Anda di halaman 1dari 12

KELAS EEC (EXECUTIVE EDUCATION CENTER)

STRATEGIC MANAGEMENT

“Keberadaan PT. Link Net Tbk di Indonesia”

Kelompok

Ricky Fernando / 01016180007


KeziaAurellyLesmana / 01016180008
Leonardo Napitupulu / 01016180017
Vanesya Marlene / 01018180017
Natalia Herty Fernanda / 0101618023
Eko Saputra / 01016180015
Shinta Karina Latuharhary / 01016180016
Windi R. Wianadewi / 01015180010

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN


JAKARTA SELATAN
2019
I. PENDAHULUAN

PT Link Net Tbk Kegiatan Usaha dalam bidang penyelenggaraan jaringan tetap
berbasis kabel, penyelenggaraan jasa multimedia, jasa akses internet serta jasa konsultasi
manajemen bisnis. PT Link Net Tbk adalah Perusahaan asal Indonesia yang didirikan pada
tahun 1996 dengan nama awal PT Seruling Indah Permai dan berganti nama menjadi PT
LinkNet di tahun 2000. Pada tahun pertamanya LinkNet menjalani bisnis dengan produk
barang dan jasa, tetapi pada tahun 2000 mengubah line bisnis menjadi information technology
dan internet provider yang kita tahu sampai sekarang. PT LinkNet sendiri merupakan bagian
dari First Media group yang memiliki visi menjadi perusahaan megamedia di Indonesia yang
memberikan fasilitas Triple-Play, yaitu layanan produk FastNet, HomeCable dan DataComm
dalam satu jaringan broadband.

Visi : PT Link Net (First Media): Menjadi pilihan utama untuk layanan broadband dan media.
Misi : PT Link Net (First Media): Untuk mengubah hidup konsumen Indonesia dengan
menyediakan layanan broadband, media dan solusi yang inovatif dan istimewa.

Pada tahun 2014 PT Link Net membuka perusahaannya pada public dan menjual
sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Sekarang PT Link Net memproduksi kabel televisi dan
servis internet cepat di Indonesia dengan kabel Hybrid Fiber Coaxial (HFC) serta mulai
mengembangkan produknya dengan teknologi Fiber To The Home (FTTH) dimana dengan
produk tersebut perusahaan dapat memberikan pelayanan servis internet lebih cepat daripada
produk sebelumnya dan telah melewati 2,000,000 homepass yang ada di daerah
JABODETABEK, Bandung, Surabaya, Bali dan Medan. Serta di tahun 2021 perusahaan akan
mentargetkan menjadi 3,000,000 homepass.

Dari data yang dikeluarkan oleh CISCO pengguna internet bulanan di Indonesia akan
meningkat sebanyak 5 kali lipat hingga tahun 2022 dan jumlah ini setara dengan tiga per empat
dari jumlah penduduk Indonesia. Kecepatan Internet di Indonesia juga akan mengalami
peningkatan yang cukup tinggi di 2022 menjadi 24Mbps. Dengan melihat data tersebut
membuat PT Link Net berinvestasi besar-besaran dan selalu mengupdate produk-produknya
seperti menambah kecepatan Internet, memperluas daerah jangkauan, menambah channel TV
berbayar, serta memberi harga yang bersaing dengan kompetitor, serta dengan pelayanan
customer service yang sedia selama 24 jam, dan baru baru ini PT. Linknet membuat program
FIRST Squad dimana setiap karyawan adalah duta bagi produk FIRSTMEDIA, seiring dengan
meningkatnya penawaran paket TV yang bersaing, PT. Linknet melakukan investasi dengan
meningkatkan kualitas dan memperluas jaringannya dengan mengaktifkan jaringan Java Fiber
Backbone yang menghubungkan kota Merak di sebelah barat pulau jawa sampai kota Surabaya
di sebelah timur pulau jawa dan melintasi 43 kota, Pengaktifan jaringan backbone ini tidak
hanya memberi peluang ekspansi bagi Perseroan, tetapi juga meningkatkan keandalan jaringan
pelanggan. Jaringan backbone ini memberikan ketahanan dari kemungkinan terputusnya kabel
fiber dan memaksimalkan kualitas pengalaman pelanggan dalam menikmati layanan
broadband Perseroan sehingga dapat memberikan pelayanan internet super cepat dengan
kecepatan mencapai 1Gbps, hal ini dilakukan perusahaan untuk dapat bersaing serta siap dalam
menghadapi industry 4.0 dan turut serta dalam salah satu program pemerintah dengan “ Palapa
Ring”. Dengan meningkatnya kebutuhan akan internet berkecepatan tinggi yang sebelumnya
dianggap sebagai layanan mewah menjadi suatu kebutuhan dan permintaan masyarakat
Indonesia akan memberikan perkembangan yang kuat untuk bisnis Perseroan. Link Net terus
berinvestasi untuk membedakan dirinya dengan pelaku usaha lain dan memberikan pelanggan
pengalaman hiburan internet dan televisi berkualitas tertinggi serta. Bagaimana pun juga
Perseroan akan terus bergerak melampaui konektivitas untuk menjadi pusat gerbang hiburan
keluarga. Selain meningkatkan pembangunan infrastruktur, perusahaan juga membangun
hubungan yang baik antar stakeholder dengan membuat aplikasi yang dapat menghubungkan
perusahaan dengan kontraktor sehingga dapat mempercepat proses pengerjaan suatu project,
dan sebagai bentuk tanggung jawab sosial, perusahaan berkonsentrasi di bidang pendidikan
dengan memberikan fasilitas internet di sekolah di berbagai daerah dan juga memberikan
beasiswa, selain itu, perusahaan juga bekerjasama dengan pemerintah dalam kampanye
pemberantasan penyalahgunaan NARKOBA.

