibawah ini.

Tabel Persyaratan Sifat Campuran


Sifat Campuran Spesifikasi
AC AC-WC 1 AC-Base
AC-WC 2
Kadar Aspal Efektif - -
Kadar Penyerapan Aspal Max. 1,7 1,2 > 1.000.000
Min. ESA
Kadar Aspal Total (% tehadap 4,3 - 7 1,7 < 1.000.000
berat total) ESA
Kadar Rongga Udara dari campuran Min. 3 3 - 3
padat (% terhadap volume total Max. 6 6 8
campuran) Max. 18 16 16
Rongga diantara mineral agregat
(VMA) (%)
Rongga terisi aspal (VFA) (%) Min. 75 68 68
Kelelehan (mm) Min. - 2 3
Marshall Quotient (1) (SNI-06-2489- Min. 1,8 2 2
1991) (KN/mm) Max. 5 - -
Stabilitas Marshal (SNI-06-2489- Min. 750 800 800
1991) (KG) Max. 850 - -
Stabilitas Marshal tersisa setelah Min. 75 75 75
perendaman selama 24 jam pada
600
C (% terhadap
Jumlah stabilitas
Tumbukan semula)
Marshall tiap 400 600
Permukaan

Pekerjaan Jalan ST VIII-77


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Catatan :
Modifikasi Marshall, diameter mold 15,24 cm. Untuk kondisi kepadatan
mutlak gunakan alat penumbuk getar agar terhindar dari kemungkinan
adanya agregat yang pecah.
Untuk lalu lintas yang bergerak sangat lambat atau lalu lintas mengalur
yang berat, gunakan kriteria untuk satu tingkat SST (Setara Sumbu-
Standar Tunggal) yang lebih tinggi.
Berat Jenis efektif agregat dihitung berdasarkan pada Berat Jenis
Maksimum dari Metode Rice (AASHTO T 209-74).

Jenis campuran yang ditetapkan dalam Gambar Rencana berdasarkan asumsi


kondisi jalan yang datar (atau kemiringan landai) dan kondisi lalu lintas jalan
antar kota.
Jenis campuran sebenarnya yang diperlukan pada setiap bagian jalan, harus
sesuai dengan instruksi Direksi Teknik untuk memenuhi kondisi lalu lintas dan
kelandaian jalan.
Bahan aspal yang terkandung dari benda uji pada campuran kerja harus
mempunyai nilai penetrasi tidak kurang dari 70 % terhadap nilai penetrasi aspal
sebelum pencampuran dan nilai daktilitas tidak kurang dari 40 cm, bila
diperiksa masing-masing dengan PA.0301-76 dan AASHTO T 51.
Bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara AASHTO T
164. Setelah konsentrasi bahan aspal yang terekstraksi mencapai 200 mm,
partikel mineral yang terkandung harus dipindahkan kedalam suatu sentrifugal.

8.9.7.4 Rancangan Campuran

Umum
Kontraktor bertanggung jawab atas rancangan campuran. Campuran harus
memenuhi persyaratan yang diberikan.

Rongga Terisi Aspal (VFA)


Kadar aspal dalam campuran harus sedemikian rupa sehingga mengisi 60-80 %
dari rongga pada kombinasi agregat dan bahan pengisi.

Bahan-bahan Pengisi
Bahan pengisi dengan kadar tidak kurang dari 1% harus ditambahkan kedalam
campuran dan harus memenuhi ketentuan-ketentuan dalam diatas.

Gradasi Campuran Optimum


Gradasi dari kombinasi agregat dengan bahan pengisi harus sedemikian rupa
sehingga memenuhi persyaratan sebagaimana disebutkan dalam Tabel diatas.
Kurva gradasi kombinasi harus sedemikian rupa sehingga bila digambarkan tidak
menunjukkan adanya penyimpangan yang tajam dan terletak dengan baik diantara

Pekerjaan Jalan ST VIII-78


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

batas- batas gradasi.


Selanjutnya, bentuk kurva pada bagian bawah kurva gradasi kombinasi (bahan
yang lolos saringan 2,36 mm), harus sedemikian rupa sehingga tidak terdapat
bagian yang mempunyai persentase lolos ayakan tertentu menyimpang dari satu
batas atau batas terdekat, ke satu batas atau batas terdekat lainnya.

Tabel Batas-batas Gradasi untuk Kombinasi Agregat dan Bahan Pengisi pada
Campuran.
Ukuran Saringan Persen Berat Lolos
(mm) (ASTM) AC AC - WC 1 AC - WC 2 AC - BASE
37,5 1,5" - - - 100
25,0 1" 100 - 100 90 – 100
19,0 3/4" 100 100 90 – 100 Maks. 90
12,7 ½" 75 – 100 90 – 100 Maks. 90 -

9,5 3/8" 60 – 85 Maks. 90 - -


4,75 #4 38 – 55 - - -
2,36 #8 27 – 40 28 – 58 23 – 49 19 – 45
0,600 # 30 14 – 24 - - -
0,300 # 50 9 – 18 - - -
0,150 # 100 5 – 12 - - -
0,075 # 200 2-8 4 – 10 4–8 3–7

Untuk campuran AC (Laston) lapis aus dan lapis pondasi, disyaratkan agar minimum
80 % dari agregat yang lolos saringan 2,36 mm dan harus lolos pula pada saringan
0,600 mm. Pada Tabel diatas diberikan tingkat ketimpangan atau gap untuk bahan
yang lolos saringan 2,36 mm dan tertahan diatas saringan 0,600 mm.
Gradasi agregat untuk AC (Laston), digunakan titik kontrol gradasi agregat
campuran, harus berada diantara titik kontrol tersebut. Gradasi campuran berada
pada ukuran nominal, ukuran menengah (2,36 mm) dan ukuran terkecil (0,075
mm). Gradasi agregat campuran tidak boleh memotong Zona Terbatas Gradasi.
Zona Terbatas Titik Kontrol Gradasi dan Rumus Kurva Fuller.

Tabel Ketimpangan Gradasi Campuran

Pemeriksaan Variasi Kadar Aspal


Suatu campuran yang mengandung agregat bergradasi terpilih harus diperiksa
dengan tidak kurang dari 5 variasi kadar aspal.

Variasi kadar aspal harus dipilih dengan penambahan 0,5% menurut berat.
Sekurang- kurangnya harus terdapat 2 variasi diatas dan dua variasi dibawah kadar

Pekerjaan Jalan ST VIII-79


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

aspal yang diperkirakan. Benda uji harus diperiksa untuk Stabilitas Marshall,
Marshall Flow, Berat Satuan dan Kadar Rongga Udara.

Pemeriksaan berikut harus digambarkan :


Stabilitas terhadap kadar aspal
Flow terhadap kadar aspal
Berat satuan terhadap kadar aspal
Kadar rongga udara terhadap kadar aspal
Kadar rongga pada agregat terhadap kadar aspal

Penentuan Kadar Aspal Optimum Sementara


Kadar aspal optimum sementara adalah rata-rata dari nilai-nilai berikut yang
ditentukan dari penggambaran data-data menurut Bab ini :
Kadar aspal yang memberikan stabilitas maksimal.
Kadar aspal yang memberikan berat satuan maksimal.
Kadar aspal yang memberikan kadar rongga udara 4,5 %.
Dalam hal dimana kadar aspal optimum sementara sangat berbeda dari yang
diperkirakan, Direksi Teknik dapat memerintahkan penambahan jumlah pengujian.
Campuran yang dipilih dengan cara ini disebut campuran kerja sementara.

Penyesuaian Sifat Campuran

Campuran kerja sementara harus diperiksa untuk meyakinkan bahwa campuran


tersebut memenuhi sifat yang ditentukan. Jika campuran menyimpang dari setiap
sifat yang ditentukan, variasi gradasi, jenis agregat, kadar bahan yang mengisi atau
jenis dan kadar bahan tambahan harus diselidiki secara sistimatis hingga diperoleh
suatu campuran yang ekonomis dan memenuhi syarat.

Evaluasi terhadap Batas-batas Penyimpangan Produksi

Direksi Teknik akan menyiapkan, atau akan memerintahkan kepada Kontraktor


untuk menyiapkan, benda uji tambahan untuk menilai kerentanan campuran kerja
sementara terhadap penyimpangan gradasi kombinasi dan kadar aspal yang
mungkin terjadi selama produksi campuran seperti yang diperbolehkan.

Untuk keperluan ini harus disiapkan tiga benda uji tambahan untuk setiap
penyimpangan berikut terhadap campuran kerja sementara :

Rancangan gradasi kombinasi agregat dan bahan pengisi ditambah penyimpangan


maksimum yang diperbolehkan dan rancangan kadar aspal ditambah penyimpangan
maksimum yang diperbolehkan.
Rancangan gradasi kombinasi agregat dan bahan pengisi dikurangi penyimpangan
maksimum yang diperbolehkan dan rancangan kadar aspal dikurangi penyimpangan
maksimum yang diperbolehkan.

Pekerjaan Jalan ST VIII-80


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Rancangan gradasi kombinasi agregat dan bahan pengisi ditambah penyimpangan


maksimum yang diperbolehkan dan rancangan kadar aspal dikurangi penyimpangan
maksimum yang diperbolehkan.

Rancangan gradasi kombinasi agregat dan bahan pengisi dikurangi penyimpangan


maksimum yang diperbolehkan dan rancangan kadar aspal ditambah penyimpangan
maksimum yang diperbolehkan.

Sifat-sifat dari setiap variasi campuran ini harus memenuhi semua batas sifat yang
disyaratkan. Jika campuran kerja sementara tidak dapat memenuhi ketentuan ini,
harus diselidiki penyesuaian/modifikasi rancangan campuran selanjutnya. Campuran
yang paling memenuhi semua syarat yang ditetapkan dipilih sebagai campuran kerja.

8.9.7.5 Rumus Campuran Kerja

Persetujuan
Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus mengajukan kepada Direksi Teknik
secara tertulis suatu Rumus Campuran Kerja yang diusulkan, untuk campuran AC
(Laston) yang akan disediakan untuk Proyek. Rumus yang diajukan demikian harus
merinci ukuran partikel maksimum nominal, sumber- sumber agregat, persentase
agregat kombinasi yang lolos saringan-saringan berukuran 2,36 mm (no. 8) dan 75
mikron (no. 200), jumlah dan kadar bitumen efektif yang dinyatakan sebagai
persentase berat jumlah campuran, suatu temperatur tunggal tertentu dimana
campuran tersebut harus dikosongkan dari alat pencampur, dan suatu temperatur
tunggal tertentu dimana campuran tersebut akan dikirim ke tempat
penghamparan, yang semuanya akan berada dalam batas-batas antara yang
ditetapkan dari komposisi umum dan batas- batas temperatur.

Dalam menyetujui campuran kerja, Direksi Teknik atas dasar pertimbangannya


dapat menggunakan formula yang diserahkan, secara keseluruhan atau sebagian,
atau dapat meminta Kontraktor untuk melaksanakan pengujian campuran
percobaan tambahan atau untuk menyelidiki alternatif agregat- agregat lainnya.

Sewaktu menyetujui Rumus Campuran Kerja, Direksi Teknik akan menunjuk agregat
tertentu, dan sumber-sumbernya yang mendasari formula campuran kerja yang
diterapkan.

Campuran kerja harus ditetapkan dan kualitas campuran tersebut harus dikendalikan,
dalam bentuk rancangan fraksi untuk agregat yang berbeda- beda, seperti diuraikan
dalam Bab diatas, bukannya dalam bentuk proporsi takaran agregat.

Menyusul Persetujuan atas Rumus Campuran Kerja oleh Direksi Teknik


Kontraktor harus menghampar percobaan paling sedikit 8 ton campuran AC (Laston)
dengan menggunakan produk, peralatan penghampar dan prosedur yang diusulkan.
Apabila percobaan tersebut gagal memenuhi persyaratan pada salah satu seginya,

Pekerjaan Jalan ST VIII-81


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

perlu dibuat penyesuaian dan percobaan diulang kembali.

Pekerjaan pengaspalan yang permanen belum dapat dimulai hingga percobaan yang
memuaskan telah dilaksanakan dan disetujui oleh Direksi Teknik.

Penerapan Formula Campuran Kerja dan Toleransi yang diijinkan

Semua campuran AC (Laston) yang disediakan harus sesuai dengan Rumus


Campuran Kerja yang ditetapkan oleh Direksi Teknik, dalam batas antara toleransi-
toleransi yang ditetapkan dibawah :

Toleransi Komposisi Campuran :


Gabungan agregat yang lolos :  7 % berat total campuran
Saringan 9,5 mm

Gabungan agregat yang lolos :  5 % berat total campuran


Saringan 2,36 mm

Gabungan agregat yang lolos :  2 % berat total campuran


Saringan 150 mikron

Gabungan agregat yang lolos :  1,5 % berat total campuran


Saringan 75 mikron

Kadar bahan aspal : + 0,3 % berat total campuran

Toleransi Temperatur :
Bahan yang meninggalkan tempat pencampuran : ± 10º C.
Bahan-bahan yang diterima di tempat penghamparan : ± 10º C.

Setiap hari Direksi Teknik harus mengambil contoh dari material dan campuran
sebagaimana digariskan dalam diatas atau contoh-contoh tambahan yang
dipandang perlu untuk pengecekan keseragaman yang diperlukan dari campuran.
Jika terjadi perubahan dalam material atau bila ada perubahan dari sumber material,
suatu formula campuran kerja yang baru harus diserahkan dan disetujui, sebelum
campuran AC (Laston) yang mengandung material baru dikirimkan. Material kerja
akan ditolak bila ternyata mempunyai pori atau sifat- sifatnya membutuhkan, untuk
menghasilkan campuran yang seimbang, kadar aspal yang lebih tinggi atau lebih
kecil dari pada batas yang dipersyaratkan.

8.9.7.6 PERSYARATAN PERALATAN PELAKSANAAN

Umum
Unit pencampuran (Mixing Plant), yang dapat berupa pusat pencampuran dengan
penakaran (batching) atau pusat pencampuran menerus (continous), harus
memiliki kapasitas yang cukup untuk melayani mesin penghampar secara menerus
(tidak terhenti-henti) sewaktu menghampar campuran pada kecepatan normal dan

Pekerjaan Jalan ST VIII-82


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

ketebalan yang disyaratkan.

Timbangan pada Pusat Pencampur


Timbangan untuk setiap kotak timbangan atau penampung seharusnya berupa tipe
pembacaan jarum tanpa pegas, dan harus merupakan produksi rancangan standar
yang ketepatannya berkisar antara ½ % dari bahan maksimum yang diperlukan.

Bila timbangan-timbangan tipe pembacaan jarum tanpa pegas digunakan, ujung dari
jarum harus dipasang sedekat mungkin dengan permukaan dan harus berupa tipe
yang bebas dari parallax (penyimpangan sinar) yang berlebihan.

Timbangan untuk menimbang material aspal harus memenuhi persyaratan sebagai


timbangan agregat. Perbedaan minimum antara angka-angkanya dalam segala hal
harus tidak melebihi dari 1 kg. Cakram pembacaan timbangan (meteran) untuk
menimbang aspal harus memiliki kapasitas yang tidak lebih dari dua kali material
yang akan ditimbang dan harus dapat dibaca sampai satu kilogram yang terdekat.

Timbangan harus telah disetujui oleh Direksi Teknik dan akan diperiksa berulang kali,
sebagaimana dianggap perlu oleh Direksi Teknik, untuk selalu menjamin
ketepatannya.

Peralatan untuk Penyiapan Bahan Aspal


Tangki untuk penyimpanan material aspal harus dilengkapi dengan pemanas yang
selalu dapat dikendalikan secara efektif dan positif sampai pada temperatur dalam
batas yang dipersyaratkan. Pemanasan harus dilakukan dengan spiral uap (steam
coils), listrik, atau cara lainnya yang mana api harus tidak berhubungan langsung
dengan tangki pemanas.

Kemampuan penyimpanan tangki harus 30.000 liter dan paling sedikit dua tangki
berkapasitas sama harus disediakan. Tangki-tangki tersebut harus dihubungkan ke
sistem sirkulasi sedemikian rupa agar masing-masing tangki dapat diisolasi secara
terpisah tanpa mengganggu sirkulasi aspal ke pengaduk.

Pemasok untuk Mesin Pengering (Feeder for Drier)


Harus disiapkan pemasok untuk masing-masing agregat yang akan dipakai pada
pencampuran. Pemasok untuk agregat halus harus dari tipe ban (belt conveyor).
Atas persetujuan Direksi Teknik diperkenankan memakai tipe lain, hanya jika alat
tersebut dapat menyalurkan/ mengangkut bahan basah pada kecepatan yang
tetap tanpa menyebabkan terjadinya penyumbatan. Sekali ditetapkan, kedudukan
dari pemasok tak boleh dirubah sama sekali tanpa persetujuan dari Direksi Teknik.

Alat Pengering (Drier)


Alat pengering yang berputar dengan rancangan yang baik untuk pengeringan dan
pemanasan agregat harus disediakan. Alat pengering tersebut harus mampu

Pekerjaan Jalan ST VIII-83


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

mengeringkan dan memanaskan agregat mineral sampai ke temperatur yang


disyaratkan.

Ayakan
Ayakan yang mampu menyaring seluruh agregat sampai ukuran dan proporsi yang
disyaratkan dan memiliki kapasitas normal sedikit diatas kapasitas penuh dari
pencampur, harus disediakan. Alat penyaring tersebut harus memiliki efisiensi
pengoperasian yang sedemikian rupa sehingga agregat yang tertampung dalam
setiap penampung (bin) harus tidak boleh mengandung lebih dari 10 % material
yang berukuran terlampau besar atau terlampau kecil.

Penampung / Bin
Perlengkapan harus termasuk penampung-penampung (bins) yang berkapasitas
cukup untuk melayani pencampuran sewaktu beroperasi pada kapasitas penuh.
Penampung harus dibagi paling sedikit dalam tiga bagian (ruang) dan harus diatur
untuk menjamin penyimpanan yang terpisah serta memadai untuk masing-masing
fraksi agregat, tidak termasuk bahan pengisi. Masing-masing (ruang) harus
dilengkapi dengan pipa pengeluar yang sedemikian rupa agar baik ukuran maupun
lokasinya dapat mencegah masuknya material kedalam penampung lainnya.
Penampung harus dikonstruksi sedemikian rupa agar contoh (sampel) dapat
diperoleh dengan mudah.

Unit Pengontrol Aspal


Harus disediakan suatu cara yang memuaskan, baik dengan menimbang atau
mengukur aliran, untuk memperoleh jumlah yang tepat dari material aspal didalam
campuran dalam batas toleransi yang disyaratkan untuk campuran kerja itu.
Perangkat pengukur aliran untuk material aspal haruslah tipe pompa meteran aspal
yang berputar dengan sistem pemindahan secara positif, dengan susunan
penyemprot, pada pencampur, yang baik. Untuk unit pencampuran dengan
takaran, harus dapat menyediakan kualitas aspal yang direncanakan untuk setiap
takaran campuran. Untuk pusat pencampuran menerus, kecepatan operasi dari
pompa harus disinkronkan dengan aliran dari agregat kedalam pencampur dengan
pengendalian penguncian otomatis, dan perangkat ini harus dapat distel dengan
mudah dan tepat. Cara untuk memeriksa kuantitas atau kecepatan aliran dari
material aspal kedalam pencampur harus disediakan.

Perlengkapan Pengukur Panasl


Termometer yang dilindungi yang dapat digunakan dari 100º C sampai 200º C
harus dipasang dalam saluran pemasukan aspal pada tempat yang tepat dekat
katup pengeluaran (discharge) pada unit pencampur.

Unit harus juga dilengkapi dengan skala cakram tipe air raksa (mercury-actuated),
pyrometer listrik atau perlengkapan pengukur panas lainnya yang disetujui, yang

Pekerjaan Jalan ST VIII-84


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

dipasang pada corong pengeluaran dari alat pengering untuk mencatat secara
otomatis atau menunjukkan temperatur dari agregat yang dipanaskan. Sebuah
“thermo couple” (pengukur listrik yang mengukur perbedaan temperatur) atau
“tahanan lampu” (resisteance bulb) harus dipasang dekat dasar penampung untuk
mengukur temperatur agregat halus sebelum memasuki pencampur.

Untuk pengaturan temperatur agregat yang lebih baik, penggantian dari setiap
termometer dengan alat pencatat temperatur yang disetujui mungkin diminta oleh
Direksi Teknik, dan juga Direksi Teknik dapat meminta grafik temperatur harian
untuk disimpan sebagai arsip.

Pengumpul Debu (Dust Collector)


Unit Pencampur harus dilengkapi dengan alat pengumpul debu yang dibuat
sedemikian rupa untuk membuang atau mengembalikan secara merata ke elevator
seluruh atau sebagaian dari material yang dikumpulkannya, sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Teknik.