Hal tersebut tidak hanya dilihat oleh PT. Link Net Tbk, tetapi juga oleh pelaku industri
telekomunikasi lainya maupun non-telekomunikasiyang ingin memperluas usahanya karena
melihat kebutuhan masyarakat akaninternet dan multimedia yang sangat besar sehingga
menjadi peluang bisnis yang menjanjikan.Oleh karena itu PT. Link Net Tbk sebagai operator
Telekomunikasi terbesar di Indonesia dengan produknya FirstMe-dia harus terus kreatif
berinovasi dan meningkatkan kualitas layanan agar masyarakat tetap menggunakan produk
mereka dan dapat bersaing dengan operator telekomunikasi lainnya. Persaingan bisnis yang
ketat saat ini membuat perusahaan-perusahaan akan berusaha membuat strategi yang lebih baik
setiap tahunnya.Perusahaan harus bisa mendefinisikan keunggulan yang dimiliki dan
memanfaatkan sumber-sumber yang ada, untuk digunakan secara efektif dan efisien, agar
tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Menyangkut pemberitaan di media massa terkait gugatan PT First Media Tbk (KBLV)
ke PTUN adalah mengenai lisensi layanan telekomunikasi nirkabel PT First Media Tbk
(KBLV) dan tidak berhubungan dengan layanan dan lisensi First Media yang dioperasikan oleh
PT Link Net Tbk (LINK).
Layanan yang dioperasikan oleh PT First Media Tbk (KBLV) adalah layanan internet
berbasis nirkabel dengan menggunakan teknologi 4G LTE; sedangkan, layanan First Media
yang dioperasikan oleh PT LinkNet Tbk (LINK) adalah layanan TV kabel & High Speed
Broadband Internet berbasis kabel menggunakan teknologi Hybrid Fiber Coaxial (“HFC”)
yang adalah teknologi yang menggabungkan kabel koaksial dan kabel serat optik (fiber)
sebagai medium penghantar, serta teknologi Fiber-To-The-Home (“FTTH”), yang adalah
teknologi dengan menggunakan full kabel serat optik (fiber) sebagai medium penghantar.
Dengan demikian, pemberitaan di media massa tersebut tidak berdampak apapun
terhadap layanan First Media yang dinikmati oleh pelanggan saat ini.
Strategi First Media untuk terus memberikan nilai lebih bagi pelanggan adalah
menggunakan Strategi Diferensiasi (Strategi diferensiasi merupakan suatu strategi
organisasi yang bertujuan untuk menghasilkan suatu produk atau jasa yang berbeda
dengan produk atau jasa dari perusahaan lain. Fokus utama strategi diferensiasi adalah
pada loyalitas pelanggan terhadap produk atau jasa perusahaan ), dengan terus berinovasi
baik dari sisi produk TV kabel dan High Speed Broadband Cable Internet, serta peningkatan
kualitas layanan yang terus menerus. Selain itu, First Media juga akan terus memperluas
jangkauan layanannya ke kota-kota lain di Indonesia, dimana saat ini layanan First Media telah
dapat dinikmati di beberapa kota yaitu: Jabodetabek, Surabaya dan sekitarnya, Bandung dan
sekitarnya, Malang, Bali, Medan, dan Batam.
Hal ini sesuai dengan misi dari First Media yaitu meningkatkan kualitas hidup
masyarakat In-donesia dengan menyediakan layanan dan solusi yang inovatif dan berkualitas
untuk TV kabel dan broadband cable internet.
II. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah seperti yang telah diuraikan sebelumnya, maka
rumusan masalah penelitian yang diajukan adalah sebagiberikut
a) Bagaimanakah posisi keunggulan bersaing layanan Firstmedia saat ini melalui analisis
SWOT?
b) Bagaimanakah posisi keunggulan bersaing layanan Firstmedia saat ini melalui analisis Five
Porter Forces?
Disini akan dibahas analisis mengenai produk PT. Link Net Tbk dengan menggunakan metode
SWOT