Pengendalian Waktu Pencampuran


Unit Pencampur harus dilengkapi dengan cara yang positif mengontrol waktu
pencampuran dan mempertahankannya terkecuali kalau dirubah atas perintah
Direksi Teknik

Timbangan dan Rumah Timbang


Timbangan dan Rumah Timbang harus disediakan untuk menimbang truk yang
bermuatan material yang siap untuk dikirim ke tempat pekerjaan. Timbangan
tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai timbangan seperti yang diuraikan
diatas.

Persyaratan Khusus untuk Unit Pencampuran Batch (Bacthing Plant)


Kotak Penimbang atau Penampung.

Perlengkapan ini harus mencakup suatu cara untuk menimbang secara teliti,
masing- masing menampung ukuran agregat tertentu dalam kotak penimbang atau
penadah, yang digantung pada timbangan, berukuran cukup untuk menampung
campuran satu takaran penuh tanpa harus diratakan dengan tangan atau tanpa
tumpah

Pencampur (Mixer).

Pencampur batch harus dari tipe “twin pugmill ” (pengaduk putar ganda) yang
disetujui yang mampu menghasilkan campuran yang merata dalam batas toleransi
campuran kerja. Pencampur harus dipanasi dengan selubung uap, minyak panas,
atau cara lainnya yang disetujui Direksi Teknik. Juga rancangannya (design) harus
sedemikian rupa agar memungkinkan kapasitas pencampuran yang tidak kurang
dari 500 kg dan konstruksinya harus sedemikian rupa untuk mencegah kebocoran

Pekerjaan Jalan ST VIII-85


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

isinya. Jika tidak disertai kotak pencampur harus dilengkapi dengan penutup debu
untuk mencegah hilangnya debu.
Sinkronisasi Pemasukan Agregat dan Aspal .

Suatu cara yang memuaskan harus disediakan yang mampu melaksanakan kontrol
saling mengunci antara aliran agregat dari penampung dengan aliran aspal dari
meteran atau sumber pengatur lainnya. Kontrol ini harus disertai dengan cara
penguncian mekanis atau metode positif lainnya yang memuaskan Direksi Teknik.

Penampung.

Pencampur harus dilengkapi dengan sebuah penampung pada bagian pengeluaran,


dengan ukuran serta rancangan yang tidak akan mengakibatkan terjadinya
segregasi. Tiap elevator (pengangkat) yang digunakan untuk memuat campuran
keatas kendaraan harus juga memiliki penampung yang memuaskan juga.

Peralatan Pengangkut

Truk untuk mengangkut campuran AC (Laston) harus mempunyai bak dari logam yang
rapat, bersih dan rata, telah disemprot dengan sedikit air sabun, minyak yang telah
diencerkan, minyak tanah, atau larutan kapur untuk mencegah melekatnya campuran
ke bak. Jika ada genangan minyak di bak truk setelah penyemprotan, harus dibuang
sebelum campuran dimasukkan dalam truk. Tiap muatan harus ditutup dengan
kanvas/terval atau bahan lainnya yang cocok dengan ukuran yang sedemkian rupa
agar dapat melindungi campuran terhadap cuaca.

Truk yang menyebabkan segregasi yang berlebihan akibat sistem pegasnya atau faktor
lain, atau yang menunjukkan kebocoran oil yang nyata, atau yang menyebabkan
kelambatan yang tidak perlu, atas perintah Direksi Teknik harus dikeluarkan dari
pekerjaan sampai kondisinya diperbaiki.

Bila dianggap perlu, agar campuran AC (Laston) yang dikirim ke tempat pekerjaan
pada temperatur yang dipersyaratkan, bak truk hendaknya diisolasi untuk memperoleh
temperatur dimana campuran mudah dikerjakan, dan seluruh penutup harus diikat
kencang.

Peralatan Penghampar dan Pembentuk

Peralatan penghampar dan pembentuk harus dari mesin mekanis yang telah disetujui,
mempunyai mesin sendiri yang mampu menghampar dan membentuk campuran AC
(Laston) sampai sesuai dengan garis, permukaan serta penampang melintang yang
diperlukan.

Mesin penghampar harus dilengkapi dengan penadah serta ulir pembagi dari tipe yang
berlawanan untuk menempatkan campuran secara merata dimuka “ screed” (sepatu)
yang dapat disetel. Mesin ini harus dilengkapi dengan perangkat kemudi yang cepat

Pekerjaan Jalan ST VIII-86


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

dan efesian dan harus dapat bergerak mundur dan maju.

Mesin penghampar harus mempunyai perlengkapan mekanis seperti penyeimbang


(equalizing runners), pisau (straightedge runners), lengan perata (evener arms), atau
perlengkapan lainnya untuk mempertahankan kelurusan permukaan dan kelurusan
garis tepi perkerasan tanpa perlu menggunakan pembentuk tepi yang tepat.

Mesin penghampar harus dilengkapi dengan “screed” (sepatu) atau yang dengan tipe
vibrator yang dapat digerakkan dan perangkat untuk pemanas “screed” pada
temperatur yang diperlukan untuk penghamparan campuran tanpa menggusur atau
merusak permukaan.
Jika, selama pelaksanaan diketahui bahwa perlengkapan penghampar dan pembentuk
dalam pengoperasiannya meninggalkan bekas pada permukaan atau cacat atau
ketidak rataan permukaan lainnya yang tidak diperbaiki dengan memuaskan dengan
pelaksanaan yang dijadwalkan, maka pengunaan peralatan tersebut, harus dihentikan
dan peralatan penghampar dan pembentuk lainnya yang memuaskan harus
disediakan oleh Kontraktor.

Peralatan Pemadat

Setiap mesin penghampar harus disertai mesin gilas baja (steel wheel roller) dan
mesin gilas ban bertekanan. Semua mesin gilas harus mempunyai tenaga penggerak
sendiri.

Mesin gilas ban bertekanan (pneumatic tired rollers) harus dari tipe yang
disetujui yang memiliki tidak kurang dari tujuh roda ban halus dengan ukuran dan

konstruksi yang sama yang mampu beroperasi pada tekanan 8,5 kg/cm2 (120 psi).
Roda harus berjarak sama satu sama lain pada kedua garis sumbu dan diatur
sedemkian rupa sehingga roda pada sumbu yang satu jatuh diantara tanda roda
yang lainnya (tumpang-tindih). Masing-masing ban harus dipertahankan tekanannya
pada tekanan operasi yang dipersyaratkan sehingga selisih antara dua ban harus

tidak melebihi 350 gram/cm2 (5 psi). Suatu alat harus disediakan untuk
memeriksa dan menyetel tekanan ban di lapangan setiap saat. Untuk setiap ukuran
dan tipe ban yang digunakan, Kontraktor harus memberikan kepada Direksi
Teknik grafik atau tabel yang menunjukan hubungan antara beban roda, tekanan
ban, dan tekanan ban pada bidang penyentuh, lebar dan luas.

Mesin gilas yang dapat bergerak sendiri dapat dibagi dalam tiga tipe:
Mesin gilas tiga roda (Three Wheel Roller)
Mesin gilas roda tandem (Tandem Wheel Roller)
Mesin gilas tandem dengan tiga sumbu (Three Axle Tandem Roller).

Mesin gilas harus mampu menimbulkan beban tekanan pada roda belakang tidak

Pekerjaan Jalan ST VIII-87


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

kurang dari 400 kg per 0,1 m kali lebar minimum roda. Paling sedikit satu dari
mesin gilasnya mampu menimbulkan tekanan gilas sebesar 600 kg per 0,1 m kali
lebar. Mesin gilas harus bebas dari permukaan yang datar (flat), penyok, robek-
robek atau tonjolan yang akan merusak permukaan perkerasan.

8.9.7.7 Pembuatan dan Produksi Campuran

Kemajuan Pekerjaan
Tidak ada pencampuran takaran yang boleh dilakukan bila tidak cukup tersedia
peralatan pengangkutan, penghamparan atau pembentukan, atau buruh yang
cukup, untuk menjamin kemajuan dengan kecepatan tidak kurang dari 60 %
kapasitas alat pencampur.

Penyiapan Material Aspal


Material aspal harus dipanaskan sampai temperatur antara 140º C dan 160º C
didalam tangki yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah
terjadinya pemanasan setempat dan mampu mengalirkan bahan aspal secara
berkesinambungan pada temperatur yang merata setiap saat, ke alat pencampur.
Sebelum operasi pencampuran dimulai setiap hari, harus paling sedikit ada 30.000
liter aspal panas yang siap untuk dialirkan ke pencampur.

Penyiapan Agregat
Agregat untuk campuran harus dikeringkan dan dipanaskan pada alat pengering
sebelum dimasukkan kedalam alat pencampur. Api yang digunakan untuk
pengeringan dan pemanasan harus diatur secara ketat untuk mencegah rusaknya
agregat dan mencegah terbentuknya selaput jelaga pada agregat.

Bila dicampur dengan aspal, agregat tersebut harus kering dan pada rentang
temperatur yang dipersyaratkan untuk material aspal, tetapi tidak lebih dari 14º C
diatas temperatur material aspal.

Bahan pengisi tambahan (filler), jika diperlukan untuk memenuhi kebutuhan


gradasi, harus ditakar secara terpisah dari penampung kecil yang dipasang tepat
diatas pencampur. Menaburkan bahan pengisi diatas tumpukan agregat atau
menumpahkannya kedalam penampung pada alat pemecah batu tidak diijinkan.

Penyiapan Campuran
Agregat kering, yang disiapkan seperti yang dijelaskan diatas, harus digabung di
unit pengolah dalam proporsi yang akan menghasilkan fraksi agregat rancangan
sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam rumusan campuran kerja. Proporsi
takaran ini harus ditentukan dari penyaringan basah pada contoh-contoh yang
diambil dari penampung panas (hot bin) segera sebelum produksi campuran
dimulai dan pada selang waktu tertentu sesudahnya, sebagaimana ditetapkan
oleh Direksi Teknik, untuk menjamin mutu dari penakaran campuran. Material aspal

Pekerjaan Jalan ST VIII-88


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

harus ditimbang atau diukur dan dimasukan kedalam alat pencampur dengan
jumlah yang ditetapkan oleh Direksi Teknik.

Bila digunakan alat pencampur batch, agregat harus dicampur secara menyeluruh
dalam keadaan kering, baru sesudah itu aspal dengan jumlah yang tepat
ditambahkan kedalam agregat tersebut dan keseluruhannya diaduk selama paling
sedikit 45 detik, lebih lama lagi jika diperlukan, untuk menghasilkan campuran
yang merata dan seluruh butir agregat tersebut terselaput secara merata.

Total waktu pencampuran harus ditetapkan oleh Direksi Teknik dan diatur
dengan alat pengatur waktu yang sesuai.