Strength:
a. Layanan internet broadband berkecepatan tinggi dengan merek “FastNet”: dan layanan TV
Kabel dengan merek “HomeCable” untuk pelangganperumahan;
b. Layanan korporasi dengan merek “First Media Business” dan “FirstNet”untuk pelanggan
korporasi
c. Media Sales di platform TV Kabel Perseroan.
d. PT Link Net Tbk menjadi yang pertama di ASEAN dalam penerapan Converged Broadband
Router (cBR-8) unggulan dari Cisco. Cisco® cBR-8, memungkinkan Link Net untuk
mengantarkan layanan ultra-broadbanddengan kecepatan downstream mendekati 10 Gbps
per detik (Gbps) dan 1 Gbps upstream per pelanggan untuk pelanggan rumahan di Indonesia.
Weakness:
a. Kualitas pelayanan terhadap pelanggan masih harus ditingkatkan. Masih anyak keluhan
pelanggan terkait pembayaran, gangguan, konten, dll.
b. Terbatasnya coverage area karena menggunakan basis fix broadband internet (hanya bisa
dijual di area yang sudah ada coverage jaringan firstmedia).
c) Produk hanya dapat dibeli secara paket. Tidak bisa dibeli satuan. Misalkan pelanggan
residensial hanya ingin berlangganan TV Cable saja internet saja tidak bisa karena sudah paket
combo.
d. Kebijakan yang secara sepihak berhak untuk mengubah konten dan harga. Pelanggan sering
kaget dengan perubahan tiba-tiba yang ada dan hal ini kadang tidak di sosialisasikan.
Opportunity:
a. Permintaan masyarakat yang tinggi akan akses internet merupakan pasaryang sangat
potensial.
b. Selain itu jumlah penduduk Indonesia yang besar, dan baru sedikit yang telah memiliki
akses broadband internet dan tv kabel , tentu merupakan peluang pasar yang sangat baik bagi
pertumbuhan bisnis layanan First Media
c. Memperkuat konsep Televisi Berlangganan kepada masyarakat luas
d. Memperkenalkan konsep sarana hiburan dan ilmu pengetahuan melalui internet
e. Memperluas Jaringan Kabel
d. Meningkatkan Penetrasi Pasar Melalui Pemasaran Yang Aktif
e. Menambah Jumlah Paket Produk Layanan Baru dan Peningkatan Pelayanan
f. Strategi Branding Perseroan menyediakan produk-produknya denganmerek “First Media”
yang sudah dikenal baik di Indonesia.
Inovasi yang terus menciptakan pengalaman hiburan dan
internet yang unggul

Threat :
a. Masyarakat semakin menuntut mobilitas dan fleksibilitas dari alat komunikasinya, internet
rumah tidak lagi dapat memenuhi kebutuhantersebut
b. Kondisi persaingan akan menjadi semakin ketat, para operator bertarung untuk mendapatkan
pelanggan-pelanggan yang jumlahnya makin kecil.
c. Tidak ada jaminan bahwa situasi politik di Indonesia akan stabil atauPemerintah akan
menerapkan kebijakan ekonomi yang kondusif untukmempertahankan pertumbuhan ekonomi
atau yang tidak berdampak negatifterhadap kondisi regulasi telekomunikasi pada saat ini.
d. Jaringan Firstmedia, khususnya jaringan akses kabel , dapat menghadapipotensi ancaman
keamanan, seperti pencurian atau vandalisme yang dapatberdampak pada hasil usahanya.
Disini akan dibahas analisis mengenai produk PT. Link Net Tbk dengan menggunakan metode
Porter’s 5 Forces

Competitive Rivalry.
Rivalitas (rivalry) dikalangan pesaing yang ada berbentuk perlombaan untuk
mendapatkan posisi dengan menggunakan taktik-taktik seperti persaingan harga, perang
iklan, introduksi produk, dan meningkatkan pelayanan atau jaminan kepada pelanggan.
Menurut Porter persaingan antar pesaing dalam industri sejenis menjadi pusat kekuatan
persaingan. Kompetitor dalam hal ini adalah pemain yang menghasilkan serta menjual
produk sejenis akan bersaing dalam memperoleh market share pasar. Semakin tinggi tingkat
persaingan antar perusahaan mengidentifikasikan semakin tinggi pula profitabilitas industri,
namun profitabilitas perusahaan mungkin menurun.