Sewaktu dikeluarkan dari pencampur, temperatur campuran harus pada temperatur


batas absolut seperti, yang dijelaskan pada Tabel termasuk toleransi yang
diperbolehkan.

Pengangkutan dan Penyerahan di Tempat Kerja


Campuran harus diangkut ke mesin paver dengan temperatur yang batas
mutlaknya ditunjukan pada Tabel dibawah.

Tabel Persyaratan Batas untuk Viskositas Aspal dan suhu Campuran Aspal

Masing-masing kendaraan yang telah dimuati harus ditimbang di tempat


pencampuran, dan harus dibuat catatan dari menyangkut berat kotor, berat kosong
dan berat netto dari tiap muatan. Muatan tidak boleh dikirim terlalu sore agar
penyelesaian hamparan dan pemadatan campuran sewaktu hari masih terang
terkecuali tersedia penerangan yang memuaskan.

Pekerjaan Jalan ST VIII-89


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

8.9.7.8 Penghamparan Campuran

Menyiapkan Permukaan yang akan Dilapisi

Sesaat sebelum penghamparan campuran AC (Laston), permukaan yang ada harus


dibersihkan dari material yang lepas dan yang tidak dikehendaki dengan sapu
mesin, dan dibantu dengan cara manual (dengan tangan) jika diperlukan. Lapis
aspal perekat (tack coat) atau lapis aspal resap pengikat (prime coat) harus
digunakan sesuai dengan petunjuk Direksi Teknik.

Bila permukaan yang akan dilapisi yang terdapat ketidak rataan, rusak,
menunjukkan ketidak stabilan, mengandung material permukaan lama yang telah
rusak secara berlebihan atau tidak melekat dengan baik perkerasan dengan
dibawahnya, harus dibuat rata terlebih dahulu sebagaimana diperintahkan, seluruh
material yang lepas atau yang lunak harus dibuang, dan permukaannya dibersihkan
dan/atau diperbaiki dengan campuran aspal material lain yang disetujui oleh Direksi
Teknik dan kemudian dipadatkan.Toleransi permukaan setelah diperbaiki harus
sama dengan yang diperlukan untuk konstruksi pondasi agregat.

Sepatu (screed) Tepi

Balok kayu atau kerangka lain yang disetujui harus dipasang sesuai dengan garis
serta ketinggian yang diperintahkan pada tepi-tepi dari tempat dimana campuran
AC (Laston) akan dihampar.

Penghamparan dan Pembentukan

Sebelum memulai operasi pelapisan, sepatu (screed) dari mesin penghampar harus
dipanaskan. Campuran AC (Laston) harus dihampar dan diratakan sesuai dengan
kelandaian, elevasi, serta bentuk melintang yang disyaratkan.

Mesin penghampar harus dioperasikan pada suatu kecepatan yang tidak akan
menyebabkan retak permukaan, belahan, atau bentuk ketidak teraturan lainnya
pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus disetujui oleh Direksi Teknik dan
ditaati.

Jika terjadi segregasi, belahan atau alur pada permukaan, mesin penghampar harus
dihentikan dan tidak dijalankan. Tempat-tempat yang kasar atau tersegregasi dapat
diperbaiki dengan menaburkan bahan yang halus (fine) dan perlahan-lahan
diratakan. Perataan (raking) kembali sebaiknya dihindari sedapat mungkin. Butir-
butir kasar tidak boleh ditaburkan diatas permukaan yang dihampar dengan rapi.

Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin pada tepi-tepi
penadah atau tempat lainnya di mesin.
Dimana jalan akan diaspal hanya separoh dari lebarnya untuk setiap operasi,
urutan pengaspalan itu harus dilakukan sedemikian rupa sehingga panjang

Pekerjaan Jalan ST VIII-90


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

pengaspalan setengah lebar jalan itu pada akhir setiap hari kerja dibuat sependek
mungkin.

Pemadatan
Segera setelah campuran AC (Laston) dihampar dan diratakan, permukaan harus
diperiksa dan setiap ketidak rataan diperbaiki. Temperatur campuran yang
terhampar dalam keadaan lepas harus dimonitor dan penggilasan harus dimulai
didalam batas viskositas aspal yang ditunjukkan pada Tabel diatas.
Penggilasan campuran AC (Laston) harus terdiri dari tiga operasi yang berbeda
sebagai berikut :

No. Uraian Waktu setelah


Penghamparan
1. gilasan awal atau pemecahan 0 – 10 menit
2. gilasan sekunder atau antara 10 – 20 menit
3. gilasan akhir atau penyelesaian 20 – 45 menit

Penggilasan awal atau pemecahan dan penggilasan akhir atau penyelesaian harus
seluruhnya dilakukan dengan mesin gilas roda baja. Penggilasan sekunder atau
antara harus dilakukan dengan mesin gilas ban angin. Mesin gilas pemecah harus
beroperasi dengan roda penggerak berada di arah mesin penghampar.

Penggilasan sekunder atau antara harus mengikuti sedekat mungkin penggilasan


pemecah dan harus dilakukan sewaktu campuran masih berada pada temperatur
yang akan menghasilkan pemadatan maksimum. Pemadatan akhir harus dilakukan
sewaktu material masih berada dalam kondisi yang masih dapat dikerjakan untuk
menghilangkan bekas tanda-tanda penggilasan.

Sambungan melintang harus digilas pertama-tama dan dalam penggilasan awal


harus digilas ke arah melintang dengan penggunan papan (di tepi perkerasan)
yang mempunyai ketebalan gilas diluar batas perkerasan. Bila sambungan
memanjang tersebut untuk suatu jarak yang pendek.

Pada sambungan memanjang penggilasan harus dimulai ke arah memanjang dan


selanjutnya pada tepi luar dan sejajar dengan sumbu jalan ke arah tengah jalan,
kecuali pada super elevasi pada tikungan harus dimulai pada bagian rendah dan
bergerak ke arah bagian yang tinggi. Lintasan yang berurutan dari lebar roda dan
lintasan-lintasan harus tidak berakhir pada titik yang berjarak kurang dari 1 meter
dari lintasan sebelumnya. Usaha penggilasan harus diutamakan pada tepi luar dari
lebar yang dihampar.

Ketika menggilas sambungan memanjang, mesin gilas pemecah harus terlebih dulu
pindah ke jalur yang telah dihampar sebelumnya sehingga tidak lebih dari 15 cm
dari roda penggerak akan menggilas tepi yang belum dipadatkan. Mesin gilas harus
meneruskan sepanjang jalur ini, dengan menggeser posisinya sedikit demi sedikit
melewati sambungan dengan beberapa lintasan, sampai tercapai sambungan yang

Pekerjaan Jalan ST VIII-91


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

terpadatkan dengan rapi.


Kecepatan dari mesin gilas harus tidak melebihi 4 km/jam untuk roda baja dan 15
km/jam untuk ban angin dan kecepatan harus selalu cukup rendah sehingga tidak
mengakibatkan tergesernya campuran panas tersebut. Arah dari penggilasan harus
tidak berubah secara tiba-tiba, begitu pula arah dari penggilasan harus tidak
berbalik secara tiba-tiba yang akan menyebabkan tersorongnya campuran panas.
Penggilasan harus berlangsung secara terus menerus sebagaimana diperlukan
untuk memperoleh pemadatan yang merata sewaktu campuran masih dalam
kondisi yang dapat dikerjakan dan hingga seluruh bekas tanda gilasan dan ketidak-
rataan hilang.

Untuk mencegah penempelan campuran panas ke roda mesin gilas, roda-roda


tersebut harus dibasahkan secara menerus, tetapi air yang berlebihan tidak diijinkan.

Peralatan berat atau mesin gilas tidak diperbolehkan berada diatas lapisan yang
baru selesai, sampai lapisan-lapisan tersebut betul-betul telah mendingin dan
mengeras.

Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan atau
perlengkapan yang digunakan oleh Kontraktor diatas tiap bagian perkerasan yang
sedang dikerjakan, dapat menjadi sebab pembongkaran dan penggantian dari
perkerasan yang rusak tersebut (oleh Kontraktor).

Permukaan campuran setelah pemadatan harus licin dan sesuai dengan bentuk
dan ketinggian permukaan yang masih dalam batas-batas toleransi yang
dipersyaratkan. Tiap campuran yang menjadi lepas atau rusak, tercampur dengan
tanah, atau rusak dalam bentuk apapun, harus dibongkar dan diganti dengan
campuran panas yang baru, yang harus dipadatkan secepatnya agar sama dengan
sekitarnya.

Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Kontraktor harus


memotong tepi-tepi perkerasan agar bergaris rapi. Setiap material berlebihan harus
dipotong tegak lurus setelah penggilasan akhir, dan dibuang oleh Kontraktor diluar
daerah milik jalan sehingga tidak kelihatan dari jalan.

Sambungan-sambungan
Baik sambungan memanjang maupun melintang dalam lapisan yang berurutan
harus diatur sedemikian rupa agar tidak berada satu diatas lainnya. Sambungan
memanjang harus diatur sedemikian rupa agar sambungan yang berada di lapisan
paling atas akan berlokasi di pemisah jalur lalu lintas. Sambungan melintang harus
dipasang secara bertahap dengan minimum jarak antaranya 25 cm dan harus lurus.

Campuran tidak boleh dihampar pada material yang baru saja digilas kecuali kalau
tepinya tegak lurus atau telah dipotong tegak lurus. Sapuan aspal untuk
melekatkan kedua lapisan permukaan harus diberikan sesaat sebelum campuran

Pekerjaan Jalan ST VIII-92


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

tambahan dipasang diatas material yang sebelumnya digilas.

8.9.7.9 Pengendalian dan Pengujian Mutu di Lapangan

Pengujian Permukaan dari Perkerasan


Permukaan harus diuji dengan mistar penyipat yang panjangnya 3 m, yang
disediakan oleh Kontraktor, diletakkan masing-masing secara tegak lurus dan
sejajar dengan sumbu jalan. Kontraktor harus menugaskan beberapa pegawainya
untuk menggunakan mistar tersebut dibawah petunjuk Direksi Teknik untuk
memeriksa seluruh permukaan.

Pengujian-pengujian untuk memeriksa apakah bentuk permukaan telah memenuhi


ketinggian yang dipersyaratkan harus dilakukan segera setelah pemadatan awal,
dan perbedaaan harus diperbaiki dengan membuang atau menambah material
sebagaimana diperlukan. Selanjutnya penggilasan harus diteruskan sebagaimana
disyaratkan. Setelah penggilasan akhir, kehalusan dari lapisan harus diperiksa
kembali dan setiap ketidak-rataan dari permukaan yang melewati batas toleransi
yang disediakan diatas, serta lokasi-lokasi yang mempunyai kerusakan tekstur,
kepadatan, atau komposisi harus diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Teknik.