Intensitas persaingan akan tinggi apabila terdapat hal-hal sebagai berikut :


1) Jumlah pesaing yang seimbang. Banyaknya pemain dengan kekuatan masingmasing
tentu saja akan meningkatkan intensitas persaingan dalam kompetisi.
2) Pertumbuhan industri yang lambat, akan mengubah persaingan menjadi ajang perebutan
pangsa pasar untuk perusahaan-perusahaan yang ingin melakukan ekspansi.
3) Kurangnya diferensial produk. Ketika suatu barang atau jasa dipandang sebagai
komoditas, maka pilihan oleh banyak pembeli didasarkan atas harga dan pelayanan, dan
desakan untuk persaingan harga dan pelayanan yang tajam dapat terjadi.
4) Penambahan kapasitas dalam jumlah besar. Pada saat skala ekonomi memaksa bahwa
kapasitas harus ditingkatkan dalam jumlah besar, maka penambahan kapasitas akan merusak
keseimbangan penawaran dalam industri.
5) Pesaing yang beragam. Pesaing mempunyai strategi beragam, asal usul, karakteristik serta
tujuan dan strategi bersaing yang berlainan.
6) Hambatan pengunduran diri yang tinggi. Hambatan pengunduran diri adalah faktor-faktor
ekonomi, strategi dan emosional yang membuat perusahaan tetap bersaing dalam bisnis
meskipun mereka mungkin memperoleh laba dan investasi rendah atau bahkan negatif.

Supplier Power.
Pemasok atau penjual dapat menggunakan kekuatan tawar menawar terhadap pembeli
dalam industri dengan cara menaikan harga atau menurunkan kualitas produk atau jasa yang
akan dibeli. Faktor yang mempengaruhi kuat atau tidaknya daya tawar penjual atau pemasok
adalah sebagai berikut :
1) Didominasi oleh sedikit perusahaan.
2) Produknya adalah unik.
3) Produk pemasok hanya memiliki sedikit barang pengganti.
4) Industri bukan satu-satunya tempat pemasok menjual produknya.
5) Produk pemasok sangat penting bagi pembeli.
6) Produk pemasok memiliki biaya pengalihan yang tinggi.
7) Kelompok pemasok memiliki ancaman integrasi ke depan yang kuat.

Buyer Power.
Daya tawar pembeli pada industri berperan dalam menekan harga untuk turun serta
memberikan penawaran dalam peningkatan kualitas ataupun layanan lebih, dan membuat
competitor saling bersaing satu sama lain.

Pembeli memiliki daya tawar yang kuat bila memenuhi beberapa hal sebagai berikut:
1) Pembeli membeli dalam jumlah yang besar.
2) Produk yang dibeli adalah produk standar atau tidak terdiferensiasi. Pembeli menghadapi
switching cost yang kecil, hal ini akan dialami apabila switching cost ditanggung oleh
penjual.
3) Pembeli mendapatkan laba kecil atau laba yang rendah sehingga memiliki keinginan yang
besar untuk menekan biaya.
4) Produk industri tidak terlalu penting untuk produk dan jasa pembeli.
5) Pembeli menempatkan suatu ancaman melakukan integrasi kehulu untuk membuat produk
industri.

Threat of Substitution.
Barang atau jasa substitusi merupakan barang atau jasa yang dapat menggantikan
produk sejenis. Adanya produk atau jasa pengganti akan membatasi jumlah laba potensial
yang didapat. Makin menarik alternatif harga yang ditawarkan oleh produk pengganti, makin
ketat pembatasan laba dari suatu industri. Produk pengganti yang perlu mendapatkan
perhatian besar adalah produk yang mempunyai kencenderungan memiliki harga yang lebih
rendah namun kualitas yang lebih baik dari produk industri lama. Biaya beralih yang sedikit
pada produk baru ini juga dapat menjadi ancamab serius bagi pemain lama.

Threat of New Entry.


Pendatang baru dalam industri biasanya dapat mengancam industri yang ada. Karena
pendatang baru cenderung membawa kapasitas baru, keinginan untuk merebut pangsa pasar,
serta sering pula memiliki sumber daya yang besar. Akibatnya harga dapat menjadi turun atau
biaya meningkat sehingga mengurangi kemampuan mendapat laba yang tinggi. Pendatang
baru dapat memaksa perusahaan yang sudah ada untuk lebih efektif dan efisien serta belajar
untuk bersaing dalam dimensi baru.
Secara sederhana kemungkinan perusahaan memasuki suatu industri adalah fungsi dari dua
faktor, yaitu hambatan memasuki industri dan reaksi dari perusahaan yang sudah ada.
Apabila hambatan-hambatan untuk masuk adalah tinggi, dan mendapat reaksi yang tajam dari
pemain lama, maka besar kemungkinan pendatang baru tersebut tidak menjadi ancaman yang
serius bagi industri pemain lama.
Beberapa faktor internal yang mempengaruhi mudah atau sulitnya rintangan
memasuki suatu industri adalah sebagai berikut:
1). Skala Ekonomi (Economies of Scale). Artinya jika bertambahnya jumlah barang yang
diproduksi dalam suatu periode maka biaya produksi per unit menjadi turun. Industri
pendatang baru akan menghadapi pilihan apakah melakukan produksi dalam jumlah sedikit
namun mengeluarkan biaya yang tinggi, atau tetapi produksi sebanyak-banyaknya dengan
konsekuensi akan menghadapi reaksi yang keras dari perusahaan yang sudah ada.
2). Diferensiasi Produk (Product Differentiation). Perusahaan lama umumnya memiliki
identifikasi merek dan loyalitas pelanggan, diferensiasi produk baru akan menjadi hambatan
untuk memaksa pendatang baru mengeluarkan biaya yang besar untuk mengatasi kesetiaan
pelanggan yang ada. Kerugiaan akan dialami pendatang baru saat awal dan usaha membina
merek yang belum tentu berhasil meraih keuntungan.
3). Kebutuhan Modal (Capital Requirement). Persyaratan modal yang besar akan
menghambat pendatang baru, karena investasi sumber daya keuangan dengan kekuatan
produk yang tidak mampu merebut pasar akan menyebabkan pengeluaran tidak dapat
diterima kembali.
4). Biaya Peralihan Pemasok (Switching Cost). Ada biaya yang harus dikeluarkan pembeli
bila berpindah produk bisa karena perlu peralatan pelengkap, melatih lagi cara pemakaian
produk baru, bahkan biaya psikologis akibat rusaknya hubungan.
Pembeli akan bertahan dengan produk lama apabila biaya beralih tinggi. Ini dapat menjadi
hambatan bagi industri baru.
5). Akses ke saluran distribusi. Saluran distribusi lama umumnya sudah memiliki ikatan yang
kuat dengan produk bisa karena kerja sama, iklan atau hubungan eksklusif lain. Pendatang
baru yang sulit masuk pada saluran yang ada akan dituntut untuk membentuk saluran baru
yang sudah tentu menimbulkan biaya yang lebih tinggi.
7). Kebijakan Pemerintah. Pemerintah dapat membatasi atau bahkan menutup masuknya
industri baru dengan melakukan pengendalian dan pengawasan, seperti perjanjian lisensi dan
batasan-batasan pada akses ke bahan baku. Ini dapat menghambat pendatang baru.
8). Hal-Hal Lain. Pendatang baru harus mengambil keputusan matang apakah masuk atau
tidak apabila sudah ada pendatang baru yang terpental. Perusahaan yang sudah ada memiliki
kekuatan memukul balik, atau pertumbuhan industri yang lambat dapat menjadi hambatan
bagi pemain baru.
III. KESIMPULAN

Strategi Manajemen Sesuai Hasil Analisa Porter.


Strategi First Media untuk terus memberikan nilai lebih bagi pelanggan adalah
menggunakan Strategi Diferensiasi (Strategi diferensiasi merupakan suatu strategi
organisasi yang bertujuan untuk menghasilkan suatu produk atau jasa yang berbeda
dengan produk atau jasa dari perusahaan lain. Fokus utama strategi diferensiasi adalah
pada loyalitas pelanggan terhadap produk atau jasa perusahaan), dengan terus berinovasi
baik dari sisi produk TV kabel dan High Speed Broadband Cable Internet, serta peningkatan
kualitas layanan yang terus menerus. Selain itu, First Media juga akan terus memperluas
jangkauan layanannya ke kota-kota lain di Indonesia, dimana saat ini layanan First Media telah
dapat dinikmati di beberapa kota yaitu: Jabodetabek, Surabaya dan sekitarnya, Bandung dan
sekitarnya, Malang, Bali, Medan, dan Batam.
Hal ini sesuai dengan misi dari First Media yaitu meningkatkan kualitas hidup
masyarakat In-donesia dengan menyediakan layanan dan solusi yang inovatif dan berkualitas
untuk TV kabel dan broadband cable internet.

Anda mungkin juga menyukai