Persyaratan Kepadatan
Kerapatan dari campuran yang telah dipadatkan, seperti yang ditentukan dalam
AASHTO T 166, harus tidak kurang dari 98 % dari kerapatan benda uji yang
dipadatkan di laboratorium dari material dengan proporsi yang sama.

Cara pengambilan contoh-contoh material dan pemadatan dari benda uji tersebut
dalam (a), harus masing-masing sesuai dengan AASHTO T 168 dan SNI-06-2489-
1991.

Pengambilan Contoh untuk Pengendalian Mutu Campuran


Contoh-contoh dibawah ini harus diambil untuk pengujian harian :

Agregat dari hot bin untuk gradasi-gradasi hasil pencucian Gabungan agregat panas
untuk gradasi-gradasi hasil pencucian Campuran aspal untuk ekstraksi Stabilitas
Marshall.

Sebagai tambahan bila mengganti formula campuran kerja, atau sewaktu-waktu


sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik, contoh tambahan untuk (i), (ii), dan
(iii) akan diambil untuk memungkinkan penentuan Bulk Specific Gravity untuk
agregat dari hot bin dan kerapatan teroritis maksimum dari campuran aspal
(AASHTO T 209-74).

Pekerjaan Jalan ST VIII-93


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

Pengujian Pengendalian Mutu Campuran


Kontraktor harus menyimpan catatan dari seluruh pengujian dan catatan-catatan
ini harus dikirim dengan segera ke Direksi Teknik.

Kontraktor harus menyampaikan pada Direksi Teknik hasil-hasil dan catatan-


catatan pengujian yang berikut, yang dilaksanakan pada setiap hari produksi
bersama dengan lokasi yang tepat dimana produksi tersebut dihampar :

Analisa saringan (metode pencucian) untuk paling sedikit 2 (dua) contoh dari
setiap hot bin.

Analisa saringan (metode pencucian) untuk paling sedikit 2 (dua) contoh dari
gabungan agregat panas.

Temperatur dari campuran sewaktu pengambilan contoh di pusat pencampur


dan diatas jalan (setiap satu jam).

Kerapatan dari campuran yang dipadatkan di laboratorium (kerapatan Marshall)


untuk paling sedikit 2 (dua) contoh.

Kerapatan dari pemadatan dan persentase pemadatan dari campuran


dibandingkan dengan kerapatan Marshall di laboratorium untuk paling sedikit 2
(dua) contoh.

Kadar aspal dan gradasi agregat dari campuran seperti yang ditetapkan dari
pengujian ektraksi aspal untuk paling sedikit 2 (dua) contoh. Jika memakai
metoda ekstraksi centryfuge, koreksi abu harus dilakukan sesuai ketentuan
AASHTO T 164 -76.

Rongga udara dalam campuran, dihitung menurut Maximum Specific Gravity of


Bituminous Paving Mixtures (AASHTO T 209-74).

Aspal yang diabsorbsi oleh agregat, sebagaimana dihitung atas dasar Maximum
Speciffic Gravity of Bituminous Paving Mixtures (AASHTO T 209-74).

Pengendalian Kuantitas dengan Menimbang Campuran


Untuk pengecekan pada pengukuran kuantitas untuk pembayaran, berat campuran
yang dihampar harus selalu dimonitor secara terus-menerus dengan tiket
pengiriman muatan dari tempat-tempat penimbangan truk.

Penentuan kadar aspal campuran kerja (job mix) di laboratorium harus


dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali per hari produksi dan paling sedikit 1
(satu) contoh setiap 200 ton campuran yang diproduksi. Pengambilan contoh dari
campuran kerja harus dilakukan dibawah pengawasan Direksi Teknik.

Pekerjaan Jalan ST VIII-94


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

8.9.7.10 Pengukuran dan Pembayaran

Metode Pengukuran

(a) Kuantitas yang diukur untuk pembayaran AC (Laston) haruslah


didasarkan pada beberapa pengaturan dibawah ini :

Untuk bahan lapis permukaan atau lapis antara, jumlah meter persegi dari
material yang dihampar dan diterima, yang dihitung sebagai hasil perkalian
dari panjang penampang yang diukur dan lebar yang diterima.

Untuk bahan lapis pondasi, jumlah meter kubik dari material yang dihampar
dan diterima, yang dihitung sebagai hasil perkalian luas bagian yang diukur
dan tebal nominal yang ditentukan dalam Gambar Rencana dari Dokumen
Kontrak.

Untuk bahan lapisan perata, jumlah metric ton dari material yang telah
dihampar dan diterima, yang ditentukan oleh monitoring yang terus-menerus
dari tiket pengiriman muatan dari timbangan truk.

(b) Kuantitas yang diterima untuk pengukuran harus tidak meliputi lokasi-lokasi
dimana tebal AC (Laston) kurang dari tebal minimum yang dapat diterima
atau setiap bagian yang terkelupas, terbelah, retak atau menyempit
(tapered) di sepanjang tepi perkerasan atau di tempat lainnya. Lokasi-lokasi
yang materialnya memiliki kadar aspal dibawah kebutuhan yang disetujui
tidak akan diterima untuk pembayaran.

(c) AC (Laston) yang dibayar atas dasar meter persegi yang dihampar langsung
diatas permukaan jalan lama, dimana pembuatan lapis permukaan jalan
lama tersebut tidak tercakup pada Kontrak yang sama, dan menurut
pendapat Direksi Teknik memerlukan koreksi yang cukup besar, harus
dibayar atas tebal nominal yang diterima yang dihitung atas dasar kerapatan
laboratorium dari campuran AC (Laston) padat menurut SNI-06-2489-1991,
luas bagian yang diukur dan berat dari campuran, sesuai catatan
penimbangan truk yang telah disetujui, yang benar-benar dibutuhkan dan
digunakan untuk pekerjaan permanen. Jika menurut pendapat Direksi
Teknik..

(d) Lebar hamparan AC (Laston) yang akan dibayar, harus seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar Rencana atau yang disetujui oleh Direksi
Teknik dan harus ditetapkan dengan menggunakan pita ukur yang dilakukan
Kontraktor dibawah pengawasan Direksi Teknik. Pengukuran harus dilakukan
tegak lurus dengan sumbu jalan dan harus tidak termasuk tiap bagian
hamparan material yang tipis atau tidak memuaskan sepanjang tepi dari
hamparan AC (Laston).

Pekerjaan Jalan ST VIII-95


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(e) Panjang hamparan AC (Laston) arah memanjang yang akan dibayar, harus
ditentukan dari pengukuran sepanjang sumbu jalan, dengan menggunakan
prosedur pengukuran teknik standar.

Dasar Pembayaran

Kuantitas yang ditentukan, sebagaimana diuraikan diatas, harus dibayar


menurut Harga Satuan per satuan pengukuran untuk masing-masing Mata
Pembayaran yang terdaftar dibawah dan tercantum dalam Jadual Penawaran.
Harga dan pembayaran ini harus merupakan kompensasi penuh untuk
mengadakan dan memproduksi dan mencampur serta menghampar semua
material, termasuk semua buruh, peralatan, pengujian-pengujian, perkakas dan
perlengkapan-perlengkapan lainnya yang diperlukan untuk menyelesaikan
pekerjaan yang diuraikan dalam bab ini.

Nomor Mata
Pembayaran Uraian Satuan Pengukuran

(1) AC (Laston) Meter persegi


AC – Base Meter kubik
(2) ACL (Laston Levelling) Ton
(5)

8.9.8 Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran, untuk pembayaran surface course, dilakukan berdasarkan volume dalam m3


yang dibangun, sesuai dengan alinyemen dan kemiringannya, seperti pada gambar atau
seperti saran Direksi.

Pembayaran surface course dilakukan dengan harga satuan per m3 seperti yang
dicantumkan pada Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga satuan tersebut meliputi
semua kompensasi biaya tenaga kerja, peralatan dan bahan, termasuk penggalian bahan
di quarry atau tempat lain yang sudah disetujui Direksi, pemrosesannya menjadi agregat
di peralatan (plant), penghancuran, pengangkutannya ke jalan, penyebarannya,
perlengkapannya dan pemakaian bahan aspal, pemadatan pembentukan, finishing,
pengetesan, pemeliharaan dan segala macam pekerjaan untuk menyelesaikan pekerjaan
seperti diuraikan disini.

8.10 DINDING PENAHAN BETON DAN DINDING PASANGAN BATU KALI


Dinding penahan dari beton untuk jalan inspeksi harus dibangun (kalau diperlukan)
sesuai dengan garis, dimensi dan di lokasi seperti pada gambar atau seperti yang
ditentukan Direksi.

Sebelum dimulainya pekerjaan, dinding penahan dari beton, beton mutu K175 harus

Pekerjaan Jalan ST VIII-96


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

ditempatkan pada permukaan galian yang terbuka, pada batuan, pada ketinggian dasar
dinding penahan seperti pada gambar atau seperti yang ditentukan Direksi. Penempatan
beton dan pemasangan besi tulangan untuk tembok harus sesuai dengan spesifikasi Bab
5-Pekerjaan Beton. Permukaan beton harus tetap terbuka dan ditutup dengan bahan
timbunan, yang harus dibentuk untuk Finish F3 dan F1, seperti pada sub bab 5.13 Bab 5.

Pengukuran untuk menentukan pembayaran pembangunan dinding penahan dari beton


dilaksanakan berdasarkan garis rapi dari dinding bekisting yang disesuaikan dengan

pengukuran yang tepat untuk beton, bekisting dan besi beton seperti pada sub bab 5.12
dan sub bab 5.13.8 dan 5.14.3 Bab 5, atau yang ditentukan Direksi.

Pembayaran untuk dinding penahan dari beton dilaksanakan berdasarkan harga satuan
per m3 beton (termasuk bekisting) yang ditempatkan dan per ton besi tulangan yang
seperti yang ditentukan pada Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga satuan meliputi
biaya tenaga kerja, biaya bahan dan peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan ini.

Dinding pasangan batu kali dibangun sesuai dengan garis, dimensi, dan lokasi seperti
pada Gambar atau seperti ketentuan Direksi. Batu yang digunakan harus diseleksi, keras
dan blok, tidak boleh kurang dari 35 cm panjangnya dan tidak boleh kurang dari 400 cm2
luasnya. Batu harus disusun dengan hati-hati sehingga hubungan batu satu dengan
lainnya tampak rapi dengan kekosongan yang seminim mungkin untuk diisi dengan
mortar.

Mortar terdiri dari 1 pc : 3 ps Pasir, semen dan air harus sesuai dengan spesifikasi yang
ada di sub-paragraph 5.2.1 dan 5.3.2 dan paragraph 5.4. Bab 5.

Beton untuk dinding terdiri dari Beton klas E untuk pondasi dan untuk backfill seperti
ditunjukkan dalam gambar.

Spesifikasi yang ada di Bab 5 dapat dipakai dan sesuai dengan beton untuk pondasi dan
backfill.

Lubang pengaliran backfill ditempatkan pada garis dan dimensi seperti terlihat pada
gambar. Lubang pengaliran backfill harus sesuai dengan spesifikasi pada sub-paragraph
2.7.2 Bab 2. Pada saat pemasangan dan pemberian mortar pada batu setiap 4 m2
dinding dipasang pipa PVC  50 mm atau seperti terlihat pada gambar atau atas
persetujuan direksi.

Dinding pasangan batu kali dikerjakan oleh tukang batu yang berpengalaman, seperti
kualitas pabrik . Batu dapat diletakkan cepat kemudian diperlihatkan pada permukaan
yang rata dan betul pada dimensi, garis dan level seperti ditunjukkan dalam gambar atau
disetujui oleh Direksi sebelum pemasangan, batu harus dibasahi sampai meresap ke
seluruh permukaan.
Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan dinding pasangan batu kali dibuat per m 3 dari

Pekerjaan Jalan ST VIII-97


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

dinding yang terpasang di lokasi pada garis dan dimensinya. Pembayaran untuk
pekerjaan dinding pasangan batu kali dilaksanakan berdasarkan harga satuan per m3 dari
dinding yang terpasang seperti pada Daftar Kuantitas dan Harga dimana harga satuan
tersebut termasuk upah pekerja, material dan peralatan yang dibutuhkan sesuai
spesifikasi pada paragraph ini.

Pengukuran dan pembayaran pekerjaan untuk lubang pengaliran backfill, random backfill,
gravel surfacing dan stone pitching dilaksanakan seperti yang diuraikan pada Pasal 2.7.7
Bab 2 sebelumnya.

8.11 PAGAR PEMBATAS (GUARD RAILING)


Penyedia Jasa menyiapkan dan memasang pagar pembatas termasuk pondasi beton
untuk tiang besi seperti terlihat pada gambar atau disetujui oleh Direksi.

Material yang digunakan untuk besi pagar pembatas disesuaikan dengan ketentuan JIS
G 3101 (Structural Rolled Steel for General Use), ASTM A36-70a (structural Steel),
atau Standard yang sejenis. Pipa besi yang digunakan untuk tiang disesuaikan dengan
ketentuan JIS G 3452 (Steel Gas Pipes), ASTM A53-73 (Welded and Seamless Steel Pipe)
atau Standard yang sejenis. Material untuk beton harus disesuaikan dengan ketentuan
yang ada di Bab 5 Spesifikasi Pekerjaan Beton.

Pagar pembatas dibangun pada garis dan tingkat dan lokasi seperti ditunjukkan dalam
gambar. Tiangnya dipasang tegak di atas kaki beton. Bagian rail dipasang dengan
cara halus dan kontinue. Semua mur kecuali mur yang disesuaikan, harus
dikencangkan, mur harus dipajangkan di atas tiang minimum 0,6 cm tetapi tidak boleh
lebih dari 1,2 cm. Pengecekan semua komponen pagar pembatas yang mana dikerjakan
sesuai dengan Paragraph 9.11 pada Bab 9.

Pengukuran untuk pembayaran penyiapan dan pemasangan pagar pembatas dan tiangnya
dilaksanakan berdasarkan per m panjang dari pagar pembatas.

Pembayaran untuk persiapan dan pemasangan pagar pembatas dan tiangnya didasarkan
atas harga satuan per m panjang seperti yang terdapat pada Daftar Kuantitas dan Harga
yang mana harga satuan tersebut termasuk biaya tenaga kerja, peralatan material yang
dibutuhkan untuk pemasangan guard rail dan post termasuk galian untuk pondasi tiang,
penempatan beton untuk pondasi tiang, timbunan kembali disekitar tiang dan pengecatan
serta pekerjaan lainnya.

8.12 JALAN SEMENTARA PENYEDIA JASA

Penyedia Jasa harus bertanggung jawab dalam mendisain, membangun dan memelihara
berbagai konstruksi jalan sementara yang dipakai sebagai jalan hantar selama
pelaksanaan pekerjaan. Lokasi jalan untuk jalan sementara harus ditentukan berdasarkan
perencanaan dan gambar layout Penyedia Jasa yang sudah disetujui Direksi, tetapi untuk

Pekerjaan Jalan ST VIII-98


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

tujuan perencanaan harus dimaksudkan jalan sementara yang tertera di bawah ini
dibangun di sepanjang alinyemen yang tertera pada Gambar.
(1) Jalan pelaksanaan sementara Penyedia Jasa menuju borrow area.
(2) Jalan pelaksanaan sementara Penyedia Jasa ke quarry site, peralatan beton
( concrete plant) dan peralatan pemecah batu (crushing plant).
(3) Jalan pelaksanaan sementara Penyedia Jasa dan daerah kamp Penyedia Jasa.

Perencanaan jalan pelaksanaan sementara ini harus didasarkan kepada standar yang
berlaku dan harus diserahkan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan setidaknya
empat puluh lima (45) hari sebelum pekerjaan dimulai.

Metode konstruksi jalan sementara untuk Penyedia Jasa termasuk, dan tidak terbatas
pada alinyemen, penggalian, timbunan dan surfacing (kalau diperlukan), drainasi, pagar
pengaman dan sebagainya, yang harus diserahkan secara tertulis kepada direksi
setidaknya tiga puluh (30) hari sebelum pelaksanaan pekerjaan berjalan.

Penyedia Jasa harus bertanggung jawab untuk memelihara semua jalan pelaksanaan
sementara pada setiap saat, seperti yang ditentukan Direksi.

Semua biaya yang berhubungan dengan pelaksanaan dan pemeliharaan jalan sementara
Penyedia Jasa sudah termasuk di dalam harga satuan atau lump sum untuk item
pekerjaan yang berkaitan.

Pekerjaan Jalan ST VIII-99


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB IX
PEKERJAAN BATU

9.1 UMUM
Analisa harga satuan pekerjaan batu dan pasangan batu dalam Dokumen Penawaran,
Kontraktor harus sudah memasukkan harga satuan untuk material, pekerja, dan alat.
Pekerjaan batu dan pasangan batu dalam pembangunan bendungan meliputi:
a. Pasangan batu;
b. Pasangan batu kosong (rip-rap);
c. Pasangan batu pecah (stone pitching);
d. Pasangan batu muka (tempelan batu candi).

Material batu yang digunakan adalah batu kali yang kokoh, tidak retak/patah, tidak
mengandung biji besi, tanah, dan pasir. Semua material yang digunakan untuk pekerjaan
batu dan pasangan batu harus diperiksa dan mendapat persetujuan Direksi.

9.2 PASANGAN BATU


9.2.1 Cakupan Pekerjaan

Semua pasangan batu harus dilaksanakan menurut persyaratan yang berhubungan


dengan pekerjaan batu atau lainnya yang mungkin diminta oleh Direksi, harus
terdiri dari bahan-bahan yang ditentukan dan dicampur dengan perbandingan
yang tepat, dibentuk dan dipasang sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang
tersebut dalam pasal ini. Persyaratan dan ketentuan ini harus diterapkan untuk
semua pekerjaan batu kecuali bila diubah secara khusus oleh Direksi untuk bagian
pekerjaan tertentu. Standar yang digunakan untuk pekerjaan batu dan pasangan
batu adalah:
a. Material yang digunakan adalah N.I 13 (batu belah);
b. PUBI - 1982 (Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia);
c. Kriteria Perencanaan Irigasi (untuk beberapa jenis pekerjaan).

9.2.2 Semen

Semua semen untuk adukan mortar pada pekerjaan batu harus sesuai dengan
persyaratan dan ketentuan seperti yang ditentukan di dalam Bab Pekerjaan Beton.

Pekerjaan Batu ST IX-1


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

9.2.3 Pasir

Pasir untuk adukan mortar yang digunakan pada pasangan batu yang diperlukan
pada persyaratan ini harus disediakan oleh Kontraktor dan harus sesuai dengan
persyaratan dan ketentuan seperti yang ditentukan dalam Bab VI (Pekerjaan
Beton).

9.2.4 Air

Air yang digunakan untuk adukan mortar harus tidak mengandung bahan-bahan
yang dapat merusak seperti lumpur, bahan-bahan organik, alkali, garam, dan
bahan lain yang tidak dikehendaki. Air tersebut harus diperiksa dan disetujui oleh
Direksi serta sesuai dengan Bab Pekerjaan Beton.

9.2.5 Susunan Spesi/Adukan

Adukan mortar untuk semua pasangan batu kecuali ditentukan lain terdiri dari 3
(tiga) macam, yaitu:
a. Pasangan 1:2 (Pc:Ps) untuk struktur yang membutuhkan kekuatan tinggi;
b. Pasangan 1:3 (Pc:Ps) untuk konstruksi pasangan batu yang berhubungan
langsung dengan aliran air;
c. Pasangan 1:4 (Pc:Ps) untuk pondasi dan struktur yang tidak berhubungan
langsung dengan aliran air.

Volume air harus secukupnya agar menghasilkan konsistensi yang tepat untuk
penggunaan dimaksud. Komposisi campuran adukan mortar untuk bagian tertentu
sesuai gambar atau yang ditentukan oleh Direksi.

9.2.6 Mencampur Adukan Mortar

Cara dan alat yang digunakan untuk mencampur adukan mortar harus sedemikian
rupa sehingga dapat menentukan dengan teliti dan mengontrol jumlah tiap bahan
secara terpisah yang diaduk dan harus mendapat persetujuan Direksi. Bila
dipergunakan mesin pengaduk harus disesuaikan dengan rencana dan lama
pengadukan, sesudah semua bahan berada didalam mesin pengaduk tidak boleh
kurang dari 2 menit kecuali bila airnya sudah cukup. Banyaknya adukan yang
dicampur air secukupnya sesuai dengan yang digunakan, dan semua adukan yang
tidak digunakan dalam 30 menit sesudah pemberian air harus dibuang. Pencairan
ulang adukan mortar yang sudah mengeras tidak diizinkan. Bak dan ember-ember
adukan harus selalu dibersihkan dan dicuci pada akhir selesai kerja.

Pekerjaan Batu ST IX-2


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

9.2.7 Pemasangan

Semua batu yang digunakan dalam pasangan batu harus betul-betul bersih
sebelum dipasang dan harus disetujui oleh Direksi. Batu tidak boleh dipasang
selama hujan lebat atau cukup lama agar adukan pasangan tidak larut. Adukan
yang sudah dihamparkan dan meleleh karena air hujan harus dibuang dan diganti
sebelum pekerjaan dilanjutkan. Sebelum pasangan batu betul-betul mengeras,
tidak diperbolehkan ada kegiatan pekerjaan lain di atasnya.

Semua batu yang digunakan dalam pasangan batu harus dibasahi dengan air
antara tiga sampai empat jam sebelumnya dengan cara yang menjamin batu
benar-benar basah seluruhnya dan merata.

Jarak antar batu dalam spesi sekitar 10 mm ~ 50 mm, dan antar batu tidak boleh
saling bersentuhan/bersinggungan. Ukuran dan distribusi batu dalam pasangan
batu harus dikontrol sedemikian sehingga spesi yang diisikan dalam rongga antar
batu dapat seminimal mungkin volumenya.

9.2.8 Contractions Joints dan False Joints

1. Contraction Joints

Dibangun pada bangunan seperti dinding pasangan batu, struktur penahan


tanah dan dinding saluran dengan interval maksimum 20 meter. Kecuali
ditentukan lain oleh Direksi tipikal contraction joints pasangan batu sama
dengan contraction joints pasangan beton.

Secara vertikal contraction joints pada pasangan batu harus rata dan tegak
lurus dengan arah aliran atau dengan keputusan Direksi. Secara horisontal
contraction joints pada pasangan batu harus rata dan tegak lurus dengan
tinggi bangunan atau dengan keputusan Direksi.

2. False Joints

Dibangun pada struktur pasangan batu yang tidak berhubungan langsung


dengan aliran air dan memiliki profil topografi yang ekstrim seperti dinding
yang berkelak-kelok, curam, dan terjal (ditunjukkan dalam gambar kerja atau
dengan arahan Direksi). False joints dibangun dengan menambahkan
pasangan batu setinggi tembok pada pias yang dianggap ekstrim. Bila
diperlukan false joints dibuat bersamaan dengan dinding pasangan batu.

3. Filter Drains to Joints

Merupakan lapisan di belakang pondasi yang berfungsi menahan lapisan tanah


di belakang dinding agar tidak hilang terbawa aliran rembesan. Lapisan ini
terdiri dari kerikil dan geotekstil. Ijuk dan bahan filter alam lain tidak boleh
digunakan sebagai pengganti geotekstil tanpa persetujuan dari Direksi.

Pekerjaan Batu ST IX-3


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

9.2.9 Siaran Pasangan Batu

1) Susunan adukan mortar

Adukan mortar untuk semua siaran kecuali bila tentukan lain dari spesifikasi ini
atau ditentukan lain oleh Direksi harus terdiri dari 1:3 (Pc:Ps) perbandingan
dalam volume serta air secukupnya untuk menghasilkan konsistensi yang tepat
bagi penggunaan yang dimaksud.

2) Syarat pelaksanaan

Sebelum pekerjaan siaran dimulai, sambungan-sambungan pada permukaan


pasangan batu harus dibuat kasar sebelum adukan dipasang. Permukaan harus
dibersihkan dengan sikat kawat dan dibasahi. Semua pekerjaan siaran harus
menurut petunjuk Direksi. Pekerjaan siaran dapat berupa:
a. Recessed Pointing, siaran terbenam (sambungan rerata sedalam 1 cm dari
permukaan batu).
b. Flush pointing, siaran rata (siaran rata dengan permukaan batu).
c. Raised Pointing, siaran timbul tebal 1 cm di atas permukaan batu dan lebar
minimum 2 cm.

9.2.10 Plesteran dan Acian

Kecuali ditentukan lain dalam gambar rencana atau oleh Direksi, pasangan batu
harus diplester dan diaci.

9.2.11 Lubang Drainase

Dinding pasangan batu harus diberi lubang drainase dengan ketentuan 1 (satu)
lubang tiap 4 (empat) meter persegi tampak muka bangunan. Pipa PVC yang
digunakan adalah diameter 50 mm kelas D.

9.2.12 Timbunan Tanah dan Drainase (Bedding)

Dilakukan sesuai dengan garis, elevasi, dan dimensi seperti yang ditunjukkan pada
gambar kerja atau sesuai dengan arahan dari Direksi. Material timbunan yang
diisikan dan metode pemadatan yang dilakukan harus sesuai dengan penjelasan
tentang bronjong batu atau dengan arahan dari Direksi.

Kecuali bila tidak terdapat dalam gambar kerja, antara material timbunan tanah
(backfill) dengan dinding penahan tanah, dinding dan dasar saluran, dan pasangan
batu pelindung slope harus diberi bedding dan atau drainase memanjang berupa

Pekerjaan Batu ST IX-4


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

kerikil dengan ketebalan minimum 150 mm. Pemasangan bedding harus mengikuti
ketentuan:

(1) Antara random backfill atau impervious backfill dengan pasangan batu:
dipasang lapisan filter dengan urutan back fill - fine filter - coarse filter -
pasangan batu.

(2) Antara timbunan tanah bebas dengan pasangan batu, dipasang lapisan filter
dengan susunan backfill - coarse filter - Pasangan batu.

(3) Antara galian tanah berbatuan lunak dengan pasangan batu, dipasang lapisan
filter dengan susunan galian tanah berbatuan lunak - fine filter - coarse filter -
pasangan batu.

(4) Antara galian batuan lunak sampai batuan keras dengan pasangan batu,
dipasang filter dengan urutan galian batuan lunak sampai batuan keras -
coarse filter - pasangan batu.

Untuk dinding saluran dan lantai beton bangunan air, drainase atau bedding harus
dibuat sesuai dengan gambar kerja atau sesuai dengan arahan Direksi. Bila
disetujui oleh Direksi, geotekstil sintetis dapat digunakan sebagai pengganti
lapisan fine filter. Biaya penggantian ini menjadi tanggung jawab Kontraktor. Tipe,
ketebalan, dan karakteristik geotekstil yang dipakai harus mendapat persetujuan
Direksi dan pemasangannya harus mengikuti petunjuk industri pembuatnya. Ijuk
dan bahan filter alam lain tidak boleh digunakan sebagai pengganti geotekstil
tanpa persetujuan dari Direksi.

9.2.13 Perawatan

Semua pasangan batu atau pasangan batu kosong termasuk pekerjaan siaran
harus dirawat dengan air atau cara-cara lain yang dapat diterima dan disetujui
Direksi. Bila perawatan dilaksanakan dengan air, pasangan batu harus tetap dijaga
agar tetap basah minimum 14 hari kecuali bila ditentukan lain, misalnya ditutup
dengan karung yang direndam air atau dengan alat penyiram, atau cara-cara lain
yang disetujui, untuk tetap menjaga semua permukaan selalu basah. Air yang
dipakai untuk perawatan harus memenuhi ketentuan-ketentuan persyaratan untuk
air.

9.2.14 Perbaikan Pasangan Batu

Bila sesudah penyelesaian pekerjaan pasangan batu, pasangan berada di luar garis
ketentuan atau ternyata tidak rata, atau tidak sesuai dengan garis-garis dan
tingkatan sesuai pada gambar, harus dibongkar dan diganti atas biaya Kontraktor
kecuali bila Direksi mengizinkan secara tertulis, untuk menambal atau mengganti
bagian yang rusak.

Pekerjaan Batu ST IX-5


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

9.3 PASANGAN BATU KOSONG (RIP-RAP)


9.3.1 Cakupan Pekerjaan

Pekerjaan pasangan batu kosong terdiri dari pemasangan batu kosong di tempat
seperti yang ditunjukkan dalam gambar atau yang ditentukan Direksi sesuai
dengan persyaratan ini.

9.3.2 Umum

Pasangan batu kosong harus terdiri dari batu pecah yang dipasang pada lapisan
dasar, sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan pada persyaratan ini
dan yang ditunjukkan dalam gambar atau yang ditentukan oleh Direksi.

Semua bahan batu pecah dan bahan lapisan dasar yang digunakan dalam
pekerjaan ini harus disediakan oleh Kontraktor sesuai dengan tujuan
penggunaannya dan memenuhi syarat-syarat dan ketentuan-ketantuan untuk batu
pecah dan dapat disetujui oleh direksi.

9.3.3 Pemasangan

Pemasangan batu kosong harus dilaksanakan di atas pondasi yang kuat dan
menurut garis serta dimensi seperti yang ditunjukkan pada gambar atau
ditentukan oleh Direksi. Terdapat dua macam pasangan batu:

(1) Riprap Tipe A

Dipasang untuk pelindung pada alur sungai alam, jembatan, gorong-gorong,


saluran, dan pembuangan yang berdekatan dengan sungai. Material yang
digunakan adalah batu kali.

(2) Riprap Tipe B

Dipasang untuk pelindung di saluran, pembuangan, dan struktur lain seperti


pengamanan lereng. Material yang digunakan adalah batu belah.

Persiapan yang harus dilakukan sebelum pemasangan riprap adalah identifikasi


lokasi pemasangan, yang dibagi menjadi dua macam, yaitu:

(1) Tanah galian dan timbunan (excavated and fill surfaces)

Sebelum rip-rap dipasang di lokasi tanah galian, Kontraktor harus melakukan


pekerjaan pengupasan tanah lapisan atas sesuai dengan gambar rencana atau
dengan petunjuk Direksi. Semua material lepas hasil galian harus dipindahkan
dan dilakukan pemadatan atas persetujuan Direksi.

Tempat-tempat yang rendah pada pondasi harus diisi dengan bahan yang
cocok dan dipadatkan secara berlapis, tebal tiap lapisan 15 cm. Bila galian

Pekerjaan Batu ST IX-6


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

pondasi telah disetujui oleh Direksi, lapisan dasar setebal 15 cm sampai 30 cm


dipasang di bawah pondasi seperti yang ditunjukkan dalam gambar. Lapisan
dasar dipasang seragam dan dilaksanakan serata mungkin dan rapi untuk
menghasilkan suatu pondasi yang kuat untuk pasangan batu kosong.

(2) Alur Sungai Asli

Sebelum pemasangan rip-rap Tipe A, pada dasar sungai harus dilakukan


pemasangan lapisan filter sesuai dengan persetujuan Direksi. Direksi berhak
menginstruksikan Kontraktor untuk memindahkan lapisan material di dasar
sungai yang dianggap akan mengganggu stabilitas lapisan filter dan riprap. Bila
diperlukan pekerjaan ini dapat dilakukan dalam kondisi air normal dengan
menggunakan alat berat atau manual.

Batu pecah yang dipakai dalam pasangan batu kosong harus dipasang dan
disusun sedemikian rupa pada lapisan dasar yang kuat sehingga bila pekerjaan
tersebut telah selesai, menjadi stabil dan tidak longsor. Adanya rongga-rongga
besar antara batu-batu pasangan harus dihindarkan.

Pengawasan harus dilaksanakan agar diperoleh jaminan bahwa semua


pasangan batu disusun di atas permukaan yang betul-betul datar. Pasangan
batu pecah harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak ke luar garis
pasangan seperti yang ditunjukkan pada gambar atau atas petunjuk Direksi.
Semua celah-celah di dalam pasangan batu kosong harus diisi sebaik-baiknya
dengan pecahan batu. Jumlah batu-batu pecah yang digunakan harus tidak
boleh melebihi jumlah yang diperlukan untuk mengisi celah-celah dalam
pasangan batu tersebut.

Di atas pasangan batu kosong harus dibuat penutup dengan kemiringan yang
cukup untuk melindungi puncak pasangan. Penutup harus terdiri dari batu-batu
pilihan, datar serta dipasang menurut arah dan tingkatan seperti ditunjukkan
pada gambar atau ditentukan oleh Direksi.

9.4 STONE PITCHING (BATU BELAH)


9.4.1 Umum

Dipasang pada saluran pembuang, saluran irigasi, dan permukaan tanah miring
sesuai dengan gambar rencana atau dengan petunjuk Direksi. Dapat juga
dipasang sebagai material pada badan jalan kerja pada lokasi tertentu. Spesifikasi
batu untuk stone pitching sama dengan spesifikasi untuk pasangan batu. Terdapat
dua tipe stone pitching berdasarkan pengikat antar batu, yaitu:

(1) Pasangan batu belah kosong (Dry Stone Pitching)

(2) Batu pasangan (Mortared Stone Pitching)

Pekerjaan Batu ST IX-7


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

9.4.2 Persiapan Pemasangan

Sebelum dry stone pitching dipasang di lokasi tanah galian, Kontraktor harus
melakukan pekerjaan pengupasan tanah lapisan atas sesuai dengan gambar
rencana atau dengan petunjuk Direksi. Semua material lepas hasil galian harus
dipindahkan dan dilakukan pemadatan sesuai persetujuan Direksi.

Selanjutnya dilakukan pemasangan pasir atau kerikil bergradasi yang berfungsi


sebagai filter. Pemasangan filter disesuaikan dengan gambar rencana atau sesuai
dengan petunjuk Direksi. Kecuali ditentukan lain, metode pemasangan filter
material harus sama dengan metode pemasangan filter material untuk pasangan
batu.

9.4.3 Pasangan Batu Belah Kosong (Dry Stone Pitching)

Dipasang sesuai dengan gambar rencana atau menurut petunjuk dari Direksi
sesuai dengan dimensi yang disyaratkan. Ukuran batu minimum yang digunakan
adalah 20/30 atau ditentukan lain dalam gambar rencana atau sesuai dengan
petunjuk Direksi.

Pemasangan stone picthing harus dipadatkan dengan hammer agar rapat dan
dapat terikat kuat pada dasar pasangan atau lapisan filter. Finishing pasangan dry
stone pitching dilakukan dengan penyiraman air dan material pasir agar rongga
antar batu terisi oleh material pasir dan pasangan menjadi lebih padat.

9.4.5 Pasangan Batu (Mortared Stone Pitching)

Dipasang sesuai dengan gambar rencana atau menurut petunjuk dari Direksi
sesuai dengan dimensi yang disyaratkan. Ukuran batu minimum yang digunakan
adalah 20/30 atau ditentukan lain dalam gambar rencana atau sesuai dengan
petunjuk Direksi.

Lantai pasangan dan ikatan antar batu diisi dengan campuran semen 1:3 (Pc:Ps)
dengan spesifikasi sama dengan campuran semen untuk pasangan batu. Ketebalan
semen untuk lantai pasangan minimum 60 mm atau ditentukan sesuai petunjuk
Direksi. Kecuali ditentukan lain permukaan pasangan batu harus diplester halus
sesuai dengan spesifikasi.

Pekerjaan Batu ST IX-8


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

9.5 PASANGAN BATU MUKA (TEMPELAN BATU CANDI)


9.5.1 Umum

Permukaan pasangan pada bangunan tertentu bila ditentukan oleh Direksi harus
dikerjakan dengan pasangan batu muka dengan bahan batu pipih berukuran
seragam atau dengan tempelan batu candi.

Batu candi merupakan batu khusus yang umum digunakan untuk pekerjaan
pasangan batu muka pada bangunan air yang berhubungan dengan aliran air yang
konsentrasi sedimennya tinggi. Sehingga disamping berfungsi memperindah
pasangan batu muka dengan batu candi merupakan salah satu metode untuk
menghasilkan permukaan bangunan yang tahan terhadap abrasi.

Batu candi merupakan batu alam pipih yang dipotong berbentuk segi enam, bujur
sangkar atau persegi panjang dan dipasang menempel rapat pada bangunan
pasangan batu atau pasangan bata.

9.5.2 Bahan

Karakteristik batu candi harus sesuai dengan spesifikasi standar material batu yang
digunakan. Terdapat dua macam pekerjaan pasangan batu muka:

(1) Batu untuk Pasangan Batu Muka pada Pasangan Batu


Dipilih material batu yang digunakan untuk pasangan batu ( Masonry Backfill
atau hearting) dan harus dipotong sedemikian rupa sehingga memiliki bentuk
segi enam, tebal sekitar 30 mm, pipih pada satu sisi yang digunakan sebagai
muka pasangan dan memiliki sisi tajam membentuk bidang persegi panjang
atau bujur sangkar.
(2) Batu untuk Pasangan Batu Muka pada pasangan selain Pasangan Batu
Tipe batu candi harus padat, keras, dan kuat yang merupakan jenis batuan
andesit, basalt, dacite diabase, diorit, gabro, granodiorit, atau jenis batuan
keras lain yang disetujui oleh Direksi. Batu candi harus berwarna gelap dan
diambil dari quarry yang sama.
Batu candi harus dipotong untuk mendapatkan ukuran dan dimensi yang
seragam, membentuk sisi tajam menyerupai segi enam atau bujur sangkar
sebagaimana ditentukan dalam gambar rencana atau dengan persetujuan
Direksi.
Dimensi batu berkisar antara 20 - 40 cm (panjang) dan 30 - 60 cm (lebar)
dengan rasio panjang dan lebar sama dengan 1,5:1, dengan tebal sekitar 40
mm. Sisi batu candi harus dipotong hati-hati agar menghasilkan bentuk yang
seragam dan halus, tetapi permukaan batu candi tetap dibiarkan kasar kecuali
ditentukan lain oleh Direksi.

Pekerjaan Batu ST IX-9


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(3) Campuran semen


Campuran semen yang digunakan adalah:
 Campuran dengan perbandingan volume 1:2 (Pc:Ps), untuk pasangan batu
muka yang berhubungan langsung dengan aliran air.
 Campuran dengan perbandingan volume 1:3 (Pc:Ps), untuk pasangan batu
muka yang tidak berhubungan langsung dengan aliran air.

9.5.3 Pekerjaan Siaran (Facework dan Pointing)

Pekerjaan siaran pada pasangan batu muka harus sesuai dengan spesifikasi yang
ditetapkan. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah:

(1) Pasangan batu muka harus dipasang sesuai dengan alur pemasangan
pasangan batu atau beton, sehingga arahnya horisontal pada bidang
pemasangan vertikal.

(2) Pasangan batu muka harus dipasang tegak lurus arah aliran bila bidang yang
dipasang horisontal.

Batu tempel segi enam dipasang seperti sarang lebah (honey comb) dengan
diagonal terpanjang pada arah vertikal bila dipasang pada bidang vertikal dan
tegak lurus arah aliran bila dipasang pada bidang horizontal.

Batu tempel segi empat dipasang seperti pola pasangan bata dengan continuous
horizontal joints dan staggered vertical joints pada pemasangan bidang vertikal
dan continuous joints tegak lurus arah aliran bila dipasang pada bidang horizontal.

Sambungan antar batu harus seragam sekitar 10 mm. Siaran pada batu tempel
segi enam terdiri dari recessed pointing, flush pointing dan raised pointing kecuali
ditentukan secara khusus dalam gambar atau atas instruksi Direksi maka pointing
yang dilakukan pada batu tempel adalah flush pointing. Pointing menggunakan
campuran 1:2 (Pc:Ps) kecuali ditentukan lain dalam gambar atau atas instruksi
Direksi.

9.6 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


(1) Pengukuran pasangan batu untuk pembayaran dilaksanakan dalam satuan volume m 3
sesuai dengan garis dan dimensi seperti pada gambar atau ditentukan oleh Direksi
secara tertulis. Untuk Pasangan batu yang berisi celah-celah, pipa-pipa, dan rongga-
rongga menurut gambar harus dikurangi dari pengukuran pasangan.

(2) Pengukuran plesteran untuk pembayaran dilaksanakan dalam satuan luas m2 sesuai
dengan garis dan dimensi seperti pada gambar atau ditentukan oleh Direksi secara
tertulis.

Pekerjaan Batu ST IX-10


Spesifikasi Teknik
Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(3) Pengukuran pasangan batu candi untuk pembayaran dilaksanakan terpisah dan
ditentukan oleh Direksi secara tertulis berdasarkan klausul pekerjaan tambahan.

(4) Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan batu kosong dilaksanakan menurut garis
luar pasangan tersebut termasuk lapisan dasar berdasarkan tebal pasangan dan
lapisan dasar seperti yang ditunjukkan pada gambar atau ditentukan oleh Direksi.

Harga satuan pasangan batu pada penawaran sudah harus mencakup biaya untuk air,
semen, pasir, pengangkutan, penyiapan untuk pemasangan, perawatan, perlindungan,
penyelesaian dan perbaikan permukaan pasangan, dan semua pekerjaan lainnya termasuk
perencanaan drainase, serta prosedur & ketentuan yang diperlukan untuk menyelesaikan
pasangan batu menurut persyaratan.

Pembayaran untuk pasangan batu kosong dilaksanakan menurut harga satuan per meter
kubik (m3) di dalam harga penawaran. Jumlah harga penawaran harus merupakan biaya
keseluruhan untuk menyelesaikan pekerjaan menurut spesifikasi, pada gambar pasangan
batu kosong, serta harus meliputi biaya penyelesaian dan pemasangan lapisan dasar.

Pekerjaan Batu ST IX-11

Anda mungkin juga menyukai